bukan sekedar tanggapan namun pelajaran teruntuk bani hasan & kawan-kawan
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
1/26
Bukan Sekedar
Tanggapan
Namun Pelajaran, TeruntukBaniHasan & Kawan-Kawan
Karya:
Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy
Gratis Silakan disebarkan untu k kalangan Sa lafiyyin (Untuk kalangan sendiri)
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
2/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
2
,
: Islam adalah agama yang telah disempurnakan oleh sang Pencipta alam semesta, syariatnya
juga mencakup semua segi kehidupan para penganutnya. Bahkan lebih dari itu, syariat Islam
merupakan penghapus bagi semua syariat agama yang ada sebelumnya. Semua kebaikan yang
berkaitan dengan kehidupan manusia telah dijelaskan oleh rasul yang mulia, sebagaimana
beliau juga telah menerangkan semua kejelekan yang mendatangkan bahaya bagi kehidupan
ummat manusia.
Selamatnya seseorang dari bahaya yang tengah menghimpitnya tidaklah sebanding bila ditukar
dengan harta seberapa-pun banyaknya, bahkan tak jarang kita menyaksikan adanya orang yang
rela mengorbankan semua harta yang dimilikinya demi meraih keselamatan bagi hidupnya
atau orang yang dicintainya, demikianlah mahalnya gambaran keselamatan bagi seseorang di
dunia ini.
Namun disana masih ada keselamatan terbesar yang dicitakan oleh semua manusia,
keselamatan yang tidak ada lagi petaka di belakangnya, keselamatan abadi yang tiada lagi
kebinasaan mengancam sesudahnya, yaitu selamatnya seseorang dari petaka dan huru-hara dihari kebangkitan yang pasti dijalaninya. Walaupun pada hakekatnya semua manusia akan
menjalani kehidupan ini sesuai dengan taqdir yang telah ditentukan, namun mereka telah
diberi satu jalan dari dua pilihan yang ada untuk mengakhiri kehidupan ini. Jalan keselamatan
ataukah jalan kebinasaan.
Keselamatan dunia dan akhirat merupakan impian dan cita setiap Sunny Salafy, bahkan
kalangan muslimin awam juga memiliki asa yang sama. Harapan yang serupa juga terbetik
dalam dada semua manusia yang masih memiliki akal sehat dan fikiran yang bersih, yang tak
ingin celaka hanya karena terlena dengan kenikmatan dunia yang bersifat sementara.
Namun Sunnatullah berlaku bagi semua makhluk ciptaanNya, betapa-pun semua orang
menginginkan keselamatan, akan tetapi tetap saja diantara mereka ada yang akan mengalami
kebinasaan terbesar yang tidak ada lagi keselamatan setelahnya. Yakni berupa kekekalan di
dalam neraka bagi mereka yang enggan menempuh jalan keselamatan. Tentunya suatu doa
terangkai dalam sujud kita, bermunajat, menengadah kepada Allah Taala, agar Dia yang
Maha Kuasa selalu menjaga dan menunjuki kita pada jalan keselamatan.
Secara sadar kita mengakui bahwa sesungguhnya orang yang benar-benar bahagia adalah
mereka yang terbebas dari fitnah yang tengah melanda. Keselamatan terbesar akan dapat
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
3/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
3
diraih dikala seseorang telah membentengi diri dengan ilmu, pemahaman yang baik, serta
amalan yang mencocoki tuntunan yang ada.
Keselamatan yang demikian mahal itu, tentu tak mudah untuk diraih, tak gampang untuk
disandang. Dalam suatu kenyataan hidup ini, kita harus mengakui bahwa betapa banyak
hambatan dan rintangan yang menghalangi jalan menuju keselamatan yang telah menjadi
idaman bagi setiap insan. Di sisi lain, kita mendapati adanya sebagian orang yang
mengharapkan dirinya akan menuai keselamatan dengan apa yang diusahakannya, namun dia
tidak mau menimbang kembali apakah usahanya itu akan menghasilkan keselamatan yang
tengah dikejarnya ataukah tidak. Dengan kata lain, dia bermaksud menempuh keselamatan,
namun lantaran kebodohan serta bermodal semangat berlebihan, akhirnya tak lebih dari
sekedar ungkapan semangat konyol dan sia-sia.
Ilmu merupakan dasar awal untuk mencapai keselamatan yang kekal abadi. Tiada kehinaan
bagi mereka yang tengah menimba ilmu dien ini. Ilmu dien yang dikaji dengan niatan suci,
ikhlas karena Allah Taala, demi melepaskan kebodohan dari diri, merupakan suatu kemuliaan
tersendiri. Dan kemuliaan itu akan bertambah di kala si penuntut ilmu mengajarkan ilmu yang
telah didapatkan kepada mereka yang membutuhkannya.
Demi melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan sehari-hari, maka tentunya kita semua
berharap untuk menjadi orang yang dipilih oleh Allah Taala sebagai para penuntut ilmu,
mengamalkan serta mengajarkan ilmu yang telah kita dapat kepada mereka yang
membutuhkannya. Dari sinilah kita akan menjadi orang yang paling berbahagia, dimana kita
bisa belajar dan mengajar, karena orang yang terbaik diantara kita adalah mereka yang
mempelajari Al Quran serta mengajarkannya.
Pada beberapa waktu yang lalu, saya mendapat sepucuk surat dari salah seorang ikhwah yang
berada di Indonesia yang dikirimkan kepada saya melalui email. Ternyata surat itu berisikan
kalimat panjang dari saudara kita yang bernama Bani Hasan bin Mukiyi rahimahullah dari
Jawa Timur. Kalimat-kalimat yang keluar dari lisan pria berasal dari Ngawi itu, menunjukkan
bahwa saudara kita itu sangat membutuhkan uluran tangan dari seorang pembimbing yang
penuh belas kasih untuk mengajarinya perkara dien ini. Semoga ada seorang daI di Indonesia
yang rela berkorban untuk memberikan pelajaran yang sangat berharga, agar kiranya membina
saudara kita yang bernama Bani Hasan dan teman-teman yang sepemahaman dengannya.
Risalah ini saya tujukan kepada saudara kita yang berasal dari Ngawi itu dan juga orang-orang
yang se-tipe dengannya. Semoga saudaraku, Bani Hasan serta teman-teman yang seide
dengannya, kiranya bisa mengambil pelajaran dari risalah ini. Maka saya katakan:
Saya telah membaca tanggapan dari salah seorang saudara kita yang bernama Bani Hasan
dari Ngawi atas tulisan yang disusun oleh Abu Mahfudzh. Sebenarnya tanggapan saudara
Bani Hasan ini bukan langsung ditujukan kepada Abu Mahfudzh, melainkan kepada salah
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
4/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
4
seorangIkhwah yang berada di Indonesia. Akan tetapi, setelah meneliti tanggapan dari saudara
Bani Hasan dengan seksama, ternyata ada beberapa hal yang perlu saya utarakan terkhusus
berkaitan dengan kalimat yang telah keluar dari tulisan saudara Bani Hasan. Terlepas apakah
saudara Bani Hasan telah membaca tulisan yang saya terbitkan (Tirai itu kini telah tersingkap,
edisi pertama dan kedua), serta memahaminya ataukah belum.
Semoga Allah selalu membimbing kita semua untuk berjalan di atas Al Haq dengan pijakan
yang kokoh berdasar Al Kitab dan Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam yang
tentunya sesuai dengan pemahaman generasi terbaik ummat ini.
Sebenarnya respon saudara Bani Hasan ini kurang layak untuk ditanggapi, karena apabila
semua perkataan orang ditanggapi, maka kerikil di jalanan akan dibeli dengan emas. Akan
tetapi saya menjadikannya bukan sebagai suatu tanggapan khusus untuknya, namun sebagai
suatu pelajaran teruntuk saudara Bani Hasan dan yang sepikiran dengannya. Oleh karenanya
tulisan ini saya beri judul dengan : Bukan sekedar tanggapan, namun pelajaran teruntuk
saudara Bani Hasan dan kawan-kawan. Semoga beliau dan rekan-rekan segarisnya bisa
mengambil faidah dari tulisan ini.
Berikut ini adalah tanggapan yang diutarakan oleh saudara Bani Hasan kepada salah seorang
ikhwah yang berada di Indonesia :
Tanggal 26 Januari 2009, Bani Hasan melalui emailnya bani_hsn@*****.*** menyatakan :
Bismillahirrohmanirrohim
Jika abu mahfudz di sisi syaikh yahya majhul namun di sisi ente td majhul, ente sebut tulisan
abu mahfudz sbg jurnal ilmiah.
