buku ajar dasar hortikultura
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
1/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
B U K U A J A R
DASAR HORTIKULTURA
Oleh:
Ir. Pratignja Sunu, MP NIP. 130814565Ir. Wartoyo SP., MS. NIP. 130786659
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A2006
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
2/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
KATA PENGANTAR
Buku Dasar Hortikultura ini disusun dalam rangka mengembangkan Buku Ajar di Fakultas Pert
hususnya Jurusan/Program Studi Agronomi untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti kuliah agar lebih mu
alam memahami materi yang diberikan dalam tatap muka dikelas. Dengan penyediaan buku ajar ini dihara
elama tatap muka mahasiswa telah mempunyai bekal materi yang akan dibicarakan sehingga dalam kelas akan l
anyak diskusi atau tanya jawab.
Buku Ajar mata kuliah Dasar Hortikultura ini dapat tersusun atas biaya dari Program Hibah Kompetis
urusan Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta pada Tahun Anggaran 2006.
Mata kuliah Dasar Hortikultura diberikan pada mahasiswa Jurusan/Program Studi Agronomi Fakultas Perta
UNS sebagai mata kuliah wajib dengan bobot sks: 2-1, juga kepada jurusan/program studi lain yang mengambi
ebagai mata kuliah pilihan. Agar mahasiswa lebih mudah memahami materi kuliah ini, maka mahasiswa p
mengambil mata kuliah Dasar Agronomi, Fisiologi Tanaman dan Ekologi terlebih dahulu., sedangkan
memperluas pengetahuannya mahasiswa perlu menelusuri buku/jurnal yang ditunjuk atau mengakses dari internet.
Setelah mempelajari buku ini diharapkan mahsiswa akan dapat memecahkan masalah umum yang te
engan budidaya tanaman hortikultura sejak penyiapan lahan, bahan tanaman, panen sampai ke pengelolaan h
ortikultura, agar dapat sampai kekonsumen tetap pada kondisi yang prima.
Walau disadari bahwa buku ini masih jauh dari yang diharapkan karena keterbatasan penyusun, te
iharapkan buku ini ada manfaatnya bagi yang membutuhkannya, dan tidak lupa kritik yang bersifat memban
angat diharapkan demi penyempurnaan buku ini.
Surakarta, Agustus 200
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
...........................................................................................................
i
Kata Pengantar
..........................................................................................................
ii
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
3/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
Daftar Isi
....................................................................................................................
iii
Bab I Pendahuluan ..........................................................................................
A. Peranan Pembangunan Pertanian di Indonesia
...................................
B. Kebijakan Pembangunan Pertanian
...................................................
1
1
2
Bab II Definisi dan Prospek
Hortikultura.............................................................
A. Definisi dan Pengertian Hortikultura
..................................................
B. Tantangan dan Peluang
.....................................................................
C. Pengelolaan Hortikultura yang berkelanjutan
....................................
D. Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Hortikultura
................
4
4
5
7
10
Bab III Faktor Lingkungan pada Tanaman Hortikultura
........................................
A. Radiasi
Matahari...............................................................................
B. Suhu ................................................................................................
C. Tanah ..............................................................................................
D. Peran Unsur Hara bagi tanaman
Hortikultura .....................................
14
15
20
25
30
Bab IV Kemasakan dan Grading Buah dan
Sayuran..............................................A. Grade ..............................................................................................
B. Kemasakan .....................................................................................
38
39
41
Bab V Pekarangan..............................................................................................
A. Pengertian
Pekarangan ......................................................................
B. Fungsi
Pekarangan ...........................................................................
C. Faktor yang mempengaruhi bentuk, luas dan intensitas
pekarangan..
D. Kemungkinan Pengembangan
Pekarangan ......................................
E. Rangkuman .....................................................................................
43
44
44
46
50
51
Bab VI Proses Pasca Panen ................................................................................
A. Perubahan Fisiologi produk Hortikultura setelah Panen
......................
B. Respirasi ..........................................................................................
55
56
57
59
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
4/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
C. Pengukuran
Respirasi ........................................................................
D. Faktor yang mempengaruhi laju Respirasi
.........................................
60
Bab VII Kerusakan pada Produk
Hortikultura .......................................................
A. Pendahuluan ....................................................................................
B. Jenis Kerusakan pada Produk
Hortikultura ........................................
C. Faktor yang mempengaruhi Kerusakan Produk
.................................
D. Usaha untuk mengurangi kerusakan Produk Hortikultura dalam
Simpanan
.........................................................................................
66
66
67
68
70
BAB I.PENDAHULUAN
A. PERANAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA
Akibat krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997, jerih payah yang telah dibangun dalam pembang
nasional selama lebih 30 tahun telah tersapu, sehingga memerosotkan kehidupan ekonomi. Hal ini
menimbulkan permasalahan ekonomi yang berlarut-larut dan keresahan sosial yang berlanjut, seakan-amenempatkan Indonesia ke awal pembangunan. Harapan untuk pulihnya perekonomian nasional di m
mendatang masih terbuka lebar, karena Indonesia masih memiliki berbagai kekuatan fundamen ekonomi se
sumberdaya alam, manusia, infrastruktur, kelembagaan yang ada, pengalaman mengatasi kesulitan, akan me
modal awal untuk membangun kembali perekonomian nasional. Salah satu strategi pembangunan ekonomi y
diyakini dapat diandalkan adalah melalui pembangunan pertanian / agribisnis (Bungaran Saragih, 1999).
Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pembangunan Nasional, yang da
pelaksanaannya perlu adanya penyempurnaan atau reorientasi demi terwujudnya kemakmuran yang adil
beradab. Oleh karena merupakan sektor yang keragaannya sangat mempengaruhi peri kehidupan pend
Indonesia secara umum dan penduduk pedesaan secara khusus, maka reformasi di sektor pertanian harus dilaku
secara bertahap namun berkelanjutan, sehingga dampaknya tidak terjadi secara mendadak dan dalam skala b
yang justru dapat semakin memperburuk krisis ekonomi saat ini (Soleh Solahuddin, 1999).
Reorientasi arah pembangunan pertanian tersebut pada dasarnya adalah keinginan untuk dapat menj
tantangan-tantangan masa depan, yang pada hakekatnya dilandasi pada keinginan untuk menangkap signal-si
positif dari adanya perubahan-perubahan dalam lingkungan strategis baik berupa globalisasi (inform
teknologi) maupun kondisi-kondisi sumberdaya Nusantara, terutama di sektor pertanian (Dudung Abdul A
1994).
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
5/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
Perekonomian Indonesia tidak terlepas dari gejolak lingkungan strategis yang terus berkembang s
dinamis. Awal dari PJPT II ini ditandai dengan terjadinya arus Globalisasi yang mengakibatkan Pembangu
Nasional semakin terkait dengan perkembangnan dunia internasional antara lain dengan adanya persetujuan GA
(General Agreement on Tarrif and Trade) pada putaran Uruguay di Marakesh, bulan April 1994 yang bertu
lebih meliberalisasikan perdagangan internasional dan pembentukan kawasan perdagangan bebas seperti
(Pasar Tunggal Eropa), NAFTA (North American Free Trade Area) dan AFTA (Asean Free Trade Area) den
penerapan CEPT-nya akan melibatkan ekonomi Indonesia pada perdagangan global yang lebih komp
(Dudung Abdul Adjid, 1994).
Akibat pengaruh globalisasi yang tidak mungkin dihindari ini makin lama produk pertanian khususnya pro
hortikultura yang masuk ke Indonesia akan semakin beragam jenisnya dan volumenya akan semakin bany
Menghadapi realitas ini mau tidak mau produk Hortikultura harus mampu bersaing dengan produk Hortiku
dari negara lain.
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DALAM ERA REFORMASI
Pada era reformasi ini paradigma pembangunan pertanian harus semakin nyata berorientasi pada man
dimana petani diletakkan sebagai subyek, bukan semata-mata sebagai peserta dalam mencapai tujuan nasioKarena itu pengembangan kapasitas masyarakat guna mempercepat upaya memberdayakan ekonomi p
merupakan inti dari upaya pembangunan pertanian/pedesaan. Upaya tersebut dilakukan untuk mempersiap
masyarakat pertanian menjadi mandiri dan mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. Peran Pemerintah ad
sebagai stimulator dan fasilitator, sehingga kegiatan sosial ekonomi masyarakat petani dapat berjalan den
sebaik-baiknya.
Berdasarkan pada paradigma tersebut maka visi pertanian memasuki abad 21 adalah pertanian mod
tangguh dan efisien. Selanjutnya dikemukakan oleh Soleh Solahudin (1999), bahwa untuk mewujudkan
pertanian tersebut, misi pembangunan pertanian adalahmemberdayakan petani menuju suatu masyarakat tani y
mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan. Hal ini akan dapat dicapai melalui pembangunan pertanian de
strategi
a) Optimasi pemanfaatan sumber daya domestik (lahan, air, plasma nutfah, tenaga kerja, modal dan teknolog
b) Perluasan spektrum pembangunan pertanian melalui diversifikasi teknologi, sumber daya, produksi
konsumsi
c) Penerapan rekayasa teknologi pertanian spesifik lokasi secara dinamis, dan
d) Peningkatan efisiensi sistem agribisnis untuk meningkatkan produksi pertanian dengan kandungan IP
dan berdaya saing tinggi, sehingga memberikan peningkatan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat se
berimbang.Salah satu langkah operasional strategis yang dilakukan dalam rangka mencapai sasaran tersebut d
adalah Gerakan Mandiri (Gema) yang merupakan konsep langkah-langkah operasional pembangunan perta
dengan sasaran untuk meningkatkan keberdayaan dan kemandirian petani dalam melaksanakan usaha tan
Mulai TA 1998/1999 telah diluncurkan berbagai Gema Mandiri termasuk Gema Hortina untuk peningk
produksi hortikultura.
Gerakan Mandiri Hortikultura Tropika Nusantara menuju ketahanan hortikultura (Gema Horti
dilaksanakan untuk mendorong laju peningkatan produksi hortikultura. Melalui gerakan ini komoditas hortiku
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
6/37
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
7/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
lain, dan e) fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997). Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya y
khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang l
mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut.
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik dari keungg
komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang.
karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara
yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komod
hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan I
dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya.
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tum
dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan m
terbatas. Apabila dilihat dari data selama Pelita V pengembangan hortikultura yang lebih ditekankan
peningkatan keragaman komoditas telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, yaitu pada per
1988 1992 telah terjadi peningkatan produktivitas sayuran dari 3,3 ton/ha menjadi 7,7 ton/ha, dan buah-bua
dari 7,5 ton/ha menjadi 9,9 ton/ha (Amrin Kahar, 1994).
Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa petani hortikultura merupakan petani responsif terhadap inovasi teknologi berupa : penerapan teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi
pemakaian benih/bibit yang bermutu. Tampak disini bahwa komoditas hortikultura memiliki potensi u
menjadi salah satu pertumbuhan baru di sektor pertanian. Oleh karena itu dimasa mendatang perlu ditingka
lagi penanganannya terutama dalam menyongsong pasar bebas abad 21.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi agroklimat yang ting
merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan Hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah mau
dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bu
dapat berlangsung sepanjang tahun.
Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura diharapkan akan semakin meningkat de
semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gi
kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkemba
sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Apabila dilihat terhadap kebutuhan konsumsi buah
sayuran, nampak bahwa kebutuhan masing-masing adalah 32,6 kg/kapita/tahun dan 32 kg/kapita/tahun, tern
baru tercapai sekitar 21,1 kg/kapita/tahun dan 14 kg/kapita/tahun (Sunaryono, 1987, dalam Notodimedjo, 19
Dari kenyataan tersebut tercermin adanya peluang dan tantangan yang harus kita hadapi.Di era globalisasi ini, kita dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat, oleh karena itu kita h
mampu memanfaatkan keunggulan yang kita miliki, baik keunggulan komparatif maupun keunggulan komp
yang perlu ditingkatkan secara kualitatif. Globalisasi ini jelas akan menimbulkan peluang sekaligus ancaman
pembangunan pertanian dan perdagangan nasional di masa mendatang. Sukses tidaknya Indonesia d
memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman akan ditentukan oleh kemampuan untuk mendayagun
kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada secara efisien, produktif dan efektif dalam ran
mewujudkan daya saing yang semakin meningkat dalam skala global atas barang dan jasa yang dihasilkan.
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
8/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
Menghadapi persaingan yang semakin tajam mutlak diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karen
seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan lang
langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup
berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia.
Kita perlu menyadari bahwa kita dikelilingi oleh negara-negara yang memiliki daya saing yang k
apabila kita tidak meningkatkan daya saing maka tidak akan mampu bersaing, bukan hanya di pasar luar ne
tetapi juga di pasar dalam negeri sendiri, yang telah nampak pada kasus sekarang ini, seperti : beras, gula, bu
buahan dan lainnya.
Rendahnya daya saing sektor pertanian kita disebabkan oleh : sempitnya penguasaan lahan, tidak efisien
usahatani, dan iklim usaha yang kurang kondusif serta ketergantungan pada alam masih tinggi. U
meningkatkan daya saing sektor pertanian ini tidak ada jalan lain, selain kerja keras masyarakat dan pemer
untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian, membuka areal pertanian baru yang dibag
kepada petani -petani gurem/buruh tani, memperluas pengusahaan lahan oleh setiap keluarga tani
menggunakan teknologi maju untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian (Siswono Yudohus
1999).
Dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuIndonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Mengha
realitas ini mau tidak mau produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam up
pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dic
tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlak
dengan baik.
Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas yang m
tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usaha
yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya pener
teknologi budidaya (Dudung Abdul Adjid, 1993).
Selanjutnya Dudung Abdul Adjid (1993) menyatakan bahwa pada Pelita VI yang merupakan awal PJP
ditandai dengan terjadinya arus globalisasi yang mengakibatkan pembangunan nasional semakin terkait den
perkembangan dunia internasional antara lain dengan adanya putaran Uruguay (GATT) sehingga pasar Indon
khususnya di bidang pertanian makin terbuka akan produk pertanian dari luar negeri. Kondisi ini s
mengandung berbagai kendala juga membuka peluang pasar internasional yang besar bagi produk pertanian y
sifatnya kompetitif.
Kondisi tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan hortikultura pada khusus
karena dalam pengusahaannya dituntut untuk efisien, mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hmeningkatkan mutu pengolahan hasil serta menunjang pembangunan wilayah. Oleh karena itu da
pengembangan hortikultura tidak lagi hanya memperhatikan aspek produksi, tetapi lebih menitik beratkan
pengembangan komoditi yang berorientasi pasar (agribisnis).
C. PENGELOLAAN HORTIKULTURA YANG BERKELANJUTAN
Komoditas hortikultura selain menjadi salah satu komoditas andalan ekspor non migas, tanaman dan pro
yang dihasilkannya banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan lingkungan hidup. Buah-buahan
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
9/37
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
10/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan inorganik seperti pupuk buatan, pestisida dan zat peng
tumbuh. Pertanian organik memadukan berbagai cara seperti pergiliran tanaman, tumpangsari, penggunaan
bahan organik sebagai pupuk, serta pengendalian hama secara terpadu dengan mengoptimalkan cara biol
(Kasumbogo Untung, 1994). Kecenderungan seperti ini membuka suatu peluang baru dalam bisnis di bi
pertanian terutama tanaman hortikultura yang produknya sering dikonsumsi secara langsung atau dalam kea
segar.
Selain itu ada alasan-alasan yang mendorong berkembangnya teknik bertani yang berwawasan lingku
yaitu ratifikasi hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang dicantumkan dalam agenda 21, cha
14, yang meminta agar setiap negara meninjau kembali berbagai kebijaksanaan pembangunan pertanian say
atau buah-buahan yang diproduksi secara konvensional. Dewasa ini banyak negara telah memberlak
persyaratan akan ecolabelling atau green product terhadap produk pertanian yang akan diimpo
(Kasumbogo Untung, 1994), sehingga hal ini harus mulai direncanakan sejak dari sekarang apabila kita
pelaku hortikultura ingin mengembangkan Hortikultura dalam menghadapi Pasar Bebas pada abad 21 mendat
Selanjutnya dikemukakan oleh Kasumbogo Untung (1994), bahwa berbagai bentuk dan konsep perta
berwawasan lingkungan banyak dihubungkan dengan perkembangan berbagai jenis praktek pertanian yang t
mulai banyak dilakukan pada tingkat petani, antara lain dengan istilah pertanian ekologi, pertanian bioecofarming (Egger dan Martens, 1988), pertanian hemat energi, LISA (Low Input Sustainable Agriculture), s
pertanian alternatif (Vogtmann, 1988; NAS, 1990).
D. PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
Peran Perguruan Tinggi untuk ikut mensukseskan pengembangan Hortikultura perlu ditingkatkan me
Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Dalam pendidikan manusia yang bermutu, untuk memiliki sumber daya manusia yang berw
membangun, bukan hanya pengetahuan semata yang perlu diajarkan, tetapi juga sikap hidup yang
Pendukung pembangunan masa depan dengan makin majunya pengetahuan dan teknologi (industri), na
makin padatnya manusia Indonesia dan makin menciutnya sumber daya alam, menuntut kita makin pe
lingkungan, berarti harus lebih beradab dan santun, serta akrab dengan lingkungan. Bukannya angka prod
semata yang perlu kita raih, namun juga perlu diperhatikan mutu produknya.
Untuk mencapai hal tersebut, masyarakat Hortikultura dituntut untuk peduli pada kehidupan subsist
berbagai pelosok marginal, namun juga menyiapkan perkembangan ekonomi global yang menuntut s
produksi hortikultura yang canggih dan efisien untuk meraih devisa yang memiliki daya saing internal ma
internasional. Untuk menjadi hortikulturis modern, pendidikan dasar secara konvensional dalam hal te
bercocok tanam intensif masih perlu diketahui, tetapi inovasi teknologi (bioteknologi dalam penciptaan varisistem hidroponik maupun organic farming dalam produksi, atmosfir terkendali dalam penanganan segar, c
cara prosesing canggih) perlu diajarkan (Sri Setyati, 1994).
Melihat tantangan dan peluang di bidang hortikultura yang masih membentang luas, perlulah kira
dipikirkan mengenai pendidikan bagi para pelaku hortikultura nantinya dengan kurikulum yang diharap
mampu menjawab tantangan yang dihadapi sesuai dengan sumberdaya dan fasilitas yang dimiliki. Dalam ha
mencakup : level Sarjana S1; Diploma ataupun tingkat SLTA yang saling mendukung untuk menc
pengembangan hortikultura di Indonesia. Pendidikan hortikultura harusnya disertai dengan mengemban
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
11/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
inisiatif, serta menanamkan disiplin dan dedikasi yang tinggi.
Sri Setyati (1994) menyatakan bahwa perbaikan pendidikan hortikultura di level S1 diharapkan
lulusannya menjadi : 1) Pengantar teknologi atau penyuluh hortikultura. 2). Pendidik hortikultura di tin
Diploma atau SLTA. 3). Asisten Peneliti hortikultura yang tangguh.
Salah satu tujuan pengembangan hortikultura adalah peningkatan pendapatan petani yang dicapai me
peningkatan produksi dan produktivitas. Menurut Amrin Kahar (1994) upaya tersebut dapat dicapai antara
melalui pemanfaatan IPTEK yang mencakup kegiatan :
Menghasilkan teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan oleh para peneliti
Penyampaian teknologi yaitu menyampaikan dan mengembangkan teknologi yang dihasilkan pe
melalui para penyuluh kepada para pengguna
Penggunaan teknologi, yaitu penerimaan dan adopsi teknologi oleh para petani.
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa salah satu kunci keberhasilan dalam pengembangan hortiku
ialah kualitas sumber daya manusia dari pelaku-pelaku yang berperan dalam pengembangan tersebut, yang
kaitannya dengan tingkat pendidikannya. Oleh karena itu salah satu faktor penting dalam upaya pengemban
hortikultura adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Petani sebagai mata rantai akhir dari suatu proses alih teknologi dan sebagai pengguna teknologi tentukualitasnya perlu ditingkatkan pula, sehingga mereka dapat responsif terhadap informasi teknologi
disampaikan. Mengingat keragaman karakteristik budaya, wilayah, sosial ekonomi dan komoditas y
dikembangkan petani, maka pola peningkatan kualitasnya perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi ters
Pola pendidikan yang dianggap sesuai untuk diterapkan di tingkat petani adalah dalam bentuk Sekolah Lap
dengan sasaran para kelompok tani. Dengan porsi lapangan lebih besar dari pada teori dan sebagai ob
pembahasan adalah kondisi di wilayah mereka, maka pola ini dinilai sangat efektif dalam penyampaian inform
teknologi kepada petani (Amrin Kahar, 1994).
