buku ma teri e r i n k a j ia 2 k a j i a n is l a m s m j ... · buku ma teri k a j i a n is l a m...

BUKU MATERI

KAJIAN ISLAM

RASYIDIN

Masjid Darul Hijrah, Kompleks STAI Ali bin Abi ThalibJl. Sidotopo Kidul No. 51, Surabaya

Selasa, 27 Rajab 1435 H // 27 Mei 2014 MPukul: 07.00 - 15.00 WIB

Materi :1. Abu Bakar ash-Shiddiq2. Umar bin al-Khaththab3. Utsman bin Affan4. Ali bin Abi Thalib

Pemateri:1. al-Ustadz Abdur Rahman At-Tamimi, BA.2. al-Ustadz Askar Wardhana WS., Lc.3. al-Ustadz Fuad Baswedan, M.Pd.I.4. al-Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, MA.

Penyelenggara:

STAI Ali bin Abi Thalib SurabayaJl. Sidotopo Kidul No. 51, Surabaya

alislamiMajalah

Adz-Dzakhiirah

w w w . m a j a l a h i s l a m i . c o m

-al manMeraih surga dengan ilmu agama

s Buletin Dakwah

2JA IAK N IR

ES M

AS

H JIA DR DJI AH RLU

4KHUL FAUR

Abu Bakar ash-Shiddiq z ........................................................................ 3Pemateri: al-Ustadz Abdur Rahman At-Tamimi, BA. )

Umar bin al-Khaththab z ....................................................................... 9Pemateri: al-Ustadz Askar Wardhana WS., Lc. )

Utsman bin Affan z .................................................................................18Pemateri: al-Ustadz Fuad Baswedan, M.Pd.I. )

Ali bin Abi Thalib z ....................................................................................31Pemateri: al-Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, MA. )

Daftar Isi

BUKU MATERI

KAJIAN ISLAM

Hak-hak dalam

IslamMasjid Darul Hijrah, Kompleks STAI Ali bin Abi ThalibJl. Sidotopo Kidul No. 51, Surabaya

Selasa, 1 Muharram 1435 H // 5 November 2013Pukul: 07.00 - 14.30 WIB

Materi :1. Hak Allah2. Hak Rasul3. Hak Orang Tua4. Hak Tetangga5. Hak Suami, Istri & Anak

Pemateri:1. Ustadz Abdurrahman Thoyib, Lc2. Ustadz Mubarak Bamualim, Lc, M.H.I3. Ustadz Abdurrahman Hadi, Lc4. Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc, M.H.I5. Ustadz Aunur Rafiq Ghufran, Lc

Penyelenggara:

STAI Ali bin Abi Thalib SurabayaJl. Sidotopo Kidul No. 51, Surabaya

alislamiMajalah

Adz-Dzakhiirah

w w w . m a j a l a h i s l a m i . c o m

-al manMeraih surga dengan ilmu agama

s Buletin Dakwah

Penyelenggara:

3 Abu Bakar ash-Shiddiq

Abu Bakar ash-ShiddiqDitulis oleh: al-Ustadz Abdur Rahman At-Tamimi, BA. )

Setelah kematian Rasulullah j dimulailah masa yang dinamakan dengan “Masa al-Khulafau ar-Rasyidin”. Masa ini berlangsung selama 30 tahun, dimana empat orang sahabat Nabi terkemuka bergantian memerintah ad-Daulah al-Islamiyyah melaksanakan hukum-hukum Islam.

Keempat sahabat Nabi itu, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib - menjadikan Al-Qur`an dan sunnah-sunnah Nabi “yang suci” sebagai petunjuk dalam menjalankan roda pemerintahan negara, oleh karena itu keempatnya dinamakan “al-Khulafau ar-Rasyidin”.

Khalifah pertama setelah Nabi wafat adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Abi Quhafah Utsman, dari Bani Taim dari Quraisy. Beliau dilahirkan di Mekkah, dua tahun setelah kelahiran Nabi.

Ali bin Abi Thalib z berkata: “Sesungguhnya Allah menurunkan dari langit nama ash-Shiddiq untuk Abu Bakar”.

Abu Bakar z adalah sahabat Nabi dari kalangan lelaki dewasa yang beriman pertama kali kepada Rasulullah j. Seorang yang langsung beriman dan percaya pada Nabi saat manusia lainnya masih belum beriman. Nabi j bersabda:

ه بعثني إليكم فقلتم كذبت وقال أبو بكر صدق وواساني بنفسه وماله ... إن الل"Sesungguhnya Allah mengutus aku kepada kalian, namun kalian mengatakan: Kamu pendusta, sedangkan Abu Bakar berkata ; Dia orang yang benar/jujur, dan Abu Bakar membelaku dengan mengorbankan diri dan hartanya..." (HR. Al-Bukhari)

*

* Disarikan dari kitab Hiqbah min at-Tarikh, karya Utsman bin Muhammad al-Khamis dan kitab Tarikh Silsilah at-Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah, al-Mustawa ar-Rabi’.

z


Abu Bakar z seorang yang berdiri disamping Nabi untuk membela beliau, dia adalah “sahabat” Nabi saat berhijrah ke kota Madinah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur`an:

ۓ ے ے ھ ھ ھ ھ ہ ہ ہ ہ ۀ ثز ۋ ۋ ۈۇٴ ۈ ۆ ۆ ۇ ۇ ڭ ڭ ڭ ڭ ۓ ۅ ۅ ۉ ۉ ې ې ې ې ى

ى ئائا ئە ئە ئو ئوئۇ ئۇ ئۆ ئۆ ئۈ ثر"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya (Abu Bakar ash-Shiddiq): “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Qur`an menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. at-Taubah [9]: 40)

ISTRINYA

Abu Bakar ash-Shiddiq menikahi empat wanita, dan mempunyai anak dari mereka tiga anak lelaki dan tiga anak perempuan.

Pertama: Quthailah binti Abdiluzza (ى di masa jahiliyah Abu ,(قتيلة بنت عبد العزBakar menceraikannya. Dari Quthailah, Abu Bakar ash-Siddhiq mempunyai anak yang bernama Abdullah dan Asma. Dan Quthailah inilah yang pernah menemui Asma di Madinah namun Asma menolaknya karena ibunya masih kafir, hingga dia menemui Rasulullah dan bertanya:

ك« ي قدمت علي وهي راغبة أفأصلها ؟ قال: » نعم صلي أم إن أم“Sesungguhnya ibuku datang ingin menemuiku, apakah boleh aku menemuinya?” Nabi menjawab: “Ya boleh, temuilah ibumu.” (HR. Al-Bukhari)

Kedua: Ummu Ruuman (الكنانية رومان dari Bani Kananah. Dia menjanda ,(أم setelah suaminya meninggal di Mekkah. Setelah itu Abu Bakar menikahinya,


maka lahir darinya Abdurrahman dan Aisyah -. Ummu Ruuman masuk Islam semenjak di Mekkah dan meninggal pada tahun 6 H.

Ketiga: Asma binti Umais (أسماء بنت عميس الخثعمية), salah satu wanita muslimah yang hijrah di awal kali bersama suaminya Ja’far bin Abi Thalib ke negeri Habasyah, lalu ke Madinah. Setelah meninggalnya Ja’far bin Abi Thalib sebagai syuhada` dalam perang Mu’tah, Asma dinikahi Abu Bakar ash-Shiddiq dan melahirkan darinya seorang anak yang bernama Muhammad.

Keempat: Habibah binti Kharijah (حبيبة بنت خارجة) dari Anshar dari suku Khazraj, dialah wanita yang melahirkan Ummu Kultsum binti Abu Bakar setelah Abu Bakar meninggal.

KEUTAMAANNYA

Rasulullah j bersabda:

...وأرجو أن تكون منهم يا أبا بكر “....Aku berharap engkau termasuk orang yang dipanggil dari semua pintu surga wahai Abu Bakar.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Nabi membela sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq z dengan menyebutkan keutamaannya saat ada suatu perkara antara dia dengan sahabat Umar bin al-Khaththab:

بكر أبو أقبل إذ j النبي عند جالسا قال:كنت z رداء الد أبي عن فقد ا صاحبكم j: »أم فقال النبي أبدى عن ركبته، ثوبه حتى آخذا بطرف ي كان بيني وبين ابن الخطاب شيء، فأسرعت إليه ثم م وقال: »إن غامر«، فسله لك يا أبا ، فأقبلت إليك، فقال: »يغفر الل ندمت، فسألته أن يغفر لي فأبى عليم أبو بكر؟ فقالوا: ل، بكر«ثلثا، ثم إن عمر ندم فأتى منزل أبي بكر فسأل، أثر حتى أشفق أبو بكر، م، فجعل وجه النبي j يتمع فأتى إلى النبي j فسلتين. فقال النبي ه أنا كنت أظلم، مر ه، والل فجثا على ركبتيه، فقال: يا رسول الله بعثني إليكم فقلتم كذبت وقال أبو بكر صدق وواساني بنفسه j: »إن الل


تين، فما أوذي بعدها وماله فهل أنتم تاركوا لي صاحبي؟ مرDari Abu Darda radhiyallahuanhu, ia berkata: Aku duduk di samping Nabi

j, tiba-tiba Abu Bakar datang sambil memegang tepi bajunya hingga nampak lututnya. Lalu Nabi j bersabda: Sahabat kalian ini berselisih? Lalu Abu Bakar mengucapkan salam dan berkata: “Aku punya masalah dengan Ibnu al-Khaththab, lalu aku menyusulnya, aku menyesal, kemudian aku meminta maaf namun dia enggan memaafkan. Lalu aku menemuimu (wahai Nabi).

Lalu Nabi j bersabda: “Semoga Allah mengampunimu, wahai Abu Bakar”. Beliau mengucapkan kalimat ini tiga kali. Setelah itu Umar menyesal, lalu mendatangi rumah Abu Bakar dan bertanya: “Apakah ada Abu Bakar?” Orang-orang menjawab: “Tidak ada”. Kemudian Umar menemui Nabi j, lalu nampak pada wajah Nabi j raut muka marah, hingga Abu Bakar kasihan pada Umar, lalu Abu Bakar duduk bersimpuh pada lutut Nabi j seraya berkata: “Wahai Rasulullah, Demi Allah aku yang salah”. Abu Bakar mengucapkannya dua kali.

Lalu Nabi j bersabda: “Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian, namun kalian mengatakan: Kamu pendusta, sedangkan Abu Bakar berkata ; Dia orang yang benar/jujur, dan Abu Bakar membelaku dengan mengorbankan dirinya dan hartanya, maka apakah kalian meninggalkan sahabatku (Abu Bakar) untukku ? Beliau ucapkan hal ini dua kali. Maka semenjak itu1 Abu Bakar tidak disakiti lagi. (HR. Al-Bukhari)

MENJADI KHALIFAH

Nabi j tidak menentukan siapa sepeninggal beliau untuk menjadi khalifah, maka para sahabat dari kalangan Anshar berkumpul bermusyawarah untuk membicarakan hal ini, lalu para sahabat dari kalangan Muhajirin yaitu Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah ikut berkumpul bersama mereka.

