buku evaluasi indikator 2010 2012
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
EVALUASI INDIKATOR PROGRAM PP DAN PL TAHUN 2010 s.d 2012DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGANKEMENTERIAN KESEHATAN RITAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan PetunjukNya sehingga kami dapat menyusun Buku Evaluasi Capaian Indikator Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2010-2012.
Buku ini berisikan informasi tentang capaian indikator program yang memberikan gambaran capaian tingkat Nasional dan Provinsi dari tahun 2010-2012.
Kami berharap buku ini dapat menjadi bahan informasi bagi Lintas Program di Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Lintas Sektor terkait dalam Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Kami sampaikan juga ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan buku ini dan kami sangat berharap adanya masukan untuk penyempurnaan penyusunan buku ini dimasa mendatang.
Sekretaris Ditjen PP dan PL
dr. H. M. Subuh, MPPM
SAMBUTAN DIRJEN PP DAN PL
Indonesia berhadapan dengan berbagai masalah penyakit (triple burden) dimana penyakit menular belum teratasi dan penyakit tidak menular cenderung naik serta adanya ancaman dari munculnya penyakit infeksi new emerging dan re-emerging.
Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik dan terukur berdasarkan Indikator Program sebagaimana yang terdapat dalam RPJMN, Renstra, Rencana Aksi Program dan Rencana Aksi Kegiatan yang dapat memberikan dampak bagi pembangunan kesehatan di Indonesia.
Dalam rangka memberikan informasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan, Ditjen PP dan PL menyusun Buku Evaluasi Capaian Indikator Program PP dan PL tahun 2010 sd 2012 yang memberikan gambaran capaian tingkat Nasional dan Provinsi.
Melalui penyusunan buku ini diharapkan pelaksanaan kegiatan kedepan dapat terlaksana lebih baik dari pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya.
Jakarta, 13 Agustus 2013 Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama
POKOK BAHASAN
1. PROGRAM SURVEILANS, IMUNISASI DAN KARANTINA KESEHATAN
2. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
3. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG
4. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
5. PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN
4
EVALUASI INDIKATOR :
PROGRAM SURVEILANS, IMUNISASI DAN KARANTINA KESEHATAN
5
PERSENTASE BAYI USIA 0-11 BULAN YANG MENDAPAT IMUNISASI DASAR LENGKAP BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 -2012
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update 17 Mei 20136
Capaian Nasional 2010 : 88,9% 2011 : 88,9%2012 : 86,8%
ACEH
SUMUT
SUMBARRIA
UJA
MBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAW
A BARAT
JAW
A TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAW
A TIMUR
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRABALI
NTBNTT
MALUKU
PAPUA
BANTEN
MALUT
GORONTALO
BABEL
PAPUA BARAT
KEPRI
SULBAR0
20
40
60
80
100
120
2010
2011
2012
PERSENTASE ANAK DIBAWAH SATU TAHUN YANG MENDAPAT IMUNISASI CAMPAK BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 -2012
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update 17 Mei 20137
Indikator ini merupakan Indikator MDGsCapaian Nasional 2010 : 93,6% 2011 : 93,6% 2012 : 99,3%
ACEH
SUMUT
SUMBARRIA
UJA
MBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAW
A BARAT
JAW
A TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAW
A TIMUR
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRABALI
NTBNTT
MALUKU
PAPUA
BANTEN
MALUT
GORONTALO
BABEL
PAPUA BARAT
KEPRI
SULBAR0
20
40
60
80
100
120
2010
2011
2012
Sumber : Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan MatraKet : ● On track ● Off track
GOAL 4 PROGRAM IMUNISASI
INDIKATOR ACUAN DASAR
CAPAIAN INDONESIATARGET MDG’S 2015
STATUS
2011 2012
Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak
44,5%(SDKI, 1991)
88,6%(Kemenkes
RI 1991)
93,6 %Kemenkes
RI
99,3%Laporan
Rutin Per 17 Mei 2013
Kemenkes RI
92% ●
8
PERSENTASE DESA YANG MENCAPAI UCI BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat SIMKARKESMA, Update 17 Mei 20139
Capaian Nasional 2010 : 75,3%2011 : 74,1% 2012 : 79,3%
ACEH
SUMUT
SUMBARRIA
UJA
MBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAW
A BARAT
JAW
A TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAW
A TIMUR
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRABALI
NTBNTT
MALUKU
PAPUA
BANTEN
MALUT
GORONTALO
BABEL
PAPUA BARAT
KEPRI
SULBAR0
20
40
60
80
100
120
2010
2011
2012
PERSENTASE ANAK USIA SEKOLAH DASAR YANG MENDAPAT IMUNISASI (BIAS CAMPAK)
DKIJabar
Jateng
DKI Yogyakarta
Jatim NADSumut
SumbarRiau
Jambi
Sumsel
Lampung
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sulut
Sulteng
SultraSulse
l
MalukuBali
NTBNTT
Papua
BengkuluMalut
BantenBabel
Gorontalo
Kepri
Papua Barat
Sulbar0
20
40
60
80
100
120
201020112012
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update 28 Februari 201310
Capaian Nasional 2010 : 89,8 %2011 : 89,8%, 2012 : 88,7%
PENEMUAN KASUS NON-POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TH BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 -2012
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update 19 Juli 201311
Capaian Nasional 2010 : 2,63 2011 : 2,762012 : 2,77
ACEH
SUMUT
SUMBARRIA
U
KEPRI
JAM
BI
BENGKULU
SUMSEL
BABEL
LAMPUNG
JAKARTA
BANTEN
JAW
A BARAT
JAW
A TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAW
A TIMUR
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
GORONTALO
SULTENG
SULSEL
SULBAR
SULTRABALI
NTBNTT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA
PAPUA BARAT
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2010
2011
2012
PERSENTASE PENANGGULANGAN KLB < 24 JAM BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update Mei 201312
Capaian Nasional 2010 : 63,00% 2011 : 70,08% 2012 : 80,35%
Aceh
Sumut
SumbarRiau
Kepri
JambiBali
Banten
Bengkulu
DKI Jakarta
Gorontalo
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jogjakarta
Kalbar
Kalsel
Kalteng
Kaltim
Babel
Lampung
MalukuMalut
NTBNTT
Papua
Papua Barat
Sulbar
Sulsel
Sulteng
Sultra
Sulut
Sumsel
0
20
40
60
80
100
120
2010
2011
2012
PERSENTASE TERLAKSANANYA PENANGGULANGAN FAKTOR RISIKO DAN PELAYANAN KESEHATAN PADA
WILAYAH KONDISI MATRA
ACEH
SUM
ATERA BARAT
SUM
ATERA UTARA
JAM
BI
BENGKULU
BANGKA BELIT
UNGRIA
U
KEPULAUAN RIA
U
LAMPUNG
SUM
ATERA SELATAN
DKI JAKARTA
Banten
JAW
A BARAT
JAW
A TENGAH
JAW
A TIM
UR
DI YOGYAKARTA
BALI
NUSA T
ENGGARA TIM
UR
NUSA T
ENGGARA BARAT
KALIMANTAN B
ARAT
KALIMANTAN SE
LATAN
KALIMANTAN T
IMUR
KALIMANTAN T
ENGAH
SULAW
ESI BARAT
SULAW
ESI SE
