bulan mei 2019 -...

22
1 BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR …………TAHUN 2019 TENTANG PERLINDUNGAN POHON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa pohon memiliki peranan yang penting dalam rangka menjaga kelangsungan hidup bagi seluruh makhluk hidup, sehingga keberadaannya perlu dilindungi dan dilestarikan; b. bahwa untuk memenuhi hak atas lingkungan yang baik, sehat dan aman bagi masyarakat perlu dilakukan perlindungan pohon untuk menjaga pohon serta lingkungan agar dapat berfungsi secara optimal, lestari dan aman bagi warga di sekitarnya; c. bahwa dalam rangka melindungi dan melestarikan pohon yang dikuasai Pemerintah Daerah, perlu upaya perlindungan melalui kebijakan pengendalian dan pengawasan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan Pohon; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik DRAFT AKHIR BULAN MEI 2019

Upload: others

Post on 02-May-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

1

BUPATI TUBAN

PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN

NOMOR …………TAHUN 2019

TENTANG

PERLINDUNGAN POHON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TUBAN,

Menimbang : a. bahwa pohon memiliki peranan yang penting dalam

rangka menjaga kelangsungan hidup bagi seluruh

makhluk hidup, sehingga keberadaannya perlu

dilindungi dan dilestarikan;

b. bahwa untuk memenuhi hak atas lingkungan yang

baik, sehat dan aman bagi masyarakat perlu dilakukan

perlindungan pohon untuk menjaga pohon serta

lingkungan agar dapat berfungsi secara optimal, lestari

dan aman bagi warga di sekitarnya;

c. bahwa dalam rangka melindungi dan melestarikan

pohon yang dikuasai Pemerintah Daerah, perlu upaya

perlindungan melalui kebijakan pengendalian dan

pengawasan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan

Pohon;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam

Lingkungan Propinsi Djawa Timur (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik

DRAFT AKHIR

BULAN MEI 2019

Page 2: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

2

Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3419);

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3888);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5059);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013

Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5432);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),

sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4655);

Page 3: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

3

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2017 tentang Pembinaan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 73 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

12. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan;

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M

Tahun 2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada

Sistem Jaringan Jalan;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk

Hukum Daerah;

15. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 14 Tahun

2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun

2016 Seri D Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Tuban Nomor 67);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 4 Tahun

2018 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah

(Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2018 Seri

E Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten

Tuban Nomor 92);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TUBAN

dan

BUPATI TUBAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN

POHON.

Page 4: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

4

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Tuban.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tuban.

3. Bupati adalah Bupati Tuban.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat

DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Tuban.

5. Dinas adalah Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman.

6. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah yang berada di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tuban.

7. Pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu dan dapat

mencapai ukuran diameter 10 (sepuluh) sentimeter atau lebih

yang diukur pada ketinggian 1,50 (satu koma lima puluh) meter

di atas permukaan tanah.

8. Perlindungan Pohon adalah upaya sistematis dan terpadu yang

dilakukan untuk melestarikan dan mempertahankan fungsi

pohon.

9. Penebangan pohon adalah perbuatan menebang atau memotong

pohon dengan cara tertentu, dan/atau perbuatan memotong

atau memangkas dahan/cabang, termasuk dalam pengertian

penebangan pohon adalah kegiatan membakar, melukai,

memberikan zat-zat tertentu, yang dapat menyebabkan pohon

menjadi rusak atau mati.

10. Penanaman adalah proses, cara, perbuatan menanam, kegiatan

menanami atau menanamkan pohon dan/atau tanaman

tertentu pada lokasi penanaman berdasarkan ketentuan teknis

yang berlaku.

11. Pemindahan Pohon adalah upaya untuk tetap melestarikan

pohon dengan cara memindahkannya ke tempat lain dengan

cara dan teknik yang benar.