Setelah diskusi dan mengemukakan pendapat, sahabat Umar bin al-Khaththab tampil lalu membaiat Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian diikuti oleh para sahabat lainnya dari kalangan Muhajirin dan Anshar.

Demikianlah sempurna baiat ini di Tsaqifah Bani Sa’idah.

Dalam berbagai hal Nabi j telah memberi isyarat bahwa Abu Bakar adalah khalifah sepeninggal beliau, sebagaimana hadits berikut ini:

1 Setelah kejadian ini, ketika Nabi menampakkan keutamaannya. (Irsyad as-Saari Syarah Shahih Al-Bukhari hadits No. 3661)


Dari Abu Musa z, ia berkata: Saat Nabi j sakit, dan penyakitnya semakin parah, beliau j bersabda:

مروا أبا بكر فليصل بالناس“Perintahkan pada Abu Bakar, hendaknya dia menjadi imam bagi manusia.”

KEJADIAN-KEJADIAN PENTING SAAT ABU BAKAR ASH-SIDDHIQ MENJADI KHALIFAH

1. Memerangi orang-orang murtad dan yang tidak mau membayar zakat2. Mengirim sahabat Khalid bin al-Walid dalam perang Dzat as-Salasil3. Peperangan di Syam4. Menghimpun Al-Qur`an5. Memulai penaklukan negeri-negeri

WAFATNYA

Masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Siddhiq berlangsung selama dua tahun lebih tiga bulan, setelah itu beliau meninggal dan setelah itu beliau memilih Umar bin al-Khaththab untuk menjadi khalifah sepeninggal beliau, z.

Pada bulan Jumadil Akhirah tahun 13 H, Abu Bakar ash-Siddhiq sakit yang menyebabkan kematiannya. Saat akan meninggal dia didampingi putrinya, Aisyah x, lalu dia Aisyah melantunkan syair:

لعمرك ما يغني الثراء عن الفتى

در إذا حشرجت يوما وضاق بها الص Kekayaan itu tidak memberi manfaat seseorang

Jika suatu hari nyawa telah berada di kerongkongan dan saat dada sesak (akan mati)

Lalu Abu Bakar mengangkat pandangan ke arahnya dan berkata: “Tidakkah (lebih baik) engkau katakan:

ثز ڄ ڄ ڄ ڃڃ ڃ ڃ چ چ چ چ ثر

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. (QS. Qaaf [50]: 19)”


Lalu dikatakan pada Abu Bakar: “Bagaimana jika kami mendatangkan tabib untukmu?”

Abu Bakar z menjawab: “Sungguh tabib telah melihatku, dan berkata padaku: Aku berbuat apa saja terhadap apa yang Aku kehendaki. (Yang dimaksud tabib oleh Abu Bakar dalam ucapannya adalah Allah ).”

Akhirnya ruh menyerah kepada Sang Penciptanya, meninggalkan kehidupan ini, menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, dan Nabi telah memberi kabar gembira padanya, dia salah seorang yang dijamin masuk surga.

Abu Bakar wafat, dan dikuburkan di samping kuburan Rasulullah j.

Semoga keridhaan Allah senantiasa menyertainya.

Amin...

9 Umar bin al-Khaththab

Umar bin al-KhaththabDitulis oleh: al-Ustadz Askar Wardhana WS., Lc. )

NASABNYA

Namanya Umar bin Al-Khaththab bin Nufail bin Abdil’uzza bin Riyah bin Abdillah bin Qorth bin Razah bin ‘Addy bin Ka’b bin Luay al-Qurosy al-‘Adwy kunyahnya Abu Hafsh

Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughiroh bin Abdillah bin Umar bin Makhzum, saudara sepupu Abu Jahl.

KELAHIRANNYA

هبي في التذهيب: »ولد بعد الفيل بثلث عشرة سنة قال الذUmar bin al-Khaththab lahir 13 tahun setelah tahun Gajah

ه قال: »ولدت قبل الفجار الأعظم بأربع سنين« وروي عنه أنDiriwayatkan dari Umar bahwasanya dia pernah berkata: Aku lahir 4 tahun sebelum perang Fijar yang terbesar.

KEDUDUKAN BELIAU DI MASA JAHILIYYAH

Berkata Adz-Dzahabi: Umar adalah salah satu pemuka Quraisy, dia adalah utusan yang mewakili Quraisy di masa Jahiliyyah, yaitu apabila terjadi perang saudara di antara mereka, atau perang antara mereka dengan qabilah lain, maka Quraisy mengutusnya.

MASUKNYA KE DALAM ISLAM

Dari Ibnu Umar: Nabi j pernah berdoa: Ya Allah muliakanlah Islam dengan

z


seorang yang paling Kau cintai dari dua orang ini: Umar bin Al-Khaththab atau Amr bin Hisyam yaitu Abu Jahl. HR. Al-Hakim berkata: shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi.

Berkata Ibnu ‘Abbas: Dahulu telah masuk Islam 39 orang dari kaum pria dan wanita, kemudian Umar masuk Islam menggenapkan jumlahnya menjadi 40 orang, lalu Allah menurunkan firman-Nya:

ثز ڃ ڃ ڃ ڃ چ چ چ چ ڇ ثر“Wahai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (QS. Al-Anfal: 64) (HR. Al-Hakim)

Dari Al-Arqam dan dia adalah ahli Badr: Dahulu Rasulullah j berlindung di rumah Al-Arqam yang terletak di bukit Shafa hingga terkumpul sejumlah 40 orang yang masuk Islam dan yang terakhir adalah Umar bin al-Khaththab, ketika telah genap 40 orang mereka keluar menuju kaum musyrikin. HR.al-Hakim, berkata adz-Dzahabi: shahih.

عن حذيفة قال: لما أسلم عمر كان الإسلم كالرجل المقبل ل يزداد إل قربا . فلما قتل عمر كان الإسلم كالرجل المدبر ل يزداد إل بعدا

Berkata Hudzaifah: Ketika Umar masuk Islam, maka Islam seperti seorang lelaki yang melangkah maju, tidaklah bertambah kecuali semakin dekat. Akan tetapi ketika Umar terbunuh, maka Islam seperti seorang lelaki yang mundur, tidak bertambah kecuali semakin jauh. (HR. Ibnu Mardawaih)

ة منذ أسلم عمر« ه »مازلنا أعز قال: قال عبد اللBerkata Abdullah bin ‘Umar: Kami senantiasa menjadi mulia semenjak Umar masuk Islam. (HR. Al-Bukhari)

SIFAT FISIK BELIAU

Berkata Ibn Abdil Barr: Umar kulitnya sangat putih, tinggi, jenggotnya tebal, botak, kidal.

Berkata Asy-Sya’by: Umar adalah seorang lelaki bertubuh besar.

Berkata Abdurrahman bin al-Aswad: demi Allah dahulu Umar apabila berjalan maka langkahnya mantap di atas bumi dan suaranya keras.


Dari Zaid bin Aslam dari ayahnya berkata: Aku pernah melihat Umar memegang telinga kuda dengan salah satu tangannya dan telinga yang dengan tangannya yang lainnya, kemudian dia meloncat hingga duduk di atas kuda.

PENYEBUTAN UMAR DI DALAM KITAB-KITAB TERDAHULU

Berkata Ibnu Qudamah: Di antara gambaran penyebutan Abu Bakar dan Umar di dalam kitab-kitab yang diturunkan terdahulu adalah: Bahwa Abu Bakar memerintah sebagaimana Rasulullah j memerintah hanya sebentar kemudian meninggal, kemudian akan datang kepada kalian tanduk besi, dia akan mengisi dunia di timur dan barat dengan keadilan, dia tidak takut celaan siapapun dalam memimpin di jalan Allah.

Ibnul Jauzi menyebutkan dari al-Aqra’ muadzdzinnya Umar: bahwa Umar pernah melewati al-Asqaf, Umar bertanya: Apakah kalian mendapati penyebutan diri kami di dalam kitab kalian? Mereka menjawab: ya, kami mendapati gambaran sifat kalian, tapi kami tidak mendapati nama-nama kalian, Umar bertanya: seperti apakah yang kalian dapati tentang diriku? Mereka menjawab: tanduk dari besi, Umar bertanya: apa maksudnya? Mereka menjawab: Pemimpin yang tegas, Umar berkata: Allahu Akbar, Alhamdulillah.

Berkata Abdullah bin Mas’ud: Umar pernah menunggang seekor kuda lalu memacunya, maka tersingkaplah pahanya, dan penduduk Najran melihat saat itu ada tanda hitam di paha Umar, lalu mereka berkata: Inilah tanda yang kami dapati di dalam kitab kami, yang akan mengeluarkan kami dari negeri kami. (HR. Abu Nuaim dengan sanad yang shahih (kanzul Ummal))

KEUTAMAAN UMAR BIN AL-KHATHTHAB

· Istana di surga

أ إلى جانب قصر فقلت: لمن بينا أنا نائم رأيتني في الجنة فإذا أنا بامرأة تتوضهذا القصر؟ فقالت: لعمر فذكرت غيرته فوليت مدبرا فبكى عمر بن الخطاب

ه أغار؟ ي يا رسول الل فقال: أعليك بأبي وأم(Ketika aku sedang tertidur, aku melihat diriku berada di dalam surga, kemudian aku melihat seorang wanita sedang berwudhu di samping sebuah istana, maka aku berkata: milik siapakah istana ini? Maka wanita tersebut menjawab: milik Umar, maka aku teringat betapa cemburunya Umar, maka akupun pergi meninggalkannya,


maka Umar bin Al-Khaththab pun menangis seraya berkata: Apakah aku bisa untuk cemburu kepadamu wahai Rasulullah?) (HR. Al-Bukhari)

· Ilmu

ي يجري في ظفري -أو في بن- حتى أنظر إلى الر بينا أنا نائم شربت -يعني الللته يا رسول الله، قال: العلم أظفاري- ثم ناولت عمر. قالوا: فما أو

Ketika aku sedang tertidur, aku minum –yaitu susu– hingga aku melihatnya mengalir di jari tanganku –atau di jari-jemari tanganku– kemudian aku memberikannya kepada Umar. Para sahabat bertanya: apa takwilmu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Ilmu. (HR. Al-Bukhari)

· Pemimpin yang hebat

أريت في المنام أني أنزع بدلو بكرة على قليب، فجاء أبو بكر فنزع ذنوبا، أو ه يغفر له، ثم جاء عمر بن الخطاب فاستحالت غربا، ذنوبين نزعا ضعيفا، والل

ه حتى روي الناس، وضربوا بعطن ا يفري فري فلم أر عبقريAku diperlihatkan di dalam mimpiku bahwa aku mengambil sebuah timba dari sumur, lalu datang Abu Bakar kemudian dia menimba satu atau dua kali timba dengan lemah, dan Allah mengampuninya, kemudian datang Umar bin al-Khaththab maka berubahlah timba menjadi besar, aku tidak pernah melihat seorang besar yang melakukan sepertinya, hingga manusia telah minum dan memberi minum ternak mereka. (HR. Al-Bukhari)

· Syaitan lari darinya

Dari Sa’d bin Abi Waqqash berkata: dahulu Umar bin al-Khaththab pernah minta izin untuk masuk menemui Rasulullah j, dan saat itu ada banyak wanita Quraisy yang sedang berada di sisi beliau, mereka sedang berbicara dengan beliau dan mendominasi pembicaraan, mereka berbicara dengan suara yang tinggi melebihi suara beliau, maka ketika Umar bin al-Khaththab meminta izin, langsung para wanita tersebut berdiri dan bersembunyi di balik hijab, maka Rasulullah pun mengizinkannya masuk, lalu Umar masuk dan Rasulullah j tertawa, Umar berkata: semoga Allah melanggengkan kegembiraanmu ya Rasulullah. Rasulullah j bersabda: Aku merasa heran dengan para wanita yang barusan bersamaku, ketika mereka mendengar suaramu, mereka langsung bersegera menuju hijab.


Umar berkata: Seharusnya engkau lebih mereka segani daripada diriku wahai Rasulullah!, Lalu Umar berkata: Wahai para wanita yang menjadi musuh-musuh diri kalian sendiri, apakah kalian takut kepadaku dan tidak segan terhadap Rasulullah j? Mereka menjawab: ya, engkau lebih keras dan lebih kasar daripada Rasulullah j, Maka Rasulullah j bersabda: Teruskan wahai Ibnal-Khaththab, demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah engkau menjumpai syaitan menempuh suatu jalan, melainkan dia akan mengambil jalan selain jalan yang engkau ambil. (HR. Al-Bukhari)

· Selalu bersama Rasulullah j dan Abu Bakar Ash-Shiddiq zDari Ibnu Abi Mulaikah bahwasanya dia mendengar Ibnu Abbas berkata: Jasad

Umar diletakkan di atas ranjangnya dan manusia mengkafaninya, lalu mereka mendoakannya dan menyolatinya sebelum diangkat, dan aku berada di antara mereka, tidak ada yang mengejutkanku kecuali ketika seorang lelaki mengambil pundakku, ternyata dia adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian dia mendoakan Umar dengan Rahmat Allah dan dia berkata: Tidaklah engkau meninggalkan seorangpun yang lebih aku sukai untuk Allah berikan kepadanya seperti yang telah Allah berikan padamu. Demi Allah, sungguh aku menyangka bahwa Allah akan mengumpulkanmu bersama kedua sahabatmu, dan sungguh betapa sering aku mendengar Nabi j berkata: Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar.

KEMATIAN UMAR BIN AL-KHATHTHAB

Telah bercerita kepada kami Musa bin Isma’il telah bercerita kepada kami Abu ‘Awanah dari Hushain dari ‘Amru bin Maimun berkata; Aku melihat ‘Umar bin Al Khaththab z di Madinah beberapa hari sebelum dia ditikam. Ia berdiri di hadapan Hudzaifah bin Al Yaman dan ‘Utsman bin Hunaif. ‘Umar bertanya; “Bagaimana yang kalian berdua kerjakan?. Apakah kalian berdua khawatir membebani penduduk Sawad (yang mereka terkena pajak) dengan sesuatu yang melebihi kemampuannya?. Keduanya menjawab; “Kami membebaninya dengan kebijakan yang sesuai kemampuannya, tidak ada kelebihan beban yang besar”. ‘Umar berkata; “Jika Allah menyelamatkan aku, tentu akan kubiarkan janda-janda penduduk ‘Iraq tidak membutuhkan seorang laki-laki setelah aku untuk selama-lamanya”. Perawi berkata; “Setelah pembicaraan itu, hanya berlalu 4 hari hingga dia ditikam. Perawi (‘Amru) berkata; “Aku berdiri dan tidak ada seorangpun yang berada antara aku dan dia kecuali ‘Abdullah bin ‘Abbas pada waktu Shubuh ketika dia ditikam. Dan dahulu apabila ‘Umar melewati antara 2 shaf maka dia berkata: lurus dan rapatkan shaf. Hingga apabila dia sudah tidak mendapati celah dalam barisan shaf, maka


‘Umar pun maju lalu bertakbir. Saat itu sepertinya dia membaca surat Yusuf atau an-Nahl atau yang semisalnya pada raka’at pertama hingga memungkinkan semua orang bergabung dalam shalat berjama'ah. Ketika Umar hendak bertakbir aku mendengar dia berteriak; “Anjing ini telah membunuhku”, atau berkata; “anjing ini telah menerkamku”, ketika penikam itu menusuknya, lalu penikam itu menyerang dengan sebilah pisau bermata dua. Penikam itu tidaklah melewati seorangpun baik di sebelah kanan atau kirinya melainkan dia menikamnya pula, hingga dia telah menikam sebanyak tiga belas orang, tujuh orang di antaranya meninggal dunia.

Ketika seseorang dari kaum muslimin melihat kejadian itu, dia melemparkan baju mantelnya dan tepat mengenai si penikam itu. Dan ketika dia menyadari bahwa dia akan tertangkap (tak lagi bisa menghindar), dia bunuh diri. ‘Umar memegang tangan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf lalu menariknya ke depan. Siapa saja orang yang berada dekat dengan ‘Umar pasti dapat melihat apa yang aku lihat. Adapun orang-orang yang berada di sudut-sudut masjid, mereka tidak mengetahui peristiwa yang terjadi, selain tidak mendengar suara ‘Umar. Mereka berkata; “Subhaanallah, Subhaanallah (maha suci Allah) “. Maka ‘Abdur Rahman melanjutkan shalat jama’ah secara ringan. Setelah shalat selesai, ‘Umar bertanya; “Wahai Ibnu ‘Abbas, lihatlah siapa yang telah membunuhku”.

Ibnu ‘Abbas berkeliling sesaat lalu kembali dan berkata; “Budaknya Al Mughirah”. ‘Umar bertanya; “ budak yang pandai membuat pisau itu?. Ibnu ‘Abbas menjawab; “Ya benar”. ‘Umar berkata; “Semoga Allah membunuhnya, sungguh aku telah memerintahkan dia berbuat ma’ruf (kebaikan). Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku beragama Islam. Sungguh dahulu kamu dan bapakmu suka bila orang kafir non Arab banyak berkeliaran di Madinah -dan saat itu ‘Abbas adalah orang yang paling banyak memiliki budak orang non Arab- Ibnu ‘Abbas berkata; “Jika kau menghendaki, aku akan melaksanakannya, yaitu jika kamu menghendaki kami akan membunuh mereka”. ‘Umar berkata; “Kamu keliru, bagaimana kalian membunuh padahal mereka telah telanjur bicara dengan bahasa kalian, shalat menghadap kiblat kalian dan naik haji seperti haji kalian”. Kemudian ‘Umar dibawa ke rumahnya dan kami ikut menyertainya. Saat itu seakan-akan orang-orang tidak pernah terkena musibah seperti hari itu sebelumnya.

Di antara mereka ada yang berkata; “Dia tidak apa-apa”. Dan ada juga yang berkata; “Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya”. Kemudian ‘Umar disuguhkan anggur lalu dia meminumnya namun minuman itu keluar lewat perutnya. Kemudian diberi susu lalu diapun meminumnya lagi namun susu itu keluar melalui lukanya. Akhirnya orang-orang menyadari bahwa ‘Umar akan segera meninggal dunia. Maka


kami pun masuk menjenguknya, dan orang-orang pun datang, lalu memujinya. Tiba-tiba datang seorang pemuda seraya berkata; “Berbahagialah engkau, wahai Amirul Mukminin dengan kabar gembira dari Allah, karena kau telah mendampingi (menjadi shahabat) Rasulullah j, dan telah terdahulu masuk Islam selama apa sebagaimana yang kau ketahui. Lalu anda diberi kepercayaan menjadi pemimpin dan anda telah menjalankannya dengan adil, lalu anda mati syahid”. ‘Umar berkata; “Aku sudah merasa senang jika masa kekhilafahanku berakhir netral, aku tidak terkena dosa dan juga tidak mendapat pahala.”

Ketika pemuda itu berlalu, ternyata tampak sarungnya menyentuh tanah, maka ‘Umar berkata; “Bawa kembali pemuda itu kepadaku”. ‘Umar berkata kepadanya; “Wahai anak saudaraku, angkatlah pakaianmu karena yang demikian itu lebih mengawetkan pakaianmu dan lebih bertakwa kepada Rabbmu. Wahai ‘Abdullah bin ‘Umar, lihatlah berapa jumlah hutang yang menjadi kewajibanku”. Maka mereka menghitungnya dan mendapati bahwa hutangnya sebesar delapan puluh enam ribu atau sekitar itu. ‘Umar berkata; “Jika harta keluarga ‘Umar mencukupi bayarlah hutang itu dengan harta mereka. Namun apabila tidak mencukupi maka mintalah kepada Bani ‘Adiy bin Ka’ab. Dan apabila harta mereka masih tidak mencukupi, maka mintalah kepada masyarakat Quraisy dan jangan mengesampingkan mereka dengan meminta kepada selain mereka, lalu lunasilah hutangku dengan harta-harta itu. Temuilah ‘Aisyah, Ummul Mukminin x, dan sampaikan salam dari ‘Umar dan jangan kalian katakan dari Amirul Mukminin karena hari ini bagi kaum Mukminin aku bukan lagi sebagai pemimpin dan katakan bahwa ‘Umar bin Al-Khaththab meminta izin untuk dikuburkan di samping kedua shahabatnya”.

Maka ‘Abdullah bin ‘Umar memberi salam, meminta izin lalu masuk menemui ‘Aisyah x. Ternyata ‘Abdullah bin ‘Umar mendapati ‘Aisyah x sedang duduk menangis. Lalu dia berkata; “’Umar bin Al-Khaththab menyampaikan salam untukmu dan meminta ijin untuk dikuburkan bersama kedua sahabatnya (Rasulullah j dan Abu Bakar z) “. ‘Aisyah x berkata; “Sebenarnya aku juga menginginkan hal itu untuk diriku namun hari ini aku tidak akan lebih mementingkan diriku”. Ketika ‘Abdullah bin ‘Umar kembali, dikatakan kepada ‘Umar; “Ini dia, ‘Abdullah bin ‘Umar sudah datang”. Maka ‘Umar berkata; “Angkatlah aku”. Maka seorang laki-laki datang menopangnya. ‘Umar bertanya: “Berita apa yang kamu bawa?”. Ibnu ‘Umar menjawab; “Berita yang anda sukai, wahai Amirul Mukminin. ‘Aisyah telah mengizinkan anda”. ‘Umar berkata; “Alhamdulillah. Tidak ada sesuatu yang paling penting bagiku selain hal itu. Jika aku telah meninggal, bawalah jasadku kepadanya dan sampaikan salamku lalu katakan bahwa ‘Umar bin Al-Khaththab meminta izin. Jka dia mengizinkan maka masukkanlah aku (kuburkan) namun bila dia menolak maka kembalikanlah jasadku ke kuburan Kaum Muslimin. Kemudian


Hafshah, Ummul Mukminin datang dan beberapa wanita ikut bersamanya. Tatkala kami melihatnya, kami segera berdiri. Hafshah kemudian mendekat kepada ‘Umar lalu dia menangis sejenak. Kemudian beberapa orang laki-laki meminta izin masuk, maka Hafshah masuk ke kamar karena ada orang yang mau masuk. Maka kami dapat mendengar tangisan Hafshah dari balik kamar.