Puslitbang Hortikultura menekankan kegiatan dari program penelitian hortikultura dewasa ini menc
beberapa bidang (Adhi Santika , 1994), yaitu :
1. Bidang Penelitian Teknologi Pertanian meliputi :
a) Rekayasa genetik dan perbaikan mutu bebrapa tanaman hortikultura
b) Diversifikasi produk tanaman hortikultura
c) Peningkatan efisiensi produk dan standar mutu
d) Rekayasa, rancang bangun dan pengujian alat dan mesin pertanian termasuk konstruksi rumah
(Green House)dan pengendalian suhu, penanganan produk segar dan pengemasan hasil.
2. Bidang Penelitian Sarana dan Prasarana meliputi : Sistem produksi, penyimpanan dan distri- busi b
dan bibit hortikultura.3. Bidang Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan, meliputi :
a) Pemanfaatan lahan marginal untuk pengembangan hortikultura
b) Penggunaan pestisida secara bijaksana dalam pengendalian hama penyakit tanaman hortikultura.
c) Konservasi, karakteristik, evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfah.
4. Bidang Penelitian Sunber Daya Manusia, meliputi : Pengkajian perilaku dan kinerja petani serta pedag
dalam menyelenggarakan usahatani hortikultura.
5. Bidang Penelitian Kebijaksanaan dan Kelembagaan, meliputi :
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
12/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
a) Pengkajian sistem insentif, investasi usahatani hortikultura
b) Pengkajian masalah paten produk penelitian hortikultura
c) Pengkajian pembinaan, pengawasan dan sertifikasi benih dan bibit hortikultura.
Adapun hasil-hasil penelitian dari Perguruan Tinggi yang telah dilaksanakan baik oleh mahasiswa mau
Staf Pengajarnya, dapat diterapkan pada petani hortikultura di daerah sekitarnya sesuai dengan sumberdaya
fasilitas yang dimiliki daerah tersebut untuk dikembangkan, sehingga nantinya mampu memberdaya
masyarakat tani hortikultura menjadi mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Santika, 1994. Program Penelitian dan Pengembangan Hortikultura dalam Pelita VI. Proc. Simp. HNas., Malang. P. 36 42.
Amrin Kahar, 1994. Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Proc. Simp. Hort. Nas., MalP. 54 -59.
Dudung Abdul Adjid, 1993. Kebijaksanaan Pengembangan Hortikultura di Indonesia dalam Pelita VI . Semdan Konggres PERHORTI. Malang 20-21 Nopember 1993. 13 pp.
dmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre, 1975. Fundamentals of Horticulture. Tata McGrawPubl. Co. Ltd. New Delhi. 560 pp.
anick, J., 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Francisco. 586 pp.
Kasumbogo Untung, 1994. Peranan Hortikultura dalam Perbaikan Lingkungan Hidup. Proc. Simp. Hort. NMalang. P 22 25.
Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya Buah-buahan damenyongsong Era Pasar Bebas. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Hortikultura, Fak.PertaUnibraw, Malang. 74 pp.
iswono Yudohusodo, 1999. Upaya Pemberdayaan Petani sebagai Faktor Utama Program Pembang
Nasional.Gerakan Terpadu Peduli Pertanian, Undip Semarang. 11 pp.ri Setyati Haryadi, 1994. Perbaikan Pendidikan di Bidang Hortikultura. Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P
29.
BAB III
FAKTOR LINGKUNGAN PADA TANAMAN HORTIKULTURA
Dalam budidaya tanaman hortikultura agar diperoleh hasil panenan yang memuaskan maka
memperhatikan faktor lingkungan tumbuh tanaman. Hal ini identik dengan faktor luar dan faktor di sekitar tanam
imana faktor dalam tanaman mempunyai peranan juga dalam produktivitas tanaman hortikultura. Faktor dalam p
anaman yang dikendalikan oleh gen (DNA) disebut sebagai faktor keturunan (genetik). Sifat yang menyusun tana
ang diturunkan dikenal sebagai genotype, sedangkanphenotypemerupakan sifat atau perilaku dari kenampakan
uar pada tanaman, dan biasanya diukur sebagai suatu hasil secara kuantitatif. Contohnya varietas kobis yang
ahan terhadap udara panas krop-nya tidak dapat berkembang apabila ditanam di dataran rendah, sedangkan var
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
13/37
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
14/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
disebabkan karena musim hujan biasanya banyak sore hari sehingga lebih banyak awan dibanding
hari, akibatnya lereng sebelah barat yang baru meneroma sinar matahari sore hari akan mendapa
radiasi dengan intensitas yang sangat rendah.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh m
berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan u
berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat. Semakin besar juml;ah energi
tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimum). U
menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh. Namun demi
intensitas cahaya yang sampai pada permukaan kanopi tanaman sangat bervariasi, hal ini merupakan s
satu sebab potensi produksi tanaman aktual belum diketahui. Besarnya kuat cahaya yang mengenai bi
sasaran ada yang menyatakan dengan satuan foot candle (ft-c) dari Inggris. Ft-c menggambarkan
penyinaran yang dipancarkan oleh satu lilin standar yang mengenai permukaan bidang sasaran sel
square foot (= 928,088 cm2) pada radius penyinaran 12 inchi (= 30,48 cm). Dalam praktik sehari-hari cah
bulan diperkirakan mempunyai kuat cahaya 0,05 ft-c, sinar untuk membaca besarnya 20 ft-c, sedang
untuk proses fotosintesis minimal antara 100-200 ft-c.
Penelitian pada tanaman tomat di Michigan, USA menunjukkan bahwa persentase berat basah, kering dan produksinya mempunyai korelasi yang erat dengan intensitas radiasi matahari. H
percobaannya tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 : Pengaruh Intensitas Cahaya pada Tanaman Tomat.
PerlakuanJumlah cahaya
yg diterima(%)
Rata2intensitas
harian (footcandle)
Produksibuah
(Pound)
Kandunganhijau daun
Efisiensi
Tanaman menerimacahaya MH penuh
100 1140 65 Tinggi Tinggi
Tanaman yg dilindungisatu lapis kain tipis
50 583 51 Agak tinggi Cukup tinggi
Tanaman di bawah 2lapis kain tipis
25 261 32 Rendah Rendah
Penelitian lain tentang hubungan antara intensitas cahaya dengan keaktifan fotosintesa, leaf area
pertumbuhan tanaman dilukiskan dalam gambar 1 sebagai berikut.
Dalam menyesuaikan berkurangnya intensitas cahaya (tanaman terlindung), tanaman Mung b
(kacang hijau) menunjukkan menurunnya keaktifan fotosintesis (NAR) tetapi tanaman ini tumbuh denn
menghasilkan daun yang lebih baik, sehingga menaikkan leaf area (LAR). Bertambahnya permukaan daun
mengimbangi menurunnya NAR pada cahaya yang rendah, sehingga RGR dalam kenyataannya t
terpengaruh (Monsai et al., 1962). Karena pengaruhnya terhadap berkurangnya fotosintesis, imnten
cahaya pada umumnya menjadi faktor pembatas pada pertumbuhan tanaman di rumah kaca dan hot
selama musim dingin.
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
15/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
Gambar 1: Hubungan antara intensitas cahaya dengan keaktifan fotosintesa, leaf area dan pertumbuhantanaman Mung bean.
2. Kualitas Cahaya
Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak semuanya dapat dimanfaat
sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali. Kua
cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak se
konstan namun bervariasi dari musim ke musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi uda
atmosfer.
Pengertian cahaya berkaitan dengan radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya sebagian k
saja yang diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua, yaitu yang bergelombang pan
(long wave radiation) dan yang bergelombang pendek (shortwave radiation). Batas terakhir dari ra
gelombang pendek adalah radiasi ultraviolet, sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah
inframerah. Radiasi dengan panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah yang digunakan un
proses fotosintesis.Ukuran panjang gelombang masing-masing radian tersebut terdapat pada gambar 2.
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
16/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
Gambar 2. Panjang gelombang radiasi matahari
Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya cahaya tersebut tersaring
beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan kembali ke angkasa luar. Cahaya matahari gelombang pen
tersaring dan diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer, sedangkan cahaya gelombang panjang tersaring
uap air di udara, cahaya gelombang panjang lainnya dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan
lapisan debu di atas permukaan bumi.
Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak diseli
dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Ap
tanaman ditumbuhkan pada cahaya biru saja daunnya akan berkembang secara normal, namun batan
akan menunjukkan tanda-tanda terhambat pertumbuhannya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada ca
kuning saja, cabang-cabangnya akan berkembang tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang pan
dan daunnya kecil-kecil. Dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan m
memegang peranan penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
3. Fotoperiodisitas
Fotoperiodisitas atau panjang hari didefinisikan sebagai panjang atau lamanya siang hari dihitung m
dari matahari terbit sampai terbenam ditambah lamanya keadaan remang-remang (selang waktu seb
matahari terbit atau setelah matahari terbenam pada saat matahari berada pada posisi 60 di bawah cakrawa
Panjang hari tidak terpengaruh oleh keadaan awan seperti pada lama penyinaran yang bisa berkurang
matahari tertutup awan, sedang panjang hari tetap.
Panjang hari berubah beraturan sepanjang tahun sesuai dengan deklinasi matahari dan berbeda setiap tempat menurut garis lintang. Pada daerah equator panjang hari sekitar 12 jam per harinya, sem
jauh dari equator panjang hari dapat lebih atau kurang sesuai dengan pergerakan matahari. Secarau
dapat dikatakan bahwa semakin lama tanaman mendapatkan pencahayaan matahari, semakin intensif pr
fotosintesis, sehingga hasil akan tinggi. Akan tetapi fenomena ini tidak sepenuhnya benar karena bebe
tanaman memerlukan lama penyinaran yang berbeda untuk mendorong fase pembungaan. Fotoperiodi
tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dihasilkan oleh suatu tanaman, tetapi
menentukan waktu pembungaan pada banyak tanaman.
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
17/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
Berdasarkan respon tanaman terhadap panjang hari (fotoperiodisme) maka tanaman dapat digolon
menjadi tiga kelompok : a) Golongan tanaman hari panjang (long day plants), b) Tanaman hari pendek (s
day plants) dan c). Tanaman hari netral (neutral day plants).
Disamping itu dikenal pula panjang hari kritis yaitu panjang hari maksimum (untuk tanaman
pendek) dan minimum (untuk tanaman hari panjang) dimana inisiasi pembungaan masih terjadi. Panjang
kritis berbeda-beda menurut jenis tanaman dan bahkan varietas.
Apabila tanaman hari pendek ditumbuhkan pada hari panjang, akan menghasilkan banyak karboh
dan protein yang digunakan untuk perkembangan batang dan daun. Oleh karenanya tanaman hari pen
yang ditumbuhkan pada hari panjang secara ekstrim akan tumbuh vegetatif, tidak mampu membentuk bu
dan buah. Sebaliknya apabila tanaman hari panjang ditumbuhkan pada hari pendek akan menghas
sedikit karbohidrat dan protein sehingga pertumbuhan vegetatifnya lemah dan tidak berbunga.
Respon tanaman terhadap panjang hari sering dihubungkan dengan pembungaan, namun sebena
banyak aspek pertumbuhan tanaman yang dipengaruhinya, antara lain : (a) Inisiasi bunga, (b) Produks
kesuburan putik dan tepungsari, misalnya pada jagung dan kedelai, ( c ) Pembentukan umbi pada tana
kentang, bawang putih dan ubi-ubian yang lain, (d) Dormansi benih, terutama biji gulma dan perkecamb
biji pada tanaman bunga, dan (e) Pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, seperti pembentukan anapercabangan dan pertumbuhan memanjang.
Beberapa contoh tanaman hari panjang, hari pendek dan hari netral dapat dilihat pada tabel berikut i
Tabel 2 : Tanaman hari panjang, hari pendek dan hari netral
Kelompok Tnm hari pendek Tnm hari panjang Tnm hari netral
Sayuran kentang, ketela rambatkacang-kacangan
bayam, lobak, selada tomat, lombok, okra
Buah strawberry - strawberry
Bunga chrysanthemum,Cosmos bouvardia,
Stevia poinsetia
China aster, gardenia,delphinium
Carnation, dianthus,Violet cyclamon
Di Indonesia panjang hari tidak banyak berbeda dari bulan ke bulan selama satu tahun, perbedaan
terpanjang dan terpendek hanya 50 menit. Semakin jauh dari equator perbedaan panjang hari akan sem
besar. Dengan demikian pengaruh panjang hari terhadap tanaman juga jarang ditemui di daerah tropika.
Pengetahuan tentang panjang hari ini sangant penting bila akan mengadakan introduksi suatu vari
baru dari luar negeri, atau pemilihan varietas yang cocok untuk suatu daerah, dan bagi pemulia tana
dalam upaya mendapatklan varietas baru yang tahan terhadap panjang hari (tanaman hari netral).
B. Suhu.
Sumber panas di bumi adalah dari matahari yang suhunya pada permukaannya diperkirakan seb
6.000oC, dan energi yang dikeluarkan dari sinar matahari dipancarkan ke seluruh arah dengan kekuatan
konstan. Jumlah panas yang diterima oleh bumi dan atmosfer hanya sekitar 4 persepuluh juta dari total en
yang dipancarkan. Sebagian energi sinar matahari berupa gelombang pendek. Sinar matahari yang meng
atmosfer bumi sebanyak 10% adalah gelombang sinar ultra violet, 40% gelombang sinar yang dapat d
(visible), sedangkan sisanya 50% berupa gelombang sinar infra merah.
Energi yang dipancarkan oleh sinar matahari tidak langsung diterima oleh permukaan bumi, tetapi bebe
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
18/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
di antaranya dipantulkan atau dialihkan melalui beberapa media serapan. Pada lapisan atmosfer yang meny
gelombang sinar ultra violet adalah laipsan ozon dan gas oksigen. Dua jenis lapisan gas tersebut sangat berg
bagi tanaman, hewan dan manusia karena melindungi kehidupan di bumi yang tidak kuat terhadap penyin
sinar ultra violet.
Pengertian suhu mencakup dua aspek, yaitu : derajat dan insolasi. Insolasi menunjukkan energi panas
matahari dengan satuan gram/kalori/cm2/jam, mirip dengan pengertian intensitas pada radiasi matahari.
gram kalori adalah sejumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu gram air sebesar 10
C.Jumlah insolasi atau suhu suatu daerah tergantung pada : a). Letak lintang (Latitude) suatu daerah
katulistiwa insolasi lebih besar dan sedikit bervariasi dibandingkan dengan sub-tropis dan daerah seda
Dengan semakin bertambahnya latitude insolasi semakin kecil, karena sudut jatuh radiasi matahri semakin b
atau jarak antara matahari dan permukaan bumi semakin jauh. Akan tetapi insolasi total untuk satu mu
pertumbuhan tanaman hampir sama karena panjang hari yang lebih lama; b) Altitude (tinggi tempat
permukaan laut) : semakin tinggi altitude insolasi semakin rendah, setiap naik 100 m suhu turun 0,60C ;
Musim berpengaruh terhadap insolasi dalam kaitannya dengan kelembaban udara dan keadaan awan; d). A
juga sering berpengaruh terhadap insolasi, apalagi bila angin tersebut membawa uap panas.
Selain keragaman atar daerah, suhu juga bervariasi berdasarkan waktu, baik suhu udara maupun suhu t
(pagi-siang-sore).
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman dikenal sebagi suhu kardinal yaitu meliputi suhu optim
(pada kondisi ini tanaman dapat tumbuh baik), suhu minimum (pada suhu di bawahnya tanaman tidak d
tumbuh), serta suhu maksimum (pada suhu yang lebih tinggi tanaman tidak dapat tumbuh). Suhu kardinal u
setiap jenis tanaman memang bervariasi satu dengan lainnya.
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibedakan sebagai berikut : (1) B
suhu yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan (2) Batas suhu yang tidak memb
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Ad. (1). Batas suhu yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diketahui sebagai batas
optimum. Pada batas ini semua proses dasar seperti : fotosintesis, respirasi, penyerapan air, transp
pembelahan sel, perpanjangan sel dan perubahan fungsi sel akan berlangsung baik dan tentu saja akan diper
produksi tanaman yang tertinggi. Batas suhu optimum tidak sama untuk semua tanaman, sebagai contoh :
kentang, sugar-beet menghendaki suhu yang lebih rendah dibandingkan : tanaman jeruk, ketela rambat
gardenia.
Berdasarkan hal ini tanaman hortikultura dikelompokkan sebagai berikut :
a. Tanaman yang menghendaki batas suhu optimum yang rendah (tanaman musim dingin), yaitu tana
yang tumbuh baik pada suhu antara : 450- 600F.
b. Tanaman yang menghendaki batas suhu optimum yang tinggi (tanaman musim panas), yaitu tanaman y
tumbuh baik pada suhu antara : 600- 750F.
Dari type tanaman tersebut di atas maka dapat dilihat contoh-contoh tanamannya pada tabel berikut :
Tabel 3 : Klasifikasi tanaman hortikultura berdasarkan suhu yang dikehendaki.
Tanaman musim dingin (Optimum suhu : 450-600F)
Tanaman Buah-buahan Tanaman Sayuran Tanaman Bunga & Hias
Apel, pear, cherry, plum, Asparagus, spinach, lectuce, Carnation, geranium, petunia,
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
19/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
strawberry, grape, blackberry,raspberry
kobis, beet, wortel, arcis (pea),kentang
zennia, pansy
Tanaman musim panas (Optimum suhu : 60 0- 750F)
Peach, apricot, citrus, olive, fig,persimon, grape
Tomat, lombok, terong,ketimun, semangka, waluh,cantaloupe, beans (kacang-kacangan)
Rose, poinsettia, gardenia,euphorbia, amaryllis, orchid
Ad (2). Batas suhu yang tidak menguntungkan dikelompokkan sebagai berikut :
a. Suhu di atas optimum : tanaman yang tumbuh pada kondisi ini pada akhir pertumbuhannya bias
menghasilkan produksi yang rendah. Hal ini disebabkan kurang adanya keseimbangan antara besa
fotosintesis yang dihasilkan dan berkurangnya karbohidrat karena adanya respirasi. Bertambahnya
akan mempercepat kedua proses ini, tetapi di atmosfer di atas batas optimum, proses respirasi
berlangsug lebih besar dari pada fotosintesis, sehingga bertambah tingginya suhu tersebut
mengakibatkan berkurangnya produksi.
b. Suhu di bawah batas optimum : tanaman yang tumbuh pada kondisi ini akan menghasilkan pertumb
yang kurang baik dan produksinya akan lebih rendah. Hal ini disebabkan pada suhu yang rendah besafotosintesis yang dihasilkan dan protein yang dibentuk dalam keadaan minimum, akibatnya pertumbu
dan perkembangan lambat dan produksi rendah.
Kerusakan tanaman terhadap suhu ekstrim.
Di Indonesia kerusakan tanaman terhadap suhu ekstrim jarang sekali terjadi, karena pada umumn
daerah tropika variasi suhu tidak terlalu besar. Namun di daerah beriklim sedang kerusakan tanaman ak
suhu rendah sering terjadi, demikian pula di daerah gurun pasir kerusakan akibat suhu tinggi.
Ada beberapa terminologi untuk kerusakan tanaman sebagai akibat suhu rendah, antara lain :
a. Sufokasi (suffocation) : adalah lambatnya pertumbuhan tanaman karena permukaan tanah tert
lapisan salju, misalnya kekurangan oksigen dalam tanah.
b. Desikasi (desiccation) : disebut dengan istilah kekeringan fisiologis, bukan karena tidak ada air d
tanah melainkan absorpsi air oleh akar terhambat karena berkurangnya permeabilitas selaput akar
karena naiknya viskositas air dalam tanah dan bahkan membeku.
c. Heaving: adalah kerusakan tanaman karena hubungan akar dan bagian atas tanaman terputus disebab
adanya kristal es pada permukaan tanah.
d. Chilling : adalah kerusakan akibat suhu rendah di atas titik beku ( 40C). Gejalanya : garis-g
khlorosis pada daun.
e. Freezing Injury : adalah pembekuan dalam jaringan tanaman yang berupa kristal es didalam ata
antara sel sehingga tanaman rusak secara mekanis, akibatnya bagian tanaman atau seluruh tanaman m
Selain kerusakan karena suhu rendah, suhu tinggipun juga merusak tanaman bila berada pada tin
ekstrim. Beberapa kerusakan tanaman akibat suhu tinggi antara lain : timbulnya kanker batang, rusa
protoplasma sehingga sel menjadi rusak dan tanaman mati, dan respirasi meningkat secara cepat sehi
cadangan makanan (KH) hasil fotosintesis cepat habis.
Masih dalam kaitannya dengan respon tanaman terhadap suhu, proses pembungaan tanaman d
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
20/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
dipercepat dengan Chilling(yaitu suhu rendah 40C). Cara ini yang sering disebut denganVernalisasi, y
keberhasilannya ditentukan oleh : a) Air yang cukup tersedia bagi benih untuk proses imbibisi tetapi
boleh terlalu banyak yang dapat menyebabkan benih berkecambah, b). Adanya periode pre-chilling se
10-24 jam pada suhu 15-180C setelah pembasahan benih; c). Oksigen cukup tersedia , dan d). Suhu chi
sebesar 1-60C selama 48 jam.
Dalam bidang pertanian dikenal istilah satuan panas (heat unit) , yaitu jumlah panas yang dibutuh
tanaman selama siklus hidupnya. Satuan panas tidak sama untuk setiap jenis tanaman. Pada tanaman sama umur panen akan lebih panjang bila ditanam pada daerah bersuhu rendah karena untuk mendapa
sejumlah satuan panas tertentu dibutuhkan waktu lebih lama. Sehingga kegunaan praktis dari satuan pana
adalah untuk meramal saat panen yang tepat setelah mengetahui secara umum berdasarkan deskripsi yang ad
Walaupun demikian perlu diingat bahwa satuan panas bukan merupakan satu-satunya faktor
menentukan umur panen. Masih banyak faktor lain yang perlu diperhatikan karena pengaruhnya cukup b
terhadap umur panen, antara lain : (a) Kesuburan tanah, dimana tanah yang terlalu subur terutama kandun
unsur N tinggi akan mempercepat panen; (b) Kandungan air dalam tanah dan kelembaban udara, tanaman y
tumbuh pada kondisi basah akan terpacu dominasi pertumbuhan vegetatifnya dari pada yang tumbuh p
kondisi kering; ( c) Radiasi matahari, kaitannya dengan panjang hari akan berpengaruh pada ini
pembungaan yang pada akhirnya mempengaruhi umur panen.
Suhu udara dan atau suhu tanah berpengaruh terhadap tanaman melalui proses metabolisme dalam tu
tanaman, yang tercermin dalam berbagai karakter seperti : laju pertumbuhan, dormansi benih dan kuncup
perkecambahannya, pembungan, pertumbuhan buah dan pendewasaan/pematangan jaringan atau o
tanaman.
Respon tanaman terhadap suhu dan suhu optimum tanaman berbeda-beda tergantung kepada :
tanaman, varietas, tahap pertumbuhan tanaman dan macam organ atau jaringan.
Gambar 3. Respon berbagai kelompok tanaman terhadap suhu
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
21/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
C. T a n a h
Pokok-pokok dari faktor tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak
ditempuh pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang tersedia 4) Oksigen yang ters
didalam tanah.
1) Air yang tersedia dalam tanah.
Air tanah terdapat pada pori-pori kapiler dan non kapiler dan selaput pada permukaan butir-butir tan
Keadaan air tanah dibedakan menjadi :
a) Keadaan kapasitas menahan air maksimum, seluruh pori baik pori mikro maupun makro terisi penuh a
b) Keadaan kapasitas lapang, bila air telah mencapai keadaan maksimum selama beberapa waktu te
pergerakan air ke bawah sampai akhirnya gerakan terhenti, keadaan demikian disebut kapasitas lapa
Field capasity). Disini pori makro sebagian diisi udara, sedang pori mikro penuh dengan air.
c) Keadaan titik layu, yaitu keadaan air tanah sudah sangat berkurang, dimana ruang pori makro dan m
tidak berisi air, dan
d) Keadaan air higroskopis, yaitu air sudah habis sama sekali, kecuali pada permukaan partikel-par
tanah sebagai air adsorbsi yang amat sulit dilepaskan.
Pada prinsipnya ada dua tipe air yang terdapat dalam tanah, yakni : (1) air tersedia, dan (2) air tidak tersedia. Air tersedia kadang disebut air kapiler dan dipegang oleh daya kapileritet, sedang kapa
lapang sama dengan jumlah air tak tersedia dan air tersedia. Air yang tidak tersedia disebut juga dengan
higroskopisdan terikat secara mantap oleh koloid tanah.
Tabel 4. Ketersediaan air pada tanah yang berbeda.
Jenis Tanah (Top Soil)Kapasitas
Lapang (%)Air tak Tersedia(Higroskopis)%
Air Tersedia(Kapiler) %
Tanah berpasir (Sandy soil) 19,6 3,3 16,3
Tanah lempung berdebu (Silt loam) 31,3 10,1 21,2
Tanah berbatu bata hitam (black adobe) 47,6 12,9 34,7
Dari tabel di atas nampak bahwa kapasitas lapang pada tanah lempung berdebu lebih besar dari pada ta
berpasir, dan air yang tersedia pada tanah pasir lebih kecil dari pada tanah lempung. Dengan bertambah besa
kapasitas lapang tanah lempung mempunyai persediaan air tersedia lebih besar untuk tanaman.
2) Jarak yang ditempuh oleh pergerakan air yang tersedia.
Beberapa peneliti telah menunjukkan bahwa air tersedia bergerak dalam tanah pada jarak pendek
yaitu tidak lebih dari 2 atau 3 feet (60 - 90 cm) saja. Jarak pendek yang dilalui pergerakan air ini mempu
hubungan yang penting dengan: kedalaman dan rapatnya permukaan absorpsi sistem akar dan jarak leta
di bawah permukaan tanah (dengan kenaikan kapiler dan absorpsi oleh akar).
Dikarenakan bahwa pergerakan air yang jarak pendek ini, tanaman dengan sistem perakaran dangkal t
dapat mencapai air pada level yang lebih rendah. Oleh karenanya tanaman dengan sistem perakaran
dalam dan rapat dapat bertahan kekeringan pada tingkat yang lebih besar daripada tanaman yang sis
perakarannya dangkal dan tidak rapat. Pada umumnya akar-akar sebagian besar tanaman yang si
perakarannya berkembang meluas menembus sedalam 12-18 inch atau 30-40 cm ( 1 inch = 2,34 cm )
permukaan air di bawah permukaan tanah. Di dalam daerah 12-18 inch ini ruangan antara partikel tanah b
air penuh (berlebih-lebihan) dan menderita kekurangan oksigen untuk perkembangan akar. Sehingga s
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
22/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
permukaan air di bawah permukaan tanah (water table) yang dekat dengan permukaan tanah men
pembatas penembusan akar.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa tinggi dari water table ( air tersedia di tanah) benar-b
berpengaruh terhadap pertumbuhan, vigor ( kekokohan/ketahanan ) dan kemampuan berproduksi tana
yang mempunyai nilai ekonomis. Sebagai contoh, dengan faktor-faktor lain menguntungkan, raspb
menghendaki permukaan air tanah 18-36 inch ( 45-90 cm ) di bawah permukaan tanah. Contoh ; daerah J
Timur : tomat, kobis, selada, wortel, bit, bawang merah kurang dalam ; singkong, pohon buah mangga, ja
mete dalam ; jeruk, rambutan, salak kurang dalam.
3) Besarnya pergerakan air yang tersedia.
Besarnya pergerakan air tanah yang dipergunakan tanaman tergantung pada (a) tipe tanah, (b) suhu
konsentrasi larutan tanah & d) Oksigen yang tersedia di tanah
a. Tipe tanah
Disebabkan kandungan koloid yang lebih besar, pergerakan air pada tanah liat (clay) kurang
dibandingkan pada tanah pasir. Oleh karenanya untuk menjamin kelestarian pertumbuhan
perkembangan tanaman, tanah-tanah pasir harus mendapat air hujan atau air irigasi.b. Temperatur suhu tanah
Suhu berpebgaruh terhadap pergerakan air dalam 2 cara, yakni berpengaruh terhadap energi kin
(daya gerak) dan viskositas (kekentalan) molekul.
Suhu bertambah akan menambah tenaga gerak dan mengurangi viskositas, sebaliknya berkurang
suhu akan mengurangi daya gerak dan menambah viskositas. Oleh karena itu air bergerak kurang c
pada tanah-tanah yang lebih tinggi dari suhunya. Pengaruh suhu ini dalam praktek misalnya diju
pada penanam-penanam yang mempergunakan pemanas pada dasar bedengan perbanyakan tanama
rumah-rumah kaca. Suhu terutama mempengaruhi kecepatan pertumbuhan.
c. Konsentrasi dari larutan tanah
Makin besar jumlah partikel-partikel yang terlarut pada suatu volume larutan, penghambatan pergera
molekul-molekul air akan makin besar. Biasanya air tanah mengandung suatu konsentrasi larutan
rendah dan molekul-molekul air bergerak bebas dari permukaan partikel tanah ke rambut-rambut a
Namun kadang-kadang konsentrasi larutan tersebut menjadi begitu besar sehingga mengham
pergerakan air, sehingga tidak sampai pada daerah-daerah rambut akar.
d. Oksigen yang tersedia di tanah
Akar-akar sebagian besar tanaman yang mempunyai nilai ekonomis membutuhkan oksigen u
melangsungkan proses pengisapan air. Percobaan telah menunjukkan bahwa jika oksigen di t
diganti dengan nitrogen atau karbondioksida, penyerapan air akan berkurang atau berhenti sama se
Kebutuhan oksigen untuk absorbsi air ini dititik beratkan kepentingannya untuk memperoleh drai
(pengaliran air) yang baik. Jika ruang pori-pori tanah diisi dengan air, oksigen untuk kelangsu
absorbsi air akan tidak ada (absen).
Agar udara dapat mengambil bagian di tanah, air tanah yang berlebih-lebihan harus dihindarkan den
mengalirkan air. Hampir sebagian besar tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman-tana
hias menghendaki tanah-tanah yang drainasenya baik.
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
23/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
AKTOR TANAMAN
Pokok-pokok faktor tanaman yang mempengaruhi absorbsi air adalah : (1) tenaga mengisap air dari ram
ambut akar dan (2) dalam dan rapatnya daerah rambut akar.
enaga mengisap air dari rambut-rambut akar.
Daerah absorbsi air tanaman terdapat pada titik-titik pertumbuhan dari sistem akar. Di daerah ini se
pidermis tertentu memanjang, dan daerah permukaan absorbsi air bertambah. Sel-sel ini disebut rambut-rambut a
ungsinya adalah mengisap air dan zat-zat makanan. Tenaga mengisap air dari akar-akar rambut ini ditentukan
ekanan osmose dan tekanan turgor dari akar-akar rambut tersebut.
Tekanan osmose ditentukan oleh konsentrasi air yang berbeda-beda pada masing-masing membran sitopla
Membran (selaput) hidup ini adalah semi permeable, dalam beberapa zat/ bahan akan selalu dapat melaluinya
eberapa tidak.
Biasanya membran ini dapat ditembus ( dilalui ) larutan-larutan mineral dan air tidak dapat ditembus ( dila
ahan-bahan organik, seperti gula dan larutan protein. Gula dan protein ini dalam larutan yang terlarut denga
alam rambut-rambut akar dan biasanya dengan air di tana. Disebabkan kadar air yang lebih rendah di rambut aka
meresap masuk dari tanah ke akar. Lebih rendahnya konsentrasi air di rambut-rambut akar sejauh mana disebableh kandungan gulanya. Fotosintesa membuat gula. Sebagai akibatnya, tanaman yang fotosintesanya tinggi dan si
erakarannya berkembang dengan cepat dapat mengisap air lebih banyak pada suatu kesatuan waktu darip
anaman-tan0aman dengan nilai fotosintesa rendah dan sistem perakarannya berkembang lambat.
Dalam dan rapatnya permukaan absorbsi
Dalam permukaan absorbsi menunjukkan tentang dalamnya akar-akar menembus (memasuki tanah).
mumnya, dalamnya penembusan berubah-ubah tergantung jenis tanaman dan tipe dari tanah.
Beberapa tanaman mempunyai sistem perakaran yang agak dangkal dan yang lain mempunyai sistem perak
ang dalam. Tanaman dengan sistem perakaran yang dalam dapat memperoleh lebih banyak air daripada tana
engan sistem perakaran dangkal. Hal ini terutama jelas pada keadaan transpirasi yang tinggi.
Dalam- dangkalnya sistem perakaran suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh prosentase kandungan oks
ada bermacam-macam tanah. Jenis tanaman yang sama yang tumbuh pada tanah lempung berliat akan mempu
istem perakaran yang lebih dangkal dari tanaman yang tumbuh di pasir atau lempung berpasir.
Pada kenyataan, banyak tanaman yang tumbuh di tanah yang sangat berpasir akar-akarnya mampu menem
ekitar 20-25 fost (6-7,5 m) dan di tanah liat hanya mampu menembus sekitar 3-4 fost (0,9-1,2 m).
Kecepatan permukaan absorbsi menunjukkan jumlah rambut-rambut akar dan akar-akar yang tumbuh
ang menempati masing-masing satu kesatuan volume tanah. Dengan mengambil dua tanaman A dan B, si
erakaran tanaman A mempunyai satu juta akar-akar rambut untuk setiap cubic foot(0,027 m3) tanah dan panjang
0foot(3 m) dan akar-akar tanaman B hanya mempunyai 10.000 akar-akar rambut untuk setiap cubic foot (0,027
tanah yang dicapai oleh akar-akar. Dikarenakan air bergerak hanya jarak pendek saja dan disebabkan kerapatan
anaman A lebih besar, akan memperoleh jumlah air yang lebih besar daripada tanaman B.
Jadi baik dalamnya penembusan akar dan derajat bercabang-cabangnya akar memegang peranan pen
erutama selama periode-periode transpirasi tinggi. Ciri-ciri khas tanaman tahan kekeringan adalah tanaman-tana
ang sistem perakarannya dalam dan meluas.
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
24/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
D. PERANAN UNSUR HARA BAGI TANAMAN
Unsur hara atau nutrisi merupakan faktor penting bagi pertumbuhan tanaman yang dapat diibar
sebagai zat makanan bagi tanaman. Sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara d
dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro ad
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, seperti : nitrogen (N), fosfor (P), kalium
belerang (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur hara makro sering dibagi menjadi dua bagian, y
unsur hara primer (N, P dan K) dan unsur hara sekunder (S, Ca dan Mg). Selain unsur hara tersebut, tana
juga mambutuhkan unsur lain yang juga dalam jumlah besar, yaitu : karbon , hidrogen (H) dan oksigen
Namun unsur-unsur ini (C, H dan O) jarang dibicarakan, bukan karena peranannya kecil akan tetapi ka
ketersediaannya dialam yang berlimpah serta peranannya dalam proses metabolisme tidak berdiri se
Kekurangan unsur ini juga tidak dapat dilihat secara terpisah. Unsur C diserap tanaman dalam bentuk CO 2 da
proses fotosintetis, unsur H diserap dalam bentuk H2O dan unsur O diserap dalam bentuk O2 pada pr
respirasi. Sedangkan yang tergolong unsur hara mikro (dibutuhkan dalam jumlah kecil), antara lain besi
borron (B), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu) dan molibdenum (Mo).
Jumlah energi yang dibutuhkan bagi penyerapan aktif unsur hara tanaman diperoleh dari resp
karbohidrat yang terbentuk sebagai hasil dari fotosintesis tanaman. Oleh karenanya sejumlah faktor y
mengurangi laju fotosintesis, akan mengurangi suplai energi di dalam tanaman dalam waktu lama dan akiba
mengurangi laju penyerapan unsur hara.
Setiap unsur hara memiliki peran spesifik dalam tanaman, namun demikian ada beberapa unsur y
berperan ganda. Karena setiap unsur memainkan peran khusus, maka suatu keadaan defisit atau berleb
umumnya akan mengakibatkan gejala khas. Bila sejenis unsur memiliki lebih dari satu peran khusus, maka a
timbul berbagai macam efek defisiensi bergantung pada proses dalam tanaman yang dipengaruhi.
Agar tanaman tumbuh sempurna, maka sebaiknya semua unsur esensial harus tersedia dalam jumlah cuJika lebih dari sejenis hara yang kurang dalam suatu tanaman, maka akan kecil respon tanaman tersebut bila y
diberikan hanya satu unsur hara diantaran0ya. Beberapa faktor lain, seperti : hama, penyakit, gulma dan fa
pembatas yang lain juga akan menurunkan respon tanaman terhadap pemupukan. Diagram beriku
menunjukkan peran yang dimainkan sejumlah unsur hara dalam proses fotosintesis dan sintesis karbohidrat.
ungsi Nitrogen dalam Tanaman
Tanaman non legume biasanya menyerap N dari dalam tanah dalam bentuk NO3- atau NH4
+. P
ebanyakan tanah pertanian NO3- merupakan bentuk senyawa N yang paling banyak diserap tanaman. Tana
egume mampu mengambil N2 dari atmosfir dengan bantuan Rhizobia sp. Hanya sedikit N tanah yang digunakan
anaman legume.
N-anorganik dalam lingkungan normal segera diubah menjadi asam-asam amino dan akhirnya diran
menjadi protein tanaman. Protein sel-sel vegetatif sebagian besar lebih bersifat fungsional daripada struktural
entuknya tidak stabil sehingga selalu mengalami pemecahan dan reformasi.
Sebagai pelengkap bagi peranannya dalam sintesa protein, Nmerupakan bagian tak terpisahkan dari mo
lorofil dan karenanya suatu pemberian N dalam jumlah cukup akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang v
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
25/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
an warna hijau segar. Pemberian N yang berlebihan dalam lingkungan tertentu dapat menunda pendewasaan tanam
Secara fungsional nitrogen juga penting sebagai penyusun enzim yang sangat besar peranannya dalam pr
metabolisme tanaman, karena enzim tersusun dari protein. Nitrogen merupakan unsur amat mobil dalam tanaman y
erarti bahwa protein fungsional yang mengandung N, dapat terurai pada bagian tanaman yang lebih tua, kemu
iangkut menuju jaringan muda yang tumbuh aktif.
Gejala Defisiensi
Bila tanah kurang mengandung N tersedia, maka seluruh tanaman bisa berwarna hijau pucat atau ku
klorosis). Hal ini bisa terjadi karena rendahnya produksi klorofil dalam tanaman. Daun tertua lebih dulu mengu
arena N dipindahkan dari bagian tanaman ini menuju ke daerah ujung pertumbuhan, dimana ia digunakan kem
una menunjang pertumbuhan baru. Daun bawah tanaman yang defisien mula-mula menguning di bagian ujung
ejala klorosis cepat merambat melalui tulang tengah daun menuju batang. Daun tepi dapet tetap hijau untuk bebe
aat. Bila defisiensi menjadi semakin berat, daun tertua kedua dan ketiga mengalami pola defisiensi serupa dan d
ertua pada saat itu akan menjadi coklat sempurna.
Bila defisiensi N dapat dilacak pada tahap awal pertumbuhan , maka defisiensi dapat dipulihkan dengan s
enambahan pupuk yang mengandung N dengan sedikit pengaruh pada hasil panen.
ungsi Fosfor dalam Tanaman
Fosfor dalam bentuk senyawa fosfat organik, bertanggung jawab pada salah satu atau beberapa cara perub
nergi dalam bahan hidup. Sejumlah senyawa fosfat telah terbukti bersifat esensial bagi fotosintesis, sin
arbohidrat dan senyawa lain yang sejenis, glikolisis, asam amino, metabolisme lemak dan S, serta oksidasi biol
Karena peranannya sebagai energi tanaman, P merupakan unsur yang segera mobil dan dipusatkan diba
ertumbuhan aktif.
Tanaman menyerap sebagian besar kebutuhan fosfornya dalam bentuk ortofosfat primer H2PO
4
-. Sejum
ecil bentuk H2PO4--
juga diserap dan bentuk P yang terdapat dalam tanah dikendalikan oleh pH larutan tanah.
Imobilitas P dalam tanah mengisyaratkan cara penempatan pupuk yang baik karena mempengaruhi penggun
secara efisien. Suplai P yang mencukupi adalah penting pada awal pertumbuhan tanaman, karena pada mas
anaman mengalami masa primordia reproduktif dan oleh karenanya menentukan hasil biji yang maksimum.
Gejala Defisiensi
Tanaman jagung muda yang defisien P biasanya menunjukkan pertumbuhan terhambat dan berwarna h
elap. Pengerdilan menyeluruh terjadi karena kurangnya P tersedia bagi beberapa reaksi biokimia tanaman memerlukan energi. Produksi klorofil bisa berkurang dan jika hal ini terjadi terbentuklah pigmen merah, y
ntosianin, yang mendominasi dan memeberikan warna keunguan pada daun. Perubahan warna merah atau
imulai pada ujung daun dan berlanjut di sepanjang tepi daun.
ungsi Kalium
Peranan K dalam tanaman nampaknya sebagai katalis dalam seluruh kisaran reaksi termasuk : (a) Metabol
arbohidrat ; (b) Metabolisme nitrogen ; Aktivasi enzim ; (d) Memacu pertumbuhan di jaringan meristem ; dan
Mengatur pergerakan stomata dan kebutuhan air.
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
26/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dari kompleks pertukaran dan segera mobil dalam tubuh tanaman.
