buletin la’o hamutuk · komisi penyelidik pelanggaran ham di timor lorosae (kpp ham) menemukan...

20
Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Daftar Isi . . . Panel khusus untuk kejahatan berat-keadilan untuk Timor Lorosae ?................................................................... ..1 Hubungan Baik antara Timor Lorosae dan Indonesia untuk Mengakhiri Impunitas para Jendral TNI dan demokratisasi ...........................................................................7 ‘Cak’ Munir: 1965 - 2004..........................................................9 La’o Hamutuk Butuh Staf Baru............................................11 Pertukaran Kunjungan Timor Lorosae................................12 Editorial: Menghindari Kutukan SDA..................................20 Artikel mengenai Pertukaran Kunjungan ke Nigeria: Hal 12 Editorial: Menghindari Kutukan Sumber Daya Alam: Hal 20 (bersambung ke hal 2) L a’o Hamutuk telah menginvestigasi kerja SCU pada Bulan Oktober 2001 (Lihat Buletin La’o Hamutuk Vol.2, No. 6 & 7). UNTAET telah berfungsi selama dua tahun, tetapi SCU tidak banyak mengerjakan dan me- nghadapi banyak tantangan. Dewan Keamanan PBB telah memperpanjang mandat SCU hingga Mei 2005. Selain me- ngeluarkan dakwaan-dakwaan terhadap para pejabat tinggi Militer Indonesia, SCU tidak mampu mengadili mereka yang paling bertanggung ja- wab terhadap kejahatan mela- wan kemanusiaan atau menghadirkan para saksi penting, ka- rena mereka berada di Indonesia. Sebagai tambahan, keragu- raguan yang masih ada adalah kualitas proses yudisial Panel Khusus untuk Kejahatan melawan kemanusiaan. Artikel ini akan meni- lai proses sekarang ini melalui evaluasi hasil kerja SCU, Unit Pembe- laan Umum, Panel Khu- sus dan proses banding untuk melihat apakah sistem mewakili jalan yang serius bagi masya- rakat Timor Lorosae untuk mencapai keadilan bagi kejahatan melawan kemanusiaan yang terjadi selama pendu-dukan Indonesia dan setelah refe- rendum 1999. Latar Belakang PBB mendirikan Panel Khusus untuk Kejahatan Berat un- tuk menanggapi angka kejahatan yang tinggi oleh dan di bawah arahan Militer Indonesia dan kekuasaan politik di Timor Lo- rosae antara 1975 dan 1999, dan karena kebutuhan yang Panel Khusus untuk Kejahatan Berat – Keadilan untuk Timor Lorosae? Surat dari Forum LSM kepada Dewan Keamanan PBB: “Kami mendesak PBB untuk tidak meninggalkan Timor Lorosae sendirian dengan pertanggungjawaban kejahatan yang mengerikan yang dikategorikan melawan kemanusiaan. Sekarang adalah waktu untuk mengambil langkah-langkah sesegera mungkin untuk mendirikan Pengadilan Internasional untuk Timor Lorosae. Ini hanyalah satu-satunya mekanisme yang dapat menjawab kebutuhan keadilan, sebuah bagian yang hilang selama ini, dalam proses pembangunan bangsa bagi penghormatan Timor Lorosae dan seluruh dunia terhadap martabat manusia.” La’o Hamutuk, Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor Lorosa’e P.O. Box 340, Dili, Timor Lorosa’e (via Darwin, Australia) Mobile: +(670)723-4330 Telepon: +(670)3325-013 Fax: +(670)3317-294 Email: [email protected] Situs/Web:http://www.etan.org/lh

Upload: buianh

Post on 08-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004

Daftar Isi . . .

Panel khusus untuk kejahatan berat-keadilan untuk

Timor Lorosae ?................................................................... ..1

Hubungan Baik antara Timor Lorosae dan Indonesia

untuk Mengakhiri Impunitas para Jendral TNI dan

demokratisasi ...........................................................................7

‘Cak’ Munir: 1965 - 2004..........................................................9

La’o Hamutuk Butuh Staf Baru............................................11

Pertukaran Kunjungan Timor Lorosae................................12

Editorial: Menghindari Kutukan SDA..................................20

Artikel mengenai Pertukaran Kunjungan ke Nigeria: Hal 12Editorial: Menghindari Kutukan Sumber Daya Alam: Hal 20

(bersambung ke hal 2)

La’o Hamutuk telah menginvestigasi kerja SCU padaBulan Oktober 2001 (Lihat Buletin La’o HamutukVol.2, No. 6 & 7). UNTAET telah berfungsi selama

dua tahun, tetapi SCU tidakbanyak mengerjakan dan me-nghadapi banyak tantangan.Dewan Keamanan PBB telahmemperpanjang mandat SCUhingga Mei 2005. Selain me-ngeluarkan dakwaan-dakwaanterhadap para pejabat tinggiMiliter Indonesia, SCU tidakmampu mengadili merekayang paling bertanggung ja-wab terhadap kejahatan mela-

wan kemanusiaan atau menghadirkan para saksi penting, ka-rena mereka berada di Indonesia. Sebagai tambahan, keragu-raguan yang masih ada adalah kualitas proses yudisial Panel

Khusus untuk Kejahatanmelawan kemanusiaan.

Artikel ini akan meni-lai proses sekarang inimelalui evaluasi hasilkerja SCU, Unit Pembe-laan Umum, Panel Khu-sus dan proses bandinguntuk melihat apakahsistem mewakili jalanyang serius bagi masya-rakat Timor Lorosae

untuk mencapai keadilan bagi kejahatan melawan kemanusiaanyang terjadi selama pendu-dukan Indonesia dan setelah refe-rendum 1999.

Latar BelakangPBB mendirikan Panel Khusus untuk Kejahatan Berat un-

tuk menanggapi angka kejahatan yang tinggi oleh dan di bawaharahan Militer Indonesia dan kekuasaan politik di Timor Lo-rosae antara 1975 dan 1999, dan karena kebutuhan yang

Panel Khusus untuk Kejahatan Berat –Keadilan untuk Timor Lorosae?

Surat dari Forum LSM kepada Dewan Keamanan PBB:

“Kami mendesak PBB untuk tidak meninggalkan Timor Lorosaesendirian dengan pertanggungjawaban kejahatan yangmengerikan yang dikategorikan melawan kemanusiaan.

Sekarang adalah waktu untuk mengambil langkah-langkahsesegera mungkin untuk mendirikan Pengadilan Internasionaluntuk Timor Lorosae. Ini hanyalah satu-satunya mekanisme

yang dapat menjawab kebutuhan keadilan, sebuah bagian yanghilang selama ini, dalam proses pembangunan bangsa bagipenghormatan Timor Lorosae dan seluruh dunia terhadap

martabat manusia.”

La’o Hamutuk, Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor Lorosa’eP.O. Box 340, Dili, Timor Lorosa’e (via Darwin, Australia)

Mobile: +(670)723-4330 Telepon: +(670)3325-013 Fax: +(670)3317-294Email: [email protected] Situs/Web:http://www.etan.org/lh

Page 2: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 2 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

mendesak bagi keadilan pada waktu itu (awal 2000) yangdiakui oleh masyarakat Timor Lorosae, Pemerintah Indonesia,dan masyarakat internasional. Keduanya, Komisi PenyelidikInternasional di Timor Lorosae pada 30 Januari 2000 danKomisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPPHAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawankemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas. Meskipunmereka merekomendasikan pendirian sebuah pengadilan in-ternasional, PBB mengabulkan janji-janji Indonesia untuk me-nghukum warga negara mereka sendiri melalui PengadilanAd Hoc di Jakarta.

PBB mendirikan Panel Khusus untuk Kejahatan Berat gunamenginvestigasi dan mengadili kejahatan melawan kema-nusiaan di Timor Lorosae. Panel Khusus untuk KejahatanBerat terdiri dari SCU, Unit Pembela Umum untuk PanelKhusus, dan para hakim di Panel Khusus untuk KejahatanBerat. Sebagai tambahan, Pengadilan Banding menyidangkankasus banding dari Panel Khusus dan pengadilan biasa. Pera-turan-peraturan UNTAET mensyaratkan satu hakim TimorLorosae dan dua hakim internasional untuk duduk di PanelKhusus dan Pengadilan Banding. SCU semuanya terdiri daripara pengacara internasional, meskipun pengacara Timor Lo-rosae, polisi, ahli forensik, penerjemah, dan penyelidik lainnyasedang dalam pelatihan. Unit Pembela Umum terdiri daripara pengacara internasional dan saat ini tidak melatih satupun pengacara Timor Lorosae.

Panel Khusus untuk Kejahatan Berat menggunakan peratur-an-peraturan UNTAET, Hukum Indonesia, dan standardHAM internasional dan memiliki yurisdiksi eksklusif untukmengadili mereka yang dituduh sebagai pelaku kejahatan me-lawan kemanusiaan, termasuk genosida, kejahatan perang,penyiksaan, pembunuhan, dan pelanggaran seksual. Definisikejahatan ini diambil dari Statuta Roma yang membentukPengadilan Pidana Internasional. Panel Khusus untuk Keja-hatan Berat adalah contoh pertama pemakaian hukum interna-sional dipakai dalam kasus-kasus aktual.

Apakah Yang Terjadi Sekarang?Meskipun kemajuan telah dicapai dari beberapa bidang,

penyimpangan-penyimpangan masih terjadi yang mengham-bat keefektifan dan kredibilitas proses kejahatan berat.

SCU telah mengalami perampingan yang signifikan sejakAgustus 2003. Para penyelidik Polisi Internasional PBB(UNPOL) turun dari 23 ke 8 dan penyelidik PBB dari 13 ke9 dalam Bulan Desember 2003. Ini berakibat pada jumlahdan kualitas penyelidikan. Contoh, SCU menyatakan 89 kasusyang diterima oleh CAVR melalui proses rekonsiliasi ko-munitas dalam yurisdiksinya, sehingga mencegah CAVR un-tuk menangani kasus-kasus ini. Tak satu pun dari kasus-ka-sus ini diinvestigasi. Dari Bulan Mei hingga Juli, SCU tidakmempunyai pejabat penghubung eksternal.

Sidang-sidang di Panel Khusus mengalami kemajuan yangsangat lamban. Hingga pertengahan 2003 hanya satu panelyang bisa bekerja karena PBB tidak mampu merekrut hakiminternasional yang cukup berkualitas. Saat ini PBB sedangmencari dua orang lagi hakim internasional dan seorang hakimTimor Lorosae untuk menambah keberadaan Panel Khususberbahasa Inggris dan Portugis. Kurangnya komunikasi diantara para hakim dan pengacara juga telah menyebabkanpersoalan penjadwalan.

SCU memperkirakan bahwa kurang dari setengah dari1400 atau pembunuhan yang terjadi pada 1999 akan diinves-tigasi. Sebagai tambahan, kasus-kasus penyiksaan, perko-saan, dan kejahatan lain juga belum diinvestigasi.

Baru-baru ini beberapa persoalan Panel Khusus telah di-perbaiki. Sebagai tambahan pada sumber daya material, Ha-kim Philip Rapoza mengatakan bahwa pergantian hakim se-karang ini ditangani untuk mengurangi hambatan di penga-dilan. Sebelumnya, kepergian para hakim internasional me-ngakibatkan beberapa kasus perlu dimulai lagi dan mengham-bat jalannya banyak persidangan.

Unit Pembela Umum dibentuk pada akhir 2002, terpisahdari Kementerian Kehakiman. Sebelumnya, hanya ada se-orang pembela umum untuk kejahatan berat. Saat ini UnitPembela Umum terdiri dari sembilan pengacara, tujuh orangdi Dili dan masing-masing di Baucau dan Oecusse. Meskipunkasus-kasus berjalan lamban, kebanyakan karena kesulitanmenghubungi para saksi dan waktu yang dipakai untuk kedistrik-distrik, Unit Pembela Umum mempunyai sumber dayayang lebih baik dari sebelumnya. Meskipun masih kekura-ngan staf pendukung yang cukup, semua pengacara mem-punyai kendaraan, ruang kantor yang pantas, dan persediaanalat-alat kantor.

Situasi di Pengadilan Banding cukup berbeda. Pengadilantidak berfungsi hingga Juli 2003, karena tampaknya PBBdan Pemerintah tidak mengangkat hakim. Ini mengakibatkantumpukan kasus yang sangat tinggi khususnya sejak Pengadil-an menyidangkan kasus-kasus banding, baik kasus-kasuskejahatan berat dan biasa. Sebagai tambahan, PengadilanBanding tidak menerjemahkan atau menulis kembali hasil per-sidangan. Persidangan dilakukan dalam Bahasa Inggris dan/atau Portugis, dan tidak pernah direkam. Tambahannya, ba-nyak terdakwa telah diingkari hak banding mereka, menim-bulkan pertanyaan-pertanyaan serius apakah Pengadilan Ban-ding memenuhi standar-standar internasional.

Peningkatan KemampuanSalah satu tujuan utama Misi PBB di Timor Lorosae adalah

untuk mengalihkan keahlian dari staf internasional kepadastaf lokal. Para hakim internasional dan Timor Lorosae padaPanel Khusus Kejahatan Berat menekankan pentingnya pela-tihan, dan mengakui bahwa usaha-usaha peningkatan kemam-puan harus ditingkatkan.

Statistik Panel Khusus untuk Kejahatan Berat

Jumlah Dakwaan yang Diputuskan: 82, Jumlah Terdakwa yang Dituntut: 373 (37 Komandan dan stafTNI, empat staf POLRI, 60 anggota TNI berkebangsaan Timor Lorosae dan sisanya adalah milisi biasa,Jumlah Pelaku di Luar Timor Lorosae: 279 (SCU dan Panel Khusus percaya mereka berada di luar TimorLorosae/di perbatasan Timor Lorosae-Indonesia), Jumlah Kasus yang Telah Diputuskan setelah Sidang:

58 terdakwa, Jumlah Tertuduh: 55 pelaku, Jumlah Kasus yang Batal: 3 pelaku, Jumlah Kasus yang

Ditunda tetapi telah ditangkap: 11 dakwaan dengan 29 terdakwa, Jumlah Kasus yang Naik Banding: 3

Page 3: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 3

Panel Khusus Kejahatan Berat diharapkan untuk mendu-kung kemampuan lokal Timor Lorosae untuk mengadili ke-jahatan menentang kemanusiaan. Bagian dari Konstitusi men-jamin sebuah sistem yudisial yang dapat menghukum keja-hatan ini.

Jelas bahwa Mei 2005, sistem yudisial nasional tidak akanmempunyai kemampuan untuk melanjutkan proses kejahatanberat. Menurut Nicholas Koumjian, Wakil Jaksa Agung untukKejahatan Berat, staf nasional SCU tidak akan siap untukmelanjutkan investigasi sendirian. Koumjian mengatakan bah-wa SCU sendiri berkeinginan untuk melatih staf lokal, tetapiKementerian Kehakiman tidak menyediakan orang yang cu-kup untuk dilatih di SCU.

Ada kemiripan persoalan di Unit Pembela Umum. Selainmeminta orang-orang Timor Lorosae turut dalam pelatihan,Unit Pembela Umum menyatakan bahwa Kementerian Keha-kiman belum menugaskan para pengacara ikut pelatihan.

Keterbatasan Proses Kejahatan BeratPersidangan-persidangan di Panel Khusus tidak memenuhi

standar internasional minimum secara konsisten. Mungkinketidakkonsistenan yang paling menyolok adalah menduanyahukum yang dipakai dalam persidangan. Para hakim danpengacara internasional datang dari berbagai macam latar

belakang yang berbeda, termasuk dari penganut sistem hu-kum common law dan civil law. Hukum prosedural perbeda-an yang banyak antara dua sistem hukum ini, dan meskipunada kode etik yang menstandarisasikan prosedur bagi PanelKhusus, para hakim tidak mengikutinya. Panel Khusus menja-lankan Regulasi-regulasi UNTAET, dan jika tidak cukup, me-reka kembali memberlakukan Hukum Indonesia dan Interna-sional, termasuk yurisprudensi dari pengadilan-pengadilaninternasional. Sebagai hasil, ada ketidakkonsistenan dan kebi-ngungan yang cukup penting mengenai prosedur selamapersidangan. Banyak sekali waktu dibuang pada setiap persi-dangan untuk memutuskan prosedur apakah yang dipakai,dan tergantung pada hakim yang duduk di Panel. Panel Berba-hasa Portugis cenderung untuk mengikuti prosedur sistemhukum civil law karena negara-negara berbahasa Portugismenggunakan civil law, sementara Panel Berbahasa Inggriscenderung untuk mengikuti prosedur sistem hukum commonlaw. Tambahan lain yang memperlambat sidang, prosedur-prosedur yang tidak konsisten ini dapat menghasilkan persi-dangan yang tidak adil. Ada pertanyaan mengenai legalitasprosedur yang mengambil resiko mengambil keputusan padasaat sebuah sidang masih dalam proses yang berlawanandengan prosedur yang telah disepakati sebelumnya. Tam-

Page 4: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 4 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

Nama Para TersangkaKPP HAM

Pengadilan HAM Ad Hoc diJakarta, Indonesia

Panel Khusus untukKejahatan Berat, Timor

Lorosae

Geoffery Robinson ‘KejahatanMelawan Kemanusiaan Timor

Lorosae 1999’ oleh KomisiTinggi HAM – Hanya pejabatIndonesia berpangkat di atas

Let.Kol

Jendral WirantoMay.jen Adam Damiri

Lt.Kol (Inf)Yayat Sudrajad

Kol. (Inf) FX Tono Suratman

Kol. (Inf) M Noer MuisKol. (Pol) Timbul Silaen

May.Jen Zacky A MakarimMay.Jen H R. Garnadi

Lt.Jen Johny LumintangLt.Kol Burhanudin SiagianLt.Kol (Inf) Sudrajat A.S.May. (Inf) Yakraman Y AgusLt.Kol (Inf) Jacob Joko SarosaKol. (Inf) Herman SedyonoLt.Kol (Inf) Asep KuswandiLt.Kol (Inf) Ahmad MasagusKapt. (Inf) TatangAbilio SoaresDominggos SoaresGuelherme dos SantosEdmundo Conceicao de SilvaSuprapto Tarman

Jendral WirantoLt.Kol (Inf) YayatSudrajadKol. (Inf) FX TonoSuratman

Kol. (Inf) Noer Muis

May.Jen Zacky AMakarim

May.Jen Adam DamiriMay.Jen Kiki Syahnakri

Abilio Soares

Jendral WirantoLt.Kol (Inf) Yayat SudrajadKol. (Inf) FX Tono SuratmanKol. (Inf) Noer MuisMay.Jen Zacky A Makarim

May.Jen Adam DamiriMay.Jen Kiki Syahnakri

May.Jen Endriartono Sutarto

May.Jen Sjafrie SjamsuddinJen. Subagyo HadisiswoyoLt.Jen SugionoLt.Jen Djamari ChaniagoMay.Jen Tyasno SudartoMay.Jen SyahrirBrig.Jen ArifuddinBrig.Jen Mahidin SimbolonKol. MudjionoKol. Sunarko

May.Jen Adam Damiri

Lt.Kol (Inf) YayatSudrajadKol. (Inf) FX TonoSuratman

Kol. (Inf) Noer Muis

Kol. (Pol) Timbul Silaen

Kol. Herman SedyonoLt.Kol LiliekKoeshadiantoLt.Kol Asep KuswaniLt.Kol Endar PriyantoLt.Kol SoejarwoLt.Kol (Pol) Adios SalovaLt.Kol (Pol) HulmanGultomGatot SubyaktoAhmad SyamsudinSoegitoEurico GuterresAbilio SoaresLeonito Martins

Telah Diadili Terdakwa

Tabel Para Tersangka Menurut KPP HAM &Dakwaan & Unit Kejahatan Berat

Surga yang Aman bagi Wiranto

Saat ini, kontroversi tertinggi yangmenyelimuti SCU adalah dakwaan yangdiajukan pada Bulan Februari 2003terhadap Jenderal Wiranto dan enampejabat senior Militer Indonesia dansurat penangkapan pada 10 Mei 2004.setelah itu Pemerintah Amerika Serikatmemasukkan Wiranto pada daftarpengawasan visa. Jaksa Agung RDTLbertanggung jawab untuk meneruskansurat penangkapan ini kepada Interpoluntuk disebarluaskan di seluruh dunia,tetapi sejauh ini Ia menolak untukmelakukannya. Jika Ia melakukannya,Wiranto beresiko ditangkap jika Iameninggalkan Indonesia.

Usaha SCU untuk membawa Wirantoke peradilan patut dihargai. Akan tetapi,secara signifikan proses ini dibatasidengan akan selesainya SCU pada BulanMei 2005 juga penolakan PemerintahIndonesia untuk bekerja sama, dankritikan dari para pemimpin RDTL.

Para Pemimpin RDTL telahmenjauhkan diri mereka dari dakwaandengan mengatakan penting untukmempunyai hubungan yang baikdengan Indonesia demi ekonomi dankeamanan. Presiden Xanana Gusmao,Ramos Horta dan para pemimpin RDTLtelah bernegosiasi secara langsungdengan Wiranto dan pembela hukumnyauntuk mendiskusikan proses peradilankejahatan berat tanpa persetujuan dariParlemen dan lembaga pemerintahlainnya. Beberapa kali para pemimpinRDTL telah berbicara dan bersikapmenolak pendirian PengadilanInternasional, bertentangan dengantuntutan para korban dan masyarakatsipil. Intervensi dalam proses peradilanini bertentangan dengan KonstitusiRDTL. Dukungan yang kuat darimasyarakat internasional dan hubunganantara masyarakat Indonesia dan TimorLorosae adalah satu-satunya jalan untukmenekan Pemerintahan Indonesia baruuntuk menghukum para dalang utamapelanggaran HAM berat dan mengakhiriimpunitas di kedua negara.

Jaksa Agung harus mematuhi proseshukum dan mengeluarkan suratpenangkapan terhadap Wiranto, YayatSudrajat dan para pelaku lain.Penangkapan dan mengadili Wirantodan para pelaku Indonesia lainnyaadalah satu-satunya jalan kepadakeadilan dan reparasi (pemulihan) tidakhanya untuk masyarakat Timor Lorosaetetapi juga untuk mengingatkan parapelanggaran HAM di mana saja bahwamereka tidak bebas atau kebal daripenghukuman.

Page 5: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 5

bahannya, jika para pembela umum tidak jelas dalam prose-dur, ini dapat dan menghasilkan kualitas pembelaan yang le-bih rendah terhadap para tertuduh/terdakwa.

Seperti halnya isu hukum prosedural, hukum kodifikasimendua di Timor Lorosae, terutama hukum pidana. Menurutbeberapa pembela umum, civil law tidak berkaitan secaralogis; tidak pernah ada sebuah evaluasi yang sistematik ter-hadap regulasi-regulasi UNTAET berkaitan dengan HukumIndonesia. Hukum Indonesia tidak berlaku secara sistematik,sebagaimana digambarkan dalam Kasus Armando dos San-tos yang diajukan pada Pengadilan Banding. Dos Santos di-tuntut dan didakwa menurut regulasi UNTAET, tetapi parahakim Pengadilan Banding memutuskan bahwa regulasi-re-gulasi UNTAET tidak dapat diberlakukan terhadap tindakan-tindakan yang terjadi sebelum regulasi-regulasi itu berlaku (di tahun 2000), danHukum Portugis yang berlaku (bukan Hu-kum Indonesia, seperti yang dipahami olehsetiap orang). Ini menyebabkan kontrover-si mengenai hukum manakah yang harus-nya berlaku di Timor Lorosae. Isu HukumIndonesia/Portugis di kemudian hari dikla-rifikasi oleh sebuah undang-undang dariParlemen. Saat itu diduga kuat bahwa duahakim Portugis di Pengadilan Banding/Tinggi bertindak berlawanan dengan pro-ses yang ada. Parlemen mengesahkan kem-bali bahwa Hukum Indonesia harus diber-lakukan dalam kasus-kasus dimana tidakada regulasi-regulasi UNTAET. Menurutpengamatan JSMP, menduanya sistem hu-kum civil law di Timor Lorosae bukanlahperhatian utama dalam kasus-kasus keja-hatan berat karena hukum internasional di-gunakan dan bisa diberlakukan secara me-nyeluruh.

Perhatian lain adalah ketidaksetaraan antara penuntutandan pembelaan. Penuntutan di bawah SCU, mempunyai danadan dukungan yang lebih banyak daripada Unit PembelaUmum. Unit Pembela Umum tidak mempunyai mekanismekontrol kualitas atau standar praktek. Meskipun kualitas pem-belaan telah diperbaiki secara signifikan sejak pendirian UnitPembea Umum, tidak semua pembela umum di Unit PembelaUmum mempunyai pengalaman yang cukup dalam sidang-sidang pidana dan hukum HAM internasional.

Kekurangan regulasi ini, dikombinasikan dengan sedikitnyapengacara dengan pengalaman praktek yang minim, hasilyang tak terelakkan bagi terdakwa adalah pembelaan yangminim dalam kasus pidana biasa dan kejahatan berat. Padabeberapa kesempatan, jadwal sidang yang padat telah me-maksa asisten pembela umum untuk mewakili para tersangkadi pengadilan. Terbatasnya jumlah staf pendukung dapatmembuat kesulitan para pengacara untuk mendapatkan saksi-saksi. Lebih jauh, banyak saksi berada di Timor Barat danmenolak untuk datang ke Timor Lorosae. Pengadilan men-syaratkan para saksi untuk datang.

Kesulitan-kesulitan ini dikelilingi oleh kebingungan menge-nai hukum dan prosedur yang mereka gunakan, telah menye-babkan beberapa pembela umum menyatakan frustasi mereka

karena tidak mampu membela klien mereka dengan seharus-nya. Mereka juga merasa bahwa dengan mempertimbangkanperbedaan dalam pendanaan, Unit Pembela Umum adalahsebuah prioritas bagi proses kejahatan berat.

Problem-problem lemahnya administrasi dan menejemenpengadilan di Panel Khusus telah berkurang sebelumnya.Tetapi, problem yang masih tersisa membuat lebih sulit bagipersidangan untuk berlangsung dengan baik dan tepat waktu.Ada juga layak diperhatikan bahwa para hakim internasionaldan nasional, bersama-sama dengan jaksa penuntut umumkejahatan berat dan pembela, tidak mempunyai pengalamanyang cukup dalam bidang mereka yang relevan dengan hukumpidana, hukum internasional, termasuk Hukum HumaniterInternasional dan Hukum HAM Internasional.

Selanjutnya, kurang baiknya dan ti-dak cukupnya terjemahan masih men-jadi isu utama. Persidangan dilaksana-kan minimal dalam empat bahasa (Por-tugis, Inggris, Bahasa Indonesia, danTetum), dan kadang-kadang juga pakaibahasa-bahasa lokal lain. Terjemahantidak selalu tersedia dalam semua ba-hasa yang diperlukan, dan masih adakekurangan penerjemah yang terlatihsecara professional. Hambatan bahasaberdampak pada kesadaran publik ter-hadap sidang-sidang pengadilan danhak tertuduh/terdakwa atas interpre-tasi. Metode terjemahan yang lang-sung yang saat ini dipakai menyebab-kan salah komunikasi yang tak dapatdihindari dan memakan waktu. Penga-dilan mempunyai alat terjemahan lang-sung (pakai earphone) yang tidak di-gunakan. Panel Khusus telah memintaempat alat terjemahan langsung.

