buku petunjuk praktikum
DESCRIPTION
buku petunjuk praktikum untuk praktik kimia organikTRANSCRIPT
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
1
1
Tata Tertib Laboratorium
1. Mahasiswa harus hadir di laboratorium kimia organik tepat waktu dan
mengambil tempat yang sudah disediakan sesuai dengan kelompoknya
masing-masing. Mahasiswa yang terlambat lebih dari 20 menit setelah
praktikum dimulai tanpa ada alasan yang dapat diterima, tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
2. Jas praktikum harus dipakai selama berada dalam laboratorium.
3. Pada waktu presensi, mahasiswa harus menyerahkan laporan resmi
praktikum sebelumnya. Laporan resmi dibuat satu buah setiap kelompok.
4. Sebelum praktikum dimulai, diadakan diskusi di laboratorium tentang
materi/mata praktikum yang akan dipraktikumkan pada hari tersebut,
dimana salah satu kelompok akan mempresentasikan sesuai pembagian
jadwal yang telah ditentukan.
5. Data praktikum yang diperoleh dicatat pada lembar laporan sementara dan
dimintakan tanda tangan asisten/dosen jaga dengan memperlihatkan produk
hasil praktikum.
6. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang tidak dapat
diterima tidak akan diberi kesempatan untuk mengulang.
7. Kecuali dengan alasan yang kuat, mahasiswa hanya diperbolehkan inhal
sebanyak-banyaknya 2 (dua) mata praktikum. Bila inhal lebih dari itu,
mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan gagal mengikuti praktikum.
8. Mahasiswa dilarang makan, minum, merokok, dan bersolek di dalam
laboratorium.
9. Semua mahasiswa harus menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan
selama menjalankan praktikum.
~Pengelola Praktikum Kimia Organik~
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
2
2
Arahan Keselamatan Kerja Di Dalam Laboratorium
Untuk memperoleh keadaan yang selamat di dalam laboratorium dan untuk
menghindari terjadinya kecelakaan, kita perlu berhati-hati jika menggunakan bahan-
bahan kimia dan alat-alat laboratorium. Banyak pelarut organik (eter, benzene,
petroleum eter, etanol, dan lain-lain) bersifat mudah terbakar. Pelarut-pelarut
tersebut harus digunakan secara hati-hati. Kerja-kerja utama yang melibatkan
pelarut organik di dalam laboratorium adalah: Destilasi, rekristalisasi, ekstraksi.
Jika melakukan kerja-kerja tersebut, langka-langkah keselamatan berikut ini
harus dipatuhi guna menghindari kecelakaan.
1. Bila menggunakan bahan organik yang mudah menguap dan terbakar seperti
eter, aseton, benzene, dan lain-lain, juga percobaan yang melibatkan bau busuk
atau asap beracun harus dilakukan di almari asam.
2. Jangan lakukan pemanasan bahan yang mudah menyala dengan api secara
langsung.
3. Pastikan keadaan sekeliling aman jika hendak menggunakan api. Api harus
dipadamkan jika tidak diperlukan.
4. Gunakan batu didih bila mendidihkan cairan. Jangan menambah/memasukkan
batu didih ketika cairan tersebut sedang dipanaskan. Biarkan cairan tersebut
dingin terlebih dahulu.
5. Ketika memanaskan bahan kimia di dalam tabung uji, jangan arahkan mulut
tabung ke arah diri sendiri atau oranglain. Bila ada, pakailah kacamata
keselamatan.
6. Pastikan bahan kimia yang digunakan benar serta ikuti arahan dengan rapi.
Ambil bahan kimia sebanyak yang diperlukan saja.
7. Jangan cemari bahan uji/reagen. Bahan uji/reagen yang sudah diambil tidak
boleh dikembalikan lagi ke tempat asal.
8. Bahan kimia yang akan dibuang harus dikumpulkan di tempat yang telah
disediakan. Limbah yang mengandung “chlorinated hydrocarbon” seperti
kloroform dan diklormetan, harus dipisahkan dari limbah lain.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
3
9. Segala kerusakan alat di dalam laboratorium harus segera dilaporkan pada
aisten/dosen jaga.
10. Cairan-cairan yang mempunyai titik didih rendah seperti eter, aseton, methanol,
etanol, dan lain-lain harus disuling menggunakan penangas air (waterbath) yang
dipanaskan dengan pemanas listrik.
11. Jika akan melakukan destilasi, pastikan sambungan-sambungan dipasang
dengan benar dan alat-alat diklem dengan baik. Semua sambungan kaca
haruslah bersih dan oleskan “grease” seperti vaselin dengan cermat sebelum
dipasang.