12. Badan adalah badan hukum sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

13. Setiap orang adalah orang perseorangan.

14. Izin adalah izin yang diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang

ditunjuk untuk menebang pohon dan berhak memiliki kayu dari

hasil penebangan pohon.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Page 5: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

5

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 2

Perlindungan Pohon didasarkan pada asas:

a. manfaat dan lestari;

b. kesesuaian;

c. keadilan;

d. keselamatan;

e. akuntabel;

f. partisipatif; dan

g. kelestarian dan berkelanjutan.

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 3

Peraturan Daerah ini bertujuan untuk:

a. mencegah dan membatasi kerusakan pohon yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, daya alam, hama dan penyakit serta sebab lainnya

yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kematian pohon;

b. melindungi dan melestarikan pohon untuk menjaga fungsi ekologis dan

fungsi estetika; dan

c. menciptakan keselamatan bagi kepentingan umum.

BAB III

PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN POHON

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan perlindungan pohon dilakukan oleh Pemerintah Daerah

dan masyarakat.

(2) Pemerintah Daerah menyelenggarakan perlindungan pohon di daerah,

kecuali terhadap area yang menjadi milik atau dikuasai oleh orang atau

badan.

(3) Penyelenggaraan perlindungan pohon di daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi:

a. perencanaan;

b. penanaman dan pemeliharaan;

c. pengendalian dan pengawasan; dan

d. perlindungan.

Page 6: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

6

Kedua

Perencanaan

Pasal 5

(1) Perencanaan perlindungan pohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (3) huruf a, melalui kegiatan:

a. inventarisasi;

b. penandaan pohon;

c. pemetaan; dan

d. penyusunan rencana kegiatan perlindungan.

(2) Berdasarkan hasil inventarisasi jumlah dan jenis pohon sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, Pemerintah Daerah dapat

mengasuransikan pohon secara bertahap sesuai dengan kemampuan

keuangan daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-

undangan.

Paragraf 1

Inventarisasi

Pasal 6

(1) Inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a

diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi secara lengkap

mengenai jenis, manfaat dan kondisi pohon.

(2) Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan:

a. inventarisasi pohon; dan

b. kondisi lingkungan.

(3) Inventarisasi pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

disajikan dalam bentuk uraian, penomoran dan peta berbasis Teknologi

Informasi.

(4) Inventarisasi pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan

paling sedikit satu kali dalam 5 (lima) tahun.

(5) Hasil Inventarisasi pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

dipergunakan sebagai bahan penyusunan basis data pohon dan rencana

penyusunan perlindungan pohon, serta asuransi pohon.

Pasal 7

(1) Basis data pohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) paling

sedikit memuat data dan informasi tentang:

a. jumlah pohon pada masing-masing jalur, blok atau zonasi yang telah

ditetapkan;

b. jenis pohon dan jumlah masing-masing;

c. manfaat masing-masing pohon;

Page 7: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

7

d. sebaran pohon pada masing-masing jalur, blok atau zonasi; dan

e. tanggal, bulan dan tahun penanaman, khusus untuk pohon yang

ditanam setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.

(2) Basis data pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

diperbaharui setiap kali terjadi perubahan karena pengurangan atau

penambahan jumlah pohon.

Pasal 8

(1) Inventarisasi kondisi lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (2) huruf b diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi

mengenai kondisi lingkungan yang berkenaan:

a. jenis tanah dan topografi jalan dan/atau taman;

b. hidrologi dan gejala-gejalan alam setempat;

c. peruntukan lahan;

d. jenis jaringan layanan publik yang tertanam; dan

e. potensi kerawanannya.

(2) Hasil kegiatan inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

menjadi bahan dalam menetapkan jenis pohon yang sesuai.

Pasal 9

Tata cara inventarisasi pohon dan kondisi lingkungan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Bupati.

Paragraf 2

Penandaan Pohon

Pasal 10

(1) Setiap pohon yang pengelolaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah

Daerah diberi tanda khusus berupa label jenis pohon dan nomor urut

pohon.

(2) Penandaan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk

pengukuhan pohon sebagai pohon milik Pemerintah Daerah dan/atau

dibawah pengawasan Pemerintah Daerah.

