buku=apoteker

4
Apoteker. Siapa dan Kenapa?! “The greatest discovery of all time is that a person can change his future by merely changing his attitude.” Oprah Winfrey Salah satu koleksi buku saya yang merupakan himpunan ribuan kata-kata mutiara dari berbagai tokoh sepanjang sejarah, memberikan inspirasi untuk menuliskan sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan kenyataan bahwa saya, dan “mungkin” mayoritas kolega-kolega saya yang lain sering merasa bahwa eksistensi fungsional kami sebagai salah satu dari sekian banyak kategori tenaga profesional kesehatan, masih kurang “dimaksimalkan” tidak hanya oleh masyarakat, bahkan oleh tenaga profesional kesehatan lain. Saya menggunakan istilah “eksistensi fungsional kurang dimaksimalkan” alih-alih “tidak eksis” karena saya yakin, eksistensi kami sudah diketahui oleh masyarakat luas. Ketika anda menanyakan “Siapa itu Apoteker?” ke banyak kalangan masyarakat, mereka jelas akan menjawab mereka ahli obat, dan sejenisnya. Itu artinya mereka tahu betul siapa kami. Sayangnya, mereka hanya sebatas tahu kami siapa, tapi tidak paham betul kami bisanya apa saja, selain memajang nama kami di apotek-apotek yang mereka kunjungi. Beberapa dari kami mungkin rutin bertatap muka langsung dengan pasien saat mereka membeli obat, untuk menyampaikan beberapa patah kata yang berkaitan dengan aturan pakai dan keterangan lain yang dianggap perlu disampaikan. Saya akan coba kemukakan apa sebenarnya yang menjadi masalah sehingga para Apoteker, tidak begitu mendapat tempat di hati msayarakat. Tidak hanya dari sudut pandang seorang Apoteker, tapi juga dari pandangan masyarakat umum, karena saya toh seorang Apoteker yang juga seorang masyarakat biasa, semua hanya masalah penempatan diri. Penempatan diri itu sangat penting, supaya sudut pandang kita luas, bisa menyikapi suatu hal dengan adil, tidak hanya dari satu sudut pandang. Seperti yang pak Mario Teguh sering implikasikan pada otak saya setiap minggu malam “Hidup dan bertindak itu harus adil, supaya bisa

Upload: renaldi-mcjimmy

Post on 25-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Proyek Buku yg Akan saya selesaikan.

TRANSCRIPT

Apoteker. Siapa dan Kenapa?!

The greatest discovery of all time is that a person can change his future by merely changing his attitude. Oprah Winfrey

Salah satu koleksi buku saya yang merupakan himpunan ribuan kata-kata mutiara dari berbagai tokoh sepanjang sejarah, memberikan inspirasi untuk menuliskan sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan kenyataan bahwa saya, dan mungkin mayoritas kolega-kolega saya yang lain sering merasa bahwa eksistensi fungsional kami sebagai salah satu dari sekian banyak kategori tenaga profesional kesehatan, masih kurang dimaksimalkan tidak hanya oleh masyarakat, bahkan oleh tenaga profesional kesehatan lain.

Saya menggunakan istilah eksistensi fungsional kurang dimaksimalkan alih-alih tidak eksis karena saya yakin, eksistensi kami sudah diketahui oleh masyarakat luas. Ketika anda menanyakan Siapa itu Apoteker? ke banyak kalangan masyarakat, mereka jelas akan menjawab mereka ahli obat, dan sejenisnya. Itu artinya mereka tahu betul siapa kami. Sayangnya, mereka hanya sebatas tahu kami siapa, tapi tidak paham betul kami bisanya apa saja, selain memajang nama kami di apotek-apotek yang mereka kunjungi. Beberapa dari kami mungkin rutin bertatap muka langsung dengan pasien saat mereka membeli obat, untuk menyampaikan beberapa patah kata yang berkaitan dengan aturan pakai dan keterangan lain yang dianggap perlu disampaikan.

Saya akan coba kemukakan apa sebenarnya yang menjadi masalah sehingga para Apoteker, tidak begitu mendapat tempat di hati msayarakat. Tidak hanya dari sudut pandang seorang Apoteker, tapi juga dari pandangan masyarakat umum, karena saya toh seorang Apoteker yang juga seorang masyarakat biasa, semua hanya masalah penempatan diri. Penempatan diri itu sangat penting, supaya sudut pandang kita luas, bisa menyikapi suatu hal dengan adil, tidak hanya dari satu sudut pandang. Seperti yang pak Mario Teguh sering implikasikan pada otak saya setiap minggu malam Hidup dan bertindak itu harus adil, supaya bisa adil, jangan terburu-buru menempatkan keberpihakan sebelum melihat suatu masalah dari semua sudut pandang yang ada.

Saya ingat betul pada salah satu sesinya, masih berbicara tentang pak Mario, ada keluhan seorang ibu rumah tangga yang merasa suaminya tidak berjuang membahagiakan istri, suami dinilai tidak harmonis oleh sang istri. Ketika itu, dengan gaya khasnya, hal pertama yang diucapkan oleh pak Mario setelah si ibu menyampaikan keluhannya adalah, Ibu... Maaf, saya harus bersikap adil disini, karena suami Ibu tidak hadir disini untuk membela dirinya atas keluhan-keluhan ibu tadi, maka yang saya bisa lakukan hanyalah memberi saran kepada ibu, bahwasanya keharmonisan rumah tangga itu tidak hanya tanggungjawab suami, tapi semua yang ada di dalamnya, termasuk istri dan anak-anak.