Gejala Defisiensi
Empat penampakan penting pada tanaman yang defisien K yaitu :
i). Sintesis protein. Dalam penelitian dengan tanaman tebu membuktikan bahwa pada tanaman
kekurangan hara K, tidak terjadi akumulasi N-protein di daun karena adanya penurunan dalam sint
protein.ii). Ketahanan terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K lebih peka terhadap pen
dibanding tanaman yang diberi pupuk cukup .
iii). Ketahanan terhadap kekeringan. Berkat peranan unsur K dalam mengatur pembukaan stomata, ma
berperan penting dalam kadar air internal tanaman. Tanaman yang miskin K kehilangan kendali da
laju transpirasinya dan menderita kekeringan internal.
iv). Kekuatan batang. Tanaman yang kekurangan K pada umumnya berbatang lemah dan suatu kea
defisiensi K dapat menunjukkan gejala kerebahan (roboh) pada tanaman berbiji kecil serta pemat
batang pada jagung dan shorgum (Tabel 5).
Tanaman yang kekurangan K mungkin tidak memperlihatkan suatu gejala defisiensi, tetapi hasil tanaman
angat menurun. Jika terjadi gejala pada daun, maka hal ini terjadi pada jaringan yang lebih tua karena ad
mobilitas K. Biasanya tanaman mengerdil dengan ruas-ruas yang memendek.
Gejala pada daun ditandai dengan suatu proses penguningan yang dimulai pada ujung daun yang lebih tua
erjalan di sepanjang tepian hingga pangkal daun. Seringkali tepi daun menjadi coklat dan kering (nekrosis).
ungsi Belerang
Sulfur hampir seluruhnya diserap dalam bentuk ion SO42-, direduksi dalam tanaman dan digabungkan
alam senyawa organik. S merupakan konstituen dari asam-asam amino : sistin, sistein dan methionin dan karen
rotein mengandung jenis asam amino tersebut.
Gejala Defisiensi
Karena terjadinya penurunan fotosintesis dan pembentukan protein bila kekurangan S, maka terdapat kadar
endah serta suatu akumulasi fraksi-fraksi N yang dapat larut.
Defisiensi S pada jagung menunjukkan gejala penguningan menyeluruh terutama pada daun yang lebih m
arena adanya imobilitas S dibawah kondisi kekurangan. Seringkali dedaunan menunjukkan gejala klorosis interve
mirip dengan defisiensi Zn. Defisiensi S paling sering terjadi pada tanah-tanah alkalis.
ungsi Kalsium
Fungsi Ca pada umumnya merupakan kation utama dari lamela tengah suatu dinding sel, dimana kalsium pe
merupakan penyusun utamanya. Selain itu Ca memiliki andil penting dalam pengaturan membran sel dengan
memelihara selektuvitas terhadap berbagai jenis ion.
Gejala Defisiensi
Karena peranan Ca sebagai bahan struktural dalam tubuh dalam tubuh tanaman adalah amat imobil, m
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
27/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
ejala defisiensi semakin jelas pada saat pertumbuhan baru. Dalam beberapa hal, jaringan tanaman yang lebih tua
mengandung sejumlah Ca yang berlebihan sedangkan daerah pertumbuhan baru kekurangan. Walaupun semua
umbuh peka terhadap defisiensi Ca
etapi bagian akarlah yang lebih parah. Bagian itu akan berhenti tumbuh, menjadi tidak teratur, terlihat bagai memb
an pada defisiensi berat akan mati.
Pada jagung, gejala foliar pertama nampak berwarna kuning menyebar hingga putih dengan luas sekita
arak dari ujung daun yang termuda. Daun berikutnya yang terbentuk dapat mengalami klorosis dan menggu
Akhirnya pucuk tanaman terhenti pertumbuhannya.
ungsi Magnesium
Mg diserap dari tanah dalam bentuk ion Mg2+. Mg menyusun lokus pusat dari molekul klorofil dan
merupakan aktivator berbagai jenis enzim yang mempengaruhi hampir setiap proses metabolisme tanaman.
Mg diperlukan bagi pengaktifan sejumlah enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan teristim
alam siklus asam sitrat yang penting dalam proses respirasi.
Gejala Defisiensi
Mg merupakan unsur mobil dalam tanaman dan segera ditranslokasikan ke bagian yang lebih muda dari ba
anaman yang lebih tua. Pada beberapa spesies defisiensi muncul berupa klorosis internal daun, sedangkan pemb
ngkut daun tetap hijau. Pada saat defisiensi semakin parah, jaringan daun menjadi pucat merata, kemudian coklat
ekrosis.
Sebagai akibat dari klorosis, tanaman yang kekurangan Mg memiliki laju fotosintesis yang lebih ren
ntasan biosintetis kacau sebagai hasil dari penghambatan sejumlah proses transfosforilasi enzimatis dan senyaw
erlarut tredapat dalam kadar yang lebih tinggi di atas normal.
DIAGNOSIS DEFISIENSI
Terdapat banyak resiko dalam melakukan diagnosis secara terpisah terhadap sejumlah gejala yang ada, ka
asilnya mudah dikacaukan satu sama lain dan juga oleh pengaruh bahan kimia, kekeringan maupun penyakit.
Namun demikian menurut pengalaman dan pengetahuan tentang keadaan tanah yang berkaitan de
eberapa gejala, maka kesemuanya dapat merupakan alat diagnostik yang berguna. Kunci pedoman yang diuraika
awah ini dapat bermanfaat dalam tujuan diagnosis itu :
A. Pengaruh lokal, terjadi sebagai pembecakan atau klorosis dengan atautanpa becak nekrosis pada daun yang lebih bawah, sedikit atau tanpapengeringan pada daun bawah.
1). Daun bawah melekuk atau mengangkup ke bawah dengan becakkekuningan di ujung dan tepi. Becak nekrosis di ujung dan tepi. . . . . . .2). Daun bawah klorosis diantara pembuluh utama pada ujung dan tepidengan warna hijau pucat hingga putih. Biasanya tanpa becak nekrosis . .
(Kalium)(Magnesium)
B. Pengaruh umum, terjadi penguningan dan pengeringan atau kebakaran pada daun-daun sebelah bawah.
1).Tanaman berwarna hijau pucat, daun bawah kuning, kering danberwarna coklat terang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2).Tanaman berwarna hijau gelap, lebar daun menyempit dibanding
(Nitrogen)
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
28/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
panjangnya tanaman tak mencapai dewasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (Fosfor)C. Mati pucuk pada tunas terminal, yang didahului oleh nekrosis pada ujung
atau pangkal daun muda yang mengalami stagnasi pertumbuhan
1). Daun muda membentuk tunas terminal, berwarna hijau terang, diikutidengan pelengkungan ke bawah yang khas di bagian ujung, kemudiannekrosis, sehingga bila terjadi pertumbuhan yang kedua maka bagianujung dan tepi daun akan menghilang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2). Pertumbuhan daun muda terhambat dan bagian pangkal berwarna hijauterang, diikuti dengan dekomposis di pangkal daun, dan jika terjadi
pertumbuhan yang terakhir maka daun akan terpilin ; daun patah danmemperlihatkan penghitaman pada jaringan pembuluh . . . . . . . . . .. . . .
(Kalsium)
(Boron)D. Tunas terminal tetap hidup, terjadi klorosis daun pucuk atau bagian atas,
dengan atau tanpa becak nekrosis, pembuluh berwarna cerah atau hijaugelap
1). Daun muda dengan becak nekrosis menyebar di seluruh daun yangklorosis, cabang pembuluh terkecil cenderung tetap hijau, menimbulkanpengaruh yang bisa diamati . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2). Daun muda tanpa becak nekrosis, klorosis bisa atau tidak melibatkanpembuluh sehingga mengakibatkan daun berwarna hijau terang .. . . . . . .
(Mangan)(Copper)
E Daun muda dengan pembuluh atau warna hijau cerah atau kegelapan yang
sama seperti jaringan interveinal.Berwarna hijau terang, tidak pernah putih atau kuning, daun bawah tidakmengering. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(Sulfur)
F. Daun muda mengalami klorosis, pembuluh utama berwarna hijau yanglebih gelap dari pada jaringan yang terletak diantara pembuluh angkutdaun.
1). Keseluruhan daun menjadi berwarna kuning pucat/ putih. . . . . . . . .2). Terjadi klorosis interveinal(a). Pertumbuhan terminal terhambat dan membentuk roseta . . . . . . .(b). Mati bujang di bagian pucuk dan di sepanjang tepi daun . . . . . . .
( Fe )(Zn)(Cu)
DAFTAR PUSTAKA
dmond, J.B., T.L. Senn, F.S. Andrew and R.G. Halfacre, 1975. Fundamentals of Horticulture. Tata McGrawPubl. Co. Ltd. New Delhi. 560 pp.
ordham, R., and A.G. Biggs, 1985. Principles of Vegetable Crop Production. William Collins & Co. LLondon. 215 pp
Hartmann, T.H., A.M. Kofranek, V.E. Rubatzky, W.J. Flocker, 1988. Plant Science, Growth Development Utilization of Cultivated Plants. Prentice Hall International, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. 674 pp
anick, J., 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Francisco. 586 pp.
umeru Ashari, 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta. 485 hal.
Yogi Sugito, 1996. Ekologi Tanaman. Diktat Kuliah. Program Pasca Sarjana, Unibraw, Malang. 101 hal.
B A B . I VP E K A R A N G A N
-
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
29/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
Pengembangan pertanian yang sudah dilaksanakan sekarang ini masih terbatas pada penanganan lahan saedangkan untuk pekarangan belum banyak mendapatkan perhatian. Mengenai pekarangan kalau kita lihat haemua tempat di Indonesia ini dapat kita jumpai adanya pekarangan, kecuali di daerah Banten selatan, dan pekaran
merupakan agroekosistem yang sangat baik serta mempunyai potensi yang tidak kecil dalam mencukupi kebutuidup petani atau pemiliknya, bahkan kalau dikembangkan secara baik akan dapat bermanfaat lebih jauh lagi, seesejahteraan masyarakat sekitar, pemenuhan kebutuhan pasar bahkan mungkin memenuhi kebutuhan nasional.
Di Pulau Jawa terdapat pekarangan seluas kurang lebih sekitar satu setengah juta ha (1,5 ha), atau hamencapai luas sebesar dua puluh (20) persennya dari seluruh luas
anah pertanian, dan di sekitar daerah Jawa Barat rata-rata luas pemilikan tanah pekarangan sebesar sekitar 208,12 mLuas pekarangan seluruh Indonesia mencapai sekitar dua ribu dua ratus limapuluh enam dua ratus enam p
nam ha (2.256.266 ha) atau sekitar enam belas koma delapan puluh delapan persen (16,88 %) dari seluruh luas tertanian rakyat. Pekarangan yang berada disekitar rumah tersebut dapat memberi tambahan hasil berupa b
makanan seperti palawija, buah-buahan dan sayur-sayuran, kayu-kayuan baik untuk bahan kayu bakar maupun uayu bahan bangunan. Maka untuk merubah penghasilan petani dan pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat
memperhatikan arti penting lahan pekarangan.