(3) Ketentuan penandaan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur

lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Paragraf 3

Pemetaan

Pasal 11

Page 8: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

8

(1) Perencanaan perlindungan pohon melalui kegiatan pemetaan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c dimaksudkan

untuk melakukan pemetaan kondisi pohon dan potensi kerawanannya.

(2) Pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh

Dinas minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali.

(3) Ketentuan pemetaan perlindungan pohon sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Paragraf 4

Penyusunan Rencana Kegiatan Perlindungan

Pasal 12

(1) Penyusunan rencana kegiatan perlindungan pohon wajib tertuang dalam

Renstra Dinas.

(2) Rencana kegiatan perlindungan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) paling sedikit memuat:

a. rencana penanaman dan pemeliharaan;

b. pemanfaatan;

c. pengendalian dan pengawasan; dan

d. penyusunan estimasi anggaran penanaman, pemeliharaan dan

asuransi.

(3) Ketentuan penyusunan rencana kegiatan perlindungan pohon

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Bupati.

Bagian Ketiga

Penanaman dan Pemeliharaan

Pasal 13

(1) Pelaksanaan penanaman pohon merupakan teknik penanaman untuk

memenuhi fungsi yang direncanakan dengan teknik untuk mengurangi

pencemaran udara, keindahan, kenyamanan, keharmonisan dan tidak

mengabaikan faktor keselamatan, serta memperhatikan benih atau bibit

tanaman.

(2) Kegiatan penanaman pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang jelas mengenai:

a. lokasi penanaman;

b. jenis tanaman;

c. cara penanaman;

d. cara pemeliharaan; dan

e. peralatan dan rencana biaya serta jadwal/waktu.

Page 9: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

9

(3) Perencanaan penanaman pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat dilengkapi dengan gambar, peta, foto dan daftar yang

menunjukkan lokasi dan wilayah jalan yang akan ditanami dan jenis

tanaman.

Pasal 14

(1) Pemeliharaan pohon mencakup kegiatan pemeliharaan pasca tanam dan

kegiatan pemeliharaan rutin.

(2) Pemeliharaan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penyiraman;

b. pendangiran dan penyiangan;

c. pemupukan;

d. pemangkasan;

e. pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit;

f. penggantian pohon/penyulaman.

(3) Ketentuan Pemeliharaan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Pengendalian dan pengawasan

Pasal 15

(1) Pengendalian dan pengawasan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan

perlindungan.

(2) Pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan melalui:

a. perizinan penebangan pohon; dan

b. monitoring dan evalusi.

(3) Ketentuan pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Bagian Kelima

Perlindungan

Pasal 16

(1) Perlindungan pohon bertujuan untuk menjaga pohon serta lingkungan

agar dapat berfungsi secara optimal, lestari dan aman bagi warga di

sekitarnya.

(2) Perlindungan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

tanggugjawab Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh Dinas.

Page 10: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

10

(3) Prinsip perlindungan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk

mencegah dan membatasi kerusakan pohon yang disebabakan oleh

perbuatan manusia, ternak, daya alam, hama serta penyakit.

(4) Ketentuan Perlindungan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB IV

PERIZINAN PENEBANGAN POHON

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 17

(1) Setiap kegiatan penebangan pohon di daerah yang dilakukan oleh orang

atau badan wajib dilengkapi dengan Izin Penebangan Pohon yang

diterbitkan oleh Bupati.

(2) Izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikecualikan terhadap penebangan pohon yang berada di area yang

menjadi milik atau dikuasai orang atau badan.

(3) Bupati melimpahkan kewenangan penerbitan Izin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Dinas.

(4) Izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-

kurangnya memuat jenis, jumlah, lokasi dan diameter pohon yang akan

dilakukan penebangan.

(5) Izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya

digunakan untuk 1 (satu) kali penebangan pohon dengan jangka waktu

selama 1 (satu) bulan sejak izin diterbitkan.

(6) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan, pemegang Izin Penebangan Pohon

tidak melakukan penebangan pohon, maka Izin Penebangan Pohon

menjadi daluwarsa.

