cabai organik leaflet

Download Cabai Organik Leaflet

If you can't read please download the document

Upload: ao-kamereon

Post on 24-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tentang Budidaya Cabai Organik

TRANSCRIPT

Microsoft Word - Cabai Organik Leaflet

I. PENDAHULUAN

Tanaman yang nilai ekonominya tinggi biasanya resiko kegagalan dari tanaman tersebut tinggi, demikian juga dengan tanaman cabai. Bisnis cabai memang menggiurkan, keuntungan yang diperoleh cukup menjanjikan, namun dibalik keuntungan yang diperoleh ternyata resikonya cukup besar pula. Tanaman cabai memang dikenal sebagai tanaman yang rentan terhadap hama dan penyakit, sehingga hama/ patogen dapat menggagalkan panen sama sekali, disamping gangungan dari alam (hujan).

Masalah yang sering dihadapi dalam budidaya cabai adalah teknik budidaya yang sepenuhnya belum diterapkan. Kualitas produksi cabai yang baik sangat tergantung dari petani dan pengusaha pertanian di Indonesia, karena tanaman cabai memang membutuhkan perawatan secara khusus. Untuk itulah dengan teknologi EM diharapkan dapat menekan biaya produksi, tanpa menurunkan kualitas ataupun kuantitas dari panen cabai.

Kenyataan lapangan bahwa cabai yang ditanam dengan menggunakan pupuk organik, kualitas produk yang dihasilkan yaitu : tahan simpan, tidak cepat membusuk dibandingkan dengan cabai yang dipupuk dengan pupuk kimia. Selain itu ketahanan tanaman terhadap Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) lebih baik dibandingkan dengan tanaman cabai yang dipupuk dengan pupuk kimia.

Untuk meningkatkan produksi cabai dan memperbaiki sifat-sifat dari dampak penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, maka pupuk organik memegang peranan sangat penting bagi budidaya cabai. Penguraian bahan-bahan organik yang berasal dari sida-sisa tanaman atau sumber lainnya tidak hanya akan menambah unsur N, P, K, serta hara lainnya dalam tanah, tetapi berpengaruh positif terhadap sifat fisik tanah, yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap fisiologi tanaman. Bahan organik tanah dan mikororganisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah sehingga menciptakan struktur dan aersi tanah yang baik. Kondisi fisik tanah yang baik mendukung penetrasi akar yang lebih baik, dismaping itu respirasi akan berjalan lancar, sehingga serapan hara dan air oleh tanaman serta asimilasi hara dapat berjlan baik pula.

II. BUDIDAYA CABAI ORGANIK A. Pengolahan Tanah.

Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul (untuk tanah raingan/berpasir) sampai gembur dan tercampur antara lapisan atas dengan lapisan bawah tanah. Kemudian dibuat bedeng dengan lebar 80 120 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan, tinggi bedengan 30 60 cm, jarak antar bedengan selebar

50 60 cm. Bila guludan telah jadi maka langkah selanjutnya adalah

pemberian kapur pertanian (dolomit) bagi tanah yang masam (pH dibawah 4) dengan dosis 2 4 ton/ha atau bisa disesuaikan dengan table yang terlampir di belakang. Kapur dolomit dicampur merata pada permukaan bedeng, disiram air. Seminggu kemudian ditebarkan bokashi sebanyak 5 10 ton/ha, dicampur merata, rapikan, tutup dengan mulsa.

B. Pemberian Mulsa

Bedengan yang sudah rapi, ditutup dengan mulsa baik dari jerami ataupun plastik perak hitam. Pada budidaya yang kita lakukan

Di lapangan adalah menggunakan mulsa plastik perak hitam, kemudian dibuat lubang tanam. Pada tiap bedeng dibuat 2 baris tanaman, jarak antar baris 70cm dan jarak dalam barisan 60 cm. Sehingga pupulasi per ha sekitar 18.000 tanaman atau disesuaikan dengan varietasnya.

Beberapa fungsi penting dari pemberian mulsa antara lain :

Melindungi agregrat tanah akibat curahan air hujan;

Meningkatkan penyerapan air oleh tanaman.

Mengurangi kecepatan penguapan air tanah;

Memelihara temperatur dan kelembaban tanah, dan

Menekan pertumbuhan gulma dan serangan hama penyakit tanaman

C. Penyiapan benih dan Persemaian

1. Benih

Benih yang dianjurkan adalah benih hibrida. Benih hibrida digolongkan dalam lokasi penanaman, yaitu lokasi penanaman di dataran tinggi dan dataran rendah. Di dataran tinggi benih

anjuran adalah Hot Chli, Arimbi, Prabu, Nenggala, dan Gand

Chilli. Sedangkan untuk dataran rendah antara Hot Beauty, TM

999, TM 888, Presto dan Bravo

2. Persemaian

Media persemaian yang dipakai campuran antara pupuk Bokashi dengan tanah dengan perbandingan 1 : 1, sebaiknya diayak untuk mendapatkan campuran yang merat dan halus, sehingga mempermudah benih berkcmbah. Campuran media dimasukkan dalam polybag ukuran 6 x10 cm yang telah diberi lubang pembuangan. Cara lain dapat menggunakan daun pisang atau kelapa yang dibuat berbentuk bulat lalu disteples. Cara ini lebih mudah dan murah.

Benih cabe direndam dahulu dalam larutan EM + molase dengan perbandingan 1 10 ml/lt air, dengan tujuan untuk memilih benih yang bernas, memacu perkecambahan dan mematahkan dormansi benih, serta menekan pertumbuhan jamur pada benih. Setelah kurang lebih 1 jam atau sampai benih tampak menggelembung/bernas, tiriskan pada kain atau yang bisa menyerap air, biarkan suhu dalam keadaan hangat, bibit siap disemai.

