c. bab ii -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kecemasan
adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart &
Sundeen, 1998).
Cemas berbeda dengan gangguan kecemasan. Cemas adalah
suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan cemas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan
gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.
Respon yang timbul karena kecemasan yaitu khawatir, gelisah,
tidak tenang, dan dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
Kecemasan bebeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kecemasan adalah respon
8
9
emosional terhadap penilaian tersebut yang penyebabnya tidak
diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang jelas dan
dapat dipahami.kapasitas kecemasan diprelukan untuk bertahan hidup,
tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan
(Riyadi & Purwanto, 2005).
b. Tingkat Kecemasan
Tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,
kecemasan pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Kecemasan ringan ditunjukkan pada skor 14-20.
2) Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusnahkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan
sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan. Kecemasan sedang
ditujukkan pada skor 21-27.
3) Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung
untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak
dapat berfikir tentang yang lain. Semua perilaku ditunjukan untuk
10
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat berfokus pada suatu area lain. Kecemasan
berat ditunjukkan pada skor 28-41.
4) Panik
Dari kecemasan dengan terperangah ketakutan dan terror. Karena
mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, presepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan
kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat
terjadi kelelahan bahkan kematian (Riyadi & Purwanto, 2009).
Panik ditunjukkan pada skor 42-56.
c. Sumber Koping
Sumber koping merupakan sumber yang dapat membantu
individu mengurangi atau mengatasi masalah yang dapat menimbulkan
stres. Sumber koping tersebut dapat berupa keadaan ekonomi keluarga,
dukungan keluarga atau sosial, kemampuan menyelesaikan masalah dan
keyakinan agama atau budaya(Riyadi & Purwanto, 2009).
d. Mekanisme Koping
Ketika mengalami kecemasan, individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan
11
mengatasi kecemasan secara kontruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk
mengatasi kecemasan tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa
pemikiran yang serius. Tingkat kecemasan sedang dan berat
menimbulkan dua jenis mekanisme koping:
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientas pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres
secara realistis.
a) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah, menghilangkan
atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
b) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologis untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.
c) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseoran
mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang (Riyadi & Purwanto, 2009).
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan
melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladaptis terhadap stres.
e. Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
Hampir setiap calon orang tua, terutama ibu dikelilingi oleh
kecemasan tentang bayinya, khususnya pada trimester akhir terjadinya
kecemasan cukup wajar dan sebagian besar wanita mengalaminya. Jika
12
seorang wanita hamil mengetahui rasa cemas tersebut akan muncul dan
wajar serta normal, maka akan membantu menghilangkan rasa cemas
yang timbul (Stopard, 2007).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan
Menghadapi Persalinan antara lain :
1) Konflik diri, konflik intern antara ketakutan terhadap persalinan dan
ingin segera memeluk bayinya yang dilahirkannya (Indah, 2008)
2) Pengetahuan istri/ibu tentang persalinan, merupakan faktor
predisposisi yang kuat terhadap stabilitas kondisi psikologis (Riven,
2002)
3) Menurut Eisenberg (1996) kondisi ibu inpartu, seorang wanita yang
mengetahui kondisi kehamilan normal dapat melahirkan normal
akan memiliki tingkat kecemasan yang berbeda dengan seorang
wanita yang dalam kehamilannya didapatkan penyulit dan dalam
melahirkannya diperkirakan tidak bisa lahir normal.
4) Menurut Kaplan dan Sadock (1997) kondisi individu: umur,
pendidikan, kebudayaan, sosial ekonomi.
5) Menurut Bobak (2005) lingkungan tempat bersalin dan sekitarnya
yang asing penuh dengan alat kesehatan atau kesibukan petugas
kesehatan merupakan stressor tersendiri bagi yang melahirkan
6) Dukungan sosial sangat diperlukan dalam upaya memberikan
ketenangan pada ibi inpartu (Nolan, 2004)
13
7) Menurut Less (2003) sosial ekonomi meskipun ibu mengetahui
proses persalinan dengan baik, tetapi jika secara sosial ekonomi
belum siap karena tidak mempunyai biaya untuk proses persalinan,
kemungkinan yang tidak cemas akan menjadi cemas dan yang
sudah menjadi cemas akan lebih cemas.
8) Menurut Doenges dan Moorhouse (2001) tingkat pendidikan yang
berbeda dari istri akan menimbulkan respon kecemasan yang
berbeda pula.