Orang-orang itu berkata; “Berilah wasiat, wahai Amirul Mukminin. Tentukanlah pengganti anda”. ‘Umar berkata; “Aku tidak menemukan orang yang paling berhak atas urusan ini daripada mereka atau segolongan mereka yang ketika Rasulullah j wafat beliau ridha kepada mereka. Maka dia menyebut nama ‘Ali, ‘Utsman, Az-Zubair, Thalhah, Sa’ad dan ‘Abdur Rahman. Selanjutnya dia berkata; “’Abdullah bin ‘Umar akan menjadi saksi atas kalian. Namun dia tidak punya peran dalam urusan ini, dan tugas itu hanya sebagai bentuk penghibur baginya. Jika kepemimpinan jatuh ke tangan Sa’ad, maka dialah pemimpin urusan ini. Namun apabila bukan dia, maka mintalah bantuan dengannya. Dan siapa saja diantara kalian yang diserahi urusan ini sebagai pemimpin maka aku tidak akan memecatnya karena alasan lemah atau berkhianat”.

Selanjutnya ‘Umar berkata; “Aku berwasiat kepada khalifah sesudahku agar memahami hak-hak kaum Muhajirin dan menjaga kehormatan mereka. Aku juga berwasiat kepadanya agar selalu berbuat baik kepada Kaum Anshar yang telah menempati negeri (Madinah) ini dan telah beriman sebelum kedatangan mereka (kaum Muhajirin) agar menerima orang baik, dan memaafkan orang yang keliru dari kalangan mereka. Dan aku juga berwasiat kepadanya agar berbuat baik kepada seluruh penduduk kota ini karena mereka adalah para pembela Islam dan telah menyumbangkan harta (untuk Islam) dan telah bersikap keras terhadap musuh. Dan janganlah mengambil dari mereka kecuali harta lebih mereka dengan kerelaan mereka. Aku juga berwasiat agar berbuat baik kepada orang-orang Arab Badui karena mereka adalah nenek moyang bangsa Arab dan perintis Islam, dan agar diambil dari mereka bukan harta pilihan (utama) mereka (sebagai zakat) lalu dikembalikan (disalurkan) untuk orang-orang fakir dari kalangan mereka. Dan aku juga berwasiat kepadanya agar menunaikan perjanjian kepada ahlu Dzimmah (Warga non muslim yang wajib terkena pajak), yaitu orang-orang yang di bawah perlindungan Allah dan Rasul-Nya j (asalkan membayar pajak) dan mereka (ahlu dzimmah) yang berniat memerangi harus diperangi, mereka juga tidak boleh dibebani selain sebatas kemampuan mereka”.

Ketika ‘Umar sudah menghembuskan nafas, kami keluar membawanya lalu kami berangkat dengan berjalan. ‘Abdullah bin ‘Umar mengucapkan salam (kepada ‘Aisyah x) lalu berkata; “’Umar bin al-Khaththab meminta izin”. ‘Aisyah


x berkata; “Masukkanlah”. Maka jasad ‘Umar dimasukkan ke dalam liang lahad dan diletakkan berdampingan dengan kedua shahabatnya. Setelah selesai menguburkan jenazah ‘Umar, orang-orang (yang telah ditunjuk untuk mencari pengganti khalifah) berkumpul. ‘Abdur Rahman bin ‘Auf berkata; “Jadikanlah urusan kalian ini kepada tiga orang diantara kalian. Maka Az-Zubair berkata; “Aku serahkan urusanku kepada ‘Ali. Sementara Thalhah berkata; “Aku serahkan urusanku kepada ‘Utsman. Sedangkan Sa’ad berkata; “Aku serahkan urusanku kepada ‘Abdur Rahman bin ‘Auf.

Kemudian ‘Abdur Rahman bin ‘Auf berkata; “Siapa diantara kalian berdua yang mau melepaskan urusan ini maka kami akan serahkan kepada yang satunya lagi, Allah dan Islam akan mengawasinya Sungguh seseorang dapat melihat siapa yang terbaik diantara mereka menurut pandangannya sendiri. Dua pembesar (‘Utsman dan ‘Ali) terdiam. Lalu ‘Abdur Rahman berkata; “Apakah kalian menyerahkan urusan ini kepadaku. Allah tentu mengawasiku dan aku tidak akan semena-mena dalam memilih siapa yang terbaik diantara kalian”. Keduanya berkata; “Baiklah”.

Maka ‘Abdur Rahman memegang tangan salah seorang dari keduanya seraya berkata; “Engkau adalah kerabat Rasulullah j dan dari kalangan pendahulu dalam Islam (senior) sebagaimana yang kamu ketahui dan Allah akan mengawasimu. Seandainya aku serahkan urusan ini kepadamu tentu kamu akan berbuat adil dan seandainya aku serahkan urusan ini kepada ‘Utsman tentu kamu akan mendengar dan menaatinya”. Kemudian dia berbicara menyendiri dengan ‘Utsman dan berkata sebagaimana yang dikatakannya kepada ‘Ali. Ketika dia mengambil perjanjian baiat, ‘Abdur Rahman berkata; “Angkatlah tanganmu wahai ‘Utsman”. Maka Abdur Rahman membaiat ‘Utsman lalu ‘Ali ikut membaiatnya kemudian para penduduk masuk untuk membaiat ‘Utsman”. (HR. Al-Bukhari)

18 Utsman bin Affan

Utsman bin AffanDitulis oleh: al-Ustadz Fuad Baswedan, M.Pd.I. )

Sekarang kita akan membahas sejarah seorang sahabat yang mulia, tokoh besar, yang harus dijadikan sebagai panutan dan suri tauladan. Ia adalah Utsman bin Affan z. Dia adalah orang yang sulit dicari tandingannya. Dialah orang yang kehidupannya bertabur rasa malu, zuhud, wara’, dermawan, siap berkorban, taat, dan memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah, dan termasuk penghafal Al-Qur`an.

Utsman bin Affan z adalah shahabat yang terkenal dengan julukan Dzun Nurain (seorang yang memiliki dua cahaya), menantu Rasulullah j, dan salah satu generasi terawal dalam menerima Islam, seorang Khalifah Rasyidin yang ketiga, bahkan beliau termasuk salah satu dari sepuluh shahabat yang telah mendapat kabar gembira kepastian masuk surga dari Rasulullah j.

Dialah Utsman bin Affan z yang pernah berkata, “ Demi Allah, di masa Jahiliyah sekalipun aku tidak pernah berzina, apalagi setelah memeluk Islam. Aku pun tidak pernah berangan-angan memiliki agama lain setelah Allah memberiku hidayah. Dan aku juga tidak pernah membunuh orang lain. Lantas, atas dasar apa mereka ingin membunuhku?” (HR. Ahmad)

Ia tidak pernah sujud kepada sebuah patung pun, tidak pula berbuat keji, tidak pernah meminum khamar baik sebelum maupun setelah Islam. Utsman bercerita, “Aku tidak pernah bernyanyi, tidak pula panjang angan-angan, aku tidak pernah minum khamar di masa jahiliah maupun setelah Islam.”

Rasulullah j bersabda yang artinya, “Umatku yang paling pengasih adalah Abu Bakar, yang paling keras menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Rasulullah j pergi menunaikan haji Wada’ bersama Utsman bin Affan. Rasulullah j wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar

z

19 Utsman bin Affan

wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya.

NASAB DAN KEHIDUPANNYA

Beliau adalah Utsman bin Affan bin al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Usia beliau enam tahun lebih muda daripada Rasulullah j Ia lahir di Thaif, daerah yang paling subur di kawasan Hijaz. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi j pada kakek keempat yaitu Abdu Manaf. Dia berasal dari Bani Umayyah dan dari kalangan terpandang di tengah mereka.

Utsman tumbuh di tengah keluarga kaya raya. Ayah beliau adalah saudagar besar. Kafilah dagangnya senantiasa pulang pergi dari negeri Arab ke negeri Syam. Ketika ayahnya meninggal dunia, Utsman mengembangkan peninggalan ayahnya yang banyak dalam perdagangan. Hingga harta itu semakin berkembang dan bertambah banyak, yang pada suatu saat akan menjadi bekalnya dalam berjihad dan melakukan amal kebajikan.

Di masa jahiliyah beliau dipanggil Abu Amr namun tatkala menikahi Ruqaiyah binti Muhammad Rasulullah j terlahirlah seorang laki-laki yang diberi nama Abdullah lalu beliau berganti menjadi Abu Abdillah.

MASUK ISLAM DAN KEUTAMAANNYA

Utsman bin Affan z tumbuh dalam kehidupan yang baik dan di atas akhlak yang mulia. Ia tidak pernah sujud kepada berhala dan tidak pernah meminum arak, dan tidak ikut-ikutan dengan para pemuda bangsa Arab yang kehidupannya penuh dengan main-main, kesia-siaan, dan sikap amoral. Ia juga tidak pernah melakukan perbuatan keji.

Utsman adalah seorang pemuda Quraisy yang mulia nasabnya, mulia akhlaknya, seorang yang kaya, dan dermawan. Oleh karena itu, kaum Quraisy mencintainya, dan ia juga dikenal dengan kejujuran, amanah, dan menepati janji. Ia juga seorang yang pandai membaca dan menulis, dan kemudian sibuk dengan perniagaannya.

Utsman bin Affan z memiliki hubungan pertemanan yang kuat dengan Abu Bakar z sebelum Islam. Hal ini tidaklah mengherankan, karena ruh-ruh itu satuan pasukan. Jika sama, maka akan menyatu, dan jika tidak maka akan berpisah.

Para sejarawan mencatat bahwa sebab keislaman Utsman adalah ketika beliau

20 Utsman bin Affan

duduk dalam sebuah majelis bersama Abu Bakar. Kesempatan ini dijadikan oleh Abu Bakar untuk menerangkan ajaran dan adab-adab Islam kepadanya.