12. Saat destilasi, pastikan air mengalir melalui kondensor/pendingin secara terus
menerus. Pastikan selang dipasang pada kran dengan benar dan tidak mudah
lepas.
13. Jangan gunakan kain untuk memadamkan api (kecuali api kecil), tapi gunakan
karbpn dioksida (dari alat pemadam api). Jangan gunakan air jikan ada natrium
atau kalium.
14. Jika pakaian terbakar, selubungi dengan kain basah atau arahkan karbon
dioksida ke korban. Jangan gunakan pemadam api yang menggunakan karbon
tetra klorida karena beracun.
15. Jika terjadi kebakaran atau mendengar isyarat kebakaran, segera tinggalkan
laboratorium dengan tenang ke tempat yang aman. Jika kebakaran/kecelakaan
kecil terjadi, berusahalah untuk mengatasinya dengan bijaksana.
16. Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi pada dosen jaga.
17. Dapatkan nasehat/keterangan dari dosen/asisten jaga mengenai segala sesuatu
yang berkaitan dengan hal-hal praktikum sebelum memulai percobaan.
18. Semua mahasiswa tidak dibenarkan bekerja di laboratorium tanpa kehadiran
dosen/asisten jaga.
19. Setelah selesai melakukan praktikum dan sebelum meninggalkan laboratorium,
bersihkan semua alat yang digunakan dan simpanlah di tempat yang sudah
disediakan dengan rapi. Sebelum meninggalkan laboratorium, pastikan bahwa
semua alat listrik dan lampu sudah dimatikan.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
4
3
Rekristalisasi
Pemilihan solven/pelarut
Sebelum memulai rekristalisasi, kita harus memilih solven yang sesuai.
Dengan mengenali struktur dari senyawa yang akan direkristalisasi akan
membantu kita dalam memilih pelarut yang sesuai. Meskipun demikian, pemilihan
solven merupakan problem eksperimental yang dapat dipecahkan melalui “trial and
error”.
Kriteria pemilihan solven yang baik adalah:
1. Senyawa yang akan direkristalisasi harus mudah larut dalam solven yang
panas dan tidak larut dalam solven yang dingin.
2. Idealnya, pengotor dalam sampel senyawa tersebut tidak larut dalam solven
yang panas dan mudah larut dalam solven yang dingin.
3. Titik didh solven adalah 50-120oC.
4. Titik didih solven harus lebih rendah dari titik lebur senyawa yang
direkristalisasi.
5. Solven tidak bereaksi (inert) terhadap senyawa.
6. Solven mempunyai toksisitas rendah.
Senyawa organik yang berbentuk padat dapat dimurnikan dengan jalan
rekristalisasi. Tahap dalam proses rekristalisasi adalah:
1. Pemilihan solvent/pelarut yang sesuai.
2. Pelarutan sampel dalam sesedikit mungkin solvent yang mendidih.
3. Penyaringan larutan yang panas untuk memisahkan pengotor yang tidak
larut.
4. Pendinginan larutan untuk memacu rekristalisasi.
5. Pemisahan/penyaringan padatan/kristal yang terbentuk dari larutannya
(“mother liquor”).
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
5
6. Pencucian padatan/kristal pada kertas saring dengan mengunakan sesedikit
mungkin pelarut dingin untuk menghilangkan tapak-tapak “mother liquor”.
7. Pengeringan padatan yang diperoleh.
Arang aktif
Seringkali senyawa organik padat mengandung pengotor yang berwarna.
Pengotor ini biasanya sangat polar karena mengandung ikatan rangkap dua atau
tiga dan gugus-gugus kromofor seperti: -NO2, -CN, -N=N-, dan sebagainya.
Pengotor seperti ini dapat dihilangkan dengan penambahan arang penjerap ke
dalam larutan yang panas. Arang penjerap ini memiliki luas permukaan yang sangat
besar dimana senyawa polar akan teradsorbsi. Karena senyawa yang direkristalisasi
juga dapat teradsorbsi, maka jumlah arang aktif yang digunakan tidak boleh terlalu
banyak. Kira-kira 10-20 mg arang per gram sampel cukup untuk tujuan ini. Suspensi
ini kemudian disaring dalam keadaan panas menggunakan penyaring panas untuk
menghindari terjadinya kristalisasi dini pada filter/corong.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
6
Rekristalisasi menggunakan campuran pelarut
Seringkali kita tidak mendapatkan solven tunggal yang sesuai untuk
rekristalisasi. Pada kasus seperti ini, campuran/pasangan solven harus digunakan.
