cara2 mempertahankan kekuasaan
TRANSCRIPT
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut
kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan sendiri mempunyai sifat
yang netral maka orang harus melihat pada penggunaan kekuasaan itu untuk menilai baik
atau buruknya bagi keperluan masyarakat. Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap
masyarakat baik yang masih sederhana, maupun yang sudah besar.
Setiap penguasa yang telah memegang kekuasaan di dalam masyarakat, dan demi
stabilnya masyarakat tersebut, secara umum akan berusaha untuk mempertahankannya
dengan cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan ?
2. Bagaimana cara-cara untuk mempertahankan kekuasaan ?
C. Tujuan Penulis
Dari rumusan masalah diatas maka penulis bisa memaparkan tujuan dari makalah
antara lain :
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari kekuasaan
2. Untuk mengetahui bagaimana cara-cara untuk mempertahankan kekuasaan.
1
BAB II
Pembahasan
Cara-Cara Mempertahankan Kekuasaan
Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut
kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan sendiri mempunyai sifat
yang netral maka orang harus melihat pada penggunaan kekuasaan itu untuk menilai baik
atau buruknya bagi keperluan masyarakat. Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap
masyarakat baik yang masih sederhana, maupun yang sudah besar.1
Kekuasaan menurut kelompok kami adalah kemampuan yang dianugerahkan kepada
tiap orang untuk memegang suatu peran kekuasaan, yang dapat mempengaruhi dan merubah
pemikiran orang lain serta memudahkan pemegang kekuasaan mendapatkan apa yang
diinginkannya dan melakukan tindakan yang diinginkannya dengan sungguh-sungguh
( bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental ).
Kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan yang
dikuasai, atau dengan kata lain, antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan
pengaruh dan pihak lain yang menerima pengaruh ini dengan rela atau karena terpaksa.
Kekuasaan dan wewenang pada setiap masyarakat merupakan gejala yang wajar, Walaupun
wujudnya kadang-kadang tidak disukai oleh masyarakat itu sendiri. Setiap masyarakat
memerlukan suatu faktor pengikat atau pemersatu yang terwujud dalam diri seseorang atau
kelompok orang-orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang, sekaligus mempertahankan
integrasi masyarakat tersebut.
Salah satu fungsi kekuasaan adalah memperoleh kerelaan. Caranya dengan memotivasi
sasaran kekuasaan, yang sumbernya bermacam-macam. Motivasi dapat bersifat membujuk
atau memaksa. Berikut ini ada dua sumber kekuasaan :
1. Paksaan, proses ini mencakup tekanan fisik dan mental. Paksaan dijalankan dengan
meniadakan pilihan bagi sasaran kekuasaan. Paksaan tergantung pada kemampuan
pemegang kekuasaan mengenakan sangsi yang bukan bertujuan mendapatkan
kerelaan. Keuntungan dari paksaan adalah cepat terlihat hasilnya karena
1 Desi Erawati, Bahan Ajar Mata Kuliah Sosiologi, Hal 47.2
menggunakan bahasa singkat, atau tanpa pertukaran bahasa sama sekali dengan
sasaran kekuasaan. Akan tetapi paksaan yang sangat keras dapat mengagalkan tujuan
dari paksaan itu sendiri.
2. Penghargaan, sebagai motivasi ampuh, penghargaan dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan perhatian hamper di segala segi kehidupan,
bahkan sanggup merangsang usaha dan prestasi secara umum; “semakin pemurah
seorang penguasa dalam memberi penghargaan, makin besar kekuasaan yang kan
dimiliki.”
Di dalam kekuasaan terdapat dua macam penghargaan, yaitu :
1. Penghargaan material. Meliputi segala bentuk perangsang keuangan seperti upah,
sogokan, bonus, komisi dan sebagainya. Dalam penghargaan material ini
dimaksudkan bahwa pihak lain akan menurut kepada suatu penguasa karena mereka
menginginkan pebghargaan.