Tapi saat abu thurob menulis malzamah ilmiah dimana beliau dikenal di sisi syaikh yahya dan
dlm keadaan syaikh yahya mengetahui isi malzamah tsb namun ente kebetulan tdk
mengenalnya dengan serta merta ente menolak malzamah tsb bahkan malah menerima "jurnal
ilmiah" abu mahfudz (dimana abu mahfudz ini mengatakan kalau dia baru beradaptasi
dengan iklim dan cuaca dammaj, namun dengan hebatnya sudah mengenal "aliranthurobiyyun" dengan sedetail-detailnya )
Ya akhi salafiyyin mana yg ente sebut tidak mengenal abu thurob? ikhwah2 yg sdh lama
mengenal dakwah salafy insyaAllah mengenal siapa abu thurob, beliau salah satu thullab
dammaj yg sdh lama menimba ilmu disana dan belum diizinkan utk kembali ke indonesia oleh
syaikh yahya karena keilmuan abu thurob yg sangat dibutuhkan oleh para thullab dammaj (jd
ini mungkin slh satu alasan ente tdk mengenal abu thurob karena saking lamanya abu thurob
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
5/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
5
di dammaj sampai ente blm sempat berkenalan), beliau juga saudara kandung ust. ahmad
kebumen
Abu thurob seorang muadzin di dammaj, beliau memiliki karya tulis yg bermutu dlm ilmu
tajwid yg berjudul fathul majid dan beliau sendiri jg membuka dars fathul majid fil ilmi tajwid
di dammaj,beliau juga hafal Al Quran, riyadhus sholihin. Lantas skrg ana ingin bertanya.
siapakah abu mahfudz??? keilmuannya bagaimana? hafalannya bagaimana??? kalo hanya
sekedar pintar ngomong dan bersyair tanpa ilmu disekitar kita juga banyak
Dan yg sangat menggelikan, ente dan abu mahfudz yg majhul di sisi syaikh yahya dan
mungkin sebagian salafiyyin indonesia, berbicara tentang org yg memiliki keutamaan ilmu di
sisi syaikh dan para thullabul dammaj. Apakah ente seorang ruwaibidhoh?!?!?!?!?!
Wallahu a'lam. (Bani Hasan bin Mukiyi, Ngawi)
Saudara Bani Hasan berkata: jika abu mahfudz di sisi syaikh yahya majhul namun di sisi ente
td majhul, ente sebut tulisan abu mahfudz sbg jurnal ilmiah.
Saya katakan: Yang pertama: wahai saudara Bani Hasan tolong jelaskan kepada saya apa
pengertian majhul menurut ulama Ahlul Hadits, sehingga kita bisa mengkondisikan
keadaan seseorang apakah dia layak mendapat julukan majhul atau tidak ? Kemudian
siapakah yang mengajari saudara untuk mengeluarkan ide mengatakan seseorang majhul
dengan tanpa kemapanan ilmu? Apakah mereka-mereka Turobiyyun yang telah
mengajarkannya kepada saudara Bani Hasan?
Yang kedua: Kalau pengertian majhul hanya kembali kepada ucapan: oh si Abu Mahfudzh
itu majhul karena tidak dikenal oleh syaikh Yahya Hafidzhohullah, maka saya katakan:
Berapa banyak thulabul iIlmi Indonesia yang berada di Dammaj? Apakah syaikh Yahya
mengenal mereka semua? Jawabannya adalah: Tidak!
Syaikh Yahya hafidzohullah tidak mengenal thullab Indonesia yang berada di Dammaj kecuali
beberapa orang saja, sebagai bukti adalah bahwa pernah pada salah satu pelajaran umum diDammaj yang diisi oleh syaikh Yahya, ada secarik kertas naik ke meja syaikh Yahya
hafidzhohullah berisi: Abdul Aziz Al Andunisy (salah seorang santri Dammaj yang telah
mudik ke Indonesia) berkirim salam untuk kita setelah menjawab salamnya beliau berkata:
Saya tidak mengenal nama-nama anak Indonesia yang berada di Dammaj, kecuali lima atau
enam orang. Si fulan, si fulan dan si fulan,..., padahal thullab Indonesia ketika itu lebih dari
250 jiwa. Bila saudara Bani Hasan kurang bisa mempercayai apa yang saya sampaikan ini,
maka silahkan saudara bertanya kepada Turobiyyun yang kini masih berada di Dammaj atau
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
6/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
6
bahkan yang telah pulang ke Indonesia. Bilamana mereka masih jujur dan memiliki daya ingat
yang kuat maka pasti mereka akan membenarkan apa yang saya katakan.
Lantas apakah ini definisi majhul menurut saudara Bani Hasan yang telah terucap lewat
tulisannya, sebagaimana telah disebut di awal tadi?
Jika iya, maka saya katakan: Betapa sempitnya pengetahuan saudara Bani Hasan tentang
istilah-istilah ulama hadits, dan perlu untuk diketahui bahwa dari satu definisi saja akan
terbangun berbagai macam hukum yang berkaitan dengan dienul Islam. Sepertinya saudara
bani Hasan sangat perlu untuk kembali mengulang pelajaran Al Ushuluts Tsalatsah: Al ilmu
qoblal qauli wal amal. (berilmu dulu kemudian baru berkata dan berbuat), itupun jika saudara
Bani Hasan telah pernah belajarUshuluts Tsalatsah. Namun bila ternyata saudara Bani Hasan
belum pernah belajarUshuluts Tsalatsah sama sekali, kenapa lantas berani memvonis
seseorang itu majhul ? Bukankah yang wajib bagi seorang muslim adalah: Berilmu dulu,
kemudian baru berkata dan berbuat.
Wahai saudara Bani Hasan yang saya hormati, adapun ucapan saudara tadi tentang ukuran
majhul-nya seseorang adalah karena dia tidak dikenal oleh syaikh Yahya hafidzhohullah
atau seorang yang alim lainnya -walaupun orang tersebut maruf dengan sunnah serta
dikenal di kalangan ulama sunnah yang lainnya-, bisakah dibenarkan secara istilah ulama
hadits ataukah tidak ? Maka untuk mengetahui lebih lanjut akan tergambar dengan beberapa
contoh berikut:
Contoh pertama: Berapa banyak murid-murid syaikh Bin Baaz rahimahullah yang maruf
disisi beliau, namun tidak dikenal oleh syaikh Yahya dan para pengajar di Dammaj? Berapa
banyak murid-murid syaikh Rabi hafidzhohullah yang maruf disisi beliau, namun tidak
dikenal disisi syaikh Yahya hafidzhohullah dan para pengajar di Dammaj? Berapa banyak
murid-murid syaikh Muhammad Al Imam hafidzhohullah yang maruf di sisi beliau yang
berada di Mabar, namun tidak dikenal oleh syaikh Yahya dan para pengajar di Dammaj?
Apakah lantas hanya karena mereka tidak dikenal oleh sebagian ulama, maka serta-merta
ilmu yang mereka bawa kita tolak ? Walaupun pada kenyataannya, orang tersebut berada di
atas As Sunnah Ash-Shahihah? Apakah ini barometer untuk diterimanya keilmuan seseorang
atau ditolak?
Contoh kedua: Seperti yang telah saya katakan di awal tadi, berapa banyak murid-murid
Indonesia yang berada di Dammaj yang tidak dikenal oleh syaikh Yahya dan para pengajar di
Dammaj? Yang seperti ini bila dikembalikan menurut istilah saudara Bani Hasan tadi adalah
majhul? Lantas apakah nanti saat mereka pulang ke Indonesia, keilmuan yang mereka bawa
dan dakwah yang mereka sebarkan ditolak ?
Contoh ketiga: Kalau saudara Bani Hasan mau bersikap jujur dalam menilai maka saya ingin
bertanya siapakah Ulama di Saudi Arabia yang mengenal ustadz Abu Hazim Muhsin ?
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
7/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
7
Apakah lantas saudara Bani Hasan bisa menerima bila ustadz Abu Hazim dibilang majhul,
kritikannya terhadap duat salafiyyin Indonesia ditolak, kemudian diboikot serta dakwahnya
ditolak hanya dengan menurut istilah majhul yang telah saudara Bani Hasan sebutkan tadi?