LATAN
SULAW
ESI TENGAH
SULAW
ESI TENGGARA
GORONTALO
SULAW
ESI UTARA
MALUKU
MALUKU U
TARA
PAPUA
PAPUA BARAT
0
20
40
60
80
100
120
201020112012
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update 28 Februari 201313
Capaian Nasional 2010 : 43%2011 : 65%2012 : 70 %
PERSENTASE FAKTOR RISIKO POTENSIAL PHEIC YANG TERDETEKSI DI PINTU MASUK NEGARA
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update 19 Juli 201314
Capaian Nasional 2010 : 100,00%2011 : 99,43%2012 : 99,47%
AMBON
BALIKPAPAN
BANDA ACEH
BANJARM
ASIN
BANTEN
BATAM
BENGKULUBIA
K
BITUNG
CILACAP
BANDUNG
DENPASAR
DUMAI
SOEKARNO HATTA
JAM
BI
JAYAPURA
KENDARI
KUPANG
LHOKSEUM
AWE
MAKASAR
MANADO
MANOKW
ARI
MATARAM
MEDAN
MERAUKE
PADANG
PALEMBANG
PALU
PKL. PIN
ANG
PANJANG
PEKANBARU
PONTIANAK
POSO
PROBOLINGGO
PALANGKARAYA
SAMARIN
DA
SAMPIT
SEMARANG
SORONG
SURABAYA
TARAKAN
TEMBIL
AHAN
TG. BALAI K
TG. PIN
ANG
TG. PRIO
K
GORONTALO
SABANG
TERNATE
YOGYAKARTA
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012
PERSENTASE ALAT ANGKUT YANG DIPERIKSA SESUAI STANDAR KEKARANTINAAN BERDASARKAN WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN (KKP) TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update 19 Juli 201315
Capaian Nasional 2010 : 84,92%2011 : 82,74% 2012 : 79,18%
AMBON
BALIKPAPAN
BANDA ACEH
BANJARM
ASIN
BANTEN
BATAM
BENGKULUBIA
K
BITUNG
CILACAP
BANDUNG
DENPASAR
DUMAI
SOEKANO HATTA
JAM
BI
JAYAPURA
KENDARI
KUPANG
LHOKSEUM
AWE
MAKASAR
MANADO
MANOKW
ARI
MATARAM
MEDAN
MERAUKE
PADANG
PALEMBANG
PALU
PKL. PIN
ANG
PANJANG
PEKANBARU
PONTIANAK
POSO
PROBOLINGGO
PALANGKARAYA
SAMARIN
DA
SAMPIT
SEMARANG
SORONG
SURABAYA
TARAKAN
TEMBIL
AHAN
TG. BALAI K
TG. PIN
ANG
TG. PRIO
K
GORONTALO
SABANG
TERNATE
YOGYAKARTA
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012
PERSENTASE BEBAS VEKTOR PENULAR PENYAKIT DI PERIMETER AREA (HI=0) DI LINGKUNGAN PELABUHAN, BANDARA DAN PLBD
BERDASARKAN WILAYAH KKP TAHUN 2010 -2012
Sumber : Direktorat Simkar Kesma, Update 19 Juli 201316
Capaian Nasional 2010 : 18,75%2011 : 22,92%,2012 : 22,45%
AMBON
BALIKPAPAN
BANDA ACEH
BANJARMASIN
BANTEN
BATAM
BENGKULUBIA
K
BITUNG
CILACAP
BANDUNG
DENPASAR
DUMAI
SOEKANO H
ATTAJA
MBI
JAYAPURA
KENDARI
KUPANG
LHOKSEUMAW
E
MAKASAR
MANADO
MANOKWARI
MATARAM
MEDAN
MERAUKE
PADANG
PALEMBANGPALU
PKL. PIN
ANG
PANJANG
PEKANBARU
PONTIANAK
POSO
PROBOLINGGO
PALANGKARAYA
SAMARIN
DA
SAMPIT
SEMARANG
SORONG
SURABAYA
TARAKAN
TEMBILAHAN
TG. BALAI K
TG. PIN
ANG
TG. PRIO
K
GORONTALO
SABANG
TERNATE
YOGYAKARTA
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011
2012
17
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
JUMLAH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Juli 2013
18
T R T R T R2010 2011 2012
0
50
100
150
200
250 235
209
231214
228213
per 1
00.0
00 p
endu
duk
Data ini bersumber dari modeling estimasi jumlah orang dengan TB. Modeling ini menggunakan data surveilans program TB dan menghasilkan estimasi interval yang lebih kecil dibandingkan dengan estimasi WHO dalam TB Global Report.
Pada tahun 2011, prevalensi di tingkat nasional : Modeling sebesar 214 per 100.000 penduduk dengan interval
181-252 per 100.000 penduduk Estimasi WHO sebesar 281 per 100.000 penduduk dengan
interval 130 - 489 per 100.000 penduduk.
Subdit TB telah berencana melakukan estimasi sampai tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Akan tetapi, rencana tersebut belum dapat dilaksanakan karena masih dalam proses pengembangan agar mendapatkan presisi estimasi.
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Juli 201319
TUBERKULOSIS
PERSENTASE KASUS BARU TB PARU (BTA POSITIF) YANG DITEMUKAN
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Juli 201320
T R T R T R2010 2011 2012
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
7378.3 75
83.580
84.4
Per
sen
(%
)
Indikator CDR per provinsi tidak dapat ditampilkan lagi sebagai indikator penemuan kasus TB, sesuai dengan arahan WHO (global), sejak tahun 2011, indikator yang digunakan saat ini adalah Case Notification Rate (CNR).
CDR tidak lagi digunakan sebagai indikator karena indikator ini memasukan insidens dalam rumus perhitungan. Insidens ini hanya berlaku di tingkat pusat/nasional dan tidak dapat didisagregasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Estimasi insidens diperoleh dari TB prevalens survey yang hanya berlaku untuk tingkat nasional dan 3 region (Sumatera, Jawa, Bali dan DIY, Kawasan Timur Indonesia). Penggunaan estimasi per region untuk mengukur CDR di wilayah region tersebut (provinsi dan kabupaten) akan mempengaruhi presisi dari perhitungan CDR dan memberikan informasi yang misleading.
Karena indikator ini masih masuk ke dalam MDGs, RPJMN, RKP, dan lain-lain maka CDR hanya dihitung untuk tingkat nasional saja.
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Juli 201321
PERSENTASE KASUS BARU TB PARU BERDASARKAN(BTA POSITIF) YANG DISEMBUHKAN
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Juli 201322
Capaian Nasional 2010 : 91,2 %2011 : 90,3%2012 : 90,2 %
Aceh
SUMBAR
Kep. RIAU
SUMSE
L
BENGKULU
BANTENJABAR
D. I . Y
. BALI
KALTENG
KALTIM
GRTALO
SULSE
L
SULT
RANTT
MALUT
PAPUA BARAT0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2010
2011
2012
pers
en (
%)
INDIKATOR ACUAN DASAR
CAPAIAN INDONESIATARGET MDG’S 2015
STA TUS2011 2012
6.9aAngka Kejadian Tuberkulosis (semua kasus/1.000 penduduk/tahun)
343 (1990)
189(Laporan TB Global
WHO, 2011)
187 (Laporan TB, Global Report
WHO 2012)
Menu run
●
6.9bTingkat Prevalensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk)
443(1990)
214(pemodelan matematika estimasi epidemi TB di
Indonesia th 2011-2012)
213(pemodelan matematika estimasi epidemi TB di
Indonesia tahun 2011-2012)
221 ●
6.9c Tingkat Kematian karena Tuberkulosis 92
(1990)
27Laporan TB Global WHO,
2011)
27 (Laporan TB, Global Report
WHO 2012)
46 ●
6.10a Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS
20%(2000)
83.47% 84.40% Laporan Kemenkes RI
70% ●
6.10b Proporsi kasus Tuberkulosis yang diobati dan sembuh dalam program DOTS
86%(2000)
90.3% 90.2%Laporan Kemenkes RI
85% ●
6.9 Angka Kejadian, Prevalensi dan Tingkat Kematian akibat Tuberkulosis6.10 Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi & diobati dalam program
DOTS
GOAL 6 PROGRAM TB23
Sumber : Direktorat Pengendalian Penyakit Menular LangsungKet : ● On track ● Off track
Secara umum, analisa untuk provinsi-provinsi yang memiliki capaian yang tinggi adalah sama yaitu:
Manajemen tatalaksana kasus yang baik
Sistem surveilans yang sudah berjalan baik sehingga data kohort pasien mulai dari diagnosis, pengobatan sampai menyelesaikan pengobatan tercatat lengkap dan terlaporkan.
Jika dibandingkan pencapaian tahun 2012 dengan tahun 2011 dan 2010 maka trend indikator per provinsi ini relatif sama meskipun ada beberapa provinsi yang menunjukan peningkatan
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Juli 2013
24
ANGKA KEMATIAN TB /100.000 PENDUDUK
2010 201120
25
30189
27
2012 = data belum ada
Data untuk provinsi tidak tersedia karena perhitungan yang dilakukan hanya untuk tingkat nasional. Sehingga angka ini tidak dapat didisagregasikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Juli 201325
KEJADIAN TB SESUAI KASUS/100.000 PENDUDUK
2012 = data belum ada
2010 2011186
186.5
187
187.5
188
188.5
189
189.5
189
187
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Juli 2013
Data untuk provinsi tidak tersedia karena perhitungan yang dilakukan hanya untuk tingkat nasional. Sehingga angka ini tidak dapat didisagregasikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
26
INDIKATORACUAN DASAR
CAPAIAN INDONESIATARGET 2015
STA TUS
2011 2012
6A.1 Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun
0,16% estimasi
2006
0,3%(Pemodelan matematika HIV di Indonesia th 2009)
0,3% (Pemodelan matematika HIV di
Indonesia th 2009)
<0,5% ●
6A.2 Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko
12.8% SKRRI
2002/2003
37.6% STBP 2011
37.6% STBP 2011
65% ●
6A.3 Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS
38% SDKI 1994
20.6%Rapid survey tahun 2011 di
Kota Bogor Prov. Jabar, Kota Metro Prov. Lampung, Kota Makassar Prov. Sulsel, Kota Marauke Prov. Papua dan Balikpapan Prov. Kaltim
21.25%Rapid survey tahun 2012 di Kota Bogor Prov. Jabar, Kota Metro Prov. Lampung, Kota Makassar
Prov. Sulsel, Kota Marauke Prov. Papua, Balikpapan Prov. Kaltim,
Mataram Prov. NTB
95% ●
6B.5 Persentase ODHA yang mendapatkan ART
71.2 Kemenkes
RI 2005
84.1% Laporan Kemenkes RI
88.4% (30.663 ODHA yang mendapat
ARV)Laporan Kemenkes RI
90% ●
Sumber : Direktorat PPML, Ket : ● On track ● Off track
Target 6.A. Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus HIV/AIDS hingga Tahun 2015Target 6.B. Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010
GOAL 6 PROGRAM AIDS
27
HIV/ AIDS
28Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 2013
Peta Epidemi HIV di IndonesiaEstimasi jumlah ODHA Dewasa 2012 : 591.823
Sumber : Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung
29Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 2013
PERSENTASE ODHA YANG MENDAPATKAN ART BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
DKI
JatengJatim
SumutRiau
Sumsel
KalbarKalse
lSulut
Sultra
MalukuNTB
PapuaMalut
BabelKepri
Sulbar0
20
40
60
80
100
120
201020112012
Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 201330
Capaian Nasional 2010 : 32,6 %2011 : 39,3 %2012 : 44,2 %
2010 2011 2012
1800021760
27738
1957224410
30663
Jumlah ODHA mendapat ARV
Target Realisasi
ODHA
Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 201331
NAD
Sumater
a Utara
Riau
Kep. R
iau
Sumater
a Bara
tJam
bi
Bengk
ulu
Sumater
a Sela
tan
Bangk
a Belitu
ng
Lampung
Banten
DKI Jaka
rta
Jawa B
arat
Jawa T
engah
DI Yogy
akart
a
Jawa T
imur
Bali NTB NTT
Kaliman
tan Barat
Kaliman
tan Tenga
h
Kaliman
tan Timut
Kaliman
tan Selatan
Sulaw
esi U
tara
Gorontal
o
Sulaw
esi B
arat
Sulaw
esi T
engah
Sulaw
esi S
elatan
Sulaw
esi T
engga
ra
Malu
ku U
tara
Malu
ku
Papua B
arat
Papua
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
26
1337
133314
20323040
335132
792
3926
1416
1110
272
2912
395
1737
110242
465
46 88
392212
86
524
71 8 7195 92
535
3028
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi, 2012
Nasional 21.511
32
JUMLAH PENGIDAP HIV MENURUT PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2012
JUMLAH ORANG YANG BERUMUR 15 TAHUN ATAU LEBIH YANG MENERIMA KONSELING DAN TESTING HIV JUMLAH PENGIDAP HIV
BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
DKIJabar
Jateng
DI Yogya
karta
JatimNAD
Sumut
Sumbar
RiauJambi
Sumse
l
Lampung
Kalbar
Kalteng
Kalsel
KaltimSu
lut
Sulte
ngSu
ltraSu
lsel
Maluku Bali
NTBNTT
Papua
BengkuluM
alut
BantenBabel
Gorontalo
Kepri
Papua Barat
Sulbar
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
201020112012
Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 201333
Capaian Nasional2010 : 300.577 orang, 2011 : 579.185 orang, 2012 : 886.825 orang
PERSENTASE PENDUDUK 15 TAHUN KEATAS MENURUT PENGETAHUAN TENTANG HIV DAN AIDS
BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
No Provinsi Tahun
2011 2012
1. Jawa Barat 13,7 18,9
2. Lampung 24 25,9
3. Kalimantan Timur 17,7 11
4. Sulawesi - Selatan 18,7 28,2
5. Nusa Tenggara Barat 23,9
6. Papua 29,1 18,5
Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 2013
34
% KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV SESUAI PEDOMAN
DKIJabar
Jateng
DI Yogya
karta
JatimNAD
Sumut
Sumbar
RiauJambi
Sumse
l
Lampung
Kalbar
Kalteng
Kalsel
KaltimSu
lut
Sulte
ngSu
ltraSu
lsel
Maluku Bali
NTBNTT
Papua
BengkuluM
alut
BantenBabel
Gorontalo
Kepri
Papua Barat
Sulbar
0
5
10
15
20
25
30
35
40
201020112012
Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 201335
Capaian Nasional2010 : 278 Kab/Kota 2011 : 335 Kab/Kota, 2012 : 375 Kab/Kota
36
PERSENTASE CAKUPAN PENEMUAN DAN TATALAKSANA PENDERITA PNEUMONIA BALITA BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 2013
Capaian Nasional 2010 : 23 %2011 : 23,98%2012 : 23,42%
Sebagian besar pengelola program dan petugas ISPA di poliklinik belum terlatih karena keterbatasan dana dan mutasi petugas yang tinggi.
Manajemen data:
Under reported yang disebabkan karena kerancuan antara diagnosa kerja dan klasifikasi ISPA (Pneumonia, Pneumonia Berat, Batuk Bukan Pneumonia/ISPA biasa), sehingga banyak kasus pneumonia dimasukkan ke dalam ISPA biasa.
Keterlambatan pelaporan secara berjenjang
Pengendalian pneumonia balita masih berbasis Puskesmas. Data kasus pneumonia belum mencakup RS Pemerintah dan swasta, klinik, praktek, dan sarana kesehatan lain.
Pada beberapa kabupaten dan provinsi masih terjadi kesalahan perhitungan target cakupan.
