capaian kinerja skp kelas i ambon ta. 2017skp1ambon.ppid.pertanian.go.id/doc/152/pdf capaian... ·...
TRANSCRIPT
1
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
2
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki
wilayah laut dan garis pantai yang sangat panjang,sehingga besar
kemungkinan masuknya berbagai hama dan penyakit hewan dan
tumbuhan melalui aktivitas lalulintas keluar masuknya produk pertanian,
baik dari luar negeri maupun antar area di dalam wilayah Republik
Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tanggung jawab Badan
Karantina Pertanian menjadi sangat penting sebagai garda terdepan
dalam mencegah masuk/ keluar hama penyakit hewan karantina (HPHK)
dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) ke dalam/ dari
wilayah Negara Republik Indonesia dan penyebarannya dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Globalisasi dalam kerangka perdagangan internasional/
mendorong semakin meningkatnya arus lalulintas dan menurunnya
secara bertahap hambatan tarif (tarrif barrier) dalam perdagangan hasil
pertanian antar negara Keadaan ini mendorong masing-masing negara
memperketat persyaratan jaminan kesehatan, mutu dan keamanan hasil
pertanian sebagai instrumen pengendalian perdagangan antar negara.
Pada saat ini ancaman yang dapat mengganggu kelestarian
sumberdaya alam, ketenteraman dan kesehatan masyarakat, kesehatan
pangan, gangguan terhadap produksi sektor pertanian, serta lingkungan telah
didefinisikan sebagai ancaman yang perlu untuk dicegah masuk dan
3
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
penyebarannya. Ancaman yang secara global telah diidentifikasi dapat
dikendalikan secara efektif melalui penyelenggaraan perkarantinaan antara lain;
1) ancaman terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan,
2) jenis asing invasif,
3) penyakit Zoonosis,
4) Bioterorism,
5) pangan yang tidak sehat termasuk GMO yang belum dapat
diidentifikasi keamanannya;
6) kelestarian plasma nutfah/ keanekaragaman hayati;
7) hambatan teknis perdagangan; dan
8) ancaman terhadap kestabilan perekonomian nasional.
Peran Barantan dalam perlindungan terhadap kesehatan manusia,
hewan dan tumbuhan serta lingkungan hidupnya dalam hubungannya dengan
perdagangan internasional dan Nasional yaitu :
1. mengoperasikan persyaratan teknis (persyaratan karantina)
impor yang ditetapkan di 3 (tiga) titik sebelum masuk (pre-
border), di tempat pemasukan (at-border) dan setelah
pemasukan (post-border) dalam upaya tindakan perlindungan
kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan;
2. memfasilitasi ekspor komoditi pertanian melalui
pemeriksaan,audit,verifikasi dan sertifikasi karantina ekspor
agar persyaratan teknis negara pengimpor dapat terpenuhi;
3. turut serta memverifikasi persyaratan teknis negara tujuan
ekspor agar tetap dalam koridor perjanjian SPS;
4
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
4. sebagai Notification body dan National Enquiry Point SPS,
peran tersebut merupakan salah satu bentuk dari komunikasi
persyaratan teknis (dengan organisasi internasional dan
negara mitra) yang akan diberlakukan.
Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan terbangun pasar
tunggal dan basis produksi, dimana terdapat aliran barang, jasa, investasi dan
tenaga kerja terampil yang lebih bebas, kawasan berdaya saing tinggi,
pembangunan ekonomi merata, pengembangan UKM ASEAN, serta integrasi
ASEAN ke dalam ekonomi global. Wujud kinerja MEA 2016 dari sisi karantina
adalah fasilitasi kelancaran arus barang/produk pertanian yang
diperdagangkan. Dengan demikian, salah satu fokus yang perlu mendapatkan
perhatian serius menyangkut kesetaraan sistem manajemen risiko antar negara
anggota MEA.
Salah satu faktor penting dalam kelancaran arus barang/produk adalah
hambatan teknis yaitu keberadaan/status penyakit yang berdasarkan ketentuan
internasional berkaitan dengan prevalensi hama dan penyakit serta organisme
pengganggu tumbuhan di suatu area/kawasan, sistem surveilans yang dimiliki
dan dilaksanakan, dan sistem pengendalian yang dibangun.
Sebagai unit pelaksana teknis Barantan Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Ambon tahun 2017 melaksanakan kegiatan/ program yang sejalan
dengan program BARANTAN yaitu Peningkatan Kualitas Pengkarantinaan
Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati. Indikator kinerja utama program
adalah sebagai berikut :
5
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
1. Meningkatnya efektifitas pengendalian risiko masuk, tersebar dan
keluarnya HPHK dan OPTK;
2. Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan
keamanan hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK
dan keamanan hayati;
3. Tingkat kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina pertanian
Dalam upaya mendukung program pembangunan pertanian di
Indonesia, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon senantiasa
melakukan pembenahan secara internal maupun eksternal dengan
kerjasama instansi terkait dalam rangka optimalisasi tupoksi.
Adapun jenis kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
karantina pertanian dan pengawasan keamanan hayati meliputi:
1. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap hama dan penyakit hewan
karantina (HPHK), organisme pengganggu tumbuhan karantina
(OPTK) dan keamanan hayati hewani dan nabati.
2. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK
3. Pelaksanaan dan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK
4. Pengelolaan laboratorium karantina hewan dan karantina tumbuhan
5. Pengelolaan data, informasi dan dokumentasi kegiatan operasional
perkarantinaan hewan, tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati
hewani dan nabati.
6. Pemberian pelayanan teknis kegiatan operasional perkarantinaan
hewan, tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati hewani dan
nabati.
7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
6
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
1.2 Tujuan
Penyusunan lapaoran tahunan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon TA. 2017 ini mempunyai tujuan diantaranya :
1. Sebagai bahan informasi pelaksanaan kegiatan Stasiun Karantina
Pertanian kelas I Ambon yaitu kegiatan yang telah dilakukan di Kantor
Induk, Wilker Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Wilker Bandara Pattimura,
Wilker Pelabuhan Laut Namlea, Wilker Pelabuhan Laut Tual, Wilker
Pelabuhan Laut Kobisadar dan Kantor Pos Ambon.
2. Sebagai bahan informasi terhadap tingkatan capaian kinerja Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Ambon Tahun 2017.
3. Untuk mengetahui berbagai permasalahan terkait dengan tupoksi
baik di kantor pusat maupun wilker lingkup Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Ambon
4. Untuk menjadi bahan penyusunan kebijakan Badan Karantina
Pertanian yang akan datang.
7
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
BAB II VISI DAN MISI
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I AMBON
2.1 Visi
Visi merupakan gambaran tentang masa depan realistik yang
dipilih dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi merupakan
kondisi ideal tentang masa depan, terjangkau, dipercaya, meyakinkan dan
mengandung daya tarik, sekaligus merupakan refleksi keadaan internal
dan potensi kemampuan inti serta keliatan (fleksibilitas) suatu organisasi
dalam menghadapi hambatan dan tantangan masa depan. Oleh karena
itu sebagai unit pelaksana teknis Barantan visi Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Ambon yaitu “Menjadi Instansi yang Tangguh dan
Terpercaya”.
Tangguh : Penyelenggaraan karantina pertanian pada hakekatnya
adalah perwujudan pertahanan negara di bidang kelestarian sumber daya
alam hayati hewan dan tumbuhan. Prinsip pertahanan adalah tangguh
menghadapi serangan.
Terpercaya : Penyelenggaraan karantina pertanian yang dilaksanakan
dengan asas legalitas, sistem dan prosedur yang transparan di dtukung
kaidah-kaidah lmiah yang obyektif dan sumber daya manusia yang
profesional dan akuntabel.
2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi, maka Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon mengemban misi sejalan misi Barantan yang ditetapkan sebagai
berikut :
8
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
1. Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan
dari serangan hama dan penyakit hewan karantina (HPHK), dan
organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) di wilayah kerja
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Provinsi Maluku;
2. Mendukung terwujudnya keamanan pangan di wilayah kerja Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Ambon Provinsi Maluku;
3. Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan akses pasar Media Pembawa Pertanian di wilayah kerja
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Provinsi Maluku;
4. Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik di wilayah kerja
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Provinsi Maluku.
2.3 Tujuan
Visi dan misi memiliki sifat yang relatif sulit diukur oleh karena itu
perlu diritunkan/diderivasi menjadi tujuan dan sasaran strategis. Tujuan
merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Ambon dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke
depan. Sesuai dengan tupoksi yaitu melaksanakan perkarantinaan
hewan dan tumbuhan, maka hasil yang dapat digambarkan adalah tingkat
efektifitas penyelenggaraannya. Sebagai unit pelaksana teknis Badan
Karantina Pertanian tujuan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
2015 – 2019 adalah :
a. Melaksanakan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan
hayati;
9
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
b. Meningkatkan kualitas sumber daya dan implementasi prinsip tata
pemerintahan yang baik.
2.4 Sasaran
Dalam rangka pencapaian sasaran Program Badan Karantina
Pertanian Tahun 2017, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
sebagai Unit Pelaksana Teknis di Daerah mendukung program tersebut
dengan sasaran program sebagai berikut :
1. Meningkatnya efektivitas pengendalian risiko masuk, tersebar dan
keluarnya HPHK dan OPTK.
2. Meningkatnya kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan
keamanan hayati terhadap ekspor Media Pembawa HPHK dan OPTK
dan keamanan hayati.
3. Meningkatnya kepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina
pertanian.
2.5 Program
Sesuai sasaran program Barantan, ada 3 (tiga) yang harus dicapai
sebagai berikut :
1. Peningkatan efektivitas pengendalian resiko masuk, tersebar dan
keluarnya HPHK dan OPTK.
Hal ini diperlukan dalam rangka memaksimalkan tugas dan fungsi
Badan Karantina Pertanian, mengingat besarnya ancaman dan risiko
berbagai jenis HPHK dan OPTK yang dapat masuk dan tersebar ke
wilayah RI karena sangat luasnya wilayah yang harus diawasi dan
dijaga. Besarnya risiko dan ancaman tersebut berdampak terhadap
10
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
kesiap-siagaan seluruh jajaran Badan Karantina Pertanian dalam
menjaga wilayah RI sehingga diperlukan implementasi yang konsisten
dalam pelaksanaan dan efektivitas tindakan karantina mulai dari
tingkat pre-border, at-border dan post border.
2. Peningkatan kualitas pelayanan tindakan karantina dan pengawasan
keamanan hayati terhadap ekspor media pembawa HPHK dan OPTK
sert Keamanan Hayati,
Hal ini diperlukan dalam rangka pelayanan perkarantinaan yang
maksimal sesuai dengan standar internasional. Pengembangan
sistem pengendalian risiko penyakit hewan secara in-line inspection
akan mampu mendukung upaya pengawasa, dan penegakan hukum
yang sekaligus mendukung rangkaian proses penjaminan kesehatan
sehingga pemasaran produk pertanian yang sesuai standar dapat
diterima oleh negara mitra yang sekaligus meningkatkan daya saing di
pasar global.
3. Peningkatankepatuhan dan kepuasan pengguna jasa karantina
pertanian.
Hal ini diperluka dalam rangka memberikan jaminan terhadap
kesehatan dan keamanan produk pertanian kepada masyarakat
Indonesia dan mitra sesuai tata aturan internasional. Pemerintah,
dalam hal ini Badan Karantina Pertanian sebagai regulator
perkarantinaan memiliki mandat konstiusional untuk memberikan
perlindungan terhadap warga negara Indonesia dalam rangka
penyediaankebutuhan produk pertanian yang bermutu tinggi dan
produk yang akan diekspor sesuai persyarataan negara mitra. Oleh
11
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
karena itu memberika kepastian regulasi yang harus ditaati dan
melaksanakannya dengan konsisten dan konsekuan serta perbaikan
sistem pelayanan pdublik dapat memberikan kepuasan kepada
pengguna jasa karantina dalam kegiatan ekspor dan impor produk
pertanian.
2.6 Kedudukan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon adalah Unit Pelaksana
Teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian yang dipimpin oleh
Kepala Stasiun.Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yang
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan
hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati hewani nabati.
Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan
2. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan media
pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK
4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK
12
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati
6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan
keamanan hayati hewani dan nabati
7. Pengelolaan informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina
hewan dan tumbuhan.
8. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan
dan keamanan hayati hewani dan nabati.
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
2.7 Struktur Organisasi
Sebagai unit pelaksana teknis Badan Karantina Pertanian, Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Ambon mempunyai susunan organisasi yang
terdiri dari :
a. Urusan Tata Usaha, mempuyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan pelaporan, serta urusan tata usaha dan
rumah tangga.
b. Subseksi Pelayanan Operasional, mempunyai tugas melakukan
pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan karantina
tumbuhan, pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati, dan
sarana teknik serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi,
serta pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang karantina hewan dan karantina
tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati.
13
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
c. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional medik
veteriner, jabatan fungsional paramedik veteriner, dan jabatan
fungsional pengendali organisme pengganggu tumbuhan serta jabatan
fungsional lain, yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan
fungsional berdasarkan bidang keahlian masing-masing sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu dalam rangka ketertiban dan kelancaran
pelaksanaan pekerjaan/kegiatan maka setiap awal tahun anggaran kepala
UPT juga menetapkan Surat Keputusan tentang uraian tugas pegawai
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tahun anggaran yang
berjalan.
Gambar struktur organisasi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon tersaji seperti berikut :
STRUKTUR ORGANISASI STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I AMBON
KEPALA STASIUN
Jumrin, SP,M.Si
KEPALA URUSAN TATA USAHA
Sawal Dahlan, S.OS
KEPALA SUBSIE YANOP
Drh. Nanang Handayono. M.Si
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
14
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Gambar 1. Struktur Organisasi Organisasi SKP Kelas I Ambon
2.8 Wilayah Kerja
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Nomor :
44/Permentan/OT.140/3/2014 tanggal 25 Maret 2014 tentang Tempat
Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan
Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Ambon memiliki 6 (Enam) wilayah kerja
adalah Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Bandara Udara Pattimura,
Pelabuhan Laut Namlea, Pelabuhan Laut Tual, Pelabuhan Laut Kobisadar
dan Kantor Pos Ambon.
Untuk mendukung pelaksanaan perkarantinaan di wilayah kerja,
setiap wilayah kerja yang dinilai frekuensi lalulintas Media Pembawanya
tinggi ditugaskan seorang penanggungjawab wilker yang
bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan operasional di wilayah kerja
masing-masing.
15
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
BAB III
PENINGKATAN KERJASAMA DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
PERKARANTINAAN
3.1 Pelayanan Informasi (Sosialisasi)
Negara Indonesia terdiri dari 34 Provinsi, yang tiap-tiap provinsi
memiliki beberapa pelabuhan dan bandara yang dapat dijadikan sebagai
pintu-pintu masuk atau keluar bagi media pembawa pertanian baik ke
dalam pulau tersebut atau keluar pulau bahkan ke luar negeri. Masih
banyak masyarakat yang belum mengenal karantina, oleh karena itu
diperlukan adanya sosisalisasi untuk pengenalan terhadapa mayarakat
atau pun intansi terkait mengenai tugas pokok dan fungsi karantina.
Sosialisasi memegang kendali dalam mensukeskan pelaksanaan
tindakan karantina di suatu wilayah. Dalam pelaksanaan sosialisasi
karantina mencakup implementasi peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar penyelenggaraan karantina pertanian. Karantina
merupakan instansi pemerintah yang bekerja berdasarkan peraturan
perundang-undangan seperti yang tertuang dalam UU Nomor 16 tahun
1992 dan peraturan menteri pertanian terkait. Kesadaran
masyarakat (public awareness) tentang penyelenggaraan perkarantinaan
pertanian menentukan keberhasilan tindakan pencegahan Hama Penyakit
Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK) di Provinsi Maluku. Peran masyarakat dalam
penyelenggaraan perkarantinaan sangat membantu kelancaran tindakan
karantina yang dilakukan di lapangan.
16
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat, perlu
dilaksanakan sosialisasi karantina pertanian. Sosialisasi adalah suatu
proses penyampaian informasi karantina pertanian pada masyarakat dan
aparatur pemerintah daerah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang arti penyelenggaraan perkarantinaan pertanian di Provinsi
Maluku. Diharapkan setelah sosialisasi ini ada perubahan respon
masyarakat terhadap karantina pertanian agar lebih peduli dan
melindungi Provinsi Maluku dan wilayah sekitrarnya dari ancaman HPHK
dan OPTK. Sosialisasi dilaksanakan secara berkelanjutan, karena
membangun kesadaran masyarakat terutama pelaku usaha adalah suatu
proses panjang yang membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah
dan instansi terkait di Provinsi Maluku.