Abu bakar mengatakan, “Wahai Utsman, rugi engkau, sungguh sebenarnya engkau adalah seorang yang memiliki kekokohan dan akal. Tidak akan tersamarkan di hadapanmu antara kebenaran dan kebatilan. Apa ini berhala-berhala (yang di sembah) ini? Bukankah itu hanya semata batu yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tidak bisa mendatangkan manfaat, tidak pula membahayakan’’

Utsman menjawab, “Benar, patung-patung ini adalah demikian keadaannya.’’ Pada akhirnya Utsman mengikrarkan keislamannya di hadapan Rasulullah pada usia 34 tahun. Beliau termasuk angkatan yang pertama kali masuk Islam, tepatnya setelah Islamnya Abu Bakar, ‘Ali dan Zaid bin Haritsah. Ia adalah sosok orang yang mudah menangis kala mengingat akhirat1. Jiwanya khusyu’ dan penuh tawadhu’ di hadapan Allah.

Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”

Berkata Ibnul Jauzi : “ Utsman mengikrarkan keislamannya sebelum Rasulullah memasuki rumah al-Arqom bin Abi al-Arqom.2

Ibnu Saad meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim Taimy katanya, “Ketika Utsman bin Affan masuk Islam, ayah saudaranya yang bernama al-Hakam bin Abil Ash bin Umayyah mengikatnya dengan tali sambil menghardik, ‘Apakah engkau tinggalkan agama nenek moyangmu dan masuk ke dalam agama baru? Demi Allah tidak akan aku lepaskan tali ini sampai engkau meninggalkan agama baru itu’ Utsman menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agama ini sedikitpun” ketika ayah saudaranya mengetahui kekerasan hati Utsman, beliau pun dilepaskannya.

Utsman merupakan menantu Rasulullah dari kedua putrinya yaitu Ruqaiyah dan Ummu Kultsum, dimana tidak ada sebelumnya seorang yang menikahi dua putri seorang nabi selain beliau. Oleh karena itu beliau mendapat gelar Dzun Nurain (pemilik dua cahaya).

1 Ahmad dalam Az-Zuhd hal. 42 dan At-Tirmidzi dalam As-Sunan (4/553) dengan sanad hasan.2 As-Showaiq al-Muhriqoh (1/313)

21 Utsman bin Affan

Ummu Kultsum adalah adik Ruqaiyah, putri Rasulullah j, Ia telah menikah dengan Utaibah bin Abu Lahab, saudara Utbah yang telah menikahi Ruqaiyah, sebelum mereka mengenal Islam. Lalu ketika Rasulullah j telah diangkat menjadi Nabi, ia dan saudara-saudaranya memeluk Islam dengan lapang dada. Dan dakwah Nabi . yang selalu ditentang oleh Abu Lahab beserta keluarganya ini, menyebabkan Allah telah mewahyukan kepada Nabi . firman-Nya yang artinya, “Maka celakalah kedua tangan Abu Lahab.” (QS. Al-Lahab: 1).

Setelah turunnya ayat ini, Abu Lahab berkata kepada Utaibah anaknya, “Kepalaku tidak halal bagi kepalamu selama kamu tidak menceraikan putri Nabi. Maka dia pun menceraikan istrinya, Ummu Kultsum begitu saja. Utaibah mendatangi Nabi dan mengatakan kata-kata yang menyakitkan hati Rasulullah j. Atas perlakuan itu, maka Rasulullah j telah berdoa kepada Allah, agar mengirimkan anjing-anjing-Nya untuk membinasakan Utaibah. Dan apa yang telah didoakan oleh Nabi . terhadap Utaibah itu benar-benar terjadi.

Dalam suatu perjalanan, seekor singa yang ganas telah memilih Utaibah di antara teman-temannya untuk diterkam kepalanya. Utaibah mati dalam keadaan yang sangat mengerikan. Setelah bercerai, maka Ummu Kultsum kembali tinggal bersama Rasulullah j di Mekkah. Dia ikut hijrah ke Madinah ketika Rasulullah j berhijrah, kemudian tinggal di sana bersama keluarga Rasulullah.

Ruqaiyah dan Ummu Kultsum adalah dua orang saudara yang perjalanan hidup mereka hampir sama. Mereka berdua terlahir dari bapak yang sama, ibu yang sama, suami mereka pun kakak beradik yang namanya mempunyai arti yang sama; Utbah dan Utaibah, mempunyai mertua yang sama, masuk Islam pada hari yang sama, bercerai pada hari yang sama, dan setelah perceraian itu, mereka mempunyai suami yang sama pula.

Utsman menikahi Ruqaiyah sebelum nubuwah (Sebelum di utusnya Muhammad sebagai nabi dan rasul). Dan Ruqaiyah akhirnya meninggal dunia di malam-malam saat kaum muslimin yang di pimpin oleh Rasulullah berperang melawan orang-orang kafir Quraisy dalam perang Badar. Utsman terlambat ikut serta dalam perang Badar karena beliau lagi menunggu istrinya Ruqaiyah yang lagi sakit, dan itupun atas izin langsung dari Rasulullah. Namun demikian Utsman tetap di anggap oleh Rasulullah seperti bergabung langsung dengan pasukan kaum muslimin dalam perang Badar dan mendapat pahala yang sama dengan mereka yang ikut berperang.

Ketika Ruqaiyah meninggal dunia, maka Rasulullah j menikahkan putrinya yang lain yaitu Ummu Kultsum yang masih perawan yang belum terjamah oleb

22 Utsman bin Affan

Utaibah. Pada waktu itu adalah bulan Rabi’ul-Awwal, tahun ke-3 Hijriyah. Dan keduanya baru berkumpul pada bulan Jumadits-Tsani. Mereka hidup bersama sampai Ummu Kultsum meninggal dunia tanpa mendapatkan seorang anak pun. Ummu Kultsum meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun ke-9 Hijriyah.

Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriyah.

Sesudah kematian Ummu Kaltsum, Utsman menikah lagi dengan Sakhithah binti Ghazwan, Fatimah binti Walid dan Ummul Banin binti Uyainah bin Hishan. Adapun istri terakhirnya adalah Nailah binti Al-Farafishah seorang wanita Nasrani yang kemudian masuk Islam setelah menikah dengan Utsman bin Affan. Dari pernikahannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.

Utsman di juga di kenal dengan shohibul hijrotain (Orang yang melakukan dua kali hijrah). Beliau yang termasuk pertama kali hijrah ke Habasyah (Ethiopia) bersama keluarganya, sehingga beliau di kenal termasuk orang yang pertama kali berhijrah di jalan Allah bersama keluarganya setelah Nabi Luth . Setelah itu, Utsman hijrah ke Madinah.

Utsman bin Affan dikenal memiliki dua sifat utama yang berbeda dengan sahabat-sahabat yang lain :

1. Rasa malu. Tidak ada seorang yang memiliki rasa malu yang demikian kuat sebagaimana yang di miliki oleh Utsman. Dari Ummul Mukminin Aisyah x menuturkan:

أبو فاستأذن ساقيه أو فخذيه عن كاشفا بيتى فى مضطجعا ه الل رسول كان ث ثم استأذن عمر فأذن له وهو كذلك بكر فأذن له وهو على تلك الحال فتحدول د محم قال – ثيابه ى وسو ه الل رسول فجلس عثمان استأذن ثم ث فتحدأبو دخل عائشة قالت خرج ا فلم ث فتحد فدخل – واحد يوم فى ذلك أقول بكر فلم تهتش له ولم تباله ثم دخل عمر فلم تهتش له ولم تباله ثم دخل عثمان

يت ثيابك فقال: )أل أستحى من رجل تستحى منه الملئكة(؟ فجلست وسو

23 Utsman bin Affan

Suatu ketika, Rasulullah J pernah berbaring di rumahku dalam keadaan tersingkap dua paha atau dua betis beliau, kemudian Abu Bakar meminta izin menemui beliau, beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau masih dalam keadaannya. Lalu Abu Bakar bercakap-cakap dengan beliau, kemudian Umar datang meminta izin untuk masuk, beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau tetap demikian keadaannya, mereka pun berbincang-bincang. Kemudian Utsman datang minta izin untuk menemui beliau, beliau pun langsung duduk dan membenahi pakaiannya, Utsman pun masuk dan berbincang-bincang. Ketika Utsman pulang, Aisyah bertanya:“Abu Bakar masuk menemuimu, namun engkau tidak bersiap menyambut dan tidak mempedulikannya, begitu pula Umar masuk menemuimu, engkau juga tidak bersiap menyambut dan tidak mempedulikannya pula, kemudian ketika Utsman masuk, engkau segera duduk dan membenahi pakaianmu!”Rasulullah menjawab, “Tidakkah aku merasa malu kepada seseorang yang malaikat pun merasa malu kepadanya?”. (HR. Muslim: 6362)

Diriwayatkan pula satu kisah dari Ummul Mukminin Aisyah x: “Bahwa Abu Bakar meminta izin kepada Rasulullah J dan beliau sedang berbaring di tempat tidurnya sambil berselimut dengan selimut Aisyah x Rasulullah memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula. Setelah Abu Bakar menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Kemudian Umar datang meminta izin kepada Rasulullah. Rasulullah J memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula. Setelah Umar menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi, lalu Utsman berkata: “Lantas aku pun minta izin lalu Rasulullah duduk dan bersabda kepada Aisyah: “Ambillah selimutmu!”. Setelah aku menyelesaikan hajatku, akupun pergi. Aisyah berkata: “Ya Rasulullah! Aku melihat engkau menyambut Abu Bakar dan Umar tidak seperti sambutanmu terhadap Utsman?”, Rasulullah j bersabda: ”Sesungguhnya Utsman adalah seorang pemalu, aku khawatir jika aku menyambutnya dalam posisi seperti itu, ia tidak jadi mengungkapkan keperluannya”. (HR. Muslim: 514)

2. Pemurah (Dermawan). Tidak ada seorangpun dari kalangan Quraisy yang memiliki sifat pemurah melebihi dirinya.

Pada perang Tabuk, iklim jazirah Arab saat itu sangat panas dan kekurangan bahan pangan dan harta. Ketika itu, kondisi itu dilukiskan oleh Al-Qur’an dengan istilah sa’atil ‘usrah (saat yang sulit). Rasulullah j menyerukan kepada umat Islam agar menyumbangkan harta mereka untuk persiapan jihad. Beliau bersabda,

ز جيش العسرة فله الجنة من جه“Barangsiapa yang membekali tentara perang Tabuk maka baginya surga”. (HR. Bukhari), maka datanglah Ustman bin Affan kepada Rasulullah j seraya berkata,

24 Utsman bin Affan

“Wahai Rasulullah, saya siap membekali tentara dengan 950 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya, 50 ekor kuda, dan harta sebanyak 1000 dinar (Emas). Seraya membolak-balikkan emas yang Utsman infakkan Rasulullah j bersabda:

ما ضر عثمان ما عمل بعد اليومTidaklah membahayakan bagi Utsman apapun yang dia lakukan sesudah hari ini. (Karena sesungguhnya dia telah diampuni 3) 4

Demikian juga tatkala Rasulullah j hijrah ke Madinah maka tidak dijumpai air tawar kecuali dari sumur ar-rumah milik orang Yahudi yang airnya sangat jernih. Lalu Nabi j bersabda yang artinya, “Barangsiapa membeli sumur ar-rumah dan menjadikan gayung miliknya bersama dengan gayung milik kaum muslimin maka kelak ia di surga.” Mendengar ucapan tersebut Utsman pun segera membelinya, walaupun orang Yahudi tersebut sempat menaikkan harganya menjadi berlipat.

Utsman bin Affan membeli sumur ar-rumah yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

Pada tahun keenam hijriyah, Rasulullah j berangkat dari Madinah bersama para shahabatnya yang berjumlah 1500 orang menuju Mekkah untuk melaksanakan umrah dan melakukan thawaf di Baitullah. Ketika kaum Quraisy mengetahui berita tersebut, mereka segera mengenakan pakaian perang lalu keluar untuk menyongsong rombongan Rasulullah dan menghalangi niat mereka.

Rasulullah j memanggil Utsman bin Affan dan menyuruhnya menemui Abu Sufyan dan pembesar Quraisy lainnya untuk memberitahu mereka bahwa beliau tidak datang untuk berperang, melainkan untuk mengunjungi Baitullah dan mengagungkannya.

Utsman mengemban perintah Rasulullah tersebut tanpa merasa ragu dan takut. Dia tidak peduli apa yang akan menimpahnya nanti sesampainya di sana, pada saat kaum Quraisy sedang berada di puncak kemarahan. Dia pun berangkat ke Mekkah, disambut oleh putra pamannya, Abban bin Sa’id. Dengan membonceng kuda Abban, Utsman memasuki kota Mekkah dan menemui para pembesar Quraisy

3 Demikian diterangkan Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi4 At-Tirmidzi dalam As-Sunan no.3701

25 Utsman bin Affan

untuk menyampaikan pesan Rasulullah j, Mereka berkata kepada Utsman, “Jika engkau ingin melakukan thawaf, silahkan thawaf!” Namun Utsman menolak dan berkata kepada mereka, “Saya tidak akan melakukannya sebelum Rasulullah melakukan thawaf terlebih dahulu.”

KEDUDUKAN UTSMAN BIN AFFAN

Muadz bin Jabal z berkata, Rasulullah j bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku diletakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” 5

Hadits yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khaththab. Hadits ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.

IBADAHNYA

Beliau terkenal seorang sholeh yang sangat tekun dalam beribadah. Setiap malamnya ia lewati dengan berdiri, ruku’ dan sujud. Beliau hanya tidur sejenak saja di awal malam sedangkan siang harinya beliau lewati dengan puasa sunnah.

Seorang tabi’in, Muhammad bin Sirin v berkata, “‘Utsman senantiasa menghidupkan seluruh malamnya dengan shalat. Di samping itu beliau terkenal sangat banyak membaca Al-Quràn dan selalu mengkhatamkannya setiap 3 hari. Beliau pernah berkata, “Seandainya hati kita suci, niscaya kita tidak akan pernah bosan membaca Al-Quràn. Sungguh, aku tidak suka apabila datang padaku suatu hari yang di situ aku tidak melihat mushaf (Al-Quràn).”

MASA PEMERINTAHANNYA

Setelah wafatnya Umar bin Khaththab sebagai khalifah kedua, diadakanlah

5 Al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357

26 Utsman bin Affan

musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Semua sahabat yang enam sama- sama enggan untuk menjadi khalifah hingga akhirnya mereka berhasil memilih Utsman. Sedangkan Utsman sama sekali belum pernah berambisi untuk memegang kendali kekuasaan itu. Saat beliau dibaiat sebagai khalifah, ia telah berumur 70 tahun.

Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat.

Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan.

Ketika masa pemerintahannya wilayah Islam meluas karena banyaknya kemenangan-kemenangan (futuuhat) yang diraih oleh tentara Islam sehingga baitul maal melimpah ruah dengan ghanimah maupun jizyah (pajak yang diambil dari ahli kitab) sehingga kesejahteraan umat Islam ketika itu sangat baik.

Beliaulah yang pertama kali membukukan Al-Qur`an dalam satu mushaf dan menyatukan bacaan kaum muslimin dalam satu huruf (dialek) dalam rangka menghindari perselisihan kaum muslimin terhadap kitab sucinya, sehingga mushaf yang ada di muka bumi ini mengikuti mushaf yang ditetapkan oleh khalifah ‘Utsman .

API FITNAH BERKOBAR

Merupakan mukjizat kenabian, apa yang disabdakan Nabi j pasti terjadi. Abu Hurairah telah meriwayatkan bahwa Nabi j bersabda yang artinya,“Sesungguhnya kalian akan menjumpai setelahku fitnah dan perselisihan atau perselisihan dan fitnah.” Maka berkata salah seorang, “Lalu kepada siapa kami akan memihak?” Nabi j bersabda, “Berpegang teguhlah kalian kepada al-Amiin ini dan sahabat-sahabatnya.” Lalu beliau mengisyaratkan kepada Utsman.”

Maka atas apa yang telah dikabarkan oleh Rasulullah j dan Utsman pun mengetahui bahwa kelak ia akan dibunuh secara zalim, dan orang-orang yang keluar darinya akan menghalalkan darahnya adalah orang-orang munafik. Apa yang

27 Utsman bin Affan

disabdakan Rasulullah j benar-benar terjadi, setelah beliau diangkat menjadi Khalifah kaum muslimin yang sah, beliau banyak menuai protes, banyak menerima kritikan dan tuduhan dari para pemberontak. Api itu makin menghalalkan darah Utsman. Di antara tuduhan-tuduhan keji mereka:

Pertama: mereka menuduh Utsman tidak berlaku adil dalam pengangkatan para pejabatnya karena ia mengutamakan keluarganya dan mencopot jabatan sebagian sahabat kibar (senior), serta menggantinya dengan orang-orang yang lebih muda umurnya.

Jawaban atas tuduhan tersebut:

Adapun penggantian jabatan dari sahabat senior kepada para pemuda, maka sungguh bagi beliau terdapat panutan yang baik sebelumnya. Bukankah Rasulullah j juga pernah menyiapkan pasukan besar untuk memerangi Romawi lalu beliau menunjuk panglimanya adalah Usamah bin Zaid yang tatkala itu masih berusia belia, sedang di belakangnya banyak para sahabat senior seperti Abu Bakar dan Umar...?? dan sebelum pasukan besar tersebut diberangkatkan Rasulullah j terlebih dahulu meninggal dunia. Apa reaksi manusia tatkala itu, mereka datang kepada Umar untuk membujuk Abu bakar, agar ia mencopot jabatan Usamah bin Zaid sebagai panglima, maka sahabat Abu Bakar marah besar dan mengatakan kepada Umar, “Wahai Umar, ia adalah orang yang telah diangkat langsung oleh Rasulullah j, lalu engkau memintaku untuk mencopotnya?!!”

Al-Imad Ibnu Katsir mengatakan, “Utsman adalah seorang yang berakhlak mulia, sangat pemalu, dan dermawan. Beliau sering mendahulukan keluarga dan kerabat-kerabatnya karena Allah dalam rangka untuk ta’liful qulub (melunakkan hati), untuk suatu tujuan yang kekal melalui perkara-perkara dunia yang fana sebagaimana Rasulullah j juga telah memberi suatu kaum dan tidak memberikan kepada kaum yang lain untuk suatu tujuan agar mereka mendapat hidayah dan iman, dan sungguh untuk tujuan ini suatu kaum memahaminya, tidak sebagaimana kaum Khawarij telah melakukan protes atas apa yang diperbuat oleh Rasulullah j.”

Kedua: beliau dituduh telah membuat perkara baru yang tidak ada contoh sebelumnya seperti pengumpulan ayat-ayat Al-Qur`an dalam sebuah mushaf, beliau tidak meng-qashar shalat tatkala di Mina, dan beliau menambahkan adzan menjadi dua kali pada hari Jumat.

Jawaban atas tuduhan tersebut:

Adapun beliau membakar seluruh mushaf dan menjadikan satu mushaf saja yang disepakati maka justru para ulama memandang hal itu adalah perbuatan

28 Utsman bin Affan

mulia yang menjadikan kemuliaan bagi sahabat Utsman, karena berarti beliau telah memupus benih-benih perpecahan di tubuh kaum muslimin perihal bacaan kitab suci mereka. Lihatlah apa tindakan Abu Hurairah setelah Utsman melakukan apa yang beliau lakukan terhadap Al-Qur`an lalu sahabat Abu Hurairah menemuinya seraya mengatakan, “Sungguh engkau telah benar dan mencocoki kebenaran.”

Adapun tatkala di Mina beliau shalat sempurna dan tidak meng-qashar, maka beliau menjawab sendiri tuduhan tersebut, “Ketahuilah, yang demikian adalah karena aku mendatangi suatu negeri yang di dalamnya terdapat keluargaku, sehingga aku menyempurnakannya karena dua asalan bermukin dan menjenguk keluarga.”

Dan Al-Hafizh telah menukil dari Al-Iman az-Zuhri beliau mengatakan, “Utsman shalat sempurna di Mina empat rakaat karena orang badui (Arab pegunungan) di tahun itu sangatlah banyak, maka Utsman hendak mengajari mereka bahwa shalat (Zhuhur dan Ashar) adalah empat rakaat.”

Adapun tentang beliau menambahkan adzan sebelum Jumat karena beliau memandang terdapat maslahat yang menuntut akan hal tersebur, karena kota Madinah semakin luas dan orang-orang semakin banyak sehingga adzan tersebut adalah tanda bahwa shalat Jumat akan segera ditegakkan.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Saib bin Yazid bahwa Utsman menambahkan adzan kedua pada masanya karena tatkala itu manusia yang tinggal di Madinah sudah sangatlah banyak.

Dan seandainya perbuatan itu munkar maka pasti akan diingkari oleh para sahabat senior yang tatkala itu masih hidup. Kalau demikian keadaannya, maka hal itu merupakan salah satu sunnah Khulafaur Rasyidin dan sunnah mereka adalah termasuk sunnah Nabi j yang kita diperintah untuk berpegang teguh dengannya.

Ketiga: Beliau dicela karena beberapa tindakan di antaranya karena beliau telah absen dalam Perang Badar, dan ketika Perang Uhud beliau termasuk orang-orang yang ikut lari ke belakang dan beliau tidak ikut dalam Baiat Ridhwan.

Sahabat Abdullah bin Umar telah menjawab tuduhan-tuduhan tersebut sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari: Seorang laki-laki datang dari Mesir untuk berhaji, lalu ia melihat suatu kaum tengah duduk-duduk. Ia bertanya, “Siapa mereka?” Lalu dijawab, “Mereka adalah orang-orang Quraisy.” Ia berkata, “Siapa syaikh mereka?” Mereka menjawab, “Abdullah bin Umar.” Lalu ia bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, aku akan menanyakan beberapa hal kepadamu. Apakah engkau tahu bahwa Utsman telah lari dalam Perang Uhud?” Beliau menjawab, “Benar.” Ia melanjutkan, “Apakah engkau tahu bahwa ia juga

29 Utsman bin Affan

telah absen dari Perang Badar?” Beliau menjawab, “Benar.” Ia bertanya lagi, “Apakah engkau tahu bahwa ia juga telah absen dalam Baiat Ridhwan?” Beliau menjawab, “Benar.” Lalu laki-laki itu mengatakan, “Allahu Akbar!!”

