cara berwudhu nabi muhammad saw
TRANSCRIPT
MAKALAH
TATA CARA BERWUDHU
MENURUT NABI MUHAMMAD SAW
Nama Kelompok :1. Faisal Agus 121310462. Anang Febrianto 121309183. Panji Biru 121326894. Hadwi Septafandhi 121309205. Rian Pambudi 12133396
Kelas: 12.2A.09
JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih sayang Nya
dan meluangkan waktu kepada kami untuk menyelesaikan makalah Pendidikan Agama Islam
yang berjudul " Tata Cara Berwudhu Menurut Tuntunan Nabi Muhammad Saw.".
Makalah tentang tata cara berwudhu menurut tuntunan Nabi Muhammad Saw. ini diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Ialam. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh tentang tata cara berwudhu menurut
tuntunan Nabi Muhammad Saw.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………2
Daftar Isi …………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………4
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………5
C. Tujuan …………………………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………6
A. Pengertian Wudhu ………………………………………………………………………6
B. Syarat-syarat Wudhu ………………………………………………………………………6
C. Tata Cara Wudhu …………………………………………………………………………………6
D. Sunnah Wudhu …………………………………………………………………………………16
E. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu ……………………………………………………………22
F. Hadits-hadits Tentang Wudhu ……………………………………………………………24
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………………28
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………29
B. Saran …………………………………………………………………………………30
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..............33
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dikarenakan wudhu adalah ibadah yang sangat agung yang merupakan syarat sah ibadah shalat
seseorang. Wudhu merupakan bukti keimanan yang tak terlihat secara kasat mata. Mirip
dengan orang yang berpuasa. Tak ada orang yang menjaga wudhunya kecuali karena alasan
keimanan. Wudhu telah ditetapkan berdasarkan Alquran, as-sunnah, dan ijma,
Yang menjadi dasar Al-quran adalah firman Allah SWT ,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
4
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maidah :6)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu, kemudian dia membasuh wajahnya
maka akan keluar dari wajahnya bersama air itu -atau bersama tetesan air yang terakhir- segala
kesalahan yang dia lakukan dengan pandangan kedua matanya. Apabila dia membasuh kedua
tangannya maka akan keluar dari kedua tangannya bersama air itu -atau bersama tetesan air
yang terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan kedua tangannya. Apabila dia
membasuh kedua kakinya maka akan keluar bersama air -atau bersama tetesan air yang
terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan kedua kakinya, sampai akhirnya dia akan
keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata cara berwudhu ?
2. Hadist yang menjelaskan tentang berwudhu ?
C. Tujuan
Tujuan membuat makalah ini selain daripada untuk melengkapi tugas, juga yang paling sangat
pentingnya yaitu untuk bahan belajar dan untuk menambah wawasan pengetahuan kami dan
semua orang yang membaca makalah ini.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian wudhu
Berwudhu adalah mensucikan bagian tubuh terhadap hadast kecil sebelum melaksanakan
ibadah kepada Allah SWT, berwudhu biasanya dilakukan dengan menggunakan air bersih,
mengalir dan tidak berbauh serta tidak berubah warna airnya. Tetapi air dapat diganti dengan
debuh apabila keadaan tidak memungkinkan yang biasanya disebut sebagai tayamum, Misalnya
seperti sakit tidak boleh terkena air atau memang bahkan sama sekali tidak ada air.
B. Syarat-syarat wudhu
Wudhu mempunyai syarat-syaratnya yang sebagiannya merupakan syarat-syarat ibadah yang
lainnya juga. Yaitu Islam, berakal, tamyyiz, niat, menggunakan air yang suci, menghilangkan apa
yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit, seperti tanah, cat, dan yang lainnya.
C. Tata cara wudhu
Cara Berwudhu Nabi Muhammad SAW :
1. Pertama, siapkan air yang suci, kemudian berniat untuk berwudhu dengan tujuan
melaksanakan kewajiban yang membolehkan melaksanakan shalat. Tidak diisyaratkan
menghadirkan niat dengan suara keras bahkan melebih-lebihkannya, tetapi cukuplah berniat
dalam hati bahwa berniat untuk berwudhu.
Selanjutnya membaca basmalah.
Rasulullah bersabda:
"Tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah" (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Al-Irwa' (81).
6
Dan apabila ia lupa, maka dia bisa membacanya tatkala dia ingat ketika masih berwudhu,
namun apabila dia ingat tatkala selesai berwudhu maka tidaklah mengapa dia tidak membaca
basmalah. Adapun dalil gugurnya kewajiban mengucapkan basmalah kalau lupa atau tidak tahu
adalah_hadits: “Dimaafkan untuk umatku, kesalahan dan kelupaan.”
Sambil mencuci kedua telapak tangan sampai pergelangannya, tiga kali dengan menyela-nyelai
sela-sela jari dan menggosok-gosok kedua telapak tangan dengan baik.
Kemudian mengambil air dengan kedua telapak tangan dan memasukkan air itu kedalam mulut,
lalu berkumur-kumur tiga kali dan usahakanlah menggunakan bersiwak (atau menyikat gigi)
untuk membersihkan gigi dalam berkumur. Jika tidak menggunakan siwak (sikat gigi), maka
gosoklah gigi dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
7
Kemudian mengambil air dengan telapak tangan kanannya sambil sebagian dimasukkan
kedalam mulut ( madhmadhoh ) dan sebagian dimasukkan / di hirup ke dalam hidung
( istinsyaq ) kemudian membuangnya dengan bantuan tangan kirinya ( istintsar ). Tatkala air
masih di dalam mulut maka di usahakan air tersebut dikumur-kumur ( Bhs jawa : kemu ), begitu
juga dengan yang ada di dalam hidung sehingga kotorannya dapat keluar
2. Setelah membersihkan hidung dilanjutkan dengan membasuh wajah sebanyak tiga kali dan
harus benar-benar meratakan air ke seluruh wajah, bagian luar bulu mata dan seluruh wajah.
