calon case
DESCRIPTION
THTTRANSCRIPT
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal
Rongga hidung atau kavum nasi adalah rongga yang berbentuk terowongan
dari depan ke belakang yang dipisahkan oleh septum di bagian tengah menjadi
rongga hidung kanan dan kiri. Lobang hidung depan disebut nares anterior dan
lobang hidung belakang disebut nares posterior ( khoana ) yang memisahkan rongga
hidung dengan nasofaring. Di dinding lateral rongga hidung terdapat 3 tonjolan
tulang yang dilapisi mukosa yaitu konka superior, media dan inferor. Celah yang
terdapat diantara konka-konka tersebut atau lebih tepat ruang diantara konka tersebut
dengan dinding lateral rongga hidung disebut meatus yaitu meatus superior, media
dan inferior.5
Sinus paransal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
dideskripsi karena bentuknya sangan bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang
sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus
etmoid,dan sinus sphenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan merupakan
hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala , sehingga berbentuk rongga di dalam tulang.
Semua sinus mempunyai muara ( ostium ) ke dalam rongga hidung.6
Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius
terdapat muara-muara dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Di
daerah yang sempit ini terdapat prosessus uncinatus, infundibulum, hiatus
semilunaris, recessus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior. Daerah yang
3
sempit dan rumit ini disebut kompleks osteomeatal ( KOM ) yang merupakan factor
utama patogenesa tejadinya sinusitis.5,6
Mukosa hidung dan sinus paranasal terdiri dari epitel torak berlapis semu
bersilia dan diatasnya terdapat sel-sel goblet yang menghasilkan lendir. Sekresi dari
sel-sel goblet dan kelenjar ini membentuk selimut mukosa,. Diatas permukaan
mukosa terdapat silia yang di rongga hidung bergerak secara teratur kea rah
nasofaring dan dari rongga sinus kearah ostium dari sinus tersebut. Silia dan selimut
mukosa ini berfungsi sebagai proteksi dan melembabkan udara inspirasi yang disebut
sebagai system mukosilier. Sinus dari kelompok anterior dailirkan ke naso faringdi
bagian depan muara tuba eustakius sedang sinus grup posterior dialirkan ke
nasofaring di bagian posterosuperior tuba eustakius.5
4
2.2 Definisi
Sinusitis atau istilah yang seharusnya rinosinusitis adalah penyakit inflamasi
mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal. Bila mengenai beberapa sinus
disebut multisinus, sedangkan bila mengenai semua sinus disebut pansinusitis. Sesuai
anatomi yang terkena , dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid,
sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid.6
Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksilaris dan sinusitis etmoid,
sinuisitis frontal dan sinusitis etmoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksila dan
sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus sphenoid belum.
Sinus maksila merupakan sinus yang paling sering terinfeksi karena:
1. Merupakan sinus paranasal yang terbesar
2. Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret
( drenase ) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia.
3. Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi ( prosessus alveolaris )
sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila’ostium sinus
maksila terletak di meatus medius , disekitar hiatus semilunaris ynag
sempit sehingga mudah tersumbat.
2.3 Klasifikasi
Konsensus intersional yang merupakan hasil intersional Conference On
Sinus Disease 1993 dan telah disepakati untuk dipakai di Indonesia, mendefinisikan
sinusitis akut dan kronis lebih berdasarkan pada patofisiologi daripada pembagian
waktu yang ketat berdasarkan lamanya penyakit .1
5
Sinusitis diklasifikasikan sebagai sinusitis akut jika periode infeksinya
sembuh dengan terapi medikamentosa , tanpa terjadi kerusakan mukosa. Sinusitis
akut rekuren didefinisikan sebagai episode akut yang berulangyang dapat sembuh
dengan terapi medikamentosa saja sehingga tidak terdapat kerusakan mukosa yang
irreversible. Sinusitis kronis adalah penyakit yang tidak dapat sembuh dengan terapi
medikamentosa saja. Hal yang merupakan paradigmabaru dari consensus
internasional ini adalah, baik pada sinusitis akut maupun kronis,jika obstruksi ostium
dihilangkan dan terjadi aerasi yang adekuat dari sinus-sinus yang menderita maka
mukosa yang telah rusak dapat kembali mengalami regenerasi.5
Untuk kepentingan praktis, kriteria untuk sinusitis akut dan kronis pada
penderita dewasa dan anak berdasarkan gambaran klinik dapat dilihatpada tabel 1
Tabel 1. criteria sinusitis akut dan kronik pada anak dan dewasa menurut
Internasional Confrence on Sinus Disease 1993.