Tetapi praktek penahanan oleh Panel Khusus adalah isuserius lainnya. Semua terdakwa berhak atas peninjauan ulangpenahanan mereka dan hak atas persidangan tanpa penunda-an. Menurut standar internasional, ‘’penahanan pra peradilanharusnya sebuah pengecualian dan sependek mungkin’’.

Akan tetapi, di banyak kasus, dalam beberapa kasus ter-dakwa ditahan selama jangka waktu yang diperpanjang ber-tahun-tahun. Menurut Peraturan Transisional Prosedur Pi-dana, penahanan terdakwa harus ditinjau ulang oleh seoranghakim setiap 30 hari. Tetapi, setiap waktu penahanan yangdiberikan di tahun lalu, biasa bagi sepertiga dan setengahpara tahanan yang tinggal di Penjara Becora tetap dalam pe-rintah penahanan yang telah kedaluarsa. Ada Perhatian yangpenting terhadap peninjauan ulang kebijakan penahanan, jugaperlakuan yang salah selama di tahanan kepolisian ataupenjara.

Keterbatasan pengadilan yang paling serius adalah ke-tidakmauan Indonesia bekerja sama dalam proses kejahatanberat. Sejak mayoritas terdakwa diberikan perlindungan olehIndonesia, hanya bekas milisi atau TNI berkewarganegaraanTimor Lorosar berpangkat rendah yang dituntut atas kejahat-an melawan kemanusiaan. Banyak dari mereka tidak berpen-didikan dan buta huruf, dan banyak dari mereka dipaksa

Page 6: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 6 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

dengan kekerasan untuk bergabung dengan milisi pro-integrasi.

Indonesia mengatakan bahwa mereka akan menentang dak-waan-dakwaan SCU karena mereka mengklaim bahwa PBBtidak mempunyai mandat untuk mengadili Warga Negara In-donesia di Timor Lorosae. Pada Bulan Agustus, PemerintahIndonesia mengumumkan bahwa mereka akan menolak untukbekerja sama dengan penilaian Komisi Ahli PBB terhadapPengadilan Ad Hoc dan PanelKhusus yang baru-baru ini diusul-kan oleh Sekretaris Jendral. Indo-nesia tidak akan menyetujui kerjasama hukum apapun dengan pro-ses di Timor Lorosae kecuali mere-ka merasa adanya tekanan yangpenting untuk melakukannya. Akantetapi, tampak bahwa semua pe-main utama di dalam proses keja-hatan berat menolak mempertang-gungjawaban secara serempak un-tuk berhadapan dengan Indonesia.

Panel Khusus selayaknya se-buah sistem campuran nasionaldan internasional. Meski PBB me-nyediakan dana dan staf internasional, secara resmi di bawahkewenangan Kementerian Kehakiman dan Pengadilan DistrikDili (kecuali Unit Pembela Umum). Surat penangkapan yangdikeluarkan SCU akan efektif di luar Timor Lorosae apabilaharus diteruskan kepada Interpol oleh Jaksa Agung RDTL.Konse-kuensinya yang terjadi, Timor Lorosae membayarbiaya po-litik atas penuntutan warga negara Indonesiaberpangkat tinggi.

Jaksa Agung Longuinhos Monteiro mengatakan kepadaLa’o Hamutuk bahwa ini tanggung jawab Kementerian LuarNegeri dalam Kerja Sama untuk menekan Indonesia, sehinggabeban tidak jatuh di pundaknya. Tetapi, Pemerintah telahenggan membahayakan hubungan mereka dengan Indonesiayang tidak kuat dan telah mengambil jarak dari proses. Presi-den Gusmao sangat vokal mengenai ketidaksetujuannya de-ngan dakwaan-dakwaan SCU terhadap para pejabat militerIndonesia dengan mempermainkan pentingnya hubunganyang baik dengan Indonesia. Menurut Hasegawa, ini tang-gung jawab para negara anggota PBB untuk mendorong In-donesia bekerja sama.

Masa Depan Proses Kejahatan BeratDewan Keamanan PBB telah menyetujui pendanaan bagi

proses kejahatan berat hingga Mei 2005. Akan tetapi, se-pertinya dana ini tersedia setelah Mei 2005. Ketika PBB me-ninggalkan Timor Lorosae dengan semua sumber dayanya,sistem yudisial yang ditinggalkan tidak akan mempunyai ke-mampuan untuk menginvestigasi atau menuntut kejahatan be-rat. Kasus-kasus dapat dialihkan kepada Kementerian Keha-

kiman, atau mungkinsebuah sistem keadilanalternatif, seperti Peng-adilan Internasional.

Lebih jauh, tidak je-las apakah yang akanterjadi dengan kasus-kasus dari kejahatanyang terjadi sebelum1999. Proses selamaini, hanya mengadilikira-kira 1 prosen pem-bunuhan selama pendu-dukan Indonesia yangterjadi di tahun 1999.Jaksa Agung Monteiro

mengakui bahwa sistem keadilan saat ini di Timor Lorosaetidak dapat menangani kasus-kasus sebelum 1999.‘’Peningkatan Institusional’’, dikatakan, harus dibuat jikahendak menangani kasus-kasus itu.

Meskipun logistik dalam menginvestigasi dan penuntutankasus-kasus pra 1999 akan sulit dan rumit, ini keinginankolektif/bersama masyarakat bahwa keadilan harus dilakukanbagi kejahatan-kejahatan yang terjadi selama pendudukan.Ini penting bagi proses rekonsiliasi bahwa pelaku dankejahatan perang tidak diabaikan seolah-olah tidak pernahterjadi. Sayangnya, ku-rangnya kemauan politik TimorLorosae dan internasional untuk menuntut para pelaku telahmenghasilkan ‘’lubang hi-tam’’ kasus-kasus yang mungkintidak diinvestigasi, kurang sekali dituntut.

Jelas bahwa proses kejahatan berat dalam bentuk yangada saat ini belum dan tidak akan memberikan keadilan bagirakyat Timor Lorosae. Sebagai tambahan terhadap banyak-nya keterbatasan dan kurangnya efisiensi yang menghambatpemenuhan standar-standar internasional, sejauh ini juga adakekurangan peningkatan kemampuan yang telah ada. �

Harapan Lain bagi Keadilan

Durvalina Belo Magno, biasanya dikenal dengan nama Durva, 35, ibu dari lima orang anakadalah salah satu dari ribuan korban kekerasan pasca referendum 1999. Ia melihat suaminyadiculik oleh milisi Ai-Tarak di Bulan September 1999. Ia tidak pernah melihat suaminya lagi.Berikut, bagaimana perasaannya mengenai PBB dan SCU. “SCU tidak memberikan keadilan bagipara keluarga korban. Lihat sekitar kita dan anda dapat melihat milisi masih bebas, mendapatkanpekerjaan dan menikmati kebebasan,’’ Ia mengatakan dengan berlinang air mata.

“Hidup kami bukanlah apa-apa jika para pelaku kejahatan melawan kemanusiaanberkebangsaan Indonesia dan Timor Lorosae masih bebas di Indonesia dan tidak diadili menurutHukum Internasional. Kami membutuhkan tindakan nyata dari SCU dan masyarakatinternasional. Kami perlu untuk mendapatkan akar dari kejahatan dan tidak hanya memotongranting-rantingnya.’’

Durva, anggota Aliansi Nasional Timor Leste untuk Pengadilan Internasional, pada awalnyaberharap banyak pada SCU, namun sekarang harapan itu telah hilang. ‘’Kami masih berharapkeadilan melalui pendirian Pengadilan Internasional.’’

Page 7: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 7

Hubungan baik antara Timor Lorosae dan Indonesiatelah digunakan sebagai alasan utama bagiPemerintah Timor Lorosae untuk tidak mendakwa

para Jendral Militer Indonesia. La’o Hamutuk, sebagai orga-nisasi non pemerintah lokal yang melakukan kegiatan advokasikeadilan bagi semua masyarakat Timor Lorosae dan parakorban kejahatan menentang kemanusiaan di mana saja, perca-ya bahwa hubungan baik antara kedua negara menuntut duku-ngan atas tuntutan masyarakat Indonesia untuk mengakhiriimpunitas dan dukungan atas proses demokratisasi di Indone-sia, juga hak atas keadilan dan pemulihan bagi para korban

pelanggaran HAM berat di kedua negara. Selanjutnya La’oHamutuk mendukung pendirian Komisi Ahli PBB untuk me-ngevaluasi kerja SCU, Panel Khusus, dan Pengadilan HAMAd Hoc di Jakarta, dan akhirnya merekomendasikan bahwaKomisi harus mendorong pendirian sebuah Pengadilan Inter-nasional.

Pada 16 Agustus, Menteri Luar Negeri José Ramos-Hortadan Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirayuda menga-takan bahwa dalam kepentingan menjaga hubungan baik ke-dua negara, Republik Indonesia dan RDTL setuju untuk tidakmembawa kejahatan-kejahatan di Timor Lorosae pada tahun1999 ke depan Pengadilan Internasional atau tidak melobbyPBB untuk mendirikan sebuah Pengadilan Internasional (La-poran Timor Post dan Suara Timor Lorosae, 17 Agustus).

Duta Besar Timor Lorosae untuk Indonesia Arlindo Marcalmengatakan bahwa dalam pertemuan di Bali pada 15 Agustuskedua Menteri Luar Negeri, tidak akan mendukung keinginanSekretaris Jendral PBB Kofi Annan untuk mendirikan sebuah

Komisi para Ahli PBB, memperkirakan bahwa studi dan in-vestigasi kasus-kasus oleh Komisi Ahli tersebut akan mempu-nyai banyak dampak negatif. Arlindo Marcal juga mendukungpenolakan Ramos Horta untuk mengadili pelanggaran HAMyang terjadi di Timor Lorosae melalui sebuah Pengadilan In-ternasional. Penolakan pendirian Pengadilan Internasionalatau sebuah Komisi para Ahli PBB didasarkan pada keinginankedua negara tetangga untuk menjaga hubungan baik. Presi-den Xanana Gusmão telah mendukung sikap ini. SementaraPerdana Menteri Luar Negeri Mari Alkatiri menyatakan bahwa

Pemerintah belum mempunyai sikap resmi mengenai pemben-tukan Komisi para Ahli PBB dan Pengadilan Internasional.

Baru-baru ini Aliansi Nasional Timor Leste untuk Pengadil-an Internasional menolak ide yang diajukan oleh Menteri LuarNegeri, pada dua tahun yang lalu untuk mendirikan sebuahKomisi Kebe-naran Internasional, yang mana usulan inididukung oleh Pemerintah Amerika Serikat, dan sebuahusulan untuk memperluas mandat Komisi Reparasi,Kebenaran, dan Rekonsiliasi Timor Lorosae untuk menanganisisa kasus-kasus kejahatan berat melalui rekonsiliasikomunitas.

Kemajuan yang lambat oleh SCU dan Panel Khusus jugakegagalan Pengadilan HAM Ad Hoc di Jakarta untukmemenuhi Hukum Internasional telah mendorong SekretarisJendral PBB untuk mendirikan sebuah Komisi para Ahli.Sekretaris Jendral telah menyerukan kepada masyarakatinternasional untuk melaksanakan tanggung jawab merekauntuk mendirikan sebuah proses peradilan baru yang akan

Hubungan Baik antara Timor Lorosae dan IndonesiaMenuntut Dukungan kepada Masyarakat Indonesiauntuk Mengakhiri Impunitas para Jendral TNI dan

Demokratisasi

Page 8: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 8 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

memberikan keadilan bagi para korban. Komisi Eropa,Pemerintah Selandia Baru, para pembela HAM internasionaldan masyarakat sipil Timor Lorosae telah mendukungpendirian Komisi para Ahli ini.

La’o Hamutuk, sebagai anggota Aliansi Nasional untukPengadilan Internasional menyatakan bahwa semua korbankejahatan menentang kemanusiaan yang terjadi di Timor Lo-rosae mempunyai hak atas keadilan dan hak pemulihan mela-lui sebuah sistem yang bebas dan adil dengan masyarakatinternasional.

Kejahatan yang terjadi di Timor Lorosae adalah tanggungjawab internasional dan seluruh masyarakat internasional ber-tanggung jawab untuk mengakhiri kekebalan dari hukumanyang dinikmati oleh para pelaku kejahatan melawankemanusiaan. PBB mendirikan SCU dan Panel Khusus yangmempunyai yurisdiksi hukum, tetapi tidak mempunyaikekuatan dalam praktek untuk menangkap para pelaku diluar Timor Lorosae. SCU dan Panel Khusus telah mengadiliwarga negara Timor Lorosae yang tidak bertanggung jawabsecara tertinggi bagi kejahatan melawan kemanusiaan yangterjadi di Timor Lorosae, tetapi berpikir bahwa proses inilebih baik dari pada tidak ada sama sekali.

Kami percaya bahwa rencana PBB untuk mengakhiri inves-tigasi oleh SCU pada Bulan Nopember 2004 dan pengadilankejahatan berat di depan Panel Khusus pada Mei 2005 akanmemberikan konsekuensi yang serius pada kasus-kasus di-tinggalkan tidak akan diselesaikan. Satu ide dalam kaitannyadengan rencana ini bahwa Panel Khusus seharusnya diakhiri,karena hanya mengadili para terdakwa Timor Lorosae; merekadapat diadili di dalam sistem Pengadilan Dili meskipun Penga-dilan Dili mengalami kekurangan sumber daya dan kapasitas.Di sisi lain, mengambil keputusan seperti ini berarti meniada-kan pertanggungjawaban internasional dan akan meninggalkanmasyarakat Timor Lorosae sendirian dengan tanggung jawabuntuk mengejar keadilan.