Mengingat para masyayikh Saudi tidak mengenal ustadz Abu Hazim Muhsin.
Contoh keempat: Sebut saja nama Abu Husein Irwan dari Lamongan yang telah pulang ke
Indonesia, apakah syaikh Yahya mengenalnya? Atau nama Muhammad Asnur Abu Aisyah
dari Kendari yang juga telah mudik ke Indonesia, yang kini dia bersama Turobiyyin, apakah
syaikh Yahya mengenalnya? Tentunya masih segar dalam ingatan nama Abu Laits
Abdurrahman (Fajar) dari Kendal yang baru saja mudik ke Indonesia, apakah syaikh Yahya
mengenalnya? Dan yang terbaru lagi nama Abdul Wahhab Thowil alias Restu dari
Kalimantan, sebagai Humas Pusat Turobiyyah yang belum genap satu bulan meninggalkan
Dammaj, apakah syaikh Yahya mengenal mereka semua satu-persatu ? Mereka semua saat
meninggalkan Dammaj berada dalam jaringan Turobiyyah alias teman-teman sepemahaman
saudara Bani Hasan. Lantas ketika mereka kembali ke Indonesia, dalam keadaan syaikh Yahya
tidak mengenal mereka lagi.
Nah, apakah saudara Bani Hasan akan menerima ilmu dan berita yang mereka bawa karena
mereka majhul, lantaran mereka tidak dikenal oleh syaikh Yahya lagi ? Ternyata dari sisi
lain saudara Bani Hasan termakan sendiri oleh istilah yang dibuatnya, saat hendak
menerapkan kalimat majhul. Dari sini kita bisa melihat sepertinya saudara Bani Hasan
bingung mendefinisikan kalimat majhul dan kebingungan itu menimbulkan akibat yang
sangat fatalpula. Kiranya ada seorang dai Salafy di Indonesia yang bermurah hati dan waktu
untuk memberikan pelajaran khusus kepada saudara Bani Hasan, sehingga dia terbebas dari
kebingungan yang tengah melandanya.
Ataukah saudara Bani Hasan sendiri yang kurang berminat untuk mendalami ilmu agama yang
sesuai dengan pemahaman Salaf, namun berambisi kuat untuk menjadi seorang yang akan
menjadi rujukan bagi ummat ? Kenapa hingga detik ini, saudara tidak menyiapkan diri untuk
berangkat ke Yaman, guna mempelajari ilmu ini langsung di hadapan para Ulama Sunnah ?
Bukankah dari sisi materi saudara termasuk orang yang diberi kecukupan harta oleh
Allah Taala? Sampai kapan saudara membiarkan diri tertinggal jauh di belakangsana? Saya berdoa semoga Allah mempermudah langkah saudara Bani Hasan serta Salafiyyin
Indonesia lainnya untuk mengkaji ilmu ini langsung di hadapan para Ulama Sunnah (itupun
bila saudara memang memiliki niatan ikhlas untuk belajar langsung ke tempat para ulama-
pen).
Saudara Bani Hasan berkata: tapi saat abu thurob menulis malzamah ilmiah dimana beliau
dikenal di sisi syaikh yahya dan dlm keadaan syaikh yahya mengetahui isi malzamah tsb
namun ente (ikhwah yang berada di Indonesia yang tulisan saudara Bani Hasan ini ditujukan
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
8/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
8
kepadanya-pen) kebetulan tdk mengenalnya dengan serta merta ente menolak malzamah tsb
bahkan malah menerima "jurnal ilmiah" abu mahfudz
Saya katakan: Ralat, bukan Abu Thurob tapi Abu Turob, salah huruf, salah makna & beda
orang !
Baiklah... kita lanjutkan...
Siapakah yang terlepas dari kesalahan? Siapakah yang dapat menjamin dirinya terjaga dari
kekhilafan? Siapakah manusia - selain nabi dan rasul - yang mashum? Di sisi lain, apakah
orang yang dekat dengan seorang alim, lantas kita bisa menyatakan bahwa dia tidak bersalah
dan tidak memiliki kesalahan sehingga tidak pantas untuk ditegur atau dinasehati? saya
menerangkan sisi lain Abu Turob dan orang-orang yang bersamanya dari beberapa kesalahanyang mereka lakukan, bila saudara Bani Hasan membaca Tirai itu kini telah tersingkap
sesi pertama dan kedua, maka akan mendapati kenyataan yang telah saya sebutkan lengkap
dengan buktinya.
Semestinya, saat kita mendapati saudara kita Ahlussunnah yang bersalah atau melakukan
kesalahan, maka kewajiban kita adalah menasehatinya, yang tentunya dengan cara yang baik
dan benar. Hal itu sebagai wujud cinta dan kasih kita kepada saudara kita sesama Salafiyyin.
Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam bersabda:
: ( , 102/55(
Artinya: "Agama itu adalah nasehat, para Shahabat bertanya, bagi siapa diperuntukkan nasehat
itu? Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menjawab: "Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya,
para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam mereka. " (Diriwayatkan oleh Imam
Muslim: 102/55. dari sahabat Abi Ruqayyah Tamim Bin Aus Ad Dary)
Beliau juga bersabda:
):104/56:57 (
Artinya: "Dan dari Jarirradliyallahu 'anhu berkata: "Aku membai'at Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wasallam untuk selalu mengerjakan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasehat
kepada setiap muslim."(Diriwayatkan oleh Al Bukhary: 57 dan Muslim: 104/56)
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
9/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
9
Beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda:
:45 :13 ( )
Artinya: "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai
(kebaikan) untuk saudaranya, sebagaimana dia mencintai (kebaikan itu) untuk dirinya sendiri."
(Diriwayatkan oleh Al Bukhary: 13 dan Muslim: 45 dari sahabat Anas Bin Malik
radliallahu 'anhu)
Sehingga bukan berarti orang yang dikenal oleh syaikh Yahya, dan dalam keadaan syaikhYahya mengetahui keadaan orang itu, lantas dia tidak mungkin terjatuh pada kesalahan. Ini
justru pemahaman yang sangat salah dan mendekati pemahaman Shufiyyah yang
berkeyakinan akan kesucian para wali ! Walau tentunya kita tetap berharap bahwa orang
yang dekat dengan seorang yang alim akan lebih terhindar dari kesalahan, karena keilmuan
yang ada padanya. Namun bila ternyata orang itu bersalah, maka kewajiban bagi orang
yang melihat dan menyaksikan kesalahan itu untuk merubahnya, serta meluruskan
orang yang salah tersebut siapapun orangnya. Dan ini adalah prinsip agama yang kita anut.
Rasulullah Shallallahu alaiahi wassallam bersabda:
.
) (
Artinya: Barangsiapa diantara kalian ada yang melihat kemungkaran maka hendaknya dia
merubah kemungkaran itu dengan tangannya, bila tidak mampu dengan tangan maka
hendaknya dia merubah kemungkaran itu dengan lisannya dan bila tidak mampu dengan lisanmaka hendaknya dia merubah kemungkaran itu dengan hatinya, dan mengingkari
kemungkaran dengan hati itu merupakan tingkatan iman yang paling lemah (diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Shahabat Abi Said Al Khudry radliyallahu anhu
Adapun Abu Mahfudzh, disaat menjelaskan kesalahan dan penyimpangan Abu Turob dan
kelompoknya, bukanlah sekedar memenuhi ambisi pribadi, bukan pula tuduhan dusta atau
sekedar omong kosong. Bahkan disertai dengan bukti yang tercantum serta disaksikan oleh
mereka-mereka yang berada di Dammaj, yang mereka mengalami kejadian demi kejadian
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
10/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
10
yang sedang berlangsung di tengah-tengah mereka. Hal ini dilakukan Abu Mahfudzh demi
perwujudan dari sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang berbunyi:
):4715 , (
Artinya: Kalau seandainya semua orang diberi sesuai dengan pengakuan mereka, maka akan
ada orang yang mengaku bahwa harta dan darah yang dimiliki oleh suatu kaum sebenarnya
adalah miliknya. Akan tetapi orang yang mengaku-ngaku harus mendatangkan bukti dan
orang yang mengingkari pengakuan orang lain harus mengucapkan sumpah. (Hadits
Ibnu Abbas diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam kitabnya Sunan Sughro: 4715)
Semoga saudaraku Bani Hasan dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah tertuang dalam
risalah ini.