KRITERIA SINUSITIS AKUT SINUSIIS KRONIK
Dewasa Anak Dewasa Anak
1. lama gejala dan tanda <8mgg <12 mgg ≥ 8 mgg ≥12mgg
2. Jumlah Episode <4X/thn <6x/thn ≥4x/thn ≥6x/thn
Serangan akut,masing2
Berlangsung minimal
10 hari
3.Reversibilitas mukosa Dapat sembuh sempurna tidak dapat sembuh sempurna
Dengan medikamentosa dengan medikamentosa
6
2.3 Etiologi
Faktor-faktor fisik, kimia, saraf hormonal atau emosional dapat
mempengaruhi mukosa hidung yang selanjutnya mempengaruhi mukosa sinus.
Defisiensi nutrisi, kelelahan, kesegaran fisik yang menurun dan penyakit sistemik
juga penting dalam etiologi sinusitis. 2 Sebagai factor predisposisi lain ialah
lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering yang dapat menyebabkan perubahan
pada mukosa serta kerusakan silia.6
Penyebab sinusitis akut adalah;
1. rhinitis akut
2. infeksi faring seperti faringitis, adenoitis, tonsillitis akut
3. infeksi gigi rahang atas M1,M2,M3 serta P1 dan P2 ( dentogen)
4. berenang dan menyelam
5. trauma, dapat menyebabka perdarahan mukosa sinus paranasal
6. barotraumas dapat menyebabkan nekrosis mukosa
Streptococcus Pneumonia, Hemophillus Influenzae, Moraxella catarhalis
merupakan bakteri pathogen yang ditemukan pada hamper 70% penderita sinusitis
akut. Infeksi virus juga berperan dalam sinusitis akut. Adanya kelaina sinus
ditemukan pada 87% pasien yang menderita rhinitis yang disebabkan oleh virus.
Komplikasi bakteri pada rhinitis yang disebabkan oleh virus ditemukan pada 2%
kasus.7
Bakteri-Bakter penyebab sinusitis kronis antara lain pneumococcus,
streptococcs, stafilococcus, hemophilus influenza, kuman gram positif anaerob,
klebsiela, batang gram negative, streptococcus pneumonia, streptococcuc hemoliticus,
7
pseudomonas. Golongan jamur dari spesies candida, aspergilus juga dilaporkan
sebagai penyebab sinusitis.2
Kondisi dan factor yang berperan pada sinusitis kronik diantaranya 7,8,9,10
1. kelainan anatomi yang mempengaruhi komples osteomeatal seperti septum
deviasi, konka bulosa, deviasi prosesus uncinatus
2. rhinitis alergi : alergi sebagai factor predisposisi dari sinusitis dimana terjadi
edema mukosa dan hiper sekresi, keadaan ini akan menimbulkan
penyumbatan muara sinus mengakibatkan stasis secret. Hal ini sebagai
medium infeksi yang pada akhirnya menimbulkan sinusitis kronik.
3. Nasal polip, nasal polip dapat menekan komplek osteometal sehingga
menyebabkan terjadinya sinusitis kronis. Polip mengakibatkan terjadinya
kerusakan silia sehingga terjadi penurunan produksi dan aliran mucus
akibatnya terjadi stasis yang berlanjut menjadi sinusitis. Timbu;nya polip
nasal biasanya dihubungkan dengan adanya inflamasi kronik dari rongga
hidung.
4. pengobatan infeksi akut yang tidak sempurna.
5. factor hormonal seperti kehamilan, pubertas dimana gangguan hormonal dapat
mebgakibatkan terjadinya edema mukosa.
2.5 Patogenesis
Sinusitis terjadi karena sumbatan pada kompleks osteomeatal tempat
bermuaranya sinus di daerah meatus medius. Akibat sumbatan di osteomeatal ini
maka rongga sinus akan kekurangan oksigen. Anoksia dalam rongga sinus ini
8
berakibat mukosa sinus hipoksia dan menjadi edema yang memperberat sumbatan di
ostium sinus. Edema mukosa dan sumbatan ostium ini menyebabka sistem mukosilier
untuk mengeluarkan secret jadi terganggu sehingga cairan akan menumpuk dalam
rongga sinus yang akibatnya mudah terjadi infeksi oleh bakteri sehingga terjadi
sinusitis akut bakteri. Apabila tidak diobati atau pengobatan tidak tepat maka
penyakit dapat berlangsung terus dan bila berlangsung lebih dari 8 minggu sudah
terjadi perubahan patologis yang irreversibel pada mukosa sinus disebut sebagai
sinusitis kronik.5
2.6 Diagnosa
Tanda dan gejala sinusitis dibagi menjadi dua kelompok yaitu gejala mayor
dan minor.