Penghukuman melalui sebuah Pengadilan Internasionalyang bebas dan tidak berpihak seharusnya diprioritaskanoleh masyarakat internasional, dengan dukungan PemerintahTimor Lorosae. Mengadili mereka yang bertanggung jawabatas kejahatan melawan kemanusiaan di Timor Lorosae akanmeletakkan dasar yang kuat bagi negara-negara lain - khusus-nya Indonesia–untuk mengakhiri impunitas dan mencegahkekejaman militer terhadap warga sipil.

Hubungan antara Timor Lorosae dan Indonesia tidakdapat dibangun semata-mata dari ekonomi. Timor Lorosaesebagai sebuah bangsa yang kecil membutuhkan perlindunganhukum dan komunitas internasional untuk memastikansebuah hubungan antara Timor Lorosae dan Indonesia tidakdapat dibangun dengan alasan ekonomi belaka. Timor Lo-rosae sebagai sebuah negara kecil membutuhkan perlindu-ngan hukum dan masyarakat internasional untuk memastikansebuah pemulihan yang adil dari pelanggaran-pelanggaranmelawan negara tetangga yang lebih kuat yang telah mengin-vasi dan membuat kami tidak tentram di masa lalu.

Sebagai tambahan dari tindakan kejahatan melawan kema-nusiaan dengan angka kejadian yang tinggi selama 24 tahunpendudukan ilegal atas Timor Lorosae, Indonesia mempunyaisejarah pelanggaran HAM yang berat yang panjang dan gelap.Contoh, pembunuhan massal para anggota dan pendukung

PKI di tahun 1948 dan 1965, penculikan dan penghilanganpaksa para aktifis demokrasi dan HAM selama kediktatoranSuharto, operasi militer di Aceh dan Papua Barat, pembunuh-an massal pengikut Haur Koneng di Lampung, dan penem-bakan terhadap mahasiswa Tri Sakti setelah jatuhnya Suharto.

Masyarakat sipil Indonesia, dalam perjuangannyamengembalikan demokrasi dan negara hukum, menuntutbahwa kejahatan dari rejim Orde Baru Suharto diadili dipengadilan. Ini hanya satu jalan untuk mematahkan rantaikekebalan hukum penjahat perang. Masyarakat TimorLorosae, sebagai anggota masyarakat internasionalbertanggung jawab dan mempunyai tugas untuk memastikanhal itu terlaksana. Hubungan Timor Lorosae dan Indonesiaharus didasarkan pada penghormatan terhadap HAM yanguniversal sebagaimana didukung oleh instrumen-instrumenhukum internasional dan Ketentuan 10 Konstitusi RDTL: 1.Republik Demokratik Timor Leste harus memperluassolidaritasnya terhadap perjuangan semua orang demipembebasan nasional. 2. Republik Demokratik Timor Lesteharus menjamin suaka politik, sesuai dengan hukum, kepadaorang-orang asing yang dituntut karena perjuangan merekauntuk pembebasan nasional dan sosial, mempertahankanHAM, demokrasi dan perdamaian.

Prosedur-prosedur dan tuduhan-tuduhan yang dilaksana-kan di Pengadilan Ad Hoc Jakarta telah gagal memenuhistandar-standar internasional. Pengadilan telah menunjukkanbahwa militer menikmati kekebalan hukum yang telah dilem-bagakan. Keterlibatan para jendral dalam kejahatan melawankemanusiaan ditunjukkan semata-mata sebagai kejahatan ka-rena kelalaian, karena mereka ‘tidak bisa mencegah’ bawahanmereka melakukan kejahatan. Pengadilan Ad Hoc Jakarta ti-dak memenuhi prinsip-prinsip pertanggungjawaban negaradan individual dalam mengadili para pelaku kejahatan melawankemanusiaan.

Sebagai kesimpulan, kami menyerukan: * Tekanan internasional untuk menumbuhkan kemauan politikpendirian pengadilan dan mendukung pembentukan Komisipara Ahli. * Pemerintah Timor Lorosae harus mendukung penuhtuntutan para korban kejahatan melawan kemanusiaan untukmenghormati hak mereka atas keadilan, hak untuk mengetahuidan hak pemulihan melalui sistem hukm yang bebas danadil. * Dukungan yang kuat dari Pemerintah RDTL untukmendirikan pengadilan internasional dan Komisi para Ahliuntuk mengevaluasi kerja SCU dan kegagalan Panel Khusus.Ini mengikuti keinginan internasional untuk mengadili parapelaku kejahatan melawan kemanusiaan, khususnya di TimorLorosae, Indonesia, juga di negara-negara lain.�

Page 9: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 9

‘Cak’ Munir: 1965 - 2004

Kita tak akan lagi mendengarkan kritiknya yang kerasterhadap militerisme, kekebalan hukum (impunity)para pejabat tinggi militer, dan kekerasan negara di

Indonesia. Sosoknya tak akan menemani para korban penghi-langan paksa, pembunuhan massal, dan kekerasan militerterhadap masyarakat sipil untuk protes menuntut diadilinyaWiranto di depan Istana Negara atau Markas Besar TNI.Munir, 38, yang akrab dipanggil ‘Cak’Munir telah meninggal dunia di atas Hun-garia, 2 jam sebelum pesawatnya menda-rat di Airport Schipol, Belanda. Padasaat tulisan ini dikerjakan, penyebab ke-matiannya secara resmi belum didapat-kan. Ia telah berencana untuk melanjut-kan studi doktoralnya, InternationalHuman Rights Protection di UniversitasUtrecht, Belanda.

Cak Munir dikenal sebagai wakil Ya-yasan Lembaga Bantuan Hukum Indo-nesia dalam mendirikan KontraS (Komi-si Orang Hilang dan Korban Kekerasan)bersama-sama Aliansi Jurnalis Indepen-den, 12 organisasi non pemerintah lain,dan para korban pada tahun 1998. Per-juangannya bersama para korban terins-pirasi dari ibundanya, perjuangan Ke-lompok Perempuan Madres Plaza deMayo di Argentina, dan pengalamannyaketika menyelamatkan mereka yangdihilangkan paksa tahun 1998. SebagaiKoordinator KontraS, Ia turut terlibatmengorganisir para korban, dari peristi-wa pembunuhan massal Tanjung Priukdan 1965, penembakan mahasiswa Tri-sakti I-II, dan penghilangan paksa 1997-1998, kasus Aceh dan Papua Barat.

Saat itu, temuan KontraS mengenai keterlibatan Kopassusdalam kasus penghilangan paksa 1998. Keberaniannya me-ngungkapkan fakta secara terbuka terhadap keterlibatanmiliter dalam kasus tersebut sempat menggoyahkan strukturpara pejabat tinggi militer. Hal ini Ia lakukan juga ketikamenjadi anggota KPP HAM untuk Timor Lorosae. Tahun2003 lalu, Ia menentang keras Operasi Darurat Militer diAceh dan berhasil mengungkap fakta keterlibatan Kopassusdalam pembunuhan Theys Huys, pemimpin gerakan kemer-dekaan Papua Barat.

Cak Munir menyelesaikan S1 di Fakultas Hukum, Universi-tas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bakat kepemimpinannyatampak ketika Ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)dan dipilih untuk memimpin Senat Mahasiswa Fakultas Hu-kum Universitas Brawijaya, 1987-1988. Sikap anti militerismemulai Ia perlihatkan dengan menentang kegiatan ResimenMahasiswa (Menwa) di lingkungan Kampus Brawijaya.

Berawal dari Gerakan BuruhSeusai S1, Cak Munir mengabdikan dirinya di Lembaga

Bantuan Hukum (LBH) Surabaya Pos Malang, 1989-1993.

Pengagum Salvador Allende ini, mulai aktif mengorganisirburuh di Lawang, Pasuruan dan Malang. Di awal 1990an, Iadan sekitar 200 buruh memenangkan gugatan perdata terha-dap perusahaan plastik PT Sido Bangun. Inilah awal karirnyayang cemerlang dan LBH Surabaya mengangkatnya menjadiKoordinator Divisi Perburuhan. Tiap malam, khususnya Sabtudan Minggu, dengan sepeda motor Ia rajin berdiskusi dengan

kelompok-kelompok buruh di ka-wasan Tandes, Rungkut, Sidoarjo,dan Gresik, baik di kantor maupunke tempat kost para buruh.

Kasus pembunuhan buruh perem-puan Marsinah, 1993, membuatnyasemakin sadar bahwa kasus perbu-ruhan selama ini di Indonesia secaraformal melibatkan institusi militer.Dari kasus Marsinah inilah, bersama-sama Komite Solidaritas untuk Mar-sinah (KSUM) Cak Munir memulaiKampanye Anti Keterlibatan Militerdalam perselisihan perburuhan. Seki-tar tahun 1994-1995, Ia menjadipembela 22 buruh PT Maspion, Si-doarjo, Jawa Timur, yang dituduhmelakukan pengrusakan asset peru-sahaan dalam aksi mogok kerja. CakMunir sendiri sempat dipidanakankarena diputuskan bersalah karenamelakukan rapat dengan kliennya diKantor LBH Pos Malang dan harusmenjalani wajib lapor 2 bulan diKantor Kepolisian Sektor Blimbing,Malang. Namun, Ia tak pernah men-jalankan keputusan Pengadilan Ne-geri Malang tersebut.

Cak Munir tidak membatasi waktu kerja dan kegiatannyadi perburuhan saja. Ia menjadi pengacara, fasilitator paralegal,sekaligus kawan diskusi dalam kasus pembreidelan pers,penembakan warga yang menolak pembangunan waduk diNipah, Bangkalan, Madura; kasus petani di Jenggawah, Jem-ber; pengorganisiran dan pendidikan paralegal kepada masya-rakat Singosari, Gresik, yang menolak pembangunan SaluranListrik Tegangan Tinggi 5000 MV; gugatan perbuatan mela-wan hukum terhadap 48 perusahaan di Kali Surabaya, dankasus-kasus subversif dan makar terhadap kawan-kawan Re-netil di Surabaya dan Malang; seperti Jose ‘Samalanrua’Neves. Ia juga melakukan pencarian dan penyelamatan kawan-kawan Timor Lorosa’e yang lari dari penangkapan seusaiaksi melompat pagar Kedutaan Belanda dan Rusia di Jakarta.

Melebarkan Sayap1995, setelah menjabat Kepala Bidang Operasional di LBH

Surabaya, YLBHI memintanya menjadi Direktur Ad-InterimLBH Semarang, Jawa Tengah selama tiga bulan. Tak lamakemudian, YLBHI mengangkatnya sebagai Kepala BidangOperasional, berkedudukan di Jakarta dan mempercayakanjabatan Koordinator KontraS di tangannya. KontraS sempat

Page 10: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 10 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

Munir (kanan) dan keluargaorang hilang dalam

peringatan Hari HAMSedunia tahun lalu.

berdiri di Dili pada tahun 1999 dan juga di Aceh. Ia sempatmenjalani operasi kecil di jari tangan karena diinjak oleh larssepatu tentara yang masuk ke Kantor YLBHI pada saat pe-nyerangan Kantor Pusat PDI-P, 27 Juli 1996.

Kegagalan mendemokratisasikan YLBHI membuatnya ke-cewa dan mundur dari organisasi yang selama ini Ia bangga-kan dan mendirikan Imparsial, Indonesian Human RightsWatch pada 2002. KontraS tetap menjadi tempat yang mem-berinya semangat dan tetap terlibat mengorganisir para korbanpelanggaran HAM berat meski kesehatannya mulai terganggukarena gangguan pada hati dan gastritis akut yang Ia punyaisejak di LBH Surabaya.

Ia telah membantu mendirikan beberapa organisasi untukmendukung kampanye strategis penghentian impunity parajendral dan penegakan HAM. Dengan kecerdasan dan komit-mennya, Ia menjadi Dewan Penasihat IKOHI (Ikatan KeluargaOrang Hilang Indonesia) dan Radio Voice of Human Rights,the Voice of Voiceless, sebagai media alternatif bagi isu-isudan wacana HAM. Meski Ia bersedia menjadi Dewan Penasi-hat Komisi Repatriasi, Kebenaran, dan Rekonsiliasi (CAVR)Timor Lorosa’e, Ia bersama-sama organisasi HAM dan para

korban sepakat untuk menolak pendirian Komisi Kebenarandan Rekonsiliasi Indonesia. Sikap ini bertentangan denganbeberapa organisasi non pemerintah lain yang selama ini aktifbekerja sama dengannya.

Atas dedikasinya, beberapa lembaga nasional dan inter-nasional telah menganugerahkan penghargaan, antara lain se-bagai Man of Year oleh Majalah Muslim UMMAT, 20 Pe-mimpin Muda Asia di Millenium Baru oleh Asia Week, Pe-nghargaan HAM Yap Thiam Hien untuk KontraS, UNESCO,dan tokoh Revoluasi Kaum Muda oleh Mingguan Gatra.

Doa-doa telah dipanjatkan sejak berita kematiannya dite-rima staf KontraS, Selasa, 7/9. Hidupnya yang pendek telahmemberikan inspirasi dan semangat kepada gerakan pro de-mokrasi dan HAM di Indonesia dan internasional. Beristira-hatlah dengan damai, komrade! �

Page 11: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 11

La’o Hamutuk Membutuhkan Anda!

Kami mencari aktivist-aktivist, baik internasional maupun TimorLorosae untuk bergabung dengan kami.