8
Dan jika rambut yang ada pada muka tipis, maka wajib dicuci hingga pada kulit dasarnya. Tetapi
jika tebal maka wajib mencuci bagian atasnya saja, namun disunnahkan mencelah-celahi
rambut yang tebal tersebut.
Karena Rasulullah selalu mencelah-celahi jenggotnya di saat berwudhu.
(Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa)
9
3. Setelah membasuh wajah, selanjutnya mencuci kedua tangan sampai sikut, tiga kali, dimulai
dari tangan kanan, lalu tangan kiri.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, beliau berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya sangat menyukai mendahulukan yang kanan dalam
hal mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan dalam segala macam urusan beliau.” (HR. Bukhari
dalam Kitab al-Wudhu’)
Membasuh kedua telapak tangan tiga kali
Dari Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa Atha’ bin Yazid al-Laitsi mengabarkan kepadanya
10
Humran bekas budak Utsman memberitakan kepadanya bahwa Utsman bin Affan
radhiyallahu’anhu meminta diambilkan air wudhu kemudian dia berwudhu dengan membasuh
kedua telapan tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian dia berkumur-kumur dan ber-istintsar
(mengeluarkan air yang dihirup ke hidung, pent). Kemudian dia membasuh wajahnya tiga kali.
Kemudian dia membasuh tangan kanannya hingga siku sebanyak tiga kali. Kemudian dia
membasuh tangan kiri seperti itu pula. Kemudian dia mengusap kepalanya. Kemudian dia
membasuh kaki kanannya hingga mata kaki sebanyak tiga kali. Kemudian dia membasuh kaki
kiri seperti itu pula. Kemudian Utsman berkata: Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dulu berwudhu seperti yang kulakukan tadi. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barang siapa yang berwudhu seperti caraku berwudhu ini kemudian bangkit
dan melakukan sholat dua raka’at dalam keadaan pikirannya tidak melayang-layang dalam
urusan dunia niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” Ibnu Syihab
mengatakan, “Para ulama kita dahulu mengatakan bahwa tata cara wudhu seperti ini
merupakan tata cara wudhu paling sempurna yang hendaknya dilakukan oleh setiap orang.”
(HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah, diriwayatkan pula oleh Bukhari dalam Kitab al-Wudhu’
dengan redaksi yang agak berbeda)
11
4. Selanjutnya mengambil air dengan telapak tangan, lalu mengibaskannya, kemudian usap
usap kepala dengan kedua telapak tangan dari mulai bagian depan sampai ke bagian belakang.
Boleh juga mengusap sebagian kepala dengan satu telapak tangan.
Mengusap kepala, haruslah dibedakan dengan mengusap dahi atau sebagian kepala. Sebab
Allah swt memerintahkan:
”Dan usaplah kepala-kepala kalian…” (Al-Maidah: 6).
Rasulullah mencontohkan tentang caranya mengusap kepala, yaitu dengan kedua telapak
tangannya yang telah dibasahkan dengan air, lalu ia menjalankan kedua tangannya mulai dari
bagian depan kepalanya ke belakangnya tengkuknya kemudian mengambalikan lagi ke depan
kepalanya. (HSR. Bukhari, Muslim, no. 235 dan Tirmidzi no. 28 lih. Fathul Baari, I/251)
Setelah itu tanpa mengambil air baru Rasulullah langsung mengusap kedua telingannya.
Dengan cara memasukkan jari telunjuk ke dalam telinga, kemudian ibu jari mengusap-usap
kedua daun telinga. Karena Rasulullah bersabda: ”Dua telinga itu termasuk kepala.” (HSR.
Tirmidzi, no. 37, Ibnu Majah, no. 442 dan 444, Abu Dawud no. 134 dan 135, Nasa’i no. 140)
12
Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah, no. 995 mengatakan: “Tidak terdapat di
dalam sunnah (hadits-hadits nabi saw) yang mewajibkan mengambil air baru untuk mengusap
dua telinga. Keduanya diusap dengan sisa air dari mengusap kepala berdasarkan hadits
Rubayyi’:
Bahwasanya Nabi saw mengusap kepalanya dengan air sisa yang ada di tangannya. (HR. Abu
Dawud dan lainnya dengan sanad hasan)
Dalam mengusap kepala Rasulullah melakukannya satu kali, bukan dua kali dan bukan tiga kali.
Berkata Ali bin Abi Thalib ra : “Aku melihat Nabi saw mengusap kepalanya satu kali. (lihat
_Shahih Abu Dawud, no. 106). Kata Rubayyi bin Muawwidz: “Aku pernah melihat Rasulullah
saw berwudhu’, lalu ia mengusap kepalanya yaitu mengusap bagian depan dan belakang
darinya, kedua pelipisnya, dan kedua telinganya satu kali.“ (HSR Tirmidzi, no. 34 dan Shahih
Tirmidzi no. 31)
13
Rasulullah saw juga mencontohkan bahwa bagi orang yang memakai sorban atau sepatu maka
dibolehkan untuk tidak membukanya saat berwudhu’, cukup dengan menyapu diatasnya, (HSR.