Syaratnya adalah senyawa (analit) tersebut harus mudah larut dalam solven I (good
solvent) dan tidak laru dalam solven II (bad solvent). Sampel mula-mula dilarutkan
dalam seminimal mungkin solven I yang mendidih, kemudian ditambahkan tetes
demi tetes solven II. Penambahan solven ini akan menimbulkan kabut
(pengendapan senyawa) yang akan larut bila digojog. Penambahan solven II
diteruskan hingga terbentuk kabut yang tetap. Pada saat tersebut beberapa tetes
solven I ditambahkan hanya untuk membuat kabut tersebut hilang. Larutan
kemudian disaring dan dibiarkan mengkristal pada suhu dingin. Padatan yang
terbentuk kemudian disaring, dicuci, dan dikeringkan.
Pasangan solven yang baik untuk rekristalisasi adalah: etanol-air, methanol-
air, aseton-petroleum eter, toluene-petroleum eter, etanol-teluen, dan asam asetat-
air.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
7
Percobaan 1
PEMBUATAN ASETALDEHID
A Tujuan Percobaan
Mengenal reaksi pembuatan aldehida
Memahami persamaan dan perbedaan sifat kimia aldehida dan keton
Menganal cara destilasi
B Pengantar
Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsional karbonil, C=O. Aldehida
dapat dibuat dari oksidasi alkohol primer dan dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi
asam karboksilat. Keton dapat dibuat melalui oksidasi alkohol sekunder dan tidak
dapat dioksidasi lebih lanjut. Aldehid dan keton mengalami reaksi umum bagi
senyawa karbonil.
C Bahan yang Digunakan
Etanol (C2H5OH)
Kalium bikromat (K2Cr2O7)
Asam sulfat pekat (H2SO4)
Batu didih
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
8
D Alat yang Digunakan
Labu destilasi 125 mL
Pendingin Liebig
Erlenmeyer flask
Tabung reaksi
Dropple plat
Pipet tetes
E Cara Kerja
A. Aldehida
1. Pembuatan
Ke dalam labu destilasi masukkan 7,5 g kalium bikromat,
campuran dari 30 mL air dengan 5,5 mL asam sulfat pekat, kemudian 10
mL etanol 96%. Segera hubungkan dengan pendingin Liebig yang dialiri
air pendingin. Reaksi akan berjalan dengan sendirinya. Bila perlu
panaskan labu dengan nyala api yang kecil (Bunsen) secara merata.
Tampung destilat yang terbentuk dengan erlenmeyer flask. Lakukan
pengujian-pengujian terhadap destilat yang diperoleh.
2. Reaksi-reaksi terhadap asetaldehida
a. Reduksi larutan perak-amoniakal
Larutan perak amoniakal dapat dibuat dengan jalan: tambahkan
larutan natrium hidroksida agak berlebihan dalam larutan perak nitrat,
kemudian teteskan ammonia sehingga endapan yang mula-mula
terbentuk larut.
Masukkan destilat ke dalam tabung reaksi yang bersih dan
tambahkan beberapa tetes larutan perak amoniakal kemudian gojog.
Panaskan tabung reaksi di atas pemanas sampai suhu 70oC. Amati apa
yang terjadi.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
9
Reduksi larutan perak amoniakal adalah reaksi yang sangat
peka dan reaksi yang sangat umum erhadap aldehida. Reagensia yang
lebih peka dari larutan perak amoniakal adalah Reagen Tollens, yang
dapat dibuat dengan:
1) Larutan 10% perak nitrat dengan larutan 10% ammonia dengan
volume sama.
2) Larutan 10% natrium hidroksida.
Jika reagen ini akan digunakan, campurlah dulu kedua larutan
tersebut dengan volume yang sama.
b. Reaksi reagensia Fehling
Reagen ini terdiri dari 2 (dua) macam:
1) Fehling A, yaitu larutan 69,3 g tembaga sulfat dalam 1 liter air
2) Fehling B, yaitu larutan yang tiap liternya mengandung 346 g
garam kalium natrium tartrat dan 100 g natrium hidroksida.
Jika akan digunakan, campurlah Fehling A dan Fehling B
dengan volume yang sama.