Peneliti Nasional Peneliti Internasional- Hak Asasi dan Keadilan - Hak Asasi dan Keadilan- Institusi-institusi keuangan internasional - Sumber Daya Alam

Masing-masing staf di La’o Hamutuk bekerja secara kolaboratif dengan staf lain untuk meneliti dan melaporkankegiatan institusi-institusi internasional dan pemerintah asing yang beroperasi di Timor Lorosae. Setiap stafberbagi tanggung jawab untuk administrasi dan program kerja, termasuk penerbitan Buletin dan Surat Popular,program radio, pertemuan-pertemuan publik, advokasi, pendidikan popular, koalisi dengan organisasi-organisasiTimor Lorosae lainnya, serta pertukaran kunjungan dengan masyarakat di negara-negara lain. Masing-masingstaf bertanggung jawab untuk berkoordinasi paling tidak salah satu dari kegiatan-kegiatan utama La’o Hamutuk.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai La’o Hamutuk, lihat halaman belakang buletin ini atau website kami diwww.etan.org/lh.

Syarat-syarat• Latar Belakang Aktivis, berpengalaman dan

memiliki perspektif• Punya komitmen untuk menjalankan proses

pembangunan di Timor Lorosae lebih demokratisdan transparan

• Punya komitmen untuk saling berbagi pengetahuandan membantu mengembangkan kemampuan staf-staf yang lain

• Bertanggungjawab, dengan etos bekerja keras danbersedia bekerja bersama-sama dan kreatif dalamsituasi kerja dengan latar belakang budaya yangberagam.

• Memahami dan bersedia untuk bekerja melawandiskriminasi gender

• Punya kemampuan menulis dan komunikasi verbal• Punya kemampuan untuk menyampaikan informasi

faktual dari laporan investigatif• Sehat secara jasmani dan psikis• Berpengalaman dalam salah satu bidang yang

tertera di atas tersebut• Pernah bekerja pada perkembangan internasional,

penelitian kebijakan dan/atau diharapkanberpengalaman dalam solidaritas internasional

Syarat-syarat tambahan untuk staf internasional• Fasih dalam menulis dan berbicara bahasa Inggris

(yang diutamakan berbicara Bahasa Inggris sebagaibahasa utama/native speaker )

• Berkemampuan di bidang organisasi dan komputer• Pengetahuan tentang sejarah dan politik Timor

Lorosae• Pernah tinggal dan bekerja di salah satu negara

berkembang; dan berhasrat untuk hidup sederhana• Fasih atau bersedia untuk belajar Bahasa Tetum• Diharapkan berkemampuan berbahasa Indonesia

dan Portugis

• Fasih berbahasa Tetum dan berbahasa Indonesia;serta berkemampuan menulis dan menerjemahkankedua bahasa tersebut

• Memiliki pengetahuan dasar tentang organisasidan bersedia untuk menyebarluaskanpengetahuan-pengetahuan tersebut

• Sangat diharapkan memiliki pengetahuan tentanginvestigasi, dengan kemampuan menulisberdasarkan fakta dan jelas

• Sangat diharapkan berkeahlian berbahasa Inggrisdan Bahasa Portugis

Syarat-syarat tambahan untuk staf Timor Lorosae

Untuk melamar, tolong sertakan dokumen-dokumen berikut ini ke kantor kami di Farol (Sebelah PerkumpulanHAK dan Sahe Institute ba Libertasaun) atau melalui email ke [email protected]

1. Surat lamaran dengan menuliskan alasan-alasan mengapa anda ingin bekerja dengan La’o Hamutuk2. Curriculum Vitae (CV)3. Dua referensi profesional dari organisasi/majikan anda sebelumnya4. Contoh tulisan mengenai proses pembangunan (satu halaman atau lebih)

Lamaran anda akan kami pertimbangkan setelah kami terima.

Page 12: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 12 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

East Timor Exchange VisitA Nigerian Perspective from Oilwatch Africa

Sebagai bagian dari pertukaran Selatan-Selatan, tujuhaktivist Timor Lorosae mewakili organisasi-organisasiyang fokus pada isu-isu lingkungan hidup, hak asasi

manusia, pembangunan, hak-hak buruh, hak-hak perempuan,dan bidang-bidang lain, mengadakan perjalanan ke Nigeriapada 16-28 Januari 2004 untuk mengamati dan mempelajaridampak-dampak kegiatan dan pembangunan perminyakan,serta bagaiamana masyarakat dan orang-orang lokal setempatmenanggapi hal tersebut. Rombongan mengunjungi Lagos,Port Harcourt, dan beberapa masyarakat di Niger Delta, fasili-tas-fasilitas perminyakan dan bertemu para aktivist lokal, paraahli lingkungan hidup, para pejabat pemerintah, para pemimpinmasyarakat, dan para wartawan.

Pertukaran kunjungan Selatan-Selatan diprakarsai dan diwu-judkan oleh Institut Timor Lorosae untuk Pemantauan Rekons-truksi dan Analisis (La’o Hamutuk), diterima oleh Environ-mental Rights Action (ERA), sebuah kelompok HAM berbasispada isu lingkungan hidup yang membela ekosistem dan pem-

berdayaan masyarakat lokal untuk membela HAM atas ling-kungan hidup sesuai hukum, dan Oilwatch Afrika, sebuah ja-ringan LSM lokal yang tersebar di wilayah Afrika yang dikoor-dinasikan ERA dari Kantor Wilayah di Port Harcourt, Nigeria.

Kunjungan rombongan ini bertujuan agar mereka menyaksi-kan langsung dampak-dampak dari industri minyak di Nigeria,terutama berharap:� Melihat dampak dari kegiatan-kegiatan eksplorasi minyakpada komunitas-komunitas lokal dan masyarakat;� Menjadi lebih sadar apa yang harus dihindari dan apa yangharus dicegah;� Untuk belajar bagaimana orang-orang lokal melawantindakan-tindakan dari para perusahaan minyak multinasional;

� Untuk belajar bagaimana orang-orang lokal mengorganisirdiri dan membangun hubungan dengan orang-orang dalamsituasi yang sama dengan mereka (contoh, menanggapi tin-dakan-tindakan perusahaan-perusahaan minyak).

Utusan Timor Lorosae tersebut tiba di Port Harcourt, ibuKota Negara Bagian Rivers pada 17 Januari 2004. Merekamengadakan sesi perkenalan di Kantor ERA/Oilwatch Afrikadimana jadwal maupun program kunjungan juga dibahas.

Sebagai bagian dari program tersebut, organisasi tuan ru-mah, ERA dan Kantor Wilayah Oilwatch membawa kelilingpara aktivist Timor Lorosae ke desa-desa pelosok di wilayahNiger Delta, yang terkena dampak produksi minyak dan gas.

Di setiap desa diadakan diskusi interaktif dengan para pemu-da, kaum perempuan, para aktivist dari komunitas, dan paratokoh adat masyarakat setempat. Sesudah mengadakan disku-si di setiap komunitas, kunjungan diteruskan untuk melihatwilayah kandungan minyak, sumur-sumur minyak, tempat-tempat dimana gas terbakar dan tempat-tempat dimana terjadi

tumpahan minyak, khususnya yang dekat dengan tempat ting-gal masyarakat.

Rombongan Timor Lorosae dibawa oleh para aktivist lokaldari satu komunitas ke komunitas lainnya untuk mengamatidampak negatif dari produksi gas dan minyak pada lingkungandan masyarakat pedesaan yang rentan. Tempat-tempat yangdikunjungi mereka:

KOMUNITAS RUKPOKWU: Komunitas ini berdekatandengan kota minyak dari Port Harcourt, yang fasilitas perusaha-an Shell diinstalasi pada tahun 1963 dan kegiatan-kegiatanminyak dan gas yang intens berlanjut hingga sekarang. Pada3 Desember 2003, sebuah ledakan besar terjadi pada saluranpipa besar yang melintang di tempat tinggal komunitas, hutan-

Sudut Pandang Masyarakat Nigeria dari Oilwatch Afrika

Pertukaran Kunjungan Timor Lorosae

Page 13: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 13

hutan, lahan pertanian petani, maupun tanah-tanah basah diRukpokwu-Rumuekpe. Pada saat kunjungan, kepada paraaktivist Timor Lorosae diperlihatkan api dan asap kebakaranyang menjulang tinggi, hasil dari ledakan yang masih berlanjuthingga 24 Februari 2004, ketika kondisi kehancuran yang takada hentinya terjadi. Komunitas tersebut anggota kelompoketnik Ikwerre. Rukpokwu ada di wilayah pemerintahan lokalyang terletak persisnya di wilayah Negara Bagian Rivers.

KOMUNITAS EREMA DAN OBAGI, ONELGA, di Wi-layah Negara Bagian Rivers: Rombongan mengunjungi komu-nitas Erema dan Obagi dari clan Egi yang berasal dari kelom-pok etnik Ogba di wilayah Negara Bagian Rivers. Di Erema,rombongan mempunyai sesi yang menarik dengan orang-orangdi desa tersebut mengenai dampak kegiatan-kegiatan permi-nyakan dan gas terhadap lingkungan sekitarnya maupun sum-ber-sumber penghidupan mereka. Komunitas tersebut sudahmenjadi pusat gerakan yang dipimpin oleh kelompok Womenfor a Better Environment (Kelompok Perempuan untuk Ling-kungan Hidup yang Lebih Baik) melawan kelompok raksasaPrancis bernama TotalFinaElf.

Sesudah itu, rombongan mengunjungi Obagi yang jaraknyadekat sekali. TotalfinaElf menemukan ladang minyak yangpertama kalinya (dinamai OB58) di Nigeria pada tahun 1962.Sejak itu, perusahaan tersebut mengeksplorasi wilayah minyaktersebut, yang menghasilkan minyak mentah. Kebijakan-kebi-jakan dan praktek-praktek perusahaan di ladang minyak terse-but menunjukkan bahwa mereka tidak mempedulikan dampakdari eksplorasi dan produksi minyak tersebut terhadap lingku-ngan hidup. Kepada rombongan kunjungan dari Timor Lorosaediperlihatkan tempat terbakarnya gas yang terjadi sepanjanghari dan sepanjang malam di dekat wilayah-wilayah perkampu-ngan. Selama kunjungan tersebut para pemuda dan kaum pe-rempuan dari komunitas Obagi menceriterakan pengalamanyang buruk dari TotalfinaElf kepada rombongan.

KOMUNITAS AKALA-OLU, Pemerintahan LokalAhoada Barat, wilayah Negara Bagian Rivers: Rombonganjuga mengunjungi komunitas pedusunan di Ahoada Barat Wila-yah Pemerintahan Lokal Negara Bagian Rivers. Di tempatini, selain diadakan diskusi terbuka dengan orang-orang pedesa-an yang mengeluhkan pengalaman mereka, rombongan jugamengamati langsung kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan minyak dan gas terhadap lingkungan dan sumber-sumber penghidupan. Rombongan dikejutkan dengan polusidan suhu panas ataupun polusi panas terhadap udara, tanahdan air dari fasilitas-fasilitas yang terletak di dalam komunitaspedusunan miskin tersebut. Perusahaan Minyak Itali, Agip(NAOC), perusahaan transnasional raksasa adalah operatorminyak dan gas bumi di desa Akala-olu.

OGONI: Para aktivist Timor Lorosae juga mengunjungibeberapa tempat yang penting di Ogoni. Mereka mengunjungikomunitas K-Dere dimana fasilitas-fasilitas Shell yang sangatbesar telah menghancurkan lingkungan hidup. Mereka jugamengunjungi Finimale Nwika Hall di Bori dimana sebuah mo-numen almarhum Ken Saro Wiwa dibangun oleh para pendu-kungnya untuk mengenang perjuangannya. Ogoni adalah se-buah komunitas para petani dan nelayannya yang sebenarnyacukup sejahtera, tetapi kesejahteraan, lingkungan dan kehidup-an mereka diganggu oleh Perusahaan Pembangunan Permi-nyakan Shell (SPDC) pada tahun 1958 ketika ditemukan ba-nyak minyak di wilayah tersebut.

Kemarahan karena kerusakan terhadap lingkungan danmanusia, yang terjadi pada awal tahun 90-an, Ken Saro Wiwa,seorang penulis dan aktivis Ogoni yang terkenal, menggerakkanorang-orang Ogoni dan menghentikan pengoperasian minyak

di wilayah tersebut. Walaupun Saro Wiwa dihentikan olehkawan-kawan seperjuangannya yang lain, SPDC tidak lagikembali untuk memulai pengoperasiannya di wilayah tersebut.

BONNY, wilayah Rivers State: Rombongan PertukaranKunjungan Timor Lorosae juga mengunjungi komunitas Fini-ma. Rombongan mengadakan perjalanan dengan sebuah kapalbermotor melalui anak sungai dan sungai menuju Pulau Bonny,pusat gas alam cair Nigeria (NLNG). Finima merupakan ko-munitas di Kerajaan Bonny, yang merupakan kelompok etnisIjaw dari Niger Delta. Wilayah komunitas ini terletak di sebuahpulau di pesisir Atlantic di Negara Bagian Rivers.

Komunitas Finima di Pulau Bonny adalah penting karenapenduduk semua dipindahkan karena peralatan pembangkitgas alam cair Nigeria. Masyarakat Finima mengeluhkan penga-laman pahit mereka ketika harus kehilangan rumah-rumahnenek moyang, sumber penghidupan, maupun ekologi merekauntuk kepentingan-kepentingan minyak dan gas bumi belaka.

KOMUNITAS AKASSA, wilayah pemerintahan Bayelsa:Akassa juga dikunjungi, sebuah komunitas yang terkenal ka-rena perdagangan ikannya. Para nelayan dan perempuan asliyang komunitasnya dekat dengan pantai menggunakan kapal-kapal kecil yang dibuat dari pohon (digunakan layar atau da-yung), dan kapal dari kayu untuk mencari ikan. Tetapi TexacoOverseas, perusahaan minyak terbesar yang beroperasi di pe-rairan lepas pantai Akassa (atau dapat disebut operasi lepaspantai) telah merusak industri perikanan pedesaan karena polu-si minyak dan perairan yang teracun telah sangat merugikan.