Sosialisasi juga diperlukan tidak hanya dengan masyarakat dan
instansi pemerintah lainnya namun juga diperlukan adanya sosialisasi
dengan pegawai lingkup SKP Kelas I Ambon. Terkait dengan persiapan
akreditasi laboratorium SKP Kelas I Ambon, maka perlu dilakukan juga
sosialisasi tentang SNI IO/IEC 17025:2008 maupun kaji ulang
manajemen. SNI ISO/IEC 17025:2008 juga berhubungan langsung
dengan SNI 9001:2008, maka diperlukan juga adanya pengenalan
mengenai SOP dan pembuatan SOP itu sendiri.
Sosialisasi karantina pertanian di Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Ambon Tahun 2017 telah melakukan kegiatan sosialisasi
peraturan karantina pertanian dan penyakit hewan serta hama penyakit
tumbuhan yang dapat mengancam di sekitar kita. Kegiatan tersebut dapat
dilihat di bawah ini:
17
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 1. Kegiatan Sosialisasi dan Penyebaran Informasi Karantina Pertanian Tahun 2017
NO Kegiatan Waktu dan Tempat Peserta
1. Public Hearing Standa Pelayanan Publik (SPP) Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
10 Mei 2017 di Kantor Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
40
2. Coffee Morning Pelabuhan Yos Sudarso
24 Agustus 2017 di Ruang Tunggu Penumpang Pelabuhan Yos Sudarso Ambon
45
3. Coffee Morning Bandara Pattimura
16 Oktober 2017 di Ruang Rapat PT. Angkasa Pura
42
4. Kaji Ulang Manajemen dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Analisis Data SNI ISO/IEC 17025:2008
13 – 14 November 2017 30
Kegiatan sosialisasi dan penyebaran informasi karantina pertanian
dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang sering muncul sampai
sekarang yaitu kurangnya pengertian dan pemahaman dari berbagai
lapisan masyarakat akan pentingnya karantina hewan dan karantina
tumbuhan terhadap perlindungan kehidupan dan perekonomian di daerah
tempat sosialisasi. Kegiatan ini juga dilakukan untuk mengatasi
kurangnya dukungan sebagian pemangku kebijakan di daerah terhadap
pelaksanaan peraturan perkarantinaan, pemaukan dan pengeluaran
hewan dan tanaman tanpa tindakan karantina dan adanya pemasukan
Media Pembawa wajib periksa karantina secara illegal dan tingginya
kasus rabies dan penyakit lainnya yang berbahaya.
3.2 Koordinasi Pengawasan Karantina
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Karantina oleh
petugas Karantina di lapangan sangat memerlukan partisipasi aktif dan
18
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
dukungan dari instansi-instansi terkait di setiap lingkungan wilayah kerja.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon sebagai salah satu Unit
Pelaksana Teknis Barantan yang terletak di Provinsi Maluku senantiasa
menjalin hubungan dan koordinasi yang baik dengan instansi-instansi
terkait di Kota Ambon pada khususnya dan koordinasi ditempat
pemasukan dan pengeluaran di luar kota Ambon serta pengawasan di
tempat pemasukan dan pengeluaran yang belum ditetapkan.
Koordinasi ini dapat digali informasi dan masukanterhadap lalulintas
komoditi hewan dan tumbuhan serta frekuensinya. Khsusunya di tempat
pemasukan dan pengeluaran yang belum ditetapkan, jika dari hail
koordinasi yang didapatkan menunjukkan bahwa lalulintas dan frekuensi
komiditi hewan dan tumbuhan lebih banyak setiap bulan dan komoditi
tersebut media pembawa HPHK dan OPTK, maka tempat pemasukan
dan pengeluaran tersebut bisa diusulkan untuk ditetapkan dan di tambah
petugas karantina.
3.3 Penyelidikan Kasus Tindak Pidana Karantina
Selama Tahun Anggaran 2017, Penyidikan kasus Tindak Pidana
Karantina berdasarkan Undang Undang Nomor 16 Tahun 1992 tidak
ditemukan adanya kasus tindak pidana. Karantina menjadi saksi ahli pada
kasus, mediap pembawa.
3.4 Inhouse Sistem (E-QVet dan E-Plaq), dan persiapan menuju
IQFAST
Badan Karantina Pertanian telah mengembangkan sistem informasi
dalam berbagai bidang, dimana di tahun-tahun sebelumnya Barantan
19
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
khususnya bagian informasi telah mengembangkan program Sistem
Karantina Hewan (E-Qvet) dan E-Plaq untuk Sistem Karantina Tumbuhan
dalam rangka mendukung kegiatan tindakan karantina. Kedua program
tersebut terus mengalami perkembangan dan perbaikan, perkembangan
terakhir dari kedua program tersebut adalah adanya sistem online
sehingga data kegiatan bisa langsung diterima dan dilihat langsung
dipusat dan di UPT tujuan Media Pembawa. Program ini juga
memudahkan petugas dalam menjalankan tugas operasional karantina,
pelaporan dan meningkatkan mutu pelayanan karantina terhadap
pengguna jasa.
Dan perkembangan lainnya dari sistem E-qvet dan E-Plaque ini
adalah gabungan antara ke-2 sistem tersebut yang di namakan
Indonesian Quarantine Full Automation System (IQFAST). IQFAST adalah
aplikasi layanan terbaru dari karantina yang merupakan penggabungan
dan penyempurnaan dari yang sudah ada, Praktis dan mudah!! Karena
aplikasi ini telah terintegrasi dengan E-Personal. Jadi dengan menginput
di IQFAST data harian pegawai sudah langsung tercatat di E-Personal
Kepegawaian.pada IQFAST ini secara serempak akan diterapkan pada
bulan januari 2018 pada seluruh UPT, tahun 2017 adalah persiapan
kesisteman dan jaringan di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon.
SKP I Ambon secara kesisteman dan perangkat sudah siap dalam
menerapkan sistem IQFAST ini.
3.5 Jaringan LAN
Dalam rangka meningkatkan akselerasi pelayanan karantina dan
komunikasi data dalam lingkup Badan Karantina Pertanian, tahun 2017
20
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
melakukan penambahan jaringan internet ASTY-net pada Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Ambon, penambahan jaringan ini dalam
rangka mendukung kecepatan dari teknologi informasi Lokal Area
Nertwork (LAN) yang sudah ada yang merupakan jaringan telekomunikasi
yang dibuat khusus untuk menghubungkan karantina baik pusat dengan
UPT dan antar UPT diseluruh wilayah Indonesia.
Beberapa manfaat LAN diantaranya adalah :
a. Menjamin autentikasi, kontrol akses, kerahasiaan dan keutuhan data.
Data dapat dengan cepat diperoleh karena seluruh UPT yang
terhubung LAN dianggap berada pada satu jaringan yang sama;
b. Pengurangan biaya operasional internet, telepon dan faksimili;
c. Semua data tersentralisasi di server Badan Karantina Pertanian
sehingga memudahkan dalam pengorganisasian jaringan;
d. Pemanfaatannya dapat digunakan untuk segala jenis pelaporan,
misalnya SAK, SIMAK-BMN, E-Plaq, E-Qvet, termasuk segala
aplikasi terapan lainnya akan dapat berjalan secara optimal.
3.6 Website SKP Kelas I Ambon
Website Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon adalah
www.ambon.karantina.go.id Website ini sebagai sarana bagi Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Ambon untuk menyebarluaskan informasi
dalam bidang perkarantinaan khususnya lingkup Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Ambon kepada masyarakat khususnya pengguna jasa
yang dapat mengakses informasi tentang perkarantinaan hewan dan
tumbuhan serta keamanan hayati dan informasi lainnya.
21
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
3.7 . Kehumasan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
Dalam rangka mendukung perkembangan informasi
perkarantinaan, SKP Kelas I Ambon menginisiasi untuk tim Kehumasan,
sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Stasiun Karantina Kelas I Ambon
Tugas dari tim Kehumasan ini adalah
SKP Kelas I Ambon mempunyai Media Sosial dalam rangkan mendukung
perkembagan informasi perkarantinaan antara lain
a. Facebook : humas karantina ambon
b. Instagram : karantina_pertanian_ambon
c. Twitter : @karantinaambon
d. Fans Page : karantina pertanian ambon
Sesuai dengan arahan dari Barantan, Humas SKP Ambon menargetkan
paling tidak 1 bulan ada 2 berita online yang di terbitkan oleh skp ambon,
untuk itu humas SKP Ambon bekerja sama dengan media cetak dan
elektronik daerah ambon antara lain
1. Televisi Republik Indonesia
2. Siwa Lima
3. Ambon Express
22
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
BAB IV PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KARANTINA
PERTANIAN DAN PENGAWASAN KEAMANAN HAYATI
4.1 Tindakan Pemeriksaan dan Pengawasan Keamanan Hayati
Kegiatan pemeriksaan terhadap media pembawa dalam mencegah
Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina serta cemaran pangan segar asal hewan dan tumbuhan yang
merupakan bentuk pengawasan karantina hewan dan karantina
tumbuhan. Tindakan ini dilakukan terhadap media pembawa Hama
Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina yang dimasukkan ke dalam (impor), dibawa atau dikirim dari
suatu area ke area lain (antar area), transit dan atau dikeluarkan dari
wilayah negara Republik Indonesia (ekspor). Kegiatan ini sering
diistilahkan dengan tindakan 8 P yaitu Pemeriksaan, Pengasingan,
Pengamatan, Perlakuan, Penolakan, Penahanan, Pemusnahan dan
Pembebasan.
Namun tindakan ini tidak terlepas dari beberapa output terbitnya
aturan main di lapangan dalam bentuk peraturan perundang-undangan,
pedoman teknis, petunjuk pelaksanaan maupun hasil-hasil rekomendasi
teknis lainnya yang dijadikan dasar utama dalam menjalankan tugas dan
fungsi pokok Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon pada Tahun 2016 telah
melakukan pemeriksaan media pembawa HPHK dan OPTK. Untuk
Karantina Hewan pemeriksaan keluar antar area sebanyak 15.239 ekor
dengan frekuensi 266 kali, 211.569,8 kilogram dengan frekuensi 216 kali,
23
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
dan 17.403 lembar dengan frekuensi 23 kali. Pemeriksaan masuk antar
area sebanyak 445,529 ekor dengan frekuensi 316 kali, 1.908.710,6
kilogram dengan frekuensi 449 kali, dan 7 kemasan dengan frekuensi 3
kali.
Sedangkan untuk karantina tumbuhan pemeriksaan ekspor Hasil
Tanaman Hidup 7 Kg frekuensi 1 kali, Hasil Tanaman Mati 12 Kg
frekuensi 10 kali. Pemeriksaan keluar antar area Bibit/Benih Tanaman
sebanyak 39.451 batang/ 169 kali, 5320 Kg /9 kali , Hasil Tanaman Hidup
2.119.099 Kg dengan frekuensi 683 kali. Hasil tanaman mati
24.320.675,75 dengan frekuensi 1.467 kali, dan dalam ukuran m² yaitu 4
m²/ 1 kali. Pemeriksaan masuk antar area Bibit Tanaman sebanyak
12.111 Batang dengan frekuensi 61 kali , Benih Tanaman sebanyak
127709,7 Kg dengan frekuensi 26 kali. Hasil Tanaman Hidup sebanyak
2.796.732 dengan frekeunsi 1.844 kali, hasil tanaman mati sebanyak
2.522.222 kg dengan frekuensi 34 kali. Untuk lebih jelasnya diuraikan
berdasarkan media pembawa impor, ekspor, domestik keluar dan
domestik masuk.
4.1.a Pemeriksaan Ekspor
Kegiatan pemeriksaan HPHK dan OPTK terhadap media
pembawa hewan dan media pembawa tumbuhan yang dikeluarkan dari
wilayah Republik Indonesia di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang
berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media
pembawa yang dikeluarkan bebas dari HPHK dan OPTK.
24
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Kegiatan ekspor pada tahun 2016 di Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Ambon, untuk kegiatan tindakan karantina hewan tidak ada dan
tindakan karantina tumbuhan ada.
Data kegiatan dan frekuensi ekspor media pembawa karantina
tumbuhan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawa
ini :
Tabel 2. Data Kegiatan Ekspor Bibit/Benih Tanaman, Hasil Tanaman Hidup, Hasil Tanaman Mati dan Benda Lain
No. Media Pembawa Tahun (kg/kali)
2015 2016 2017
1 Bibit/Benih Tanaman
- - -
2. Hasil Tanaman Hidup
- 350,002 / 3 7/1
3. Hasil Tanaman Mati
141,75 /30 37,9 / 21 12/10
4. Benda Lain 10 / 1 -
-
Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa media
pembawa yang diekspor pada Tahun 2017 di Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Ambon bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
terjadi penurunan volume sebesar dan pada frekuensi terjadi
penurunan sebesar 30
Kegiatan ekspor pada tahun 2017 berupa buah pisang, daun
sirsak dan akar pasak bumi sebagai bahan obat sedangkan bunga pala
dan biji pala sebagai permintaan sampel oleh bayer dengan jumlah total
ekspor 17kg dengan frekuensi 12 kali ke negara Belanda.Hal ini
disebabkan media pembawa yang dilalulintaskan sebatas sampel atau
25
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
contoh untuk pertimbangan ekspor dan penelitian, sehingga sampel
atau contoh yang dikirim jumlahnya relatif sedikit.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 44 Tahun 2014
tentang tempat pemasukan dan pengeluaran media pembawa HPHK
dan OPTK untuk kegiatan ekspor hanya melalui bandara udara
Pattimura dan Kantor Pos, sedangkan melalui pelabuhan laut, tidak ada
karena tidak ditetapkan sebagai pintu pengeluaran media pembawa
ekspor. Pengeluaran media pembawa berupa pala dan bagian-
bagiannya tidak melanggar peraturan yang ditetapkan.
Media pembawa berupa pala dan bagian-bagian yang di ekspor
3 (tiga) tahun terakhir jumlahnya sedikit setiap pengiriman dan hanya
sampel atau contoh. Dengan adanya ketentuan tersebut, media
pembawa pala yang akan diekspor ke luar negeri tidak bisa melewati
pelabuhan laut Ambon. Sehingga media pembawa pala dan bagian-
bagiannya diantar areakan ke Propinsi Jawa Timur melalui Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta, dan media
pembawa tersebut baru bisa untuk dilakukan ekspor.
4.1.b Pemeriksaan Domestik Keluar
1. Media Pembawa Karantina Hewan
Kegiatan pemeriksaan HPHK terhadap media pembawa hewan
yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah
Republik Indonesia (domestik keluar) di Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan
peraturan yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik
26
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
dan pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media
pembawa yang dikeluarkan bebas dari HPHK.
Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa
karantina hewan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 3. Data Kegiatan Domestik Keluar Media Pembawa Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain
No. Media Pembawa Satuan/
Frekuensi
Tahun
2014 2015 2016
1. Hewan Ekor 19.031 9.818 15.239
Koloni - 60 -
Kali 166 271 366
2. Bahan Asal Hewan (BAH)
Kg 207.062 240.895 211.569,8
Lbr 6.249 7.545 17.403
Kali 121 178 216
No. Media Pembawa Satuan/
Frekuensi
Tahun
2014 2015 2016
3. Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH)
Kg 2 6 106,5
Kali 1 1 2
4. Benda Lain Kg - - 4
Kali - - 1
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa Media Pembawa berupa
hewan pada tahun 2016 terjadi kenaikan volume sebesar 85 % dan
terjadi peningkatan frekuensi 63,25 % dari tahun2015.. Hal ini
menunjukkan jumlah peningkatan produksi hewan menurun di Propinsi
Ambon sehingga volume yang di antar arekakan terbilang sedikit akan
tetapi frekuensi pengiriman hewan lebih banyak. BAH pada tahun 2016
terjadi peningkatan baik volume maupun frekuensi. Hal ini menunjukkan
media pembawa berupa BAH lebih banyak di produksi di Maluku yang
membuktikan bahwa Propinsi Maluku juga dapat memberikan konstribusi
27
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
dalam pemenuhan kebutuhan BAH di daerah lain. Sedangkan untuk
HBAH sangat jarang di produksi di Propnsi Maluku sehingga pengiriman
ke daerah lain juga terbilang sedikit.
Media pembawa berupa hewan yang dominan yaitu sapi potong,
ayam dan bebek, media pembawa berupa bahan asal hewan yaitu telur
ayam konsumsi, daging ayam beku dan kulit sapi. Sedangkan media
pembawa hasil bahan asal hewan yaitu daging sapi olah. Pengeluaran
dalam jumlah besar menunjukkan arus perdagangan media pembawa
hewan, BAH dan HBAH dari Kabupaten Maluku ke daerah Pulau Irian,
Sulawesi dan Jawa memberikan keuntungan yang lebih besar sehingga
banyak pengguna jasa berminat dan berbisnis di daerah Ambon.
2. Media Pembawa Karantina Tumbuhan
Kegiatan pencegahan OPTK terhadap media pembawa tumbuhan yang
dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik
indonesia (domestik keluar) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dikeluarkan bebas dari
OPTK.
Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa karantina
tumbuhan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
28
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 4. Data Kegiatan Domestik Keluar Bibit /Benih Tumbuhan, Hasil Tumbuhan Hidup, Hasil Tumbuhan Mati dan Benda Lain
No. Media
Pembawa Satuan /
Frekuensi
Tahun
2015 2016 2017
1 Bibit/Benih Tanaman
Btg 78.347 178.400 39.451
Kg 20.350 12.620 5.320
M2 35 -
Kali 106 94 169/ 9
2. Hasil Tanaman Hidup
Kg 1.344.714 3.937.745 2.119.099
Kali 285 478 683
3. Hasil Tanaman Mati
Kg 20.528.482 26.461.531 24.323.675,75
M3 - - 4
Kemasan - -
Kali 871 1.042 1.466/ 1
4. Benda Lain Kg 115 - 5
Kali 2 - 1
Berdasarkan tabel 4 diatas, menunjukkan bahwa pada Tahun 2016
media pembawaberupa bibit/benih tanaman, hasil tanaman hidup dan
hasil tanaman mati terjadi peningkatan volume, demikian halnya dengan
frekeunsi juga terjadi peningkatan yang siginfikan terhadap bibit/benih
tanaman, hasil tanaman hidup dan hasil tanaman mati dbanding tahun
2015. Untuk benih/bibit terjadi peningkatan 227,70 % satuan batang tapi
penurunan frekuensi sebesar 8,8%.Hasil tanaman hidup dengan
peningkatan frekuensi 292,8 % dan hasil tanaman mati terjadi naik 128,90
% satuan kilogram dan terjadi peningkatan frekuensi 119,6%%. Hal ini
disebabkan disamping frekuensi dan volume pengeluarancukup banyak,
juga terjadinya pertumbuhan perdagangan yang lebih baik dan adanya
jaminan perdagangan yang lebih baik di propinsi Maluku, khususnya kota
Ambon. Pengeluaran yang cukup besar terhadap media pembawa hasil
tanaman hidup dan hasil tanaman mati.Di Tahun 2016, umumnya media
29
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
pembawa berupa bibit/benih tanaman yang dominan yaitu benih padi,
bibit pala dan bibit cengkeh. Media pembawa berupa hasil tanaman hidup
yaitu brondolan kelapa sawit, tomat, ketimun, buah jeruk, cabe dan
jagung biji. Sedangkan media pembawa berupa hasil tanaman mati
yaitukopra, cengkeh dan kakao biji. Untuk lebih jelasnya per wilayah kerja
dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.
A. Pemeriksaan Domestik Masuk
1. Media Pembawa Karantina Hewan
Kegiatan pencegahan HPHK terhadap media pembawa hewan
yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah
Republik Indonesia (domestik masuk) di Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Ambon dengan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan
yang berlaku yaitu pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium dengan tujuan untuk memastikan media
pembawa yang dimasukkan bebas dari HPHK.
Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa
karantina hewan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 5. Data Kegiatan Domestik Masuk Media Pembawa Hewan, Bahan Asal Hewan, Hasil Bahan Asal Hewan dan Benda Lain
No. Media Pembawa Satuan/
Frekuensi
Tahun
2014 2015 2016
1. Hewan Ekor 286.182 326.155 445.529
Koloni - 60 -
Kali 230 246 316
2. Bahan Asal Hewan (BAH)
Kg 2.561.065 2.548.139 1.908.710,6
30
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Koli 10 - -
Kms - 2 -
Kali 209 613 449
3. Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH)
Kg 10.147 44.645 29.132
Kali 40 126 155
No. Media Pembawa Satuan/
Frekuensi
Tahun
2014 2015 2016
4. Benda Lain Kms 7 6 3
Kilogram 140.000 105.911 93.500
Kali 14 14 3
Berdasarkan tabel 5 diatas, menunjukkan bahwa domestik
masuk Media Pembawa hewan, BAH, HBAH dan Benda lain, menunjukan
bahwa pada tahun 2016 terjadi peningkatan volume sebesar 13,7 %
satuan ekor pada media pembawa hewan demikian juga frekuensi
sebesar 85% bila dibandingkan tahun 2015.Hal ini disebabkan frekuensi
penerbangan dengan tahun dan sandarnya kapal di wilayah Maluku
bertambah. Dengan frekuensi penerbangan dan sandarnya kapal
bertambah, memungkinkan untuk arus lintas perdagangan media
pembawa hewan, BAH, HBAH bertambah. Juga didukung dengan
bertambah kondusifnya wilayah Ambon dari adanya konflik sosial.
Investor daerah baik dari dalam maupun dari luar juga bertambah,
dengan adanya penambahan mall city maluku (MCM) serta
bertambahnya penduduk Maluku yang mau berbisnis di Ambon. Di Tahun
2016, media pembawa berupa hewan di dominasi DOC dan DOD melalui
bandara udara Pattimura dan pelabuhan laut tual, media pembawa
bahan asal hewan yaitu daging ayam beku dan telur ayam konsumsi
melalui pelabuhan laut yos sudarso, pelabuhan laut tual dan pelabuhan
laut namlea. Sedangkan media pembawa hasil bahan asal hewan adalah
daging unggas olahan, daging sapi olah dan yoghurt melalui bandara
31
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
udara Pattimura serta benda lain adalah pakan ternak. Untuk lebih
jelasnya per wilayah kerja dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.
2. Media Pembawa Karantina Tumbuhan
Kegiatan pencegahan OPTK terhadap media pembawa tumbuhan yang dibawa
atau dikirim dari suatu area ke area lain dalam wilayah Republik indonesia
(domestik keluar) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dengan
melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
dengan tujuan untuk memastikan media pembawa yang dikeluarkan bebas dari
OPTK.
Data kegiatan dan frekuensi domestik keluar media pembawa karantina
tumbuhan selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6. Data Kegiatan Domestik Masuk Bibit/Benih Tanaman, Hasil Tanaman Hidup, Hasil Tanaman Mati dan Benda Lain
No. Media
Pembawa Satuan /
Frekuensi
Tahun
2015 2016 2017
1 Bibit/Benih Tanaman
Btg 78.347 178.400 39.451
Kg 20.350 12.620 5.320
M2 35 -
Kali 106 94 169/ 9
2. Hasil Tanaman Hidup
Kg 1.344.714 3.937.745 2.119.099
Kali 285 478 683
3. Hasil Tanaman Mati
Kg 20.528.482 26.461.531 24.323.675,75
M3 - - 4
Kemasan - -
Kali 871 1.042 1.466/ 1
4. Benda Lain Kg 115 - 5
Kali 2 - 1
32
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Berdasarkan tabel 6 diatas, menunjukkan bahwa pada
Tahun 2017 media pembawa bibit/benih, hasil tanaman mati
umumnya terjadi kenaikan volume dan frekuensi.Jika
dibandingkan terhadap volume kilogram tahun 2016. terhadap
benih tanaman terjadi kenaikan sebanyak 132198,34 dari 4.223
kg memjadi 136.421,34 kg. Hal ini disebabkan adanya sebagian
laporan pemasukan benih jagung oleh dinas pertanian untuk
program pajale.
Umumnya pemasukan media pembawa berupa bibit/benih tanaman
didominasi benih jagung, benih kangkung, benih kelapa sawit, bibit kakao
dan bibit rambutan.
Media pembawa hasil tanaman hidup tahun 2016 mengalami
penurunanvolumen yang signifikan dan frekuensi sebesar 82,75 % jika
dibandingkan dengan tahun 2015. umumnya komoditi terbesar kedelai,
kentang dan sayuran kubis.
Sedangkan media pembawa berupa hasil tanaman mati berupa
kentang iris beku, beras dan kentang beku. Untuk lebih jelasnya per
wilayah kerja dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.
4.2 Tindakan Penahanan, Penolakan dan Pemusnahan
Berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 1992 pasal 10
merupakan tindakan karantina yang dilakukan petugas karantina berupa :
pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,
penolakan, pemusnahan dan pembebasan. Sepanjang tahun 2016
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dalam rangka pengawasan
33
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
melakukan tindakan 8P terhadap Media pembawa HPHK dan OPTK yang
dilalulintaskan antar area.
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000, pada pasal 8
dan pasal 15 tentang pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa
yang dimasukkan ke dalam wilayah negara RI atau dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah RI merupakan tindakan karantina yang
dilakukan oleh petugas karantina dan itu sudah berjalan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Penahanan dan pemusnahan tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Data Penahanan, Penolakan, Pemusnahan Karantina Hewan
3 (tiga) tahun Terakhir
No. Tindakan Tahun (Kali) Keterangan
2014 2015 2016
1 Penahanan 4 7 - Anjing, Ayam
2 Penolakan 2 3 - Anjing, Ayam
3 Pemusnahan 2 4 - Anjing, Ayam
Berdasarkan tabel7 diatas, menunjukkan bahwa pada tahun 2016
frekuensi penahanan, penolakan, pemusnahan pada tahun 2016
berdasarkan tabel diatas mengalami penurunan yang drastis Jika
dibandingkan dengan tahun 2015 terjadi peningkatan penahanan dan
pemusnahan terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan
kesadaran masyarakat yang sudah mulai memeriksa dan melaporkan
kepada petugas Karantina.
34
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2002, pada pasal 7
dan pasal 13 tentang pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa
yang dimasukkan ke dalam wilayah negara RI atau dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah RI merupakan tindakan karantina yang
dilakukan oleh petugas karantina dan itu sudah berjalan sesuai dengan
peraturann perundang-undangan.Penahanan dan pemusnahan untuk
karantina tumbuhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 8. Data Penahanan, Penolakan, Pemusnahan Karantina
Tumbuhan 3 (tiga) tahun Terakhir
No. Tindakan Tahun (kali) Keterangan
2013 2015 2016
1 Penahanan 3 11 19 Kelapa Bulat (3,5 ton13 kali)
tujuan Thailand
Fully ( 6 kg/1 kali) tujuan
Belanda
Pala Biji (6,7 kg/2 kali) tujuan
Belanda
Kayu Merbau ( 5 gr/1 kali)
tujuan Belanda
Jahe (5 gr/1 kali) dari Belanda
Pala Bubuk (12 kg/1 kali)
tujuan Belanda
Tepung Pala (0,7 kg/1 kali)
tujuan Netherlands Antilles
Daun Sirsak Kering ( 4 kg/6
kali ) tujuan Netherlands
Antilles
Vanili ( 200 gr/1 kali) tujuan
Netherlands
Beras ( 3 kg/ 1 kali) tujuan
Swiss
Kacang Hijau ( 250 gr/ 1 kali)
tujuan Swiss
Kulit Kayu Manis (250 gr/1
kali) tujuan Swiss
The (25 kemasan/ 1 kali )
tujuan Swiss
Gaharu (60 gr/1 kali) tujuan
Hongkong
Damar (250 gr/1 kali) tujuan
35
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Jepang
Singkong Iris Beku (50 gram/1
kali ) tujuan Jepang
Sarang Semut (1 kg/1 kali )
tujuan Netherlands Antilles
Pinang Biji (0,5 kg/1 kali)
tujuan Netherlands Antilles
2 Penolakan - 4 -
3 Pemusnahan 3 7 4
Berdasarkan tabel 8 diatas, menunjukkan bahwa pada tahun 2016
terjadi tindakan penahanan frekuensi 19 kali, penolakan tdk ada dan
pemusnahan frekuensi 4 kali.Jika dibandingkan dengan tahun 2015
frekuensi penahanan 11 kali dan frekuensi pemusnahan 7 kali. Hal ini
menunjukkan terjadinya peningkatan penahanan dan pemusnahan.
Umumnya yang dilakukan penahanan dan pemusnahan komoditi yang
berasal dari Negara Belanda, swiss dan Thailand yaitu benih tanaman
hias (bunga), benih sayuran, bawang putih dan bera. Tindakan karantina
ini sudah sesuai prosedur, dimana ketiga kasus tersebut hampir sama
yaitu tidak dilengkapi dokumen karantina seperti yang dipersyaratkan
dalam UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan. Selain itu, benih impor yang di musnahkan tersebut tidak
memiliki ijin resmi berupa Ijin Pemasukan Benih Impor dari Kementerian
Pertanian.
4.3 Penggunaan Formulir
Penggunaan Formulir selama 3 (tiga) tahun terakhir untuk sertifikat
Karantina Hewandan sertifikat Karantina Tumbuhan dapat dilihat dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 9. Penggunaan Sertifikat Karantina Hewan SKP Kelas I Ambon
36
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
No. Jenis Sertifikat Jumlah
2015 2016 2017
1. KH – 9 288 358 396
2. KH – 10 182 211 269
3. KH – 11 - - 3
KH – 12 949 897 597
Jumlah 1.151 1.419 1.466
Tabel 10. Penggunaan Sertifikat Karantina Tumbuhan SKP Kelas I Ambon
No. Jenis Sertifikat Jumlah
2014 2015 2016
1. KT – 9 1.113 1.595 931
2. KT – 10 18 19 17
3. KT – 12 1.012 1.327 1.555
Jumlah 2.143 2.941 2.503
Berdasarkan tabel 9 diatas, menunjukkan bahwa penerbitan
sertifikat karantina hewan pada tahun 2016 sebanyak 1.466, tahun 2015
jumlah sertifikat 1.419 lembar dan tahun 2014 sebanyak 1.151 lembar.
Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan penggunaan setiap tahunnya
sejalan dengan jumlah frekuensi dan jumlah masuknya keluarnya media
pembawa HPHK di Propinsi Maluku yang dilakukan pengawasan baik
dilakukan dor to dor atau maupun atas kesadaran para pengguna jasa.
Pembatalan dokumen sebanyak 2 dokumen KH-9 (noser 0961137), KH
12 ( 1149612 ) hal ini disebabkan kesalahan input.
Berdasarkan tabel 10 diatas, menunjukkan bahwa penggunaa
sertifikat karantina tumbuhan sebanyak 2.503 lembar (tahun 2016),
2.941lembar (tahun 2015) dan tahun 2014 sebanyak 2.143 lembar.
Pembatalan dokumen sebanyak 3 dokumen yaitu dokumen KT-12
37
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
sebanyak 3 dokumen (noser 0996374, 0916180, 0828488). Pembatalan
dokumen ini disebabkan salah input dan salah cetak.
4.4 Pemantauan Daerah Sebar HPHK dan OPTK
A. Karantina Hewan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon selain
menyelenggarakan fungsi pemeriksaan tindak karantina terhadap Media
Pembawa yang dilalulintaskan juga menyelanggarakan fungsi
Pemantauan Daerah Sebar HPHK, yang merupakan implementasi dari
UU No. 16 tahun 1992 dan PP No 82 Tahun 2000 serta Surat Kepala
Badan Karantina Pertanian Nomor 207/Kpts/OT.160/L/02/2015 tentang
Pedoman Pemantauan Daerah Sebar Hama Penyakit Hewan (HPHK)
Tahun 2015.
Pengamatan status dan situasi Hama Penyakit Hewan Karantina
dilakukan secara tidak langsung dengan memperoleh informasi dari
instansi berwenang yaitu Balai Besar Veteriner dan Dinas yang
membidangi Kesehatan Hewan di Propinsi, Kabupaten/Kota.Dengan
dilaksanakannya kegiatan pengamatan ini, maka kegiatan
pemantauan daerah sebar HPHK dengan metode pengambilan
sampel tidak dilakukan.
Pemantauan ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan situasi
HPHK di area dalam wilayah Propinsi Maluku, memetakan status dan
situasi HPHK di wilayah kerja SKP Kelas I Ambon dan tersusunya peta
status dan situasi HPHK di Propinsi Maluku.
38
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 11. Kabupaten/Kota di Propinsi Maluku
No Kabupaten/Kota Lokasi
1 Kab. Maluku Tengah P. Seram dan P.Ambon
2 Kab. Seram Bagian Barat P. Seram
3 Kab. Seram Bagian Timur P. Seram
4 Kab. Buru P.Buru
5 Kab. Maluku Tenggara Kepulauan Kei
6 Kab. Maluku Tenggara Barat P. Yamdena, P.Larat
7 Kab. Kepulauan Aru Kepulauan Aru
8 Kota Ambon P.Ambon
9 Kota Tual P.Kei
10 Kab. Buru Selatan P.Buru
11 Kabupaten Maluku Barat Daya P.Moa, P.Kisar, P.Romang,P.Lakor,P.Wetar,
P.Leti dan Pulau Pulau Sekitar
Materi Pemantauan
Materi yang digunakan pada pemantauan ini yaitu berupa data
kejadian penyakit dari dinas yang membidangi kesehatan hewan di
Kabupaten/kota dan Propinsi baik berupa data kasus penyakit atau hasil
surveilen penyakit serta data hasil pengujian laboratorium pasif atau aktif
dari laboratorium milik daerah, Balai Besar veteriner dan atau hasil
penelitian sesuai kaidah penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan
dan data-data dari instansi-instansi terkait.
39
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Metode Pemantauan
Pengamatan status dan situasi HPHK dilakukan secara tidak
langsung dengan mengumpulkan data kasus penyakit atau hasil survelen
penyakit serta data hasil pengujian laboratorium pasif atau aktif serta
informasi dari instansi berwenang yaitu Balai Besar Veteriner dan Dinas
yang membidangi Kesehatan Hewan di Propinsi, Kabupaten/Kota.
Kegiatan pengumpulan informasi dilakukan melalui kegiatan perjalanan
dinas ke tempat/instansi terkait. Apabila anggaran perjalanan dinas
terbatas, maka dapat dilakukan dengan surat menyurat kepada instansi
yang bersangkutan. Metode pengumpulan informasi dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dan Participatory Epidemiology.
Kuisioner yang dipergunakan pada saat tim pengamatan
melakukan perjalanan pengumpulan data dalam bentuk form isian yang
disusun sesuai dengan pedoman pemantauan. Untuk menggali informasi
yang mendalam, tim dapat melakukan PE dengan metode Focus Group
Discussion atau In Depth Interview. Dengan demikian kuisioner perlu
disusun pertanyaan yang terperinci dan bersifat terbuka guna mendapat
informasi yang mendalam.
Analisis Data
Analisis data disajikan secara kualitatif atau kuantitatif sesuai
dengan jenis data yang diperoleh. Data diekspresikan dalam bentuk table
dan grafik untuk prevalensi dan insidensi serta dalam bentuk peta status
dan situasi HPHK yang memuat keterangan lokasi keberadaan penyakit
40
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
menurut hasi lperolehan data (peta kasus penyakit, Peta Diagnosa hasil
lab) sesuai dengan pedoman pemantauan yang ditetapkanPusat.
Pelaporan
Hasil pemantauan disusun dalam bentuk laporan yang dibuat
berdasar data yang telah dikumpulkan berserta lampiran validasi sebagai
bagian dari laporan yang tidak terpisahkan. Laporan disusun
sebagaimana hasil penelitian menurut kaedah penulisan yang dapat
dipertanggung jawabkan sebagaimana karya tulis ilmiah.
Hasil pemantauan akan di seminar kan terlebih dahulu sebelum
menjadi hasil pemantauan yang final untuk mendapatkan koreksi dari
para pakar dan instansi terkait sebagai tahapan pengujian hasil
pemantauan sehingga nantinya didapatkan hasil laporan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan keasliannya.
Seminar Hasil pemantauan yang dilaksankan dalam bentuk
workshop akan dilaksanakan sebanyak 3 kali. Tahap pertama
dilaksanakan secara regional menurut regional masing-masing UPT
dengan dihadiri UPT pada regional untuk mendapatkan masukan dari
para pakar sehingga serta penyeragaman hasil pemantauan dan
laporan/tampilan untuk penggabungan hasil pemantauan guna
disampaikan dalam regional tahap II. Tahap II dilaksanakan Workshop
Regional dengan mengundang instansi terkait untuk mendapatkan
masukan dan validasi hasil pemantauan oleh masing-masing UPT yang
telah disusun dalam bentuk hasil regional. Seminar Nasional
dilaksanakan oleh Pusat dengan mengundang seluruh UPTKP untuk
41
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
dikompilasi secara Nasional berdasar pemaparan dari tiap regional yang
telah disusun sebelumnya. Hasil workshop nasional akan di koreksi atau
mendapat masukan masukan dari para pakar dan instansi terkait pada
tingkat nasional untuk kesempurnaan hasil pemantauan dan guna
perbaikan metode pamantauan Badan Karantina Pertanian kedepan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik untuk kemajuan Bangsa
Daerah sebar tempat dilakukan pemantauan
Daerah tempat pemantauan HPHK adalah area dalam wilayah
Kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon yang meliputi
Kabupaten/Kota di dalam Propinsi Maluku. Daerah yang dapat dikunjungi
terkait pemantauan HPHK Tahun 2016 karena dilihat dari wilayah
geografis Propinsi Maluku yang terdiri dari ribuan gugus pulau dan untuk
mencapai seluruh kabupaten dan Kota di Propinsi Maluku sedangkan
ketersedian anggaran dan waktu pelaksanaan jadi kemungkinan tidak
semua wilayah tidak dapat didatangi sehingga dipilih beberapa tempat
yang dianggap mewakili keadaan geografis Propinsi, adalah sebagai
berikut:
1. Provinsi Maluku
2. Kota Ambon
3. Kabupaten Buru (P.Buru)
4. Kabupaten Seram Bagian Barat (P. Seram)
5. Kabupaten Maluku Tengah (P.Seram)
6. Kota Tual
7. Kabupaten Tual, Maluku Tenggara
42
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Derah lain yang tidak dapat di kunjungi terkait pengambilan data
langsung dilaksanakan pengumpulan data secara korespondensi dan via
komunikasi dengan petugas di wilayah tersebut ketika bertemu dalam
pertemuan di Propinsi Maluku.
Waktu Pelaksanaan
Pemantauan daerah sebar hama dan penyakit hewan karantina di
wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon dilaksanakan
pada rentang waktu Januari sampai Juli sebagaimana berikut :
Kegiatan Bulan
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
Pembentukan Tim
Persiapan
Pengambilan Data
Penyusunan Laporan
Workshop I dan II
Workshop Nasional
Penyempurnaan Laporan
Hasil
Hasil pemantauan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) tahun
2016 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon didapatkan sebaran
peta status dan situasi Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang
terdiri atas 2 penyakit yang terverifikasi dari hasil pengujian laboratorium
yaitu Brucellosis, Rabies. Dan untuk laporan kasus dan kejadian penyakit
terdiri atas 10 penyakit yaitu ND, Scabies, Stephanofilariasis,
Brucellosis,Canine Parvovirus, Hog Cholera, Ring Worm, Contagious
Ecthyma(ORF), dan Marek’s Diseaseserta penyakit AI yang pada tahun
43
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
2007 terjadi outbreak di P. Ambon namun saat ini tidak ditemukan lagi
kasus. Dengan sebaran penyakit sebagaimana ditampilkan pada peta
penyakit .
PETA SITUASI HPHK +
Kab. MBD
Kab. MTB
Kab. Kep.ARU
Kab. SBB
Kab. Buru
Kab. Buru Selatan
Kab. SBT
Kab. Maluku Tengah
Kab. MalukuTenggara
KOTA TUAL
KOTA AMBON
BRUCELLOSIS
MBD
BRUCELLOSIS
KOTA TUAL
BRUCELLOSIS
SBT
RABIESBRUCELLOSIS
MALUKU TENGAH
RABIESBRUCELLOSIS
SBB
RABIES
AMBON
BRUCELLOSIS
BURU
Gambar 2 : Peta Status Penyakit HPHK Propinsi Maluku.
PETA SITUASI HPHK +
Kab. MBD
Kab. MTB
Kab. Kep.ARU
Kab. SBB
Kab. Buru
Kab. Buru Selatan
Kab. SBT
Kab. Maluku Tengah
Kab. MalukuTenggara
KOTA TUAL
KOTA AMBON
BRUCELLOSIS
MBD
NDPARVIVIRUSSE
MALUKU TENGGARA
BRUCELLOSISSCABIESSTEPHANO
KOTA TUAL
BRUCELLOSIS
SBT
RABIESBRUCELLOSISNDSCABIES
MALUKU TENGAH
RABIESBRUCELLOSIS
SBB
RABIESNDSCABIESPARVOVIRUSORFRING WORMMAREK’SBRUCELLOSIS
AMBON
BRUCELLOSISNDSCABIES
BURU
Keterangan Huruf: Merah Hasil Laboratorium Hitam Kasus lapangan/gejala klinis
Gambar 3 : Peta HPHK berdasar Gejala Klinis dan Kasus Lapangan
44
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Berdasarkan data yang terlihat pada Tabel 1 dari Laboratorium
Tipe B Passo Propinsi Maluku terdapat 6 penyakit dan 2 penyakit yang
telah diverifikasi yaitu Brucella dan Rabies.
Tabel 12. Data Penyakit Propinsi Maluku
Sumber : Dinas Peternakan Prov. Maluku
Gambar 4 : Peta Penyakit di Kota Ambon
HPHK LOKASI KET
1.Rabies Kota Ambon,SBB,Maluku Tengah
Uji seller positif 284
2. Brucellosis MBD Kec.Letti,Seramutara, SBT,SBB
149 positif
3. ND Passo, LateridanHutumuri Gelajaklinis
4. Scabies Passo, Lateri, Poka, Kudamati, Latuhalat, Karpan, Rijali
Gelajaklinis
5.Canine Parvovirus
Passo, Lateri, Poka, Uremesing, Negeri Lama Karpan
Gelajaklinis
6.Stephanofilariasis Poka, RumahTiga, Benteng, Karpan, Nusaniwe
Gelajaklinis
45
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
PETA SITUASI HPHK +
Kab. MBD
Kab. MTB
Kab. Kep.ARU
Kab. SBB
Kab. Buru
Kab. Buru Selatan
Kab. SBT
Kab. Maluku Tengah
Kab. MalukuTenggara
KOTA TUAL
KOTA AMBON
RabiesNDBrucelosisScabiesCanine ParvovirusRing WormORFMarek’s
AMBON
Tabel 13. Data Penyakit Dinas Kota Ambon
HPHK LOKASI KET
1.AI Ambon Kejadiankasustahun 2007, satutahunterakhirtidakadakasus
2. Rabies Kec.Sirimau, NusaniwedanKec. Baguala
118 positifdan 160 kasusgejalaklinis
3. (ND) Teluk Ambon, Kec. Baguala dan Kec. Sirimau
530 kasusgejalaklinis
4.Brucellosis Laha Kec. Teluk Ambon 2 kasusgejalaklinis
5.Scabies Kec.Sirimau,Kec.Nusaniwe, dan
Kec. Teluk Ambon
120 kasus gejala klinis
6.Canine Parvovirus
Kec.Sirimau, Kec.Nusaniwe dan Kec. Baguala
29 kasusgejalaklinis
7.Ring Worm/Kurap
Kec.Sirimau, Nusaniwe dan Kec. Baguala
28 kasusgejalaklinis
8.ORF Kec. Teluk Ambon, Kec. Baguala 17 kasusgejalaklinis
9.Marek’s Kec. Baguala 6 kasusgejalaklinis
Sumber : Dinas Peternakan dan Kehutanan Kota Ambon
Sebaran Hama Penyakit Hewan Karantina di Kota Ambon diketahui
ada 1 penyakit yang telah terverifikasi dalam hasil laboratorium yaitu
rabies, dan 7 kasus yang diketahui dan ditemukan berdasar gejala klinis
berdasar keterangan yang dikumpulkan dari data kuesioner yang dapat
dilihat pada Tabel. 13 di Kota Ambon dari data yang kumpulkan didapat
46
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
adanya kasus ND yang tinggi dibandingkan dengan 6 kasus lainnya yang
tersebar didaerah Teluk Ambon, Baguala dan Sirimau. Kasus ini muncul
karena adanya perubahan musim serta kasus AI pada tahun 2007 dan
saat ini tidak ada laporan kasus dan direncanakan untuk pembebasan
sehingga untuk saat ini tidak masuk dalam peta HPHK karena peta yang
dibuat adalah 1(satu) tahun terakhir yaitu tahun 2014. AI Pertama masuk
tahun 2007 dan telah dikonfirmasi laboratorium bahwa positif AI, muncul
dibeberapa lokasi di Ambon diantaranya di daerah Nania Kecamatan
Teluk Ambon Baguala, penanganan pada saat itu menurut keterangan
dilakukan depopulasi pada daerah sekitar kasus. Dan saat inimenurut
keterangan tidak ada laporan kasus dan tidak ditemukan gejala AI di
Lapangan.
Kasus Rabies di Kota Ambon cukup tinggi dan merupakan endemis
di P.ambon pertama masuk di P.Ambon tahun 2003-2004 lalu menyebar
ke P.seram dan pada tahun 2010 terjadi penularan rabies di P.Larat.
Tabel 14. Data Penyakit Dinas Kabupaten Buru
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Buru
Peta sebaran Hama Penyakit Hewan Karantina di Kabupaten Buru
berdasarkan hasil kuesioner penggambilan data yang terlihat pada tabel
14 diketahui ada 3 Penyakit yang masuk Daftar HPHK yaitu Brucellosis,
ND dan Scabies disamping itu ada kasus lain yang tidak masuk dalam
HPHK LOKASI
KETERANGAN
1.ND Ditemukan
Gejala Klinis
2. Brucellosis Kec.Waeapodan Lolong Guba
57 kasus gejala klinis
3.Scabies/Kudis Namlea,Waplau,Lilialif, Waeapo, Lolong Guba, danWaelota
642 kasus gejala klinis pada Kambing
47
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
HPHK sehingga tidak masuk dalam table sebaran penyakit namun
penyakit ini cukup tinggi yaitu BEF . Penyakit di temukan berdasar gejala
klinis yang ada adalah Brucellosis, Scabies dan ND. Kasus Scabies pada
kambing di Buru cukup tinggi dan semakin meningkat karena adanya
sistem pengembalaan serta kasus Brucellosis cukup tinggi juga. Untuk
riwayat penyakit dulu Kabupaten Buru termasuk yaitu Kabupaten Buru
Selatan yang pernah terjadi Kasus Rabies di desa Leksula tahun 2007
namun saat ini tidak ada laporan kasus rabies, dan saat ini daerah
tersebut tidak masuk dalam wilayah Kabupaten Buru.
Tabel 15. Data Penyakit Dinas Kabupaten SBB
Sumber : Dinas Peternakan Kab. SBB
Pulau Seram sebagai sentra ternak bersama dengan P. Buru
menjadi daerah yang cukup rawan terhadap penularan penyakit pada
hewan ternak. Pada tabel 15 terlihat bahwa Kabupaten Seram Bagian
Barat ditemukan 2 kasus penyakit yaitu Brucella yang merupakan
penyakit endemis yang menyerang Ruminansia dan untuk penyakit
Rabies data dari sampel yang dikirim pada Laboratorium Type B Passo
menyatakan hasil positif.
Tabel 16. Data Penyakit Dinas Kabupaten Maluku Tengah
HPHK
LOKASI KET
1.Rabies Kec. Kairatu, Kec.Piru, Kec Inamosol, Kec.Taniwel dan Taniwel Timur
Positif Uji Seller dari 46 sampel 27 positif
2.Brucellosis
Kec.Kairatu 5 kasus gejala klinis
48
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
P
e
t
a
p
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Maluku Tengah
Penyebaran hama penyakit hewan karantina di Kabupaten Maluku
Tenggah yaitu Brucellosis, Rabies, Scabies dan ND. Ada kasus lain yang
tidak masuk dalam HPHK sehingga tidak di cantumkan dalam tabel16
yaitu kasus Fasciola Hepatica dan kasus lainnya ditemukan berdasarkan
gejala klinis. Untuk AI awal kasus di Propinsi Maluku terjadi juga Outbreak
di Maluku Tengah dan saat ini tidak ada laporan kasus dan gejala Klinis.
Dengan sebran kasus sebagaimana ditampilkan dalam peta
Berdasar hasil data pemeriksaan laboratorium yang telah
idiagnosa positif adalah Rabies dan Brucellosis yang memang merupakan
pulau seram adalah daerah endemis Brucellosis dan Rabies.
Tabel 17. Data Penyakit Maluku Tenggara
Sumber : Dinas Peternakan Maluku Tenggara
HPHK LOKASI
KET
1.Rabies Kec.Lehitu Barat, Kec. Salahutu, Saparua dan Seram Utara
36 positif
2.ND Ditemukan GejalaKlinis
3. Brucellosis Kec.Seram Utara Timur (Kobi dan Seit) dan Kec.Seram Utara
146 positif pada pemeriksaan Lab, dan 11 kasus gejala klinis
4.Scabies/Kudis Ditemukan
Gejala Klinis
HPHK
LOKASI KET
1.ND
Ditemukan Gejala klinis
2.Canine Parvovirus
Ditemukan Gejala Klinis
3.SE
Ditemukan Gejala klinis
49
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Pada tabel 17 terlihat Peta penyebaran hama penyakit hewan
karantina di Kabupaten Maluku Tenggara yaitu ND, Canineparvoivirus
dan SE yang ditemukan berdasarkan data geja klinis.
Tabel 18. Data Penyakit Kota Tual
P
e
t
a
Sumber : Dinas Peternakan Kota Tual
penyebaran hama penyakit hewan karantina di Kota Tual yang terdapat
pada tabel 18 terdapat 3 penyakit yaitu Brucellosis, Scabies dan
Stephanofilariasis. Kasus Brucellosis yang ditemukan positif, dan untuk
Scabies dan Stephanofilariasis ditemukan berdasar geja klinis.
