buletin pijar tulang bawang barat edisi 1 tahun 2015
DESCRIPTION
PIJAR Tulang Bawang Barat adalah buletin reguler triwulan yang diterbitkan oleh pengajar Muda IX Gerakan Indonesia Mengajar, penugasan Kab.Tulang Bawang Barat. Redaksi PIJAR Tulang Bawang Barat menerima kiriman tulisan, tanggapan, dan masukan dari pembaca. Alamatkan kiriman Anda ke alamat email [email protected] dengan mencantumkan [PIJAR Tubaba] pada subjek.TRANSCRIPT
PI AR
Tulang Bawang Barat
BERGERAK BERSAMA
Edsi I Tahun 2015
(sampul depan) Siswa-siswi SDS Terang Agung, Kec. Gunung Terang, Kab. Tulang Bawang Barat pada saat kegiatan “Mencari Jejak” dalam rangka Persami (Perkemahan Sabtu Minggu)
B E R A N D A
PEMIMPIN REDAKSI: Wido Cepaka Warih
REDAKTUR: Diyon Iskandar Setiawan
Taufik Akbar
Maya Ruslina Yanita Dewi
Retno Dewi Yulianti
Septiani Caturasih Suyono
DESAIN DAN TATA LETAK: Ditha Cahya Kristiena
KONTRIBUTOR: Eko Andik Saputro (Pengajar Muda IX Kab.
Banggai, Sulawesi Tengah)
KONTRIBUTOR FOTO: Septiani Caturasih Suyono
Ditha Cahya Kristiena
Maya Ruslina Yanita Dewi
Diyon Iskandar Setiawan
KONTAK REDAKSI: [email protected]
+62 852 2847 4281
03 TABIK PUN Salam Sapa dari Kami Pengajar Muda IX, Sang Pelari Terakhir
04 LEBIH DEKAT Gerakan Indonesia Mengajar di Tahun Terakhir
06 LIPUTAN UTAMA Festival Gerakan Indonesia Mengajar 2015: Terus Bergerak di Sepanjang Tahun
08 KABAR Reporter Cilik Olimpiade Sains Kuark 2015 Bazar Siaga Gunung Agung Kegiatan Belajar Bermain Tour
12 TOKOH KITA Syukur dari Sosok Khafidun
13 BLOG PM Semesta Mendukung: Si Kecil
Yang Bijak Bersuara Tanpa Suara Sang Inovator
16 MENYAPA INDONESIA Kisah Pak Siregar : Pengabdian Tak Berujung
18 GAGASAN Flash Mob Pendidikan
19 KOTAK CAKRAWALA Pohon Matematika
20 DI BALIK KELAS Pejuang Cerita tentang Gaya Gravitasi
Bumi
20 TAU GAK SIH? Dari Dalam Sumil
21
POTRET
T I M R E D A K S I
PIJAR Tulang Bawang Barat adalah buletin reguler triwulan yang diterbitkan oleh pengajar Muda IX
Gerakan Indonesia Mengajar, penugasan Kab.Tulang Bawang Barat. Redaksi PIJAR Tulang Bawang Barat
menerima kiriman tulisan, tanggapan, dan masukan dari pembaca. Alamatkan kiriman Anda ke alamat
email [email protected] dengan mencantumkan [PIJAR Tubaba] pada subjek.
T A B I K P U N
~Bergerak Bersama~
Tahun 2015 ini merupakan lintasan
terakhir lari estafet Pengajar Muda di
beberapa daerah penempatan Indonesia
Mengajar, salah satunya di Kabupaten
Tulang Bawang Barat, Lampung. Tongkat
estafet telah dilalui Pengajar Muda selama 5
tahun siap dikembalikan ke daerah.
Di lintasan terakhir ini juga, akan digelar
sebuah festival yang akan melibatkan
semua pihak untuk bergerak bersama.
Festival ini adalah Festival Gerakan
Indonesia Mengajar (FGIM) 2015. FGIM ada
karena inisiasi dari akumulasi kebutuhan
atas segala bentuk upaya untuk memajukan
pendidikan. Melalui FGIM pula, akan terjadi
ruang interaksi dan kolaborasi semua
kalangan masyarakat dan aktor pendidikan,
sehingga muncul ikatan yang kuat di antara
mereka untuk terus bekerja bersama.
Lintasan terakhir ini memang baru saja
kami mulai dan memasuki bulan keempat.
Tiga bulan merupakan masa yang belum
lama. Masa yang masih bernuansa
perkenalan. Di masa ini pula, di tahun
terakhir Pengajar Muda di Tulang Bawang
Barat, dengan penuh suka cita kami
perkenalkan gagasan kami, Buletin Pijar.
Melalui Buletin Pijar ini kami, Pengajar
Muda IX Tulang Bawang Barat, ingin
memperkenalkan diri dan bertegur sapa
dalam kehangatan kebersamaan.
Buletin ini lahir sebagai bentuk
pertanggungjawaban kami semasa
penugasan terkait dengan segala bentuk
kegiatan bersama demi memajukan
pendidikan di daerah. Buletin ini ada
sebagai wadah bagi para pengajar muda
dan penggerak pendidikan untuk terus
menyebarkan cerita-cerita positif dan
inspiratif kepada seluruh elemen
masyarakat demi menumbuhkan semangat
untuk bergerak bersama.
Buletin PIJAR adalah milik bersama, milik
para penggerak dan masyarakat yang
peduli terhadap perkembangan pendidikan.
Oleh karena itu, kami ajak Anda untuk
bergabung bersama. Meneruskan tongkat
estafet yang sudah berlanjut dari pelari
pertama, untuk mewujudkan mimpi para
pendiri republik, mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Selamat membaca buletin Pijar edisi
perdana di tahun 2015 ini! Mari bergerak
bersama demi pijarnya pendidikan di
Tulang Bawang Barat!
Salam pijar, Wido Cepaka Warih
L EBI H D EK AT
Bila kita mengingat kembali masa pada
tanggal 10 November 2010, dimana para
Pengajar Muda Indonesia Mengajar, pertama
kali, dikirim ke 5 titik penempatan, salah
satunya Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Hari itu bertepatan dengan salah satu hari
terpenting dalam sejarah Indonesia, tepat di
tanggal itu 65 tahun sebelumnya para
pahlawan dengan gagah berani merobek
bendera Belanda hingga menjadi merah-putih
di atas Hotel Yamato, Surabaya. Mereka
tergerak hati dan jiwa raganya demi merah
putih tetap berkibar di langit Indonesia.
Hari itu adalah hari dimana para Pengajar
Muda hadir memulai langkah pertama
petualangan mereka dalam estafet selama 5
tahun. Tak terasa, waktu telah terlewati,
tantangan demi tantangan datang silih
berganti, namun Pengajar Muda tetap hadir
memberi dorongan semangat dan inspirasi.
Pemerintah daerah dan masyarakat perlahan
namun pasti memberikan dukungan dan ikut
bersama para Pengajar Muda mengejar mimpi
pendiri bangsa, mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Pada tahun kelima Indonesia Mengajar
berkiprah, Pengajar Muda angkatan IX hadir
sebagai pelari terakhir dalam estafet ini. Di
ujung lintasan, tongkat estafet akan
diserahkan kepada masyarakat dan
pemerintah daerah untuk meneruskan lari
estafet yang telah dimulai Pengajar Muda
hingga menggapai impian.
