bunuh diri

14
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI I. TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009). Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010). Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995). B. Etiologi

Upload: fajar-suharyanto

Post on 08-Apr-2016

61 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bunuh diri

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

I. TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko

untuk menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart

dan Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk

mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk

mewujudkan hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-

isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian,

luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko

untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam

nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku

destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada

kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas

bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai

sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995).

B. Etiologi

Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi

Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan

Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi

Program S - 1 Keperawatan), etiologi dari resiko bunuh diri adalah :

a. Faktor Predisposisi

Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku

destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :

1. Diagnosis Psikiatrik

Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara

bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa

yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan

Page 2: bunuh diri

bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan

skizofrenia.

2. Sifat Kepribadian

Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko

bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.

3. Lingkungan Psikososial

Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah

pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-

kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan

perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam

menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu

mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi

masalah tersebut, dan lain-lain.

4. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan

factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan

tindakan bunuh diri.

5. Faktor Biokimia

Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi

peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti

serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat

dilihat melalui ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph

(EEG).

b. Faktor Presipitasi

Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang

dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang

memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau

membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri

ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal

tersebut menjadi sangat rentan.

C. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptifPeningkatan diri

Beresiko destruktif

Destruktif diri tidak langsung

Pencederaan diri

Bunuh diri

Page 3: bunuh diri

1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan

diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.

Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang

berbeda mengenai  loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.

2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko

mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap

situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang

merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal

terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.

3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang

kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya

untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan

terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak

masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.

4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau

pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan

nyawanya hilang. Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995.

Dikutip Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai

berikut:

Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu

sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi

setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang

hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar

ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak

diketahui tepat pada waktunya.

Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang

direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain.

Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik

secara langsung verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang

mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan 

secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga

mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah,

Page 4: bunuh diri

wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar

dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan

bunuh diri.

D. Tanda dan Gejala

Menurut Fitria, Nita (2009)

Mempunyai ide untuk bunuh diri.

Mengungkapkan keinginan untuk mati.

Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

Impulsif.

Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat

patuh).

E. Data Fokus

Masalah

Keperawatan

Data Fokus

Resiko bunuh diri Subjektif :

• Mengungkapkan keinginan bunuh diri.

• Mengungkapkan keinginan untuk mati.

• Mengungkapkan rasa bersalah dan

keputusasaan.

• Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri

sebelumnya dari keluarga.

• Berbicara tentang kematian, menanyakan

tentang dosis obat yang mematikan.

• Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.

• Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku

kekeasan saat kecil.

Objektif :

• Impulsif.

• Menunujukkan perilaku yang mencurigakan

(biasanya menjadi sangat patuh).

• Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis,

dan penyalahgunaan alcohol).

• Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau

Page 5: bunuh diri

penyakit terminal).

• Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan

pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).

• Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.

•        Status perkawinan yang tidak harmonis.

F. Terapi Aktivitas Kelompok, Riyadi, Surojo dan Purwanto Teguh (2009)

1. Model interpersonal

Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui

hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga

menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota, merupakan akibat dari

tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan

kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist.

Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan

dipelajari.

II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian Faktor Perilaku bunuh Diri

Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria

Usia: lebih tua, masalah semakin banyakStatus perkawinan: menikah

dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalahRiwayat

keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /

penyalahgunaan zat.

Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang

dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan sosial, dll.

Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.

Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko

mengalami perilaku bunuh diri.

B. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan

Resiko Bunuh Diri

Page 6: bunuh diri

C. Diagnosa

1. Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan.

2. Perilaku bunuh diri

3. Harga diri rendah

D. Intervensi

Diagnosa I : perilaku bunuh diri

Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi:

Perkenalkan diri dengan klien

Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal

Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

Bersifat hangat dan bersahabat.

Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat

2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,

silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).

Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh

perawat.

Awasi klien secara ketat setiap saat.

3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Intervensi:

Dengarkan keluhan yang dirasakan.

Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan

dan keputusasaan.

Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana

harapannya

Harga Diri Rendah

Page 7: bunuh diri

Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,

kematian, dan lain lain.

Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan

keinginan untuk hidup.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri

Intervensi:

Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi

keputusasaannya.

Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan

antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Intervensi:

Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang

menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku

favorit, menulis surat dll).

Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan

pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan

tentang kegagalan dalam kesehatan.

Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang

mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah

mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut

dengan koping yang efektif

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Intervensi:

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut

nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Intervensi:

Page 8: bunuh diri

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri

dan keluarga.

Intervensi:

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang

ke rumah

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan

yang dimiliki

Intervensi:

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan.

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Intervensi:

Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

Beri pujian atas keberhasilan klien

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Intervensi:

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Page 9: bunuh diri

DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,

pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat