carpal tunnel syndrome
DESCRIPTION
CTSTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang paling sering mengenai nervus medianus adalah
neuropati tekanan/jebakan (entrapment neuropathy). Di pergelangan tangan
nervus medianus berjalan melalui carpal tunnel dan menginervasi kulit telapak
tangan dan punggung tangan di daerah ibujari, telunjuk,jari tengah dan setengah
sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui tunnel inilah nervus medianus
paling sering mengalami tekanan yang menyebabkan terjadinya neuropati tekanan
yang dikenal dengan istilah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).1
Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome) merupakan salah satu
jenis cumulative trauma disorders (CTD) yang disebabkan karena terjebaknya
nervus medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, yang
ditandai oleh gejala rasa kesemutan, nyeri, kebas pada jari-jari dan tangan di
daerah persarafan saraf medianus.2 National Health Interview Study (NHIS)
memperkirakan prevalensi sindrom terowongan karpal (STK) yang dilaporkan
sendiri di populasi dewasa besarnya 1,55%. Sebagai salah satu dari 3 jenis
penyakit tersering di dalam golongan CTD pada ekstremitas atas, prevalensi STK
besarnya 40%, tendosinovitis yang terdiri dari trigger finger sebesar 32% dan De
Quervan’s syndrome 12%, sedangkan epicondilitis sebesar 20%. Mahoney (1995)
melaporkan bahwa lebih 50% dari seluruh penyakit akibat kerja di USA adalah
CTD, dimana salah satunya adalah STK. Di Indonesia, prevalensi STK dalam
masalah kerja belum diketahui karena sangat sedikit diagnosis penyakit akibat
kerja yang dilaporkan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa STK merupakan
salah satu jenis CTD yang paling cepat menimbulkan gejala pada pekerja.1,3
1
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AA
Umur : 59 tahun
Alamat : Petapahan
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
No.RM : 107239
Tanggal Masuk : 18/02/2015
Tanggal Keluar : 18/02/2015
Ruang/Kelas : Poliklinik Saraf
B. ANAMNESIS : Autoanamnesis
I. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh tangan kanan nyeri sejak 1 minggu yang lalu.
II. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh tangan kanan nyeri sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri yang
dirasakan terasa seperti kesetrum dan menjalar hingga ke bahu. Disertai rasa
baal dan kesemutan bersifat hilang timbul, dan dirasakan terutama pada malam
hari, sedikit berkurang bila tangan diistirahatkan untuk beberapa saat.
Akhir-akhir ini pasien tidak dapat menggenggam atau memegang benda,
serta menjatuhkan barang yang dipegang. Pasien juga mengeluh jika terlalu
lama mengendarai motor, tiba-tiba saja tangan nya terasa lemah, kebas, nyeri
dan kesemutan lalu pasien harus istirahat dulu.
Riwayat demam sebelumnya disangkal, riwayat jatuh bertumpu pada
tangan disangkal. riwayat tidur bertumpu dengan tangan disangkal. Riwayat
kelemahan anggota gerak lainnya juga disangkal.
2
III. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
- Riwayat diabetes melitus disangkal
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang
sama
V. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
Pasien seorang petani yang sehari-harinya bekerja mendodos sawit sejak
35 tahun yang lalu.
C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis Kooperatif
Keadaan Gizi : Baik
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 60 kg
Vital Sign
Nadi : 72 x/mnt
RR : 20 x/mnt
TD : 130/80 mmHg
T : 36,5oC
Rambut : Warna putih, jarang, tidak mudah dicabut
Kelenjar Getah Bening
- Leher : tidak ada pembesaran
- Aksila : tidak ada pembesaran
- Inguinal : tidak dilakukan pemeriksaan
Kepala
3
Mata : Seklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, refleks
pupil +/+
Hidung : Sekret tidak ada, deviasi septum tidak ada
Mulut : Bibir kering, lidah kotor (-)
Telinga : Serumen (+/+)
Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga tidak ada
Palpasi : Fremitus suara +/+, simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, Ronkhi tidak ada, wheezing
tidak ada
b. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba, Thrill tidak ada.
Perkusi :
Batas Jantung :
- Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternalis dekstra
- Batas jantung kiri : SIC V 1 jari medio linea
midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II, ireguler, gallop tidak ada, Murmur
tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, ascites tidak ada
Auskultasi : Bising usus positif, lemah
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien, turgor kulit kurang
baik.
Perkusi : Timpani.
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada
Pembengkakan pada sendi-sendi tangan tidak ada.
Inferior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
4
Pembengkakan pada sendi-sendi tangan tidak ada.
II. Status Neurologis
a. Tanda Rangsang Selaput Otak:
Kaku Kuduk : negatif
Brudzinski I : negatif
Brudzinski II : negatif
Kernig Sign : negatif
b. Tanda Peningkatan Tekanan intrakranial:
Pupil : Isokor
Refleks cahaya : +/+
c. Status Neurologi
Pemeriksaan Nervus Kranialis
N. I OlfaktoriusPenciuman Kanan Kiri
Subyektif Normal Normal Objektif dengan bahan Normal Normal
N. II OptikusPenglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal NormalLapangan pandang Normal NormalMelihat warna Normal NormalFunduskopi Tidak Dilakukan Pemeriksaan
N. III OkulomotoriusKanan Kiri
Bola mata Normal Normal Ptosis Tidak ada Tidak adaGerakan bulbus Normal Normal Strabismus Tidak ada Tidak adaNistagmus Tidak ada Tidak adaEkso/endopthalmus Tidak ada Tidak adaPupil: Bentuk Normal Normal
Reflek cahaya Normal Normal Reflek akomodasi Normal NormalRefleks konvergensi Normal Normal
5
N. IV TroklearisKanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal Sikap bulbus Normal Normal Diplopia Tidak ada Tidak ada
N. V TrigeminusKanan Kiri
Motorik Membuka mulut Normal NormalMenggerakkan rahang Normal NormalMenggigit Normal NormalMengunyah Normal Normal
Sensorik Divisi optalmika
Reflek kornea Normal NormalSensibilitas Normal Normal
Devisi maksilaReflek masseter Normal NormalSensibilitas Normal Normal
Devisi mandibulaSensibilitas Normal Normal
N. VI AbdusenKanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal Sikap bulbus Normal Normal Diplopia Tidak ada Tidak ada
N. VII FasialisKanan Kiri
Raut wajah Normal Normal Sekresi air mata Normal Normal Fisura palpebra Normal Normal Menggerakan dahi Normal Normal Menutup mata Normal NormalMencibir/bersiul Normal NormalMemperlihatkan gigi Normal Normal Sensasi lidah 2/3 depan Normal Normal
6
Hiperakusis Tidak diperiksa Tidak di periksa
N. VIII VestibularisKanan Kiri
Suara berbisik Normal NormalDetik arloji Normal NormalRinne test TDP TDPWeber test TDP TDPScwabach test
Memanjang TDP TDPMemendek TDP TDP
Nistagmus Pendular TDP TDPVentikal TDP TDPSiklikal TDP TDP
Pengaruh posisi kepala TDP TDP
N. IX GlosospharingeusKanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Normal NormalReflek muntah/gag reflek + +
N. X VagusKanan Kiri
Arkus faring Normal NormalUvula Normal NormalMenelan Normal Normal Artikulasi Normal NormalSuara Normal Normal Nadi 72x/menit 72x/menit
N. XI AsesoriusKanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal NormalMenoleh ke kiri Normal Normal Mengangkat bahu ke kanan Normal Normal Mengakat bahu ke kiri Normal Normal
N XII HipoglosusKanan Kiri
7
Kedudukan lidah di dalam Normal NormalKedudukan lidah di julurkan Normal NormalTremor TIdak ada Tidak adaFasikulasi Tidak ada Tidak adaAtrofi Normotrofi Normotrofi
A. Pemeriksaan Koordinasi
Cara berjalan Normal Disartria Normal Romberg test Normal Disgrafia NormalAtaksia Normal Supinasi-pronasi NormalRebound fenomena Normal Tes jari hidung NormalTes tumit lutut Normal Tes hidung jari Normal
B. Pemeriksaan Fungsi Motorik
Berdiri dan Berjalan Kanan Kiri Gerakan spontan Tidak ada Tidak adaTremor Tidak ada Tidak adaAtetosis Tidak ada Tidak adaMioklonis Tidak ada Tidak adaKhorea Tidak ada Tidak ada
Ekstremitas Superior Inferior Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan minimal Normal Minimal Normal Kekuatan 552 555 555 555Trofi Normotrofi Normotrofi Normotrofi NormotrofiTonus Normal Normal Normal Normal Phallen Test Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-)Tinnel test Positif (+) Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-)
C. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Normal
Sensibilitas nyeri Normal
Sensibilitas termis Normal
Sensibilitas kortikal Normal
Stereognosis Normal
Pengenalan 2 titik Normal
Pengenalan rabaan Normal
8
D. Sistem Refleks
A. Fisiologi
s
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea Normal Normal Biseps ++ ++
Berbangkis TDP TDP Triseps ++ ++
Laring TDP TDP APR ++ ++
Maseter TDP TDP KPR ++ ++
Dinding perut TDP TDP Bulnokavernosa TDP TDP
Atas TDP TDP Kremaster TDP TDP
Bawah TDP TDP Sfingter TDP TDP
Tengah TDP TDP
B. Patologi
s
Lengan Tungkai
Hoffman-
Tromner
- - Babinski - -
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus kaki - -
C. Fungsi Otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
9
D. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Normal Refleks glabella Normal
Fungsi intelek Normal Refleks snout Normal
Reaksi emosi Normal Refleks mengisap Normal
Refleks memegang Normal
Refleks palmomental Normal
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah
Darah Rutin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Urin rutin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Feses rutin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rencana Pemeriksaan Tambahan : -
MASALAH
Diagnosis
Diagnosis klinis : Carpal Tunnel Syndrome dekstra
Diagnosis topik : Nervus Medianus
Diagnosis etiologi : Idiopatik
Diagnosis Sekunder : -
Diferensial diagnosis : -
Prognosa : Dubia at bonam
PEMECAHAN MASALAH
Terapi
Umum/Suportif :
Fisioterapi
Edukasi : Latihan pelemasan/relaksasi ±5 hari setelah onset keluhan
Khusus :
Meloxicam 7,5 mg 1 x 1 anti inflamasi (NSAID)
Mecobalamin 500 mcg 3 x 1 anti neuropati perifer
10
Metil Prednisolon 4 mg 1 x 1 steroid
Ranitidin 150 mg 2 x 1
BAB III
11
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan atau cerutan
terhadap nervus medianus di dalam tunnel karpal pada pergelangan tangan,
tepatnya di bawah fleksor retinakulum (cit.Samuel 1979, Dejong 1979,
Mumenthaler 1984).1 Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama
acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar atrophy CTS pertama
kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus
stadium lanjut fraktur radius bagian distal (1854) .CTS spontan pertama kali
dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada tahun 1913. Istilah CTS
diperkenalkan oleh Moersch pada tahun 1938.1 Tunnel karpal terdapat di bagian
sentral dari pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu
terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus.
Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan
kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal
ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas
tulangtulang karpalia tersebut.2 Setiap perubahan yang mempersempit tunnel ini
akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu
nervus medianus.3
B. ANATOMI
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar
pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di
dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang-tulang
carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada
jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot fleksor pada pergelangan tangan beserta
tendon-tendonnya berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan
berinsersi pada tulang-tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan
interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan
12
dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti
sekitar 3 cm.4
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang
motorik m.abductor pollicis brevis, m.opponens pollicis, dan bagian atas dari
m.flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari individu, seluruh fleksor polisis brevis
menerima persarafan dari N. Medianus.Sebanyak 2 % dari individu, m. Policis
adduktor juga menerima persarafan N. Medianus. Komponen ulnaris dari N.
Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi
radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi permukaan dorsal
jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal proksimal.4,6
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran
canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan
13
jaringan lubrikasi pada tendon–tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi
dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N.
Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi
transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot
fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis
yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum
yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari
N. Medianus yang mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi
transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada
terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi anatomi,
yang menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Carpal Tunnel
Syndrome.6
Saraf-saraf yang menuju ke ekstrimitas superior mempunyai peranan
penting sebagai berikut :7
1. Persarafan sensoris ke kulit dan struktur dalam seperti sendi
2. Persarafan motoris ke otot-otot
3. Mempengaruhi garis tengah pembuluh darah melalui saraf vasomotor
simpatis
4. Sekremotor parasimpatis yang mempersarafi kelenjar keringat.
Pada pangkal ekstremitas superior, saraf-saraf yang akan masuk ke
ekstremitas superior saling bersatu membentuk pleksus brachialis. Pleksus
brachialis dibentuk oleh persatuan dari rami ventrales C5, 6, 7, 8, Th1, terletak
pada sudut anterinferior dari trigonum posterius. Untuk keperluan deskripsi,
pleksus ini dapat dibedakan atas radiks, trunkus, divisi, dan fasikulus. Trunkus
pleksus brachialis dibentuk sebagai berikut : radiks C5 dan 6 menyatu membentuk
trunkus superior. Radiks C7 berlanjut sebagai trunkus medius. Sedangkan radiks
C8 dan Th1 membentuk trunkus inferior, yang terletak di belakang a.subclavia
bagian ketiga.6,7
Divisi pleksus brachiales terbentuk dengan pembelahan setiap trunkus menjadi
cabang ventral dan dorsal. Fasikulus pleksus brachialis dibentuk sebagai berikut :
fasikulus lateralis terbentuk dengan menyatunya divisi ventral trunkus superior
14
dan medius. Fasikulus posterior terbentuk dengan menyatunya divisi dorsal
trunkus superior, medius, dan inferior. Sedangkan fasikulus medialis terbentuk
dari divisi ventral dari trunkus inferior.7
Ketiga fasikulus pleksus brachialis terletak di atas dan lateral terhadap bagian
I dari A. aksilaris. Fasikulus medialis menyilang di belakang arteri untuk
mencapai sisi medial bagian II arteri. Fasikulus posterior terletak di belakang
bagian II arteri dan fasikulus lateralis terletak di lateral bagian II arteri. Jadi
fasiklus pleksus membatasi bagian II A. aksilaris.6,7
Cabang-cabang berbagai bagian pleksus braciahlis adalah sebagai berikut :10
1. Radiks :
- N. dorsalis scapulae (C5)
- N. thoracalis longus (C5, 6, dan 7)
2. Trunkus Superior :
- N. subclavius (C5 dan 6)
- N. suprascapularis (mempersarafai supraspinatus dan m. infraspinatus)
3. Fasiculus Lateralis :
- N. pectoralis lateralis
- N. Musculocutaneus
- Akar lateral n. Medianus
4. Fasiculus Medialis :
- N. pectoralis medialis
- N. cutaneus brachii medialis dan n. cutaneus antebrachii medialis
- N. Ulnaris
- Akar medial n.medianus
5. Fasiculus Posterior :
- N. subscapularis superior dan inferior
- N. Thoracodorsalis
- N.axillaris
- N.radialis
15
Gambar Pleksus Brachialis dan cabang-cabangnya10
Gambar Pleksus Brachialis dan cabang-cabangnya10
C. ETIOLOGI
Tunnel karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui
oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus
medianus sehingga timbullah CTS.1,4 Pada sebagian kasus etiologinya tidak
diketahui, terutama pada penderita lanjut usia.5,8 Beberapa penulis
menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan
bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk CTS
2,3,5,8,10,12,14. Pada kasus yang lain etiologinya adalah:
16
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN ( hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan yang berulang-ulang.
3. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
4. Metabolik: amiloidosis, gout.
5. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
6. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
7. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
8. Degeneratif: osteoartritis
9. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk
dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
D. GEJALA
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja .Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik
(tingling) pada jari 1,2,3 dan setengah sisi radial jari 4 walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol
di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih
berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya.
Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-
gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih
tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan
tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan
frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadangkadang
rasa nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia
umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan1.8
17
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan dan
pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah
penderita mulai mempergunakan tangannya1,4. Hipesetesia dapat dijumpai pada
daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.8
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi kurang
trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil. Kelemahan
pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan adanya
kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol atau
menggenggam1,4,12. Pada penderita CTS pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi
otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus melanus.2
E. PATOFISIOLOGI
Patogenesis CTS masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk
menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf. Yang paling populer
adalah kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran. Menurut
teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus medianus di
terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan
konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang
mendasarikompresi mekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor
seperti ketegangan, tenaga berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang.6
Teori insufisiensi mikro-vaskular menyatakan bahwa kurangnya pasokan
darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan ia
perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf. Scar dan
jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf tergantung pada keparahan
cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala CTS,
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan kehilangan
konduksi saraf akut dan reversibeldianggap gejala untuk iskemia. Seiler et al
menunjukkan (dengan Doppler laser flowmetry )bahwa normalnya aliran darah
berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum
karpal transversal dilepaskan.6
Sejumlah penelitian eksperimental mendukung teori iskemia akibat kompresi
diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan tekanan di karpal tunnel.
18
Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas suplai darah dari saraf dan tekanan
darah sistolik. Kiernan dkk menemukan bahwa konduksi melambat pada median
saraf dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan mungkin tidak selalu
disebabkan myelinisasi yang terganggu. Menurut teori getaran gejala CTS bisa
disebabkan oleh efek dari penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada
saraf median di karpal tunnel. Lundborg et al mencatat edema epineural pada saraf
median dalam beberapa hari berikut paparan alat getar genggam. Selanjutnya,
terjadi perubahan serupa mengikuti mekanik, iskemik, dan trauma kimia.4
Hipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. 3
Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul
terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat
digerakgerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada
aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural
yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan
oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara
menyeluruh. Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi
kapiler akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.
Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intrafasikuler yang
menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi
yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat
terjadi kerusakan pada saraf tersebut.4
F. DIAGNOSIS
19
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas dan
perkuat dengan pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan
diagnosa CTS adalah:
a. Phalen's test
Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk
menegakkan diagnosa CTS.
b. Tinel's sign
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
c. Flick's sign
Penderita diminta mengibas-ngibaskan tangan atau menggerakgerakkan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada
penyakit Raynaud.
d. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
e. Wrist extension test
Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong
diagnosa CTS.1,2
20
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test yang
patognomonis untuk CTS.1
G. DIAGNOSA BANDING
Diagnosis banding dari CTS antara lain:1
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher
diistirahatkan dan bertambah hila leher bergerak. Distribusi gangguan
sensorik sesuai dermatomnya.
2. Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain
otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan
dan lengan bawah.
3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di
telapak tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit
telapak tangan tidak melalui terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor
pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan
tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada
pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test :
palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila
nyeri bertambah.
H. PENATALAKSANAAN
21
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi
gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder
untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer
harus diobati. Kasus ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS) dan menggunakan penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan
tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari
atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan injeksi
steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang
cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi. 2
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu:
1. Terapi langsung terhadap CTS
Terapi konservatif3
a. Istirahatkan pergelangan tangan
b. Obat anti inflamasi non steroid
c. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
d. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM)
latihan dari ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan
dan gerakan membujur sepanjang saraf median dan lain dari
ekstremitas atas. Latihan-latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa
jaringan dari sistem saraf perifer dirancang untuk gerakan, dan bahwa
ketegangan dan meluncur saraf mungkin memiliki efek pada
neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran pembuluh darah dan
axoplasmic. Latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh
pasien setelah instruksi singkat.
e. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Sementara suntikan dapat
diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau empat suntikan.
22
Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum
memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. Suntikan harus digunakan
dengan hati-hati untuk pasien di bawah usia 30 tahun.
f. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah
satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar. Namun pemberian dapat berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri.
g. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
Terapi Operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat
atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS bilateral biasanya operasi
pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat
sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa
tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila
ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi
adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.3
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka dengan
anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara
endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita
secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya
lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi
operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya
massa atau anomaly maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih
baik dioperasi secara terbuka.3,4
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS
23
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus
ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS kembali.
Pada keadaan di mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus
dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya
antara lain :
a. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif, getaran
peralatan tangan pada saat bekerja.
b. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat kerja.
c. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi gerakan.
d. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta
mengupayakan rotasi kerja.
e. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini CTS
sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih dini.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada
pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering
dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor hipofise,
kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis,
tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat
menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan
karpal.3
I. PROGNOSIS
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik.
Bila keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan operasi
harus dilakukan. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi
hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita CTS penyembuhan
post operatifnya bertahap.4 Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga
diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini:
24
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap
nervus medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat
edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup
baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi
kembali.4
BAB IV
DISKUSI KASUS
Pasien mengeluh tangan kanan nyeri dan sulit digerakkan sejak 1 minggu
yang lalu. Nyeri yang dirasakan terasa seperti kesetrum dan menjalar hingga ke
bahu. Hal ini menunjukkan gejala klinis pada carpal tunnel syndrom dimana
25
gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa
seperti terkena aliran listrik (tingling).
Akhir-akhir ini pasien mengalami kelemahan ditangan dan tidak dapat
menggenggam atau memegang benda, serta menjatuhkan barang yang dipegang.
Pasien juga mengeluh jika terlalu lama mengendarai motor, tiba-tiba saja tangan
nya terasa lemah, kebas, nyeri dan kesemutan lalu pasien harus istirahat dulu.
Disertai rasa baal dan kesemutan bersifat hilang timbul, dan dirasakan terutama
pada malam hari, sedikit berkurang bila tangan diistirahatkan untuk beberapa saat.
Temuan klinis pada pasien ini menunjukkan gejala khas pada carpal tunnel
syndrom yaitu: nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari
sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya
agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau
dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan
berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya.
Riwayat demam sebelumnya disangkal, riwayat jatuh bertumpu pada tangan
disangkal. Riwayat tidur bertumpu dengan tangan disangkal. Riwayat kelemahan
anggota gerak lainnya juga disangkal. Temuan klinis ini untuk menyingkirkan
diagnosa banding dari carpal tunnel syndrom.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat.
2009.
26
2. Rambe, Aldi S. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.
2004.
3. Kapita Selekta Kedokteran Bagian llmu Penyakit Syaraf : Media Aesculapius;
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2000.
4. SNELL, Ricard S. 1997. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran.
Jakarta.
5. Kurniawan, Bina. et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3, No. 1
6. Burns, D. K., V. Kumar. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran, dan
S. L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U.
Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007
7. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13.
Terjemahan Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EG
8. Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
9. Moeliono F. Etiologi, Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan Karpal
(S.T.K.) atau (Carpal Tunnel Syndrome/CTS). Neurona. 1993; 10 : 16-27.
10. DeJong RN. The Neurologic Examination revised by AF.Haerer, 5th ed, JB
Lippincott, Philadelphia, 1992
27