1. Pengertian Pekarangan.
Setiap orang akan dengan mudah menunjukkan apabila ditanya mana pekarangannya atau mana ydisebut pekarangan maka orang segera menunjuk tanah disekitar rumah seseorang atau yang dilihat dimilikinya, tetapi walau demikian mudah untuk menunjukkannya secara nyata tetapi kalau untuk mempengertian atau batasan tentang apa yang dimaksudkan dengan pekarangan sering orang mengalami kesuBanyak orang berusaha untuk membuat definisi atau pengertianpekarangantetapi dari banyak pengertian definisi tersebut yang umum digunakan adalah yang dirumuskan oleh Terra (1948), selanjutnya definisi tersdiperluas oleh Soemarwoto (1975).
2. Fungsi Pekarangan
Fungsi sosial dari pekarangan adalah untuk memberi rasa nyaman bagi lingkungan tempat tinggal, temanak-anak bermain-main juga untuk melepaskan lelah serta bersantai ria pada waktu senggang maupun u
melepaskan binatang kesayangannya. Fungsi ekonomi dari pekarangan menurut penelitian yang dilakukan Terra (1948) diungkapkan oleh Danoesastro 1976, serta dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh DPerkebunan Rakyat diperoleh hasil bahwa pekarangan mempunyai banyak fungsi (Manfaat pekarangyaitu : Sumber Karbohidrat, Menghasilkan bahan setiap hari, Sumber bahan bangunan rumah atau keperlain, Penghasil bumbu masak yang diperlukan, Penghasil kayu bakar, Penghasil bahan dasar untuk kerajrumah tangga , dan Penghasil Protein hewani.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bentuk, Luas dan Intensitas PekaranganApabila dilakukan pengamatan pada pekarangan yang ada baik itu di Jawa maupun di luar Jawa, m
akan nampak bahwa bentuk, luas dan intensitas pekarangannya berbeda-beda. Pada dataran rendah berdengan di pegunungan, daerah dengan iklim basah berbeda dengan daerah yang mempunyai iklim kering,
letak suatu daerah dengan perkotaan, tempat yang jauh dari kota dengan yang dekat dengan kota akanperbedaan pengembangannya.Terra (1953) mengemukakan bahwa penyebaran, luas dan intensitas serta bentuk pekarangan dipenga
oleh faktor ethnologis, iklim, tanah dan tergantung pada seberapa besar kepadatan penduduk, serta imbandengan pemilikan tanah yang lain.
4. Pengaturan Pekarangan.Seperti yang telah diuraikan tedahulu bahwa pekarangan dapat memberikan bermacam-macam h
seperti : Palawija, Buah-buahan, Sayur-sayuran Bunga-bungaan, Rempah-rempah, Obat-obatan, Kayu-kayBahan kerajinan, Ikan, Pupuk kandang, Hewan ternak, dan Madu tawon/lebah.
Pekarangan sering memberikan kesan pada yang melihatnya sebagai hutan rimba yang produ
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/definition_of_homegardens.dochttp://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/manfaat_pekarangan.dochttp://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/manfaat_pekarangan.dochttp://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/manfaat_pekarangan.dochttp://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/definition_of_homegardens.doc -
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
30/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
(Agroforestry) atau sebagai kebun yang terlantar karena pekarangan tersebut ditumbuhi oleh bermacmacam tanaman. Pengaturan pekarangan yang kurang baik akan memberikan pandangan yang kurang pula. Dengan pengaturan tanaman dalam pekarangan secara baik akan menciptakan keindahan alam lingkunterbuka di pekarangan. Keindahan pekarangan tidak saja memberi kegembiraan pada pemiliknya tetapi memberi kesenangan pada siapa saja yang lewat dan memandangnya.
5. Kemungkinan Pengembangan PekaranganPengembangan pekarangan yang terarah, tidak cukup hanya dengan melakukan perlombaan-perlomb
yang bersifat seremonial belaka seperti lumbung hidup, apotik hidup atau warung hidup yang bersiaft semen
selagi ada kegiatan lomba yang dahulu sering dilakukan untuk sekedar menyenangkan pejabat belaka ttanpa ada pembinaan lebih lanjut. Sebenarnya hal tersebut juga dapat mendorong pengembangan pengusapekarangan asalkan dilakukan dengan perencanaan yang baik dari pejabat yaitu dengan usaha peningkpengetahuan pemilik pekarangan, dilakukan pembinaan dan pendidikan yang menyeluruh serta dipenyediaan sarana maupun penampungan hasilnya atau paling tidak arahan kemungkinan pemasaran pryang nantinya akan dihasilkan kalau pekarangan benar-benar telah berkembang nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1975. Dunia Ekonomi Kita.Yayasan Kanisius, Yogyakarta. 276 hal.
Anonim. 1981. Usaha Meningkatkan Potensi Pekarangan Di Desa Sekitar Hutan. Impormasi PertanDEPTAN. Balai Informasi Kayuambon, Lembang, Jabar.. (5):3-6
Atjung. 1976. Tumbuh-tumbuhan Perhiasan di Pekarangan. NV> Masa Baru, Bandung, Jakarta. 147 hal.
Danoesastro, H. 1973. Kemungkinan Peningkatan Pertanaman Pekarangan. Penataran Purna Sarjana PenyulPertanian UGM ke II, Yogyakarta. 11 hal.
-----------------. 1976a.Pekarangan. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM> Yogyakarta. 49 hal.
------------------. 1976b.Pohon Buah-buahan. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. 98 hal.
------------------. 1977. Peranan Pekarangan dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Nasional Ra
Pedesaan. Gadjah Mada Univercity Press. Yogyakarta. 16 hal.Garnadi, A. 1972. Tanaman Pekarangan Membawa Keuntungan. Majalah Pertanian (12);1-42.
Karyno. 1980. Struktur Pekarangan Pedesaan Daerah Aliran Sungai Citarum, Jabar. Desertasi Fak. IPengetahuan Alam UNPAD. Bandung. 232 hal.
Mubyarto. 1973. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan EkonomiSosial. Jakarta. 274 hal.
Naniek Siti Murdjati. 1978. Peranan Pekarangan Dalam Mencukupi Kebutuhan Sehari-hari MasyarPedesaan. Makalah Seminar Mahasiswa Agronomi UGM. 11 hal.
etadiredja Soeparmo. 1969. Hortikultura I. Pekarangan dan Buah-buahan. CV Yasa Guna. 160 hal.
etijadi Haryadi, S. 1975. Potensial Contribution Of Home Gardening To Nutrition Invervention ProgramIndonesia.Seminar Food and Nutrition. Yogyakarta. 20 hal.
oemarwoto, O. 1980. Interrelation Among Population, Resources, Environment and Development In The ERegion With Special Reference to Indonesia. Ekologi dan Pembangunan, The Institute of EcoPadjadjaran University. Bandung (7) : 1-76.
uwarno, R. 1975. Peranan Pekarangan dalam Kehidupan Sehari-hari. Majalah Pertanian (1) : 1-45.
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/agroforestry.pdfhttp://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/agroforestry.pdfhttp://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor_link/agroforestry.pdf -
8/10/2019 Buku Ajar Dasar Hortikultura
31/37
KU AJAR DASAR HORTIKULTURA FAPERTA UNS
//pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html[30-Jun-14 11:54:28 PM]
BAB. VKEMASAKAN DAN GRADING
BUAH-BUAHAN DAN SAYUR-SAYURAN
Buah dan sayuran perkembangan dimulai dengan pembentukan suatu bagian yang dapat dimakan, pembentu
uah, kemunculan bibit, perkembangan umbi, atau perkembangan tangkai bah dan diakhiri dengan kehilangan karaagian yang dapat dimakan, melalui kemunduran fisiologi, perkembangan karakter serat-seratan atau kerusspoilage) melalui intervensi mikrobiological (Ryall and Lipton,1972; Reid, 1992). Kondisi kemasakan dari komodortikultura segar adalah merupakan kontinum sepanjang waktu perkembangannya (Gambar 1). Scala werhubungan dengan perkembangannya, tetapi secara pasti lamanya waktu tersebut sangatlah bervariasi dan saniq untuk setiap komoditas. Istilah matang (Mature) berkaitan dengan titik dalam scala waktu perkembangan sewomoditi hortikultura dalam suatu keadaan yang siap untuk dipergunakan (proses, simpan) atau dimakan.
Kualitas disisi lain berhubungan dengan derajat kepuasan dari konsumen atau pengguna seperti ditetaerdasarkan pengunaan dari komoditas yang masak tersebut. Kenyataannya kepuasan dapat berkurang karena prewat atau kurang masak, dengan demikian produk tersebut dikatakan berkualitas kalau mempunyai kemasptimal. Sehubungan dengan hal tersebut penentuan saat panen sangat penting agar produk yang dihasi
mempunyai nilai tinggi sesuai kebutuhan pasar Karena dari persamaan keduanya antara masak dan kualitas s
erhubungan dan dengan dugaan atau kebutuhan pasar.Dugaan atau kebutuhan pasar diwujudkan melalui peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh kelom
enanam, melalui rencana kontrak, atau melalui autoritas pemegang kebijakan yang diwujudkan sebagai staualitas atau grade dan didukung oleh badan yang berwenang mendukung pelaksanaan regulasi tersebut. Di Indontandar kualitas ditentukan oleh badan yang berwenang untuk mengeluarkan tersebut dan produknya diberiengan SNI.
GRADEDi Canada baik buah-buahan maupun sayur-sayuran standar grade meliputi tiga hal atau parameter y
meliputi nama komoditas, suatu seri klas grade kualitasna dan suatu seri atribut yang pergunakan dalam penettandar grade tersebut seperti: warna, ukuran, kemasakan, tekstur dan bebas tidaknya dari kerusakan s
ebusukan, penyakit dan kerusakan akibat benturan fisik. Semua itu dapat dilakukan dilapang dengan mengguneralatan yang seminimum mungkin tidak harus menggunakan peralatan yang canggih ini sangat perlu karena demudahan dalam melaksanakan tugas serta kelancaran maupun kecepatan dalam melakukan grading atau inspekapang. Walau