Pada larutan destilat tambahkan sedikit reagen Fehling,
kemudian panaskan beberapa menit. Amati.
c. Pendamaran oleh alkali
Tambahkan destilat dengan 10% natrium hidroksida, kemudia
panaskan. Amati. Teruskan pemanasan, amati lagi.
d. Reaksi warna Schiff
Campurlah sebagian destilat dengan 5 mL reagensia Schiff dan
biarkan beberapa menit. Amati.
Reagensia Schiff dibuat dari: Larutkan 0,2 g Fuchsin dalam 20
mL larutan jenuh belerang dioksida dalam air selama 24 jam,
kemudian encerkan sampai 200 mL.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
10
e. Pembentukan fenil hidrazon
Pada larutan destilat tambahkan sedikit reagensia fenilhidrazin. Amati.
3. Reaksi terhadap formaldehida
Kerjakan reaksi a, b, c, d, dan e di atas terhadap larutan 5%
formaldehid. Amati.
B. Keton
Reaksi terhadap aseton:
1. Adisi natrium bisulfit
Pada 1 mL aseton tambahkan larutan natrium bisulfit yang pekat
sekali kemudian gojog dengan kuat. Amati. Encerkan campuran dengan
air, amati apa yang terjadi.
2. Pembentukan fenil hidrazon
Kerjakan percobaan ini seperti pada percobaan 2e di atas.
F Pertanyaan
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembuatan asetaldehida dari oksidasi etanol
menggunakan kalium bikromat di atas.
2. Selain kalium bikromat yang diasamkan, oksidator apa lagi yang bisa
digunakan?
3. Tuliskan reaksi yang terjadi pada reaksi-reaksi terhadap aldehid dan keton
tersebut di atas.
4. Apakah persamaan dan perbedaan reaksi aldehida dan keton?
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
11
Percobaan 2
PEMBUATAN ASAM BENZOAT
A Tujuan Percobaan
Mengenal reaksi pembauatan asam benzoat.
Mengenal rekristalisasi.
B Pengantar
Oksidasi alkohol primer biasanya menghasilkan aldehida yang dapat
dioksidasi lanjut menjadi asam karboksilat. Oksidator yang biasa digunakan untuk
tujuan ini adalah kalium permanganate dalam suasana netral, asam, atau basa.
Dalam percobaan ini benzil alkohol dioksidasi menjadi asam benzoat dengan
kalium permanganat dalam suasana basa. Asam benzoat akan berada sebagai garam
natriumnya. Jika diasamkan, maka akan terbentuk asam benzoat kembali.
C Bahan yang Digunakan
Benzil alkohol
Kalium permanganat (KMnO4)
Natrium karbonat (Na2CO3)
Asam klorida pekat (HCl)
Natrium bisulfit (NaHSO3)
Batu didih
Es batu
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
12
D Alat yang Digunakan
Labu alas bulat 125 mL
Pendingin Allihn
Kertas saring
Corong Buchner
Labu hisap
Gelas arloji
Kertas lakmus/indikator universal
E Cara Kerja
1. Larutkan kurang lebih 2 g natrium karbonat dalam 25 mL air dalam labu alas
bulat.
2. Masukkan 3 mL benzyl alkohol dan tambahkan 5 g kalium permanganat.
3. Masukkan 2-3 biji batu didih, sambungkan pendingin Allihn. Refluks hati-
hati campuran selama 30 menit.
4. Saring larutan panas tersebut dengan kertas saring, cuci dengan beberapa mL
air.
5. Bila filtrat masih berwarna merah jambu/coklat, tambahkan beberapa tetes
larutan 10% natrium bisulfit sehingga warna permanganat hilang.
6. Masukkan HCl pekat dengan hati-hati sambil diaduk hingga larutan menjadi
asam (cek dengan indikator).
7. Dinginkan campuran dalam wadah berisi es.
8. Asam benzoat yang terjadi disaring dengan corong Buchner.
9. Cuci dengan seditik air es dan sedot hingga sekering mungkin.
10. Keringkan hablur, timbang hasilnya, dan hitung rendemennya.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
13
Pemurnian asam benzoat
1. Panaskan air hingga suhunya 95oC.
2. Timbang sejumlah tertentu asam benzoat hasil dan masukkan ke dalam
erlenmeyer 50 mL. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil
dipanaskan hingga semua asam benzoat larut.
3. Masukkan arang penjerap dan panaskan lagi. Saring campuran panas melalui
kapas dengan menggunakan corong panas.
4. Jika larutan masih berwarna kuning, ulangi langkah nomor 3.
5. Panaskan lagi campuran dan saring segera melalui kertas saring, tampung
dalam erlenmeyer. Biarkan erlenmeyer dingin kemudian rendam dalam
wadah berisi es.