Ibnu Umar mengatakan, “Kemarilah, aku akan jelaskan kepadamu. Adapun Utsman telah lari dalam Perang Uhud maka aku bersaksi bahwa Allah telah memaafkannya, karena Allah berfirman,

ۓ ے ے ھ ھ ھ ھ ہ ہ ہ ہ ثزۀ ۓڭ ڭ ڭ ڭ ۇۇ ۆ ۆ ۈ ۈ ۇٴ ثر

“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun." (QS. Ali Imran [3]: 155)

Adapun beliau absen dalam Perang Badar karena tatkala istri beliau yaitu putri Rasulullah j sedang sakit keras, sehingga ia diizinkan untuk tidak hadir dalam peperangan. Rasulullah j mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya bagimu seperti pahalanya orang yang ikut menyaksikan Perang Badar.” Dan mengenai absennya beliau dalam Baiat Ridhwan karena seandainya ada orang yang lebih mulia dari Utsman di Mekkah maka Rasulullah j akan mengutusnya ke Mekkah, maka tatkala Rasulullah j mengutusnya, beliau mengatakan ini adalah baiatnya Utsman.” Setelah itu Ibnu Umar mengatakan kepada laki-laki tersebut, “Sekarang pergilah engkau.”

WAFATNYA UTSMAN BIN AFFAN SEBAGAI SYAHID

Sesungguhnya aksi demonstrasi dan protes adalah buah teladan dari kaum Khawarij, dengan berpijak pada syubhat-syubhat yang lemah mereka menghalalkan yang haram. Pada hakikatnya mereka adalah orang-orang yang senang membuat kerusakan di muka bumi.

Merupakan kewajiban seorang mukmin tatkala menerima berita hendaklah untuk tasabbut (mencari kebenaran berita) terlebih dahulu, jangan langsung asal percaya. Terlebih lagi kalau berita itu datang dari orang-orang fasik yang tidak menjaga muru’ah. Al-Qur`an mengajari kita berhati-hati dalam menerima berita-berita yang belum jelas sumbernya apalagi yang menyangkut kehormatan kaum muslimin.

30 Utsman bin Affan

Tatkala syubhat-syubhat yang hakikatnya lemah tersebut tidak dapat terbendung maka api kebencian telah menyulut pada hati-hati para pemberontak. Akhirnya, mereka para pemberontak datang ke Madinah dan mengepung rumah Utsman selama 40 hari. Mereka meminta agar Utsman meninggalkan kekhalifahannya atau mereka akan membunuhnya. Mereka mengepung rumah Utsman dan melarang memasukkan makanan dan minuman ke rumahnya. Para sahabat-sahabat muda ingin membantunya dan menjaganya seperti al-Hasan dan al-Husein, Ibnu Umar, Ibnu Zubair dan selain mereka, tapi Utsman melarangnya untuk ikut campur dalam fitnah ini, bahkan Ali bin Abi Thalib pun datang untuk membantunya, namun Utsman tetap menolaknya. Karena ia tidak ingin terjadinya pertumpahan darah di kalangan umat Islam sendiri.

Ibnu Umar tetap masuk menemui Utsman dan mendorongnya agar ia jangan sampai menanggalkan kekhalifahannya karena berarti itu telah membuat sunnah yang jelek, sehingga setiap kali manusia tidak menyenangi pemimpinnya, maka mereka akan mencopot paksa kepemimpinan tersebut. Utsman pun menyadari bahwa inilah fitnah yang sejak jauh-jauh hari telah diberitakan oleh Rasulullah j. Karena itu, Utsman hanya bisa bersabar dan menyerahkan urusannya kepada Allah .

Akhirnya, orang-orang Khawarij tersebut memanjat rumah Utsman, lalu pedang-pedang mereka mengalirkan darah Utsman yang suci sedang beliau tengah berpuasa dan membaca Kitabullah, hingga tetesan darah pertama tatkala membaca,

ثز گ گگ ڳ ڳ ڳ ڳ ثر

“Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 137)

Di malam hari sebelum Utsman meninggal dunia, ia bermimpi bertemu Rasulullah j dan beliau mengatakan, “Wahai Utsman, berbukalah bersama kami.” Dan tatkala Shubuh ia berpuasa dan meninggal dunia di hari itu juga. 6

Ia meninggal dunia tatkala berusia 82 tahun, tepatnya ketika ia mati syahid pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 35 Hijriyyah. Sebelum meninggal dunia sang khalifah sempat membebaskan 20 budak, dan Ia menjabat sebagai khalifah selama 12 tahun.

6 HR. Al-Hakim dan dishahihkannya dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi

31 Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi ThalibDitulis oleh: al-Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, MA. )

(Biografi dan Keutamaan)z

واله، ومن وصحبه آله وعلى ه الل رسول على لم والس لة والص ه لل الحمد وبعد:

I. NAMA, KUNYAH DAN LAQAB (GELAR) BELIAU

Beliau adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdulmuththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf Al-Qurasyi.

Anak paman Nabi j, Suami Fatimah Binti Nabi j. Ibu beliau bernama: Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf.

KUNYAH beliau: Abul Hasan dan Abu Turab (kunyah dari Nabi j).

LAQAB (GELAR) BELIAU: Amirul Mukminin dan Khalifah Rasyidin yang keempat.

KELAHIRANNYA: Terdapat perbedaan dalam tahun kelahiran beliau: ada yang mengatakan bahwa beliau dilahirkan 15 atau 16 tahun sebelum pengutusan Rasul. Pendapat yang lain mengatakan: 20 tahun sebelum pengutusan Rasul, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq dan diperkuat oleh Ibnu Hajar.

II. KEUTAMAAN BELIAU

Keutamaan para khulafa rasyidin sesuai dengan urutan mereka dalam khilafah: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. (lihat: Syarah Aqidah Thahawiyah, hal: 485)

Tidak diragukan bahwa Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang shahabat Nabi yang mulia, bahkan termasuk orang yang pertama masuk Islam, bahkan beliau adalah salah seorang dari sepuluh shahabat yang dijamin masuk surga.


Oleh karena itu cukuplah bagi kita meyakini keutamaan beliau berdasarkan hadits-hadits yang shohih yang datang dari nabi j, dan kita tidak membutuhkan riwayat riwayat yang dipalsukan oleh kaum Rafidhah dalam memuji dan menyanjung beliau sehingga sampai kepada tingkat perkultusan yang tentunya Ali bin Abi Thalib berlepas diri dari yang demikian itu.

Imam Ibnul Qoyyim mengatakan:

»وأما علي بن أبي طالب رضي الله عنه فانتشرت أحكامه وفتاويه، ولكن قاتل الله الشيعة فإنهم أفسدوا كثيرا من علمه بالكذب عليه، ولهذا تجد أصحاب الحديث من أهل الصحيح ل يعتمدون من حديثه وفتواه إل ما كان من طريق السلماني وشريح وأبي وائل الله بن مسعود كعبيدة بيته وأصحاب عبد أهل ه عنه يشكو عدم حملة العلم الذي أودعه كما قال: ونحوهم، وكان رضي الل

إن ههنا علما لو أصبت له حملة«. إعلم الموقعين )17/1(

“Adapun Ali bin Abi Thalib z, hukum-hukum dan fatwa-fatwa beliau telah menebar, akan tetapi –semoga Allah membinasakan Syi’ah– sesungguhnya mereka telah merusak banyak dari ilmu Ali dengan membuat kebohongan atas namanya, sehingga ahlul hadits dari para pengarang kitab kitab shohih telah menerima hadits dan fatwanya kecuali bila datang dari jalur keluarga beliau dan murid murid Abdullah bin Mas’ud, seperti Ubaidah Al-Salmani, Syuraih, Abu Wail dan yang lain. Dan Ali z dahulu mengelukan tidak adanya para menerima ilmu yang ada pada dirinya, sebagaimana perkataan beliau: “Sesungguhnya disini (dirinya) ada ilmu jika sekiranya ada orang-orang mengembannya”.

Diantara keutamaan beliau yang terdapat dalam riwayat riwayat yang shohih, sebagai berikut:

1. Yang pertama masuk Islam dari kalangan anak-anak (umur 8 tahun)

قال زيد بن أرقم رضي الله عنه: )أول من أسلم مع رسول الله صلى الله عليه وسلم علي بن أبي طالب(. خصائص علي، للنسائي )ص22( رقم: 3


2. Kedudukan yang mulia di sisi Nabi j

عليه ه الل ه صلى الل رسول قال قال: عنه، ه الل أبي وقاص رضي بن عن سعد بعدي«. رواه نبي ل ه أن إل من موسى، هارون بمنزلة مني أنت : لعلي م وسل

البخاري )رقم: 3706( ومسلم )2404(Rasulullah j berkata kepada Ali: “Kedudukanmu dari saya seperti (kedudukan) Harun dari Musa, akan tetapi tidak ada lagi Nabi sepeninggalku”.

3. Kekasih Allah dan Rasul-nya

ه الل يحب رجل غدا اية الر »لأعطين خيبر: يوم م وسل عليه ه الل صلى وقال ه ورسوله، قال: فتطاولنا لها، فقال: ادعوا لي عليا، فأتي به ورسوله، ويحبه الله عليه« . البخاري )3701( اية إليه، ففتح الل أرمد، فبصق في عينيه، ودفع الر

ومسلم )2404(Rasulullah j berkata di waktu perang Khaibar: “Besok saya akan berikan bendera kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Kami (para shahabat) mengharapkan hal itu, kemudian beliau berkata: “Panggillah Ali bin Abi Thalib, lalu beliau datang dalam kondisi sakit mata, lalu beliau meludahi kedua matanya, kemudian memberikan bendera kepadanya, sehingga Allah berikan kemenangan kepadanya”.

4. Ahlulbait yang istimewa

}فقل الية: هذه نزلت ا »ولم قال: عنه الله أبي وقاص رضي بن وعن سعد تعالوا ندع أبناءنا وأبناءكم ونساءنا ونساءكم وأنفسنا وأنفسكم{ ]آل عمران: وحسينا، وحسنا وفاطمة عليا م وسل عليه ه الل صلى ه الل رسول دعا ، ]61

هم هؤلء أهلي«. رواه مسلم )2404( فقال: اللTatkala turun ayat (artinya): “Maka katakanlah, mari kita panggil anak-anak kita dan anak-anak kalian, istri-istri kita dan istri-istri kalian dan diri-diri kami dan diri-diri


kalian”, Rasulullah j memanggil Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, seraya bersabda: “Ya Allah, mereka adalah keluargaku”.