Sedangkan ucapan saudara Bani Hasan yang berbunyi: dimana abu mahfudz ini mengatakan
kalau dia baru beradaptasi dengan iklim dan cuaca dammaj.
Saya katakan: Wahai saudara bani Hasan yang saya hormati, disini ada dua hal yang ingin
saya sampaikan kepada saudara:
Yang pertama:Nampaknya saudara Bani Hasan kurang teliti dalam menukilkan ucapansaya, dan dan saya melihat ini adalah suatu kecerobohan. Ternyata saudara kurang bisa
mengemban amanah ilmiyyah dalam menukilkan ucapan seseorang. Bagi mereka yang
meneliti dengan seksama apa yang saya ucapkan pada Tirai sesi pertama, maka mereka
akan menemukan dimana letak kecerobohan saudara Bani Hasan. Inilah kalimat yang saya
ucapkan pada: Tirai itu kini telah tersingkap sesi pertama: Saat kutorehkan tinta ini
tergerak lisan dan hatiku tuk selalu berucap syukur kepada Allah Taala, yang telah
mentaqdirkan kesehatan ini, tuk tetap setia menemani semangatku dalam menuntut ilmu
Dienul Islam saat ini. Walau perubahan cuaca di Yaman terasa sangat kurang bersahabat
dengan kondisi tubuhku saat ini. Namun aneh tapi nyata, beberapa bulan telah berlalu toh
aku masih belum bisa beradaptasi dengan gurun batu, Negeri Yaman. Sementara ucapan
saudara Bani Hasan berbunyi: (dimana abu mahfudz ini mengatakan kalau dia baru
beradaptasi dengan iklim dan cuaca dammaj, yang tertera dalam Tirai bukan Dammaj
melainkan di Yaman atau Negeri Yaman.
Ternyata saudara Bani Hasan sama-sama cerobohnya atau diajari ceroboh oleh Abu
Sholih Dzakwan Al Medany Al Indonesy ? Dalam tulisannya yang dimuroja'ah oleh PTT
(Panglima Tertinggi Turobiyah) Abu Turob Saif Al Jawy Al Indonesy, Dzakwan berkata
keliru lantaran dia tidak cermat membaca tulisan Abu Mahfudh dengan menyatakan : Dia
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
11/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
11
adalah muta'ashib pendusta yang bersembunyi di Dammaj menurut pengakuannya. Sementara
orang-orang Indonesia yang bernama "Ali" disini tiada satupun yang berani mengaku kenal
dengannya. Hai pengecut, tolong sebutkan kepada kami nama-nama orang yang
mengenalmu dan merekomendasi dirimu, juga nama kampung halamanmu, serta alamatmu
yang jelas di Dammaj. Karena kami ingin berkenalan denganmu dan berziaroh ke tempatmu.
Kami juga ingin memperperkenalkanmu kepada Syaikhuna Yahya Al Hajury hafizdohulloh.
Ini jika kamu adalah dari kalangan manusia. Namun jika kamu dari sebangsa jin hizby, maka
kami katakan: "Ittaqillah, wakhsya' falan ta'duwa qodroka!" . (hal 52, Menggulung Jaringan
Sindikat Membongkar Makar Pengkhianat Abdurrohman Al- 'Adeny).
Kecerobohan saudara Bani Hasan ini juga sama persis dengan kecerobohan pria
bernama Abu Fairuz Abdurrahman bin Sukaya yang menyatakan tentang Abu Mahfudzh
: Mengaku ada di Dammaj tapi tak kami temukan batang hidungnya . (Buat yang Memerangi
Kebatilan dengan Identitas Samaran, hal: 12). Ternyata kalian, wahai Turobiyyun, baik
yang berada di Dammaj atau di Indonesia saling mewariskan kecerobohan!
Semoga pembenaran ini mendorong saudara Bani Hasan, Abu Sholih Dzakwan Al Medany Al
Indonesy, Abu Fairuz Abdurrahman bin Sukaya, untuk bisa lebih teliti dalam menukilkan
ucapan seseorang, sehingga tidak terjatuh pada kesalahan yang sama di kemudian hari.
Yang kedua: Wahai saudara Bani Hasan, berapa banyak pelajar di Dammaj (sesuai tulisan
saudara Bani Hasan) yang telah bertahun-tahun lamanya namun saat terjadi perubahan musim,
mereka tidak juga bisa beradaptasi dengan iklim Dammaj? Bahkan tak sedikit dari mereka
yang terserang penyakit karena perubahan musim itu. Apakah ini menjadi suatu cela bagi
seseorang untuk lantas apa yang datang darinya ditolak ? Dan bukankah tahun itu merupakan
kumpulan dari bulan? Sedangkan bulan adalah kumpulan dari pekan dan pekan juga kumpulan
dari hari? Salahkah bila seseorang mengatakan beberapa bulan, untuk mengungkapkan
masa empat tahun atau lebih, demi menyesuaikan susunan kalimat yang tertera
sebelumnya?
Adapun ucapan anda: ( namun dengan hebatnya sudah mengenal "aliran thurobiyyun"
dengan sedetail-detailnya)
Saya katakan: Apakah saudara Bani Hasan terheran-heran dengan keadaan saya yang
mengenal Aliran Turobiyyah dengan sedetail-detailnya? Bila ternyata memang saudara
terheran-hean dengan keadaan itu, maka maklum saja karena saudara Bani Hasan masih
bingung dengan kalimat baru bisa beradaptasi dengan iklim dan cuaca Dammaj (yang
benar bukan Dammaj namun Negeri Yaman), namun saya akan menepis keheranan yang
kini tengah menyelimuti saudara Bani Hasan.
Bahwa disana ada peribahasa Arab yang berbunyi:
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
12/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
12
Artinya: Orang yang hadir menyaksikan apa yang tidak disaksikan oleh orang yang tidak
hadir.
Peribahasa lainnya berbunyi:
Artinya: Tidaklah sama antara orang yang menyaksikan dengan orang yang hanya
mendengar.
Sementara itu, Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam juga bersabda :
" : " :
Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam bersabda:
Sekedar berita tidaklah seperti menyaksikan sesuatu dengan mata kepala. (Diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dalam musnadnya, serta dishahihkan oleh Al Albany rahimahumallah)
Bukankah waktu empat tahun sangat cukup bagi seseorang untuk mengenal suatu
pergerakan yang ada disekelilingnya ? Terlebih dahulunya orang tersebut juga mengikuti
pergerakan itu dan sempat ikut andil padanya ?
Berapa lama perjuangan Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jamaah (FKAWJ) di Ambon?
Bukankah dalam kurun waktu hampir tiga tahun, maka banyak dari anggotanya mengetahui
kesalahan yang dilakukan oleh forum itu? Lantas apa yang mengherankan saudara Bani
Hasan, bila ternyata kini Abu Mahfudzh memperingatkan rekan-rekannya dari
kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan oleh Turobiyyah, lengkap dengan data dan
persaksian orang yang mengalami kejadian tersebut ?
Wahai saudara Bani Hasan yang saya hormati, bukan hawa nafsu kita yang pantas kita
ikuti, namun al-haq sajalah yang wajib kita tempuh. Bukan pula karena kewibawaan
seseorang lantas menghalangi kita untuk mengutarakan dan menyampaikan Al Haq. Justru al-
haq lebih mulia dan lebih berharga dari diri, keluarga dan semua sahabat kita, inilah yang
diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam kepada ummatnya. Rasulullah
Shalallahu alaihi Wasallambersabda:
" ) )" ( (
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
13/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
13
Artinya: Janganlah sampai hanya karena perasaan segan terhadap manusia lantas
menghalangi seseorang untuk berkata benar jika dia mengetahuinya, menyaksikan atau
mendengarnya " (Hadits Abi Said yang diriwayatkan oleh Ahlus Sunan dan tersebut di As-
Silsilah Ash-Shahihah , syaikh Al Bani juz 1 hal 167 ).
Sedangkan ucapan saudara Bani Hasan yang berbunyi: ya akhi salafiyyin mana yg ente sebut
tidak mengenal abu thurob? ikhwah2 yg sdh lama mengenal dakwah salafy insya Allah
mengenal siapa abu thurob, beliau salah satu thullab dammaj yg sdh lama menimba ilmu
disana."
Saya katakan: Iya, memang benar bahwa Abu Turob adalah salah seorang thullab di
Dammaj yang telah lama belajar di tempat itu. Kita harus adil dalam bersikap dan bertindak.