Bukhari dalam Fathul Baari I/266 dan selainnya) asal saja sorban dan sepatunya itu dipakai saat
shalat, serta tidak bernajis.
Adapun peci/kopiah/songkok bukan termasuk sorban, sebagaimana dijelaskan oleh para Imam
dan tidak boleh diusap diatasnya saat berwudhu’ seperti layaknya sorban. Alasannya karena:
1. Peci/kopiah/songkok diluar kebiasaan dan juga tidak menutupi seluruh kepala.
2. Tidak ada kesulitan bagi seseorang untuk melepaskannya.
Adapun Kerudung, jilbab bagi wanita, maka dibolehkan untuk mengusap diatasnya, karena
ummu Salamah (salah satu isteri Nabi) pernah mengusap jilbabnya, hal ini disebutkan oleh Ibnu
Mundzir. (Lihat al-Mughni, I/312 atau I/383-384).
5. Seusai mengusap kedua telinga dilanjutkan dengan mencuci kedua kaki, tiga kali, sampai
kedua mata kaki, dimulai dengan kaki kanan, lalu kaki kiri dengan menyela-nyelai jari kaki dan
menggosok-gosokkan dengan baik. Adapun tentang mencuci lutut,tidak ada sesuatu pun
keterangan dari Nabi Muhammad SAW. Dengan selesainya mencuci kaki, selesailah kamu
berwudhu.
14
Orang yang tangan atau kakinya terpotong, maka ia mencuci bagian yang tersisa yang wajib
dicuci.Dan apabila tangan atau kakinya itu terpotong semua maka cukup mencuci bagian
ujungnya saja.
6. Setelah selesai berwudhu mengucapkan do’a sebagaimana yang diajarkan Nabi berdasarkan
hadist yang diriwayatkan oleh Umar, katanya, “Berkata Rasulullah, ‘Tidaklah salah seorang
diantara kalian berwudhu dan meyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan:
Asyhadu allaa ilaaha illallooh wahdahulaa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu
wa rosuuluh
Artinya :
"Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar
kecuali hanya Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan
15
utusan Allah”. Melainkan dibukakan untuknya delapan pintu syurga, ia dapat masuk dari mana
saja yang ia kehendaki”(H.R. Muslim).
D. Sunnah wudhu
1. Membaca Basmalah
Dirawaikan oleh Al-Nasa’i dengan sanad yang baik dari Anas r.a. yang berkata:
“Beberapa sahabat meminta air untuk berwudu. Rasulullah Saw. Lalu bertanya,”Apakah
diantara kalian ada yang punya air?’ Rasulullah Saw. Lalu memasukan tangannya ke dalam air
dan bersabda,’Berwudulah dengan mengucapkan basmalah!’(maksudnya, membaca basmalah
ketika memulai wudhu) Anas r.a berkata,’Aku melihat air keluar dari jari-jari Rasulullah Saw.
Hingga semua orang yang bersamanya dapat berwudhu,’”(Al-Nasa’i,Al-Thaharah, Bab “Al-
Tasmiyah ‘Inda al-Wudhu’”, hadis no 78.)
2. Mencuci dua telapak tangan sebelum memasukkannya kedalam bejana(berisi air)
3. Berkumur-kumur
Mengenai berkumur, ada hadits yang diketengahkan oleh Imam Abu Daud seperti berikut,
sabda Nabi Salallahu Alaihi was Salaam:
”Apabila kamu berwudhu, maka berkumurlah”.
Hadits ini mengandung perintah untuk berkumur dalam berwudhu.
Ada hadits diceritakan oleh Imam Ali yang menjelaskan mengenai berkumur dan istinstar
(mengeluarkan air dari lobang hidung) setelah istinsyaq (memasukkan air kedalam lubang
hidung) sebagai berikut:
16
”Kemudian Rasulullah Salallahu Alaihi was Salaam berkumur dan ber-istinstar sebanyak tiga
kali, beliau berkumur dari sekali cedok tangan yang ia gunakan untuk mengambil air.” (Riwayat
Abu Daud dan Nasa’i)
Ada hadits lain yang menyatakan bahwa madhmadhah (berkumur) disunnatkan, dan ketika
istinstar dengan menghembuskan air dari lubang hidung dipergunakan tangan kiri untuk
memegang batang hidung:
Dari Abdu Khoir radhiyallahu anhu berkata ”Ali pernah meminta wudhu, maka beliau pun
berkumur-kumur serta menghirup air ke hidungnya dan menghembuskan dengan tangan
kirinya (menggunakan tangan kiri untuk memegang hidungnya). Beliau berbuat demikian tiga
kali. Akhirnya berkata ’Beginilah cara wudhu Rasulullah Salallahu Alaihi was Salaam.” (Hadits
Riwayat Ahmad dan An-Nasa’i)
4. Menghirup air dengan hidung
Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat, kecuali jika dalam keadaan berpuasa
17
maka ia tidak mengeraskannya, karena dikhawatirkan air masuk ke dalam tenggorokan.
Rasulullah bersabda :
"Keraskanlah di dalam menghirup air dengan hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa".
(Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani dalam shahih Abu Dawud (629))
“Dari Abu Hurairah ra. Berkata : Rasulullah saw. Bersabda :
“Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka hendaknya ia memasukkan air ke
hidung dan menghembuskannya sampai tiga kali, karena sesungguhnya syaitan itu bermalam di
lubang hidungnya.