KALO CREEK, Negara Bagian Bayelsa: Rombongan jugamengunjungi Kalo Creek di komunitas Otuasegha di WilayahPemerintahan Lokal Yenagoa di Negara Bagian Bayelsa, dipusat Niger Delta, dimana telah terjadi dua kebakaran setinggigunung dari pipa-pipa Shell yang membakar hutan, sungaidan ladang. Juga dikunjungi tempat-tempat lain di dalammaupun di luar Kalo Creek yang juga dihancurkan karenaperbuatan-perbuatan Shell di wilayah tersebut dan perusahaanShell menolak untuk membersihkan.

KOMUNITAS RUMUEKPE, Pemerintah Lokal Emohua,Negara Bagian Rivers: Rombongan juga mengunjungi komu-nitas Rumuekpe dan melihat fasilitas-fasilitas minyak dimilikioleh Elf, Agip, dan Shell. Rombongan menghabiskan beberapawaktunya di komunitas untuk mendengar pengalaman pahitorang-orang lokal. Setelah itu rombongan mengunjungi sebuahlubang akibat kebakaran besar di wilayah komunitas yang de-kat dengan rumah-rumah mereka. Desa Rumuekpe mempu-nyai banyak fasilitas minyak dan merupakan jalur transportasibawah tanah untuk memindahkan minyak dan gas ke Forcadosdan juga ke Pulau Bonny.

Di hari terakhir tour di Niger Delta, diadakan diskusi diKantor Wilayah Oilwatch di Port Harcourt dan para pesertaberdiskusi mengenai pengalaman dan kesan-kesan mereka danbagaimana mereka akan membagikan informasi yang merekadapatkan ketika kembali ke Timor Lorosae.

Agar pertukaran kunjungan tersebut diketahui secara baik,pemberitaan disebarluaskan melalui media lokal maupun inter-nasional. Para wartawan yang mewakili surat kabar Guardian,Beacon dan lain-lain juga ikut serta dalam rombongan tour diNiger Delta. Untuk memfasilitasi penyebarluasan informasiprogram tersebut diadakan penjelasan singkat kepada pers diLagos dengan dihadiri beberapa perwakilan media. Ada jugasesi diskusi yang disiarkan secara langsung melalui programpopular televisi independen nasional yang terkenal di Afrika(Televisi Independen Afrika atau AIT), berpusat di Lagos.�

Informasi lebih lanjut: ENVIRONMENTAL RIGHTS ACTION/FRIENDS OF THE EARTH(FoE, Nigeria) #214, Uselu-Lagos Road, P. O. Box 10577,Benin City, Nigeria, Tel/Fax: + 234 52 600165,E-mail: [email protected]

Page 14: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 14 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

Nigeria Timor-LestePopulasi (jutaan) 120.9 0.8Tahun dimulainya produksi minyak 1960 1998Tahun kemerdekaan 1960 2002Pendapatan dari minyak&gas hingga sekarang (juta dolar Amerika)

$300,000 $90Peringkat perkembangan manusia di antara 177 negara di dunia (1 = paling baik, 177 = paling buruk) 151 158Umur harapan hidup 51.6 49.3Kemungkinan kematian pada saat kelahiran sebelum umur 40

35% 33%Rata-rata angka kematian (per 1.000 kelahiran yang hidup)

110 89Angka kematian di bawah umur 5 tahun (per 1,000 kelahiran yang hidup)

183 126Kebanyakan sumber data diambil dari Laporan Perkembangan Manusia: UNDP, 2004

Timor Lorosae kaya minyak dan sumber daya alam.Rakyat Timor Lorosae berharap pendapatan dariminyak dan gas di Laut Timor dapat digunakan untuk

membangun jalan, sekolah, rumah sakit, dan dana pemba-ngunan negara. Demikian pula yang diharapkan oleh rakyatNigeria, Afrika Barat juga. Nigeria dengan sumber minyakdan gas yang paling berlimpah di dunia, tetapi masih menjadisalah satu negara termiskin.

La’o Hamutuk bekerja sama dengan Sekretariat Interna-sional Jaringan Pemantau Minyak bersama-sama denganEnvironmental Rights (ERA)/Friends of the Earth, mengorga-nisir sebuah studi banding bagi para utusan dari PerkumpulanHAK, NGO Forum, Kdalak Sulimutuk Institutu (KSI), Cen-tro Feto di Oecusse, dan ETADEPuntuk mempelajari situasi Nigeria.Studi banding ini didukung olehHIVOS (Belanda) dan CAFOD (Ing-gris).

Studi banding ini mempunyai tigatujuan utama:

1.untuk memahami bagaimanaproses eksplorasi dan eksploitasi in-dustri gas dan minyak berdampak pa-da lingkungan dan problem social.

2. Belajar lebih banyak mengenaihubungan antara perusahaan multina-sional minyak dengan militer danPemerintah.

3. Membangun hubungan dan soli-daritas rakyat Timor Lorosa’e denganrakyat Nigeria.

Para utusan mengunjungi wilayah yang menerima dampakeksploitasi sumber daya minyak dan gas, antara lain Lagos,Port Harcourt, Erema, Obadi, Akassa, Yenagoa, Bekeriri,Imiringi, Ogoni, dan Pulau Bonny. Para utusan berkesimpulanbahwa masyarakat di wilayah-wilayah tersebut mempunyaipengalaman yang sama karena industri minyak.

Pemerintahan yang KorupSejak kemerdekaannya pada 1960, Nigeria terkenal dengan

pemerintahan militernya yang represif dan ketidakstabilanpolitik. Pemerintah Nigeria mendukung beroperasinya pe-rusahaan-perusahaan multinasional dengan mengorbankankeamanan kehidupan sosial rakyatnya. Perusahaan-perusaha-an multinasional, antara lain Shell (milik Inggris dan Belanda),Agip (Italia), Chevron Texaco, Con Oil Nigeria, dan TotalELF (Sebelumnya bernama SAFRAM, Perancis) didukungPemerintah Nigeria yang mengumbar janji akan membukalapangan pekerjaan, menjaga dan mempertahankan lingkunganhidup, membangun listrik, air bersih, jalan raya, fasilitas kese-hatan, dan fasilitas umum lainnya. Pada kenyataannya angkakekerasan meningkat karena pengangguran yang semakin ting-gi, kemerosotan ekonomi, ketimpangan sosial, serta korupsidi kalangan polisi dan politisi. Sisi lain, hanya sekitar 30persen masyarakat mendapatkan akses terhadap air bersih,angka kematian balita yang tinggi karena penyakit yang

sebenarnya bisa disembuhkan, seperti malaria, batuk berda-rah, diare, dan pneumonia.

Masyarakat Niger Delta telah melakukan protes berkali-kali tetapi tuntutan-tuntutan mereka tidak digubris pemerintahdan pihak berwenang lainnya tidak mendengarkan. Menurutmasyarakat, pemerintah telah menutup telinga dan mata terha-dap segala keluhan dan tuntutan dan tidak berguna karenapara perusahaan multinasional telah menyogok pejabat dipemerintahan, termasuk politisi, hakim, jaksa, polisi, hinggapara wartawan.

Selain tidak ada upaya yang dilakukan oleh Pemerintahuntuk menekan perusahaan-perusahaan multinasional terse-but, Pemerintah juga tidak menjelaskan penggunaan pendapat-

an dari hasil penjualan minyak dan gas secara terbuka. Berta-hun-tahun Pemerintah telah membiarkan para perusahaanyang mengolah minyak dan gas tersebut melakukan pence-maran lingkungan karena kebocoran saluran pipa yang tidakdiganti selama 40 tahun dan mengakibatkan kebakaran disekitar perkampungan penduduk, serta pembuangan limbahcair ke laut.

Dukungan Militer terhadap Perusahaan AsingProtes masyarakat Nigeria ditanggapi dengan kekerasan

oleh aparat militer. Nigeria hidup lama di bawah rejim militeryang represif dan korup. Pembangunan industri minyak dangas yang seharusnya memberikan pendapatan kepada peme-rintah dan kesejahteraan kepada rakyat Nigeria, hanya memba-ngun surga bagi perusahaan trans-nasional tersebut. Untukmenjaga lancarnya uang yang masuk bagi perusahaan trans-nasional tersebut, maka militer Nigeria telah mengabdikandiri sebagai anjing penjaga modal. Angkatan Laut Nigeriaterkenal sebagai penjaga keamanan perusahaan trans-nasio-nal. Sementara itu, polisi dan anggota kesatuan militer lainnyamelakukan pungutan liar di jalan-jalan.

Tuntutan pertanggungjawaban oleh masyarakat terhadapPemerintah Nigeria untuk menghentikan pelanggaran hakekonomi dan sosial, serta kebebasan berekspresi oleh perusa-haan-perusahaan asing tidak pernah berhenti. Satu dekade

Belajar dari Pengalaman Nigeria:Kebalikan dari Berlimpahnya Minyak dan Gas?

Page 15: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 15

lalu, Pengadilan Militer di Port Harcourt memutuskanmembunuh Ken Saro Wiwa –penulis dan aktivist lingkunganhidup serta kedelapan kawannya. Shell diduga kuat terlibatdalam pembunuhan ini sebagai bukti, militer dan PemerintahNigeria telah dikooptasi oleh perusahaan trans-nasional itu.

Genosida terhadap LingkunganMasyarakat Nigeria pasti tidak pernah melupakan peristiwa

kebocoran dan meledaknya pipa minyak di beberapa wilayahindustri minyak dan gas di dari Port Harcourt. 3 Desember2003, sebagai contoh ada ledakan saluran pipa yang usianyayang sudah 40 tahun, membakar sekitar 400 ha tanah perta-nian,.

Kebakaran dan ledakan itu terjadi dimana 200 warga ber-tempat tinggal tetap, meninggalkan dampak yang luas padalingkungan, seperti polusi udara, meracuni sungai-sungai didekatnya hingga mengakibatkan matinya ikan, dan sulitnyabagi para nelayan untuk bertahan hidup. Hingga Januari 2004ledakan pipa itu masih menimbulkan gunungan asap tebalyang mencemari wilayah Port Harcourt. Hingga sekarangShell tidak menolak memperbaiki kerusakan yang ditimbulkanakibat ledakan pipa saluran minyak tersebut.

Di lain tempat bernama Rumuepke, sekitar 20 km PortHarcourt tahun lalu juga ternyata ledakan pipa gas dan banyakwarga menjadi korban. Sementara di Akala Olu terdapat ko-baran api di udara setinggi 100 meter yang setiap hari kilatanapinya disaksikan dan dirasakan oleh masyarakat sekitarnya.Juga di Imiringi, 20 km dari Yenagoa, dua pipa gas raksasameledak dan mengeluarkan semburan api ke ladang dan sa-wah penduduk. Panasnya terasa pada jarak 50 meter.

Organisasi non pemerintah yang memantau industri minyakdan gas dan masyarakat percaya bahwa pembangunanindustri minyak dan gas di Nigeria telah benar-benar merusaklingkungan hidup mereka. Apalagi dengan ledakan-ledakanpipa minyak dan gas tersebut dan kandungan logam beratyang sangat tinggi di sungai, laut dan daratan. Tak ada lagitanah subur, tak ada lagi beragam hutan produktif, para petanisulit mengerjakan sawah dan ladang, nelayan pun sulit menda-patkan ikan-ikan, dan punahnya hutan-hutan bakau. Di mataKen Saro Wiwa, kerusakan lingkungan hidup di tanah Nigeriaadalah genosida terhadap lingkungan yang berlangsung dalamskala luas dan sistematis.

Perubahan Kehidupan Sosial MasyarakatSeorang aktivist serikat buruh di Erema mengatakan bahwa

lebih dari 40 tahun, rakyat Nigeria telah dijadikan hamba sa-haya (budak) di negeri mereka sendiri oleh para perusahaantrans-nasional minyak dan gas. Dengan kata lain, Ia mengata-kan sebelumnya banyak ikan dan hasil bumi lainnya, tetapisekarang banyak orang membawa piring untuk minta makankepada Shell, Agip, dan ELF.

Pada tahun 1980-an, sekitar 50 persen penduduk Nigeriabekerja di bidang pertanian, tetapi sekarang hanya tinggal 3persen dan sisanya bergerak di sektor jasa dan industri, teruta-ma industri pertambangan. Tanah tidak lagi subur dan tidakmemberikan kehidupan karena telah tercemar. Para petanisulit menggarap sawah dan ladang, nelayan sulit mendapat-kan nafkah dari sungai-sungai karena terkoyaknya jala-jalamereka karena minyak di laut dan berkurangnya ikan-ikanserta hilangnya beragam hutan produktif. Di wilayah Akassa,masyarakat membayar mahal untuk jala-jala dan ikan.

Penggusuran juga menjadi persoalan akibat pembangunanindustri minyak dan gas, seperti terjadi pada masyarakat Aka-la Olu dan Finima di Pulau Bonny yang digusur pada tahun1970an.

Pelajaran bagi Timor LorosaeHasil dari minyak dan gas di dasar Laut Timor diharapkan

menjadi sumber pendapatan untuk pembangunan dan me-nanggulangi kemiskinan. Tetapi ada beberapa poin yang dapatkita pelajari dari rakyat Nigeria dalam kaitannya dengan indus-tri gas dan minyak. Pertama, bagi sebagian besar rakyat Nige-ria minyak dan gas telah menjadi sumber kutukan dan benca-na. Penghancuran lingkungan hidup memperburuk kondisisosial mereka. Untuk membendung problem sosial yangseiring dengan situasi yang memburuk, kekerasan dilakukankepada masyarakat lokal oleh aparat negara yang semakinbrutal. Kedua, sejak ditemukannya minyak dan gas, negeriitu semakin miskin daripada sebelumnya. Pembangunan in-dustri minyak dan gas hanya menguntungkan segelintir peja-bat dan pemerintah yang korup, tidak bagi rakyat umum.Ketiga, dampak negatif terhadap lingkungan hidup harus dipe-lajari dan dihindari sehingga lahan pertanian dan sumber kehi-dupan lainnya tidak dimusnahkan. Keempat, beberapa peru-sahaan minyak dan gas yang beroperasi di Nigeria juga ber-operasi di Laut Timor. Kita bisa mempelajari pola-pola pe-langgaran HAM yang dilakukan oleh mereka di berbagai ne-gara yang kaya minyak dan mencari strategi untuk memperta-hankan hak-hak kita.