Bagian Kedua

Alasan Penebangan Pohon

Pasal 18

Penebangan pohon dilakukan dengan alasan sebagai berikut :

a. keberadaan pohon mengganggu jaringan utilitas umum;

b. keberadaan pohon mengganggu atau membahayakan bagi

keselamatan/kepentingan umum; atau

c. ditempat atau disekitar lokasi pohon akan didirikan suatu bangunan atau

akan dipergunakan untuk keperluan akses jalan oleh pemohon.

Page 11: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

11

Bagian Ketiga

Persyaratan penebangan Pohon

Pasal 19

(1) Untuk memperoleh Izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17, orang atau badan wajib mengajukan permohonan secara

tertulis kepada Kepala Dinas.

(2) Permohonan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai

dengan keterangan mengenai :

a. lokasi dan jumlah pohon yang dimohonkan untuk ditebang;

b. alasan penebangan pohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18;

c. pernyataan pemohon tentang kesediaan pemohon untuk

melaksanakan kewajiban setelah diterbitkannya Izin Penebangan

Pohon; dan

d. persetujuan Analisis Dampak Lalu Lintas dari Prangkat daerah terkait,

apabila alasan penebangan pohon yang digunakan adalah ditempat

atau disekitar lokasi pohon akan didirikan suatu bangunan atau akan

dipergunakan untuk keperluan akses jalan oleh pemohon

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan penebangan pohon

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam

Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Pemindahan Pohon

Pasal 20

(1) Terhadap permohonan Izin Penebangan Pohon, Kepala Dinas dapat

memberikan keterangan untuk pemindahan pohon yang dimohonkan

untuk dilakukan pemindahan pohon dengan mempertimbangkan jenis,

ukuran dan/atau usia pohon yang perlu dilestarikan.

(2) Pelaksanaan pemindahan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh pihak pemohon, dan disaksikan oleh Dinas.

(3) Dalam hal dilakukan pemindahan pohon, pemohon berkewajiban untuk

melakukan perawatan dan pemeliharaannya guna menjamin kepastian

hidup pohon yang dipindahkan selama 1 (satu) tahun sejak saat

pemindahan.

(4) Kepala Dinas wajib melakukan pengawasan selama masa perawatan dan

pemeliharaan yang dilakukan oleh pemohon.

(5) Tugas untuk melakukan perawatan, pemeliharaan dan pengamanan

terhadap pohon yang dipindahkan setelah melewati batas waktu

Page 12: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

12

sebagaimana yang ditentukan pada ayat (3) menjadi tangung jawab

Dinas.

Bagian Kelima

Ketentuan Khusus

Pasal 21

(1) Penebangan pohon yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau

Pejabat yang ditunjuk yang melaksanakan perintah jabatan dalam

rangka pemeliharaan dan perawatan pohon, tidak diperlukan Izin

Penebangan Pohon.

(2) Dalam keadaan yang mengakibatkan pohon harus ditebang karena

mengancam atau membahayakan keselamatan umum, penebangan

pohon yang dilakukan oleh masyarakat atau pihak tertentu dilakukan

setelah memberitahukan kepada Pemerintah Daerah dan memperoleh

persetujuan dari Dinas.

(3) Pemberitahuan penebangan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

wajib dilampirkan persyaratan penebangan pohon sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2).

(4) Penebangan pohon yang dilakukan oleh masyarakat atau pihak tertentu

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disaksikan oleh Dinas.

BAB V

KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN PENEBANGAN POHON

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 22

(1) Kewajiban pemegang Izin Penebangan Pohon sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 ayat (1) meliputi:

a. melaksanakan penggantian pohon;

b. melaksanakan penanaman pohon sejumlah pohon yang ditebang di

lokasi yang ditentukan oleh Kepala Dinas;

c. melakukan penebangan pohon sesuai dengan ketentuan dan

persyaratan yang telah ditentukan dalam Izin Penebangan Pohon;

d. mentaati semua persyaratan yang telah ditetapkan dalam izin

penebangan pohon; dan

e. mempertahankan keserasian dan keindahan pohon dalam

melakukan kegiatan penebangan pohon.