Kita katakan yang benar itu memang benar dan kita katakan yang salah itu salah, karena
keadilan lebih dekat kepada ketaqwaan.
Adapun ucapan saudara Bani Hasan: Dan belum diizinkan utk kembali ke indonesia oleh
syaikh yahya
Saya katakan: Ini juga benar, bahwa Abu Turob belum diizinkan oleh syaikh Yahya untuk
mudik ke Indonesia. Namun ucapan saudara bani Hasan yang berbunyi: karena keilmuan abu
thurob yg sangat dibutuhkan oleh para Thullab Dammaj
Saya katakan: Nah pada kalimat ini saya memiliki beberapa catatan diantaranya:
Pertama:Sayaberprasangka baik terhadap Abu Turob atas ucapan saudara Bani Hasan yang
berbunyi: keilmuan Abu Turob yg sangat dibutuhkan oleh para Thullab Dammaj, apabila
didengar oleh Abu Turob, maka dengan serta-merta Abu Turob akan mengingkarinya.
Abu Turob akan membersihkan dirinya dari pujian saudara Bani Hasan yang tidak pada
tempatnya ini, serta tidak pula terwujud di alam nyata. Hal itu dikarenakan Abu Turob lebih
tahu tentang dirinya sendiri dan bagaimana posisinya. Juga karena dia mengetahui sebuah
haditsRasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang berbunyi:
Artinya: Orang yang berbangga dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya, bagaikan orang
yang mengenakan dua pakaian kedustaan (Diriwayatkan oleh Al Bukhari: 5219 dan Muslim:
5706 dari Shahabat Asma Binti Abi Bakr Ash Shiddiq)
Kedua: Para tholabah Indonesia lainnya yang telah lama di Dammaj dan paham dengan
keadaan Abu Turob, apabila mereka mengetahui ucapan saudara Bani Hasan ini, maka mereka
juga akan mengingkari ucapan saudara Bani Hasan yang terkesan sangat dipaksakan ini.
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
14/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
14
Ketiga:Sebagian orang yang baru saja melepaskan diri dari Turobiyah, yang dahulunya
mereka selalu bersama Abu Turob, namun demi menyaksikan kesalahan dan
penyimpangan Abu Turob dan kelompoknya, apabila mereka mencermati pujian saudara
Bani Hasan kepada Abu Turob, tentulah mereka bakal mengingkari perkataan saudara Bani
Hasan ini.
Keempat: Wahai saudara Bani Hasan, dari siapakah saudara mendapatkan berita ini?
Siapakah yang telah memberikan berita yang kurang akurat ini kepada saudara? Yaitu
berita yang berisi bahwa: keilmuan Abu Turob yg sangat dibutuhkan oleh para Thullab
Dammaj, saya khawatir saudara Bani hasan menerima berita ini dari orang yang tidak
dikenal di sisi syaikh Yahya hafidzohullah alias majhul ! Namun yang menjadi pertanyaan,
Mengapa disaat saudara butuh kepada suatu keadaan yang menguntungkan posisi saudara,
lantas kemudian menerima berita dari seseorang yang menurut disiplin ilmu yang ada pada
saudara Bani Hasan, dicap sebagai majhul?-, ataukah saudara mengatakan sesuatu yang
tidak saudara ketahui?
Kelima: Bukankah saudara Bani Hasan berasal dari keluarga yang mampu ? Tidakkah
sebaiknya saudara menuntut Ilmu dien yang mulia ini langsung ke Dammaj, tidak
melalui para perantara yang majhul itu ? Sehingga dengan demikian saudara bisa
langsung duduk di hadapan para Ulama yang terpercaya secara langsung? Dan di sisi lain
saudara juga akan bisa mengetahui bagaimana Abu Turob dan siapa Abu Turob yang
sebenarnya ? Namun sebagaimana pepatah menyatakan: Nasi telah menjadi bubur, justru
saudara Bani Hasan menghabiskan masa mudanya dengan kuliah, yang semua orang yang
memiliki kecemburuan terhadap dien ini akan mengingkari perbuatan dan kelakuan yang anda
tempuh. Berapa banyak kemaksiatan yang saudara kerjakan dalam 1 hari selama berada pada
jam kuliah ??? Bukankah tempat kuliah itu terjadi ikhtilath ??? Ataukah anda bukan termasuk
orang yang dipilih oleh Allah untuk bisa bermajlis di hadapan para ulama Ahlus Sunnah?
Kita memohon kepada Allah agar Dia selalu menganugrahkan kekokohan kepada kita
dalam menapaki al-haq ini.
Keenam:Setelah kita mengetahui kenyataan yang sebenarnya, bahwa tidak diizinkannya Abu
Turob pulang ke Indonesia ternyata bukanlah karena : keilmuan Abu Turob yang sangat
dibutuhkan Thullab Dammaj, sebagaimana yang dilontarkan oleh saudara Bani Hasan tadi.
Maka tentunya timbul pertanyaan di benak kita semua: Lantas apakah sebab syaikh
Yahya tidak mengizinkan Abu Turob untuk pulang ke Indonesia?
Jawabannya adalah: Seorang guru yang penyayang, apabila melihat anak didiknya
kurang memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih
tinggi, maka si guru tadi akan memberikan saran kepada si murid untuk mengulang
kembali pelajaran yang telah didapatinya. Dengan kata lain, si murid tadi tidak naik
kelas. Dan apabila telah mapan dalam pengulangannya itu, maka baru pada tahun
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
15/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
15
berikutnya akan diizinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal itu
semata-mata biasa dilakukan oleh guru yang bijak, demi melihat suatu pertimbangan jauh ke
depan yang sangat matang. Yakni apabila sang murid dengan ketidakmampuannya tetap
dipaksa untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi, maka tentulah si murid akan
mengalami kesulitan. Dan lebih parah dari itu tidak menutup kemungkinan si murid akan
mengalami kegagalan yang lebih fatal dalam belajarnya. Maka pengulangan yang diterapkan
pada sang murid, walau terasa sangat menekan pikirannya, jauh lebih baik dari pada harus
mengalami kegagalan total dalam belajarnya. Itu merupakan sebuah isyarat, seorang yang
cerdik akan mengerti dengan isyarat yang dihadapinya.
Namun bagi mereka yang masih belum paham dengan isyarat di atas, silahkan simak
penjelasan berikut. Bahwasanya syaikh Yahya hafidhohullah saat beliau belum mengizinkan
Abu Turob untuk pulang ke Indonesia, bukanlah lantaran : karena keilmuan Abu Turob yang
sangat di butuhkan oleh para Thullab Dammaj. (sebagaimana yang dinyatakan oleh saudara
Bani Hasan tadi). Namun yang benar, demi melihat prestasi Abu Turob yang masih
kurang, sehingga dikhawatirkan Abu Turob kurang mumpuni untuk terjun di medan
dakwah Indonesia yang sangat berat, maka beliau menyarankan Abu Turob untuk tetap
tinggal di Dammaj guna mendalami ilmu dien ini, sembari mengajari teman-temannya
apa yang dia mampu. Hal ini akan lebih mengasah kemampuannya, agar lebih mapan lagi
dalam keilmuannya, sehingga apabila nanti pulang ke Indonesia maka dia bisa mengemban
dakwah yang sangat berat ini, sebagaimana para duat Salafiyyin lainnya yang telah
mendahului Abu Turob berdakwah dan berjuang di medan sebenarnya, yakni negeriIndonesia.
Hal ini lebih ringan ketimbang Abu Turob diizinkan untuk pulang, namun tetap saja
prestasinya yang kurang bagus, karena dikhawatirkan dia akan mengalami banyak kesulitan
dalam berdawah. Apatah lagi lebih parah, apabila ternyata dia gagal dalam mengemban
dakwah Salafiyyah yang murni dari Pusat Dakwah Salafiyyah yang Murni Sedunia -
meminjam istilah akhi Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya maka apa kata dunia ???
Terlebih parah lagi apabila ia nantinya menjerumuskan orang lain dalam keadaan keliru,
sehingga banyak orang yang masuk dalam kegagalan seperti yang dia jalani. Dan bukankah
penyimpangan serta kesalahan al ustadz Abu Hazim Muhsin selama bergelut di medandakwah Indonesia bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi orang yang cerdik ?