Untuk mencegah hal-hal buruk di atas, penting bagi rakyatTimor Lorosae berpartisipasi dalam proses pembangunansumber daya minyak kita. La’o Hamutuk mendesak peman-tauan setiap langkah yang diambil oleh Pemerintah RDTL,Pemerintah Australia, dan para perusahaan trans-nasional diatas untuk tetap menghormati kedaulatan negara RDTL, kon-sisten dalam menjaga kelangsungan lingkungan hidup sertatransparansi atas proses kesepakatan dan jumlah pendapatanyang diterima oleh semua pihak.

Masyarakat juga harus mendesak agar para pihakmenandatangani instrumen perjanjian internasional di bidanglingkungan hidup berkaitan dengan pencemaran laut,pembuangan limbah beracun cair di laut dan sejenisnya untukmelindungi lingkungan. Lebih jauh lagi, Pemerintah kita tidaktergantung pada minyak saja, tetapi harus mengembangkansumber daya ekonomi produktif lainnya, seperti pertanian,perikanan, dan pariwisata.�

Page 16: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 16 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

Di hari lainKami berdansa di jalan

Kegembiraan di hati kamiDulu Kami Berpikir Kami telah MerdekaTiga kawan muda mati demi hak kami

Tak terbilang lebih banyak yang mati demi‘ide-ide kiri’ kamiLihatlah ke atas,

Jauh dari keramaianKami menatap

Senjata panas-merah

Dulu kami berpikir itu MinyakTernyata darah

Dulu kami berpikir itu MinyakTernyata itu darah

Jantung melompatMasuk ke dalam mulut kami

MengambangDi sumur-sumur yang kering emosiKami melangkah dalam kemarahan

Tahu ini tidaklah lucuKemudian kami melihat

Genangan merah menyala

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Jangan jatuhkan air mataKetika kau takut

Pertama di OgoniHari ini orang-orang Ijaw

Berikutnya, siapa yang akan dibunuh?Kami melihat mulut-mulut yang terbuka

Tetapi tak terdengar jeritanNaik menggenangHingga lutut kami

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Mengering kantung-kantung air mataSungai-sungai terpolusi

Segalanya nyataKetika ada dalam mimpi-mimpi

Kami melihat Shell merekaDi belakang perisai tentara

Setan, kengerian, tiang gantung memanggilalat-alat pengebor minyakMengebor hati nurani kami

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Surga-surga terbukaDi atas kepala kami

Memanggang mimpi-mimpi dalam nyala apidan langit yang tergoreng

jutaan lubang hitamdi atas langit yang terbakar

Pipa-pipa mereka boleh meledakTetapi mimpi-mimpi kami tidak akan meledak

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Inilah yang kami katakan kepadamuMereka boleh membunuh semuanya

Tetapi darah akan bicaraMereka boleh mendapatkan segalanya

Tetapi lapisan kesuburan akan TUMBUHKami boleh mati tetapi tetap hidup

ditaruh di papanDibunuh oleh hariKami tetap hidup

Dengan pengorbanan yang panjang

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

Dulu kami berpikir itu minyakTernyata darah

(diinterpretasikan dari We Thought it was Oil. But itwas Blood, oleh Selma Hayati)

Dulu Kami Berpikir itu Minyak,Ternyata DarahNnimmo Bassey, Oilwatch Nigeria

Page 17: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 17

Siapakah Di La’o Hamutuk?Staf La’o Hamutuk: Ines Martins, Tomas (Ato) Freitas, Cassia Bechara, Simon Foster, Selma Hayati, Mericio

(Akara) Juvinal, Yasinta Lujina, Charles Scheiner, João Sarmento, Maria Afonso, Joaozito Viana, GuterianoNicolau, Alex Grainger

Dewan Penasihat: Sr. Maria Dias, Joseph Nevins, Nuno Rodrigues, Pamela Sexton, Aderito de Jesus Soares

Penerjemah Buletin Edisi ini: Kylie, Titi Irawati, Tome Xavier

Foto Buletin Edisi ini: Samep (8,17), Selma Hayati (5,6,9), IKOHI (10)

Gambar Buletin Edisi ini: Cipriano Daus

Dapatkan CD-ROM Oilweb versi 2,0 edisi terbaru bulanSeptember 2004 di kantor kami Lao Hamutuk

Page 18: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 18 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

Editorial : Bisakah Timor Lorosae Menghindari Kutukan Sumber Alam? (lanjutan dari halaman belakang)

♦ Perang, militerisasi, dan penindasanMinyak itu sangat tinggi nilainya sehingga ada pemerintah ne-

gara-negara yang melancarkan perang untuk mendapatkannya. Kitatahu bahwa salah satu sebab utama Australia mendukung invasi In-donesia terhadap Timor Lorosae adalah untuk mendapatkan minyakdi Laut Timor. Yang lebih baru, salah satu alasan utama invasi pim-pinan Amerika Serikat terhadap Iraq tahun lalu adalah keinginanWashington untuk mendapatkan kontrol yang lebih kuat atas cada-ngan minyak dunia.

Di Indonesia, Aceh kaya dengan minyak dan gas, tetapi keuntu-ngan tidak dinikmati oleh penduduk setempat. Ketika rakyat me-lawan, militer Indonesia menjawab dengan kekerasan, yang seba-gian untuk mengembangkan fasilitas ExxonMobil sehingga uangminyak tetap mengalir ke Jakarta. Di Malaysia, Delta Niger, Ama-zona Ecuador, dan seluruh dunia, pasukan-pasukan tentara menin-das penduduk setempat untuk melindungi fasilitas-fasilitas minyakdan gas.

♦ Konsekuensi ekonomi dan sosialHarga minyak yang tidak stabil, bersama dengan pendapatan

yang tinggi darinya, malah menyebabkan pemerintah-pemerintahyang tidak korup membuat kebijakan pembangunan yang bertenta-ngan dengan kepentingan jangka panjang rakyatnya. Sektor-sektorperekonomian yang lain, seperti pertanian, diabaikan karena parapembuat kebijakan memandang minyak sebagai sumber pendapat-an yang lebih mudah dan lebih besar. Makanan impor dan barang-barang impor lainnya lebih disukai daripada produk lokal, sehinggamenurunkan kemandirian.

Ketika harga dan pendapatan minyak tinggi, pemerintah-peme-rintah mengadakan proyek-proyek pembangunan dan infrastrukturbesar, atau melancarkan program yang biayanya besar. Ketika pen-dapatan kemudian menurun, mereka harus meminjam uang dariBank Dunia atau lembaga-lembaga internasional yang lain. Di ba-nyak negara kaya minyak, pembayaran kembali hutang sekaranglebih besar daripada pendapatan dari minyak; hutang seluruhnyalebih besar daripada cadangan minyak yang masih ada.

Minyak adalah sumber alam yang tidak bisa diperbarui. Cadangandi bawah Laut Timor akan habis dalam waktu 50 tahun, dan TimorLorosae harus mengandalkan sumber pendapatan yang lain. Tetapipendapatan minyak bisa membuat kecanduan, dan sangat sedikitnegara yang berhasil menggunakan uang minyak untuk membangunlandasan perekonomian yang kuat di sektor-sektor lain. Persoalanyang sama ada di seluruh dunia – minyak itu begitu menguntungkansehingga sumber-sumber energi alternatif tidak dikembangkan atautidak diprioritaskan, sehingga mendorong ke arah terjadinya peru-bahan iklim dan krisis besar ketika aliran minyak terhenti atau ha-bis.

Karena fasilitas-fasilitas minyak bersifat spesialistis, infra-struktur yang mahal yang mereka perlukan jarang bisa dinikmatioleh penduduk setempat. Meskipun banyak pekerja setempat yangdipekerjakan pada waktu pembangunannya, operasi fasilitas permi-nyakan membutuhkan keahlian teknis, memerlukan keterampilantertentu. Sulit bagi banyak penduduk Timor Lorosae untukmendapatkan pekerjaan ini.

Kenyataan Timor Lorosae bisa mendatangkan kutukan♦ Tidak ada sejarah demokrasi atau pemerintah sendiriKarena bangsa ini baru merdeka, kita tidak punya tradisi keterli-

batan rakyat yang konstruktif dalam pembuatan kebijakan. Bagisebagian besar orang, hubungannya dengan pemerintah sebelum1999 hanyalah melawan. Pejabat-pejabat pemerintah cenderung

melindungi informasi dan enggan untuk mempercayai masyarakatsipil, yang masih sedang mengembangkan kemampuannya untukmenganalisis dan melakukan advokasi mengenai masalah-masalahteknis yang kompleks. Ketika pejabat-pejabat melibatkan masyara-kat sipil, seringkali yang terjadi adalah ceramah penjelasan bukan-nya konsultasi, dimana pemerintah memberi tahu kepada rakyatapa rencana yang akan mereka lakukan bukannya bertanya apa yangrakyat inginkan atau perlukan. Pola ini dibuat oleh Indonesia danPerserikatan Bangsa-Bangsa, dan akan sulit untuk dihentikan.

♦ Hanya sedikit contoh yang bisa dipelajariBirokrasi kolonial Portugis sangat terkenal tidak efisien dan

sembarangan, sementara dinas pemerintah dan militer Indonesiakorupsi dan kekejamannya mencapai rekor. Timor Lorosae sedangberusaha keras untuk tidak meneruskan tradisi-tradisi itu. Banyakbadan internasional yang sekarang di sini mengajarkan tentang tran-sparansi dan pertanggungjawaban, tetapi sering tidak memprak-tekkan apa yang mereka ajarkan.

♦ Pejabat dan dinas pemerintah yang tidak berpenga-laman

Karena pemerintah Timor Lorosae adalah pemerintah yang baru,undang-undang dan peraturan yang berlaku baru sedikit, sementarawarganegara dan pegawai pemerintah masih baru mempelajarinya.Kita masih kekurangan pengertian yang kuat tentang apa yang bisaditerima dan apa yang tidak bisa. Tanpa dinas pemerintahan yangprofesional dan berpengalaman, luas kemungkinan untuk terjadinyakorupsi atau penerapan undang-undang yang tidak konsisten, tetapiuntuk mentradisikan kejujuran, transparansi, dan pertanggung-jawaban itu diperlukan waktu.

Karena manager atau pejabat publik Timor Lorosae sangatsedikit yang berpengalaman, dan karena struktur pemerintah kitatidak punya waktu untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yangdilakukannya, ada banyak potensi konflik kepentingan dan orangmenjalankan dua peran, yang bisa mengurangi kesempatan TimorLorosae untuk membuat keputusan yang sebaik mungkin. Inimerupakan keprihatinan struktural, tanpa implikasi bahwa orang-orang yang sekarang berdinas itu tidak jujur, tidak mampu, danpunya tujuan tidak baik.

• Orang yang menjadi Direktur Eksekutif Otoritas Laut Timorjuga menjadi Komisaris yang mengawasi Otoritas Laut Timor,dankarena itu dia menjadi atasannya sendiri.

• Sekretaris Negara untuk Lingkungan hidup, Pariwisata, danInvestasi harus menyeimbangkan tanggungjawab lingkungandengan menarik investor ke Timor Lorosae. Dia juga menjadiseorang Komisaris Otoritas Laut Timor dan kepala sementaraoperasi-operasi perminyakan Timor Lorosae.

• Perdana Menteri juga menjadi Menteri Pembangunan danLingkungan hidup, yang secara langsung mengarahkan perundingandengan Australia dan pengembangan kebijakan pendapatan minyak.Meskipun Kementerian Perminyakan yang tetap belum ada, diadiduga akan memiliki peran yang kuat. Ini adalah tanggungjawabyang sangat banyak untuk satu orang.

♦ Tidak ada pengimbangan dan pengawasan untuk menja-min pertanggungjawaban

Sampai sekarang, Timor Lorosae belum punya mekanisme yangefektif untuk memerangi kerahasiaan atau korupsi. Dua tahun sete-lah merdeka, Kantor Provedor yang ditetapkan oleh Konstitusibelum dibentuk, dan rancangan undang-undang untuk kantor itu ti-dak menjamin independensi yang cukup. Sistem hukum TimorLorosae sedikit pengalamannya dan menghadapi banyak masalah,

Page 19: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 3-4 Oktober 2004 Halaman 19

Dengarkan Program Radio “Igualidade” La’o HamutukWawancara dan Komentar mengenai isu-isu yang kami investigasi dan isu-isu lainnya!

Dalam Bahasa Tetum dan IndonesiaSetiap Hari Minggu, pukul 1:00 siang di Radio Timor Leste

baik dalam pelaksanaan pengadilan dan undang-undangnya sertaprosedurnya sendiri.

Pada saat itu, salah satu partai politik punya mayoritas yang be-sar dalam Parlemen, yang membuat rendahnya kemampuan Par-lemen untuk mengimbangi kegiatan Pemerintah. Lebih lagi, partai-partai minoritas sedikit keahlian atau pengalaman politiknya, danbelum mengembangkan kemampuan untuk menganalisis secarakonstruktif memberikan alternatif kebijakan Pemerintah.Timor Lorosae punya ciri-ciri yang bisa mengurangi risikokutukan minyak

Karena Timor Lorosae baru saja mulai mengeksploitasi sumberminyaknya, kita bisa belajar dari kegalagan dan keberhasilan ne-gara-negara lain. (Lihat laporan mengenai Nigeria, halaman 14).Juga, karena kebanyakan sumber alam yang kita ketahui berada dibawah laut, maka penghancuran masyarakat setempat dan lingku-ngan mungkin lebih rendah bahayanya.

Rakyat Timor Lorosae sangat besar tekadnya padakemerdekaan, dan akan terus berjuang untuk kedaulatan danhaknya, serta menuntut agar pemerintah melayani kepentinganrakyat. Mungkin lebih daripada faktor lain, ini bisa membantupemerintah tetap berada pada jalurnya. Tambahan lagi, ukuran TimorLorosae yang kecil dan sistem komunikasi dari mulut ke mulutyang efektif bisa membuat sulit kegiatan ilegal atau korupsi untukdijalankan tanpa terbongkar.

Juga, penggunaan dolar Amerika Serikat sebagai mata uangTimor Lorosae membebaskan negeri ini dari pengelolaan inflasiatau persoalan pertukaran luar negeri yang ditimbulkan oleh uangminyak. Sebagai imbalannya, Timor Lorosae kehilangan alatkontrol finansial yang bisa digunakan melalui penyesuaian tingkatkurs mata uang yang cocok dan tepat waktu dan membuatperekonomiannya terkait dengan perekonomian Amerika Serikat.Menghemat untuk generasi mendatang

Bidang keputusan utama lainnya, yang masih harus dibuat, adalahbagaimana Timor Lorosae akan menggunakan ataumenginvestasikan pendapatan yang diperoleh dari minyak dan gas,yang akan habis dalam masa hidup kita. Salah satu pilihan adalahmenggunakannya untuk pengeluaran anggaran pemerintah setiaptahun, yang bisa termasuk “investasi” di Timor Lorosae sendiri,seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pengembanganekonomi.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyediakan seorang pe-nasehat Norwegia untuk bekerja di Kementerian Perencanaan danKeuangan untuk merancang suatu “dana minyak” yang akan mem-bantu rakyat dan pemerintah Timor Lorosae mengetahui berapabanyak uang yang berasal dari minyak, dan apakah uang itu akandibelanjakan atau disimpan. Tetapi dana yang diusulkan tidak akanmembatasi jumlah pendapatan minyak setiap tahunnya, menjaganyaterhadap naik turunnya harga minyak di pasar dunia yang tidak bisadiperkirakan, atau melindungi terhadap keputusan ekonomi yangburuk.

La’o Hamutuk akan membahas dana model “Norwegia Plus”secara lebih rinci di masa depan, tetapi kami khawatir bahwa ini

tidak akan cukup melindungi Timor Lorosae dari kehabisan sumberalam utamanya itu dalam beberapa dasawarsa mendatang, tanpameninggalkan apa-apa untuk generasi-generasi mendatang.

Menurut perkiraan anggaran pemerintah untuk tiga tahun 2005-2008, 65% ($ 139 juta dari $ 215 juta) dari pendapatan pemerintahnon-donor akan datang dari minyak, ditambah $ 86 juta uang minyaktambahan yang akan ditabung dalam dana minyak. Ini akan meningkatdalam tahun-tahun berikutnya, ketika Bayu-Undan Tahap II danGreater Sunrise menjadi terhubung pipa, dan rayuan untukmembelanjakan akan sangat besar.

La’o Hamutuk mengkhawatirkan kurangnya transparansi peme-rintah mengenai masalah ini. Tahun yang lalu, IMF membuat suatulaporan membahas pilihan-pilihan dana minyak yang dirancang un-tuk Timor Lorosae, tetapi pemerintah menolak membukanya untukmasyarakat umum. Kami lebih khawatir lagi oleh kerahasiaan Ban-king and Payment Authority (BPA) dan pemerintah mengenai uangminyak yang telah diterima. Sejauh ini pemerintah telah menerimasekitar $ 15 juta royalti minyak (FTP), yang disimpan dalam BPAuntuk dipindahkan ke dana minyak ketika dana ini diciptakan tahundepan. Tetapi pertanyaan berkali-kali dari media dan masyarakatsipil mengenai di mana uang itu diinvestasikan sekarang masihjuga belum dijawab.Kesimpulan

Timor Lorosae punya banyak prasyarat yang telah mengutuknegara-negara lain yang baru merdeka dan kaya minyak, dan diper-lukan banyak usaha untuk menjamin agar minyak kita menjadi ke-untungan bagi rakyat kita. Tetapi telah dibuat keputusan-keputusanyang kemungkinan bukan yang terbaik untuk Timor Lorosae. Adamomentum untuk mengambil minyak dan gas secepatdimungkinkan secara teknis, sebelum batas laut serta dinaspemerintah yang kuat dan peraturan-peraturan yang baik ada.

Meskipun demikian, Timor Lorosae masih bisa menghindaripengalaman buruk negara-negara lain. Langkah-langkah berikut inipenting untuk diambil:• Managemen pendapatan dan minyak harus transparan, bisadipertanggungjawabkan, dan dilindungi.• Mekanisme pengimbangan dan pengendalian serta pengawasanindependen di dalam dan di luar pemerintah harus dilakukan secepatdan sehati-hati mungkin.• Masyarakat sipil harus terlibat dalam dan secara ketat mengawasipembuatan undang-undang, keputusan-keputusan operasional dankeuangan. Ini harus dilakukan lebih cepat dan lebih aktif daripadaselama ini.• Hukum mengharuskan dibukanya kepada publik aset danpendapatan pejabat pemerintah, serta pendapatan minyak dan gas,investasi dan pembayaran, harus dilaksanakan.• Australia harus mematuhi hukum internasional mengenaiperbatasan laut.

Tidak mudah menjamin agar minyak dan gas Timor Lorosaemenguntungkan rakyat Timor Lorosae, dalam jangka panjangmaupun pendek. Tetapi ini bukan sesuatu yang mustahil.

Page 20: Buletin La’o Hamutuk · Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM di Timor Lorosae (KPP HAM) menemukan bukti-bukti adanya kejahatan melawan kemanusiaan yang sistematik dan dalam skala luas

Page 20 Vol. 5, No. 3-4 October 2004 Buletin La’o Hamutuk

(bersambung ke halaman 18)

Di seluruh dunia, banyak negara, termasuk Timor Lorosaewilayahnya memiliki minyak dan gas. Sumber alam ini bisamemberikan kekayaan yang sangat banyak kepada sebagian

warganegara, dan kepada perusahaan-perusahaan yang mengambildan menjual minyak dan gas itu. Tetapi di hampir semua negara,kekayaan itu tidak menguntungkan bagi sebagian besar rakyat, danpengembangan sumber alam minyak bisa lebih banyak menda-tangkan keburukan daripada kebaikan. Ini khususnya terjadi di ne-gara-negara yang tidak punya pemerintahan yang kuat, tradisi de-mokrasi yang lama, dan perekonomian yang kuat dan beranekara-gam sebelum mereka mulai menjual minyak yang mereka miliki.(Lihat Buletin La’o Hamutuk Vol. 5, No. 1 “Uang Minyak Me-merlukan Manajemen Yang Baik,” dan Buletin La’o HamutukVol. 3, No. 5).

Jika Timor Lorosae ingin keluar dari pola ini, kita pertama-tama harus mengerti mengapa banyak rakyat di seluruh dunia, dariVenezuela ke Nigeria sampai Aceh, percaya bahwa mereka akanmenjadi makmur kalau minyak tidak pernah ditemukan di wilayahmereka.

Di negeri-negeri industri kaya, cara hidup nyaman sebagian pen-duduknya tergantung pada minyak dan gas – untuk listrik, untuktransportasi, untuk industri, dan untuk produk-produk petrokimia.Perusahaan-perusahaan minyak internasional termasuk perusahaanterbesar di dunia. Industri ini, berbasis pada teknologi yang kom-pleks yang memerlukan investasi yang sangat besar dan mempeker-jakan sedikit pekerja saja, adalah salah satu dari yang paling banyakmendatangkan keuntungan di planet bumi. Misalnya, pendapatantahunan perusahaan Shell hampir dua kali lipat dari pendapatanpemeritah Australia; pendapatan tahunan Conoco Phillips tiga kalilipat pendapatan Indonesia.

Keburukan apa yang bisa ditimbulkan oleh minyak?Pengembangan minyak lebih banyak tidak menguntungkan seba-

gian besar rakyat suatu negara, khususnya jika negara tersebut tidakpunya pemerintah yang kuat dengan tradisi pegawai negeri profesi-onal yang kuat, sikap tanggap pada penduduk pemberi suara dalampemilihan umum, dan pertanggungjawaban para pejabat pemerintah.Sebaliknya, uang mengalir masuk ke sejumlah kecil orang ataudisalurkan untuk kebijakan-kebijakan ekonomi yang tanpa arah atautidak berkelanjutan. Industri minyak bisa merusak lingkungan, dansering kali menimbulkan perang atau pelanggaran hak asasi manu-sia. Ini terjadi di banyak negara.

♦ Korupsi pejabat Umum dan industriKeuntungan dari minyak begitu besar sehingga bisa menggoda

para pejabat pemerintah dan perusahaan, dan bisa mengarah padaterjadinya kecurangan atau penyuapan. Dari Suharto sampaiSaddam Hussein, diktator-diktator mengambil alih kekuasaan agarmemperoleh keuntungan yang besar, dan mengguna-kannya untukkepentingan pribadi, untuk mempertahankan penguasaan, dan untukmembiayai penindasan. Tetapi bahkan di negara-negara kaya yangdemokratis, korupsi meluas di dalam industri minyak. Misalnya,kepala-kepala State oil (perusahaan minyak milik negara Norwegia)dan Royal Dutch Shell (milik negara Belanda) terlibat penyuapandan pembuatan laporan palsu tahunan yang lalu, dan dipaksamengundurkan diri. Norwegia dijadikan model untuk TimorLorosae, dan Shell punya reputasi sebagai salah satu dariperusahaan yang paling konservatif dalam industri minyak. Contohlain, tiga perusahaan minyak, yang sekarang dikenal dengan namaExxonMobil, BP, dan ConocoPhillips, selama bertahun-tahun

secara sistematis membohongi pemerintah negara bagian Alas-ka, Amerika Serikat. Setelah ada lebih dari 141 kasus hukum, Alas-ka memaksa perusahaan-perusahaan itu untuk membayar kepada-nya lebih dari $ 10,6 milyar.

♦ Penghancuran lingkungan hidupDi mana saja minyak diambil, diproses, dan digunakan, baik di

darat maupun di laut, lingkungan alam menghadapi bahaya. Kecela-kaan-kecelakaan yang dahsyat – kebakaran, ledakan, kebocoranatau pipa yang putus – merupakan bahaya yang terus-menerus diha-dapi para pekerja, penduduk yang tinggal di dekatnya, dan lingku-ngan alam setempat. Tetapi bahkan dalam keadaan operasi normal,kebocoran kecil, polusi, dan kerusakan pipa kecil-kecilan bisa me-rusak lingkungan darat dan laut, mengotori air, mencemari perika-nan, keanekaragaman hayati, pertanian, dan kehidupan sehari-hari.

Pengambilan dan pengolahan minyak di lepas pantai mengguna-kan daratan untuk pabrik, saluran pipa, jalan, zona penyanggga ke-amanan, sumur, dan fasilitas-fasilitas lain, membuat penduduk te-rusir.

Dan di seluruh dunia, pengolahan dan pembakaran minyak dangas bumi menambah zat arang di udara, menyebabkan terjadinyapemanasan seluruh dunia, menaikkan permukaan laut, dan keadaaniklim yang ekstrem, yang akan secara drastis mengubah planet ki-ta pada abad selanjutnya.

Editorial : Bisakah Timor Lorosae Menghindari Kutukan Sumber Alam?

Apakah La’o Hamutuk itu?La’o Hamutuk (Berjalan Bersama) adalah sebuahorganisasi Timor Lorosae yang memantau, menganalisis,dan melaporkan tentang kegiatan-kegiatan institusi-institusi internasional utama yang ada di Timor Lorosaedalam rangka pembangunan kembali sarana fisik,ekonomi dan sosial negeri ini. La’o Hamutukberkeyakinan bahwa rakyat Timor Lorosae harus menjadipengambil keputusan utama dalam proses ini dan bahwaproses ini harus demokratis dan transparan. La’oHamutuk adalah sebuah organisasi independen yangbekerja untuk memfasilitasi partisipasi rakyat TimorLorosae yang efektif. Selain itu, La’o Hamutuk bekerjauntuk meningkatkan komunikasi antara masyarakatinternasional dengan masyarakat Timor Lorosae. Staf La’oHamutuk baik itu staf Timor Lorosae maupuninternasional mempunyai tanggungjawab yang sama danmemperoleh gaji. Terakhir, La’o Hamutuk merupakanpusat informasi, yang menyediakan berbagai bahanbacaan tentang model-model, pengalaman-pengalaman,dan praktek-praktek pembangunan, serta memfasilitasihubungan solidaritas antara kelompok-kelompok di TimorLorosae dengan kelompok-kelompok di luar negeridengan tujuan untuk menciptakan model-modelpembangunan alternatif.

La’o Hamutuk mempersilakan kepada mereka yang inginmenyalin kembali buletin atau foto yang ada dalam buletindengan gratis. Buletin dan foto yang disalin harus tetapmencantumkan nama La’o Hamutuk sebagai sumberutamanya.

Dalam semangat mengembangkan transparansi, La’oHamutuk mengharapkan anda menghubungi kami jikamempunyai dokumen dan atau informasi yang harusmendapatkan perhatian rakyat Timor Lorosae sertamasyarakat internasional.