(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemegang Izin

Penebangan Pohon bertanggung jawab terhadap segala akibat yang

ditimbulkan atas pelaksanaan penebangan pohon.

Page 13: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

13

(3) Kepala Dinas dalam menentukan lokasi penanaman pohon sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan mengutamakan

penanaman di sekitar kawasan lokasi pohon yang akan ditebang.

Bagian Kedua

Penggantian Pohon

Pasal 23

(1) Pemenuhan terhadap kewajiban penggantian pohon sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a, ditetapkan sebagai berikut :

a. terhadap setiap pohon yang ditebang dengan diameter sampai dengan

30 (tiga puluh) sentimeter, maka jumlah penggantinya sebanyak 25

(du puluh lima) pohon berdiameter sekurangkurangnya 10 (sepuluh)

sentimeter dengan ketinggian pohon minimal 2 (dua) meter;

b. terhadap setiap pohon yang ditebang dengan diameter lebih dari 30

(tiga puluh) sentimeter sampai dengan 50 (lima puluh) sentimeter,

maka jumlah penggantinya sebanyak 50 (lima puluh) pohon

berdiameter sekurang-sekurangnya 10 (sepuluh) sentimeter dengan

ketinggian pohon minimal 2 (dua) meter;

c. terhadap setiap pohon yang ditebang dengan diameter lebih dari 50

(lima puluh) sentimeter, maka jumlah penggantinya sebanyak 75

(tujuh puluh lima) pohon berdiameter sekurang-kurangnya 10

(sepuluh) sentimeter dengan ketinggian pohon minimal 2 (dua) meter.

(2) Jenis pohon pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

oleh Kepala Dinas.

(3) Pemenuhan kewajiban penggantian pohon sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan sebelum pelaksanaan penebangan pohon.

Bagian Ketiga

Penanaman dan Pemeliharaan Pohon

Pasal 24

(1) Pemegang Izin Penebangan Pohon berkewajiban untuk melakukan

penanaman pohon pengganti yang telah ditentukan oleh Dinas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.

(2) Penanaman pohon pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan secara bertahap sebelum dan/atau setelah penebangan

pohon.

Page 14: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

14

Pasal 25

(1) Pemegang Izin Penebangan Pohon berkewajiban untuk melakukan

pemeliharaan dan pengamanan untuk memastikan pohon yang telah

ditanam tetap hidup.

(2) Kewajiban untuk melakukan pemeliharaan dan pengamanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selama 1 (satu) tahun

sejak tanggal penanaman pohon dilakukan.

(3) Dalam hal pohon yang ditanam rusak/mati sebelum jangka waktu

pemeliharaan dan pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berakhir, maka pemegang Izin Penebangan Pohon wajib menanam

kembali pohon sejenis dan wajib melakukan pemeliharaan dan

pengamanan.

(3) Biaya pemeliharaan dan pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) menjadi beban yang ditanggung oleh Pemegang Izin Penebangan

Pohon.

(4) Setelah melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), terhadap pohon yang ditanam pada area milik atau

dikuasai Pemerintah Daerah, biaya pemeliharaan dan pengamanan

menjadi beban dan tanggungjawab oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penggantian, penanaman dan

pemeliharaan pohon pengganti sebagaiman dimaksud dalam Pasal 24 dan

Pasal 25 diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB VI

LARANGAN

Pasal 27

Setiap orang atau badan dilarang:

a. memaku pohon;

b. menempelkan iklan/poster/sejenisnya pada pohon;

c. membakar pohon;

d. mengikat hewan ternak dibawah pohon;

e. membuang limbah berbahaya dan beracun di area sekitar batang pohon;

dan

f. melakukan tindakan dengan sengaja yang dapat menyebabkan pohon

rusak atau mati.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Page 15: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

15

Pasal 28

(1) Masyarakat berperan serta dan bertanggung jawab dalam perlindungan

pohon pada area yang menjadi milik atau dikuasai oleh masyarakat yang

bersangkutan dan/atau area yang dimiliki atau dikuasai oleh

Pemerintah Daerah.