Penyebaran penyakit hewan di Propinsi Maluku untuk derah
Seram Bagian Timur, Kepulauan Aru, dan Maluku Barat Daya terutama
yang telah didiagnosa positif adalah Brucellosis sedang untuk kasus yang
diketahui berdasar gejala klinis pada umumnya adalah ND. Dengan
sebaran data sebagai mana ditampilkan dalam tabel perpenyakit.
Data yang ditampilkan disusun dalam bentuk tabel perpenyakit di
seluruh Kabupaten/kota pada rentang 1(satu) tahun terakhir yang didapat
dari informasi dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kesehatan
hewan, data surveillance baik dari dinas atau laboratorium dan Balai
Besar veteriner maros yang ditampilkan dalam bentuk kode sesuai
masing-maising data yang diperoleh.
HPHK
LOKASI KET
1.Brucellosis
Desa Ono, Tel,danFiditan
2 positif
2.Scabies/Kudis Ditemukan Gejala Klinis Hampir tersebar di 5 Kec. Kota Tual
3.Stephanofilariasis Ditemukan Gejala klinis di DesaYamtel Tayando,Desa Sermaf Fenualen, Desa Lebetawi
50
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Kesimpulan
1. Status dan situasi Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang
terdiri atas 2 penyakit yang terverifikasi dari hasil pengujian
laboratorium yaitu Rabies dan Brucellosis.
2. Laporan kasus dan kejadian penyakit berdasar gejala klinis yang
ditemukan terdiri atas 8 penyakit yaitu ND, Scabies,
Stephanofilariasis, Brucellosis,Canine Parvovirus, Hog Cholera, Ring
Worm, Contagious Ecthyma(ORF), dan Marek’s Diseases serta
spenyakit AI yang pada tahun 2007 terjadi outbreak di P. Ambon
namun saat ini tidak ditemukan lagi kasus.
B. Karantina Tumbuhan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) atau Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dapat tersebar secara
aktif ataupun pasif. Penyebaran secara aktif sangat terbatas
jaraknya dan dihalangi oleh pembatas alam yang ada, sedangkan
penyebaran OPT/OPTK secara pasif melalui lalulintas media
pembawa. Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
merupakan salah satu ancaman yang dapat merusak kelestarian
sumber daya alam hayati. Kerusakan tersebut sangat merugikan
karena akan menurunkan hasil produksi budidaya tumbuhan, baik
kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu juga dapat
mengakibatkan musnahnya jenis-jenis tumbuhan. Oleh karena itu,
51
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
perlu dilakukan upaya untuk mencegah penyebarannya. Salah satu
upaya pencegahan melalui karantina tumbuhan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pemantauan ini
adalah :
a. Mengetahui dan memperoleh data perkembangan daerah sebar
OPTK Golongan I dan Golongan II kategori A1 dan A2 secara
lengkap dan akurat di wilayah Negara Republik Indonesia terutama di
Provinsi Maluku.
b. Untuk pendeteksian dini jika terjadi perubahan status suatu
organisme bukan OPT menjadi OPT.
c. Memperoleh data terbaru mengenai perkembangan daerah sebar
OPTK dan sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi
peraturan perundang-undangan Karantina Tumbuhan
d. Membuktikan area bebas OPT/OPTK pada suatu wilayah atau
populasi OPT rendah pada suatu tempat.
e. Membatasi perluasan penyebaran OPT /OPTK setelah terjadinya
pemasukan OPT baru
f. Deteksi awal guna mengetahui perubahan status dari organisme
bukan pengganggu tumbuhan menjadi OPT.
Tahap penentuan lokasi pemantauan adalah sebagai berikut:
1) Pemilihan lokasi secara purposif dan dipilih lokasi titik pertama yang
kemungkinan besar OPTK dapat masuk atau terinfestasi.
52
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
2) Lokasi dibagi ke dalam beberapa kategori sesuai dengan alasan, dan
kemudian secara sistematik atau random dilakukan pemilihan lokasi
dalam setiap kategori yang telah ditentukan.
Gambar 5. Peta Gambaran Penentuan Lokasi Pemantauan
Setiap kabupaten yang dijadikan lokasi pemantauan dipilih 3
lokasi (sebagai sampling area), yang terbagi dalam 2 (dua) lokasi
untuk pemantauan OPTK pada tanaman unggulan dan 1 (satu)
lokasi untuk pemantauan OPTK. Pemilihan sampling area
berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Balai
Proteksi Tanaman Setelah mendapatkan sampling area, ditentukan
satuan pemantauan primer yang diperoleh dengan cara
menentukan 5-10% dari luas areal pertanaman unggulan yang
menjadi sasaran. Setelah itu ditentukan titik pengambilan sampel
53
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
secara sistematik dengan pola diagonal, zig-zag, huruf Z atau jalur
(untuk pertanaman dengan populasi < 1000 tanaman/ha).
Gambar 6. Pola penentuan pengambilan sampling area
Untuk pertanaman yang bersifat tidak kompak, seperti
tanaman yang ditanam di pekarangan rumah, atau tanaman yang
tumbuh liar, pemantauan dilakukan secara langsung pada tanaman
tersebut tanpa membuat pola pengambilan sampel seperti di atas.
Pertanaman yang memiliki populasi ≥ 1000 tanaman/ha,
pengamatan dilakukan dengan menentukan 5 (lima) titik
pengambilan sampel seperti gambar di bawah :
Pola Zig-zag Pola Jalur
PolaZig-zag Pola Diagonal
54
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Gambar 7. Pola pengambilan titik sampel
Melakukan survei keliling (spreading) dengan berjalan sejauh 100
mmengelilingi petak contoh, ke arah utara, selatan, timur dan
barat.Pengamatan dilaksanakan scanning saja.Survei keliling juga
dilakukan untuk kecamatan lain apabila dijumpai pertanaman, namun
tidak perlu ada petak tetapnya.
spesimen dapat digunakan untuk keperluan ilmiah maka
diperlukan satu set data yang perlu dicatat pada waktu koleksi. Menurut
ISPM 6 dan 8, catatan spesimen yang dikumpulkan dari lapangan harus
memuat informasi sebanyak mungkin.
Persyaratan minimum informasi yang harus termuat dalam label
menurutISPM No.6, sebagai berikut:
a. Nama ilmiah OPT dan kode apabila ada.
b. Famili (keluarga)/ordo (bangsa).
c. Nama ilmiah tanaman inang dan kode Bayer kalau ada.
d. Cara koleksi, misalnya, perangkap atraktan, sampel tanah, jaring
serangga.
e. Lokalitas, misalnya kode lokasi, alamat, dan koordinat.
55
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
f. Tanggal koleksi dan nama kolektor.
g. Tanggal identifikasi dan nama pengidentifikasi.
h. Tanggal verifikasi dan nama orang yang melakukan verifikasi.
i. Referensi, apabila ada.
j. Informasi tambahan, misalnya hubungannya dengan tanaman inang,
status infestasi, stadium tumbuhan yang terinfeksi, atau tempat
ditemukan (misalnya di rumah kaca). Laporan kejadian OPT pada
komoditas tidak harus spesifik tentang lokasi atau verifikasi, tetapi
harus menyebutkan secara benar tentang jenis komoditasnya,
kolektor dan tanggal koleksi, dan apabila diperlukan cara koleksinya.
Laporan kejadian OPT baru perlu ditambahkan dengan informasi
tentang tindakan yang telah dilakukan, dan laporan ini dibuat
berdasarkan permintaan.
3.1.1. Pengambilan Data Di Lapangan
Hasil pemantauan dapat diperoleh dari setiap specimen yang
dikumpulkan. Informasi yang berhubungan dengan besarnya kerusakan
yang ditimbulkan oleh OPT/OPTK, kepadatan populasi atau tinggi-
rendahnya intensitas serangan, nama lokasi berikut posisi geografi dan
keadaan lingkungannya adalah informasi berharga yang perlu dicatat
oleh pelaksana pemantauan. Nama setiap jenis tanaman inang juga hal
penting yang harus diketahui dan dicatat.
56
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Untuk menunjang kebenaran data hasil pemantauan sekaligus
sebagai pembanding maka diperlukan data-data penunjang atau data
sekunder. Data sekunder dapat diperoleh dari hasil pemantauan yang
pernah dilakukan oleh dinas/instansi pemerintah daerah atau oleh
institusi lainnya.
3.1.2. Identifikasi Spesimen di Laboratorium
Identifikasi dilakukan dengan identitifikasi langsung secara
mikroskopis untuk golongan cendawan dan serangga. Hasil preparat
yang telah diidentifikasi disimpan dalam bentuk koleksi preparat untuk
golongan cendawan dan koleksi basah atau kering untuk golongan
serangga.
Khusus untuk golongan bakteri, nematoda dan virus dilakukan
identifikasi dengan pengujian bandingan dengan pakar. Adapun petunjuk
pengiriman spesimen adalah sebagai berikut:
a. Spesimen yang diantar sendiri akan lebih dijamin dari risiko
kerusakan selama perjalanan. Jika spesimen dikirim dengan jasa
transportasi, misalnya kapal laut atau jasa pos upayakan
spesimen dikemas dengan baik sehingga kerusakan selama
pengiriman dapat dihindari. Lamanya perjalanan hendaknya
menjadi salah satu pertimbangan dalam menggunakan jasa
pengiriman oleh pihak lain.
b. Spesimen yang akan dikirim kepada pakar sebaiknya dilakukan
konfirmasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa spesimen
57
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
akan diterima sesuai jadual yang disepakati. Cara penyiapan,
pengepakan, dan pengiriman agar ditanyakan kepada ahlinya.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengiriman antara lain:
OPT yang masih hidup
Pengiriman serangga hidup memerlukan ventilasi yang cukup
namun harus dirancang supaya serangga tidak dapat keluar/lolos selama
dalam perjalanan. Pengiriman spesimen tumbuhan yang mengandung
patogen dilakukan sesuai dengan sifat-sifat patogen. Patogen tertentu
menghendaki kondisi lembab sedangkan yang lain memerlukan kondisi
kering. Yang harus diperhatikan bahwa spesimen dikemas dengan baik
agar patogen tidak lolos selama pengiriman.
Tabung gelas atau bahan lain yang mudah pecah
Pengepakan harus dilakukan dengan hati-hati supaya tabung
gelas tidak bersinggungan satu dengan yang lain. Untuk menghindari hal
tersebut setiap tabung agar dibungkus dengan kertas tisu atau kertas
koran sebelum dimasukkan ke dalam kemasan. Kemasan sebaiknya
dibuat dari bahan yang kuat, misalnya dari kayu.
Spesimen lebih dari satu
Apabila dua atau lebih spesimen akan dikirimkan bersamaan, agar
dipastikan bahwa masing-masing sudah diberi label dengan benar.
58
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Spesimen dalam alkohol
Spesimen yang direndam dalam alkohol agar menggunakan
tempat yang tanah pecah dan tidak bocor.
Waktu
Untuk menghindari kerancuan dalam mengidentifikasi OPT dan
tujuan lainnya, spesimen sebaiknya segera dikirimke laboratorium
sebelum spesimen mengalami kerusakan.
Persyaratan pengiriman
Persyaratan tertentu yang mungkin berlaku bagi pengiriman
spesimen tumbuhan dan atau pengiriman spesimen OPT sebaiknya
ditanyakan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengiriman.
WAKTU PELAKSANAAN
Kegiatan pemantauan dilaksanakan pada bulan Februari s.d. Juni
2017 di beberapa kecamatan dan desa di setiap kabupaten lokasi
pemantauan yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram
Bagian Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Buru Selatan
dan Kabupaten Buru sesuai dengan Surat Perintah Tugas Kepala
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon No.
42a/TU.320/K44.D/02/2017.
59
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
LOKASI PELAKSANAAN
Lokasi pemantauan meliputi 5 ( lima ) wilayah kabupaten yang
dinilai dapat mewakili derah pemantauan. Lokasi tersebut adalah:
1. Kabupaten Maluku Tengah
2. Kabupaten Seram Bagian Timur
3. Kabupatan Seram Bagian Barat
4. Kabupaten Buru Selatan
5. Kabupaten Buru
PELAKSANAAN
Pelaksana kegiatan ini adalah Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon dengan arahan dari Badan Karantina Pertanian. Pelaksana
Pemantauan adalah tim pelaksana yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Stasiun karantina Pertanian Kelas I Ambon, yaitu dari
tenaga fungsional dan POPT baik ahli maupun terampil yang ada di SKP
Kelas I Ambon.
Tim pemantauan daerah sebar OPT/OPTK tahun 2017 ditetapkan
berdasarkan lampiran Surat Keputusan Kepala Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Ambon No. 42/Kpts/KT.110/K44.D/02/2017, tanggal 7
Februari 2017 adalah :
60
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Penanggung jawab : drh. Ubaidullah NIP. 19661205 199903 1 001
Ketua : Rahmiyati, S.P. NIP.19860607 201101 2 018
Sekretaris : R. Eva Sugandi, S.P NIP. 19720304 199703 2 001
Anggota : 1. Tariyani, S.P NIP. 19750525 200912 2 001
2.Wagino, A.Md
NIP. 19840626 201403 1 001
3. Zainun Tongkonoo NIP.19750525 200912 2 001
Setiap Kabupaten akan dilaksanakan oleh 3 (tiga) orang
pemantau. Tim pemantauan telah ditetapkan berdasarkan lampiran Surat
Keputusan Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon No.
42a/kpts/KT.110/K.44.D/02/2017.
Tabel 2. Pelaksana Pemantauan Daerah Sebar OPT/OPTK T. A. 2017
No. Daerah Pemantauan Nama/ NIP Tim Pemantauan
1. Kabupaten Maluku Tengah/ Kobisadar
Ketua Tim: Rahmiyati, S.P (POPT Pertama) NIP. 19860607 201101 2 018
Anggota:
1. Suhendik (POPT PelaksanaLanjutan) NIP. 19720815 200604 1 001
2. Juded Sinay (POPT Pelaksana) NIP. 19820803 200604 2 001
2. KabupatenSeramBagianTimur Ketua Tim: Wagino, A.Md (POPT Pelaksana) NIP. 19840626 201403 1 001
Anggota: 1. R. Eva Sugandi, S.P (POPT Muda) NIP. 19720304 199703 2 001 2. Dewi Humalidi (POPT Pelaksana) NIP. 19770113 200604 2 001
61
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
3. Kabupaten Buru Ketua Tim: Tariyani, S.P (POPTPenyelia) NIP. 19710125 199003 2 001
Anggota: 1. Ponira (POPT Pelaksana)
NIP. 19810306 200604 2 001 2. Romy Noce W. (POPT Pelaksana)
NIP. 19741109 200604 1 001
4. Kabupaten Buru Selatan Ketua Tim: ZainunTongkonoo (POPT Pelaksana) NIP. 19750525 200912 2 001
Anggota: 1. Arafah, S.P (POPT Muda)
NIP. 19710707 200312 1002 2. Marten Usman (POPT Pelaksana)
NIP. 19760521 200912 1 003
5. KabupatenSeramBagian Barat Ketua Tim: R. Eva Sugandi, S.P (POPT Muda) NIP. 19720304 199703 2 001
Anggota : 1. Rahmiyati, S.P (POPT Pertama) NIP. 19860607 201101 2 018 2. Dewi Humalidi (POPT Pelaksana) NIP. 19770113 200604 2 001
Setiap tim pemantau dalam satu kabupaten harus menentukan
Kecamatan yang dianggap mewakili daerah pemantauan OPT/OPTK.
Hasil pemantauan OPT/OPTK dituangkan dalam sebuah Laporan
Pemantauan yang menjadi tanggung jawab masing-masing tim
pemantauan di wilayahnya.
Hasil
Hasil pemantauan yang diperoleh dari lapangan dan pemeriksaan
di laboratorium dari beberapa jenis komoditas unggulan daerah
Kabupaten Maluku tengah, Kabupaten Buru Selatan, Kebupaten Seram
Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Buru
62
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
seperti tanaman padi, jagung, jeruk, kelapa, kakao, Cabe, Pisang,
Kacang Panjang, Terong, Sawi, Buncis, Pepaya, Gambas, Jambu Biji
dan tomat diperoleh berberapa spesies OPT/OPTK (Tabel 20).
Tabel 20. OPT/OPTK Temuan di Lapang Hasil Pemantauan Komoditas Unggulan di Provinsi Maluku.
NO TANAMAN INANG
HASIL LOKASI
1. Padi Pantoea ananatis
Curvularia lunata Desa Savana jaya, Desa Siatele, Desa Banggoi
Tilletia indica Pyricullaria oryzae Desa Seti, Desa Banggoi
Dickeya chrysanthemi Nephotettix virescens Desa Savana jaya, Desa Waitele, Desa Waiperang
Pseodomonas syringae Nilaparvata lugens Desa Savana jaya, Desa Waitele, Desa Waiperang
Meloidogyne graminicola
Rhizoctonia solani Desa Siatele
Burkholderia glumae Triporya innotata (Larva)
Desa Savana jaya, Desa Waitele, Desa Waiperang
Paraeucosmetus pallicornis
Ustilaginoidea virens Desa Savana jaya, Desa Waitele, Desa Waiperang
Asystasia gangetica Oxya chinensis Desa Waitele, Desa Waiperang
Ephelis oryzae (=Balansia oryzae)
Orseolia oryae Desa Waitele, Desa Waiperang
Aphelenchoides besseyi Acrida turrita Desa Waiperang
Leptocoria acuta Desa Savana jaya, Desa Waitele, Desa Waiperang, Desa Desa Seti, Ds Dream Land Baru
Scirpophaga innotata Kab. Malteng
Fusarium solani Desa Savana jaya, Desa Siatele, Desa Banggoi
Nigrospora oryzae Desa Savana jaya, Desa Siatele, Desa Banggoi
Fusarium semitectum Desa Savana jaya, Desa Siatele, Desa Banggoi
2. Jagung Dickeya chrysanthemi
Ostrinia furnacalis Desa Banggoi, Desa Savana Jaya, Desa Waiperang, Desa Waimital
Maize dwart mosaic potyvirus (MDMV)
Locusta migratoria Desa Seti
Pseodomonas syringae Curvularia eragrostidis
Desa Kamalanglale
63
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Pseodomonas syringae Rhopalosiphum maidis
Desa Kamalanglale
Pantoea stewartii
Puccinia polysora Ds Savana Jaya, Desa Waiperang, Desa Waimital
Fusarium avenaceum
Chaetomium globosum
Ds Silohan
Peronosclerospora philippinensis
Fusarium moniliforme Desa Waimital
Fusarium samitectum Desa Jakarta Baru
Fusarium solani Desa Waimital
Leptospaerulina crassiasca
Desa Waimital
Nigrospora oryzae Desa Waimital
Stenocarpella macrospora
Desa Waimital
3. Kakao Dysmicoccus neobrevipes
Phytophthora palmivora
Desa Gogogrea, Ds Seti
Planococcus lilanicus Conopomorpha cramerella
Desa Gogogrea
4. Kelapa Aceria guerreronis
Oryctes rhynosorus Desa Sawah, Desa Waimiting, Desa Seti, Desa Leawai, Kampung Jawa
Raoiella indica Pestalotia sp Desa Waimital
Sexava coriaceae
Curvulari sp Desa Kobisonta, Desa Hatusua
Sexava karnyii
Icerya spp Desa Samal, Desa Pohon Batu
Sexava nubila Drechslera sp Desa Pohon Batu
5. Jeruk Brevipalpus californicus Planococcus citri Desa Savana jaya
Phyllocoptruta oleivora Capnodium sp Desa Waimital
Toxoptera citridus Desa Waeperang
Sphaceloma fawcetti Desa Waimital
Upasia salmonicolor Desa Waimital
Meliola citricola Desa Savana jaya, Desa Waeperang, Desa Samal,
Aphis gossypii
Desa Savana jaya
Phyllocnistis citrella Desa Savana jaya, Desa Waeperang
6 Cabe Brevipalpus californicus Myzus persicae Desa Morokai, Desa Pule, Desa Waihito
Pseudomonas syringae Aleorocanthus spp Desa Morokai, Desa Banggoi, Desa Waimital
Calacarus carinatus Colletotrichum capsici Desa Morokai, Desa Pule, Desa Banggoi, Desa
64
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Waimital
Bemisia tabacci Ds Banggoi, Desa Waipirit
Colletotrichum dematicum
Desa Waimital, Ds Silohan, Desa Waitele
7 Pisang Fusarium spp Desa Samal
Erionota thrax Desa Seti Bakti
8 Kacang Panjang
Myzus persicae Desa Wali
Etiella zinckenella Desa Savana Jaya,
9 Terong Pseudomonas syringae Fusarium spp Desa Wailola
Clavibacter michiganensis
10 Sawi Plutella xylostela Desa Wali, Desa Morokai
11 Buncis Epilacna sp Desa Banggoi
Nezara viridula Desa Banggoi
Etiella zinckenella DesaSumber Agung,
12 Tomat Clavibacter michiganensis
Blossom end rot tomato
Desa Wailola
Fusarium oxysforum Desa Wailola
Spodoptera litura Desa Kaibobo
13 Pepaya Brevipalpus californicus Bemisia tabacci Desa Silohan
14 Gambas Powdery Mildew ( Embun tepung)
Desa Dream Land,
15 Jambu Biji Pseudococcus longipinus
Desa Savana Jaya
16 Trapping Lalat Buah
Bactrocera musae Bactrocera albistrigata Desa Wailola
Bactrocera occipitalis
Bactrocera musae (OPTK A2)
Desa Wailola
Bactrocera bryoniae Bactrocera dorsalis complex
Desa Savana jaya, Desa Waipirit
Bactrocera cucurbitae Desa Mangga Dua, DS Kobisadar
Bactrocera papayae Desa Mangga Dua, Wailola, Desa Hatusua
Bactrocera carambolae
Desa Hatusua
65
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
OPT/OPTK Komoditas Unggulan
Pemantauan Provinsi Maluku tahun 2017 ini dilakukan di 5
Kabupaten yaitu: Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Seram Bagian
Timur, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan
Kabupaten Buru. Masing-masing kabupaten tersebut memiliki beberapa
tanaman unggulan yang menjadi target pemantauan. Kabupaten Maluku
Tengah komoditas yang menjadi target pemantauan adalah tanaman
hortikultura seperti tanaman cabe, jeruk dan sawi untuk tanaman
perkebunan adalah tanaman kakao dan kelapa dan untuk tanaman
pangan adalah tanaman padi dan jagung.
Dari hasil pemeriksaan di laboratorium, sampel yang dapat
teridentifikasi adalah dari golongan cendawan dan serangga. Dari
golongan cendawan adalah C. dimidiatum, Helminthosporium spp.,
Colletotrichum spp., Capnodium spp., U. salmonicolor dan Fusarium spp.
Tingkat serangan masing-masing cendawan pada saat pemantauan
tergolong rendah (0-25%). Sedangkan golongan serangga yang
ditemukan adalah O. furnacalis, P. xylostella, N. viridula, P. pallicornis
Spodoptera sp., A. gosypii, L. migratoria.
66
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
BAB V PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARAAN
LABORATORIUM KARANTINA HEWAN DAN KARANTINA TUMBUHAN
5.1 Kegiatan Intersepsi HPHK dan OPTK
5.1.1 Karantina Hewan
Pada dasarnya, dalam rangkaian tindakan karantina, pemeriksaan
merupakan tindakan yang paling awal dilakukan dalam melaksanakan
tindakan karantina terhadap media pembawa yang dilalulintaskan.
Pemeriksaan terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya pemeriksaan
dokumen, pemeriksaan fisik media pembawa dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium sekarang ini menjadi faktor
pendukung dalam pengambilan keputusan. Keputusan dalam hal ini
adalah penerbitan sertifikat kesehatan bagi media pembawa yang akan
dilalulintaskan.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon sebagai salah satu unit
pelaksana teknis karantina telah memiliki laboratorium karantina hewan
guna mendukung kegiatan tindakan karantina di lapangan. Pemeriksaan
yang sudah bisa dilaksanakan dilaboratorium karantina hewan SKP Kelas
I Ambon antara pengujian HI AI pada unggas besar, Rapid AI pada
unggas kecil dan RBT pada sapi, sedangkan terhadap media pembawa
ternak potong dan ternak bibit belum bisa dilaksanakan serta terhadap
pemeriksaan bahan asal hewan (BAH) belum dilakukan pemeriksaan.
Pengujian yang dilakukan terhadap media pembawa HPHK yang
keluar dari wilayah kerja harus dilakukan pemeriksaan laboratorium guna
memastikan media yang di bawa keluar propinsi Ambon benar telah
67
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
bebas atau dipastikan bebas dari HPHK. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 21. Hasil Pengujian Laboratorium Karantina Hewan Tahun
2016
No. Nama/Jenis Sampel
Jumlah Sampel
Target Pengujian
Metode Pengujian
Frekuensi
1. Serum swab kloaka dan trakhea burung
1081 Sampel
AI (Avian Influenza)
HI/AI 29 kali
2. Sample serum darah ayam
953 Sampel
Al (Avian Influenza)
HA/HI 51 kali
3. Sampel Serum Darah Sapi
3.340 Sampel
Brucella Abourtus
RBT 190 kali
5.1.2 Karantina Tumbuhan
Interasepsi karantina tumbuhan pemeriksaan/pengujian
Laboratorium merupakan bagian dari rangkaian kegiatan tindakan
karantina 8P (Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan,
Penahan, Penolakan, Pemusnahan dan Pembebasan). Hasil pengujian
yang dilakukan akan menjadi dasar dalam memberikan rekomendasi
pemasukan/pengeluaran atas media pembawa yang bersangkutan.
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk:
1. Mendeteksi ada/tidaknya Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT)/OPT Karantina (OPTK) pada media pembawa OPT/OPTK.
(3238/Kpts/PD.630/9/2009)
2. Melakukan identifikasi OPT/OPTK, untuk mengetahui status OPTK
(Golongan I/II, Kategori A1/A2, sesuai lampiran SK Mentan No.
93/Permentan/OT.140/12/2011)
68
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon adalah salah satu unit
pelaksana teknis yang berada di bawah pembinaan Barantan dan
bertanggungjawab kepada kepala Barantan, Kementrian pertanian.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pokok perkarantinaan, SKP kelas 1
Ambon dilengkapi laboratorium karantina tumbuhan
dengansarana/prasarana yang masih mampu melakukan. Tugas
laboratorium karantina tumbuhan Stasiun Karantina PertanianKelas I
Ambon adalah melaksanakan pengujian laboratorium di bidang karantina
tumbuhan dan keamanan hayati nabati. Pengujian yang dilakukan selama
Tahun Anggaran 2016 masih terbatas pada golongan serangga dan
golongan cendawan.
Jenis media pembawa yang dilakukan pemeriksaan yaitu media
pembawa yang diantar areakan baik pengeluaran maupun pemasukan
serta media pembawa yang akan di ekspor.Metode pengujian yang
dilakukan yaitu pengamatan langsung (makroskopis) dan pengamatan
mikroskopis.
Hasil intersepsi laboratorium Stasiun Karantina Pertanian Kelas
IAmbon tidak satupun yang ditemukan golongan OPTK baik kategori A1
maupun A2 terhadap media pembawa untuk kegiatan operasional, namun
untuk kegiatan pemantauan terdapat 1 (satu) OPTK Kategori A2 yaitu
Paraeucosmetus pallicornis. Serangga yang ditemukan dilaboratorium
tumbuhan Stasiun Karantina Pertanian Kelas 1 Ambon selama tahun
2015 adalah OPT kosmopolit yaitu : Aleurocanthus waglumi, Araecerus
faciculatus, Bimisia tabaci, Necrobia rufipes. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
69
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 22. Hasil Pengujian Laboratorium Karantina Tumbuhan 2016
No. Nama/Jenis Sampel
Target Pengujian
Metode Pengujian
Hasil
A. Kegiatan Operasional
1. Bawang Daun Serangga Makroskopis Nihil
2. Bawang Merah Serangga Makroskopis Nihil
3. Benih Aren Serangga Makroskopis Nihil
4. Benih Padi Serangga Makroskopis Nihil
5. Benih Palem Serangga Makroskopis Nihil
6. Beras Serangga Makroskopis Nihil
7. Beringin Serangga Makroskopis Nihil
8. Bibit Anggrek Dendrobium
Serangga Makroskopis Nihil
9. Bibit Durian Serangga Makroskopis Nihil
10. Bibit Gandaria Serangga Makroskopis Nihil
11. Bibit Jeruk Serangga Makroskopis Nihil
12. Bibit Mangga Serangga Mikroskopis Aleurodicus dispersus
13. Bibit Pala Serangga Makroskopis Nihil
14. Bibit Pisang Serangga Mikroskopis Nihil
15. Bibit Rambutan Serangga Makroskopis Aleurodicus dispersus
16. Bibit Tanaman Buah
Serangga Makroskopis Nihil
17. Bibit Tanaman Hias
Serangga Makroskopis Bemisia Tabaci
18. Bibit Tanaman Pelindung
Serangga Makroskopis Nihil
19. Bonsai Sacang Serangga Makroskopis Nihil
20. Buah Jambu Serangga Makroskopis Nihil
21. Buah Pisang Serangga Makroskopis Nihil
22. Buanga Pala Serangga Makroskopis Nihil
23. Cabe Serangga Makroskopis Nihil
24. Cengkeh Serangga Makroskopis Nihil
25. Damar Serangga Makroskopis Nihil
26. Dauh Sirsak Basah
Serangga Makroskopis Nihil
70
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
No. Nama/Jenis Sampel
Target Pengujian Metode Pengujian
Hasil
27. Daun Sirsak Sering
Serangga Makroskopis Nihil
28. Gaharu Serangga Makroskopis Nihil
29. Glodongan Tiang
Serangga Makroskopis Nihil
30. Jahe Serangga Makroskopis Nihil
31. Kacang Hijau
Serangga Mikroskopis Nihil
32. Kacang Mede
Serangga Mikroskopis Nihil
33. Kacang Tanah
Serangga Mikroskopis Nihil
34. Kakao Biji Serangga Makroskopis Nihil
35. Kayu Manis Serangga Makroskopis Araecerus fasciculatus
36. Kayu Merbau
Serangga Makroskopis Nihil
37. Kayu Trembesi
Serangga Makroskopis Nihil
38. Kelapa Bulat
Serangga Makroskopis Nihil
39. Kenari Serangga Makroskopis Nihil
40. Kopra Serangga Mikroskopis Necrobia rufipes
41. Mahoni Serangga Mikroskopis Nihil
42. Pala Biji Serangga Mikroskopis Araecerus fasciculatus
43. Pucuk Merah
Serangga Makroskopis Nihil
44. Sarang Semut
Serangga Makroskopis Nihil
45. Singkong Beku
Serangga Mikroskopis Tidak ada
46. Tepung Pala
Serangga Mikroskopis Tgrh
47. Tepung Sagu
Serangga Makroskopis Nihil
48. Vanili Serangga Makroskopis Nihil
B. Kegiatan Pemantauan
1. Tanaman Kelapa
Raoiella indica, Aceria querreronis, sexava sp,
Makroskopis Pestalotia sp; mites; Brevipapus obovatus; Oryctes rhinoceros; Aspidiotus destructor rigidus;
2. Tanaman Kacang Panjang
Liriomyza trifolli Makroskopis Liriomyza spp
71
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
3. Tanaman Jeruk
B. Occipitalis, B. Musae, B. Bryoniae, CVPD, Spiroplasma citri
Makroskopis Meliola citricuniaspis citriola, Aonidiella aurantii; telur lalat buah; Parlatoria zizyphus; uniaspis citri; Chrysomphalus Aonidum
4. Tanaman Kakao
Conoporpha cramerella; VSD
Makroskopis
Colletotrichum gloeosporides ; Phytophthora palmivora; Conoporpha cramerella
5. Tanaman Cabe
B. Occipitalis, B. Musae, B. Bryoniae; Bemisia argentifollii (s), Liriomyza trifolii (s), Diaporthe phaseolorum (c), Pythium ultimum (c), Sclerotinia sclerotiorum (c)Clavibacter michiganensis, Erwinia chrysanthemi (b)
Makroskopis Bactrocera sp (14 ekor), Colletotrichum capsici; Aleurodicus dispercus
6. Tanaman Terung
Liriomyza trifolii Makroskopis Henosepilachna implicata
7. Tanaman Padi
hama padi dan Ephelis oryzae, Pseudhomonas syringae
Makroskopis gulma; tomcat (Paedenus littoralis} 6 ekor, Harmonia octomaculata 1 ekor, Tryporyza nivella; Leptocorisa accuta; Nephotettix nigropictusNephotettix virescens; Recillia dorsalis; coccinella transversalis1 ekor ; Nephotettis virescens 4 ekor; Sagotella furcifera 17 ekor; Nephotettix nigropictus 1 ; Protaetia sp; dideopsis aegrota; tachinid; Nilaparvata lugen 11 ekor; Rinocoris fuscipes;
8. Tanaman Jambu Bol
B. Occipitalis, B. Musae, B. Bryoniae,
Makroskopis
megatrioza vitiensis
72
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
9. Tanaman Pala
Makroskopis B. Hercules
10. Tanaman Cengkeh
Hexamitodera semivelutina
Makroskopis
larva coleoptera ( Penggerek ranting)
11. Tanaman Sagu
Rabdocelus obcurus
Makroskopis
Rhynchophorus ferrugineus var.papuanus kirch
12. Atractan ME
B. Occipitalis, B. Musae, B. Bryoniae,
Makroskopis
Bactrocera spp; B. carambolae; B. musae n.sp
13. Tanaman Jagung
Peronoscclerospora sorghi, Peronosclerosphora phillipinensis
Makroskopis
Penggerek batang jagung (Lepidoptera)
5.2 Koleksi HPHK/OPTK dan Media Pembawa HPHK/OPTK
5.2.1 Karantina Hewan
Kegiatan koleksi HPHK dan media pembawa tahun 2016
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tidak dilakukan
pembuatan koleksi. Hal ini disebabkan selama kurun waktu bulan
Januari sampai Desember 2016 tidak dilakukan koleksi baik
HPHK maupun media pembawa.