Gejala mayor berupa :
1. nyeri atau rasa penuh daerah muka
2. hidung tersumbat
3. nasal discharge/purulen di rongga hidung atau pada rhinoskopi posterior
4. hiposmia atau anosmia
5. demam ( pada sinusitis akut )
gejala minor :
1. sakit kepala
2. demam ( diluar sinusitis akut)
3. nafas bau ( halithosis )
4. lesu /fatigue
9
5. nyeri pada gigi
6. batuk
7. nyeri dan rasa penuh pada telinga.
Apabila ditemukan dua gejala mayor atau lebih atau ditemukan satu gejala
mayor dan dua atau lebih gejala minor dapat didiagnosis sinusitis. Demam atau hanya
nyeri di daerah muka saja tanpa gejala lain bukan diabnosis sinusitis akut. akan tetapi
bila gejala bertambah berat setelah lima hari atau menetap sampai 10 hari atau gejala
diluar dari gejala yang biasa ditemukan pada infeksi virus maka dapat
dipertimbangkan sebagai sinusitis akut bakter.5
Diagnosa sinusitis akut pada dewasa1,3 :
Anamnesis
Riwayat rinore purulen yang berlangsung lebih dari 7 hari, merupakan keluhan yang
paling sering dan paling menonjol pada sinusitis akut. keluha ini dapat disertai
keluhan lain seperti sumbatan hidung, nyeri atau rasa tekanan pada muka, nyeri
kepala, ingus belakang hidung, batuk, anosmia atau hiposmia, nyeri gigi, nyeri telinga
dan serangan mengi ( wheezing) yang meningat pada penderita asma.
Rhinoskopi anterior
Rinoskopi anterior merupakan pemeriksaan rutin untuk melihat tanda patognomonis,
yaitu secret purulen di meatus medius atau superior, atau pada rinoskopi posterior
tampak adanya secret purulen di nasofaring ( post nasal drip )
10
Nasoendoskopi
Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan untuk menilai kondisi kavum nasi
hingga ke nasofaring. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan dengan jelas keadaan
dinding lateral hidung.
Foto polos sinus paranasal
Pemeriksaan foto polos sinus bukan prosedur rutin, hanya dianjurkan pada kasus
tertentu, misalnya :
- sinusitis akut dengan tanda dan gejala berat
- tidak ada perbaikan setelah terapi medikamentosa optimal
- diduga ada cairan dala sinus maksila yang memerlukan tindakan irigasi
- evaluasi terapi
- alasan medikolegal
tomografi computer dan MRI
pemeriksaan tomografi computer tidak dianjurkan pada sinusitis akut, kecuali ada
kecurigaan komplikasi orbita atau intracranial. Pemeriksaan MRI hanya dilakukan
pada kecurigaan komplikasi intra cranial.
Diagnosis sinuisitis kronis pada dewasa
Anamnesis
Riwayat gejala yang diderita sudah lebih dari 12 minggu, dan sesuai dengan dua
criteria mayor atau satu criteria mayor ditambah dua kritera minor dari kumpulan
gejala dan tanda menurut internasional Consensus on sinus disease 1993. keluhan
11
sinusitis kronik seringkali tidak khas dan ringan bahkan kadangkala tanpa keluhan
dan baru diketahui karena mengalami beberapa episode serngan akut.
Rhinoskopi anterior
Terlihat adanya secret purulen di meatus medius atau meatus superior. Mungkin
terlihat adanya polip menyertai sinusitis kronis.
Nasoendoskopi
Pemeriksaan ini sangat dianjurkan karena dapat menunjukkan kelainan yang tidak
terlihat dengan rhinoskopi anterior, misalnya secret purulen minimal di meatus
medius atau superior, polip kecil, ostium assesorius, edema prosessus uncinatus,
konka bulosa, konka paradoksikal, spina septum dll.
Pemeriksaan foto polos sinus
Dapat dilakukan mengingat biayanya murah, cepat dan tidak invasive meskipun
hanya dapat mengevaluasi kelainan di sinus paranasal yang besar.
Pemeriksaan CT Scan
Dianjurkan dibuat untuk pasien sinusitis kronik yang tidak ada perbaikan dengan
terapi medikamentosa. Untuk menghemat biaya, cukup potpngan koronal tanpa
kontras. Dengan potongan ini sudah dapat diketahui dengan jelas perluasan penyakit
di dalam rongga sinus dan adanya kelainan di kompleks osteomeatal. Sebaiknya
pemeriksaan CT scan dilakukan setelah pemberian antibiotic yang adekuat, agar
proses inflamasi pada mukosa di eliminasi sehingga kelainan anatomis dapat terlihat
dengan jelas.