(2) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan pohon

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui kegiatan:

a. penanaman pohon;

b. pemeliharaan pohon;

c. tidak melakukan tindakan atau kegiatan yang dapat merusak atau

mematikan pohon;

d. melaporkan adanya tindakan yang dapat mengakibatkan pohon

menjadi rusak atau mati; dan

e. melaporkan mengenai adanya pohon yang dapat membahayakan atau

mengancam keselamatan kepentingan umum.

(3) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan pohon

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara:

a. perorangan;

b. kelompok;

c. badan hukum;

d. lembaga; dan/atau

e. organisasi.

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 29

(1) Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan dalam Pasal 17 ayat

(1), Pasal 19 ayat (1) Pasal 20 ayat (3) Pasal 21 ayat (3), Pasal 22 ayat (1)

dan ayat (2), Pasal 23 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3),

dan Pasal 25, dikenakan sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda administratif;

c. pembekuan izin tertentu; dan/atau

d. pencabutan perizinan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi administratif diatur lebih lanjut

dalam Peraturan Bupati.

BAB IX

KETENTUAN PENYIDIKAN

Page 16: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

16

Pasal 30

(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh

Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima laporan atau pengaduan dari sesorang mengenai adanya

tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama dan pemeriksaan di tempat kejadian;

c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal

tersangka;

d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

h. melakukan penghentian perkara setelah mendapatkan petunjuk dari

Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia bahwa tidak terdapat bukti

atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana, dan

selanjutnya melalui Penyidik Polisi Republik Indonesia

memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka

atau keluarganya;

i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah tidak berwenang untuk melakukan

penangkapan dan/atau penahanan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya pada

penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

BAB X

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 31

(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap izin penebangan pohon

dilaksanakan oleh Bupati.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi terhadap pemberian

perizinan penebangan pohon dan upaya perlindungan pohon lainnya.

Page 17: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

17

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 32

(1) Selain dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 29, setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan dalam

Pasal 17 ayat (1), Pasal 22 ayat (1), Pasal 23 ayat (1), Pasal 24, Pasal 25

dan Pasal 27 Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi pidana

berupa kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak

Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak

pidana pelanggaran.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

(1) Pelaksanaan Izin Penebangan Pohon yang telah diterbitkan sebelum

ditetapkannya Peraturan Daerah ini dilakukan dengan berpedoman pada

ketentuan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini.

(2) Pemberian izin Penebangan Pohon yang dikeluarkan setelah

ditetapkannya Peraturan Daerah ini, wajib berpedoman dan

menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang

mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati.

(2) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan

paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 35

Page 18: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

18

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Tuban.

Ditetapkan di Tuban

pada tanggal

BUPATI TUBAN,

H. FATHUL HUDA

Diundangkan di Tuban

padatanggal

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN TUBAN,

BUDI WIYANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2019 SERI .. NOMOR..

Page 19: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

19

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN

NOMOR ……… TAHUN 2019

TENTANG

PERLINDUNGAN POHON

I. UMUM

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap

warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Perlindungan pohon merupakan salah satu upaya untuk menjaga kualitas

lingkungan hidup yang semakin menurun dan telah mengancam

kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, karena

keberadaan pohon dapat mengendalikan polusi udara melalui pemeliharaan

pohon yang telah ada serta menambah atau menanam pohon/tanaman.

Oleh karena itu, perlu dilakukan perlindungan pohon secara sistematis dan

terpadu.

Bahwa di Kabupaten Tuban, untuk mencegah dan membatasi

kerusakan pohon yang disebabkan oleh perbuatan manusia, daya alam,

hama dan penyakit serta sebab lainnya yang dapat mengakibatkan

kerusakan atau kematian pohon, diperlukan Produk hukum daerah yang

mengatur berbagai upaya perlindungan pohon yang diarahkan untuk

melindungi dan melestarikan pohon agar terjaga fungsi ekologis dan fungsi

estetika, serta menciptakan keselamatan bagi kepentingan umum. Selain itu

Pemerintah Daerah juga berusaha mengendalikan keberadaan setiap pohon

yang dikuasai Pemerintah Daerah dengan cara setiap penebangan pohon

tersebut, harus mendapat izin terlebih dahulu dari Bupati atau pejabat yang

ditunjuk.