Ibu hamil merespons nyeri saat persalinan dengan rasa takut
dan cemas yang dapat meningkatkan aktifitas sistem syaraf simpatis
sehingga meningkatkan sekresi katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin). Epinefrin akan menstimulasi reseptor α dan β, sedangkan
norepinefrin akan menstimulasi reseptor α. Stimulasi pada reseptor α
menyebabkan seluruh bagian uterus berkontraksi dan meningkatkan
tonus otot uterus yang dapat menurunkan aliran darah pada uterus.
Sementara itu, stimulasi pada reseptor β menyebabkan uterus relaksasi
dan vasodilatasi pembuluh darah pada uterus dan menyebabkan
penurunan aliran darah ke plasenta. Dengan demikian, sekresi
katekolamin yang berlebih akan menyebabkan penurunan aliran darah
ke dan dari plasenta sehingga fetus kekurangan oksigen dan
menurunkan efektivitas kontraksi uterus yang mengakibatkan proses
persalinan menjadi lebih lama (Bobak, 2005).
14
Beberapa metode non farmakologi untuk mengontrol rasa tidak
nyaman. Metode ini biasanya dipelajari pada kelas persiapan
melahirkan, yang meliputi hipnosis, acurpressure, yoga, umpan balik
biologis (biofeedback), sentuhan terapeutik, terapi aroma, terapi uap,
yang biasanya memberikan efek bermanfaat bagi para wanita (Arifin,
2007).
1) Hipnosis adalah suatu seni komunikasi persuasif yang ditujukan
untuk menyampaikan pesan ke pusat motivasi manusia yang disebut
sebagai pikiran bawah sadar.
2) Acupressure merupakan salah satu cara pengobatan tradisional Cina
yang menggunakan titik triger sebagai pusat penekanannya.
3) Yoga adalah suatu metode yang menyelaraskan antara tubuh fisik,
pikiran, dan jiwa yang memberi efek kesehatan, keseimbangan,
kekuatan dan vitalitas.
4) Terapi aroma adalah terapi yang mrenggunakan aroma-aroma
tertentu untuk menenangkan pikiran, merelaksasi otot-otot yang
kaku.
5) Terapi uap adalah terapi yang menggunakan uap sebagai pemanas
untuk melenturkan otot-otot yang kaku.
15
2. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37-40
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KN, 2008). Selain itu
persalinan juga merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-40 minggu) juga lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung 18-24 jam tanpa
komplikasi.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan (Yanti, 2009)
Beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan, antara lain :
1) Power (Tenaga atau Kekuatan)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
yang mendorong janin keluar ialah: his, kontraksi otot-otot,
kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang
baik dan sempurna.
2) Passanger
Faktor yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin,
yang meliputi sikap janin, letak janin dan posisi janin.
3) Passage
16
Passange atau faktor jalan lahir dibagi atas: (1) bagian keras :
tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan (2) bagian lunak : otot-
otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.
4) Faktor Psikis
Dalam fase persalinan juga terjadi peningkatan kecemasan,
dengan semakin meningkatnya kecemasan akan semakin
meningkatkan intensitas nyeri. Fenomena hubungan antara cemas
dan nyeri dan sebaliknya merupakan hubungan yang berkolersai
positif, yang menurut Caceres dan Burns (1997) mempunyai pola
hubungan seperti spiral yang ujungnya membesar. Dengan semakin
majunya proses persalinan, menyebabkan perasaan ibu hamil
semakin cemas tersebut menyebabkan rasa nyeri semakin intens,
demikian pula sebaliknya.
Stres persalinan tidak hanya berakibat pada ibu, tetapi juga
terhadap janin. Sebab ibu yang mengalami stres, sinyalnya berjalan
lewat aksis HPA (Hipotalamo-Pituaitari-Adrenal) dapat
menyebabkan lepasnya hormon stres antar lain ACTH, Kortrisol,
Ketekolamin, Endorpin, GH, Prolaktin dan LH/FSH. Akibatnya
terjadi vasokonstriksi sistemik, termasuk diantaranya konstriksi vasa
utero plasenta yang menyebabkan gangguan aliran darah didalam
rahim, sehingga penyampaian oksigen (DO2) kedalam miometrium
trerganggu, berakibat melemahnya kontraksi otot rahim.
17
5) Faktor penolong
Salah satru faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian
ibu adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan.
Ketrampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan
noremal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua
ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong
persalinandimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran
bayi dapat terjadi dirumah, puskesmas, atau rumah sakit. Penolong
persalinan dalam hal ini adalah bidan. Jenis asuhan yang akan
diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan ttempat persalinan
sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru
lahir.
c. Kala dan Fase Dalam Persalinan
Persalinan dibagi dalam 4 kala (stages), yaitu :
1) Kala I
Mulai dari his teratur sampai pembukaan lengkap. In partu (partus
mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody
show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar
(efficement).
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
a) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
18
b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3
subfase:
(1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm
(2) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jampembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2) Kala II
Pada pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama.
Kepala janin telah turun masuk ruang pintu bawah panggul sehingga
terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh
badan janin.
3) Kala III
Setelah lahirnya bayi, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus
teraba kersa dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi placenta
yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul
his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 1-5 menit seluruh
placenta terlepas, terdoromg ke dalam vagina dan akan lahir spontan
dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
19
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4) Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
pospartum (Sinopsis, 2006)
d. Perubahan Psikologi Pada Ibu Hamil Menjelang Persalinan
Pada ibu hamil banyak sekali terjadi perubahan, baik fisik
maupun psikologis. Begitu juga pada ibu bersalin, perubahan psikologis
pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang, namun ia memerlukan
bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat
menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat
memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan
perludiketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendamping atau penolong persalinan (Sumarah, 2009).
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika
ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya. Dukungan psikologis
dari orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses
persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa
nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar
bersalin dan memberikan sentuhan. Memberi analgesia jika diperlukan
dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk
20
dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif proses
persalinan akan berjalan lebih mudah (Sumarah, 2009).
e. Perubahan Psikologis Ibu Bersalin Kala I (Yanti, 2009)
Pada persalinan kala I, selain pada saat kontraksi uterus
umumnya pasien dalam keadaan tenang, santai dan tidak terlihat pucat.
Saat kontraksi uterus berlangsung, frekuensi pernafasan meningkat dan
pasien mengeluhkan rasa nyeri. Diluar kontraksi uterus, pasien tidak
merasakan adanya nyeri. Saat dilatasi serviks lengkap atau hampir
lengkap, pasien biasanya terlihatgelisah, mungkin mengeluh mual dan
ingin meneran. Adapun kondisi psikologis yang sering terjadi pada
wanita dalam persalinan kala I yaitu :
1) Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan sendiri.
Ketakutan tersebutberupa takut kalau bayinya akan lahir dengan
cacat jasmaniah dan lahiriah.
2) Timbulnya rasa tegang, ketakutan, kecemasan dan konflik-konflik
batin. Hal ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam
kandunga yang dapat menyebabkan calon ibu mudah capek, tidak
nyaman badan, tidak bisa tidur nyenyal, seringb kesulitan bernafas
dan bermacam-macam beban jasmaniah lainnya diwaktu
kehamilannya.
3) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, badan selalu kegerahan,
tidak sabaran sehingga harmoni anatara ibu dan janin yang
dikandungnya jadi terganggu. Ini disebabkna karena kepala bayi
21
sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksi-kontraksi pada
rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara
psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban
yang amat berat.
4) Relasi ibu dan calon anaknya terpecah, sehingga polaritas antar ibu
dan bayi menjadi semakin jelas. Timbulah dualitas perasaan yaitu :
a) Harapan cinta kasih
b) Impuls-impuls bermusuhan dan kebencian
5) Sikap bermusuhan terhadap bayinya. Disebabkan derita fisik ibu
yang semakin berat sehingga muncul konflik-konflik antar
keinginan mempertahankan janinnya (demi keamanan si janin) dan
melawan kemauan untuk membuangnya cepat-cepat. Keinginan
untuk mempertahankan janinnya merupakan ekspresi kepuasan diri
yang narsitis yang cenderung menolak kelahiran bayi. Alasan
kenapa ibu mempertahankan bayinya adalah :
a) Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
b) Kecemasan ibu emngenai bayinya, nanti tidak mendapatkan
jaminan keamanan, kalau sudah diluar rahim
c) Ibu merasa belum mampu memikul tanggung jawab sebagai
seorang ibu.
Sedangkan ibu untuk segera mengeluarkan mempunyai alasan
tertentu juga, yatu :
22
a) Fantasi tentang bakal bayinya yang lahir sebagai objek kasih
sayang.
b) Beban fisik oleh semakin membesarnya bayi dalam kandungan
yang cenderung untuk mengeluarkan bayinya sehingga mungkin
akan terjadi peristiwa prematur.
6) Muncul ketakutan menghadapi kesakitan dan resiko bahaya
melahirkan bayinya yang merupakan hambatan-hambatan dalam
proses persalinan.
7) Adanya harapan-harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan
dilahirkan. Banyak wanita yang mendambakan anak pertamanya
adalah laki-laki, sebab laki-laki adalah lambang dari hidup dan
keperkasaan. Begitu pula dengan suami dan kakeknya, sehingga hal
ini dapat dijadikan motivasi dalam proses persalinan.
Selain kondisi psikologis tersebut ada kegelisahan dan
ketakutan menjelang kelahiran bayinya, yaitu :
1) Takut mati
Walaupun peristiwa persalinan adalah fisologis tetapi ini juga tidak
menjamin resiko-resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada
persalinan normal sekalipun juga disertai perdarahan dan kesakitan-
kesakitan yang hebat. Hal itulah yang menyebabkan takut mati baik
bayi maupun dirinya. Tetapi sekarang perasaan takut mati itu tidak
perlu dilebih-lebihkan, karena adanya kemajuan ilmu kebidanan.
23
2) Trauma kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari
rahim ibunya. Hal ini masih merupakan ketakutan hipotesis untuk
dilahirkan di dunia dan takut terpisah dari ibunya. Selain itu dapat
terjadi trauma genretal yang terjadi saat melahirkan bayinya.
3) Perasaan bersalah
Dalam aktifitas reproduksinya, wanita banyak melakukan
identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah,
wanita jadi banyak mengembangkan mekanisme rasa-rasa bersalah
dan rasa berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat
dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia.
4) Ketakutan iriil
Pada setiap wanita hamil ketakutan untuk melahirkan bayinya yang
diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainnya, misalnya :
a) Takut kalau bayinya akan lahir cacat atau lahir dalam kondisi
yang patologis.
b) Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-
dosa ibu itu sendiri di masa silam.
c) Takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh
lahirnya sang bayi.
d) Munculnya elemen kekuatan yang sangat mendalam dan tidak
disadari kalau ia akan dipisahkan oleh bayinya.
24
e) Ketakutan kehilangan bayinya yang seting muncul sejak masa
kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya.
3. Hipnosis
a. Pengertian Hipnosis
Hipnosis merupakan suatu metode komunikasi yang efektif
untuk memasukkan informasi atau ide baru ke dalam pikiran bawah
sadar seseorang termasuk diri sendiri (Adiyanto, 2010). Pada hipnosis
diri kita memilki tujuan yang khusus, yakni menanamkan niat positif
pada alam bawah sadar (Andriana, 2011). Secara ilmiah, hipnosis
merupakan upaya membawa pasien ke keadaan rileks sehingga otak
bekerja di gelombang alfa (Danuatmaja, 2004).
b. Gelombang Otak Manusia
Para ahli kejiwaan berpendapat bahwa relaksasi yang
mendalam, pemusatan perhatian (fokus), dan hipnosis berguan untuk
lebih banyak mengistirahatkan alam bawah sadar kita dan memasukkan
“paham” pada alam bawah sadar sehingga tindakan sehari–hari kita
lebih banyak dipengaruhi oleh alam bawah sadar ketimbang alam sadar.
Hal ini akan menjadikan jiwa seseorang lebih tenang, terpusat, dan
tidak stress.
Dari sejumlah penelitian ilmiah diketahui bahwa getarannya
masing–masing. Getaran otak dapat direkam dengan mesin EEG
25
(Electro encephalograph). Dengan mesin ini, kita mengenal 4
kelompok gelombang otak manusia :
1) Gelombang Beta
Gelombang ini memiliki frekuensi 14–30 Hertz (Hz). Pada kondisi
ini, otak kita berada dalam kondisi sepenuhnya sadar, beraktifitas,
berfikir, berkonsentrasi, tertawa, berkelahi, dan lain–lain.
2) Gelombang Alfa
Gelombang ini memiliki frekuensi 8–13,9 Hz. Pada kondisi ini otak
kita rileks, santai, antara sadar dan tidak, dan nyaris tertidur, saat
tubuh mulai mengeluarkan hormon serotonin dan endrofin. Kondisi
ini juga merupakan saat awal untuk memasuki alam bawah sadar.
3) Gelombang Teta
Gelombang ini memiliki frekuensi 4–7,9 Hz. Pada kondisi ini, otak
berada dalam keadaan tidur aktif yang disebut sebagai Rapid Eye
Movement/REM Sleep. Tepat pada saat ini, otak tertidur sangat
mudah untuk dihipnosis dan dipengaruhi. Umumnya, pada
gelombang ini manusia mulai mengalami mimpi.
4) Gelombang Delta
Gelombang ini memiliki frekuensi 0,1–3,9 Hz. Pada kondisi
ini, otak bekerja paling minimal, yaitu saat kita mengalami tidur
yang sangat nyenyak dan tidak mengalami mimpi. Periode ini
termasuk dalam kategori NREM (Non-REM). Di bawah kondisi
26
inilah kita sama sekali tidak sadr, tubuh kita tidak bergerak, dan otak
kita beristirahat total.
Hipnosis memampukan seseorang mengatur aktivitas
otaknya menuju frekuensi alfa, tanpa tertidur. Pada kondisi alfa,
alam sadar seseorang akan terbuka bagi masukan, konsep, atau
sugesti baru sementara alam sadar manusia tidak dapat menerima
masukan atau sugesti dan merekamnya dengan baik (Andriana,
2011).
c. Klasifikasi Hipnosis
Hipnosis dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, masing–masing adalah :
1) Formal Hipnosis
Aktivitas hipnosis yang di gambarkan dengan melambaikan tangan,
mengayunkan pendulum, memandu relaksasi merupakan bentuk dari
hipnotis formal atau directhypnosis terkadang disebut juga sebagai
genuine hypnosis.
2) Informal Hipnosis
Hipnosis informal, atau indirecthypnosis biasanya berupa pola
komunikasi alamiah sehari–hari, tetapi dapat membuat filter
seseorang menjadi terbuka. Teknik hipnotis informal ini biasa
diterapkan dalam kehidupan sehari–hari, walaupun mungkin secara
tidak disadari, misalkan oleh para penjual handal yang mampu
menggerakkan calon pembeli yang dari semula tidak tertarik
menjadi mempertimbangkan, dan akhirnya melakukan pembelian.
27
Pada saat ini hipnosis informal juga mulai dikembangkan di bidang–
bidang nontherapeutic, misalkan hipnosis for selling, hynosis for
parenting, dan lain–lain.
d. Syarat Subyek yang Dihipnosis
Secara umum setiap orang dapat dihipnosis, akan tetapi jika
mengacu kepada informasi informal hipnosis, maka mereka yang dapat
dihipnosis harus memenuhi 3 syarat utama, yaitu :
1) Tidak menolak
Filter pikiran bawah sadar secara otomatis akan tertutup jika
seseorang dalam kondisi tidak nyaman. Oleh karena itu seseorang
yang menolak dihipnosis maka tidak dapat dihipnosis. Dengan kata
lain informal hipnosis membutuhkan kerjasama yang baik antara
hipnosis dengan pihak yang akan dihipnosis.
2) Memahami bahasa komunikasi yang dipakai
Hipnosis pada dasarnya adalah upaya memberikan/ menanamkan
suatu informasi atau ide ke dalam pikiran bawah sadar seseorang.
Apapun bentuk komunikasinya, baik verbal maupun non verbal,
jelas ataupun kiasan harus bida dipahami yang dihipnosis.
3) Mempunyai kemampuan untuk fokus
Fokus diperlukan untuk menerima secara utuh informasi yang
diberikan. Orang dengan gangguan konsentrasi sulit untuk dilakukan
hipnosis. Diperlukan praktisi yang lebih ahli untuk melayani klien
dengan kondisi sulit konsentrasi (Adiyanto, 2010).
28
e. Teknik Dasar Hipnosis
Adiyanto (2010) menyatakan bahwa ada 4 langkah teknik
dalam hypnosis, antara lain :
1) Pre – Induction
Tahap ini adalah periode persiapan hipnosis. Persiapan hipnosis
meliputi posisi klien, kenyamanan klien, pada tahap ini sebagai
proses hipnosis selanjutnya.
2) Induction
Tahap ini adalah proses membawa klien menuju kondisi trans atau
hypnosis state. Kondisi hypnosis state adalah kondisi dimana pikiran
bawah sadar seseorang terbuka dan siap menerima informasi atau
ide atau sugesti. Dalam ukuran brain wave, klien dipandu untuk
memasuki kondisi alfa atau tetha dengan tingkat kedalaman sesuai
kebutuhan terapi.
3) Suggestion (Sugesti)
Proses sugesti artinya memberikan atau menanamkan informasi atau
ide pada pikiran bawah sadar seseorang dengan mempergunakan
kata – kata atau situasi tertentu. Kemampuan komunikasi adalah
kunci utama.
Dalam hypnotherapy sugesti yang diberikan adalah :
a) Permisif, sugesti bersifat ajakan bukan perintah.
b) Repetition, pengulangan dimaksudkan untuk memperkuat
penanaman sugesti ke dalam pikiran bawah sadar.
29
c) Client Languange Preference, mempergunakan bahasa yang
mudah dimengerti atau bahasa kebiasaan klien.
d) Progresif, sugestikan perubahan yang bertahap sehingga lebih
mudah diterima oleh pikiran sadar maupun bawah sadar. Pada
ibu hamil sugesti yang melingkupi .
Salah satu contoh sugesti yang diberikan pada ibu hamil antara lain :
a) Pada ibu hamil TM I sugesti yang diberikan adalah :
“Aku terima anugerah ini dengan penuh rasa syukur dan bahagia,
tiada engkaun menitipkan sesuatu terkandung hikmah dan berkah
yang besar di dalamnya. Berikanlah kekuatan kepada hamba
untuk menjaganya, basuhkan ketenangan dalam hati hamba,
berikan pula kekuatan pada hamba untuk selalu bersabar
menghadapi segala tantangan dan godaan, hanya kepadaMu
hamba memohon dan berserah diri.
b) Pada ibu hamil TM II sugesti yang diberikan adalah :
“Selamat datang ruh kehidupan baruku, kehadiranmu sungguh
mempesona, kehadiranmu membahagiakan, kehadiranmu
memberikan semangat bagiku. Bersatulah dalam cinta dan kami,
tumbuhlah dalam kasih sayang ridho illahi.
c) Pada ibu hamil TM III sugesti yang diberikan adalah :
“Aku makin yakin dan percaya diri dalam menjalani kehamilan
ini, suami tercinta dan orang – orang mendukung setulusnya.
Hari demi hari kulewati dengan sehat dan nyaman, aku makin
30
bersyukur dan bahagia. Bayiku dalam rahim semakin sehat dan
cerdas. Wahai anakku yang sholeh atau sholekhah, ibu dan ayah
menantimu,.wahai pembawa sinar terang dunia, penyejuk jiwa
orang tua”.
d) Menjelang persalinan sugesti yang diberikan antara lain:
“Ya Tuhan dengan menyebut nama-Mu, ku pasrahkan diri ini
dalam kekuatan-Mu Yang Maha Agung, dengan penuh
keyakinan akan kekuatan-Mu aku mempersiapkan kelahiran
bayiku, dalam kasih sayang-Mu aku merasakan rileks dan
bahagia karena bayiku akan tiba”.
Persalinanku berjalan dengan mudah dan lancar, aku percaya
pada tubuhku dan aku mengikuti iramanya. Ya Tuhan jadikanlah
setiap tarikan hembuskan nafasku membuat pikiranku serta
tubuhku tenang dan rileks”.
4) Termination
Adiyanto (2010) menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan dalam
memandu terminasi adalah dilakukan secara perlahan dan berikan
afirmasi positif. Pemberian terminasi yang terlalu tergesa – gesa
seringkali menyebabkan ibu merasa pusing setelah bangun dari
kondisi relaksasi.
31
4. Hipnosis untuk Ibu Hamil dan Bersalin
a. Definisi Hypnobirthing
Hypnobirthing dicetuskan berdasarkan buku yang ditulis oleh
pakar ginekologi Dr.Grantly Dick-Read, yang mempublikasikan buku
Childbirth Without Fear pada 1944. Terapi hypnobirthing selanjutnya
dikembangkan oleh Marie Mongan, pendiri HypnoBirthing Institute.
Hypnobirthing berasal dari kata hypno (hypnos dari bahasa Yunani
yang artinya "tidur") dan birthing dari bahasa Inggris yaitu "proses
melahirkan". Hypnobirthing adalah science and art (ilmu pengetahuan
dan keterampilan dengan bahasan secara ilmiah).
Hypnobithing berasal dari kata hypno dan birthing. Hypno
dalam bahasa Yunani berarti tidur sedangkan birthing berarti kelahiran
mengartikan hipnosis sebagai sebuah pengaruh yang alami terhadap
konsentrasi relaksasi, dimana disampaikannya gagasan kepada alam
bawah sadar, yang akan mempengaruhi cara berfikir, apa yang
dirasakan dan pilihan yang dibuat. Hypnobirthing adalah metode yang
unik dan merupakan kombinasi terbaik antara proses kelahiran alami
dengan hipnosis yang memberikan alat-alat dan teknik yang dibutuhkan
untuk pengalaman kelahiran bayi yang lebih mudah dan jauh lebih
nyaman. Ibu akan mampu untuk bekerja dengan tubuhnya dan sensasi
persalinan dibandingkan berjuang melawannya (Mongan, 2007).