Di lintasan terakhir estafet ini Pengajar Muda
Tulang Bawang Barat bangga dan yakin
pemerintah daerah menyambut baik tongkat
estafet dengan memberikan komitmen penuh
dalam mendirikan gerakan Tulang Bawang
Barat Cerdas (TBBC) guna membangun
masyarakat Tulang Bawang Barat yang unggul
dalam pendidikan. Pemerintah Tulang
Bawang Barat sadar bahwa seperti yang
dikatakan oleh Nelson Mandela, “Senjata
paling ampuh untuk mengubah dunia adalah
pendidikan”.
TBBC hadir memberikan semangat yang sama
dan dorongan kepada masyarakat bahwa
pendidikan adalah hal yang sangat penting
untuk diperhatikan. Dengan mengadopsi
format Indonesia Mengajar yang dielaborasi
sesuai kebutuhan daerah. TBBC ini adalah
bentuk sebuah kepercayaan diri daerah
bahwa mereka mampu melanjutkan dan
menebar semangat yang jauh lebih besar
untuk memajukan pendidikan daerahnya. Hal
inilah menurut Gerakan Indonesia Mengajar
sebagai sebuah keberlanjutan dan menjadi
salah satu tujuan estafet lima tahun.
Dalam TBBC ini para penggerak akan
berkolaborasi bersama menjadi inisiator
daerah yang mandiri dan inovatif. Mereka
adalah agen perubahan yang membawa
mentari semangat di pagi hari dan cahaya
bulan di malam hari yang akan terus
menerangi tanpa henti. Segala tantangan
menjadi awan pekat yang menghalangi jalan
mereka, namun itu hanya sementara waktu.
Seperti yang dikatakan oleh Umar bin Khatab,
“Bila kita merasa letih karena berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu
akan hilang dan kebaikan akan kekal”.
Diyon Iskandar Setiawan [email protected]
Estafet Terakhir Indonesia Mengajar
L EBI H D EK AT
Kami Pengajar Muda IX Sang Pelari Terakhir
Berikut profil tujuh Pengajar Muda IX
Kabupaten Tulang Bawang Barat
(2015-2016):
Maya adalah wanita yang lahir dari keluarga petani sederhana di
Madiun, 22 tahun silam. Kekuatan harapanlah yang
mengantarkan dia untuk kuliah pada tahun 2009 lalu di jurusan
Teknologi Bioproses (Teknik Kimia), Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia dengan predikat "cum laude".
Maya Ruslina Yanita Dewi, S.T.
SDN 04 Indraloka II
Wido Cepaka Warih, S.Si.
SDS Terang Agung
Pemuda yang biasa dipanggil Wido ini adalah keturunan Jawa
yang lahir dan dibesarkan di Purworejo, Jawa Tengah.
Sulung dari dua bersaudara ini berhasil menyelesaikan studinya
di Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia (UI) angkatan 2009.
Ditha Cahya Kristiena, S.Psi.
SDN 02 Margomulyo
Ditha, begitu ia disapa, lahir dan besar di Kota Tasikmalaya, Jawa
Barat. Sulung dari empat bersaudara ini mendapat
kesempatan untuk menimba ilmu Psikologi di Universitas
Padjadjaran melalui beasiswa penuh program Talent Scouting
I-MHERE dari World Bank pada tahun 2007.
Diyon Iskandar Setiawan, S.S.
SDN 01 & 02 Bangun Jaya
Lahir dan besar di Kota Jakarta, akrab disapa Diyon, merupakan
lulusan dari Jurusan Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gadjah Mada angkatan 2009. Ketertarikan
Diyon dalam bidang pembangunan sosial, budaya, dan masyarakat terpengaruhi
oleh berbagai aktivitas selama perantauan di Kota Yogyakarta.
Retno Dewi Yulianti, S.I.Kom
SDN 02 Sumber Jaya
Retno, begitu ia biasa dipanggil. Alumnus Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini, menggemari bidang
sosial semenjak SD. Perempuan kelahiran Sidoarjo, 30 Juli 1991
ini, terinspirasi dari Albert Schweitzer dan Anne Sullivan
(guru Helen Keller) saat pertama kali membaca komik Seri Tokoh
Dunia.
Septiani Caturasih Suyono, S.Si
SDN 01 Marga Jaya
Taufik Akbar, S.I.P
SDN 05 Indraloka II
Merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Ani, demikian dia
disapa, lahir pada tanggal 25 September 1991 dari pasangan Jawa – Sabu di Kupang, Nusa Tenggara
Timur. Lulusan Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Nusa Cendana, Kupang, tumbuh besar di lingkungan yang kental dengan keragaman budaya
daerah dan agama.
Akrab dipanggil Taufik adalah anak ketiga dari empat
bersaudara. Pria Aceh kelahiran 23 Juli 1991 ini adalah Lulusan
Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran"
Yogykarta tahun 2014. Tahun 2013-2014 ia dipercaya menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan
Taman Pelajar Aceh Yogyakarta
L I P U T AN U T AM A
Pendidikan berasal dari kata
dasar “didik” yang menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti memelihara dan
memberi latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan yang berkualitas,
ramah dan mudah dijangkau
menjadi impian setiap orang di
seluruh dunia. Di Indonesia
sendiri, pendidikan yang
berkualitas merupakan salah
satu upaya pemenuhan cita-cita
bangsa seperti yang tertera
dalam Pembukaan UUD 1945
yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Pendidikan tidak akan menjadi
baik, bagus dan berkualitas
dengan sendirinya. Diperlukan
kesugguhan, komitmen, dan
kerja keras untuk memajukan
kualitas pendidikan. Kerja
untuk memajukan pendidikan
tidak cukup hanya dilakukan
oleh satu pihak. Diperlukan
dukungan, partisipasi dan
bantuan dari seluruh pihak,
baik siswa, guru, kepala
sekolah, dinas terkait,
pemerintah daerah serta para
pemerhati pendidikan daerah
dan nasional untuk terlibat,
“Orang – orang baik tumbang bukan hanya karena banyaknya orang jahat, tetapi karena banyaknya
orang- orang baik yang diam dan mendiamkan”
–Anies Baswedan-
Indonesia Mengajar
mengirimkan Pengajar Muda ke
Kabupaten Tulang Bawang
Barat. Festival Gerakan
Indonesia Mengajar yang akan
diseleggarakan pun akan
berbeda. Bukan hanya event
pada satu atau dua hari di
Jakarta namun sepanjang tahun
di seluruh kabupaten
penempatan pengajar muda
termasuk di Tulang Bawang
Barat.
FGIM juga merupakan salah
satu sarana kerja bakti utuk
memastikan keberlanjutan
perjuangan peningkatan
pendidikan nanti ketika
bendera pendidikan itu telah
diserahkan kembali oleh
Indonesia Mengajar ke
Pemerintah Daerah Tulang
Bawang Barat.
FGIM tahun ini memang lebih
berat, lebih menantang dan
membutuhkan kesungguhan,
komitmen dan kerjasama dari
berbagai pihak baik di daerah
itu sendiri, relawan Jakarta,
maupun bagi tim Indonesia
Mengajar.
Festival Gerakan Indonesia Mengajar 2015:
turun tangan, dan bergerak
bersama.
Kami percaya bahwa aksi nyata
akan lebih bermakna dari pada
hanya duduk dan saling
menunjuk. Atas dasar
kepedulian bersama untuk
kualitas pendidikan nasional
yang lebih baik secara
umumnya dibentuklah Festival
Gerakan Indonesia Mengajar,
termasuk di Kabupaten Tulang
Bawang Barat, sebagai salah
satu daerah penempatan
Gerakan Indonesia Mengajar.