5. Mengusap seluruh rambut kepala
“Abdullah bin Zaid r.a pernah ditanya (oleh beberapa orang) tentang wudhu Nabi Saw. Dia lalu
meminta bejana berisi air, Kemudian mengajarkan cara berwudhu Nabi Saw. Kepada mereka .
(Mula-mula) Dia menuangkan air dari bejana ke tangannya, lalu membasuh kedua telapak
tangannya tiga kali. Kemudian, dia memasukkan dua telapak tangannya ke dalam bejana, lalu
menyauk air dengan dua telapaknya untuk berkumur, istinsyaq ( menghirup air ke dalam
hidung), dan istintsar (menyerot air sambil mengeluarkannya) dengan tiga kali saukan. [Dalam
riwayat lain: Dia menyauk air dengan satu telapak tangan untuk berkumur dan istinsyaq. Dia
melakukannya tiga kali. ] setelah itu, dia memasukan telapak tangannya lalu menciduk air untuk
membasuh wajah tiga kali, kemudian membasuh tangan sampai siku dua kali. Setelah itu, dia
memasukkan telapak tangannya ke dalam bejana, lalu mengusap kepala bagian depan dua kali
18
dan bagian belakang sekali, kemudian membasuh kaki hingga mata kaki,” (Al-Bukhari, Al-
Wudhu’, Bab “Ghusl al-Rijlain ila al-Ka’bain”, dan Bab “Man Madhmadha wa istansyaqa min
Ghufah Wahidah”, hadis no.184, 188; Muslim, Al-Thaharah, Bab “Fi Wudhu’ Al-Nabi Saw.”,
hadis no.235).
6. Membasuh kedua telinga pada bagian luar dan dalam dengan air yang baru diambil
“Bahwasanya Nabi Saw. Mengusap kepala dan telinganya pada bagian luar dan dalam,” (Al-
Tirmidzi, Al-Thaharah, Bab “Ma Ja’a fi Mash al-udzunain Zhahirihima wa Bathinihima”’ hadis no.
36. Al-Tirmidzi berkata: Kualitas hadis ini hasan sahih).
Dalam riwayat AL-Nasa’i dikatakan:
“Nabi Saw. Mengusapkan kepalanya(rambut kepala) dan kedua telinganya. Bagian dalam
telinga diusap dengan jari telunjuk, dan bagian luarnya diusap dengan ibu jari,” (Al-Nasa’i, Al-
Thaharah, Bab “Mash al-Udzunain Ma’a al-Ra’s wa Ma Yastadillu bihi ‘ala Annahuma min al-
Ra’s”, hadis no. 102).
7. Menyela-nyela (mengusap) jenggot yang lebat dengan air
“Ketika Rasulullah Saw. Berwudhu, beliau mengambil air dengan telapak tangannya, lalu
mengusapkannya ke bawah dagunya. Kemudian, beliau menyela-nyela jenggotnya seraya
berkata, ‘Beginilah Tuhanku memerintahkanku,’” (Abu Dawud, Al-Thaharah, Bab “Takhlil al-
Lihyah”, hadis no. 145).
19
8. Menyela- nyela jari-jari tangan dan kaki
“Aku berkata kepada Nabi Saw., ‘wahai Rasulullah, ajarkanlah aku cara bewudhu.’ Rasulullah
menjawab, ‘Sempurnakanlah wudhu! Sela selalah bagian di antara jari-jarimu, lalu hiruplah air
ke hidung (istinsyaq) dengan kuat, kecuali engkau sedang berpuasa.’”
Ketentuan berkumur-kumur dianalogikan (di-qiyas-kan) dengan menghirup air ke hidung
(istinsyaq) yang disebutkan dalam hadis di atas karena keduanya memiliki maksud yang sama,
yaitu membersihkan rongga mulut dan hidung. Bagi orang yang berpuasa, berkumur dan
menghirup air ke hidung tidak dianjurkan karena khawatir menyebabkan air masuk ke rongga
tubuh (sehingga membatalkan puasa). (Abu Dawud, Al-Thaharah, Bab “Fi al-Istintsar”, hadis
no.142, 144; Al-Tirmidzi, Al-Shaum, Bab “Ma Ja’a fi Karahiyah al-Mubalagah fi al-Istinsyaq”,
hadis no. 87; Ibnu Majah, Al-Thaharah, Bab “Al-Mubalaghah fi al-Istinsyaq wa al-Isyintsar”,
hadis no. 407).
9. Mendahulukan bagian wudhu yang kanan dari yang kiri
“.. kemudian ibnu ‘Abbas mengambil satu ciduk air untuk membasuh tangan kanannya, lalu
mengambil satu ciduk lagi untuk membasuh tangan kirinya. Kemudian, dia mengusap
kepalanya. Setelah itu, dia mengambil satu ciduk air untuk dipercikan pada kaki kanannya, lalu
dia membasuh kaki kanannya. Kemudian, dia mengambil satu ciduk air untuk membasuh kaki
kirinya. Setelah itu, dia berkata, ‘Beginilah aku melihat Rasulullah Saw. Berwudhu,’”(Al-Bukhari,
Al-Wudhu’, Bab “Gushl al-Wajh bi al-Yadain min Gurfah Wahidah”, hadis no. 140).
Dalam hadis lain, ‘A’isyah r.a. menyebutkan:
“Nabi Saw. Sangat menyukai sikap mendahulukan bagian kanan (tayammum) ketika memakai
sandal, menyisir rambut (tarajjul), bersuci, dan dalam melakukan kebaikan, “(Al-Bukhari, Al-
Wudhu’, Bab “Al-Tayammum fi al-Thuhuri wa al-Ghusl”, hadis no.166; Muslim, Al-Thaharah,
Bab “Al-Tayammum fi al-thuhuri wa Ghairih”, hadis no. 268).