Jadi setiap ibu hamil dapat belajar dan berlatih agar terampil
untuk meningkatkan ketenangan diri selama hamil dan pada saat
32
melahirkan. Hypnobirthing merupakan perkembangan dari hipnosis,
yang sama sekali bukan magic seperti anggapan yang berkembang di
masyarakat. Banyak orang yang tidak tahu bahwa hipnosis merupakan
bagian dari ilmu kedokteran dan bahkan yang menemukannya adalah
seorang dokter bernama Dr Frans Anton Mesmer berkebangsaan
Austria.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
hypnobirthing merupakan kombinasi antara proses kelahiran alami
dengan hipnosis untuk membangun persepsi positif dan rasa percaya
diri serta menurunkan ketakutan, kecemasan, tegang dan panik
sebelum, selama, dan setelah persalinan. Hypnobirthing merupakan
sebuah paradigma baru dalam pengajaran melahirkan secara alami.
Teknik ini mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam, pola
pernapasan lambat dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam
tubuh (relaksan alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati
proses kelahiran yang aman, lembut, cepat.
b. Manfaat Hypnobirthing
Ketenangan diri saat proses persalinan. Emosi dan jiwa tenang
memungkinkan ibu untuk tidak berteriak/mengamuk/menjerit kala
menahan sakit akibat kontraksi. Karena ibu sudah siap secara mental
(Lany, 2007).
1) Manfaat Untuk Ibu :
a) Menghilangkan rasa takut, tegang, dan panik saat bersalin.
33
b) Mempersingkat masa proses bersalin, pasca bersalin cepat
kembali pulih.
c) Ikatan batin ibu terhadap bayi dan suami juga jadi lebih kuat.
d) Meningkatkan produksi ASI. Kerena Relaksasi meningkatkan
vasikularisasi diseluruh tubuh.
e) Mengurangi komplikasi medis dalam melahirkan.
2) Manfaat Untuk Janin
a) Getaran tenang dan damai akan dirasakan oleh janin yang
merupakan dari perkembangan jiwa (SQ).
b) Pertumbuhan janin lebih sehat karena keadaan tenang akan
memberikan hormon-hormon yang seimbang ke janin lewat
plasenta.
c) Manfaat Untuk Suami
Merasa lebih tenang dalam mendampingi proses kelahiran, dan
hubungan suami istri menjadi lebih hangat.
c. Pelaksanaan Hipnosis
Waktu untuk melakukan penanaman sugesti atau proses
hypnobirthing adalah 2-3 minggu menjelang perkiraan persalinan, pada
beberapa kasus ibu bersalin yang belum pernah mengikuti program
hipnobirthing sejak TM I, mereka tetap merasakan hasil yang efektif
meskipun melaksanakan sugesti pada minggu terakhir atau bahkan
hanya beberapa saat menjelang persalinan. Hal tersebut bisa
dikarenakan sugestifitas serta penerimaan klien yang cukup tinggi
34
(Adiyanto, 2010). Pada saat persalinan tiba ibu dibimbing kembali
untuk melakukan relaksasi.
Pada saat penanaman sugesti yakinkan ibu untuk percaya pada
dirinya sendiri, bahwa persalinan akan berjalan normal, nyaman, cepat
dan aman. Dengan kata lain ibu menghipnosis diri sendiri pada waktu
relaksasi dirumah karena waktu dirumah lebih banyak dari pada waktu
pertemuan di klinik. Peran suami juga sangat dibutuhkan dalam proses
relaksasi ini.
d. Posisi Relaksasi
Memilih posisi yang dianggap paling nyaman dengan mencoba
sesantai mungkin. Bisa dalam posisi duduk atau berbaring sambil
memejamkan mata (Morgan, 2007 dan Andriana, 2007).
1) Posisi berbaring terlentang
Beberapa hal yang dapat membantu untuk menyamankan posisi
baring terlentang.
Gambar 2.1. Posisi Berbaring Terlentang
Sumber : Hypnobirthing The Mongan Method
( Mongan, 2007)
35
2) Posisi menyamping
Posisi menyamping (lateral) terutama dipilih oleh ibu hamil saat
menjalani persalinan tahap akhir dan sering kali untuk
mengeluarkan bayi mereka. Ini juga merupakan posisi tidur bagi ibu
yang sedang hamil.
Gambar 2. 2 Posisi Menyamping
Sumber : Hypnobirthing The Mongan Method
(Mongan, 2007)
e. Langkah sebelum latihan hypnobirthing :
1) Memutar kepala dengan posisi miring ke atas bahu sebanyak 8 kali
hitungan. Meletakkan jari-jemari kiri dan kanan di atas bahu, lalu
memutar ke belakang sebanyak 8 kali dan ke depan 8 kali.
2) Untuk merelaksasi otot, berbaring santai. Meluruskan lengan kanan
dan kiri sejajar tubuh. memposisikan telapak kanan menghadap ke
atas. Menegangkan telapak kaki hingga merambat ke betis, paha,
pinggul, dan dada. Menarik pundak ditarik ke atas dan kedua telapak
tangan dikepal kuat-kuat. Mengerutkan dahi, tarik lidah ke arah
langit-langit.
36
3) Selanjutnya relaksasi pernapasan. Ketika berbaring, napas akan
terdorong ke arah perut. Menarik napas panjang lewat hidung sambil
hitung sampai 10. Menghembuskan perlahan-lahan lewat mulut.
Lakukan 10 kali.
4) Merelaksasi pikiran. Memejamkan mata sejenak lalu buka perlahan-
lahan sambil memandang ke satu titik yang tepat di atas mata, makin
lama kelopak mata makin relaks, berkedip dan pada hitungan ke-5,
mata akan menutup. Ketika kondisi sudah nyaman, masukkan
pikiran positif yang akan terekam dalam alam bawah sadar. Contoh
program positif, “Saya dan janin di dalam kandungan akan tumbuh
sehat. Dan saat persalinan akan menghadapinya dengan tenang.”
f. Teknik Pernafasan
Pada saat kondisi stress, otak manusia membutuhkan lebih
banyak pasokan nutrisi dan oksigen. Terutama pada saat seseorang
mengalami stres (terutama saat emosional meningkat) pola pernapasan
mengalami gangguan, sehingga tidak jarang pasien mengalami kepala
terasa berat, pusing serta sesak napas. di bawah ini adalah macam –
macam teknik pernapasan yang bisa digunakan pada ibu hamil
(Adiyanto, Lelik : 2010).
1) Pernapasan Tidur (Sleep Breathing)
Pernapasan tidur mudah dikuasai, dapat digunakan secara teratur di
kelas ibu hamil dan sewaktu berlatih di rumah. Akan dirasakan
bahwa relaksasi datang lebih mudah dan lebih cepat setiap kali
37
melakukannya. Setelah beberapa kali dilakukan, tubuh akan terbawa
ke dalam keadaan relaksasi sebagai persiapan bagi upaya
pendalaman selanjutnya.
2) Pernapasan Lambat (Slow Breathing)
Pernapasan lambat terdiri dari penghirupan udara secara perlahan,
tenang dan lama dari perut yang mengarahkan kembali fokus pada
apa yang sedang terjadi di sekitar bayi dan membantu menghadapi
setiap kontraksi rahim. Teknik ini akan dibutuhkan selama
persalinan untuk mengimbangi setiap kontraksi rahim. Saat
berkontraksi, rahim akan terangkat. Pernapasan lambat membantu
ibu untuk bekerja sama dengan gerakan ke atas rahim sewaktu
menghirup hingga perut naik setinggi mungkin, seperti mengisi
balon di dalam perut. Hal ini memaksimalkan gelombang otot-otot
vertikal, menyebabkan otot-otot ini bekerja lebih efisien dalam
menarik ke atas otot-otot melingkar di bagian bawah, serta
menipiskan dan membuka leher rahim.
3) Pernapasan Persalinan (Birth Breathing)
Pernapasan persalinan digunakan saat mengembuskan bayi agar
keluar pada fase persalinan. Bernapas ini ditujukan untuk membantu
Refleks Mendorong Alami (Natural Expulsive Reflex atau NER)
dari tubuh untuk secara lembut menggerakkan bayi ke arah luar.
38
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi Arifin (2007) dan Yanti (2009)
Keterangan : Yang diteliti : Kata yang dicetak tebal
Tingkat Kecemasan
Metode untuk mengurangi kecemasan: a. Distraksi b. Biofeed back c. Hipnosis d. Yoga e. Acupressure f. Terapi aroma g. Terapi uap
Faktor internal : a. Konflik diri b. Pengetahuan tentang persalinan c. Kondisi ibu d. Umur e. Pendidikan
Faktor eksternal : a. Kondisi lingkungan b. Dukungan social c. Sosial ekonomi
39
C. Kerangka Konsep
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Menurut Notoatmodjo (2010), hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara penelitian, patokan duga atau sementara, yang kebenaranya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah : Ada perbedaan
tingkat kecemasan pada ibu primigravida berdasarkan tindakan hipnosis.
Dengan Hipnosis Kecemasan
Variabel Independen Variabel Dependen
Tanpa Hipnosis