6. Saring hablur yang terbentuk dengan corong Buchner, cuci dengan sedikit air
es, dan sedot hingga seberapa kering yang mungkin.
7. Tentukan titik lebur dan hitung rendemen asam benzoat murni yang
diperoleh.
F Pertanyaan
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembuatan asam benzoat di atas.
2. Apa kegunaan dari HCL pekat? Jelaskan.
3. Tuliskan cara lain pembuatan asam karboksilat.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
14
Percobaan 3
PEMBUATAN ETIL ASETAT
A Tujuan Percobaan
Mengenal reaksi esterifikasi
Mengenal isolasi senyawa dengan jalan ekstraksi
B Pengantar
Ester merupakan senyawa karbonil yang termasuk dalam golongan turunan
asam karboksilat. Ester dapat dibuat dari reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
dengan adanya katalis asam. Reaksi esterifikasi adalah reaksi yang reversible.
Etil asetat dapat dibuat dari reaksi antara asam asetat dan etanol dengan adanya
katais asam.
C Bahan yang Digunakan
Asam asetat (CH3COOH)
Etanol (C2H5OH)
Asam sulfat pekat (H2SO4)
Larutan natrium bikarbonat jenuh (NaHCO3)
Kalsium klorida anhidrat (CaCl2)
Larutan natrium klorida jenuh (NaCl)
Lakmus biru
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
15
D Alat yang Digunakan
Labu alas bulat 125 mL
Pendingin Allihn
Pendingin Liebig
Corong pisah
Tabung reaksi
E Cara Kerja
1. Ke dalam labu alas bulat 125 mL, campurkan 15 g (+ 19 mL) etanol, 15 g (+ 15
mL) asam asetat, dan 8 g (+ 4,5 mL) asam sulfat pekat. Masukkan beberapa
butir batu didih.
2. Hubungkan dengan pendingin tegak, refluks selama 30 menit.
Isolasi
1. Ganti pendingin tegak dengan pendingin miring, panaskan campuran.
2. Ambil 10 tetes destilat, masukkan dalam 1 mL air. Jika terjadi 2 (dua) lapisan
berarti ester sudah terbentuk.
3. Masukkan destilat ke dalam corong pisah dan tambahkan larutan jenuh
natrium bikarbonat sambil digojog sampai tidak timbul lagi gas CO2 dan
lapisan ester (atas) tidak memerahkan lakmus biru.
4. Pisahkan lapisan ester dari lapisan air. Masukkan lapisan ester ke dalam
erlenmeyer dan lapisan air ke dalam corong pisah lagi.
5. Tambahkan larutan jenuh NaCl ke dalam corong pisah (lapisan air) dan
gojok. Tambahkan eter dan ekstraksi ester yang terlarut air menggunakan
eter. Pisahkan lapisan eter (yang berisi ester) dan campurkan dengan lapisan
ester terdahulu. Ekstraksi dilakukan 2-3 kali.
6. Tambahkan CaCl2 anhidrat ke dalam larutan ester, gojok, diamkan beberapa
menit lalu saring ke dalam labu alas bulat dan masukkan batu didih.
7. Hubungkan labu alas bulat ke pendingin Liebig dan destilasi eternya di atas
penangas air.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
16
Pemurnian
1. Destilasi kembali esternya dengan menggunakan labu, pendingin dan
penampung destilat yang bersih dan kering, lalu tetapkan indeks biasnya.
F Pertanyaan
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembuatan etil asetat di atas.
2. Apa kegunaan dari natrium bikarbonat.
3. Apa kegunaan dari CaCl2? Sebutkan reagen lain yang mempunyai kegunaan
yang sama.
4. Tuliskan mekanisme reaksi hidrolisis ester.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
17
Percobaan 4
PEMBUATAN IODOFORM
A Tujuan Percobaan
Mengenal reaksi halogenasi karbonil (substitusi α).
B Pengantar
Karena pengaruh gugus karbonil, hidrogen α bersifat asam, sehingga mudah
ditukar-gantikan oleh elektrofil lain. Dalam hal ini atom karbon α berlaku sebagai
karbanion. Salah satu reaksi substitusi α adalah pembentukan iodoform.
CH3-CO-CH3 + I2 CHI3 + CH3-COONa
C Bahan yang Digunakan
Aseton (C3H6O)
Kalium iodida (KI)
Iodium (I2)
Natrium hidroksida (NaOH)
Kaporit (CaOCl2)
Etanol (C2H5OH)
Larutan perak nitrat (AgNO3)
D Alat yang Digunakan
Labu alas bulat 250 mL.