Makna “yu’jibuhu” adalah “yuhibbu”, artinya: sangat menyukai, atau mengagumi sesuatu yang
memiliki keindahan. Maksud “al-tayammum” adalah menggunakan anggota tubuh yang kanan
untuk melakukan sesuatu atau memulai dengan bagian yang kanan dalam setiap kebaikan.
20
Makna “tarajjul” adalah meminyaki (membasahi) rambut dan menyisirnya. Maksud “bersuci”
ialah membersihkan tubuh dari hadas dan najis (seperi wudhu dan mandi).
Medahulukan bagian yang kanan (tayammum) harus dilakukan pada hal-hal yang baik dan
positif. Sedangkan pada saat melakukan hal-hal yang kotor dan menjijikan dahulukan bagian
yang kiri, seperti ketika beristinja dan masuk ke kamar mandi.
10. Melakukan fardu dan sunnah wudhu sebanyak tiga kali.
Dirawaikan oleh Muslim bahwa ‘Utsman pernah berkata:
“Maukah kalian aku tunjukkan cara berwudhu Rasulullah Saw.?” ‘Utsman lalu berwudhu
dengan mengulangi setiap fardu dan sunnah wudhu sebanyak tiga kali, “(Muslim, Al-Thaharah,
Bab “Fahdl al-Wudhu’ wa al-Shalah ‘aqibahu”, hadis no. 230).
Pengulangan yang dilakukan ‘Utsman ini berlaku umum untuk semua basuhan dan usapan
seluruh anggota wudhu.
11. Berturut-turut (Berkelanjutan)
Maksudnya, pembersihan seluruh anggota wudhu dilakukan secara berturut-turut dan
berkelanjutan, tanpa diputus (disela) oleh kegiatan lain. Misalnya, setelah membasuh anggota
wudhu yang pertama, segera membasuh anggota wudhu yang kedua sehingga anggota wudhu
pertama tidak kering. Dalilnya adalah praktik wudhu Nabi Saw. Yang berturut-turut dan
berkelanjutan, sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis yang lalu.
Semua dalil hadis Nabi secara tekstual menunjukan kewajiban berwudhu, dan sekiranya ada
yang tidak menunjukan kewajiban tersebut, hal itu telah ditegaskan oleh ayat tentang
kewajiban berwudhu (QS Al-Ma’idah [5]: 6).
Bagi orang yang telah berwudhu, sangat dianjurkan untuk membaca doa berikut:
“Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Ya Allah, jadikan aku termasuk orang yang
bertobat; jadikan aku termasuk orang yang bersuci. Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan
21
segala pujian untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Aku memohon
ampun pada-Mu dan bertobat (kembali) kepada-Mu.”
Doa tersebut secara keseluruhan berasal dari Rasulullah Saw. Yang tercantum di dalam
berbagai hadisnya; tiap-tiap hadis mencantumkan sebagian. Didalam hadis itu ada yang
menyebutkan:
“Barangsiapa yang membaca doa ini (doa setelah wudhu di atas),niscaya akan dibukakan
baginya delapan pintu surga, dan ia bebas masuk dari pintu mana pun yang ia
inginkan,”(Muslim, Al-Thaharah, Bab “Al-Dzikir al_Mustahabb ‘aqiba al-Wudhu’”, hadis no.234;
Abu Dawud, Al-Thaharah, Bab “Ma Yaqulu al-Rajul idza Tawadhdha;”, hadis no.169, 170; Al-
Tirmidzi, Al-Thaharah, Bab “Fi Ma Yuqalu Ba’da al-Wudhu’”, hadis no. 55; Al-Nasa’i dalam Al-
Sunan Al-Kubra, ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah, Bab “MA Yaqulu idza Fariga min Wudhu’ihi, hadis
no.9909, 9912; Ibnu Majah, Al-Thaharah wa Sunnatuha, Bab ”Ma Yuqalu Ba’da al-Wudhu’”,
hadis no. 469, 470
E. Hal-hal yang membatalkan wudhu
1. Apa saja yang keluar dari kemaluan dan dubur, berupa kencing, berak, atau kentut. Allah
SWT berfirman yang artinya, "Atau kembali dari tempat buang air." (Al-Maidah:6)
Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak akan menerima shalat seorang di antara kamu yang
berhadas sampai ia berwudhu` (sebelumnya)." Maka, seorang sahabat dari negeri Hadramaut
bertanya. "Apa yang dimaksud hadas itu wahai Abu Hurairah?" Jawabnya, "Kentut lirih maupun
kentut keras." (Muttafaqun `alaih Fathul Bari I: 234, Baihaqi I:117, Fathur Robbani, Ahmad II:75
no:352) Dan hadits ini menurut sebagian mukharrij selain yang disebut di atas tidak ada
tambahan (tentang pernyataan orang dari Hadramaut itu), Muslim I:204 no:225, `Aunul Ma`bud
I:87 no:60, dan Tirmidzi I: 150 no:76.
22
"Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Mani, wadi dan madzi (termasuk hadas). Adapun mani, cara
bersuci darinya harus dengan mandi besar. Adapun madi dan madzi," maka dia berkata,
"cucilah dzakarmu, kemaluanmu, kemudian berwudhu`lah sebagaimana kamu berwudhu`
untuk shalat!" (Shahih: Shahih Abu Daud no:190, dan Baihaqi I:115).