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 201337
TANTANGAN PENGENDALIAN ISPA
38
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR) KUSTA PER 100.000 PENDUDUK BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 - 2012
DKI
Jawa B
arat
Jawa T
engah
D.I.Yogyakarta
Jawa T
imur
Aceh
Sumate
ra U
tara
Sumate
ra B
arat
RiauJa
mbi
Sumate
ra Selata
n
Lampung
Kalimanta
n Bara
t
Kalimanta
n Tengah
Kalimanta
n Selatan
Kalimanta
n Tim
ur
Sulawesi Uta
ra
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selata
n
Malu
kuBali
NTBNTT
Papua
Bengkulu
Malu
ku Uta
ra
Banten
Babel
Goronta
lo
Kepulauan Riau
Papua Bara
t
Sulawesi Bara
t0.005.00
10.0015.0020.0025.0030.0035.0040.0045.0050.0055.0060.0065.0070.0075.0080.0085.0090.0095.00
100.00105.00110.00
201020112012
Capaian Nasional 2010 : 7,22 per 100.0002011 : 8,3 per 100.0002012 : 7,76 per 100.000
Sumber : Direktorat PPML, Update 28 Februari 2013
39
ANGKA CACAT TK. 2 KUSTA PER 100.000 PENDUDUK BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
DKI
Jawa
Barat
Jawa
Tenga
h
D.I.Yog
yaka
rta
Jawa
Timur
Aceh
Sumat
era
Utara
Sumat
era
Barat
Riau
Jam
bi
Sumat
era
Selat
an
Lam
pung
Kalim
anta
n Bar
at
Kalim
anta
n Ten
gah
Kalim
anta
n Sel
atan
Kalim
anta
n Tim
ur
Sulaw
esi U
tara
Sulaw
esi T
enga
h
Sulaw
esi T
engg
ara
Sulaw
esi S
elat
an
Mal
uku
BaliNTB
NTT
Papua
Bengk
ulu
Mal
uku
Utara
Bante
n
Babel
Goron
talo
Kepul
auan
Ria
u
Papua
Bar
at
Sulaw
esi B
arat
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
201020112012
Capaian Nasional2010 : 0,772011 : 0,842012 : 0,87
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Jiuli 2013
High burden
(CDR>10/100000)
Or new case> 1000
Low burden
CDR<10/100000
Or new case <1000
As per MOH Report
Penduduk 2012 : 244.775.797
Aceh Sumatera
565 (12,25) 984 (2.06)
Kalimantan
542(3.78)
North Sulawesi
444 (19,08)
Gorontalo
220 (20.25)
North Maluku
535 (49.14)
Papua
1.348(42.88)
West Papua
594 (72.71)
West Java
2.316(5.19)
DKI Jakarta
417 (4.23)
Central Java
1.813(5,56)
East Java
4.807 (12.65)
Maluku
649 (40.09)
C. Sulawesi
368 (13.45)
SE Sulawesi
300(12.91)
South Sulawesi
1.160(14.12)
NTT 349 (7.16)
NTB
394 (8,56)
West Sulawesi
211 (17.29)
Banten
757 (6,75)
D.I. Yogyakarta
121 (3,43)
Bali
100 (2,47)
BEBAN GANDA PENYAKIT KUSTA TAHUN 2012TOTAL PENEMUAN KASUS BARU 18.994
(RATE : 7,76/100.000 PENDUDUK)
40
DKI
Jawa
Tenga
h
Jawa
Timur
Sumat
era
Utara
Riau
Sumat
era
Selat
an
Kalim
anta
n Bar
at
Kalim
anta
n Sel
atan
Sulaw
esi U
tara
Sulaw
esi T
engg
ara
Mal
uku
NTB
Papua
Mal
uku
Utara
Babel
Kepul
auan
Ria
u
Sulaw
esi B
arat
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
201020112012
Capaian Nasional2010 : 61282011 : 66312012 : 4360
PENEMUAN KASUS FRAMBUSIABERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPML, Update 18 Jiuli 201341
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG
42
ANGKA KESAKITAN PENDERITA DBDPER 100.000 PENDUDUK BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 - 2012
DKIJabar
Jateng
DI Yogya
karta
JatimNAD
Sumut
Sumbar
RiauJambi
Sumsel
Lampung
Kalbar
Kalteng
Kalsel
KaltimSu
lut
Sulte
ngSu
ltra
Sulse
l
Maluku BaliNTB
NTTPapua
Bengkulu
Malut
BantenBabel
GorontaloKepri
Papua BaratSu
lbar0
50
100
150
200
250
300
350
400
201020112012
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 201343
Capaian Nasional 2010 : 65,7 %2011 : 27,67 %2012 : 37,20%
2010 2011 2012
NO PROV IR NO PROV IR NO PROV IR
1 Bali 337.04 1 Bali 86.33 1 Sulteng 85
2 DKI Jakarta 227.44 2 Sulteng 78.40 2 Bangka Belitung 84.95
3 Kaltim 167.31 3 Kep. Riau 72.83 3 Kaltim 84.32
4 Yogyakarta 144.92 4 DKI Jakarta 69.27 4 Lampung 76.52
5 Kep. Riau 88.37 5 Jambi 59.32 5 DKI Jakarta 68.48
Nasional 65.70 Nasional 27.67 Nasional 37.20
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 2013
5 PROVINSI DENGAN ANGKA KESAKITAN DBD TERTINGGI DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2012
44
Angka kesakitan (IR) DBD selama 3 tahun terakhir cenderung menurun, meskipun pada tahun 2012 sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2011.
Apabila dilihat distribusi penyebaran per provinsi ada beberapa provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi mengakibatkan IR juga tinggi seperti DKI Jakarta dan Bali.Tetapi bila dilihat hanya selama 3 tahun terakhir urutan provinsi dengan IR tertinggi selalu berubah.
DKI adalah provinsi yang sangat endemis DBD sehingga IR juga sangat tinggi terutama pada tahun 2008 ( IR=317,09), 2009 (IR=313,41) dan 2010 (IR=337,04), bila dibandingkan dengan 2 tahun terakhir (2011 dan 2012) sudah bisa menekan IR cukup signifikan. Penurunan ini kemungkinan besar adalah hasil dari upaya yang dilaksanakan berupa:
Mengaktifkan jumantik sebagai petugas lapangan diseluruh wilayah DKI Jakarta
Kesadaran masyarakat yang meningkat untuk melalukan kegiatan 3M plus
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 2013 45
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Pada tahun 2012 terjadi peningkatan IR di beberapa provinsi, kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa hal sbb:
Masih kurangnya pengetahuan dan peran serta masyarakat
Upaya penatalaksanaan penemuan kasus secara dini, tatalaksana penderita DBD sampai upaya pemutusan rantai penularan yang belum optimal
Cuaca/iklim yang mendukung peningkatan kepadatan vektor penular DBD (nyamuk Aedes aegypti)
Terjadinya peningkatan kasus di beberapa provinsi.
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 2013
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
46
ANGKA KASUS MALARIA PER 1000 PENDUDUK BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 201347
Capaian Nasional 2010 : 1,96 %2011 : 1,75%2012 : 1,69 %
NO INDIKATOR ACUAN DASAR
CAPAIAN INDONESIA TARGET 2015
STA TUS2011 2012
6.6 Angka kejadian dan tingkat kematian akibat malaria
66.a Angka kejadian malaria /1,000 pddk 4.68(1990)
1.75Kemenkes RI
1.69Laporan Kemenkes RI per triwulan IV th 2012
<1 ●
6.7 Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisidaKet :*Data merupakan data program berupa cakupan distribusi kelambu pada balita Program pendistribusian kelambu beriinsektisida (LLIN) mulai tahun 2004
3.3%t.d
Pedesaan 4.5%
Perkotaan 1.6%
SDKI 2007
16.5% (Riskesdas
2010)
22.6%*(Data
Kemenkes RI)
49.1%Hasil survey tahun 2012
di wilayah timur Indonesia dan Sumatera.
48.2% Hasil survey tahun 2012 di wilayah Kalimantan
dan Sulawesi.Untuk Jawa Tengah
belum dilakukan survey di tahun 2012
Mening kat●
●
Sumber : Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber BinatangKet : ● On track ● Off track GOAL 6 PROGRAM MALARIA
48
UPAYA PENURUNAN KASUS MALARIAAngka Kejadian Malaria 2005 – 2012
(per 1.000 penduduk)
49
50
ANGKA KEJADIAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK TAHUN 2012
Papua
Papua B
arat
NTT
Malu
ku
Bengk
ulu
Malu
ku Utar
a
Kalim
antan
Ten
gah
Banka B
elitu
ng
Sulaw
esi T
enga
h
Kepulau
an R
iuan
Sulaw
esi U
tara
Kalim
antan
Selat
an
Indones
ia
Gorontal
oJam
bi
Sulaw
esi B
arat
Kalim
antan
Tim
ur
Kalim
antan
Bar
at
Sum
atera
Utar
aNTB
Sulaw
esi T
engg
ara
Aceh
Sum
atera
Bar
atRiau
Sum
atera
Selat
an
Sulaw
esi S
elatan
Lampung
Yogyak
arta
Jawa T
enga
h
Jawa T
imur
Banten
Jawa B
arat
Bali DKI 0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
60.5
6
52.2
719
.41
7.42
5.32
5.08
3.48
2.66
2.49
2.47
2.35
2.06
1.69
1.64
1.29
1.23
1.15
0.85
0.84
0.82
0.79
0.44
0.25
0.20
0.20
0.19
0.18
0.06
0.03
0.02
0.02
0.01
0.00
0.00
Tidak ada laporan
Sebesar 74,5 % kasus berasal dari Papua,
Papua Barat dan NTT
API Nasional 1.69
Sumber : Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Kemenkes RI, update Mei 2013 (kelengkapan 80%)
Data belum lengkap
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 2013
PETA ENDEMISITAS MALARIA TAHUN 2012
51
MALARIA Jika dilihat Annual Parasite Incidence (API) nasional dari tahun 2010 sampai 2012 terlihat
cenderung menurun.
Apabila dilihat per provinsi, wilayah timur Indonesia terutama Papua, Papua Barat dan NTT merupakan provinsi dengan API tertinggi. Kontribusi terhadap jumlah kasus nasional dari 3 provinsi ini lebih sebesar 74,5 % pada tahun 2012.
Diperlukan upaya lebih besar untuk menurunkan angka kesakitan di 3 provinsi tersebut, yaitu : Kelambunisasi melalui kampanye dan distribusi kelambu berinsektisida secara massal Intensifikasi dan ekstensifikasi pengobatan di semua fasilitas kesehatan dan penemuan
secara aktif melalui pemeriksaan darah massal Penyemprotan dinding rumah (Indoor Residual Spraying / IRS) di desa dengan API >40
‰.
Dari data endemisitas kabupaten/kota, maka didapat bahwa jumlah kab/kota yang API nya kurang dari 1 ‰ dari tahun 2010 sampai 2012 cenderung meningkat.
Di samping indikator API yang merupakan indikator dampak, maka jika dilihat dari indikator proses terjadi peningkatan kinerja program, yaitu proporsi kasus yang dikonfirmasi laboratorium pada tahun 2010 sebesar 81 % meningkat menjadi 93 % pada tahun 2012, dan pengobatan menggunakan Artemisinin based Combination Therapy (ACT) pada tahun 2010 sebesar 47 % meningkat menjadi 82 % pada tahun 2012 serta peningkatan kinerja surveilans berupa peningkatan kelengkapan laporan yaitu 67 % pada tahun 2010 menjadi 87 % pada tahun 2012.
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 2013 52
NO INDIKATOR ACUAN DASAR
CAPAIAN INDONESIA TARGET 2015
STA TUS2011 2012
6.6 Angka kejadian dan tingkat kematian akibat malaria
66.a Angka kejadian malaria /1,000 pddk 4.68(1990)
1.75Kemenkes RI
1.69Laporan Kemenkes RI per triwulan IV th 2012
<1 ●
6.7 Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisidaKet :*Data merupakan data program berupa cakupan distribusi kelambu pada balita Program pendistribusian kelambu beriinsektisida (LLIN) mulai tahun 2004
3.3%t.d
Pedesaan 4.5%
Perkotaan 1.6%
SDKI 2007
16.5% (Riskesdas
2010)
22.6%*(Data
Kemenkes RI)
49.1%Hasil survey tahun 2012
di wilayah timur Indonesia dan Sumatera.
48.2% Hasil survey tahun 2012 di wilayah Kalimantan
dan Sulawesi.Untuk Jawa Tengah
belum dilakukan survey di tahun 2012
Mening kat●
●
Sumber : Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber BinatangKet : ● On track ● Off track GOAL 6 PROGRAM MALARIA
53
PERSENTASE KASUS ZOONOSA YANG DITEMUKAN DITANGANI SESUAI STANDAR BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 -2012
Sumber : Direktorat PPBB, Update 30 April 201354
Capaian Nasional 2010 : 88,57%2011 : 86,98%2012 : 86,73%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
PERSENTASE KASUS ZOONOSA YANG DITEMUKAN DITANGANI SESUAI STANDAR TAHUN 2010 – 2012
55
1. Flu Burung
• FB pada manusia pertama dilaporkan pada Juni 2005
• Sejak Juni 2005 sampai Desember 2012, kasus FB pada manusia tersebar sporadis di 15 Provinsi, yaitu: Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan
• Terdapat 16 kasus klaster keluarga.
2. Rabies
Rabies tersebar di 24 provinsi. Sembilan (9) provinsi yang masih bebas yakni: Babel, Kep. Riau, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, NTB, Papua dan Papua Barat.
3. Leptospirosis
Kasus Leptospirosis yang dilaporkan pada Manusia, terdapat di: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bengkulu, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan
PENGENDALIAN ZOONOSIS
56
4. Antraks
Kasus Antraks yang dilaporkan pada manusia,terdapat di: DKI Jakarta (Jakarta Selatan), Jawa Barat (Bogor, Depok), Sulawesi Selatan (Makassar, Maros, Gowa), NTT (Sikka, Ngada, Sabu, Ende), NTB (Sumbawa, Bima, Sumba Barat), Jawa Tengah (Boyolali, Sragen, Pati)
5. Pes
Daerah fokus Pes terdapat di 3 Provinsi:
6. Jawa Tengah: Kecamatan Selo dan Cepogo (Kab. Boyolali)
7. DI Yogyakarta: Kecamatan Cangkringan (Kab. Sleman)
8. Jawa Timur: Kecamatan Nongkojajar, Tosari, Puspo, Pasrepan (Kab. Pasuruan)
PENGENDALIAN ZOONOSIS
57
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKUKAN MAPPING VEKTOR BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 -2012
DKIJabar
Jateng
DI Yogya
karta
JatimNAD
Sumut
Sumbar
RiauJambi
Sumse
l
Lampung
Kalbar
Kalteng
Kalsel
KaltimSu
lut
Sulte
ngSu
ltraSu
lsel
Maluku Bali
NTBNTT
Papua
BengkuluM
alut
BantenBabel
Gorontalo
Kepri
Papua Barat
Sulbar
0
20
40
60
80
100
120
201020112012
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 201358
Capaian Nasional 2010 : 26.02 %2011 : 40,05%2012 : 51,61 %
PENGENDALIAN VEKTOR
INDIKATOR CAPAIAN 2012
target (renstra kemenkes th 2010-2014)
2010 2011 2012 2013 2014PERSENTASE KAB/ KOTA YANG MELAKUKAN MAPPING VEKTOR
51.61 30 40 50 60 70
Pencapaian 2012 51.61%26.02 %
59
40.05 %
Definisi kegiatan Mapping/pemetaan vektor: Konfirmasi vektor Hasil monitoring resistensi vektor Pemetaan tempat perindukan Perilaku vektor Perilaku manusia
Apabila kab/kota melakukan 1 dari 5 kegiatan maping, kab/kota tersebut dinilai sudah melakukan maping vektor.