5.2.2 Karantina Tumbuhan
Koleksi yang dibuat karantina tumbuhan berupa koleksi
OPT/OPTK dan koleksi media pembawa. Koleksi OPT/OPTK
terdiri dari hasil pemeriksaan intersepsi dan pemantauan. Jumlah
koleksi OPT/OPTK untuk tahun 2016 yaitu sebanyak 1 jenis dari
golongan seranggajenis OPTK A2 yaitu Paraeucosmetus
pallicornis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
dan lampiran laporan tahunan.
73
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 23. Daftar Intersepsi dan Koleksi OPTK Karantina TumbuhanSKP Kelas I Ambon Tahun 2015
No Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina Keterangan
1 Paraeucosmetus pallicornis
Pemantauan di Maluku Tengah pada tanaman
padi
74
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
BAB VI DUKUNGAN MANAJEMEN
DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA
6.1 Pengembangan SDM
6.1.1 Keadaan Pegawai
Untuk mendukung tugas pokok Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon dalam rangka mencegah masuk dan tersebarnya HPHK dan
OPTK maka kualitas dan kuantitas SDM perlu mendapat
perhatian.Jumlah pegawai Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
per 31 Desember 2016 adalah 36 (tiga puluh enam) pegawai (Lihat daftar
nominatif pegawai pada Lampiran laporan tahunan ini ) ditambah
honorarium sebanyak 14 (empat belas) orang yang tersebar di kantor
pusat dan wilker. Jumlah ini, masih jauh dari jumlah ideal dibandingkan
dengan beban kerja dan wilayah kepulauan yang ada.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon masih membutuhkan
tenaga untuk ditempatkan pada pos-pos lalulintas Media Pembawa yang
dilalulintaskan pada daerah-daerah pelabuhan yang belum ditetapkan
sebagai tempat pemasukan dan pengeluaran serta harapan kedepan
adanya penetapan pintu pemasukan dan pengeluaran untuk tercapainya
percepatan pelayanan perkarantinaan. Di sisi lain, ada beberapa pegawai
fungsional masih mengerjakan tugas administrasi keuangan dan
beberapa juga pegawai administrasi mengerjakan tugas fungsional.
Keadaan pegawai Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon per 31
Desember 2016 dapat dilihat dengan rincian sebagai berikut :
75
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 24. Data Pegawai Berdasarkan Golongan /Ruang
No. Golongan Ruang (Orang) Jumlah
A B C D
1 IV 1 - - - 1
2 III 2 5 2 2 11
3 II 2 3 15 4 24
4 Honorer - - - - 14
Jumlah 50
Tabel 25. Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan, Golongan /Ruang, Jabatan Pegawai Negeri Sipil
No. Uraian Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 Pendidikan Sarjana 3 7 10
Non Sarjana 13 13 26
2 Golongan IV 1 - 1
III 3 8 11
II 13 12 25
3 Jabatan
Struktural 3 - 3
Medik Veteriner 1 1
Paramedik Veteriner
6 4 10
POPT Ahli - 4 4
POPT Terampil 4 5 9
Calon Fungsional 2 2 4
Penata Laporan Keuangan
- 1 1
Analisis Kimia - 1 1
Verifikator Keuangan
- 2 2
Staf Administrasi 2 1 3
Tabel 26. Data Pegawai Berdasarkan Penempatan Tugas
No. Lokasi /Wilayah Kerja PNS Kontrak
1 Kantor SKP Kelas I Ambon 9 1
2 Wilker Pelabuhan Laut Yos Sudarso Ambon 12 -
3 Wilker Bandara Pattimura Ambon 6 3
4 Wilker Pelabuhan Laut Namlea 3 1
5 Wilker Pelabuhan Laut Tual 1 2
6 Wilker Pelabuhan Laut Kobisadar 1 -
7 Wilker Kantor Pos dan Giro Ambon 1 -
8 Laboratorium 2 2
Jumlah 39 14
Catatan : 1 orang tugas belajar an. Nanik Nurjanah, SP.
76
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 27. Daftar Nominatif Pegawai SKP Kelas I Ambon
No. Nama/NIP Pangkat Gol. Jabatan
1 Drh. Ubaidullah
19661205 199903 1 001 Pembina IV/a Kepala
2 Oktavianus Yan
19591007 198203 1 002 Penata III/c
Kepala Urusan Tata Usaha
3 Arafah, SP.
19710707 200312 1 002 Penata III/c
Kepala Sub Seksi Pelayanan Operasional
4 Raden Eva Sugandi, SP.
19720304 199703 2 001 Penata Tingkat I III/d POPT Muda
5 Tariyani, SP
19710125 199003 2 001
Penata Muda Tingkat I
III/b POPT Penyelia
6 Drh. Nur Rahmahtri Rahayu
19830216 201403 2 002
Penata Muda Tingkat I
III/b Calon Medik Veteriner
Pertama
7 Arifin, SH
19770912 200701 1 001 Penata Muda III/a Kepegawaian
8 Nanik Nurjannah, SP.
19770118 200912 2 002
Penata Muda Tingkat I
III/b POPT Pertama
9 Julia Putiray, SE, MH
19800709 201101 2 012
Penata Muda Tingkat I
III/b Verifikator Laporan
Keuangan
10 Isnaniah Tawainella, SP
19820519 201101 2 013.
Penata Muda Tingkat I
III/b POPT Pertama
11 Rahmiyati, SP.
19860607 201101 2 018
Penata Muda Tingkat I
III/b POPT Pertama
12 Agni Nurani, A.Md.
19830501 200912 2 002 Penata Muda III/a
Paramedik Veteriner Pelaksana
13 Gunawan Slamet, A.Md.
19830921 201101 1 006
Pengatur Tingkat I
II/d Paramedik Veteriner
Pelaksana
14 Chrisnasari Yanti Keliat, A.Md.
19871226 201101 2 014
Pengatur Tingkat I
II/d Fungsional Umum
15 Sopyan Pattilouw
19800523 200501 1 002 Pengatur II/c
Paramedik Veteriner Pelaksana
16 Marsel Atihuta
19810302 200501 1 001 Pengatur II/c
Paramedik Veteriner Pelaksana
17 Suhendik
19720815 200604 1 001 Pengatur II/c POPT Pelaksana
18 Azis Baharuddin
19740528 200604 1 001 Pengatur II/c
Paramedik Veteriner Pelaksana
19 Romy Noce Wattimena
19741109 200603 1 001 Pengatur II/c POPT Pelaksana
20 Dewi Humalidi Pengatur II/c POPT Pelaksana
77
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
19770113 200604 2 001
21 Juded Sinay
19820803 200604 2 002 Pengatur II/c POPT Pelaksana
22 Ponira
19810306 200604 2 001 Pengatur II/c POPT Pelaksana
23 Merlin Johana Itja, A.Md.
19880515 201101 2 025 Pengatur II/c
Calon Verifikator Keuangan
24 Saidah Matital
19700222 200701 2 001 Pengatur II/c Bendahara Pengeluaran
25 Saleh Karim
19740224 200701 1 001 Pengatur II/c Fungsional Umum
26 Wagino, A.Md
19840626 201403 1 001 Pengatur II/c Calon POPT Pelaksana
27 Sri Hariyanti,A.Md
198609302014032002 Pengatur II/c
Calon Verifikator Laporan Keuangan
28 Grees S. Tuhumena
19791020 200604 2 002
Pengatur Muda Tingkat I
II/b Paramedik Veteriner
Pelaksana
29 Jetny H. Tuwatannassy
19730217 200812 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b Paramedik Veteriner
Pelaksana
30 Nova Anna Tanahitumessing
19751109 200812 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b Paramedik Veteriner
Pelaksana
31 Muhammad Yusuf
19790111 200812 1 003
Pengatur Muda Tingkat I
II/b Paramedik Veteriner
Pelaksana
32 Zainun Tongkonoo
19750525 200912 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b POPT Pelaksana
33 Marten Usman
19760512 200912 1 003
Pengatur Muda Tingkat I
II/b POPT Pelaksana
34 Abdullah
19781105 200312 1 001 Pengatur Muda II/a
Paramedik Veteriner Pelaksana
35 Mimi
198705122014032002 Pengatur Muda II/a
Calon Paramedik Veteriner Pemula
36 Ahmad Solikin
199408262015031001 Pengatur Muda II/a
Calon Paramedik Veteriner Pemula
6.1.2 Jabatan Fungsional
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional perkarantinaan
hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati dan nabati
sepenuhnya dilaksanakan oleh petugas fungsional sesuai dengan butir-
butir kegiatan jabatan fungsional berdasarkan SK. Menkowasbangpan
78
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
No. 60/Kep/MK/Waspan/9/1999 tanggal 30 September 1999 tentang
Jabatan Fungsional, Medik/Paramedik dan POPT. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan oleh petugas fungsional Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon berjalan sebagaimana mestinya dan tidak mengalami kendala
yang berarti. Daftarnama-nama petugas fungsional
(Medik/Paramedik/POPT) di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
adalah sebagai berikut :
Tabel 28. Daftar Pejabat Fungsional
No. Nama/NIP Pangkat Gol. Jabatan
1 Raden Eva Sugandi, SP.
19720304 199703 2 001 Penata Tingkat I III/d POPT Muda
2 Tariyani, SP
19710125 199003 2 001
Penata Muda Tingkat I
III/b POPT Penyelia
3 Nanik Nurjannah, SP.
19770118 200912 2 002
Penata Muda Tingkat I
III/b POPT Pertama
4 Isnaniah Tawainella, SP
19820519 201101 2 013. Penata Muda III/a POPT Pertama
5 Rahmiyati, SP.
19860607 201101 2 018 Penata Muda III/a POPT Pertama
6 Agni Nurani, A.Md.
19830501 200912 2 002
Pengatur Tingkat I
II/d Paramedik Veteriner
Pelaksana
7 Gunawan Slamet, A.Md.
19830921 201101 1 006
Pengatur Tingkat I
II/d Paramedik Veteriner
Pelaksana
8 Sopyan Pattilouw
19800523 200501 1 002 Pengatur II/c
Paramedik Veteriner Pelaksana
9 Marsel Atihuta
19810302 200501 1 001 Pengatur II/c
Paramedik Veteriner Pelaksana
79
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
6.1.3 Kenaikan Gaji Berkala
Dalam kurun waktu Tahun Anggaran 2016 beberapa pegawai
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon menerima kenaikan gaji
berkala sebanyak 8 (delapan) orang.
Tabel 29. Daftar Pegawai Penerima Kenaikan Gaji Berkala
No. Nama/NIP Pangkat Gol. TMT
1 Oktavianus Yan
19591007 198203 1 002 Penata III/c 01 April 2016
10 Suhendik
19720815 200604 1 001 Pengatur II/c POPT Pelaksana
11 Azis Baharuddin
19740528 200604 1 001 Pengatur II/c
Paramedik Veteriner Pelaksana
12 Romy Noce Wattimena
19741109 200603 1 001 Pengatur II/c POPT Pelaksana
13 Dewi Humalidi
19770113 200604 2 001 Pengatur II/c POPT Pelaksana
14 Juded Sinay
19820803 200604 2 002 Pengatur II/c POPT Pelaksana
15 Ponira
19810306 200604 2 001 Pengatur II/c POPT Pelaksana
16 Grees S. Tuhumena
19791020 200604 2 002
Pengatur Muda Tingkat I
II/b Paramedik Veteriner
Pelaksana
17 Jetny H. Tuwatannassy
19730217 200812 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b Paramedik Veteriner
Pelaksana
18
Nova Anna Tanahitumessing
19751109 200812 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b Paramedik Veteriner
Pelaksana
19 Muhammad Yusuf
19790111 200812 1 003
Pengatur Muda Tingkat I
II/b Paramedik Veteriner
Pelaksana
20 Zainun Tongkonoo
19750525 200912 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b POPT Pelaksana
21 Marten Usman
19760512 200912 1 003
Pengatur Muda Tingkat I
II/b POPT Pelaksana
22 Abdullah
19781105 200312 1 001 Pengatur Muda II/a
Paramedik Veteriner Pelaksana
80
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
6 Drh. Nur Rahmahtri Rahayu
19830216 201403 2 002
Penata Muda Tingkat I
III/b 01 Maret 2016
7 Arifin, SH
19770912 200701 1 001 Penata Muda III/a 01 September 2016
15 Sopyan Pattilouw
19800523 200501 1 002 Pengatur II/c 01 Februari 2016
24 Saidah Matital
19700222 200701 2 001 Pengatur II/c 01 September 2016
25 Saleh Karim
19740224 200701 1 001 Pengatur II/c 01 Agustus 2016
26 Wagino, A.Md
19840626 201403 1 001 Pengatur II/c 01 Maret 2016
27 Sri Hariyanti,A.Md
198609302014032002 Pengatur II/c 01 Maret 2016
29 Jetny H. Tuwatannassy
19730217 200812 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b 01 Februari 2016
30 Nova Anna Tanahitumessing
19751109 200812 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b 01 Februari 2016
31 Muhammad Yusuf
19790111 200812 1 003
Pengatur Muda Tingkat I
II/b 01 Febrauri 2016
32 Zainun Tongkonoo
19750525 200912 2 001
Pengatur Muda Tingkat I
II/b 01 Desember 2016
33 Marten Usman
19760512 200912 1 003
Pengatur Muda Tingkat I
II/b 01 Desember 2016
34 Abdullah
19781105 200312 1 001 Pengatur Muda II/a 01 Agustus 2016
35 Mimi
198705122014032002 Pengatur Muda II/a 01 Maret 2016
6.1.4 Kenaikan Pangkat
Selain kewajiban yang harus dijunjung tinggi, PNS juga mempunyai
hak, salah satunya adalah kenaikan pangkat. Selama tahun 2016
terdapat 8 (delapan) pegawai yang mendapatkan kenaikan pangkat. 1
(satu) dari bagian struktural yang mendapat kenaikan pangkat dari masa
kerja, 7(tujuh) pegawai pejabat fungsional yang mendapat kenaikan
pangkat dari angka kredit yang didapatkan dari kegiatan operasional di
lapangan.
81
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Daftar nama pegawai yang memperoleh kenaikan pangkat di
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon Tahun Anggaran 2016 adalah
sebagai berikut :
Tabel 30. Daftar Pegawai yang memperoleh Kenaikan Pangkat
No. Nama/NIP Pangkat/Gol. T.M.T
1 Arafah, SP
197107072003121002 Penata TK I / III d 01/04/2016
2 Isnaniah Tawainella, SP
198205192011012013 Penata Muda TK I / III b 01/04/2016
3 Rahmiyati, SP
198606072011012018 Penata Muda TK I / III b 01/04/2016
4 Agni Nurani, A.Md
198305012009122002 Penata Muda / III a 01/04/2016
5 Suhendik
197208152006041001 Pengatur TK I / II d 01/04/2016
6 Jetny Tuwatanassy
197302172008122001 Pengatur / II c 01/04/2016
7 Muhammad Yusuf
197901112008121003 Pengatur / II c 01/04/2016
8 Abdullah
197811052003121001 Pengatur / II c 10/10/2016
6.1.5 Penanggung Jawab Wilayah Kerja
Berdasarkan peraturan Menteri Pertanian Nomor :
46/Permentan/HK.340/8/2012 tanggal 4 Agustus 2010 tentang Tempat-
Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Hama dan
Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon memiliki 6 (Enam)
wilayah kerja adalah Pelabuhan Laut Yos Sudarso, Bandara Udara
Pattimura, Pelabuhan Laut Namlea, Pelabuhan Laut Tual, Pelabuhan
Laut Kobisadar dan Kantor Pos Ambon.