2. Tidur pulas sampai tidak tersisa sedikitpun kesadarannya, baik dalam keadaan duduk yang
mantap di atas ataupun tidak. Karena ada hadits Shafwan bin Assal, ia berkata, "Adalah
Rasulullah saw. pernah menyuruh kami, apabila kami melakukan safar agar tidak melepaskan
khuf kami (selama) tiga hari tiga malam, kecuali karena janabat, akan tetapi (kalau) karena
buang air besar atau kecil ataupun karena tidur (pulas maka cukup berwudhu`)." (Hasan: Shahih
Nasa`i no:123 Nasa`i I:84 dan Tirmidzi I:65 no:69).
Pada hadits ini Nabi saw. menyamakan antara tidur nyenyak dengan kencing dan berak (sebagai
pembatal wudhu`).
"Dari Ali r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Mata adalah pengawas dubur-dubur; maka
barangsiapa yang tidur (nyenyak), hendaklah berwudhu`." (Hasan: Shahih Ibnu Majah no:386.
Ibnu Majah I:161 no:477 dan `Aunul Ma`bud I:347 no:200 dengan redaksi sedikit berlainan).
Yang dimaksud kata al-wika` ialah benang atau tali yang digunakan untuk menggantung peta.
Sedangkan kata "as-sah" artinya : "dubur" Maksudnya ialah "yaqzhah" (jaga, tidak tidur) adalah
penjaga apa yang bisa keluar dari dubur, karena selama mata terbuka maka pasti yang
bersangkutan merasakan apa yang keluar dari duburnya. (Periksa Nailul Authar I:242).
3. Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau sakit. Karena kacaunya pikiran disebabkan dua
hal ini jauh lebih berat daripada hilangnya kesadaran karena tidur nyenyak.
4. Memegang kemaluan tanpa alas karena dorongan syahwat, berdasarkan sabda Nabi
saw.,"Barangsiapa yang memegang kemaluannya, maka hendaklah berwudhu`." (Shahih:
Shahih Ibnu Majah no:388, `Aunul Ma`bud I:507 no:179, Ibnu Majah I:163 no:483, `Aunul
Ma`bud I:312 no:180 Nasa`i I:101, Tirmidzi I:56 no:56 no:85).
23
Betul, ia memang bagian dari anggota badanmu, bila sentuhan tidak diiringi dengan gejolak
syahwat, karena sentuhan model seperti ini sangat memungkinkan disamakan dengan
menyentuh anggota badan yang lain. Ini jelas berbeda jauh dengan menyentuh kemaluan
karena termotivasi oleh gejolak syahwat. Sentuhan seperti ini sama sekali tidak bisa
diserupakan dengan menyentuh anggota tubuh yang lain karena menyentuh anggota badan
yang tidak didorong oleh syahwat dan ini adalah sesuatu yang amat sangat jelas, sebagaimana
yang pembaca lihat sendiri (Tamamul Minnah hal:103).
5. Makan daging unta sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bara` bin `Azib ra ia berkata,
"Rasulullah saw. bersabda, "Berwudhu`lah disebabkan (makan) daging unta, namun jangan
berwudhu` disebabkan (makan) daging kambing!" (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:401, Ibnu
Majah I:166 no:494, Tirmidzi I:54 no:81, `Aunul Ma`bud I:315 no:182).
Dari Jabir bin Samurah r.a. bahwa ada seorang sahabat bertanya kepada Nabi saw. apakah saya
harus berwudhu` (lagi) disebabkan (makan) daging kambing? Jawab Beliau, "Jika dirimu mau,
silakan berwudhu`; jika tidak jangan berwudhu` (lagi)." Dia bertanya (lagi) "Apakah saya harus
berwudhu` (lagi) disebabkan (makan) daging unta?" Jawab Beliau, "Ya berwudhu`lah karena
(selesai makan) daging unta!" (Shahih Mukhtashar Muslim no:146 dan Muslim I:275 no:360).
F. Hadits-hadits lain tentang wudhu
Dalil dan Hadits yang berkenaan tentang wudhu :
1. Diriwayatkan dari abu hurairah. Ia bercerita ,Rasulullah bersabda,
“tidak akan diterima shalat orang yang berhadats sehingga berwudhu.”(HR.Bukhari dan
muslim). Hadits ini merupakan dalil yang menunjukkan bahwa wudhu merupakan syarat sah
shalat. Sementara yang dimaksud hadats di dalam hadits ini adlah hadats kecil, baik yang
disebabkan kencing, buamg angin dan lain sebagainya.
2. Dari abu hurairah ia bercerita, rasulullah bersabda,
“seandainya aku tidak khawatir akan memberati umatku, maka aku perintahkan mereka untuk
menangguhkan shalat isya’ dan bersiwak setiap kali.”(muttafaqun’alaih).