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 2013
UPAYA – UPAYA PENCAPAIAN INDIKATOR Meningkatkan advokasi kepada pemangku kepentingan di kabupaten endemis filariasis
untuk melaksanakan POMP Filarisis Meningkatkan kesepakatan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menjamin
ketersediaan biaya operasional POMP filariasis Meningkatkan Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat untuk minum obat filariasis Meningkatkan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Menggalang kemitraan meningkatkan sistem surveilans, melalui kegiatan mapping penderita kronis dan
endemisitas filariasis Meningkatkan sistem monitoring dan evaluasi Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
INDIKATOR CAPAIAN 2010
CAPAIAN 2011
CAPAIAN 2012
TARGET
Presentase Cakupan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filaraisis Di Daerah Endemis Filariasis
39,4 37,84 56,53 2010 2011 2012 2013 2014
44 49 55 60 65
60
PENGENDALIAN FILARIASIS
Sumber : Direktorat PPBB, Update 11 Maret 2013
61
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
PERSENTASE PROVINSI YANG MEMILIKI PERDA TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPTM, Update 4 Maret 2013
Capaian Nasional 2010 : 45,5 % 2011 : 63,6 % 2012 : 81,8 %
62
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
70
80
90
40%
60%
80%
45,5%
63,6%
81,8%
TargetRealisasi
Per
sent
ase
PERSENTASE PROVINSI YANG MELAKUKAN PEMBINAAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (SE, DETEKSI
DINI, KIE DAN TATALAKSANA KASUS) TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPTM, Update 4 Maret 2013
Capaian Nasional 2010 : 54,8 % 2011 : 84,8 %, 2012 : 90,9 %
63
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
50 %
70 %80 %
54,8 %
84,8 %90,9%
TargetRealisasi
Per
sent
ase
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMPUNYAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK MEROKOK
TERHADAP KESEHATAN (SURAT EDARAN/INSTRUKSI/SK/PERATURAN WALIKOTA/BUPATI/PERDA) TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK
MEROKOK TERHADAP KESEHATAN TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPTM, Update 4 Maret 201364
Capaian Nasional 2010 : 7,4 %2011 : 10,1%2012 : 17,1 %
2010 2011 20120
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
10%
15%
20%
7,4%
10,1%
17,1%
TargetRealisasi
Per
sen
tase
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMPUNYAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK MEROKOK
TERHADAP KESEHATAN (SURAT EDARAN/INSTRUKSI/SK/PERATURAN WALIKOTA/BUPATI/PERDA) TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN DAMPAK
MEROKOK TERHADAP KESEHATAN, BERDASARKAN PROVINSI 2012
Sumber : Direktorat PPTM, Update 4 Maret 201365
Capaian Nasional 2010 : 7,4 %2011 : 10,1%2012 : 17,1 %
DKI
SumbarJabar
Kepri
Jateng
BengkuluRiau
Sulut
Sulsel
NTBSultr
a
Lampung
Sumsel
NAD
Maluku
Papua
Sulbar0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Per
sen
tase
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (SE, DETEKSI DINI, KIE DAN
PENANGANAN KASUS) TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPTM, Update 4 Maret 201366
2010 2011 20120
10
20
30
40
50
60
10%15%
20%
24,5%
42,3%
51,5%
TargetRealisasi
Per
sent
ase
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
(SE, DETEKSI DINI, KIE DAN PENANGANAN KASUS) BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2012
Sumber : Direktorat PPTM, Update 4 Maret 201367
Capaian Nasional 2010 : 24,5 %. 2011 : 42,3 %, 2012 : 51,5 %
DKI
Sumbar
Sulteng
Sulsel
BengkuluKepri
SumutSulut
Kalbar
Lampung
Kaltim
Papua Bara
tNTB
Sumsel
NTT
Kalteng
Sulbar0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Per
sen
tase
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN IVA DAN CBE TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPTM, Update 4 Maret 201368
2010 2011 20120
5
10
15
20
25
5%
10%
15%13,5%
17,9%
23,9%
TargetRealisasi
Per
sent
ase
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN IVA DAN CBE, BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PPTM, Update 4 Maret 201369
Capaian Nasional 2010 : 13,5 %. 2011 : 17,9 %, 2012 : 23,9 %
DKI Yogyakarta Bali
Kepri
KalbarJatim Riau
Sultra
Papua Bara
tNTB
Jateng
Kaltim
SumbarNAD
Kalteng
NTTMalut
Sulbar0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
Per
sen
tase
70
PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS BERDASARKAN
PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
DKI
Jaba
r
Jate
ng
DI Y
ogya
kart
a
Jatim NAD
Sum
ut
Sum
bar
Riau
Jam
bi
Sum
sel
Lam
pung
Kalb
ar
Kalte
ng
Kals
el
Kalti
m
Sulu
t
Sulte
ng
Sultr
a
Suls
el
Mal
uku
Bali
NTB NTT
Papu
a
Beng
kulu
Mal
ut
Bant
en
Babe
l
Gor
onta
lo
Kepr
i
Papu
a Ba
rat
Sulb
ar
0
10
20
30
40
50
60
70
201020112012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201371
Capaian Nasional 2010 : 44,2 %2011 : 42,8%,2012 : 41,18%
Target 7c: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015
INDIKATORACUAN DASAR
1993
CAPAIAN INDONESIA TARGET MDG’S 20152011 2012
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan thdp air minum layak (Kota & Desa)
Kota 50,58% 40,52% 38.96% 75,29%
Desa 31,61% 44,96% 44,28% 65,81%
Total 37,73% 42,76% 41,66% 68,87%
Proporsi rumah tangga dengan akss berkelanjutan thdp sanitasi layak (kota & Desa)
Kota 53,64% 72,54 71,66% 76,82%
Desa 11,110% 38,97% 41,25% 55,55%
Total 24,81% 55,60% 56,24% 62,41%
Sumber : Data Sementara Susenas 2012Ket : ● On track ● Off track GOAL 7 PROGRAM AIR
72
Kep.
Ria
u
DKI J
akar
ta
Papu
a
Aceh
Kep.
Ban
gk...
Kalim
anta
n...
Jaw
a Ba
rat
Beng
kulu
Lam
pung
Kalim
anta
...
Sum
ater
a B.
..
Sula
wes
i B...
Riau
Goro
ntal
o
Sum
ater
a U.
..
Sum
ater
a S.
..
Indo
nesia
Papu
a Ba
rat
Sula
wes
i Se.
..
Nusa
Ten
gg...
Jam
bi
Sula
wes
i T...
Mal
uku
U...
Kalim
anta
n...
Bali
Sula
wes
i T...
Mal
uku
Nusa
Ten
gg...
Kalim
anta
n...
Jaw
a Ti
mur
Jaw
a Te
ngah
DI Y
ogya
k...
Sula
wes
i U...
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
22.80
22.87 23.44
25.30 28.89 29.79
30.37 31.14
33.25 34.02
35.42 35.81
36.17 36.52
38.04 40.48
41.66
41.96 42.64
43.78
43.93 44.46
46.05 47.77
49.12 51.40
51.73 53.33
53.81 54.32
56.31 59.39 61.38
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Sumber: Hasil Sementara Susenas tahun 201273
Papu
a
Nusa
Ten
gga.
..
Kalim
anta
n ...
Sum
ater
a B.
..
Lam
pung
Sula
wes
i Bar
at
Beng
kulu
Kalim
anta
n ...
Sula
wes
i Te.
..