Pendingin balik
Pemanas air
Gelas ukur, gelas arloji
NaOH
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
18
E Cara Kerja
Cara Kerja I:
1. Ke dalam labu alas bulat 250 mL dimasukkan 6 g KI dan 100 mL akuades,
kemudian 2 mL aseton. Tambahkan larutan 5% kaporit tetes demi tetes
sambil digojok sampai tidak timbul endapan lagi. Diamkan campuran selama
10 menit, kemudian saring dengan corong Buchner. Cuci kristal 3 (tiga) kali
dengan akuades.
2. Pemurnian: Masukkan kristal dalam erlenmeyer 100 mL, tambahkan etanol
secukupnya sambil dipanaskan di penangas air, sampai semua kristal tepat
larut. Dalam keadaan panas larutan disaring dengan penyaringan panas.
3. Filtrat dinginkan, kemudian saring dengan saringan hisap dan keringkan.
4. Tentukan rendemen dan titik leburnya.
5. Tes dengan larutan perak nitrat.
Cara Kerja II:
1. Ke dalam erlenmeyer flask 200 mL masukkan 2,5 g iodium, kemudian
tambahkan 2 mL aseton.
2. Tambahkan NaOH 8 N bertetes-tetes (sedikit demi sedikit). Bila terjadi panas,
dinginkan erlenmeyer dalam wadah yang berisi air sambil digojog hingga
terjadi kristal kuning.
3. Setelah terjadi kristal kuning, segera encerkan dengan air sebanyak 75 mL.
4. Saring kristal dengan corong Buchner.
5. Cuci kristal tersebut dengan air hingga tidak bereaksi alkalis lagi. Lakukan
rekristalisasi iodoform menggunakan etanol seperti di atas.
F Pertanyaan
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan iodoform.
2. Apa kegunaan kaporit dalam percobaan I?
3. Syarat apa yang harus dimiliki suatu senyawa agar bisa membentuk reaksi
iodoform?
4. Apa kegunaan iodoform dalam kehidupan sehari-hari?
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
19
Percobaan 5
PEMBUATAN DIBENZALASETON
A Tujuan Percobaan
Mengenal reaksi kondensasi karbonil.
B Pengantar
Jika aseton sebanyak satu takaran dan benzaldehida sebanyak dua takaran
dibasakan dengan natrium hidroksida, reaksi kondensasi senyawa karbonil akan
terjadi menghasilkan dibenzalaseton.
C Bahan yang Digunakan
Aseton
Benzaldehida
Natrium hidroksida
Etanol
Es
D Alat yang Digunakan
Erlenmeyer flask bertutup
Gelas ukur
Corong Buchner
Labi hisap
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
20
E Cara Kerja
1. Ke dalam erlenmeyer flask 250 mL masukkan 2,5 mL benzaldehida dan 1 mL
aseton di dalam 25 mL etanol.
2. Encerkan 6 mL larutan 10% NaOH dengan 19 mL akuades dan campurkan
larutan ini ke dalam larutan beralkohol tersebut.
3. Tutup erlenmeyer dengan gabus dan gojog kuat-kuat selama 10 menit.
4. Biarkan 30 menit sambil sesekali digojog dan dinginkan dalam air es
beberapa menit.
5. Dinezalaseton akan terbentuk sebagai hablur kuning dengan segera.
6. Saring hablur tersebut dengan corong Buchner dan cuci dengan air untuk
menghilangkan alkali yang ada.
7. Keringkan dan hitung rendemennya.
F Pertanyaan
1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan dibenzalaseton di atas.
2. Apa nama reaksi kondensasi tersebut?
3. Tuliskan jenis kondensasi karbonil yang lain dan tulis mekanismenya.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
21
DAFTAR PUSTAKA
Adam R. and Johnson, 1963, Laboratory Experiments in Organic Chemistry, 5th Ed.,
The Macmillan, New York, USA.
Fieser, LP., 1957, Experiments in Organic Chemistry, 3rd Ed., D.C. Health and
Company, Boston, USA.
Vogel, AI., 1978, A Textbook of Practical Organic Chemistry, 4th Ed., Longman,
London, Inggris.
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
22
LAMPIRAN
Gambar Alat Laboratorium yang Terkait
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
23
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
24
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
25
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
26
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
27
Praktikum Kimia Organik – DIII Farmasi – Poltekkes Permata Indonesia
28