Polybag disusun dalam satu bedengan persemaian, kemudian disiram dan benih cabai disemai dalam polybag atau kantung daun satu per satu. Persemaian kemudian diberi naungan plastik bening yang mengahadap ke timur. Ukuran naungan : tinggi 75 cm dan sebelah barat 50 cm. Tujuannya adalah agar yang sudah tumbuh cukup terkena sinar matahari pagi sehingga terhidar dari terjadinya etiolasi bibit yang pertumbuhannya. Benih akan berkecambah setelah 7 10 hari. Setelah bibit berumur 20 hari dapat dipindahkan di lapangan.

3. Penanaman

Penanaman bibit dilakukan dengan menyobek polybag dengan hati-hati agar perakaran tidak rusak, kemudian dimasukkan dalam lubang tanam yang telah disediakan dengan cara penugalan. Setelah ditanam, langsung disiram dengan larutan EM 4 + molase dengan dosis 1 10 ml/lt air, hal ini dilakukan untuk pencegahan preventif dari serangan hama dan penyakit tanaman..

D. Pemupukan

Agar diperoleh hasil yang maksimal maka pada tanaman cabe perlu dipupuk tanaman. Pemupukan tambahan diberikan lewat tanah yaitu bokashi cair yang diberikan dengan cara dikocorkan pada umur 20,

40 dan 80 hari setelah tanam. Selain pupuk diatas perlu ditambahkan

pupuk bokashi sebanyak lebih kurang 1 genggam (50 100 Gr) dan EM 4 + Molase sebanyak 5 ml / liter air dengan interval pemberian satu bulan. Pupuk organik ini dapat diberikan setelah tanaman berumur 45 hari setelah tanam.

E. Pemeliharaan

1. Pengairan

Dalam pengairan yang paling perlu diperhatikan adalah harus adanya saluran pembungan (drainase) yang baik, karena akar tanaman cabai sangat rentan terhadap genangan air. Bila terjadi genangan air, maka akar tanaman cabai akan cepat mengalami pembusukan sehingga mempercapat tanaman cabai menjadi layu dan akhirnya akan mati.

Apabila menanam cabai pada musim hujan peranan saluran pembuang (drainase) ini sangat penting. Oleh karena itu saluran pembuangan ini harus didesain sedemikian rupa sehingga air dapat keluar dengan cepat. Meskipun musim hujan tanaman cabai memerlukan air, pemberian air dapat dilakukan dengan cara

mengairi bedengan kemudian dilakukan pembuangan secara

cepat.

Dilakukan dengan menyiram langsung atau dengan mengairi bedengan melalui saluran pengairan air. Bila lahan tampak kering, sebaiknya penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Penyiraman fermentasi molas dianjurkan setiap bulan 2 kali dengan

dosis 2 5 cc/liter air.

2. Pemberian lanjaran/ajir dan pengikatan

Pemberian ajir dilakukan pada tanaman maksimal umur 30 hari setelah tanam dan sekaligus dilakukan pengikatan tanaman, yang dimaksudkan agar tanaman tidak roboh akibat terpaan angin terbang.

3. Pemangkasasan/perempelan

Cabang yang harus dihilangkan adalah cabang yang mengganggu pertumbuhan tanaman pokok, antara lain yang tumbuh diketiak daun (tunas air), hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan daun dan cabang- cabang pokok tidak terganggu pertumbuhannya.

4. Penyulaman/Penyiangan

Penyulaman dilakukan jika ada bibit yang kurang bagus pertumbuhannya atau mati, diganti dengan bibit yang baru. Sedang penyiangan dilakukan 2 kali yaitu kurang lebih pada 1 bulan setelah tanam dan 2 bulan setelah tanam

F. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang tanaman cabai antara lain lalat buah (Dacus dosrsalis Hend) dan kutu kebul (Bemissia tabaci). Lalat buah dikendalikan dengan menggunakan cairan karbol yang digunakan pada WC, dengan cara memasukan dalam botol yang telah diberi lubang kecil ditengahnya dan digantungkan pada ajir dengan jarak

1,5 meter tiap botol. Tujuannnya untuk mengusir lalat buah. Sedangkan kutu kebul (Bemissia tabaci) dikendalikan dengan daun mimba yang telah diekstrak dan difermentasikan selama 24 jam dan disemprotkan pada daun yang terserang kutu kebul.

Penyakit yang menyerang adalah Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) dan Antraknose/patek (Colletrichum circinas (Berk) Vogi. Pengendalian Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) yaitu

Penyemprotan dengan EM 5, EM FPE dan agens hayati dengan interval lebih pendek. Dan pengendalian Antraknose/patek

(Colletrichum circinas (Berk) Vogi. Yaitu dengan Kunyit, lengkuas,

kencur, jahe sebanyak 1 kg, ditumbuk/ diblender + 5 lt air + 1 butir gambir + 250 ml molase + 250 ml EM4 , bahan tersebut dicampur merata, didiamkan 7 hari. Setelah 7 hari bisa langsung digunakan dengan dosis 10 cc/lt. air.

TIDAK DIPERDAGANGKAN

SERI : 05/Pangan/LAN/ BKP5/XII/2010

SUMBER DANA : APBD II Kota Mataram TA 2010

OPLAH : 500 Eksampelar

BUDIDAYA CABAI ORGANIK

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA MATARAM

2010