Dalam Peraturan Daerah ini diharapkan dapat memberi kejelasan dan

pengaturan mengenai upaya perlindungan pohon di Kabupaten Tuban

untuk melestarikan dan mempertahankan fungsi pohon dengan melibatkan

peran serta masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2 Huruf a,

Yang dimaksud dengan “asas manfaat dan lestari” adalah bahwa

setiap pelaksanaan perlindungan pohon memperhatikan

Page 20: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

20

keseimbangan dan kelestarian unsur lingkungan, sosial, budaya,

ekonomi, serta nilai estetika di daerah.

Huruf b,

Yang dimaksud dengan “asas kesesuaian” adalah bahwa setiap

pelaksanaan perlindungan pohon, khususnya dalam memilih pohon yang ditanam harus disesuaikan dengan fungsinya,

lingkungannya dan karaktersitik pohon yang bersangkutan.

Huruf c,

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah pelaksanaan

perlindungan pohon dan pemberian izin penebangan pohon agar mencerminkan keadilan bagi setiap warga masyarakat tanpa

dsikriminasi.

Huruf d,

Yang dimaksud dengan “asas keselamatan” adalah pelaksanaan perlindungan pohon mempertimbangkan aspek keselamatan bagi

masyarakat dan kepentingan umum.

Huruf e,

Yang dimaksud dengan “asas akuntabel” adalah pelaksanaan perlindungan pohon harus dapat dipertanggung jawabkan dihadapan publik.

Huruf f,

Yang dimaksud dengan “asas partisipatif” adalah pelaksanaan

perlindungan pohon harus melibatkan peran serta masyarakat, dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaannya, baik langsung maupun tidak langsung.

Huruf g,

Yang dimaksud dengan “asas kelestarian dan keberlanjutan” adalah bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung

jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya perlindungan

pohon sebagai bagian penting dalam pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

Pasal 3 Cukup Jelas

Pasal 4

Cukup Jelas Pasal 5

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2) Yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah dapat “mengasuransikan pohon” adalah Pemerintah Daerah

mengasuransikan pohon sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, agar apabila terjadi sesuatu hal yang menyebabkan orang

lain terluka akibat tertimpa pohon yang disebabkan oleh kondisi cuaca atau sebab-sebab lainnya, asuransi itulah yang dapat digunakan untuk memberikan santunan atau bantuan pengobatan

kepada pihak korban.

Pasal 6

Page 21: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

21

Cukup Jelas

Pasal 7 Cukup Jelas

Pasal 8 Cukup Jelas

Pasal 9

Cukup Jelas Pasal 10

Cukup Jelas Pasal 11

Cukup Jelas

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13

Cukup Jelas

Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

Cukup Jelas

Pasal 17

Cukup Jelas

Pasal 18

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup Jelas

Pasal 20

Cukup Jelas

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan pohon harus ditebang karena

mengancam atau membahayakan keselamatan umum seperti pohon yang roboh karena kondisi alam, rusak karena terkena hama, karena hujan lebat atau roboh karena diluar ulah

manusia. Ayat (3)

Cukup Jelas

Ayat (4)

Cukup Jelas

Pasal 22

Cukup Jelas

Pasal 23

Cukup Jelas

Pasal 24

Page 22: BULAN MEI 2019 - jdih.tubankab.go.idjdih.tubankab.go.id/admin/public/uploads/raperda/1560819735-32459988.pdfDRAFT AKHIR . 2 Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

22

Cukup Jelas

Pasal 25

Cukup Jelas

Pasal 26

Cukup Jelas

Pasal 27

Cukup Jelas

Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

Cukup Jelas

Pasal 30

Cukup Jelas

Pasal 31

Cukup Jelas

Pasal 32

Cukup Jelas

Pasal 33

Cukup Jelas

Pasal 34

Cukup Jelas

Pasal 35

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR