bupati badung provinsi bali - berandabagianhukumham.badungkab.go.id/uploads/perbup_82_2014.pdf ·...
TRANSCRIPT
BUPATI BADUNG
PROVINSI BALI
PERATURAN BUPATI BADUNG
NOMOR 82 TAHUN 2014
TENTANG
PERJALANAN DINAS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BADUNG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah dan
terwujudnya tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah,
dipandang perlu mengadakan pengaturan terhadap pelaksanaan
perjalanan dinas;
b. bahwa ketentuan dalam Peraturan Bupati Badung Nomor
20 Tahun 2013 tentang Perjalanan Dinas sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Bupati Badung Nomor 65 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Badung Nomor
20 Tahun 2013 tentang Perjalanan Dinas tidak sesuai dengan
perkembangan aturan dan kondisi saat ini, maka perlu dilakukan
penetapan kembali sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang
Perjalanan Dinas;
- 2 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655 );
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355) ;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400) ;
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494) ;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5589);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
- 3 -
8. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan
Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028 );
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4417) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2005 tentang
Pedoman Perjalanan Dinas Luar Negeri bagi Pejabat Departemen
Dalam Negeri, Pemerintah Daerah dan Pimpinan serta Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Pedoman Perjalanan Dinas ke Luar Negeri bagi Pejabat/Pegawai
Dilingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah,
dan Pimpinan serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.02/2014 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015.
- 4 -
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERJALANAN DINAS
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Badung.
2. Bupati adalah Bupati Badung.
3. Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Badung yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Badung.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak tetap
adalah Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak
Tetap sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian.
6. Perjalanan Dinas adalah segala biaya yang timbul sebagai akibat
dari perjalanan dinas yang dilaksanakan oleh Pejabat Negara,
Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil serta
Pegawai Tidak Tetap yang melakukan Perjalanan Dinas di tempat
kedudukan Kantor ketempat tujuan dan kembali ketempat
kedudukan semula untuk kepentingan Pemerintah daerah atas
perintah Pejabat yang berwenang.
7. Perjalanan Dinas Dalam Daerah Kabupaten Badung adalah
Perjalanan Dinas di wilayah Kabupaten Badung dalam radius
lebih dari 6 (enam) kilometer dari tempat kedudukan kantor untuk
kepentingan Pemerintahan Kabupaten Badung atas perintah
pejabat yang berwenang.
- 5 -
8. Perjalanan Dinas Dalam Daerah Provinsi Bali adalah Perjalanan
Dinas luar Kabupaten Badung dalam Wilayah Provinsi Bali.
9. Perjalanan Dinas luar Daerah adalah Perjalanan Dinas keluar
Wilayah Provinsi Bali, atas perintah pejabat yang berwenang;
10. Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah kegiatan
perjalanan/kunjungan kerja ke Negara-negara yang memiliki
hubungan diplomatik yang dilakukan oleh pejabat/pegawai
dilingkungan pemerintah daerah, dan pimpinan serta anggota
DPRD Kabupaten Badung dalam rangka efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan.
11. Perhitungan Surat Perintah Dinas yang selanjutnya disingkat SPD
Rampung adalah perhitungan kembali terhadap pelaksanaan
perjalanan dinas dari yang telah dibayarkan semula berdasarkan
perhitungan hari pelaksanaan tugas
12. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih
dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan sekaligus.
13. Biaya Perjalanan Dinas adalah segala biaya yang timbul sebagai
akibat dari perjalanan dinas.
14. Surat Permohonan Izin Perjalanan Dinas ke Luar Negeri, yang
selanjutnya disebut surat permohonan, adalah surat permohonan
izin perjalanan dinas ke luar negeri bagi pejabat/pegawai negeri
sipil di lingkungan pemerintah daerah dan pimpinan serta anggota
DPRD Kabupaten Badung.
15. Surat Perintah Tugas yang selajutnya disingkat SPT adalah Surat
Tugas yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pimpinan dan
Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil serta Pegawai Tidak Tetap
di lingkungan Pemerintah Daerah oleh pejabat berwenang dalam
rangka melaksanakan perjalanan dinas untuk kepentingan
Pemerintah Daerah.
16. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPD adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dalam
rangka pelaksanaan Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara,
Pegawai Negeri, Pegawai Tidak Tetap, dan Pihak Lain.
17. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD
adalah satuan kerja perangkat daerah di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Badung.
- 6 -
18. Pejabat yang berwenang adalah atasan dari Pejabat Negara,
Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil serta
Pegawai Tidak Tetap yang akan melaksanakan Perjalanan Dinas.
BAB II
JENIS PERJALANAN DINAS
Pasal 2
Perjalanan Dinas terdiri dari :
a. Perjalanan Dinas jabatan; dan
b. Perjalanan Dinas pindah.
Pasal 3
(1) Perjalanan Dinas jabatan sebagimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf a merupakan Perjalanan Dinas untuk kepentingan
Pemerintah Daerah dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju
dan kembali ke tempat kedudukan semula.
(2) Perjalanan Dinas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk pula perjalanan yang dilakukan dalam hal:
a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
b. mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya;
c. Pengumandahan (Detasering);
d. menempuh ujian dinas/ujian jabatan;
e. menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau
menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk,
untuk mendapatkan surat keterangan dokter tentang
kesehatannya guna kepentingan jabatan;
- 7 -
f. memperoleh pengobatan berdasarkan surat keterangan dokter
karena mendapat cedera pada waktu/karenamelakukan tugas;
g. mendapatkan pengobatan berdasarkan keputusan Majelis
Penguji Kesehatan Pegawai Negeri;
h. mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3;
i. mengikuti pendidikan dan pelatihan;
j. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah
Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dalam
melakukan Perjalanan Dinas; atau
k. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah
Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dari
Tempat Kedudukan yang terakhir ke Kota tempat pemakaman
Pasal 4
(1) Perjalanan Dinas pindah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b merupakan Perjalanan Dinas dari tempat kedudukan yang
lama ke tempat kedudukan yang baru berdasarkan surat keputusan
pindah bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil beserta
keluarganya yang sah, kecuali perjalanan pindah atas dasar
permohonan sendiri.
(2) Perjalanan Dinas pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam rangka :
a. pindah tugas dari Tempat Kedudukan yang lama ke Tempat
tujuan Pindah;
b. pemulangan Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun atau
mendapat uang tunggu dari Tempat Kedudukan ke Tempat
Tujuan menetap;
- 8 -
c. pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara/Pegawai
Negeri yang meninggal dunia dari tempat tugas terakhir ke
Tempat Tujuan menetap;
d. pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karena
telah berakhir masa kerjanya dari Tempat Kedudukan ke
tempat tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian
kerja;
e. pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai TidakTetap yang
meninggal dunia dari tempat tugas yang terakhir ke tempat
tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian kerja; atau
f. pengembalian Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang mendapat
uang tunggu dari Tempat Kedudukan ke Tempat Tujuan yang
ditentukan untuk dipekerjakan kembali
(3) Keluarga yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari :
a. isteri/suami yang sah sesuai ketentuan Undang-Undang
Perkawinan yang berlaku;
b. anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang sah menurut
hukum yang berumur paling tinggi 25 (duapuluh lima) tahun
pada waktu berangkat, belum pernah menikah, dan tidak
mempunyai penghasilan sendiri;
c. anak kandung, anak tiri, dan anak angkat yang sah menurut
hukum yang berumur lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun,
yang menurut surat keterangan dokter mempunyai cacat yang
menjadi sebab ia tidak dapat mempunyai penghasilan sendiri;
d. anak kandung perempuan, anak tiri perempuan, dan anak
angkat perempuan yang sah menurut hukum yang berumur
lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun yang tidak bersuami dan
tidak mempunyai penghasilan sendiri
(4) Perjalanan Dinas pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung
sejak keberangkatan dari tempat kedudukan semula ke tepat
tujuan keberangkatan dari tempat kedudukan semula ke tempat
tujuan.
- 9 -
BAB III
BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN
Pasal 5
(1) Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen-komponen
sebagai berikut:
a. uang harian;
b. biaya transpor;
c. biaya penginapan;
d. uang representasi;
e. sewa kendaraan dalam Kota; dan/atau
f. biaya menjemput/mengantar jenazah.
(2) Biaya transpor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. perjalanan dinas dari Tempat Kedudukan sampai Tempat
Tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke
terminal bus/ stasiun/ bandara/pelabuhan keberangkatan;
b. retribusi yang dipungut di terminal bus / stasiun / bandara /
pelabuhan keberangkatan dan kepulangan.
(4) Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap:
a. di hotel; atau
b. di tempat menginap lainnya.
(5) Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya penginapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Pelaksana SPD diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga
puluh persen) dari tarif hotel di Kota Tempat Tujuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati tentang
Perjalanan Dinas;
b. Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dibayarkan secara lumpsum.
- 10 -
(6) Uang representasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dapat diberikan kepada Pejabat Eselon II selama melakukan
Perjalanan Dinas.
(7) Sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e dapat diberikan kepada Pejabat Negara untuk
keperluan pelaksanaan tugas di Tempat Tujuan.
(8) Sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) sudah
termasuk biaya untuk pengemudi, bahan bakar minyak, dan
pajak.
(9) Biaya menjemput/mengantar jenazah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f meliputi biaya bagi penjemput/pengantar,
biaya pemetian dan biaya angkutan jenazah.
(10) Komponen biaya Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dicantumkan pada Rincian Biaya
Perjalanan Dinas sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 6
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) diberikan untuk Perjalanan Dinas Jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dengan ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
- 11 -
Pasal 7
(1) Biaya Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1), digolongkan dalam 3 (tiga) tingkat, yaitu:
a. Tingkat A untuk Bupati, Wakil Bupati, Ketua/Wakil Ketua dan
Anggota pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
b. Tingkat B untuk Pejabat Eselon II, dan Pejabat Lainnya yang
setara; dan
c. Tingkat C untuk Pejabat Eselon III/PNS Golongan IV, Pejabat
Eselon IV/PNS Golongan III, PNS Golongan II dan I.