Maksud beliau saat itu adalah, seringkali kita menyalahkan dan menuntut orang lain, atas ketidakadilan yang terjadi pada diri kita, padahal sebenarnya diri kita sendirilah yang menyebabkan ketidak adilan dan ketidakberuntungan pada kita itu terjadi. Saat itu Pak Mario dengan halus bertanya apakah si Ibu di rumah berusaha terlihat dan bersikap menarik bagi suami, apakah ibu menjaga hati suaminya dengan berkata-kata halus pada suami, memasak menu yang disukai suami, bersikap romantis pada suami, dan hal-hal lain yang pada intinya apakah si Ibu tadi juga berusaha menjaga keharmonisan rumah tangga.

Ternyata benar, si ibu tadi mengaku bahwa hal-hal yang disebutkan Pak Mario tadi, adalah hal-hal yang tidak pernah lagi dilakukan si Ibu sejak lama. Cukup lama sampai-sampai si Ibu lupa kapan terakhir kali si ibu memanggil suaminya Sayang, Ayah, Suamiku atau bentuk panggilan mesra dengan nada yang halus dan lembut. Anda pun akhirnya bisa menarik kesimpulan terkait siapa yang salah dalam ketidakharmonisan dalam keluarga Ibu tadi? Pendapat anda tentu berbeda dengan pendapat orang lain. Apakah salah suami, salah istri, atau mungkin keduanya? Ingat, dalam hidup kita harus adil. Dalam hal ini, Pak Mario mengingatkan si Ibu untuk bersikap adil kepada suami.

Cara si Ibu untuk bersikap adil kepada suaminya saat menuntut untuk diperlakukan sebagaimana yang istri idam-idamkan, sebenarnya sangat sederhana. Kata kuncinya adalah Mulai dari diri sendiri. Hukum paling universal yang bisa dijelaskan dari berbagai bidang sains maupun teologi, bahwasanya segala sesuatu hal yang kita lakukan akan menghasilkan sesuatu/resultan. Sederhananya, apapun yang kita lakukan, baik maupun buruk, akan kita tuai hasilnya. Apakah kemudian hal yang kita lakukan itu berdampak terhadap orang lain, jawabannya adalah YA!. Efek dari segala perbuatan yang kita lakukan kompleksitasnya sangat besar, apabila saya harus jelaskan, akan memerlukan banyak sekali tenaga bagi saya untuk menuliskan, dan lebih banyak lagi tenaga anda untuk membacanya.

Ketika anda sudah sependapat bahwa segala tergantung dengan apa yang anda lakukan. Namun jika anda pernah mendengar sebuah teori yang disebut Butterfly Effect, kalau ingin rumah tangga harmonis, jangan hanya menuntut suami, tapi instrospeksi diri dulu, mungkin penyebabnya adalah diri sendiri.

Baiklah, sudah cukup jauh cerita saya melebar, tapi sebenarnya apa yang saya ceritakan tadi berhubungan dengan maksud utama tulisan ini. Sebelum anda mulai berencana berhenti melanjutkan membaca tulisan ini, saya akan kembali pada sudut pandang yang akan saya jabarkan terkait permasalahan ketidakmaksimalan fungsi seorang apoteker di mata masyarakat dan tenaga medis lain. Hal ini akan sangat erat kaitannya dengan Bersikap Adil yang saya kemukakan di awal.

Di rumah sakit, klinik maupun puskesmas, sebagai sarana kesehatan umum di berbagai lokasi di Indonesia, didalamnya terdapat 3 kategori profesional kesehatan yang paling terkenal di mata masyarakat yakni dokter (dokter gigi maupun spesialis), bidan dan perawat, sementara tenaga kesehatan yang lainnya sering secara kreatif dimasukkan oleh masyarakan awam kedalam salah satu dari ketiga kategori tadi. Entah atas dasar apa kreatifitas penamaan itu muncul, tapi menurut saya dasar utamanya adalah kostum.

Sebagai contohnya, di rumah sakit, apabila yang mondar-mandir di sekitar pasien adalah orang berpakaian putih-putih tanpa memegang stetoskop, maka gampang sekali mereka akan mengasumsikan orang itu sebagai Perawat. Namun, uniknya lagi, hanya perawat wanita yang memiliki nama panggilan yang sudah menempel di lidah dan kepala masyarakat, yaitu Sust kependekan dari Suster. Sementara untuk perawat laki-laki yang juga mengenakan pakaian putih-putih di RS, mereka hanya akan dikenali sebagai perawat, tapi tidak memiliki nickname kondang layaknya perawat wanita. Paling-paling dipanggil atau disapa dengan Mas atau Pak. Tidak mungkin dipanggil Wat.

Sementara itu, bagi tenaga medis yang sering muncul dengan pakaian kemeja casual dilengkapi dengan jas putih atau cukup dengan stetoskop melingkar di leher, dan kadang-kadang berjalan diiringi oleh perawat dan tenaga medis lain, sudah pasti akan sangat dikenali sebagai dokter, yang sering disapa Dok.