82
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Keenam wilayah kerja tersebut saat ini ditempatkan masing-
masing 1 (satu) orang penanggungjawab dalam pelaksanaan
perkarantinaan.Hal ini berdasarkan lalulintas Media Pembawa wajib
periksa karantina baik yang masuk maupun keluar di wilayah kerja
tersebut frekuensinya cukup banyak. Namun 1 (satu) wilayah kerja belum
setiap hari bertugaskarena frekuensi lalulintas Media Pembawanya masih
sangat rendah, namun tetap dilakukan pengawasan dengan cara
koordinasi pengawasan secara periodik dengan instansi tersebut. Nama-
nama pegawai yang bertugas di wilker Stasiun Karantina Pertanian Kelas
I Ambon per 31 Desember 2016 dapat dilihat pada rincian berikut :
Tabel 31. Daftar Penanggungjawab Wilker
No. Nama/NIP/Pangkat/Gol. Jabatan Nama Wilker
1 Raden Eva Sugandi, SP.
19720304 199703 2 001 Penata Tingkat I/III-d
Pelabuhan Laut Yos Sudarso
2 Gunawan Slamet, A.Md.
19830921 201101 1 006 Pengatur Tingkat I/II-d
Bandara Udara Pattimura
3 Marsel Atihuta
19810302 200501 1 001 Pengatur / II c
Pelabuhan Laut Tual
4 Azis Baharuddin
19740528 200604 1 001 Pengatur/II-c
Pelabuhan Laut Namlea
5 Abdullah
19781105 200312 1 001 Pengatur Muda/II-a
Pelabuhan Laut Kobisadar
6 Tariyani, SP
19710125 199003 2 001
Penata Muda Tingkat I/III-c
Kantor Pos Ambon
83
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
6.1.6 Mutasi
Pegawai yang mutasi pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon Tahun 2016 yaitu 4 (empat) orang tenaga fungsional
(keluar).Pegawai yang mutasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 32. Daftar Pegawai yang Mutasi
No. Nama/NIP Instansi Asal Instansi Baru
1. Azsaroh Sapto Rina, SP
19760705 200604 2032
SKP Kelas I Ambon
SKP Kelas I Sorong
2. Drh. Harianto
19820311200811008
SKP Kelas I Ambon
BBKP Soekarno Hatta
3. Hilarius, S.Sos
196210211989031002
SKP Kelas I Ambon
BKP Kelas I Palu
4. Drh. Yuan Kristina
198606112011012021
SKP Kelas I Ambon
BBKP Soekarno Hatta
6.1.7 Pensiun
Pada tahun 2016 pegawai yang memasuki usia pensiun pada
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon tidak ada.
6.1.8 Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Menjadi PNS
Tahun anggaran 2016, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon, mendapat tambahan calon pegawai negeri sipil sebanyak 1
orang, sesuai rincian tabel 35 berikut :
Tabel 33. Daftar CPNS menjadi PNSSKP Kelas I Ambon Tahun 2016
No. Nama/NIP Pangkat/Gol Jabatan
1. Ahmad Solikin
199408262015031001 Pengatur Muda/II-a
Calon Paramedik Veteriner Pemula
84
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
6.2 Serapan Anggaran Keuangan
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Ambon juga didukung dengan anggaran yang
bersumber dari APBN yang tersedia dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) TA. 2016 sebesar Rp.-
Pengelolaan Anggaran Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon
berdasarkan dalam DIPA Nomor : SP.DIPA.018.12.2.214157/2016
tanggal 7 Desember 2016 dengan sumber dana berasal dari rupiah murni
(RM). Penyelenggaraan Karantina Pertanian Kelas I Ambon.
Rupiah murni : RP. 13.789.695.000,-
Dibiayai PNBP : RP. 25.107.000,- Total : Rp.13.814.802.000,-
85
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 34. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Sumber Dana
Uraian Anggaran (Rp.) Realisasi Belanja
(Rp.) Persentase
(%)
Rupiah Murni 13.789.695.000 11.668.519.976 84,61
PNBP 25.107.000 25.102.000 99,98
Jumlah 13.814.802.000 11.693.621.976 84,65
Tabel 35. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja
Kode Jenis Bel.
Uraian Jenis Belanja
Anggaran (Rp)
Realisasi Belanja (Rp)
Persentase (%)
51 Belanja Pegawai 2.584.672.000 2.450.148.224 94,80
52 Belanja Barang 3.594.520.000 3.243.577.152 90,24
53 Belanja Modal 7.635.610.000 5.999.896.600 78,58
Jumlah 13.814.802.000 11.693.621.976 84,65
Tabel 36. Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja
Kode Jenis Bel.
Uraian Jenis Belanja Realisasi Pengembalian
Belanja (Rp)
51 Belanja Pegawai 3.465.090
52 Belanja Barang -
53 Belanja Modal -
Jumlah 3.465.090
Anggaran pegawai Tahun 2016sebesar Rp 2.584.672.000,- yang
telah digunakan untuk keperluan gaji pokok, tunjangan suami/istri,
tunjangan anak, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, tunjangan
pajak, tunjangan beras, belanja uang makan, tunjangan umum, belanja
uang lembur, tunjangan khusus terealisasi sebesar Rp.2.450.148.224,-
yang dianggap mencapai 84,80 % dengan pengembalian sebesar
Rp.3.465.090
86
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 37. Rincian Realisasi Belanja Modal
Kode Jenis Bel.
Uraian Jenis Belanja
Anggaran (Rp)
Realisasi Belanja (Rp)
Persentase (%)
531111 BM Tanah 6.000.000.000 4.379.851.500 72,99
532111 BM Peralatan dan Mesin
938.411.000 938.411.000 100
533111 BM Gedung dan Bangunan
714.500.000 699.284.100
97,87
Jumlah 7.652.911.000 6.377.546.600 83,33
6.3 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagai sumber
penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang berasal dari
pelayanan jasa tindakan karantina dan pengeluaran barang/fasilitas untuk
negara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012 tentang
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak dilakukan pemungutan
oleh Bendaharawan Penerima di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon dan Pembantu Bendaharawan khusus di tempat wilayah kerja.
Dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2012
tentang PNBP termasuk lancar dan tidak terlalu mengalami permasalahan
baik secara administrasi maupun teknis operasional di lapangan, berkat
sosialisasi dari pihak pelayanan teknis di lapangan secara kontinu.
Bulan September 2016 PNBP mengunakan peraturan pemerintah
No. 35 Tahun 2016 Tentang PNBP Kementerian Pertanian.
Perbandingan antara target dan penerimaan dalam 3 tahun terakhir
adalah sebagai berikut :
87
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 38. Perbandingan antara Target dan Penerimaan (TA. 2014 –
2016)
No. Target
Penerimaan 2014 2015 2016
1 Target 58.000.000 55.000.000 50.274.057
2 Penerimaan 84.660.244 90.507.253 144.447.684
Persentase 145.97% 164.56% 287,32 %
Sebagaimana tabel diatas, selama 3 (tiga) tahun terakhir
penerimaan jasa karantina melebihi target yang telah ditetapkan oleh
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon setiap tahunnya.
Hal ini disebabkan karena petugas teknis dan fungsional karantina
hewan dan karantina tumbuhan yang bertugas di lapangan bekerja
dengan baik sehingga target yang ditetapkan dapat melebihi
penerimaan setiap tahunnya.Tahun 2016 dicapai Rp. 144.447.684,-
.atau 287,32 % dari target Rp.50.274.057,- Perolehan PNBP ini terjadi
fluktuasi setiap tahunnya, namun fluktuasi yang terjadi tidak
memberikan perbedaan yang signifikan dari tahun 2014 sampai dengan
tahun 2016.
6.4 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung pelaksanaan tupoksi Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Ambon perlu didukung sarana dan prasarana yang ada. Sebagai
hasil dari rekonsiliasi TA. 2016 maka posisi Barang Milik Negara (BMN) di
Neraca (per tangggal 31 Desember 2016) sebagai berikut :
88
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
Tabel 39. Posisi Barang Milik Negara di Neraca Per Tanggal 31 Desember 2016
Kode Uraian Nilai
117111 Barang konsumsi 383.856.315
117113 Bahan untuk pemeliharaan
117114 Suku cadang
117131 Bahan baku
117199 Persediaan lainnya
131111 Tanah 5.689.297.500
132111 Peralatan dan Mesin 4.615.570.397
133111 Gedung dan Bangunan 7.851.478.285
134112 Irigasi 107.333.250
134113 Jaringan 44.500.000
136111 Konstruksi dalam Pengerjaan -
137111 Akumulasi Penyusutan Peralatan
dan Mesin
(3.328.669.278)
137211 Akumulasi Penyusutan Gedung
dan Bangunan
(1.219.335.488)
137312 Akumulasi Penyusutan Irigasi (53.045.512)
137313 Akumulasi Penyusutan Jaringan (9.129.153)
162151 Software 6.115.000
166112 Aset Tetap yang tidak digunakan
dalam operasional Pemerintahan
156.756.000
169122 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
yang tidak digunakan dalam
operasinal Pemerintahan
(156.756.000)
Jumlah 14.087.971.316
Pada Tahun Anggaran 2016 kegiatan pengadaan sarana dan
prasarana adalah :
a. Pembelian Tanah untuk Gedung Kantor SKP 3.023M2
b. Pembelian Kendaraan Roda 4 ( 1 Unit )
c. Pembelian Kendaraan Roda 2 (4 unit)
d. Pembelian Meubelair Namlea ( 19 unit )
e. Pembelian Meubelair Tual (29 Unit )
89
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
f. Pembelian Meubelair Bandara ( 7 Unit )
g. Pembelian Alat Pengolah Data (19 unit)
h. Pembelian Fasilitas Gedung (12 Unit )
i. Peralatan Mesin ( 3 Unit )
j. Pembangunan Pagar ( 1000M2 )
k. Teralis Jendela dan Pintu Kobisadar ( 36 unit )
Posisi aset Milik Negara pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon.
a. Tahun (2015) sebesar : Rp.12.510.913.832,-
b. Tahun (2016) sebesar : Rp. 18.469.960.432,-
Sepanjang tahun (2016) terdapat penambahan nilai aset sebesar Rp
5.959.046.600,- sedangkan pengurangan aset sebesar Rp. 57.490.000.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.
6.4.1 Gedung dan Bangunan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon telah memiliki
bangunan berupa bangunan gedung kantor permanen, bangunan gudang
tertutup permanen, bangunan gedung instalasi lainnya, bangunan gedung
laboratorium permanen, bangunan rumah sakit hewan, bangunan
oceanarium/observatorium semi permanen, gedung pos jaga permanen,
bangunan gedung garasi/pool lainnya, gedung pemotong hewan
permanen, bangunan terbuka lainnya, rumah negara golongan II Tipe A
semi permanen, rumah negara golongan III Tipe C semi permanen dan
pagar permanen.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran laporan
tahunan ini.
90
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
6.4.2 Kendaraan Bermotor
Jumlah kendaraan bermotor roda 4 dan roda 2 sampai dengan
tahun 2015 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon :Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran laporan tahunan ini.
Tabel 40. Perincian Kendaraan Bermotor
No. Jenis Kendaraan
Bermotor Jumlah (unit)
Keterangan
1. Kendaraan Roda-4 6 5 (mini bus) dan 1 Pick up
2. Kendaran Roda-2 21
Jumlah 27
6.5 Penghapusan Barang Milik Negara
Tahun 2016, Staiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon melakukan
usulanpenghapusan barang milik Negara berupa kendaraan bermotor
sebanyak 4 (empat) unit.
6.6 SOP
Dalam pelaksanaan dan penyempurnaan SOP lingkup Stasiun
Karantina Pertanian terus dilakukan sebagai bentuk dukungan reformasi
birokrasi. Penyempurnaan SOP Unit Pelaksana Teknis di daerah selaras
dengan Permentan No. 61 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian yang dilakukan oleh Badan Karantina Pertanian
selaku pemangku kebijakan di tingkat pusat.
91
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
6.7 IPNBK
Berdasarkan hasil dari pengolahan data dari kuisioner terhadap
pegawai Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon, maka telah
didapatkan hasil bahwa nilai Kualitas Budaya Kerja Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Ambon pada Tahun 2016 adalah 94,20dengan jumlah
responden 39 orang. Dengan demikian kinerja pegawai termasuk kategori
baik. Nilai ini menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2015 dengan
nilai IPNBK adalah 94,27 dengan jumlah responden 39 orang.
6.8 IKM
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon terutama di unit-unit
pelayanan teknis wilker merupakan salah satu komponen unit pelayanan
publk. Hasil evaluasi kuisioner IKM UPT Stasiun Karantina Pertanian
tahun 2016dengan nilai IKMtahap I 81,31 dari 85 responden dan tahap
II85,43 dari 30 responden. Nilai ini menurun apabila dibandingkan dengan
tahun 2016 dengan nilai IKM tahap I 84,16 dari 111 responden dan tahap
II 84,88 dari 84 responden.Hal ini menunjukkan bahwa respon terhadap
keberadaan karantina dan kegiatan karantina berkurang, Hal ini
disebabkan kurangnya sosialisasi dan koordinasi tingkat instansi terkait
dalam penyelenggaraan perkarantinaan di wilayah Maluku pada
umumnya.
92
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan selama tahun anggaran 2016sebagaimana
yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
• Penyelenggaraan kegiatan tahun 2016 baik penyelenggaraan
administrasi ketatausahaan maupun operasional perkarantinaan pada
umumnya dapat berjalan dengan baik. Namun dengan keterbatasan
sumber daya manusia yang dimiliki berbagai kendala masih dijumpai
serta minimnya fasilitas yang dimiliki di wilayah kerja berupa sarana
jaringan internet.
• Pelaksanaan tugas pokok di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Ambon dan wilayah kerjanya berjalan baik, dengan dukunganinstansi
terkait dan pemerintah daerah setempat sebagai pemegang kebijakan
di daerah dengan adanya peraturan pelarangan media pembawa
komoditi hewan unggas untuk masuk ke Propinsi Ambon dan
pelarangan keluar untuk hewan anjing.
• Hasil pemantauan didapatkan sebaran peta status dan situasi Hama
Penyakit Hewan Karantina (HPHK) yang terdiri atas 2 penyakit yang
terverifikasi dari hasil pengujian laboratorium yaitu Rabies dan
Brucellosis. Laporan kasus dan kejadian penyakit berdasarkan gejala
klinis yang ditemukan terdiri atas 8 penyakit yaitu ND, Scabies,
Stephanofilariasis, Brucellosis, Canine, Parvovirus, Hog, Cholera, Ring
Worm, Contagious Ecthyma (ORF), dan Merek’sDiseasesserta
93
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
spenyakit AI yang pada tahun 2007 terjadi outbreak di P. Ambon
namun saat ini tidak ditemukan lagi kasus.
• Hasil pemantauan OPTK tahun 2016di 2 (dua) lokasi pemantauan
yaitu di Kabupaten Maluku Tengah dan kabupaten Buru diperoleh
kesimpulan bahwa, jenis OPTK yang ditemukan adalah :
Paraecosmetus pallicornis pada tanaman padi di Kabupaten Maluku
Tengah, Liberobacter asiaticum pada tanaman jeruk di Kabupaten
Maluku Tengah, Conopomorpha cramerella pada tanaman kakao di
Kabnupaten Maluku Tengah, Sexava nubila pada tanaman Kelapa di
Desa Siatele Kabupaten Maluku Tengah dan Bactrocera musae, B.
occipitalis pada hasil trapping di Kabupaten Maluku Tengah.
• Pada beberapa wilayah kerja (Wilker) Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Ambonbelum ditempatkan petugas Karantina karena
keterbatasan sumber daya manusia dan belum ditetapkan sebagai
pintu pemasukan dan pengeluaran.
7.2 Saran
Saran yang dapat Kami tuliskan untuk lebih meningkatkan kinerja
yang akan datang, antara lain sebagai berikut :
1. Peningkatan dukungan teknis dan anggaraan untuk peningkatan
sarana laboratorium (alat, bahan) sebagai scientificbase dalam rangka
pemeriksaan uji diagnostik baik Media Pembawa hewan dan tumbuhan
untuk menuju karantina yang tangguh dan terpercaya dalam
melindungi kelestarian sumber daya hayati, hewan dan tumbuhan,
lingkungan dan keanekaragaman hayati serta keamanan pangan.
94
Capaian Kinerja SKP Kelas I Ambon TA. 2017
2. Peningkatan sosialisasi secara terus menerus kepada pengguna jasa
baik karantina hewan maupun karantina tumbuhan.
3. Peningkatan pembinaan dan koordinasi pusat sehingga UPT di daerah
dapat diberdayakan dan meningkatkan tugas dan fungsinya dalam
melakukan tindakan karantina hewan dan karantina tumbuhan baik di
pre-border, border dan post-border.
4. Peningakatan koordinasi terus menerus antara instansi terkait dalam
pengawasan karantina hewan dan karantina tumbuhan baik di
pelabuhan maupun di bandara udara.
5. Langkah-langkah antipasi peningkatan pengawasan lalulintas di
tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran, serta perlu adanya kajian
untuk pelaksanaan pengendalian dan penanggulangan pada daerah
terancam yang berpotensi penularan penyakit serta kesiapan daerah
terancam dalam hal antisipasi penularan penyakit.
6. Peningkatan jejaring informasi yang terintegasi antara peta HPHK dan
peta PHMS Dirjennak yang didukung surveilans BBVET/BPPV dan
pemantauan HPHK serta Data Kabupaten/Kota/Propinsi.
7. Penambahan dan penempatan sumberdaya manusia khusunya pintu-
pintu pengeluaran dan pemasukan dengan lalulintas media pembawa
komoditi hewan dan tumbuhan yang jumlah dan frekuensinya banyak
dan diindikasi sering terjadi pelanggaran.