12
Pungsi sinus maxilla
Tindakan pungsi sinus maksila dapat dianjurkan sebagai alat diagnostic untuk
mengetahut adanya secret di dalam sinus maksila dan jika diperlukan untuk
pemeriksaan kultur dan resistensi.
Sinoskopi
Dapat dilakukan untuk melihat kondisi antrum sinus maksila. Pemeriksaan ini
menggunakan endoskop yang di masukkan melalui pungsi di meatus inferior atau
fossa kanina. Di lihat apakah ada secret, jaringan polip atau jamur didalam rongga
sinus maksila, serta bagaiman keadaan mukosanya apakah kemungkinan kelainannya
masih reversible atau sudah irreversibel
2.7 Penatalaksanaan
Terapi sinusitis akut pada dewasa
1. antibiotik pada sinusitis akut
a. antibiotic lini pertama. Sebagai antibiotik empiric lini pertama
dianjurkan pemberian amoksisilin 3x500mg atau kotrimoksazol
2x480mg. meskipun amoksisilin tidak mempunyai kepekaan terhadap
B-laktamase tetapi terbukti masih efektif pada kebanyakan kasus
sinusitis akut dan merupakan antibiotic yang paling aman. Karenanya
pemantauan cukup 2x24 jam, jika tidak ada perbaikan dapat diganti
dengan antibiotic lini kedua.
b. Antibiotic lini kedua mempunyai kepekaan terhadap beta laktamase
yaitu amoksisilin klavulanat 3x500 mg atau ampisilin sulbaktam atau
13
sefalosporin generasi kedua. Antibiotic alternative adalah golongan
makrolid. Tidak tertutup kemungkinan untuk langsung memberikan
antibiotic lini kedua tanpa melalui lini pertama pada seragan akut
berulang atau jika didasarkan pengalaman setempat amoksisilin
terbukti tidak efektif. Jika ada perbaikan antibiotic diteruskan sampai
mencukupi 10-14 hari. Jika tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan
pemeriksaan fotopolos atau tomografi computer dan atau
nasoendoskopi. Jika ada kelainan, pasien dapat didiagnosis sebagsi
sinusitis akut beeulang atau kronikdan lakukan penatalaksaan seperi
sinusitis kronik. Jika tidak ada kelainan maka diagnosis sebaiknya
dievaluasi kembali misalnya dengan melakukan pemeriksaan alergi
secara komprehensif atau pemeriksaan kultur dan pungsi sinus
mkasila.
2. terapi tambahan pada sinusitis akut
pada sinusitis akut terapi tambahn yang penting adalah dekongestan oral yang
dapt disertai preparat topical terutama pada sumbatan hidung berat. Pada
pasien atpoi dapat diberi antihistamin. Mukolitik , inhalasi uap dan
pengobatan simptomatis lain dapat juga diberikan.
Terapi sinusitis kronik1
Pada sinusitis kronis, sebetulnya peran bakteri diragukan dan kegunaan terapi
medikamentosa juga terbatas. Obstruksi sinus yang menetap lebih berperan dan inilah
14
yang harys diperbaiki. Meskipun tidak memegang peranan penting, antibiotic dapat
diberikan sebagai terapi awal.
a. pilihan antibiotic harus mencakup B-laktamase seperti pada terapi sinusitis
akut lini kedua, yaitu amoksisilin klavulanat atau ampisilin sulbaktam,
sefalosporin generasi kedua.jika ada perbaikan antibiotic diteruskan sampai
mencukupi 10-14 hari atau lebih jika diperlukan.
b. Jika tidak ada perbaikan dapat dipilihh antibotika alternative seperti
makrolid ,golongan kuinlon atau yang sesuai dengan hasil kultur resistensi.
Jika ada bakteri anaerob dapat diberi metronidazol
c. Jika dengan antibiotika alternative tidak ada perbaikan , maka evaluasi
kembali apakah ada factor predisposisi yang belum terdiagnosis dengan
pemeriksaan nasoendoskopi, sinuskopi dan irigasi sinus maksila serta
pemeriksaan tomografi computer. Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan
adanya obstruksi KOM maka penatalaksanaan selanjutunya adalah tindakan
operasi.
d. Jika pada pemeriksaan tidak ada obstruksi KOM, maka carilah alur diagnosis
yang lain.
Terapi operatif
Sinusitis kronik yang tidak sembuh setelah pengobatan medikamentosa
adekuat dan optimal serta adanya obstruksi KOM merupakan indikasi tindakan
bedah. Beberapa macam tindakan bedah mulai dari antrostomi meatus inferior,
Caldwel-luc, etmoidektomi intra dan ekstra nasal, trepanasi sinus frontal dan bedah
sinus endoskopik fungsional dapat dilaksanakan.1
15
Bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF) atau functional endoskopic
sinus surgery ( FESS ) merupakan langkah maju dalam bedah sinus. Bedah sinus
endoskopik fungsional adalah teknik operasi pada sinus dan paranasal dengan
menggunakan endoskop yang bertujuan memulihkan mucociliary clearance dalam
sinus. Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks osteomeatal
yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan drenase sinus
dapat lancer kembali melalui ostium alamiah, jaringan normal tetap berfungsi dan
kelainan dalam sinus akan sembuh dengan sendirinya.1,3
Keuntungan dari teknik BSEF adalah penggunaan endoskop dengan
pencahayaan yang sangat terng sehingga saat operasi kita dapat melihat lebih jelas
dan rinci adanya kelainan patologik di rongga-rongga sinus. Jaringan patologik dapat
diangkat tanpa melukai jaringan normal dan ostium sinus yang tersumbat diperlebar.
Dengan demikian diagnosis lebih dini dan akurat dan operasi lebih bersih/ teliti,
sehingga memberikan hasil yang optimal. Pasien juga diuntunglkan karena
morbiditas pasca operasi yang minimal. Penggunaan endoskopi juga menghasilkan
lapang pandang operasi yang lebih luas dan jelas yang akan menurunkan komplikasi
bedah.1,3
Kontra indikasi BSEF 3
1. osteitis atau osteomielitis tulang frontalyang disertai
pembentukan sekuester
2. pasca operasi radikal dengan rongga sinus yang mengecil
3. penderita yang hipertensi malgna, diabetes mellitus, kelainan
hemostasis yang tidak terkontrol oleh dokter spesialis yang sesuai.
16
Bedah sinus konvensional tidak memperhatikan usaha pemilihan drenase
dan ventilasi sinus melelui ostium alamiah. Namun dengan berkembangnya
pengetahuan patogenesis sinusitis, maka berkembang pula modifikasi bedah sinus
konvensional misalnya operasi Caldwel-Luc yang hanya mengangkat jaringan
patoloik dan meninggalkan jaringan normal agar tetap berfungsi dan melakukan
antrostomi meatus medius sehingga dernase dapat pulih kembali melalui jalan alami.1
2.8 Komplikasi sinusitis.
1. Komplikasi Orbita 6,11
menjadi penyebab yang paling sering dari infeksi orbita ( mencapai 85%). Hal ini
disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata ( orbita ). Yang
paling sering ialah sinusitis etmoid kemudian sinusitis frontal dan maksila.
Penyebara infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkotuinatum. Kelainan yang
dapt timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses orbita
dan selanjutnya terjadi trombosis sinus kavernosus.
2.Komplikasi intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstadural atau subdural, abses otak da trombosis
sinus cavernosus.
3.Kelainan paru
Beberapa pasien sinusitis juga mempunyai riwayat asma. Adanya sinusitis maka
akaan memperberat asma yang dideritanya.
17
4. Osteomielitis
paling sering tinbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak.
Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral
5. Kelainan vaskular
Arteri dan sinus kavernosus adalah pembuluh darah yang berada dekat sinus
sphenoid, sehingga bila terjadi komplikasi maka akan timbul aneurisma atau infeksi
akan menyebar melalui pembuluh darah ke ronngga cranial.
18
BAB III
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Djoenir
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Minang
Alamat : Desa Talang Rajo Pelang Lengayang, Pesisir Selatan
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berumur 79 tahun di rawat di Bangsal THT RS. DR.
M Djamil Padang sejak tanggal 22 Agustus 2007 dengan :
Keluhan Utama :
Hidung sebelah kiri tersumbat total sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Hidung sebelah kiri tersumbat total sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya tersumbat sebagian sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit,
semakin lama hidung terasa semakin tersumbat sampai sekarang tersumbat total
dan dirasakan terus menerus serta tidak dipengaruhi oleh posisi, cuaca, dan
makanan.
19
Gangguan penciuman pada hidung sebelah kiri sejak 6 bulan sebelum masuk
rumah sakit.
Suara berubah menjadi agak sengau sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Pasien sering terbangun ketika sedang tidur karena tiba-tiba merasa sesak dan
sukar bernafas sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat sering bersin-bersin di pagi hari, gali gato, serta alergi makanan dan
obat-obatan tidak ada.
Riwayat rasa nyeri di daerah muka dan keluar darah dari hidung tidak ada.
Gangguan pendengaran, suara berdenging, rasa pusing berputar, nyeri dalam
telinga dan keluar cairan dari dalam telinga tidak ada.
Riwayat sakit tenggorokan, rasa tersumbat di leher, nyeri dan sukar menelan tidak
ada.
Pasien telah berobat ke dokter umum, diberi 3 macam obat makan yang tidak
diketahui namanya, namun keluhan tidak berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sudah pernah operasi hidung 2 tahun yang lalu di RS. DR. M Djamil
Padang akibat keluhan hidung sebelah kiri tersumbat juga. Setelah operasi pasien
dirawat selama 3 hari, pulang dalam keadaan baik, dapat obat makan selama 3
hari, dan pasien tidak pernah kontrol lagi ke rumah sakit.
Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, kontrol tidak
teratur ke puskesmas.
Riwayat Penyakit Keluarga :
20
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
Tidak ada anggota keluarga yang sering bersin-bersin di pagi hari, gali gato, serta
alergi makanan dan obat-obatan.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan.
Pasien adalah seorang pensiunan tentara.
Pasien merokok sejak umur 17 tahun, banyaknya 1-2 bungkus/hari.
Kebiasaan minum alkohol disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis cooperatif
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 37,10C
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri = kanan
21
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : suara nafas vesikuler normal, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus tidak terlihat
Palpasi : ictus terba 1 jari medial LMCS RIC V, tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (–)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Extremitas : edem -/-
Status Lokalis THT
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Daun telinga
Kel kongenital Tidak ada Tidak adaTrauma Tidak ada Tidak adaRadang Tidak ada Tidak adaKel. Metabolik Tidak ada Tidak adaNyeri tarik Tidak ada Tidak adaNyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Diding liang telinga
Cukup lapang (N)Cukup lapang (N) Cukup lapang(N)
SempitHiperemi Tidak Tidak Edema Tidak ada Tidak adaMassa Tidak ada Tidak ada
Sekret/serumenBau Tidak ada Tidak adaWarna Tidak ada Tidak ada
22
Jumlah Tidak ada Tidak adaJenis Tidak ada Tidak ada
Membran timpani
Utuh
Warna putih putih Reflek cahaya (+), arah jam 5 (+), arah jam 7Bulging Tidak ada Tidak adaRetraksi Tidak ada Tidak adaAtrofi Tidak Tidak
PerforasiJumlah perforasi Tidak ada Tidak adaJenis Tidak ada Tidak adaKwadran Tidak ada Tidak adaPinggir Tidak ada Tidak ada
Gambar
Mastoid
Tanda radang Tidak ada Tidak adaFistel Tidak ada Tidak adaSikatrik Tidak ada Tidak adaNyeri tekan Tidak ada Tidak adaNyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Tes garpu talaRinne (+) (+)Schwabach Sama dengan
pemeriksaSama dengan
pemeriksaWeber Tidak ada lateralisasi Kesimpulan Pendengaran
normalPendengaran
normalAudiometri
Tidak dilakukan
Hidung
23
PemeriksaanKelainan Dektra Sinistra
Hidung luar
Deformitas Tidak ada Tidak adaKelainan kongenital Tidak ada Tidak adaTrauma Tidak ada Tidak adaRadang Tidak ada Tidak adaMassa Tidak ada Tidak ada
Sinus paranasal
PemeriksaanDekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak adaNyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Vestibulum Vibrise Ada Ada Radang Tidak ada Tidak ada
Cavum nasiCukup lapang (N)
Cukup lapang (N) Sukar dinilaiSempitLapang
Sekret
Lokasi Tidak ada Tidak adaJenis - -Jumlah - -Bau - -
Konka inferior Ukuran Eutrofi EutrofiWarna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin LicinEdema Tidak ada Tidak bisa dinilai
Konka media Ukuran Eutrofi SuWarna Merah muda -Permukaan Licin -Edema Tidak ada -
Cukup lurus/deviasi
Cukup lurus Cukup lurus
24
SeptumPermukaan licin licinWarna Merah muda Merah muda Spina Tidak ada Tidak adaKrista Tidak ada Tidak adaAbses Tidak ada Tidak adaPerforasi Tidak ada Tidak ada
Massa
Lokasi Tidak ada Meatus media, menutupi kavum
nasiBentuk Tidak ada Bulat lonjongUkuran - 2 x 2 cmPermukaan - licinWarna - putihKonsistensi - lunakMudah digoyang - mudahPengaruh vasokonstriktor
- Tidak dilakukan
Gambar
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
KoanaCukup lapang (N)SempitLapang
Cukup lapang Tertutup massa
MukosaWarna Merah muda Merah mudaEdem Tidak TidakJaringan granulasi Tidak ada Tidak ada
Konka inferiorUkuran
EutrofiTidak dapat
dinilaiWarna Merah muda -Permukaan Licin -Edem Tidak -
Adenoid Ada/tidak Tidak TidakMuara tuba eustachius
Tertutup sekret Tidak TidakEdem mukosa Tidak Tidak
25
Massa
Lokasi Tidak ada nasofaringUkuran - 2 x 2 cmBentuk - Bulat lonjongPermukaan - licin
Post Nasal Drip Ada/tidak Tidak ada Tidak adaJenis Tidak ada Tidak ada
Gambar
Orofaring dan mulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum mole + Arkus Faring
Simetris/tidak Simetris SimetrisWarna Merah muda Merah mudaEdem Tidak TidakBercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Dinding faring Warna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin Licin
Tonsil
Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin LicinMuara kripti Tidak melebar Tidak melebarDetritus Tidak ada Tidak adaEksudat Tidak ada Tidak adaPerlengketan dengan pilar
Tidak ada Tidak ada
PeritonsilWarna Merah muda Merah mudaEdema Tidak TidakAbses Tidak ada Tidak ada
Tumor
Lokasi Tidak ada Tidak adaBentuk - -Ukuran - -Permukaan - -Konsistensi - -
Gigi Karies/Radiks An odontiaWarna Merah mudaBentuk Normal
26
Lidah Deviasi Tidak adaMassa Tidak ada
Gambar
Laringiskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Epiglotis
Bentuk Seperti kubah Seperti kubahWarna Merah muda Merah mudaEdema Tidak TidakPinggir rata/tidak rata RataMassa Tidak ada Tidak ada
AriteniodWarna Merah muda Merah mudaEdema Tidak TidakMassa Tidak ada Tidak adaGerakan Baik Baik
Ventrikular bandWarna Merah muda Merah mudaEdema Tidak TidakMassa Tidak ada Tidak ada
Plica vokalisWarna putih putihGerakan Simetris SimetrisPingir medial Rata RataMassa Tidak ada Tidak ada
Subglotis/trakea Massa Tidak ada Tidak adaSekret Tidak ada Tidak ada
Sinus piriformis Massa Tidak ada Tidak adaSekret Tidak ada Tidak ada
Valekula Massa Tidak ada Tidak adaSekret ( jenisnya ) Tidak ada Tidak ada
27
Gambar
Pemeriksaan Kelenjar getah bening leher
Inspeksi : tidak tampak adanya tanda-tanda pembesaran kelenjar getah bening
submental, submandibula, dan regio colli
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening
Pemeriksaan laboratorium :
Hb : 14,6 gr%
Leukosit : 8.900/ mm3
Trombosit : 233.000/mm3
LED : 65 mm/1 jam
Hitung jenis : 0/2/1/68/25/4
PT : 9,9 dt
APTT : 39,3 dt
Pemeriksaan Penunjang :
Hasil CT Scan Sinus paranasalis potongan axial dan coronal :
Tampak massa berdensitas isodens di sinus maksilaris kiri yang meluas ke sinus
etmoid, kavum nasi, sinus sphenoid, dan anterior nasofaring kiri disertai destruksi
tulang daerah sinus maksilaris.
Kesan : tumor sinus nasal kiri
RESUME
28
1. Anamnesis
Pasien laki-laki, umur 79 tahun dengan keluhan hidung sebelah kiri
tersumbat total sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, dirasakan terus
menerus, tidak dipengaruhi oleh posisi, cuaca, dan makanan. Suara berubah
menjadi agak sengau dan penciuman terganggu. Riwayat operasi hidung 2 tahun
yang lalu dengan keluhan yang sama.
2. Pemeriksaan fisik
Hidung
Rinoskopi anterior : tampak massa di meatus media sinistra, menutupi kavum
nasi, bentuk bulat lonjong, berwarna putih, ukuran 2 x 2 cm, permukaan
licin, konsistensi lunak, mudah digoyang.
Rinoskopi posterior : tampak massa di nasofaring kiri, menutupi koana,
bentuk bulat lonjong, ukuran 2 x 2 cm, permukaan licin.
3. Diagnosis Kerja : Polip antrokoanal sinistra
4. Diagnosis Tambahan : -
5. Diagnosis Banding : Papiloma
6. Pemeriksaan Anjuran
- Roentgen foto sinus para nasal posisi Waters dan lateral.