(2) Penyetaraan tingkat biaya Perjalanan Dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk Pegawai Tidak Tetap yang
melakukan Perjalanan Dinas untuk kepentingan negara
ditentukan oleh PA sesuai dengan tingkat pendidikan /
kepatutan / tugas yang bersangkutan.
(3) Biaya Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) diberikan berdasarkan tingkat biaya Perjalanan Dinas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. uang harian dibayarkan secara lumpsum dan merupakan
batas tertinggi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati
Badung tentang Perjalanan Dinas;
b. Biaya transport pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dibayarkan sesuai dengan biaya riil yang merupakan
biaya yang diperlukan untuk transport dari Terminal Bus /
Stasiun / Bandara / Pelabuhan tempat keberangkatan sampai
ke Terminal Bis/Stasiun/Bandara/Pelabuhan ke tempat tujuan
dan kembali ke terminal Bus/Stasiun/Bandara/Pelabuhan
keberangkatan serta transport dari/ke Terminal
Bis/Stasiun/Bandara/Pelabuhan.
c. Dalam hal bukti pengeluaran transportasi sebagaimana huruf
b diatas tidak diperoleh, maka sesuai pertanggungjawaban
biaya Perjalanan Dinas dapat hanya menggunakan daftar
pengeluaran riil sesuai yang ditetapkan dalam Lampiran X
Peraturan Bupati ini.
- 12 -
d. biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil dan
berpedoman pada Peraturan Bupati Badung tentang
Perjalanan Dinas;
e. uang representasi dibayarkan secara lumpsum dan merupakan
batas tertinggi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati
Badung tentang Perjalanan Dinas;
f. sewa kendaraan dalam Kota dibayarkan sesuai dengan Biaya
Riil dan berpedoman pada ketentuan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.
f. biaya pemetian jenazah termasuk yang berhubungan dengan
pengruktian/pengurusan jenazah dibayarkan sesuai dengan
Biaya Riil;
Pasal 8
(1) Perjalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti rapat, seminar, dan
sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
dilaksanakan dengan biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang
ditanggung oleh panitia penyelenggara.
(2) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti rapat,
seminar, dan sejenisnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak ditanggung oleh panitia penyelenggara, biaya Perjalanan
Dinas Jabatan dimaksud dibebankan pada DPA satuan kerja
Pelaksana SPD.
(3) Panitia penyelenggara menyampaikan pemberitahuan mengenai
pembebanan biaya Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dalam surat/undangan
mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya.
(4) Rincian biaya Perjalanan Dinas Jabatan untuk mengikuti rapat,
seminar, dan sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
- 13 -
(5) Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan secara
bersama-sama untuk melaksanakan suatu kegiatan rapat,
seminar, dan sejenisnya, seluruh Pelaksana SPD dapat menginap
pada hotel/penginapan yang sama.
(6) Dalam hal biaya penginapan pada hotel/penginapan yang sama
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) lebih tinggi dari satuan
biaya hotel/penginapan sebagaimana diatur dalam Bupati
Badung tentang Perjalanan Dinas, maka Pelaksana SPD
menggunakan fasilitas kamar dengan biaya terendah pada
hotel/penginapan dimaksud.
Pasal 9
Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan menggunakan kapal laut/sungai
untuk waktu paling kurang 24 (dua puluhempat) jam, selama waktu
transportasi tersebut kepada Pelaksana SPD hanya diberikan uang
harian.
Pasal 10
(1) Biaya Perjalanan Dinas Jabatan dibayarkan sebelum Perjalanan
Dinas Jabatan dilaksanakan.
(2) Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan harus segera dilaksanakan,
biaya Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibayarkan setelah Perjalanan Dinas selesai.
Pasal 11
(1) Dalam hal jumlah hari Perjalanan Dinas Jabatan melebihi jumlah
hari yang ditetapkan dalam Surat Tugas / SPD dan tidak
disebabkan oleh kesalahan/kelalaian Pelaksana SPD dapat
diberikan tambahan uang harian, biaya penginapan, uang
representasi, dan sewa kendaraan dalam Kota.
- 14 -
(2) Tambahan uang harian, biaya penginapan, uang representasi,
dan sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dimintakan kepada PPK untuk mendapat
persetujuan dengan melampirkan dokumen berupa:
a. Surat keterangan kesalahan / kelalaian dari Syahbandar /
Kepala Bandara / perusahaan jasa transportasi lainnya;
dan/atau
b. Surat keterangan perpanjangan tugas dari pemberi tugas.
(3) Berdasarkan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
PPK membebankan biaya tambahan uang harian, biaya
penginapan, uang representasi, dan sewa kendaraan dalam Kota
ada DPA satuan kerja berkenaan.
(4) Tambahan uang harian, biaya penginapan, uang representasi, dan
sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tidak dapat dipertimbangkan untuk hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f.
(5) Dalam hal jumlah hari Perjalanan Dinas kurang dari jumlah hari
yang ditetapkan dalam SPD, Pelaksana SPD harus
mengembalikan kelebihan uang harian, biaya penginapan, uang
representasi, dan sewa kendaraan dalam Kota yang telah
diterimanya kepada PPK.
Pasal 12
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan dibebankan pada Dokumen
Pelaksana Anggaran (DPA) satuan kerja penerbit SPD.
- 15 -
BAB IV
BIAYA PERJALANAN DINAS PINDAH
Pasal 13
(1) Biaya Perjalanan Dinas Pindah terdiri atas komponen sebagai
berikut:
a. biaya transpor pegawai;
b. biaya transpor keluarga;
c. biaya pengepakan dan angkutan barang; dan/atau
d. uang harian.
(2) Biaya Perjalanan Dinas Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibayarkan secara lumpsum dan merupakan batas tertinggi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati tentang Perjalanan
Dinas.
(3) Komponen biaya Perjalanan Dinas Pindah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dicantumkan pada Rincian Biaya
Perjalanan Dinas sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 14
Penggolongan tingkat Biaya Perjalanan Dinas Pindah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) mengacu pada ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(1).
Pasal 15
(1) Biaya-biaya yang diberikan untuk Perjalanan Dinas Pindah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d sebagai berikut:
a. biaya transpor pegawai;
b. biaya transpor keluarga yang sah;
- 16 -
c. uang harian; dan/atau
d. biaya pengepakan dan angkutan barang.
(2) Biaya-biaya yang diberikan untuk Perjalanan Dinas Pindah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c dan
huruf e sebagai berikut:
a. biaya transpor keluarga;
b. uang harian; dan/atau
a. biaya pengepakan dan angkutan barang.
(3) Uang harian Perjalanan Dinas Pindah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1) huruf d diberikan untuk pegawai
bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga yang sah
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. selama 3 (tiga) hari setelah tiba di tempat tujuan
pindah/menetap yang baru;
b. paling lama 2 (dua) hari untuk tiap kali menunggu sambungan
(transit) dalam hal perjalanan tidak dapat dilakukan langsung;
c. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang
bersangkutan jatuh sakit dalam Perjalanan Dinas Pindah, satu
dan lain hal menurut keputusan PA; atau
d. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang
sedang menjalankan Perjalanan Dinas Pindah mendapat
perintah dari pejabat yang menerbitkan Surat Tugas untuk
melakukan tugas lain guna kepentingan negara.
Pasal 16
Perjalanan Dinas Pindah yang dilakukan dalam rangka pindah
tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a atas
permintaan sendiri, tidak diberikan biaya Perjalanan Dinas.
Pasal 17
(1) Perhitungan biaya pengepakan dan angkutan barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) didasarkan pada:
- 17 -
a. satuan biaya yang berlaku sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bupati tentang Perjalanan Dinas;
b. volume barang; dan
c. jarak antara tempat kedudukan dengan tempat tujuan.
(2) Jarak antara tempat kedudukan dengan tempat tujuan
sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan menurut daftar jarak
resmi atau menurut keterangan resmi dari instansi yang
berwenang.
Pasal 18
(1) Dalam biaya pengepakan dan angkutan barang termasuk untuk
bongkar muat dan penggudangan.
(2) Biaya pengepakan dan angkutan barang dengan menggunakan
kendaraan angkutan darat diberikan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari satuan biaya sesuai Peraturan Bupati tentang
Perjalanan Dinas.
(3) Biaya pengepakan dan angkutan barang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diberikan dalam hal Perjalanan Dinas Pindah
dilakukan dalam jarak:
a. kurang dari 100 (seratus) kilometer di Pulau Jawa; atau
b. kurang dari 50 (lima puluh) kilometer di luar Pulau Jawa.
(4) Satuan Volume Pengepakan dan Angkutan Barang yang
digunakan sebagai dasar perhitungan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 19
Biaya Perjalanan Dinas Pindah dibebankan pada DPA satuan kerja
yang menerbitkan surat keputusan pindah
- 18 -
BAB V
BIAYA PERJALANAN DINAS
Pasal 20
(1) Biaya perjalanan dinas terdiri dari :
a. uang harian;
b. biaya penginapan;
c. biaya transport;
d. uang representasi bagi Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota
DPRD serta Pegawai Negeri Sipil Eselon II;
e. biaya pemetian dan angkutan jenazah;
(2) Uang harian dan uang representasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf d, dibayarkan secara lumpsum dan
merupakan batas tertinggi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
(3) Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dibayarkan sesuai dengan biaya riil merupakan biaya yang
diperlukan untuk menginap di hotel atau di tempat menginap
lainnya; dan
(4) Dalam hal pelaksanaan perjalanan dinas tidak menggunakan
fasilitas penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
kepada yang bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar
30 % (tiga puluh persen) dari tarif hotel sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini dan dibayarkan secara lumpsum.
(5) Biaya transport dan biaya transport keluarga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dibayarkan sesuai dengan biaya
riil yang merupakan biaya yang diperlukan untuk transport dari
Terminal Bus / Stasiun / Bandara / Pelabuhan tempat
keberangkatan sampai ke Terminal
Bis/Stasiun/Bandara/Pelabuhan ke tempat tujuan dan kembali ke
- 19 -
terminal Bus/Stasiun/Bandara/Pelabuhan keberangkatan serta
transport dari/ke Terminal Bis/Stasiun/Bandara/Pelabuhan.
(6) Dalam hal bukti pengeluaran transportasi sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c diatas tidak diperoleh, maka
sesuai pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas dapat hanya
menggunakan daftar pengeluaran riil sesuai yang ditetapkan
dalam Lampiran X Peraturan Bupati ini.
Pasal 21
(1) Biaya perjalanan dinas dibebankan pada anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah bersangkutan.
(2) Pejabat yang berwenang memberi surat perintah harus
memperhatikan ketersediaan dana dan lamanya waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan perjalanan dinas.
Pasal 22
Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Pegawai Negeri Sipil serta Pegawai Tidak Tetap dilarang
menerima biaya perjalanan dinas rangkap untuk perjalanan dinas
yang dilakukan dalam waktu yang sama.
Pasal 23
(1) Biaya perjalanan dinas digolongkan dalam 5 (lima) tingkat, yaitu :
a. tingkat A untuk Pejabat Negara ( Bupati / Wakil Bupati );
b. tingkat B untuk pegawai yang digaji menurut Eselon II (Ketua
DPRD / Wakil Ketua DPRD dan Anggota DPRD );
c. tingkat C untuk pegawai yang digaji menurut Eselon III /
Gol. IV;
d. tingkat D untuk pegawai yang digaji menurut Eselon IV /
Gol. III;
e. tingkat E untuk pegawai yang digaji menurut golongan II dan
Golongan I ( THL / Honorer Sarjana dan / THL / Honorer
SMU serta Sederajat Kebawah ).
- 20 -
(2) Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan / atau keluarganya
sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 Ayat (2) huruf b digolongan
menurut tingkat golongan gaji terakhir pegawai bersangkutan.
(3) Pegawai Tidak Tetap, yang melakukan perjalanan dinas untuk
kepentingan Pemerintah Daerah, dapat dilakukan setelah
mendapat ijin Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
bersangkutan dan golongannya ditentukan berdasarkan
pendidikan atau dengan perlakuan disamakan dengan Pegawai
Negeri yaitu Untuk THL/Honorer Sarjana dipersamakan dengan
Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan THL/Honorer
SMU/Sederajat kebawah dipersamakan dengan Pegawai Negeri
Pegawai Negeri Sipil Golongan I.
(4) Orang Pribadi selain dimaksud dalam Pasal 3 yang melakukan
perjalanan dinas untuk kepentingan Pemerintah Daerah dapat
diberikan dan ditentukan oleh Pengguna Anggaran berdasarkan
pendidikan / kepatutan / tugas yang bersangkutan serta
ketersediaan dana yang ada pada masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
Pasal 24
(1) Biaya perjalanan dinas ditetapkan berdasarkan satuan biaya
untuk masing-masing jenis biaya sebagai berikut :
a. biaya angkutan Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota
DPRD,Pegawai Negeri Sipil serta Pegawai Tidak Tetap
dengan jenis dan kelas angkutan yang digunakan ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan bupati ini;
b. uang harian dan penginapan serta angkutan dari/ ke Bandara
yang merupakan batas tertinggi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan bupati ini;
- 21 -
c. biaya pemetian dan angkutan jenazah ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan bupati ini;
d. uang representasi bagi Pejabat Negara dan Pegawai Negeri
Sipil Eselon II ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan bupati ini;
e. biaya pengepakan barang dalam rangka perpindahan
ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan bupati ini;
Pasal 25
(1) Dalam hal perjalanan dinas harus segera dilaksanakan, sementara
biaya perjalanan dinas belum dapat dibayarkan, maka biaya
perjalanan dinas dibayarkan setelah perjalanan dinas selesai
dilaksanakan.
(2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab.
BAB VI
TATA CARA PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS DAN
PERTANGGUNGJAWABANNYA
Pasal 26
(1) Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri
Sipil serta Pegawai Tidak Tetap yang akan melaksanakan
perjalanan dinas wajib terlebih dahulu mendapat
persetujuan/perintah dari pejabat yang berwenang.
(2) Persetujuan perintah dari pejabat yang berwenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendapat SPT dan SPD dari pejabat
yang berwenang dengan format SPT dan SPD sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI dan Lampiran VII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
- 22 -
Pasal 27
(1) Pejabat yang berwenang memberikan Surat Perintah Tugas (SPT)
dan Surat Perjalanan Dinas (SPD) adalah sebagai berikut :
a. Bupati Badung bagi :
1. Bupati Badung;
2. Wakil Bupati Badung;
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Badung.
b. Ketua DPRD bagi :
1. Ketua DPRD;
2. Wakil Ketua DPRD;
3. Anggota DPRD;
4. Sekretaris DPRD.
c. Sekretaris Daerah Kabupaten Badung atau yang dikuasakan
bagi :
1. Staf Ahli;
2. Para Asisten Sekretaris Daerah;
3. Inspektur;
4. Kepala Badan;
5. Kepala Dinas;
6. Kepala Kantor;
7. Kepala Satuan;
8. Kepala Lembaga Lainnya.
d. Asisten bagi Para Kepala Bagian dan Staf bawahannya
dilingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Badung ;
e. Inspektur/Kepala Badan/Kepala Dinas/Kepala Satuan/
Kepala Kantor dan Sekretaris DPRD bagi Pegawai
bawahannya yang ada dilingkungan masing-masing.
(2) Kepada Pimpinan dan Anggota DPRD sebelum diterbitkan harus
mendapat pertimbangan dari sekretaris DPRD.
- 23 -
Pasal 28
Penandatanganan Surat Perjalanan Dinas (SPD) tiba kembali
dilaksanakan sebagai berikut :
a. Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Kab. Badung bagi
Bupat/Wakil Bupati;
b. Sekretaris DPRD bagi Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD;
c. Kepala Bagian Umum Setda. Kab. Badung bagi Sekretaris
Daerah Kabupaten Badung.
d. Para Asisten dan Para Kepala Bagian dilaksanakan oleh Kepala
Bagian Umum sedangkan staf oleh Kepala Bagian
masing-masing;
e. untuk Badan, Dinas dan Sekretaris DPRD dilaksanakan oleh
Sekretaris atau Kepala Bagian Tata Usaha masing-masing
Satuan Kerja Perangkat Daerah;
f. untuk kantor dilaksanakan oleh Kasubag. T U masing-masing;
g. untuk orang pribadi dilaksanakan oleh Sekretaris / Kepala
Bagian T U / Ka. Sub Bag. TU di SKPD yang melaksanakan
kegiatan tersebut.
Pasal 29
(1) Surat Perintah Tugas (SPT), Surat Perjalanan Dinas (SPD) dan
Laporan pelaksanaan perjalanan dinas merupakan bukti
pertanggung-jawaban pelaksanaan perjalanan dinas.
(2) Dalam SPD tidak boleh ada penghapusan-penghapusan atau
cacat-cacat dalam tulisan, dalam hal ada perubahan-perubahan
dilakukan dengan coretan dan dibubuhi paraf dari pejabat yang
berwenang.
(3) Penghitungan besar jumlah biaya perjalanan dinas dicatat secara
terperinci dalam lampiran SPD.
(4) Pembebanan pembayaran biaya perjalanan dinas dicantumkan
pada SPD, bukti tanda terima uang perjalanan dinas dalam
bentuk kwitansi dibubuhi tanda tangan bendahara pengeluaran
bersangkutan serta tanda tangan yang akan melakukan
perjalanan dinas.
- 24 -
(5) Dalam SPD dicantumkan :
a. tanggal berangkat dari tempat kedudukan/tempat berada dan
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang/Pejabat lain
yang ditunjuk;
b. tanggal tiba dan berangkat di/dari tempat tujuan dan
ditandatangani oleh Pejabat di tempat yang didatangi;
c. tanggal tiba kembali di tempat kedudukan dan
ditandatangani Pejabat yang berwenang/Pejabat lain yang
ditunjuk.
(6) Paling lama 1 (satu) minggu setelah perjalanan dinas berakhir,
SPD yang telah dibubuhi catatan tanggal tiba kembali dan tanda
tangan pejabat yang berwenang/pejabat lain yang ditunjuk
diserahkan kepada bendahara pengeluaran, untuk segera
dipertanggung jawabkan.
(7) Pada saat penyerahan SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diadakan perhitungan SPD Rampung dan penyelesaian apabila
ternyata terdapat kekurangan/kelebihan biaya perjalanan dinas
dari yang telah dibayarkan semula, perhitungan kembali
dituangkan dalam Perhitungan SPD Rampung.
(8) Perhitungan SPD Rampung sebagaimana dimaksud ayat (7)
adalah meliputi lamanya perjalanan yang dibuktikan dengan
boarding pass.
(9) Biaya perjalanan dinas dibayarkan secara lumsum untuk uang
harian sedangkan biaya angkutan dibayarkan secara riil
( at cost ).
Pasal 30
(1) Pejabat yang bertanggung jawab atas ekonomis, efektifitas dan
efisiensi perjalanan dinas adalah Pejabat yang memberikan /
menandatangani Surat Perintah Tugas.
(2) Pejabat yang berwenang memberikan SPT dan SPD serta
Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri
Sipil, serta Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanan
dinas bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang
diderita oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Badung sebagai
akibat dari kesalahan, kelalaian atau kealpaan.
- 25 -
(3) Terhadap kesalahan, kelalaian dan kealpaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat dikenakan sanksi berupa :
a. tuntutan ganti kerugian daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. hukuman administrasi dan sanksi lainnya menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 31
Jangka waktu pelaksanaan perjalanan dinas dalam daerah paling
lama 5 (lima) hari kalender atau sesuai dengan dokumen pendukung.
BAB VII
PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
Pasal 32
(1) Perjalanan dinas luar negeri dilakukan dalam rangka :
a. pendidikan dan pelatihan ( Training );
b. studi Banding;
c. seminar/Lokarkarya/Konferensi atau sejenisnya;
d. promosi potensi daerah;
e. kerjasama Daerah dengan pihak luar negeri;
f. kunjungan persahabatan / kebudayaan.
(2) Setiap perjalanan dinas keluar negeri bagi Pejabat Negara,
Pimpinan, Anggota DPRD dan Pegawai Negeri Sipil harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Gubernur Bali.
- 26 -
BAB VIII
DOKUMEN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
Pasal 33
(1) Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri
Sipil, serta pihak swasta yang melakukan perjalanan dinas luar
negeri untuk kepentingan pemerintahan harus memiliki
dokumen perjalanan dinas luar negeri.
(2) Pihak swasta yang akan melakukan perjalanan dinas untuk
kepentingan Pemerintah Daerah dapat dilakukan setelah
mendapat izin Bupati.
(3) Dokumen perjalanan dinas luar negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a. surat izin Pemerintah;
b. paspor Dinas (Service Passport) yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang;
c. exit Permit; dan
d. visa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB IX
TATA CARA ADMINISTRASI
PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
Pasal 34
(1) Bupati mengajukan Surat Permohonan kepada Gubernur Bali
bagi Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai
Negeri Sipil, serta pihak swasta yang akan melakukan
perjalanan dinas luar negeri.
- 27 -
(2) Surat Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat :
a. nama, NIP dan jabatan PNS;
b. nama dan profesi bagi pihak swasta;
c. tujuan perjalanan dinas luar negeri;
d. negara dan kota yang dituju;
e. waktu pelaksanaan; dan
f. sumber pembiayaan.
Pasal 35
(1) Surat Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.
(2) Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri
Sipil serta pihak swasta yang melakukan perjalanan dinas luar
negeri bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang
diderita oleh daerah, sebagai akibat dari kesalahan/kelalaian
atau kealpaan yang bersangkutan dalam hubungan dengan
perjalanan dinas luar negeri.
Pasal 36
(1) Surat Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
diterima oleh Gubernur paling lama 14 (empat belas) hari
sebelum keberangkatan kecuali untuk hal-hal yang sangat
mendesak, untuk mendapat rekomendasi perjalanan dinas luar
negeri.
(2) Rekomendasi perjalanan dinas luar negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pertimbangan untuk
memperoleh izin Pemerintah.
- 28 -
Pasal 37
Perjalanan Dinas Luar Negeri yang dilakukan secara rombongan
dalam hal tertentu jumlahnya disesuaikan dengan jumlah yang
tercantum dalam dokumen pendukung.
Pasal 38
Jangka waktu pelaksanaan perjalanan dinas luar negeri paling lama 7
(tujuh) hari kalender atau sesuai dengan dokumen pendukung.
BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 39
(1) Biaya Perjalanan Dinas Luar Negeri bersumber dari :
a. anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. anggaran Pendapatan Belanja Daerah;
c. sumber-sumber lain yang sah.
(2). Biaya Perjalanan dinas luar negeri terdiri dari :
a. biaya angkutan / transportasi;
b. biaya airport Tax;
c. biaya passport dan/atau biaya visa;
d. biaya fiskal;
e. uang harian di Negara yang dituju.
Pasal 40
Biaya perjalanan dinas luar negeri yang pembiayaannya sepenuhnya
menjadi beban pemerintah dan /atau instansi/lembaga lainnya, maka
pejabat yang diperintahkan melakukan perjalanan dinas luar negeri
tidak dapat diberikan biaya perjalanan dinas luar negeri dari
Pemerintah Daerah.
Pasal 41
Biaya perjalanan dinas luar negeri tidak dapat dibiayai oleh pihak
swasta, kecuali ditetapkan dalam dokumen pendukung.
- 29 -
Pasal 42
Biaya perjalanan dinas luar negeri sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.
BAB XI
PELAPORAN
Pasal 43
(1) Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri
Sipil serta pihak swasta yang telah melakukan perjalanan dinas
luar negeri, paling lama 15 (lima belas) hari sejak kedatangan di
Indonesia wajib membuat laporan tertulis hasil perjalanan dinas
luar negeri.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh
Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pegawai Negeri
Sipil serta pihak swasta kepada Gubernur Bali melalui Bupati
dan Pengguna Anggaran.
BAB XII
PENUTUP
Pasal 44
Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini maka Peraturan Bupati
Badung Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perjalanan Dinas (Berita
Daerah Kabupaten Badung Tahun 2013 Nomor 20 ) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Bupati Badung Nomor 65 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Badung Nomor 20 Tahun
2013 tentang Perjalanan Dinas (Berita Daerah Kabupaten Badung
Tahun 2013 Nomor 65 ), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 30 -
Pasal 45
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2015.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Badung.
Diundangkan di Mangupura
pada tanggal 19 Desember 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG,
ttd.
KOMPYANG R. SWANDIKA
BERITA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2014 NOMOR 82
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Hukum dan HAM Setda.Kab.Badung,
ttd.
Komang Budhi Argawa,SH.,M.Si.
Pembina
NIP. 19710901 199803 1 009
Ditetapkan di Mangupura
pada tanggal 19 Desember 2014
BUPATI BADUNG,
ttd.
ANAK AGUNG GDE AGUNG
- 31 -
LAMPIRAN VIII PERATURAN BUPATI BADUNG
NOMOR : 82 TAHUN 2014
TANGGAL : 19 DESEMBER 2014
PERIHAL : PERJALANAN DINAS
DOKUMEN PENDUKUNG SURAT PERMOHONAN PERJALANAN DINAS
LUAR NEGERI.
I. Pendidikan dan Pelatihan / Training
1. Dokumen program pendidikan S1, S2, dan S3 meliputi :
a. Dokumen surat yang memberikan keterangan sumber pembiayaan selama
pendidikan, antara lain DPA / DIPA, Surat Jaminan dari sponsor atau
MuO / Kontrak / Perjanjian.
b. Surat konfirmasi dari negara yang dituju antara lain surat dari perguruan
tinggi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah diterima untuk
melaksanakan pendidikan di lembaga tersebut.
c. Surat pernyataan yang ditandatangani di atas meterai untuk tidak
mengikuti kegiatan-kegiatan diluar yang diberikan.
d. MuO kerjasama daerah dengan pihak Luar Negeri seperti : Sister City /
Sister Provice.
2. Dokumen program pelatihan ( training ) meliputi :
a Dokumen / surat yang memberikan keterangan sumber pembiayaan
selama pelatihan ( training ), antara lain Rencana DPA / DIPA Surat
jaminan dari sponsor, atau MuO / Kontrak / Perjanjian.
b. Surat konfirmasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Negara yang
dituju dan / atau surat dari lembaga pendidikan / perguruan tinggi luar
negeri yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah diterima untuk
mengikuti pelatihan ( training ) di lembaga tersebut.
c. Surat pernyataan yang ditandatangani diatas meterai untuk tidak
mengikuti kegiatan-kegiatan diluar ijin yang diberikan.
d. MuO kerjasama Daerah dengan pihak Luar Negeri.
e. Proposal/Kerangka Acuan Kerja.
- 32 -
II. Studi Banding
Dokumen studi banding meliputi :
1. Dokumen/surat yang memberikan keterangan sumber pembiayaan selama
studi banding, antara lain DPA / DIPA, surat jaminan dari sponsor, atau
MuO/Kontrak / Perjanjian.
2. Surat konfirmasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di negara yang
dituju dan surat dari lembaga pendidikan/perguruan tinggi yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan telah diterima untuk melakukan studi banding
3. MuO kerjasama Daerah dengan pihak Luar Negeri.
4. Proposal/Kerangka Acuan Kerja.
III. Seminar/Lokakarya/Konferensi
Dokumen seminar/Lokakarya/Konferensi atau sejenisnya meliputi :
1. Surat Undangan dari penyelenggara seminar/lokakarya/konferensi atau
sejenisnya diluar negeri kepada yang bersangkutan.
2. Dokumen/surat yang memberikan keterangan sumber pembiayaan selama
seminar/lokakarya/konferensi atau sejenisnya, antara lain DPA/DIPA, surat
jaminan dari sponsor, atau MuO/Kontrak/perjanjian.
IV Promosi Potensi Daerah
Dokumen Promosi Potensi Daerah meliputi :
1. Dokumen/Surat yang memberikan keterangan sumber pembiayaan selama
promosi, antara lain DPA / DIPA, surat jaminan dari sponsor, atau
MuO/Kontrak/Perjanjian.
2. Surat Undangan dari penyelenggara promosi diluar negeri kepada Pemerintah
Daerah.
3. Surat konfirmasi dari kedutaan Besar Republik Indonesia di Negara yang
dituju dan/atau surat dari pihak penyelenggara promosi di Luar Negeri yang
menyatakan bahwa pihak Pemerintah Daerah telah diterima untuk dapat
melaksanakan promosi.
4. Proposal /kerangka Acuan kerja
5. Rekomendasi instansi terkait dipusat dan/atau pihak penyelenggara Promosi di
luar negeri tentang keikutsertaan daerah.
- 33 -
V Kerjasama daerah dengan Pihak Luar Negeri
Dokumen kerjasama daerah dengan pihak luar negeri meliputi :
3. Dokumen/surat yang memberikan keterangan sumber pembiayaan antara lain
DPA/DIPA, surat jamainan dari sponsor, atau MuO/kontrak/perjanjian
4. Surat undangan dari mitra kerjasama diluar negeri bila ada.
5. Surat konfirmasi dari kedutaan Besar Republik Indonesia di Negara yang dituju
dan/atau Surat dari pihak luar negeri yang menyatakan bahwa pihak
Pemerintah Daerah telah diterima untuk dapat melaksanakan kerjasama
6. Rencana kerjasama/kerangka Acuan kerja.
VI. Kunjungan Persahabatan/Kebudayaan.
Dokumen kunjungan persahabatan/Kebudayaan meliputi :
1. Dokumen/surat yang memberikan keterangan sumber pembiayaan selama
kunjungan persahabatan/Kebudayaan, antara lain DPA/DIPA, surat jaminan
dari sponsor, atau MuO/Kontrak/Perjanjian.
2. Surat undangan dari pihak/lembaga/badan di luar negeri.
3. Surat konfirmasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Negara yang
dituju dan surat dari pihak luar negeri yang menyatakan bahwa pihak
Pemerintah Daerah telah diterima untuk dapat melaksanakan kunjungan
kebudayaan.
BUPATI BADUNG,
ttd.
ANAK AGUNG GDE AGUNG