Festival Gerakan Indonesia
Mengajar (FGIM) mengusung
kata “gerakan” yang mana
berarti kebersaman untuk maju
(bergerak). FGIM pertama
diadakan di Ecovention Hall
Ancol, pada 5–6 Oktober 2013.
Ribuan relawan dari berbagai
profesi datang dan kerja bakti
untuk membuat berbagai alat
peraga guna dikirimkan
melalui Pengajar Muda di 17
Kabupaten seluruh Indonesia,
termasuk di Tulang Bawang
Barat.
Pada tahun 2015 ini,
merupakan tahun kelima
sekaligus tahun terakhir 6
L I P U T AN U T AM A L I P U T AN U T AM A
Proses pemilihan wahana
(kegiatan) FGIM ini juga turut
melibatkan Dinas Pendidikan
serta para penggerak (kami
memanggil orang yang mau
dan telah ikut serta dalam
usaha memajukan pendidikan
sebagai penggerak) Kabupaten
Tulang Bawang Barat hingga
didapatkanlah lima wahana
yang akan dilaksanakan dalam
FGIM Tulang Bawang Barat
2015. Kelima wahana tersebut
antara lain: Lokakarya,
Program Pertukaran, Indonesia
Mengajar Broadcasting
Networking (IM Bro), Ruang
Belajar dan Gerakan Mengajar.
Lokakarya menfasilitasi para
guru yang ingin meningkatkan
kemampuan mengajarnya serta
kepala sekolah dalam
manajerial sekolahnya. Wahana
ini dikemas dalam bentuk
pelatihan dan pendampingan
serta kegiatan pasca pelatihan
untuk memastikan
keberlanjutannya. Para
relawan sebagai narasumber
akan didatangkan dari
kalangan profesional.
Mari kita bayangkan, ketika
guru maupun kepala sekolah
Guru merupakan salah satu
komponen paling penting
dalam kunci keberhasilan
pengajaran di kelas. Guru
merupakan pimpinan serta
panutan siswa dalam kelas.
Dalam Gerakan Mengajar ini,
kita semua akan belajar tentang
proses rekrutmen, seleksi serta
monitoring dan evaluasi untuk
mendapatkan tenaga pengajar
yang lebih berkualitas.
Saat ini FGIM Tulang Bawang
Barat memasuki tahap awal
yaitu sosialisasi. Pada tanggal
26 Maret 2015 bersamaan
dengan sosialisasi Training for
Trainer di Aula Pemda Tubaba,
dihadapan seluruh Kepala
Sekolah SD se-kabupaten
Tulang Bawang Barat, Pengajar
Muda Indonesia Mengajar telah
mensosialisasikan Festival
Gerakan Indonesia Mengajar
untuk pertama kalinya. Selama
itu pula, hingga saat ini gaung
FGIM terus ditabuh agar kerja
sama di seluruh lapisan
masyarakat untuk ikut maju
bersama menciptakan
pendidikan Tulang Bawang
Barat yang lebih berkualitas.
Karena kata maju hanyalah
sebuah ilusi ketika kita tidak
berdiri dan ikut melangkah.
Untuk itu kami mengajak Anda
untuk ikut berdiri, melangkah
dan berlari bersama demi
kemajuan pendidikan.
Suasana sosialisasi FGIM 2015 dalam Acara Training for Trainer
di Aula Pemda Tubaba
duduk bersama membicarakan
rencana peningkatan kualitas
sekolah bersama dengan guru
dan kepala sekolah di kota-kota
besar. Program pertukaran
akan menjadi wahana untuk
membuka cakrawala sekolah
dan pendidikan yang lebih luas
untuk diterapkan di SD di
Kabupaten Tulang Bawang
Barat.
Apa yang akan terjadi ketika
suatu sekolah selalu
mendapatkan kabar terbaru
tentang kebijakan pendidikan
nasional, informasi perlombaan
maupun beasiswa? IM Bro
merupakan wahana untuk
penyebaran informasi yang
lebih cepat dan merata
mengenai kabar pendidikan
Indonesia.
Ruang belajar merupakan
wahana berbasis internet yang
memfasilitasi guru seluruh
Indonesia untuk saling
bertukar info tentang metode
pengajaran kreatif yang telah
dilakukan di kelasnya. Melalui
Ruang Belajar jugalah guru-
guru seluruh Indonesia dapat
menambah referensi teknik
pengajaran yang akan mereka
gunakan agar suasana di dalam
kelas lebih hidup, aktif dan
menyenangkan.
Mari kita ciptakan belajar
sebagai hal yang nyaman dan
diidamkan bukan sebagai
momok yang harus
dihindarkan.
Maya Ruslina Yanita Dewi [email protected]
7
K A B A R
Reporter Cilik Lampung:
“Berani Bertanya untuk
Memberitahu Dunia”
Sebanyak 25 anak dari
Kecamatan Gunung Agung
mengikuti Audisi Reporter Cilik
(Repcil) Tulang Bawang Barat,
Selasa (17/3) lalu. Audisi yang
digelar oleh Lampung Post ini
bertujuan untuk menyalurkan
bakat dan minat anak-anak
yang berprestasi.
Audisi ini dilakukan di SMAN 1
Tulang Bawang Tengah dan
diikuti oleh 40 peserta dari
berbagai SD di Tulang Bawang
Barat. Termasuk SDN 01 Marga
Jaya dan SDN 02 Sumber Jaya
dari kecamatan Gunung Agung
yang mendominasi
kepesertaan.
Acara dibuka oleh Bapak
Khairul Amri (Kepala Dinas
Pendidikan Tulang Bawang
Barat). Dalam sambutannya,
beliau mengatakan Tulang
Bawang Barat memiliki banyak
potensi yang bisa digali
reporter cilik. Seorang reporter
harus memiliki semangat dan
tingkat kepekaan yang tinggi.
Di akhir sambutannya, beliau
menyempatkan untuk memberi
beberapa soal pada peserta dan
mengajak foto bersama di luar
ruangan.
Suasana riuh dan kompak
terdegar ketika seluruh peserta
mengucapkan jargon dari
Reporter Cilik Lampung Pos
yaitu “Berani bertanya untuk
memberitahu dunia,”.
Sebelum memulai audisi,
panitia mengajak seluruh
peserta untuk bermain
permainan tali yang mengasah
otak mereka. Setelah puas
bermain, audisi dilakukan
dengan menampilkan minat
bakat mereka di depan juri.
Menurut Gita, salah satu
peserta dari SDN 02 Sumber
Jaya, ia harus bangun pagi-pagi
sekali untuk melakukan
persiapan.
Hal ini mengingat bahwa
perjalanan ke lokasi audisi
membutuhkan waktu yang
panjang. “Saya senang bisa
mengikuti audisi ini, karena
kita dilatih percaya diri,”
tuturnya.
Audisi ini berakhir tepat pukul
14.00, dan di akhiri dengan
makan siang bersama antar
sekolah. Nantinya, peserta yang
lolos seleksi akan diumumkan
melalui koran Lampung Pos
dan akan mengikuti pelatihan
di Karang. Selanjutnya peserta
akan diberi kesempatan untuk
mewawancarai tokoh nasional
di Jakarta.
Berani dan Percaya Diri Lewat Reporter Cilik
Peserta Audisi Repcil tengah diuji wawasan kedaerahan
Tulang Bawang
Peserta Repcil diberikan pengarahan terlebih dahulu
oleh panitia
Retno Dewi Yulianti [email protected]
Salah satu peserta Repcil tengah unjuk gigi di hadapan
dewan juri
8
K A B A R
Olimpiade Sains Kuark:
“Bangun Indonesia melalui
Sains”
Olimpiade Sains Kuark
adalah salah satu kompetisi
kecerdasan anak dalam bidang
sains. Kompetisi nasional yang
digelar oleh PT Kuark
Internasional bertujuan untuk
mendekatkan sains pada anak
dan membangun pendidikan
Indonesia, khususnya melalui
sains.
Hingga kini, OSK memasuki
tahun ke-9
penyelenggaraannya di seluruh
Indonesia. Di Kabupaten
Tulang Bawang Barat sendiri,
OSK telah dilakukan selama 3
tahun berturut-turut dengan
melibatkan ratusan siswa di
berbagai kecamatan. Acara ini
diharapkan dapat menjadi
wadah bagi siswa yang
memiliki minat bakat di bidang
IPA serta menggali potensi
siswa semenjak dini.
Tahun ini, Kabupaten Tulang
Bawang Barat kembali
mengirimkan peserta
Olimpiade Sains Kuark (OSK)
untuk mengikuti babak
semifinal. Sejumlah 66 peserta
atau 50 persen dinyatakan
lolos dari babak penyisihan
yang dilakukan Sabtu (28/2)
lalu. Angka ini meliputi 21
peserta level 1, 25 peserta level
2, dan 20 peserta level 3.
Sebelumnya sebanyak 132
peserta mengikuti babak
penyisihan yang dibagi di 3
kecamatan, di SDN 01 Tunas
Jaya, Kecamatan Gunung
Agung, SDN 01 Gunung Agung,
Kecamatan Gunung Terang, dan
SDN 01 Indraloka II, Kecamatan
Way Kenanga.
Jumlah tersebut meliputi 18
sekolah se-Kabupaten Tulang
Bawang Barat. Ini
membuktikan bahwa
Kabupaten Tulang Bawang
Barat memiliki banyak siswa
berpotensi di bidang sains.
Babak Semifinal akan diadakan
serentak pada 25 April 2015
mendatang. Peserta yang lolos
akan dapat melanjutkan ke
babak final yang diadakan di
Jakarta.
Lahirnya Saintis Masa Depan Melalui OSK
Peserta Olimpiade Sains Kuark babak penyisihan di
Kecamatan Gunung Terang
Peserta Olimpiade Sains Kuark babak penyisihan di Kecamatan Gunung Agung
Salah satu peserta Olimpiade Sains Kuark di Kecamatan
Gunung Terang
Suasana babak penyisihan OSK di Kecamatan Gunung
Terang
Retno Dewi Yulianti [email protected]
9
K A B A R
Sabtu, 28 Februari 2015, Aula
Gedung PGRI Kecamatan Gunung
Agung terlihat ramai dengan seragam
coklat-coklat berkalung merah putih
yang berkumpul dan berlalu lalang,
anak-anak hingga orang dewasa. Hari
itu, berlangsung Bazaar Siaga se-
Kecamatan Gunung Agung. Siswa-
siswi sekolah dasar atau dalam di
pramuka disebut siaga sesuai
tingkatannya terlihat berkumpul
berkelompok dengan guru-guru
pendampingnya. Matahari yang mulai
menyengat dari pagi tidak membuat
semangat peserta bazaar siaga dari
21 sekolah dasar ini turun.
Pukul 8 pagi, upacara pembukaan dan
acara secara resmi dibuka dengan
drumband perkusi dari salah satu
sekolah peserta, semua yang hadir
terlihat bersemangat. Kegiatan ini
terlaksana dengan kakak-kakak
pembina dan dewan kerja ranting
Kecamatan Gunung Agung sebagai
penyelenggaranya. Tujuan
penyelenggaraan Bazaar ini adalah
untuk meningkatkan semnagat
berkegiatan dalam kepramukaan di
antara peserta didik di Kecamatan
Gunung Agung.
Berbagai lomba dalam bazar ini,
seperti lomba Drumband Barang
Bekas/Perkusi, Lari Estafet,
Mewarnai, Bowling, Fashion Show,
Memanah, Membuat dan
Menerbangkan Pesawat, Memasukkan
Paku ke dalamBotol, merajut dan
Bazar Siaga Kwartir Ranting Gunung Agung
Memakai Tali Sepatu, dan Menyusun
Potongan Gambar. Lomba-lomba ini
dibagi menjadi kategori Putra dan
Putri. Setiap sekolah menyiapkan
timnya masing-masing untuk setiap
lomba. Suasana riuh rendah saat
lomba-lomba berlangsung. Ada yang
menyemangati teman-temannya, ada
yang panik dalam lomba, juga ada
yang berlarian menuju setiap pos
lomba. Maklum, beberapa lomba
dimulai secara serentak di setiap pos
lomba.
Sekolah-sekolah penempatan
Pengajar Muda juga ikut serta dalam
bazaar siaga ini. Didampingi oleh
guru-gurunya, para peserta ini
mengikuti beberapa cabang lomba
yang ada. Kegiatan berlangsung
hingga pukul 2 siang, diakhiri dengan
pembagian hadiah kepada para juara.
Peserta dari sekolah penempatan
Pengajar Muda yang ikut meraih juara,
sebagai berikut ; SDN 01 Bangun Jaya
meraih Juara 2 Drumband Barang
Bekas dan Juara 2 Memasukkan paku
dalam Botol Kategori Putri.
SDN 02 Sumber Jaya meraih Juara 1
Lari Estafet Kategori Putri, Juara 2
Memasukkan Paku dalam Botol
Kategori Putra dan Juara 1 Memanah
Kategori Putra. SDN 01 Marga Jaya
meraih Juara di pos lomba Membuat
dan Menerbangkan Pesawat, Juara 1
Kateogri Putra dan Juara 2 Kategori
Putri, serta meraih Juara 2 Bowling
Putra. Dari semua sekolah peserta
Bazaar Siaga, yang meraih Juara
Umum adalah SDN 01 Jaya Murni.
Septiani Caturasih Suyono [email protected]
Peserta Bazar Siaga didampingi oleh oranng tua
masing-masing
Salah satu perlombaan di kegiatan Bazar Siaga
Peserta yang berasal dari SD penempatan Pengajar Muda
Indonesia Mengajar
Dalam rangka menutup tahun
terakhirnya dengan kegiatan
bersama, Pengajar Muda (PM) IX
menggelar Kegiatan Belajar dan
Bermain (KBB) di tiap SD
penempatan. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengembangkan adanya
ruang interaksi positif antara para
aktor (para pemangku
kepentingan) yaitu siswa, guru,
kepala sekolah, dan masyarakat.
Selain itu PM IX juga
berkesempatan untuk
memperkenalkan diri secara
mendalam pada pihak sekolah.
Pada kegiatan ini siswa akan
belajar dan bermain sesuai dengan
kebutuhan pengembangan pada SD
penempatan. Sedangkan guru dan
Kepala Sekolah dapat
bersillaturrahmi dan bertukar
pikiran mengenai masalah
pendidikan, manejemen sekolah,
manejemen siswa, dan sebagainya.
SDN 01 Marga Jaya, Gunung Agung,
mendapat kesempatan pertama
dalam pelaksanaan KBB. Pagi itu,
seluruh siswa menggunakan
pakaian olahraga lengkap dengan
bekal makanan yang disimpan
dalam tas masing-masing. Semua
begitu antusias dengan pos-pos
yang telah tersedia.
K A B A R
Kegiatan Belajar dan Bermain (KBB) Tour
Dengan tema gerak dan bunyi,
siswa diajak untuk bermain
bersama dalam alunan lagu
kebangsaan dan drum band dari
alat musik bekas. Ada juga
permainan estafet musik yaitu
dengan cara bisik kata berantai
berupa lagu yang sudah ditentukan
dengan cara berlari secara estafet
dan anak paling terakhir nanti
menyampaikan lagu tersebut.
Menariknya, siswa-siswi kelas VI
diajak untuk menjadi penanggung
jawab adik kelas mereka. Dari
penertiban, kelengkapan, dan
partisipasi aktif adik kelasnya.
Kesemuanya terlihat kompak
dengan pembagian kelompok yang
merata.
Suasana berbeda akan ditemukan
ketika memasuki ruang guru yang
penuh riang canda guru dan PM.
Guru dan PM saling bertukar cerita
dan berbagi mengenai dunia
pendidikan, sembari mencicipi
makanan yang telah disuguhkan.
Keakraban dan kekeluargaan
begitu terasa, hingga selesainya
acara. Acara ditutup dengan foto
bersama dan doa penutup kegiatan.
Suasana kegiatan Belajar dan Bermain di SDN 01 Margajaya
Salah satu Pos Cinta Tanah Air di KBB SDN 01 Margajaya
Retno Dewi Yulianti [email protected]
Nama bapak guru ini
terlintas di kepalaku saat aku
mengayuh sepeda perlahan
menuju sekolah. Bau karet
dan genangan lumpur di
jalan-jalan karetan desa (jalan
karetan adalah jalan setapak
kecil yang melewati hutan
karet) menemani pagi hari,
mengiringi putaran roda
sepedaku menuju sekolah.
Sesekali tersenyum dan
menyapa warga yang tengah
menyapu halaman atau
sedang mengantarkan
anaknya. Setelah melewati
beberapa jalan besar, ada
sebuah kompleks masjid dan
pondok pengajian anak-anak
sebelum sampai ke sekolah.
Melewati kompleks ini, aku
teringat pada salah seorang
guru di sekolah tempat aku
bertugas, Bapak Khafidun
namanya.
orang, hanya dua diantaranya
yang beragama Katolik.
Selebihnya beragama Islam.
di sekolah. Pak Khafidun
merupakan guru mata
pelajaran PAI (Pendidikan
Agama Islam) dan BTQ (Baca
Tulis Quran).
Sekali waktu, saat jam istirahat,
suara tawa riang anak-anak di
halaman sekolah kedengaran
sampai ke dalam kantor. Ku
pikir, anak-anak seperti biasa
sedang bercanda-gurau
bermain dengan sesama
temannya.
Kemudian masuklah Pak
Khafidun, setengah berlari
sambil tertawa. Di belakangnya
anak-anak kelas 2 dan 3
mengikutinya sambil merajuk
meminta ditemani bermain
lagi. Beliau hanya tertawa dan
mengatakan ini sudah
waktunya masuk kelas untuk
kembali memulai jam pelajaran
berikutnya.
Wajah mereka seketika penuh
kerutan di dahi dan sedikit
memajukan bibirnya,
melengkung ke bawah. Kecewa,
namun langsung berbalik ke
kelas masing-masing. “Besok
lagi main ya pak!” masih
sempatnya mereka berseru
saat berlari masuk ke kelas.
“Begitulah dunia anak-anak, Bu.
Menyenangkan berada di
tengah mereka” papar beliau
sambil tersenyum padaku yang
hendak bersiap-siap menuju
kelasku mengajar.
Septiani Caturasih Suyono [email protected]
Aku pengajar Kristen
Protestan pertama yang
ditempatkan di desa ini, Desa
Marga Jaya yang mayoritas
penduduknya beragama
Islam. Dari 146 siswa, hanya 1
orang siswa yang beragama
Kristen. Total guru di SDN 1
Marga Jaya tempatku
bertugas ada 10
“Bu Ani, hidup itu jangan
dipikir susah. Mensyukuri dan
menikmati berkah serta
karunia yang diberikan Yang
Maha Kuasa dalam hidup itu
yang penting. Keyakinan setiap
orang boleh berbeda, namun
lewat amal dan kebaikanlah
kita menunjukkan rasa syukur
itu”. Kata-kata ini adalah salah
satu percakapanku dengan
beliau sewaktu jam istirahat
sekolah di ruang guru.
Meskipun berbeda keyakinan,
berbincang-bincang dengan
beliau tentang nilai-nilai
kehidupan selalu menarik
bagiku. Keramahan dan
keceriaannya yang
membuatku nyaman
berbincang dengan beliau.
“Keyakinan setiap orang boleh berbeda, namun lewat amal
dan kebaikanlah kita
menunjukkan rasa syukur itu”
Syukur dari Sosok Khafidun
Pak Khafidun
T O KO H KI T A
12
B L O G P M
Ita adalah nama gadis
mungil kelas lima SD. Semua
anak kelas lima kompak
memanggilnya “Mbak Ita”.
Dia dipanggil “Mbak” bukan
tanpa alasan. Dia adalah satu-
satunya ketua kelas wanita di
sekolah.
Dalam buku mimpi miliknya,
ia pernah menulis :
“Dahulu ketika kelas dua aku
belum bisa menulis dan
membaca. Aku tak ingin
mengecewakan kedua orang
tuaku. Hingga sekarang kelas
lima aku sudah bisa. Aku
harus tetap berusaha dan
pantang menyerah untuk
menggapai cita-citaku.”
Pun ketika mata pelajaran
IPA, aku memberikan tugas
mencari benda-benda di
sekitar sekolah yang
memakai prinsip pesawat
sederhana.
“Ya, sekarang kalian coba
secara berkelompok mencari
benda-benda apa saja yang
ada di sekitar sekolah kita
yang memakai prinsip
pesawat sederhana”
Seluruh kelas kompak
menjawab, “Iya.. Buuu..”. Tak
sedikit yang berdiri,
berlompatan kecil sambil
mengangkat tangannya
keatas.
“Tapi.. Ibu mau dalam satu.
kelompok harus ada anggota
Semesta Mendukung:
Si Kecil Yang Bijak
mimpi miliknya:
“Hari ini aku mengikuti lomba
Bahasa Indonesia di
kecamatan. Aku dan teman-
temanku dibelikan polpen.
Polpennya bagus sekali.
Namun aku sudah punya
polpen, jadi aku pakai saja
polpenku yang lama. Kan kita
tidak boleh melakukan
pemborosan. Jika aku
memakai polpen baru itu
namanya pemborosan. Pada
lomba itu sepertinya aku
belum bisa menang. Tapi aku
tidak boleh putus asa, aku
tidak boleh menyerah. Aku
harus tetap berjuang. Aku
tidak ingin mengecewakan
orang tuaku lagi”
Ketika membaca tulisannya
aku termenung. Bagaimana
suatau hal kecil seperti
memakai polpen dia pikirkan
hingga sejauh itu? Dan di
usianya yang masih kecil,
kejadian masa lalu yang
kurang baik bisa dia ubah
menjadi motivasi positif.
Maya Ruslina Yanita Dewi [email protected]
“Ketika membaca
tulisannya aku termenung.
Bagaimana suatau hal kecil seperti
memakai polpen dia pikirkan hingga
sejauh itu?”
laki-laki dan perempuannya.”
Mereka langsung terduduk
lemas.
“Yaaah.. gak mau Bu..
perempuan sama perempuan,
laki-laki sama laki-laki aja
Bu.” kata Leni sambil duduk.
Situasi kelas berubah menjadi
ajang lempar alasan
ketidakinginan kelompoknya
dicampur.
“Ya sudah Bu, yuk dek Rizki
kita sekelompok”, Dengan
tegas Ita mengajak salah satu
anak laki-laki untuk
sekelompok dengannya.
“Gak apa apa lho Cah”,
katanya.
Akhirnya kelompok –
kelompok kelas dibagi lagi
dan antara siswa laki-laki dan
perempuan dapat bersatu.
Ita anak yang tenang saat di
dalam kelas. Sesekali saat
bercanda dia sering membuat
pose memeden (red: hantu).
Pernah suatu kali dia
mengikuti lomba Olimpiade
Bahasa Indonesia tingkat
kecamatan dan saat itu dia
belum berhasil merih juara.
Ketika itu dia menulis di buku
Ita, murid SDN 04
Indraloka II
Bersuara Tanpa Suara
B L O G P M
Ina, Pengajar Muda (PM) VII
yang akan purna tugas
mengajak saya ke sekolah.
Saat itu anak-anak masih
libur semester, namun anak-
anak dimintanya untuk
masuk sehari itu. Sebelumnya
ia telah mengatakan kepada
anak-anak bahwa ia akan
pulang dan akan ada guru
baru yang akan
menggantikannya.
Hari itu, matahari di Bumi
Ragem Sai Mangi Wawai
terlihat malu-malu. Udara
Desa Margodadi pun hangat.
Di lapangan hijau dengan
rumput yang tumbuh liar,
sudah banyak anak-anak
berlarian. Bermain-main
tanpa beban. Segera mereka
mengerubungi kami dan
menyalami.
Ina kemudian membuka pintu
kelas dan meminta anak-anak
seluruhnya masuk. Jumlah
siswa di SD itu hanya 66
siswa. Dan saat itu hanya
sekitar 20an anak yang hadir.
Bangku dan kursi tertumpuk
tidak karuan. Banyak sampah
berserakan di atas lantai
semen yang mulai rusak.
Ruangan itu pengap, banyak
sekali debu. Namun tidak
begitu dengan anak-anak.
Banyak sekali terlihat senyum
semangat dari wajah-wajah
lugu mereka, walaupun masih
malu-malu.
Pertemuan ini Ina rancang
sebagai ajang perpisahan
untuknya dan perkenalan
untukku. Kusapa mereka,
kukenalkan diri pada mereka.
Kubebaskan mereka bertanya
apapun padaku.
“Bu, katanya Ibu tidak bisa
mengendarai motor ya, Bu?”
“Bu, Ibu tidak bisa bicara
bahasa Jawa ya, Bu?”
“Bu, nanti ngulang kelas
berapa, Bu?”
“Ia tersenyum dan
mengangguk. Bibirnya
bergerak, namun aku tak
bisa mendengar jelas
apa yang dikatakannya.”
“Bu, nanti sama Ibu kita
pramukaan ya, Bu?”
Dan banyak lagi pertanyaan
mereka dan kuladeni setiap
pertanyaannya.
Kukenalkan mereka pada
lagu dan tepuk-tepuk yang
kudapatkan saat pelatihan.
Setelah bingung mau apa lagi,
kuminta mereka untuk
memperkenalkan diri satu
per satu. Mumpung hanya
20an orang, pikirku.
“Kalian kan sudah tahu Ibu,
nah sekarang giliran kalian
yang kenalin diri ke Ibu..
Siapa yang mau maju ke
depan dan perkenalan sama
Ibu?”
Senyap. Beberapa anak hanya
tertunduk dan beberapa lagi
saling berpandangan.
Kuarahkan pandanganku ke
setiap mata mereka.
Kukenalkan mereka pada
lagu dan tepuk-tepuk yang
kudapatkan saat pelatihan.
Setelah bingung mau apa lagi,
kuminta mereka untuk
memperkenalkan diri satu
per satu. Mumpung hanya
20an orang, pikirku.
“Kalian kan sudah tahu Ibu,
nah sekarang giliran kalian
yang kenalin diri ke Ibu..
Siapa yang mau maju ke
depan dan perkenalan sama
Ibu?”
Senyap. Beberapa anak hanya
tertunduk dan beberapa lagi
saling berpandangan.
Kuarahkan pandanganku ke
setiap mata mereka.
Tulisan tangan Nova, siswa
SDN 02 Margomulyo
14
Sampai akhirnya mataku
terhenti pada seorang gadis
yang mengangkat tangannya
malu-malu. Segera kuhampiri
ia. Kurangkul dan kuajak ia ke
tengah. Dengan
membungkukkan badan,
kukatakan kepadanya,
“Sebutkan nama, kelas
berapa, dan nanti cita-citanya
mau jadi apa..”
Ia tersenyum dan
mengangguk. Bibirnya
bergerak, namun aku tak bisa
mendengar jelas apa yang
dikatakannya. Kembali
kutanya, “Namanya siapa?”.
Sama. Gerakan bibirnya tak
mengucapkan suara dengan
jelas. Hanya “aaak..”. Kutatap
wajahnya, ia hanya
tersenyum. Kutarik napas,
kutolehkan muka ke arah
teman-temannya. Secara
bersahutan anak-anak
memberitahuku bahwa gadis
di depanku adalah seorang
tuna rungu.
Segera kuambil spidol di tas.
Kuberikan kepadanya.
“Tuliskan namamu di papan
tulis yaa..”
Ia mengangguk. Ada deretan
huruf tertulis di papan tulis.
N O V A. Nova namanya.
Kembali kutatap lekat
matanya. Ia kembali
tersenyum padaku. Matanya,
senyumnya, dan apa yang dia
tunjukkan kepadaku hari itu,
B L O G P M
semua berbicara.
Menyuarakan semangatnya.
Menyuarakan kemauannya. Ia
bersuara walaupun tanpa
suara.
Ditha Cahya Kristiena [email protected]
Belajar adalah sesuatu yang
menyenangkan, apalagi
belajar sambil praktik ilmu
yang telah dipelajari.
Misalnya yang dilakukan oleh
anak didik saya berkelas VI.
Mereka sedang mempelajari
tentang energi beserta
perubahannya. Kemudian,
saya meminta mereka
membuat alat yang
menggunakan energi listrik
menjadi energi apapun.
Hingga 2 minggu kemudian,
saya dibuat terkejut ketika
datang di kelas. Terdapat
lampu berkelap kelip dengan
warna yang berbeda. Saya
sudah menduga bahwa itu
alat yang dibuat anak-anak.
Ketika pembelajaran dimulai,
saya pun meminta kelompok
yang membuat alat tersebut
menaruhnya di meja yang
berbeda. Oleh sebab itu, alat
ini saya gunakan sebagai
pameran kepada anak-anak
lain sebagai hasil karyanya.
SANG INOVATOR
Saya pun dibuat terkejut
dengan inovasi yang anak-anak
lakukan.
“Nak, lampu-lampu itu
bagaimana kamu
membuatnya?”
“Ini saya utak-atik
menggunakan baterai dan
lampu yang tidak dipakai, Pak”
“Saya juga tambahkan dinamo
agar bisa dibuat kipas angin”
Kami pun hari itu
memperhatikan sembari
mendengar cara pembuatan
anak-anak menjelaskan. Saya
merasa bangga dan semakin
memahami bahwa anak-anak
memiliki banyak potensi.
Potensi mereka adalah
kegemaran yang disukai. Anak-
anak gemar mengutak-atik alat
menjadi sebuah inovasi. Guru
saya pun pernah bercerita
tentang anak-anak yang main
layangan dengan lampu kelap-
kelip saat malam hari.
“Setiap anak istimewa,
kita hanya perlu
mempercayai dan
mendukung mereka.”
Diyon Iskandar Setiawan
Siswa-siswa SDN
01 Bangun Jaya
Kali ini saya akan
mengisahkan seseorang yang
mempunyai pengabdian tak
berujung di pelosok negeri
ini. Djamil Tua Siregar, atau
yang akrab disapa Pak Siregar
merupakan orang yang akan
saya kisahkan. Pensiunan
kepala sekolah ini telah
mengabdikan dirinya selama
38 tahun di dunia pendidikan,
khususnya pendidikan
Sekolah Dasar.
Bapak keturunan Batak Toba
ini hanyalah lulusan SMP
yang pernah mencoba
peruntungan di Jakarta dan
Papua dengan pekerjaan
serabutan. Kemudian, tahun
1975, beliau hijrah ke
Banggai. Satu tahun di
Banggai, beliau belum
menemukan pekerjaan yang
pasti. Hingga akhirnya
lowongan menjadi tenaga
pengajar dalam rangka
mengisi kekosongan guru
dibuka oleh pemerintah.
Dengan rasa optimis, beliau
mencoba mendaftar program
tersebut. Singkat cerita,
beliau lolos sebagai guru PNS
saat itu. SD Inpres Masing
merupakan tempat
pengabdian pertama beliau
hingga akhirnya menjabat
kepala SD Batui Kayoa SPA
dan kemudian beliau pensiun.
Saat ini umur beliau sudah
menginjak angka 66 tahun.
Umur yang tidak muda lagi
bukan menjadi penghalang
untuk tetap mengabdi.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al
Ikhlas merupakan bukti nyata
pengabdian beliau hingga
saat ini meskipun sudah
menyandang status
pensiunan kepala sekolah.
Ketiga bangunan yang sedang
dalam proses renovasi
tersebut merupakan hasil
advokasi beliau ke
pemerintah. Guru MI Al Ikhlas
berjumlah 7 orang, bisa
dikatakan sangat cukup untuk
ukuran sekolah di Batui
Selatan, kecamatan
penempatan saya. Lulusan
mereka rata-rata Sekolah
Menengah Atas.
Kisah Pak Siregar : Pengabdian Tak
Berujung
Latar belakang pendirian
sekolah ini didasari
keprihatinan beliau terhadap
kurangnya pendidikan agama.
Tahun 2010, MI Al Ikhlas
berdiri di tanah milik istri
beliau yang telah diwakafkan.
Dengan bangunan seadanya,
beliau memulai membuka
sekolah tersebut. MI Al Ikhlas
terletak di Desa Ombolu,
Kabupaten Banggai, Sulawesi
Tengah, sekitar 1 jam dari
desa penempatan saya.
Sekolah yang baru
mempunyai siswa sampai
kelas V ini memiliki 6
bangunan kelas dengan
kondisi 3 kelas masih dalam
proses renovasi dan 3
bangunan lainnya masih
seadanya.
“Hebatnya, Pak Siregar
berhasil mendorong para
guru ini untuk mengambil
gelar sarjana. Beliau juga
berhasil mengajak salah
satu orang yang sangat
kompeten di bidang
agama untuk ikut
mengabdi menjadi guru,
menularkan ilmunya ke
anak-anak Ombolu.”
Kalimat semangat itu
menular, sepertinya
benar adanya. Semangat Pak
Siregar sangat menular ke
semua guru. Pak Siregar dan
guru-guru hampir setiap hari
datang ke sekolah untuk
mengajar kecuali sakit atau
ada keperluan yang memang
tidak dapat ditinggalkan.
MENYAPA INDONESIA
16
Mereka juga semangat dalam
peningkatan kompetensi
sebagai guru dengan
mengajak Pengajar Muda
angkatan pertama hingga
sekarang untuk berdikusi
terkait metode mengajar,
manajemen kelas, dan lain-
lain.
Saat saya datang ke MI Al
Ikhlas untuk berdiskusi
dengan Pak Siregar dan para
guru, saya mendapatkan
sambutan yang hangat dari
mereka. Setiap harinya, Pak
Siregar selalu menggunakan
baju koko, sarung dan peci
hitam.
Saat itu, saya langsung
menyaksikan semangat
pengabdian beliau. Pak
Siregar mengantar pulang
anak-anak yang jauh dari
sekolah dengan mobil pick up
pribadi beliau.
Ketika saya bertanya terkait
hal tersebut kepada guru-
guru, mereka menjawab
bahwa Pak Siregar selalu
menjemput dan mengantar
anak-anak setiap hari kecuali
beliau sakit atau ada urusan
ke kabupaten.
Luar biasa, bukan?
Pak Siregar juga tak henti-
hentinya berusaha
melakukan advokasi ke
pemerintah untuk kembali
mendapatkan bantuan
renovasi tiga bangunan kelas
lain yang saat ini hanya
berdinding kayu dan beralas
tanah.
Anak-anak kalau diatas jam
10.00 sudah tidak fokus
belajar. Soalnya atap
bangunan ini terbuat dari
seng, jadi panas.” tutur
beliau.
Demi anak-anak nyaman
dalam proses pembelajaran,
itulah yang akan selalu beliau
perjuangkan. Bertemu
dengan Pak Siregar menjadi
suntikan semangat bagi saya
dalam menjalankan amanah
sebagai Pengajar Muda.
Saya kembali dihadapkan
oleh bukti bahwa ternyata
masih banyak orang baik
yang peduli dengan
pendidikan di negeri ini.
“Saya akan selalu bergerak untuk
memajukan pendidikan sampai Allah-lah yang
menyuruh saya berhenti."
Semoga di luar sana, banyak
Pak Siregar lainnya.
Seseorang yang tak pernah
berhenti mengabdi untuk
negeri.
Saya mewakili anak negeri
mengucapkan, “Terima kasih
atas pengabdian tak berujung
Anda, Pak Siregar.”
Eko Andik Saputro
[email protected] Pengajar Muda IX Kab. Banggai,
Sulawesi Tengah
Pak Siregar (memakai peci dan baju koko putih)
MENYAPA INDONESIA
17
MMM endidik adalah tanggung jawab orang-
orang terdidik. Demikian kutipan yang pernah
diucapkan oleh salah satu pendiri Gerakan
Indonesia Mengajar (GIM), Anies Baswedan.
Namun untuk bergerak dan terus bergerak
dalam pendidikan, kami percaya, setiap orang
memiliki peran sendiri. Iya, setiap orang
memiliki jatah yang sesuai dengan porsinya
untuk bersama-sama bergerak dalam
pendidikan.
Mungkin kita sering mendapati pertanyaan,
“Memang apa yang bisa saya lakukan? Saya
ini bukan orang sekolahan”,namun
percayalah, ratusan Pengajar Muda di seluruh
penjuru telah menjadi saksi bergeraknya
orang-orang dari berbagai kalangan.
Bahwasanya Bapak Sapi’i bergerak dengan
motor barangnya mengantarkan anak-anak
kelas 6 untuk pergi ujian nasional sejauh 15
KM tanpa bayaran. Adalah Pak Saeni, seorang
tokoh masyarakat di sebuah desa di Kab.
Majene rela membabat kebun coklat di
belakang rumahnya demi berdirinya sebuah
PAUD. Dan mereka, telah bergerak.
Ecovention Hall Ancol pun telah menjadi saksi
sekitar 7000 manusia bergerak, berkumpul,
dan bekerja bakti membuat ribuan alat
peraga untuk anak-anak di pelosok negeri di
tahun 2013 dalam Festival Gerakan
Indonesia Mengajar (FGIM). Semua yang
bergerak berasal dari berbagai kalangan, tua-
muda, eksekutif-karyawan, bahkan warga
negara asing pun ikut tergerak untuk
bergerak bersama demi pendidikan
Indonesia. Dan yang lebih keren dari ribuan
orang yang hadir adalah orang-orang yang
berada di balik terselenggaranya FGIM itu.