24
3. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w telah bersabda,
“Shalat orang yang berhadas1 tidak diterima sebelum dia berwudhu”. Seorang laki-laki dari
Hadhramaut bertanya, “Hai Abu Hurairah! Apa hadas itu?” Abu Hurairah menjawab, “Kentut,
bersuara atau tidak.” (Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 135)
4. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah
s.a.w bersabda,
“Pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dengan keadaan bersinar-sinar karena bekas
wudhu pada anggota tubuh mereka. Siapa yang melebihkan batas sinarnya, maka lakukanlah
(yakni tidak hanya membasuh sampai pada batas minimal, tetapi dilibihkan sedikit agar lebih
sempurna).” (Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 136)
5. Dari Humran bekas budak Utsman radhiyallahu’anhu. Humran berkata:
“Aku mendengar Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu ketika dia berada di halaman masjid
kemudian datang seorang mu’adzin menjelang waktu Ashar tiba. Maka Utsman meminta
diambilkan air wudhu, lalu dia berwudhu. Setelah itu dia berkata, “Demi Allah, sungguh aku
akan menceritakan kepada kalian sebuah hadits. Kalaulah bukan karena suatu ayat di dalam
Kitabullah niscaya aku tidak akan menuturkannya kepada kalian. Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim berwudhu dan membaguskan
wudhunya kemudian mengerjakan sholat melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya
sejak saat itu sampai sholat yang berikutnya.’.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
6. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Apabila seorang hamba muslim atau mukmin berwudhu, kemudian dia membasuh wajahnya
maka akan keluar dari wajahnya bersama air itu -atau bersama tetesan air yang terakhir- segala
kesalahan yang dia lakukan dengan pandangan kedua matanya. Apabila dia membasuh kedua
tangannya maka akan keluar dari kedua tangannya bersama air itu -atau bersama tetesan air
25
yang terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan kedua tangannya. Apabila dia
membasuh kedua kakinya maka akan keluar bersama air -atau bersama tetesan air yang
terakhir- segala kesalahan yang dia lakukan dengan kedua kakinya, sampai akhirnya dia akan
keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
7. Dari Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Barang siapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya, maka akan keluarlah dosa-dosa
dari badannya, sampai-sampai ia akan keluar dari bawah kuku-kukunya.” (HR. Muslim dalam
Kitab at-Thaharah)
8. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Maukah kutunjukkan kepada kalian sesuatu yang dapat menjadi sebab Allah menghapuskan
dosa-dosa dan meninggikan derajat.” Mereka -para sahabat- menjawab, “Tentu saja mau,
wahai Rasulullah.” Maka beliau menjawab, “Yaitu menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang
tidak menyenangkan, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu sholat berikutnya
sesudah mengerjakan sholat, maka itulah ribath.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud isbaghul wudhu’ adalah
menyempurnakannya. Adapun yang dimaksud kondisi yang tidak menyenangkan adalah dingin
yang sangat menusuk, luka yang ada di badan, dan lain sebagainya.” (Syarh Muslim [3/41] cet.
Dar Ibn al-Haitsam).
9. Dari Umar bin al-Khatthab radhiyallahu’anhu, dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal dinilai
berdasarkan niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia
niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya itu akan
diterima oleh Allah dan rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena perkara dunia yang
26
ingin dia peroleh atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya hanya akan
mendapat balasan sebagaimana yang diniatkannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Imarah,
diriwayatkan juga oleh Bukhari)
10. Mendahulukan bagian yang kanan Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, beliau berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya sangat menyukai mendahulukan yang kanan dalam
hal mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan dalam segala macam urusan beliau.” (HR.
Bukhari dalam Kitab al-Wudhu’)
11. Hadis riwayat Usman bin Affan ra.:
Bahwa Ia (Usman ra.) minta air lalu berwudu.
- Beliau membasuh kedua telapak tangannya tiga kali (Sela2 jari tangan juga ikut dibasuh)
- lalu berkumur dan mengeluarkan air dari hidung. (dilakukan bersamaan mulut & Hidung
menghirup air, kemudian disemburkan / dikeluarkan ke kiri 3 x)
- Kemudian membasuh wajahnya tiga kali (Batasan Wajah sbb: atas = dahi, bawah = dagu diatas
leher / bagian janggut, kanan-kiri = telinga)
- lantas membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, tangan kirinya juga begitu. (untuk
bagian luar siku tangan ditekuk keatas agar lipatan2 pada siku ikut terbasuh)
-Setelah itu mengusap kepalanya (dari atas dahi diusap ke bagian tengkuk (bagian belakang
leher))
- kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, begitu juga kaki kirinya. (sela2
jari kaki & tumit juga agar ikut dibasuh)
Kemudian berkata: Aku pernah melihat Rasulullah saw. berwudu seperti wuduku ini, lalu beliau
bersabda: Barang siapa yang berwudu seperti cara wuduku ini, lalu salat dua rakaat, di mana
dalam dua rakaat itu ia tidak berbicara dengan hatinya sendiri, maka dosanya yang telah lalu
akan diampuni
27
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai tata cara berwudhu yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kelompok kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi kami pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
28
A. Kesimpulan
Eksistensi wudhu sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan seorang Muslim, karena
dalam wudhu Allah SWT memberikan pesan moral yang tidak jauh dari kehidupan sehari-hari.
Membasuh kepala, misalnya, ditujukan agar kita membersihkan kepala atau otak kita dari
segala pikiran kotor dan menyesatkan. Membasuh kaki dan tangan ditujukan agar kita tidak
menggunakan tangan dan kaki ini untuk mengambil hak orang lain, menginjak martabat orang
lain. Berkumur-kumur, membasuh wajah, dan mengusap telinga, ditujukan agar kita
menggunakan mulut untuk menyebarkan perdamaian dan kasih sayang, menggunakan mata
untuk melihat nilai-nilai kebenaran, dan menggunakan telinga untuk mendengar nilai kebaikan.