2. Penghargaan simbolik. Penghargaan ini lebih ampuh dibandingkan dengan
penghargaan material. Ini disebabkan kekuatannya berasal dari kebutuhan subyek
kekuasaan akan penghargaan, pengakuan dan perasaan memiliki. Penghargaan
simbolik adalah seprti lencana, medali, pujian dan persetujuan. Pemenuhan itu
berdasarkan kebutuhan seseorang untuk diterima dengan baik dan kebutuhan
seseorang untuk diterima dengan baik dan kebutuhan akan barang.2
Adapun bentuk-bentuk sistem pemerintahan diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Otoriter, adalah suatu bentuk sistem pemerintahan yang kebijakannya dipegang
oleh satu orang yang bersifat sewenang-wenang.
b. Demokratis, suatu sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Suara rakyat merupakan suara terakhir dalam sistem pemerintahan
demokrasi.
2 Helga Drummond, Cara Merebut dan Mempertahankan Kekuasaan (Power Creating it Using it), (Jakarta:Abdi Tandur, 1995), Hal. 106-107
3
c. Monarki, suatu bentuk pemerintahan yang kebijakannya dipegang oleh seorang
raja. Sistem ini didominasi oleh cara-cara kekerasan dalam menjalankan
pemerintahannya. Monarki tercipta atas dasar keturunan.3
Dalam praktik-praktik kenegaraan, bentuk pemerintahan monarki dibedakan
atas:
1)Monarki absolut
Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu Negara yang
dikepalai oleh seorang (raja, ratu, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan
wewenangnya tidak terbatas. Perintah raja merupakan undang-undang yang harus
dipatuhi oleh rakyatnya. Contoh: Perancis semasa Louis XIV.
2)Monarki konstitusional
Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu Negara yang
dikepalai oleh seorang raja yang kekuasannya dibatasi oleh undang-undang dasar
(konstitusi). Contoh: Negara Jepang.
3) Monarki parlementer
Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh kabinet
(perdana menteri) dan bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja hanya
sebagai kepala Negara (simbol kekuasaan) yang kedudukannya tidak dapat
diganggu gugat. Contoh: Negara Inggris.4
3 Ahmad Zainal Abidin, Teori-teori Kenegaraan dari Sarjana Islam Al Faleby, (Jakarta:Jambatan, 1964), Hal. 21.
4 Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal.56-57.4
Setiap penguasa yang telah memegang kekuasaan di dalam masyarakat, demi
stabilnya masyarakat tersebut, secara umum akan berusaha untuk
mempertahankannya dengan cara-cara atau usaha-usaha yang dapat dilakukan antara
lain :
1. Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam
bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa.
2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan.
3. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik.
4. Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertikal.
Penguasa mempunyai beberapa cara untuk memperkuat kedudukannya (yang khusus),
antara lain :
1. Dengan menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu. Cara ini pada umumnya
dilakukan dengan damai dan persuatif.
2. Dengan jalan menguasai bidang-bidang kehidupan masyarakat dengan paksa atau
kekerasan. Maksud dan tujuannya adalah untuk menghancurkan atau menguasai
pusat-pusat kekuasaan di bidang-bidang kehidupan lainnya. Biasanya cara-cara
demikian tak akan bertahan lama, karena pada suatu saat pasti timbul reaksi yang akan
menghancurkan kekuasaan yang telah ada itu. Lagi pula suatu kekuasaan yang
berdasarkan pada paksaan dan kekerasan tak akan lama, karena penguasa juga
mempunyai batas-batas kemampuan akan kemampuannya.5
BAB III
5 Soerjono Soekanto, Op.Cit., Hal. 304-3055
Penutup
Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dijelaskan dimuka, maka ada beberapa hal yang dapat penulis
simpulkan :
1. Kekuasaan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut
kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.
2. Dan ada beberapa cara mempertahankan kekuasaan, yaitu:
a. Menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama
b. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan.
c. Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik.
d. Mengadakan konsolidasi secara horizontal dan vertikal.
e. Menguasai bidang-bidang kehidupan tertentu dan menguasai bidang-bidang
kehidupan masyarakat dengan paksa atau kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
6
Desi Erawati, Bahan Ajar Mata Kuliah Sosiologi, Palangka Raya: 2010
Helga Drummond, Cara Merebut dan Mempertahankan Kekuasaan, Jakarta:Abdi Tandur, 1995
Ahmad Zainal Abidin, Teori-teori Kenegaraan dari Sarjana Islam Al Faleby, Jakarta:Jambatan, 1964
Budiyanto, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali press, 2000
7