Sum
ater
a Se
...
Goro
ntal
o
Mal
uku
Papu
a Ba
rat
Jam
bi
Aceh
Mal
uku
Utar
a
Sula
wes
i Te.
..
Nusa
Ten
gga.
..
Kalim
anta
n S.
..
Jaw
a Ba
rat
Jaw
a Ti
mur
Indo
nesia
Jaw
a Te
ngah
Sum
ater
a U.
..
Bant
en
Sula
wes
i Uta
ra
Riau
Sula
wes
i Sel
...
Kalim
anta
n ...
Kep.
Ban
gka
...
Kep.
Ria
u
DKI J
akar
ta
DI Y
ogya
kart
a
Bali
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
Sumber: Hasil Sementara Susenas tahun 2012 74
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
DKIJab
ar
Jaten
g
DI Yogy
akart
aJati
mNAD
Sumut
Sumbar
RiauJam
bi
Sumse
l
Lampung
Kalbar
Kalten
gKals
el
Kaltim
Sulut
Sulte
ngSu
ltraSu
lsel
Malu
ku Bali NTB NTTPap
ua
Bengk
uluM
alut
Banten
Babel
Gorontal
oKep
ri
Papua B
arat
Sulbar
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
201020112012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201375
Capaian Nasional 2010 : 55,5%2011 : 55,6 %,2012 : 57,35 %
Kedua Indikator tersebut merupakan indikator yang masuk MDGs dan Renstra, tidak tercapai sampai tahun 2012. Pemerintah melalui Perpres No.5 tahun 2010 tentang RPJM Nasional 2010-2014, menetapkan fokus pembangunan antara lain perluasan penyediaan air minum untuk pencapaian keseluruhan sasaran MDGs 2015. Sasaran air minum layak MDGs di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 68,87 %, sementara itu yang baru tercapai tahun 2010 baru 53,26 % (berdasarkan data BPS yang diolah oleh Ditjen Cipta Karya dan Bappenas), sehingga diperlukan percepatan pencapaian target MDGs sebesar 15,61 % yang harus dicapai dalam 4 (empat) tahun. Sedangkan kemampuan peningkatan setiap tahun hanya menghasilkan tambahan akses maksimum 1,78%.
Dalam upaya pencapaian MDGs masih terdapat beberapa permasalahan, antara lain ketersediaan air baku, kurangnya investasi bidang air minum, komitmen pemerintah yang rendah, dan kinerja penyelenggara air minum yang belum optimal, serta pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya terpadu. Selain itu perilaku pengguna air minum masih kurang memperhatikan efisiensi dan efektifitas pemanfaatannya.
Oleh karena itu diperlukan kebijakan untuk mempercepat pencapaian target MDGs tersebut yang dituangkan dalam rencana tindak lanjut.
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201376
UPAYA PENCAPAIAN TARGET TERSEBUT Peningkatan keterpaduan pelaksanaan antara pengembangan SPAM dan pembangunan
prasarana penyediaan air baku; Peningkatan alokasi anggaran untuk penyediaan sumber air baku mendukung pengembangan
SPAM; Peningkatan alokasi anggaran untuk penyediaan air minum berbasis masyarakat
berpenghasilan rendah di perdesaan melalui kegiatan tugas perbantuan penyehatan lingkungan bagi kabupaten dengan kapasitas fiskal rendah;
Memperkuat komitmen dan peningkatan pembiayaan APBN dan APBD serta pelaksanaan program/kegiatan pengembangan SPAM Perpipaan dan BJP Terlindungi;
Melakukan terobosan untuk mendorong APBD provinsi dan kabupaten/kota agar dapat membiayai pembangunan prasarana penyediaan air minum dan pengawasan kualitas air minum di kabupaten/kota, dengan regulasi Keputusan Menteri;
Melaksanakan advokasi dan pendampingan dalam proses pembangunan prasarana dan sarana pengolahan air limbah;
Melaksanakan kampanye publik, sosialisasi dan edukasi kepada institusi & masyarakat dalam program percepatan pembangunan sanitasi permukiman;
Meningkatkan komitmen Kemkes dan mendorong pemerintah Provinsi, kab/kota untuk melakukan pemicuan perubahan perilaku melalui pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat melalui akses pendanaan BOK dan satker PL hingga 20 000 desa pada tahun 2014;
Pengembangan dan Pembangunan TTG air minum pada DTPK
77Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 2013
PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
DKI
Jaba
rJa
teng
DI Y
ogya
kart
aJa
tim NAD
Sum
utSu
mba
rRi
auJa
mbi
Sum
sel
Lam
pung
Kalb
arKa
lteng
Kalse
lKa
ltim
Sulu
tSu
lteng
Sultr
aSu
lsel
Mal
uku
Bali
NTB NTT
Papu
aBe
ngku
luM
alut
Bant
enBa
bel
Gor
onta
loKe
pri
Papu
a Ba
rat
Sulb
ar
0
20
40
60
80
100
120
201020112012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201378
Capaian Nasional 2010 : 82,5%2011 : 90,8 %2012 : 95,39%
Pada tahun 2010 untuk indikator persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat tidak tercapai, karena adanya Permenkes yang baru (Permenkes Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan Permenkes Nomor 736/Menkes/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum) sehingga sosialisasi belum merata, monitoring belum terbangun dan jejaring tidak aktif. Selain itu ketersediaan sumber daya untuk mendukung pengawasan kualitas air minum belum optimal. Untuk tahun 2011 dan 2012 capaian indikator ini tercapai.
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201379
JUMLAH DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
DKIJabar
Jateng
DI Yogya
karta
JatimNAD
Sumut
Sumbar
RiauJambi
Sumsel
Lampung
Kalbar
Kalteng
Kalsel
KaltimSu
lut
Sulte
ngSu
ltra
Sulse
l
Maluku BaliNTB
NTTPapua
Bengkulu
Malut
BantenBabel
GorontaloKepri
Papua BaratSu
lbar0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
201020112012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201380
Capaian Nasional 2010 : 2.510 Desa, 2011 : 6.235 Desa, 2012 : 11.165 Desa
Untuk jumlah desa melaksanakan STBM dari tahun 2010-2012 sebanyak 11.165 desa
Desa STBM adalah desa yang sudah melaksanakan 5 (lima) pilar STBM secara permanen dan berkesinambungan.
Kriteria desa melaksanakan STBM : Desa yang sudah dilakukan pemicuan minimal 1 (satu)
dusun Memiliki Natural Leader Memiliki Rencana Kerja Masyarakat
Dari tahun 2010 – 2012 indikator ini telah memenuhi target seperti yang diharapkan
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201381
PROPORSI RUMAH TANGGA AKSES BERLANJUTAN TERHADAP AIR MINUM (PERKOTAAN) BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201382
Capaian Nasional 2010 : 44 %2011 : 43 %2012 : 41,18 %
PROPORSI RUMAH TANGGA AKSES BERLANJUTAN TERHADAP AIR MINUM (PERDESAAN) BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201383
Capaian Nasional 2010 : 44 %2011 : 43 %2012 : 41,18%
PROPORSI RUMAH TANGGA AKSES BERLANJUTAN TERHADAP SANITASI LAYAK (PERKOTAAN)
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201384
Capaian Nasional 2010 : 55,5 %2011 : 55,6 %, 2012 : 57,35%
PROPORSI RUMAH TANGGA AKSES BERLANJUTAN TERHADAP SANITASI LAYAK (PERDESAAN) BERDASARKAN
PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 2013
85
Capaian Nasional 2010 : 55,5 %2011 : 55,6 %, 2012 : 57,35%
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MENYELENGGARAKAN KABUPATEN/KOTA SEHAT
DKIJab
ar
Jaten
g
DI Yogy
akart
aJati
mNAD
Sumut
Sumbar
RiauJam
bi
Sumse
l
Lampung
Kalbar
Kalten
gKals
el
Kaltim
Sulut
Sulte
ngSu
ltraSu
lsel
Malu
ku Bali NTB NTTPap
ua
Bengk
uluM
alut
Banten
Babel
Gorontal
oKep
ri
Papua B
arat
Sulbar
0
20
40
60
80
100
120
201020112012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 201386
Capaian Nasional 2010 : 49,29% 2011 : 56,7 %, 2012 : 62,17 %
Pencapaian indikator ini dari tahun 2010 – 2012 telah memenuhi dari target yang ditetapkan. Untuk tahun genap kegiatan yang dilaksanakan adalah pendekatan Kabupaten Kota Sehat (KKS) melalui pembinaan Provinsi, sedangkan untuk tahun ganjil pendekatan KKS melalui penilaian verifikasi dan pemberian penghargaan (dilakukan oleh tim penilai pusat dan lintas sektor). Sesuai dengan Peraturan Bersama Menkes dan Mendagri tahun 2005, verifikasi/penilaian dan penghargaan KKS dilaksanakan setiap 2 tahun sekali (tahun ganjil). Namun demikian setiap tahun genap dilakukan pembinaan KKS baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi. Target nasional capaian Penyelenggaraan KKS adalah :
Tahun 2010 adalah 50% kab/kota diseluruh Indonesia ,
Tahun 2011, 55%,
Tahun 2012, 60%
Tahun 2013, 65%.