5. Jaminan masuk surga

ف بكر أبو « قال: م وسل عليه ه الل صل النبي أن عوف، بن ن ح الر عبد عن بي نة، والز نة، وعثمن ف الجنة، وطلحة ف ال نة، وعل ف ال الجنة، وعمر ف النة، وسعيد اص ف ال ن بن عوف ف الجنة، وسعد بن أب وق ح نة، وعبد الر ف ال

نة « رواه أحد اح ف ال ر نة، وأبو عبيدة بن ال بن زيد بن عمرو بن نفيل ف ال

III. MENJADI KHALIFAH (DARI TAHUN 35 H- 40H)

Beliau dibaiat menjadi khalifah setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan Radhiyallahu’anhu.

Muhammad bin Hanafiyah (Muhammad bin Ali bin Abi Thalib) menuturkan: Ali bin Abi Thalib datang kerumah Utsman setelah beliau terbunuh, kemudian Ali masuk kerumahnya dan menutup pintu, kaum muslimin datang menjumpainya dan mengetok pintu seraya berkata: Sesungguhnya Utsman telah dibunuh, dan pasti harus ada khalifah yang memimpin, kami tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak dan pantas selainmu.

Ali berkata kepada mereka: Jangan kalian inginkan saya, saya menjadi menteri bagi kalian lebih baik daripada menjadi pemimpin.

Mereka mengatakan: Tidak, demi Allah, Kami tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak darimu dalam hal ini. Beliau berkata: Jika kalian tidak mau, maka baiat terhadapku tidak tersembunyi, aku akan keluar ke masjid, maka barang siapa yang ingin membaiatku silakan, lalu beliau keluar ke masjid dan kaum muslimin membaiat beliau. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Fadhail ash-Shahabah no. 969, sanadnya shohih)

Beliau dibaiat oleh para shahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshar yang ada di Madinah.

Imam Hasan Al-Basri mengatakan: “Tatkala Utsman telah dibunuh dengan dzolim maka kaum muslimin pergi kepada orang yang paling baik di kalangan mereka (Ali) lalu membaiatnya”. (Fadhail ash-Shahabah, no. 976).


IV. PERISTIWA PENTING YANG TERJADI DI ZAMAN BELIAU

1. Perang Jamal (Tahun: 36 H)

Perang ini terjadi antara pasukan Ali bin Abi Thalib dengan pasukan Thalhah dan Zubair yang disertai Ummul Mukminin Aisyah yang menunggangi untanya dengan para pengikut mereka yang keluar dari Mekkah ke Basrah menuntut qishosh para pembunuh Utsman, Tatkala mereka sampai di Basrah mereka dihadang oleh Utsman bin Hanif sebagai gubernur Basrah yang dilantik oleh Ali, sehingga terjadilah peperangan antara pasukan Thalhah dengan pasukan Utsman bin Hanif, mendengar hal itu Ali bin Abi Thalib keluar dari Madinah menuju Basrah dengan membawa pasukan sebanyak 10 ribu personil untuk memerangi Thalhah dan Zubair.

Sesampai disana Ali mengutus Miqdad bin Aswad dan Qa’qa’ bin Amr untuk berbicara dengan Thalhal dan Zubair agar tidak terjadi peperangan, mereka sepakat untuk tidak terjadi perang dan mengqishosh para pembunuh Utsman akan tetapi berbeda dalam waktunya.

Mendengar kesepakatan tersebut para pembunuh Utsman merasa gelisah dan terancam, lalu mereka membuat makar sehingga terjadilah fitnah dan peperangan yang menyebabkan pertumpahan darah yang menelan korban yang banyak dari kalangan kaum muslimin.

Diantara yang terbunuh adalah Thalhah, Zubair dan Muhammad bin Thalhah, sebenarnya Zubair tidak ikut dalam perang tersebut, akan tetapi dia dibunuh oleh Ibnu Jarmuz dengan penipuan.

Adapun Thalhah terkena anak panah tanpa sengaja di lukanya yang lama sehingga menyebabkan kematian beliau.

Pada hakekatnya tidak ada yang menang dalam pertempuran ini, akan tetapi kerugian yang besar yang telah menimpa Islam dan kaum muslimin.

Setelah berakhir perang Ali berjalan melihat para korban, tatkala beliau menemukan Thalhah bin Ubaidillah, kemudian beliau mendudukkannya dan mengusap debu dari wajahnya seraya berkata: “Sungguh sangat berat bagiku melihat tergeletak dibawa bintang-bintang langit wahai Abu Muhammad”. Lalu beliau menangis seraya berkata: “seandainya aku meninggal sebelum kejadian ini selama 20 tahun”. (Tarikh Dimasyq –mukhtashar– 11: 207)

Tatkala Ibnu Jarmuz masuk menjumpai Ali dengan membawa pedang Zubair seraya mengatakan: saya telah membunuh Zubair, tatkala mendengar hal itu Ali berkata: ini adalah pedang yang dahulunya selalu membela Rasulullah j,


lalu beliau berkata: Kabarkan kepada pembunuh Ibnu Shafiyah (Zubair) dengan Neraka”. Dan tidak mengizinkan untuk masuk menjumpai beliau. (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat-nya 3/105 dengan sanad yang shohih)

2. Perang Shiffin (Tahun: 37 H)

Terjadi antara pasukan Ali yang datang dari Kufah dengan pasukan Mu’awiyah yang berada di Syam, yang tidak mau membaiat Ali sebelum beliau mengqishoh para pembunuh Utsman z. Ali berijtihad bahwa Mu’awiyah harus berbaiat dulu baru setelah itu mengqishoh para pembunuh apabila keadaan telah stabil dan kondisi telah aman. Akan tetapi Mu’awiyah tetap memegang pendapatnya untuk menuntut para pembunuh Ustman, karena Utsman adalah anak paman beliau, jadi beliaulah sebagai wali yang berhak menuntut darahnya.

Mu’awiyah tidak mengingkari keutamaan Ali dan berhaknya beliau menjadi Khalifah apalagi menuntut khilafah, oleh karena itu perang yang terjadi bukan merebut kekuasaan, akan tetapi karena perbedaan dalam ijtihad tentang mengqishoh para pembunuh Utsman.

Perang ini berlangsung selama tiga hari tiga malam yang telah menelan korban yang banyak dikalangan dua pasukan, sehingga berakhir dengan perdamaian .(التحكيم)

Diantara yang terbunuh adalah Ammar bin Yasir dari pasukan Ali, yang dalam hadits Rasulullah mengatakan:

)يا عمار تقتلك الفئة الباغية( متفق عليه“Wahai Ammar kamu akan dibunuh oleh golongan yang menentang”.

V. SIKAP AHLUSSUNNAH TERHADAP FITNAH YANG TERJADI DIKALANGAN SHAHABAT

1. Tidak ikut campur dalam fitnah yang terjadi di kalangan mereka.

Ini merupakan salah satu prinsip Ahlussunnah dalam beragama, karena Allah telah menyelamatkan kita dari ikut campur dalam pertumpahan darah tersebut, maka kita tidak boleh mengikut campurkan lisan kita dalam pertikaian tersebut.

Dari Umar bin Abdulaziz v tatkala beliau ditanya tentang Ali dan Utsman dan (perang) Shiffiin dan apa yang terjadi antara mereka, beliau menjawab: “Itu adalah pertumpahan darah yang Allah selamatkan (bersihkan) tanganku dari ikut


campur didalamnya, maka aku tidak suka untuk mengikut sertakan lisanku dalam kejadian tersebut”. 1

2. Meyakini bahwa fitnah yang terjadi karena perbedaan ijtihad bukan merebut kekuasaan.

Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata: “Dan adapun yang terjadi antara Ali dan Az-Zubair bersama A’isyah - hanya berdasarkan ta’wil dan ijtihad, Ali adalah seorang imam dan semua mereka adalah ahli ijtihad (orang yang berhak berijtihad) dan semuanya telah disaksikan (dijamin) oleh Rasulullah j masuk surga, maka ini menjelaskan bahwasanya mereka semuanya benar dalam ijtihad tersebut.

Begitu juga yang terjadi antara Ali dan Mu’awiyah c berdasarkan ta’wil dan ijtihad, dan seluruh shahabat adalah para imam yang terpercaya (jujur) tidak diragukan agama mereka, karena Allah dan Rasul-Nya telah memuji mereka secara keseluruhan, dan memerintahkan kita untuk menghormati, memuliakan dan mencintai mereka dan berlepas diri dari setiap orang yang mencela salah seorang dari mereka –semoga Allah meridhai mereka semua–”. 2

3. Mendo’akan ampunan dan rahmat bagi mereka, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah .

ثز ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پ ڀ ڀ ڀ ڀ ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ثر

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr [59]: 10)

4. Tidak mencela dan membenci mereka akan tetapi selalu mengatakan yang terbaik tentang mereka.

Imam Al-Barbahari berkata: “Apabila kamu melihat seorang mencela salah seorang shahabat Nabi shalallahu’alihi wasallam maka ketahuilah bahwa ia adalah orang yang memiliki perkataan jelek dan (pengikut) hawa nafsu, berdasarkan sabda Rasulullah j: (( إذا ذكر أصحابي فأمسكوا)) “Apabila disebut para shahabatku maka

1 Dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqaat (5/307) Dan lihat Assunnah, Al-Khallal (1/62).2 Al-Ibanah ‘an Ushuliddiyanah (hal: 224, 225).


tahanlah (lisan) kalian”.3 Dan Rasulullah j telah mengetahui kesalahan yang akan muncul dari mereka sesudah beliau wafat 4, akan tetapi beliau tidak mengatakan tentang mereka kecuali kebaikan…Dan janganlah kamu membicarakan sedikitpun tentang kesalahan dan peperangan mereka dan apa yang tidak kamu ketahui tentangnya, dan janganlah kamu dengarkan seseorang membicarakan hal itu, karena (tidak ada jaminan) hatimu akan bisa selamat tatkala mendengarnya”. 5

Demikian mudah-mudahan bermanfaat.

د وعلى آله وصحبه أجمعين م على نبينا محم ه وسل وصلى الل

3 Dikeluarkan oleh Ath-Thabraani dalam “Al-Kabiir” dari hadits Abdullah bin Mas’ud (10/198) (no. 448) Dan Abu Nu’aim dalam “Al-Hilyah” (4/108) Dan dihukumi oleh Allamah Al-Albani sebagai hadits shohih dengan kumpulan Thuruq nya dalam As-Silsilah Ash-Shohihah (no.34).

4 Maksudnya: Berdasarkan wahyu yang Allah sampai kepada beliau, karena Nabi ` telah mengabarkan tentang peperangan yang terjadi antara shahabat, seperti pengabaran beliau tentang Hasan bin Ali c bahwa Allah akan mendamaikan dengannya antara dua golongan dari kaum muslimin. Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (no:3746) dan hadits-hadits yang lain yang menjelaskan bahwa Allah mengabarkan kepada Nabi-Nya tentang peperangan yang terjadi antara shahabat –semoga Allah meridhai mereka semua–.

5 Syarhussunnah (hal:115).

buku ma teri e r i n k a j ia 2 k a j i a n is l a m s m j ... · buku ma teri k a j i a n is l a m...

Documents