- Biopsi
7. Terapi anjuran: FESS + Caldwell-Luc
8. Prognosis
29
- quo ad vitam : bonam
- quo ad sanam : bonam
10. Nasehat
- Hentikan kebiasaan merokok
FOLLOW UP
Tanggal 23 Agustus 2007
30
A/ : hidung tersumbat (+), sesak nafas (-), demam (-)
PF/ : KU Kesadaran TD Nadi Nafas SuhuSedang CMC 130/90 88x/mnt 20x/mnt 37 0C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Toraks : paru dan jantung dalam Batas Normal
Abdomen : Dalam Batas Normal
Status Lokalis : stq
Diagnosis Kerja : Polip antrokoanal sinistra
Rencana : FESS + Caldwell-Luc kiri
Pukul 12.00 WIB
Selesai dilakukan: FESS + Caldwell-Luc sinistra
A/ : demam (-), perdarahan (-)
PF/ : KU Kesadaran TD Nadi Nafas SuhuSedang CMC 130/80 88x/mnt 20x/mnt afebris
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Toraks : paru dan jantung dalam Batas Normal
Status lokalis :
Hidung : Terpasang tampon rol KNS, darah (-), rembes (-).
Diagnosis Kerja : Post FESS + Caldwell-Luc sinistra ai Polip antrokoanal sinistra
Instruksi post operasi:
- Awasi vital sign dan perdarahan
- Ceftriaxon 2 X 1 gr (IV)
- Metil prednisolon 3X 500 mg (PO)
31
- Asam mefenamat 3 X 500 mg (PO)
- Minum setelah bising usus (+)
Tanggal 24 Agustus 2007
A/ : demam (-), perdarahan (-)
PF/ : KU Kesadaran TD Nadi Nafas SuhuSedang CMC 130/80 90x/mnt 20x/mnt afebris
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Toraks : paru dan jantung dalam Batas Normal
Abdomen : Bising usus (+) Normal
Status lokalis :
Hidung : Terpasang tampon rol KNS, darah (-), rembes (-).
Diagnosis Kerja : Post FESS + Caldwell-Luc sinistra ai Polip antrokoanal sinistra
hari ke-1
Terapi :
- Ceftriaxon 2 X 1 gr (IV)
- Metil prednisolon 3X 500 mg (PO)
- Asam mefenamat 3 X 500 mg (PO)
Tanggal 27 Agustus 2007
A/ : demam (-), perdarahan (-)
PF/ : KU Kesadaran TD Nadi Nafas SuhuSedang CMC 130/80 88x/mnt 20x/mnt afebris
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Toraks : paru dan jantung dalam Batas Normal
Abdomen : dalam batas normal
32
Status lokalis :
Hidung : Terpasang tampon rol KNS, darah (-), rembes (-).
Diagnosis Kerja : Post FESS + Caldwell-Luc sinistra ai Polip antrokoanal sinistra
hari ke-4
Terapi :
- Ceftriaxon 2 X 1 gr (IV)
- Metil prednisolon 3X 500 mg (PO)
- Asam mefenamat 3 X 500 mg (PO)
BAB IV
33
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasienlaki-laki, 79tahun dengan diagnosis. Polip
antrokoanal sinistra. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan
hidung sebelah kiri tersumbat total sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit,
dirasakan terus menerus, tidak dipengaruhi oleh posisi, cuaca, dan makanan. Suara
berubah menjadi agak sengau dan penciuman terganggu. Riwayat operasi hidung 2
tahun yang lalu dengan keluhan yang sama.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada rinoskopi anterior tampak massa di
meatus media sinistra yang menutupi kavum nasi, bentuk bulat lonjong, berwarna
putih, ukuran 2 x 2 cm, permukaan licin, konsistensi lunak, serta mudah digoyang.
Begitu juga pada rinoskopi posterior tampak massa di nasofaring kiri, menutupi
koana, bentuk bulat lonjong, ukuran 2 x 2 cm, permukaan licin,dan tampak sekret
purulen yang turun ke tenggorok.
Berdasarkan hasil CT Scan sinus paranasalis potongan axial dan coronal
dimana tampak massa berdensitas isodens di sinus maksilaris kiri yang meluas ke
sinus etmoid, kavum nasi, sinus sphenoid, dan anterior nasofaring kiri disertai
destruksi tulang daerah sinus maksilaris yang menunjukan kesan tumor sinus nasal
kiri.
Pada pasien ini dilakukan operasi Functional Endoscopic Sinus Surgery
(FESS) + Caldwell-Luc sinistra dan diberikan terapi post operasi yaitu Ceftriaxon 2 X
34