Artinya diharapkan ada penambahan 5% (atau 5-6 kab/kota) setiap tahunnya yang menyelenggarakan KKS. Pada tahun 2009, capaian KKS adalah 237 (47,7%) kab/kota dari 497 seluruh kab/kota. Pada tahun 2010, capaian penyelenggaraan KKS masih tetap di 47,7%, namun kegiatan pembinaan dari pusat dan propinsi terus diberikan. Capaian KKS tahun 2011 adalah 309 (62,17%) kab/kota dari 497 seluruh kab/kota. Peningkatan tahun 2011 dikarenakan adanya pemberian penghargaan KKS, dimana daerah antusias untuk mengikutinya dan ada 72 kab/kota yang ikut dalam proses verifikasi KKS pada bulan Juni-Juli 2011.
87Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 2013
Sampai tahun 2012, capaian masih 24 Propinsi, ada beberapa hal yang mendasari hal tersebut :
Komitmen dari Kepala Daerah terkait faktor geografi/tingkat kesulitan daerah sehingga masih ada 9 Propinsi belum diintervensi
Sosial budaya yang belum menimbulkan komitmen, namun pada tahun 2014 akan ada pembinaan dari Pusat khususnya untuk Indonesia Timur
Indikator KKS untuk seluruh Indonesia tidak bisa disamakan oleh karena itu perlu adanya sosialisasi terutama terkait indikator KKS
Dukungan komitmen politik dari pemangku kebijakan di kab/kota masih rendah karena kurangnya advokasi
Dukungan teknis dan sumberdaya dalam peningkatan pembinaan KKS belum optimal
88Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 2013
PERSENTASE TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN BERDASARKAN PROVINSI
TAHUN 2010 - 2012
DKIJab
arJat
eng
DI Yogy
akart
aJati
mNAD
Sumut
Sumbar
RiauJam
bi
Sumsel
Lampung
Kalbar
Kalten
gKals
el
Kaltim
Sulut
Sulte
ngSu
ltra
Sulse
l
Maluku Bali NTB NTT
Papua
Bengk
uluMalu
t
Banten
Babel
Gorontal
oKep
ri
Papua B
arat
Sulbar
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
201020112012
89Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 2013
Capaian Nasional 2010 : 58,77 % 2011 : 64,26 %2012 : 70,12%
Capaian hingga tahun 2012 (70,12%) telah melebihi dari target yang ditetapkan (65%). Namun begitu, tetap diupayakan fasilitasi penyediaan dekonsentrasi sebagai percepatan capaian Tempat Pengelolaan Makanan yang memenuhi syarat kesehatan bagi kabupaten/kota, sinkronisasi dalam pelaksanaan rencana kerja pusat dan daerah dalam percepatan capaian Tempat Pengelolaan Makanan yang memenuhi syarat kesehatan, penyediaan sarana pengawasan deteksi cepat cemaran makanan dan minuman di 33 propinsi pada sasaran 60 kab/kota, peningkatan orientasi teknis kualitas pengawasan TPM dan Peningkatan kewaspadaan dini KLB keracunan pangan terhadap 120 petugas kab/kota dan 33 petugas propinsi serta dukungan sarana media advokasi dalam peningkatan higiene sanitasi pengelolaan pangan rumah tangga dan sekolah di 45 kab/kota
90
HIGIENE SANITASI PANGAN
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 2013
91
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANGMELAKSANAKAN PEMBINAAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES
BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Sumber : Direktorat PL, Update 15 Februari 2013
92
Pada tahun 2010, capaian melampaui target yang telah ditentukan, yaitu 25% dari 20% target yang ditentukan. Demikian pula pada tahun 2011, capaian sebanyak 35% sedangkan target adalah 30%. Pada tahun 2012, capaian belum memenuhi target, yaitu hanya 42,17% dari target 45% yang telah ditentukan.
Beberapa hal yang menjadi pendorong kegiatan di Kab/Kota dalam hal pengelolaan limbah medis fasyankes adalah :
Komitmen dari Kab/Kota dan fasyankes untuk melakukan pengelolaan limbah medis yang benar dan aman
Dukungan sarana dan prasarana, serta aspek non material (yaitu : koordinasi yang baik antar sektor dan fasyankes) yang mempermudah KabKota untuk melakukan pembinaan
Adapun kendala yang dialami adalah :
Pengelolaan limbah medis fasyankes belum menjadi kegiatan utama di beberapa Kab/Kota maupun provinsi
Keterbatasan anggaran daerah untuk melaksanakan kegiatan ini
Pelaporan pengelolaan limbah medis fasyankes secara berjenjang belum dilakukan semua kab/kota
93Capaian Nasional 2010 : 73,4 %2011 : 65,94 %2012 : 68,69% (Target 75%)
PERSENTASE RUMAH SEHAT BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
94
PERSENTASE TEMPAT – TEMPAT UMUM SEHAT BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Capaian Nasional 2010 : 75,5 %2011 : 74,43 %2012 : 74,29 % (target 81%)
95
DAERAH POTENSIAL MELAKSANAKAN SOSIALISASI STRATEGI DAMPAK KESEHATAN AKIBAT PERUBAHAN IKLIM
BERDASARKAN PROVINSI TAHUN 2010 - 2012
Capaian Nasional 2010 : 25 %2011 : 44,74 %2012 : 67,81 % (Target 60%)
96
Dari 3 indikator PPTTU tercapai satu indikator yaitu Persentase Cakupan Daerah Potensial Yang Melaksanakan Sosialisasi Strategi Adaptasi DKAPI.
Indikator rumah sehat perlu dikaji target yang ditetapkan, sehubungan dengan prasyarat minimal rumah sehat tergantung dari indikator Air Minum dan Jamban yang masih dibawah target rumah sehat. Indikator alternatif program penyehatan permukiman adalah
jumlah daerah yang melaksanakan pembinaan rumah yg belum/tidak memenuhi syarat
Perlu kegiatan akselerasi pembinaan rumah sehat agar cakupan rumah sehat bisa lebih meningkat.
Perlu akselerasi pembinaan TTU untuk meningkatkan Indikator TTU yang memenuhi kesehatan
Data jumlah TTU melelui SP2TP belum lengkap, sehingga perlu peningkatan sosialisasi sistem pencatatan dan pelaporan pembinaan TTU
CAPAIAN INDIKATOR PPTTU
Terima Kasih