Mereka bukanlah orang-orang yang memiliki
kekuatan luar biasa, mereka hanyalah orang-
orang biasa.
G A G A S A N
Yang menjadikan mereka luar biasa adalah
gerakan-gerakan biasa yang mereka lakukan
secara serentak dan bersama. Bukankah
gerakan flash mob juga gerakan biasa namun
menjadi sangat indah karena dilakukan
bersama-sama?
Gerakan bersama lainnya juga terjadi di
tempat yang dekat dengan kami. Kami
menjadi saksi langsung betapa ketika setiap
elemen saling merangkul untuk bergerak
bersama. Ketika para guru, kepala sekolah,
korwas, orang tua, bahkan sampai sekretaris
desa (carik), lurah, dan camat di Kecamatan
Gunung Agung bergerak bersama saat
pelaksanaan Audisi Reporter Cilik yang
diadakan Lampung Post. Mereka bergerak
untuk bersama-sama mencari solusi
bagaimana mobilisasi anak-anak ke tempat
audisi.
Terakhir, flash mob memang keren, tapi mari
sejenak kita pejamkan mata dan bayangkan,
ketika sebuah flash mob dikombinasikan
dengan gerakan ombak. Tentu akan menjadi
sebuah kolaborasi gerakan yang luar biasa.
Gerakan itu menjadi luar biasa karena
merambat dan menular. Apa kabar jika yang
terjadi adalah gerakan positif guna kemajuan
pendidikan, ya? Sangat luar biasa tentunya.
*Flash mob adalah rangkaian koreografi dan
atraksi seni yang seolah-olah dilakukan secara
spontan oleh sekelompok orang
Ditha Cahya Kristiena, [email protected]
FLASH MOB PENDIDIKAN
18
Pelajaran apa saja yang bisa diambil ?
Melalui metode ini, diharapkan belajar Matematika menjadi lebih asyik
dan menyenangkan karena akan membuat rasa penasaran dan
membuat peserta didik menjadi tertantang untuk menyelesaikannya.
Metode ini mudah dan murah untuk diterapkan di sekolah. Selain
untuk soal Matematika juga bisa diterapkan dalam mengulang materi-
materi pelajaran lain yang sudah pernah diberikan (review).
Latar Belakang
Matematika sering menjadi momok yang menakutkan bagi
sebagian peserta didik. Menjadi sebuah tantangan besar
bagi para pendidik agar pelajaran Matematika menjadi hal
yang disukai oleh peserta didik. Perlu beberapa terobosan
baru agar Matematika menjadi hal yang asyik dan
menyenangkan. Sebagai upaya untuk mengurangi momok
tersebut, penulis menerapkan metode dengan membuat
Pohon Matematika. Tentu semakin penasaran, bukan ?
Apa saja yang perlu dipersiapkan ?
Sticky notes (bisa diganti dengan
kertas berwarna/kertas hvs)
Lem
Spidol
Kertas Plano/papan tulis
Bahan berupa soal yang akan
dipergunakan sesuai dengan materi
Bagaimana langkah kerjanya ?
1. Menyiapkan sticky notes atau potongan kertas kecil-kecil
2. Menuliskan soal matematika di kertas kecil tersebut.
3. Menggambar pohon di kertas papan tulis atau di kertas
plano (disesuaikan).
4. Menempelkan kertas kecil tersebut, kertas yang ada
soalnya ditempel menghadap papan tulis/kertas plano.
5. Meminta peserta didik satu persatu untuk memetik soal
yang ada di pohon tersebut.
6. Setelah peserta didik mendapatkan soal yang dipilih, guru
memberikan instruksi ke peserta didik untuk mengerjakan
soal tersebut.
Kotak Cakrawala merupakan salah satu rubrik
khusus yang memuat tulisan mengenai metode
pembelajaran kreatif baik dari pengajar muda
maupun guru-guru di sekolah dasar. Pada edisi
perdana ini, Wido Cepaka Warih (Pengajar Muda
yang bertugas di SDS Terang Agung, Kec. Gunung
Terang) akan membagikan metode belajar
menggunakan Pohon Matematika.
POHON MATEMATIKA
KOTAK CAKRAWALA
Pohon
Matematika
“Petik Sendiri”
Anak-anak
antusias saat
memetik soal
Matematika
Wido Cepaka Warih [email protected]
T A H U G A K S I H ?
TAHU GAK SIH?
D I B A L I K K E L A S
Dari Dalam Warga masyarakat di Unit 2 Kabupaten Tulang Bawang (salah satu pusat keramaian yang dekat dengan perbatasan Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Tulang Bawang Barat) selalu menyebut 5 kecamatan di Tulang Bawang Barat (Lambu Kibang, Gunung Terang, Pagar Dewa, Gunung Agung, Way Kenanga) sebagai daerah dalam. “Bu, dari mana ya ini?” “Dari Gunung Agung, Pak” “Ooh, dari dalam ya..”
Pejuang
Pejuang adalah mata bagi kita Janganlah kalian semua memalukan para pejuang Karena pejuang rela mempertaruhkan nyawa mereka Demi Indonesia merdeka Maka kita harus menghargai para pejuang Karena pejuang sangat ingin Indonesia merdeka Janganlah kalian memalukan pejuang satu kalipun Karena itulah membuat para pejuang sakit hati Dewi Fitriani Kelas V SDN 01 Marga Jaya
Cerita Tentang Gaya Gravitasi Bumi “Pulpen atau pensil jika dijatuhkan akan jatuh ke bumi. Kalau dilempar ke atas akan jatuh ke bumi lagi” Riska Pradewi Kelas IV SDN 01 Marga Jaya “Pada suatu hari, aku pun di sekolahan dan membuat pesawat terbang. Dan pada waktu itu pesawat itu aku terbangkan di dalam kelas. Pesawat itu jatuh di bumi. Itu adalah gaya tarik bumi atau gaya gravitasi” Vebi Kelas IV SDN 01 Marga Jaya
Sumil Di desa Margodadi, Kecamatan Gunung Terang, Anda akan menemukan salah satu nama yang cukup unik, yaitu Sumil. Siapakah itu Sumil? Berapa usianya? Tinggal di mana dia? Ternyata Sumil itu bukanlah sesosok manusia, melainkan nama sungai kecil yang mengalir di melewati desa Margodadi. Tempat favorit anak-anak Margodadi untuk mandi, berenang dan bermain. Anda perlu tahu, ternyata selain menjadi favorit untuk anak-anak juga menjadi tempat untuk mencuci motor, sapi dan truk warga sekitar.
20
12
P O T R E T
Seorang peserta
Olimpiade Sains
Kuark level 1
tengah
mengerjakan soal
olimpiade
Kerja sama melintasi
jembatan tambang
dalam Hiking
Pramuka SDN 04
Indraloka II
Seorang siswa SDN
01 Marga Jaya
tengah melakukan
senam lantai
Siswa SDN 02
Margomulyo
berenang di Kali
Sumil
Percobaan mengenai
perubahan energi
listrik SDN 01
Bangun Jaya
21
12
Untuk informasi lebih lanjut : @Ind_Mengajar
http://festival.indonesiamengajar.org http://indonesiamengajar.org (021) 722-1570
Festival
Gerakan
Indonesia
Mengajar 2 0 1 5
“Terus Bekerja”