Adapun ucapan saudara Bani Hasan yang berbunyi: beliau juga saudara kandung ust. ahmad
kebumen
Saya katakan: Ternyata saudara Bani Hasan telah membantu saya dalam menyingkap Tirai
Turobiyyah. Saya ucapkan: Jazakallahu Khairol Jaza, dan semoga setelah saudara
menyingkap sendiri Tirai Turobiyyah, maka saudara Bani Hasan tidak tertipu lagi dengan
manisnya bujuk rayu Turobiyyah.Namun sebelum memasuki inti permasalahan pada poin ini,
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
16/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
16
ada baiknya bila diawali dengan kata pembuka sehingga pelajaran ini akan bisa lebih meresap
dan mudah untuk dipahami, yaitu:
Wahai saudara Bani Hasan, bukankah Allah memerintahkan kita untuk berlaku adil dalam
setiap keadaan ? Dan bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk berlaku adil pada setiap
sikap yang kita lakukan? Bila saudara mengatakan: Tidak!, maka semua orang akan
mengenal siapa anda sebenarnya. Namun bila ternyata saudara mengatakan: Iya!, dan saya
berbaik sangka kepada saudara Bani Hasan bahwa saudara akan mengatakan: Iya. Maka
disini kita akan meneruskan pelajaran kita ini. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
)) :8 Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kalian menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah karena
kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah kalian, karena keadilan itu lebih dekat kepada ketaqwaan. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kalian lakukan" (Al Maidah: 8)
Allah Subhanahu Wa Taala juga berfirman:
):135(
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kalian menjadi para penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah sekalipun terhadap diri-diri kalian sendiri atau kedua orang tua
serta karib kerabat kalian" (An Nisa: 135)
Tentunya kedua ayat ini merupakan dasar dan landasan bagi setiap muslim untuk bersikap dan
bertindak. Dan saudara Bani Hasan juga tentunya memiliki pemahaman yang sama denganmuslimin yang lainnya, bahwa kita harus tetap adil dalam bersikap dan bertindak. Namun
bilakah kita melihat keadilan Turobiyyun? Salah seorang anggota Turoby menulis sebuah
kitab berjudul :
"
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
17/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
17
Kutipan halaman 9 kitab tersebut sbb :
)(:
(( ) ( )( ()( )( ) () () ( ) ( )
(,)( )( )( ) ( )
, )( ) ( )(,)(,) (,)(,) ()()(,)(
(,) (,) (
.)Nampak disana dengan semangat yang membabi-buta si penulis menyikathampir semua
yang memiliki yayasan yang dimiliki para duatSalafiyyin Indonesia, terlebih duat
Salafiyyin yang tidak sependapat dengan Turobiyyah. Lihat yayasan Al Madinah, Solo
(ustadz Jauhari, Muhammad Naim, Lc), yayasan Tazhimus Sunnah Riau (ustadz Dzul
Akmal, Lc), yayasan Markaz Amal Al-Islami (ustadz Dzulqarnain), Makassar, dst.
Kendati telah ada diantara duat Salafiyyin Indonesia memiliki pandangan jauh ke depan,
dengan mengemukakan pendapat para Ulama di masa kini. (lihat kembali tulisan yang sarat
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
18/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
18
dengan ilmu yang mapan, berjudul Mendulang berkah dengan yayasan Salafiyyah,
disusun oleh seorang dai Salafy bernama Abu Karimah Askari hafidzhohullah), namun tetap
saja memberi harga mati, semua yayasan bidah, sesat!
Jelas nampak kita bisa melihat ketimpangan Turobiyyun dan ketidak-adilan mereka dalam
bersikap dan bertindak.
Bahkan tertulis, penulis menyebutkan yayasan Tazhim As Sunnah, yang dipelopori dan
diketuai al ustadz Abal Mundzir Dzul Akmal, Lc. Namun kenapa kita tidak pernah
mendengar murid-murid ustadz Dzul Akmal mengangkat Yayasan itu ke permukaan,
sebagaimana mereka mengangkat yayasan duatSalafiyyin lainnya? Mana keadilan
Turobiyyah dalam bersikap dan bertindak? Apakah hanya lantaran al ustadz Dzul Akmal,
Lc adalah guru bagi sebagian Turobiyyin yang berada di Dammaj, lantas yayasan yang berada
dalam bimbingan beliau tidak tersentuh cap bidah ashriyyah, sesat itu ?
Manakah suara-suara sumbang Turobiyyah atas yayasan Tazhim As Sunnah, Riau,
sebagaimana mereka telah mengeluarkan suara sumbang atas yayasan-yayasan duat
Salafiyyin lainnya? Semoga saudara Bani Hasan memiliki pemikiran yang cemerlang yang
sesuai dengan Al Kitab dan As Sunnah As Shohihah serta memiliki keadilan pula dalam
bersikap dan bertindak. Sehingga tidak terjatuh dalam ketimpangan Turobiyyah
Di Ngawi sendiri juga disebutkan sebuah Yayasan yang diberi nama dengan Yayasan
Tazhimus Sunnah, dan Bani Hasan hadir dalam pendirian yayasan tersebut,sebagaimana dinyatakan al Ustadz Abdul Hadi. Hasan termasuk yang ikut menunjuk
ustadz Abdul Hadi sebagai ketuanya. Namun kenapa Abu Hazim atau Turobiyyun yang kini
berada di Dammaj tidak pernah melakukan pengingkaran terhadap yayasan itu, sebagaimana
pengingkarannya terhadap yayasan dan duatSalafiyyin lainnya ?
Bahkan ternyata yang lebih menggelikan lagi, yayasan bernama Yayasan Tarbiyyatus
Sunnah, Jl. Syuhada 02, Sampung, Sidorejo, Plaosan, Magetan, dimana Abu Hazim
mengajar, ternyata masih terdaftar dan tetap aktif di pemerintahan, namun hanya plang
atau tulisan Yayasan-nya saja yang disembunyikan. Kemudian disebarlah isu berita
bahwa Abu Hazim telah membubarkan yayasannya, sehingga lolos dari daftar yayasanbidah di atas. Namun tidak pernah ada yang menerangkan bahwasanya yayasan
Tarbiyatus Sunnah itu telah dibubarkan secara resmi lewat Pengadilan Negeri Magetan!
Dan juga perlu ditanyakan, apakah pemerintahan setempat telah mengetahui bahwa yayasan
Tarbiyatus Sunnah yang selama ini menaungi pondok Ittibaus Sunnah serta semua kegiatan
dakwah di Magetan telah bubaran, ataukah semua kegiatannya masih tetap berjalan? Tidak,
bahkan daurah, pengajian, mendatangkan ustadz-ustadz dari yayasan Salafy terus
dilangsungkan disana. Padahal terus berkumandang nyanyian dari Turobiyyun terkait yayasan,
Ini haroom!!! Ini bid'ah 'ashriyyah!!! Ini muhdatsah!!! Atau ungkapan lainnya karena
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
19/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
19
masalah yayasan itu sudah pasti bidah sesat, permasalahan basi yang bid'ah, yaitu masalah
yayasan ! Jangan memakai yayasan wahai salafiyyin, kalau engkau tetap memakainya,
pastilah cap dungu bakal disarangkan oleh Turobiyyun, seperti ucapan Abu Turob : Ya
subhanalloh di mana tawakkalmu dan taqwamu wahai orang dungu?.
Tidakkah mereka bertaubat dari yayasan itu ? Bukankah kita mengetahui syarat taubat?
Allah berfirman:
.
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan
berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah Kami menerangkannya
kepada Manusia dalam Al Kitab mereka itu di lanat Allah dan dilanat oleh semua makhluk
yang dapat melanat. Kecuali mereka yang telah bertaubat, dan mengadakan perbaikan serta
menerangkannya. Maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Aku-lah Dzat
yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah: 159-160)
Yang lebih aneh mengapa Abu Hazim masih tetap bertahan di tempat itu, padahal menurut
keyakinannya bahwa pondok itu dibangun bukan atas dasar ketaqwaan sejak peletakan batu
pertama karena masih membawa embel-embel Yayasan? Mengapa Turobiyyun mengatakan bahwa Yayasan sebagai wasilah dakwah itu Muhdatsah, Bidah Ashriyyah dan Haroom ?
Namun pada kenyataannya di Magetan di tempat Abu Hazim tinggal dan mengajar, kita
dapati baik itu tanah, bangunan, masjid serta semua fasilitas yang didapat atas nama
yayasan, donatur, proporsal, bertasawul, muammalah dengan rekening bank, semuanya
masih dipakai. Mengapa ketimpangan ini engkau pertontonkan pada kami, ya ustadz ?
Bukankah Allah Taala berfirman:
.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah serta tinggalkanlah
sisa dari riba jika kalian benar-benar orang yang beriman. Akan tetapi jika kalian tidak
mengerjakannya (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangi kalian. Dan jika kalian bertaubat maka bagi kalian pokok harta kalian. Kalian tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya. (Al Baqarah: 278-279)
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
20/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
20
Adakah kita mendengarTurobiyyah membicarakan keadaan Abu Hazim? Apakah karena dia
adalah kakak kandungnya Abu Arqom Mushlih (yang merupakan anggota Turobiyyah), lantas
dia selamat dari bidikan Turobiyyun? Atau apakah karena Turobiyyun masih memanfaatkan si
miskin ini, lantas mereka masih menutup mulut dan mata mereka dari kesalahan dan
penyimpangan yang dilakukan oleh Abu Hazim, sampai mereka mencapai tujuan mereka
kemudian mencampakkan Abu Hazim?Habis manis sepah dibuang !
Dan bukankah ustadz Ahmad, Petanahan, juga memiliki yayasan ? Apakah hanya
karena Ustadz Ahmad Syaibani adalah saudara kandungnya, lantas Abu Turob
membebaskan saudaranya dari hukum yang telah menjadi keyakinan mereka bahwa
Yayasan itu haram, bidah dan muhdatsah ?
Ya, ustadz Ahmad Syaibani, yang merupakan saudara dari ustadz Abu Turob Al-Jawi,
memiliki yayasan bernama Anwarus Sunnah, di Petanahan, Kebumen. Kiprah yayasan
ini memiliki radio dakwah, pondok pesantren dengan nama sesuai nama yayasan,
termasuk dikenal, sampai pernah dibahas Ahmad Wahib dari STAIN Yogyakarta
dalam tulisannya berjudul Gerakan Dakwah Salafy Paska Laskar Jihad. Ahmad
Wahib tahu adanya yayasan ini, yang lokasinya di depan Pegadaian Petanahan, Petanahan,
Kebumen 54382. Masak Abu Turob pura-pura tidak tahu tentang yayasan saudaranya ini,
sementara orang jauh malah tahu persis ?
Para pembaca sekalian juga bisa crosscek sendiri keberadaan yayasan Anwarus Sunnah pada
ustadz Khalid, pengajar di yayasan Anwarus Sunnah, nomor HP beliau ada di internet,
tercantum sebagai agen Albiruniherbals. Seorang ikhwan di Indonesia menyampaikan bahwa
beliau menyatakan benar bahwa yayasan tersebut masih ada. Namun saudara-saudara sekalian,
tidak pernah kita dengar sekalipun ada kritikan atas al Ustadz Ahmad Syaibani, apakah sang
PTT Abu Turob Al-Jawi memang selalu memakai 2 timbangan dalam menghizbikan,
membidah-sesatkan yayasan, sehingga saudaranya dan rekannya dikecualikan ?
(Peringatan: Bukan berarti saya mencela dan merendahkan al Ustadz
Abul Mundzir Dzul Akmal, Lc, al Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain, al
Ustadz Ahmad Syaibani dan duat salafiyyiin lainnya, lantaran yayasan
yang juga mereka miliki. Namun saya menegur diantara oknum murid-
murid mereka yang kini berada di Dammaj yang tidak berlaku adil.
Adapun Al Ustadz Abul Mundzir Dzul Akmal, Al Ustadz Abu Muhammad
Dzulqarnain, Al Ustadz Ahmad Syaibani dan yang lainnya mereka
memiliki yayasan, mungkin beliau-beliau termasuk orang yang mengambil
fatwa para Ulama lainnya yang membolehkan menggunakan yyasan sebagai
wasilah dakwah, demi menghindari terjadinya penekanan dari pihak-
pihak tertentu yang menginginkan kehancuran pada dakwah Salafiyyah di
negeri Indonesia. Seperti kita sering mendengar adanya fitnah berupa
cap teroris, aliran sesat, dan semisalnya, sering beredar di sekitar
tempat tinggal komunitas salafiyyin atau di sekitar mahad Salafy.
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
21/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
21
Diantara maslahatnya, dengan adanya kejelasan status lembaga
pendidikan Salafiyyin, yayasannya, hubungan baik dengan pemerintah
dan perangkatnya, maka fitnah itupun alhamdulillah mereda. Dan
mungkin juga beliau-beliau menimbang beberapa kemaslahatan lainnya,
akan tetapi mereka Turobiyyun tidak mengetahuinya atau tidak mau
tahu, atau karena mereka kurang bisa membedakan mana mashlahat dan
mana pula mafsadat)
Demikian ketidak-adilan Turobiyyun ini, maka kita teringat dengan hadits Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi:
: :3475( ) 1688
Artinya: Demi jiwaku yang berada dalam tangan-Nya, kalaulah seandainya Fathimah binti
Muhammad (anak perempuan beliau sendiri) mencuri, maka niscaya akan aku potong
tangannya. (Diriwayatkan oleh Bukhari: 3475 dan Muslim: 1688 dari shahabat Aisyah
radliallahu anha)
Dimanakah posisi Turobiyyun dari pengamalan hadits yang mulia ini? Ya Allah, berikanlah
anugrah-Mu kepada kami, sehingga kami bisa berlaku adil, walaupun kepada diri, keluarga
dan sahabat-sahabat kami.
Saudara Bani Hasan berkata: beliau juga hafal Al Quran, riyadhus sholihin.
Saya katakan: Apakah bila seseorang hafal Al Quran dan kitabRiyadush Shalihin, lantas bisa
terbebas dari kesalahan? Apakah seseorang yang hafal Al Quran, mahir dalam bacaan Al-
Quran, puasa dan sholat sepanjang hari, namun berada dalam kesalahan dan penyimpangan
bisa dijadikan sebagai suatu kebanggaan ? Bila ada yang beranggapan demikian, maka
sepertinya dia sangat perlu untuk merenungi dan memahami sebuah hadits Rasulullah
Shalallahu alaihi Wasallam yang berbunyi:
- - - - - - .
. .
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
22/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
22
):3610:2503(
Artinya: Dari Abi Said Al Khudry radliallahu anhu dia berkata: ketika kami sedang
berada di sisi Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam dan beliau sedang membagi-bagikan
harta, disaat itu datanglah Dzul Khuwaishiroh menghampiri beliau (Dzul Khuaishiroh adalah
seorang yang berasal dari Bani Tamim), seraya berkata: Wahai Rasulullah berlaku adillah
Anda. Maka beliau berkata: Celakalah engkau, siapakah yang akan berlaku adil apabila
saya tidak berlaku adil. Sungguh Aku telah merugi apabila tidak berlaku adil. Maka Umar
bin Khatthab berkata: Ya Rasulullah izinkanlah saya untuk memenggal lehernya. Maka
beliau bersabda: Biarkanlah dia, karena sesungguhnya dia akan memiliki kelompok, salah
seorang dari kalian akan meremehkan sholat dan puasanya apabila dibanding dengan sholat
dan puasanya mereka. Mereka membaca Al Quran namun tidak melewati kerongkongannya.
Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari sasaran yang telah terbidik.
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari: 3610 dan Muslim: 2503)
Saudara Bani Hasan berkata: Lantas skrg ana ingin bertanya. siapakah abu mahfudz???
Saya katakan: Adapun Abu Mahfudzh, maka dia adalah Ali Bin Imran Bin Ali Adam Al
Andunisy Abu Mahfudzh -semoga Allah selalu menjaganya dan menjaga semua kaum
muslimin dari penyimpangan dalam agama mereka-.
Saudara Bani Hasan juga berkata: keilmuannya bagaimana? hafalannya bagaimana???
Saya katakan: Segala puji hanya untuk Allah, Abu Mahfudz selalu bersyukur kepada Allah
yang telah memberikan karunia yang tak terhingga kepada Abu Mahfudzh berupa nikmat
Islam dan Sunnah. Ditambah lagi dengan dimudahkannya langkah Abu Mahfudzh untuk bisa
duduk belajar di hadapan para Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah di Yaman. Abu Mahfudzh
juga berdoa, semoga Allah memudahkan langkah saudara Bani Hasan untuk bisa belajar
menimba ilmu ini di hadapan para Ulama Ahlus Sunnah, sehingga bisa menghilangkan
kebodohan, membekali diri dengan ilmu yang benar serta mengajak manusia kepada jalan
yang benar pula.