Kita diperintahkankan berwudhu minimal lima kali dalam sehari, yaitu untuk menjalankan
shalat lima waktu. Meski demikian, kita dianjurkan berwudhu tidak hanya ketika hendak
mendirikan shalat, namun juga ketika hendak melakukan ibadah atau amalan lainnya, misalnya
ketika membaca Alquran, mengikuti pelajaran, pengajian, dan memasuki masjid. Bahkan ketika
kita hendak makan pun dianjurkan untuk berwudhu. ''Keberkahan makanan adalah dengan
wudhu sebelum dan sesudahnya.'' (HR Abu Dawud).
Banyak keutamaan wudhu yang dijelaskan Rasulullah SAW. Antara lain sebagaimana
diriwayatkan Thabrani dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Jika seorang
hamba menjaga shalatnya, menyempurnakan wudhunya, rukuknya, sujudnya, dan bacaannya,
maka shalat akan berkata kepadanya, 'Semoga Allah SWT menjagamu sebagaimana kamu
menjagaku', dia naik dengannya ke langit dan memiliki cahaya hingga sampai kepada Allah SWT
dan shalat memberi syafaat kepadanya.''
Berwudhu merupakan hal yang mudah dilakukan, namun perlu keistiqamahan dalam
implementasinya. Seorang hamba yang banyak berwudhu akan mudah dikenali Rasulullah SAW
di hari kiamat nanti karena memiliki ciri khas tersendiri. ''Muka dan tangan kalian nanti di hari
kiamat berkilauan bekas dari berwudhu.'' (HR Muslim).
29
B. Saran
Pertama, kebiasaan berwudhu 3 kali-3 kali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
terkadang berwudhu sekali-sekali atau dua kali-dua kali.
Ibnu Abbas menceritakan,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu sekali-sekali. (HR. Bukhari 157)
Kemudian dari Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu,
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dua kali-dua kali. (HR. Bukhari 158).
Berdasarkan hadis-hadis di atas, bahwa mencuci anggota wudhu sekali-sekali hukumnya wajib.
Sementara mencuci 2 kali atau 3 kali, hukumnya anjuran. Inilah pendapat mayoritas ulama.
Kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita untuk bersikap
tidak boros dalam menggunakan air ketika berwudhu. Dan itu menjadi praktek wudhu beliau.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dengan air satu mud, dan mandi dengan air satu
sha’, hingga 5 mud. (HR. Muslim 325)
30
Dalam riwayat lain, Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dengan 5 makuk dan wudhu dengan satu makuk.
(HR. Muslim 325).
Keterangan:
1. Ukuran 1 mud: ukuran volume sebesar satu cakupan dua telapak tangan orang dewasa, yang
digabungkan.
2. Ukuran 1 sha’ = 4 mud.
3. ’Makuk’ adalah takaran volume, seperti gantang. An-Nawawi menjelaskan, bahwa yang
dimaksud ’makuk’ dalam hadis ini adalah ukuran satu mud. (Syarh Shahih Muslim, 4/7).
Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang seseorang berwudhu dengan
mencuci lebih dari 3 kali. Dalam hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma,
Ada seorang badui yang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya tentang
tata cara wudhu. Beliaupun mengajarkan wudhu 3 kali- 3 kali. Kemudian, beliau bersabda,
“Seperti ini wudhu yang benar. Siapa yang lebih dari 3 kali, dia telah berbuat jelek, melampaui
batas, dan zalim.” (HR. Nasai 140 dan dishahihkan al-Albani).
Beliau sampaikan demikian, agar umatnya tidak boros dalam menggunakan air ketika wudhu.
31
Gunakanlah air untuk berwudhu dengan secukupnya, jangan sampai berlebih-lebih.
Karena mubajir sehingga tidak dapat digunakan untuk yang lain. Sebagai hamba yang baik,
selayaknya kita berusaha mengikuti apa yang disarankan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan tidak boros dalam menggunakan air ketika berwudhu. Baik untuk wudhu sekali-sekali,
dua kali- dua kali, atau tiga kali-tiga kali. Namun bukan berarti kita melarang orang berwudhu 3
kali, karena pertimbangan boros. Karena wudhu sekali-pun bisa saja bersikap boros. Sebaliknya,
orang bisa wudhu 3 kali, tanpa harus boros menggunakan air.
Dengan demikian, kita tidak menolak sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mengajarkan wudhu 3 kali, dan tetap mengajarkan agar masyarakat tidak boros dalam
menggunakan air ketika wudhu.
Daftar Pustaka
-Dr. K.H Ma’aruf Amin,Ringkasan Fikih Mazhab Syafi’i(2012);Mizan Media Utama
-Syaikh Hasan Muhammad Ayyub,Panduan Beribadah Khusus Pria(2005)
32
-Bimbingan Ibadah dan doa-doa ritual(2011)Yogyakarta;Bidang Panamas
-Muhtadim BA(2013),Mutiara Hadits Shohih Muslim,Surabaya;Putra Pelajar
-KH. Muhammad Ilyas,Tuntunan Shalat Lengkap;Lingkar Media
- http://www.mutiarahadits.com/54/52/75/menyela-nyela-janggut.htm
-http://www.masjidbaiturrahmanpq.com/2014/03/tata-cara-wudhu-sesuai-
sunnah-rasululloh.html
- http://jilbab.or.id/archives/2189-sunnah-sunnah-dalam-wudhu/
- http://dedykusnaedi.wordpress.com/2010/01/07/hukum-berkumur-dalam-
wudhu/
-http://sunnatain29.blogspot.com/2013/03/hadits-hadits-pilihan-bab-
wudhu.html
- http://www.konsultasisyariah.com/hukum-berwudhu-dengan-sekali-basuh/
- http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/1129/hal-hal-yang-
membatalkan-wudhu.html
CATATAN
33