Sedangkan ucapan saudara Bani Hasan yang berbunyi: Dan yg sangat menggelikan, ente dan
abu mahfudz yg majhul di sisi syaikh yahya dan mungkin sebagian salafiyyin indonesia,
berbicara tentang org yg memiliki keutamaan ilmu di sisi syaikh dan para thullabul dammaj.
Apakah ente seorang ruwaibidhoh?!?!?!?!?!
Saya katakan: Wahai saudara Bani Hasan, bagaimana pendapat saudara tentang ustadz Abu
Muhammad Dzulqarnain (sebenarnya yang pantas bukan saudara Bani Hasan yang ditanya
tentang ustadz Dzulqarnain, namun justru sebaliknya ustadz Dzulqarnain-lah yang pantas
untuk ditanya tentang siapa pria yang bernama Bani Hasan dari Ngawi, serta bagaimana peran
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
23/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
23
dia terhadap dakwah Salafiyyah ini), beliau dulu beliau pernah belajar di Dammaj, di hadapan
syaikh Muqbil Bin hadi Al Wadiy dan kemudian belajar di hadapan syaikh Shalih bin Fauzan
Al Fauzan? Apakah beliau seorang yang memiliki keutamaan disisi saudara ataukah seorang
ruwaibidhoh? Wal iyadzubillah.
Bila saudara mengatakan, bahwa beliau adalah seorang yang memiliki keutamaan (dan
demikianlah kenyataannya, bahwa beliau adalah seorang yang memiliki keutamaan), maka
sebagai masukan untuk saudara Bani Hasan, bahwa ternyata beliau yang memiliki
keutamaan itu tidak selamat dari lisan-lisan beracunnya Turobiyyun. Apakah saudara
Bani Hasan saat ini berani mengatakan bahwa teman-temannya sendiri yang berada di
Dammaj yang bergabung dengan Turobiyyun (saat mereka mencela ustadz Dzulqarnain)
adalah para Ruwaibidhoh, karena mereka berbicara tentang ustadz Dzulqarnain seorang yang
memiliki keutamaan ilmu di sisi syaikh Muqbil dan syaikh Shalih Bin Fauzan Al Fauzan?
Bahkan beliau jauh lebih utama dibanding dengan Abu Turob dan semua Turobiyyun yang
berada di Dammaj atau di Indonesia?
Bila saudara Bani Hasan menyatakan bahwa ustadz Dzulqarnain adalah seorang ruwaibidhoh.
(Karena saudara Bani Hasan bisanya hanya membebek dengan Turobiyyun yang berada di
Dammaj, atau di Indonesia), maka saya katakan, Siapakah yang lebih pantas untuk
dikatakan sebagai ruwaibidhoh? Teman-teman saudara Bani Hasan yang berada di
Dammaj, yang membicarakan Ustadz Dzulqarnain ataukah saudara Bani Hasan sendiri
yang lebih pantas menyandang julukan ruwaibidhoh itu, karena juga berbicara tentangseorang yang memiliki keutamaan ?! Contoh ini tidak terbatas pada Ustadz Dzulqarnain
saja, namun masih sangat banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa Turobiyyun
mencela para duat Salafiyyin Indonesia yang memiliki keutamaan. Wahai saudaraku Bani
Hasan yang saya hormati, dengan keadaan seperti ini, maka pantaskah saudara dan
Turobiyyun menyandang gelarruwaibidhoh juga ?
Sebagai penutup, maka saya ingin menyarankan saudara Bani Hasan agar bergegas untuk
menuntut ilmu ini di hadapan para Ulama Ahlus Sunnah, baik yang berada di Dammaj,
Yaman secara umum atau di Saudi Arabia. Bergegaslah meninggalkan gemerlapnya dunia,
kemilaunya CV Raya Agung Ngawi NKRI, yang biasa terbitkan buku-buku RA (RayaAgung, pen) Media itu, dengan berbagai hiruk-pikuk orderannya. Bukankah percetakan itu
banyak yang nyerempet-nyerempet acara bidah, politik, dkk, dalam prakteknya susah
dihindari dalam mengedit, mencetak, mengkopi, gambar makhluk hidup dkk? Banyak
saksi yang mengetahui, mulai ikhwan dari Madiun, Ngawi, sampailah ikhwan Magetan
sendiri.
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
24/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
24
Gambar 1. Sampul buku karya Abu Zakariya Irham bin Ahmad Al -Jawi, Dammaj, Yaman.
Diterbitkan oleh RA Media, Ngawi NKRI, desain cover oleh Raya Agung Grafika.
Inilah salah satu terbitan paling terkini buku RA Media, Ngawi, NKRI, yang dimurojaah PTTAbu Turob Al-Jawi. Buku ini yang dicetak di percetakan CV Raya Agung, Ngawi milik
keluarga Ibnu Mukiyi rahimahullah .
Bukankah perusahaan percetakan yang kabarnya 20% engkau hibahkan untuk dakwah
itu berbentuk CV, dengan adanya pimpinan, bawahan, aturan, identik dengan yayasan
juga ? [Pembaca yang budiman bisa menebak, kemana larinya yang 80% dalam bisnis
percetakan itu, jelas bukan untuk dakwah, apakah terkait dengan pesanan undangan
wayangan, walimahan, parpol, wallahu alam ?] Saya juga menasihatkan, kalaulah engkau
tak mampu dalam permodalan, janganlah terlibat dengan bank, dan warna-warninya. Hal itu
semua bertentangan dengan prinsip Panglima Tertinggi Turobiyyah, sarana bidahdalam dakwah, lantaran hal ini, Turobiyyah dkk kini marah, meradang pada
saudaranya duat Salafiyyin. Tertulis Abu Turob meridloi buku ini, berarti sang PTT
berarti terlibat dalam muammalah langsung yayasan komersial yang bernama CV
Raya Agung.Wahai para pembaca, inilah bukti keanehan Turobiyah itu.
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
25/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
25
Gambar 2. Sampul dalam buku yang dimurojaah PTT Abu Turob Saif bin Khodhr Al -Jawi.
Sang Editor saudara Bani Hasan bin Mukiyi, namun sang pemilik percetakan CV Raya
Agung Ngawi NKRI berseloroh Isi diluar tanggungjawab percetakan. Seorang ikhwan
dari Jatim mengetahui harga buku dijual seharga Rp. 3000 .
Nampak sang saudara Fuad bin Mukiyi sahaja yang berani menjadi tameng, menjadi
editornya, namun Ibnu Mukiyi lainnya bersembunyi ketakutan, Isi diluar tanggungjawab
percetakan, CV Raya Agung Ngawi NKRI ingin nampak bersih dari Turobiyyah dkk !!!
Walaupun Ibnu Mukiyi rahimahullah lainnya sibuk mempromosikan buku yang dicetak di
atas kertas CD setebal 76 halaman itu, baik lewat tangan ke tangan, SMS, dll kepada
jaringannya.
Para pembaca yang budiman, inilah carut-marutnya keluarga Bani Hasan dan kawan-kawan.
Maka terucap nasihatku pada engkau, wahai saudaraku Bani Hasan, hasunglah diri dan
keluarga engkau, umur kalian masih cukup muda, waktu yang tepat untuk menimba ilmu.
Hasunglah diri & saudara engkau yang masih kuliah itu, atau sibuk bisnis percetakan
itu, agar bergegas menimba ilmu di hadapan Ulama Ahlus Sunnah. Sungguh menuntut
-
8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan
26/26
Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan
26
ilmu itu adalah adalah nikmat yang sangat agung di masa kini, baik dengan para Ulama
Sunnah yang berada di Yaman atau di Saudi Arabia.
Kebenaran datangnya dari Allah Ta'ala dan kesalahan datangnya dari saya pribadi dan
syaithan. Kiranya ada kritikan, saran, tanggapan dari para pembaca sekalian. Semoga Allah
Ta'ala selalu menjaga kita semua dan memberikan kekokohan kepada saya, saudara, para
pembaca yang bijak, serta seluruh kaum muslimin untuk tetap berada di atas al-haq.Amin, ya
Rabbal alamin.
: 143016
.