case 15 urinalisa
DESCRIPTION
jujiagsajdTRANSCRIPT
CASE“Urin Berwarna Kuning”
Rini usia 18 tahun adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran tingkat I. Sudah tiga hari Rini
merasa kurang enak badan namun karena kesibukannya Rini tidak memeriksakan diri ke dokter,
Rini hanya mengkonsumsi multivitamin dosis tinggi untuk meningkatkan stamina tubuhnya.
Selama ia mengkonsumsi multivitamin dosis tinggi tersebut ia memperhatikan bahwa pada saat
buang air kecil urinya berwarna kuning padahal ia merasa telah minum air putih dengan jumlah
yang cukup. Pada saat BAK dia tidak merasa nyeri dan volume urinnya tidak berkurang.
Rini penasaran dengan hal tersebut, dia bertanya – tanya mengapa urinnya berwarna
kuning? Rinipun berinisiatip menghentikan konsumsi multivitamin tersebut, dan ternyata urinnya
tidak lagi berwarna kuning.
Rini mencoba untuk mencari jawaban hal tersebut di beberapa buku dan juga internet,
kemudian iapun paham kalau tubuhnya terdapat sistem organ yang berfungsi mengatur urin
termasuk jumlah (volume urin), warna urin dsb, termasuk bagaimana berkemih.
1 | P a g e
2 | P a g e
TERMINOLOGI
MultivitaminSejumlah zat organic yang saling tidak berhubungan terdapat dalam makanan dalam
jumlah kecil untuk fungsi metabolic normal tubuh.
Urin Cairan yang diekskresikan oleh ginjal disimpan dalam kandung kemih =, dan dikeluarkan
melalui uretra.
PROBLEMS1. Mengapa warna urin berubah berwarna kuning saat mengkonsumsi multivitamin
2. Bagaimana urin diproses didalam ginjal
3. Apasaja komposisi didalam urin?
4. Bagaimana cara ginjal bekerja
HIPOTESISUrin berwarna kuning saat mengkonsumsi multivitamin disebabkan, karena multivitamin larut
dalam air, sedang air dan multivitamin yang berlebih bagi tubuh akan dikeluarkan melalui urin,
sehingga multivitamin yang larut dalam air tersebut ikut terbuat bersama urin dan menyebabkan
urin berwarna kuning.
3 | P a g e
MEKANISME
MEKANISME UMUM
MEKANISME KERJA GINJAL
4 | P a g e
I DON’T KNOW1. Evaluasi Fungsi Ginjal
2. Sistem Urin
3. Pemeriksaan Urin
LEARNING ISSUE1. Evaluasi Fungsi Ginjal
a. Anatomi ginjal
b. Fungsi ginjal
c. Pembentukan urin dan hormone yang mempengaruhinya
5 | P a g e
d. Labaratorium untuk pemeriksaan fungsi ginjal
2. Sistem Urin
a. Definisi
b. Specimen urin
c. Komposisi urin
d. Sifat dan fisik urin
3. Pemeriksaan Urin
a. Pemeriksaan Makroskopis
b. Pemeriksaan Mikroskopis
c. Pemeriksaan Kimiawi
6 | P a g e
ANATOMI GINJALNefron adalah satuan fungsional ginjal.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta satuan fungsional berukuran mikroskopik yang
dikenal sebagai nefron, yang disatukan satu sama lain oleh jaringan ikat. Karena fungsi primer
ginjal adalah menghasilkan urin dan, ketika melaksanakannya, mempertahankan stabilitas
komposisi CES, nefron adalah satuan terkecil yang mampu membentuk urin.
Susunan nefron di dalam ginjal membentuk dua daerah khusus-daerah sebelah luar yang
tampak granuler, korteks ginjal, dan daerah bagian dalam yang berupa segitiga-segitiga
bergaris-garis, piramida ginjal, yang secara kolektif disebut sebagai medula ginjal.
Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan komponen tubulus yang keduanya
secara structural dan fungsional berkaitan erat. Bagian dominan pada komponen vaskuler adalah
glomerulus, suatu berkas (tuft) kapiler berbentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut
dari darah yang melewatinya. Cairan yang sudah terfiltrasi ini, yang komposisinya nyaris identik
dengan plasma, kemudian mengalir ke komponen tubulus nefron, tempat cairan tersebut
dimodifikasi oleh berbagai sistem transportasi yang mengubahnya menjadi urin.
Pada saat memasuki ginjal, arteri renalis secara sistematis terbagi-bagi untuk akhirnya
menjadi pemubuluh-pembuluh halus yang dikenal sebagai arteriol aferen, dengan setiap
pembuluh tersebut memperdarahi sebuah nefron. Arteriol aferen menyalurkan darah ke kapiler
glomerulus, yang menyatu untuk membentuk arteriol lain, arteriol eferen, tempat keluarnya
darah yang difiltrasi ke dalam komponen tubulus meninggalkan glomerulus. Arteriol eferen
adalah satu-satunya arteriol di dalam tubuh yang mendapat darah dari kapiler.
Arteriol eferen segera terbagi bagi menjadi serangkaian kapiler kedua, kapiler
peritubulus, yang memperdarahi jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran antara sistem
tubulus dan darah selama perubahan cairan yang difiltrasi menjadi urin. Kapiler-kapiler
peritubulus menyatu untuk membentuk venula yang akhirnya mengalir ke vena renalis, tempat
darah meninggalkan ginjal.
7 | P a g e
Komponen tubulus dari setiap nefron adalah suatu saluran berongga berisi cairan yang
terbentuk oleh satu lapisan sel epitel. Walaupun dari awal tubulus terus bersambung dan
berdekatan di bagian pangkalnya dengan glomerulus sampai ke ujungnya di pelvis ginjal, tubulus
secara artificial dibagi menjadi berbagai segmen berdasarkan perbedaan struktur dan fungsi yang
terdapat di sepanjang tubulus tersebut. Komponen tubulus berawal dari kapsul Bowman, suatu
invaginasi bedinding rangkap yang melingkupi glomerulus. Keberadaan seluruh glomerulus dan
kapsul Bowman yang terkait di korteks menyebabkan gambaran daerah korteks yang granuler.
Dari kapsul bowman, cairan yang difiltrasi mengalir kedalam tubulus proksimal, yang
seluruhnya terletak di dalam korteks dan sangat bergelung (berliku-liku) atau berbelit
disepanjang perjalanannya. Segmen berikutnya, lengkung Henle, membentuk lengkung tajam
atau berbentuk-U atau yang terbenam ke dalam medulla ginjal. Pars desendens lengkung Henle
terbenam dari korteks ke dalam medula; pars asendens berjalan kembali ke atas ke dalam
korteks. Pars asendens kembali ke darah glomerulus dari nefronnya sendiri, tempat saluran
tersebut melewati garpu yang dibentuk oleh arteriol aferen dan eferen. Di titik ini sel-sel tubulus
dan sel-sel vaskuler mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus
(juxta berarti “disamping”), suatu struktur yang berperan penting dalam mengatur fungsi ginjal.
Di luar aparatus jukstaglomerulus, tubulus kembali membentuk gelungan menjadi tubulus
distal, yang seluruhnya juga terletak di korteks. Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam
duktus atau tubulus pengumpul, dengan satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari
delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk
mengosongkan cairan isinya (yang sekarang telah berubah menjadi urin) ke dalam pelvis ginjal.
Terdapat dua jenis nefron-nefron korteks dan nefron jukstamedula-yang dibedakan
berdasarkan lokasi dan panjang sebagian strukturnya. Semua nefron berasal dari korteks, tetapi
glomerulus nefron jukstamedula terletak dilapisan dalam koterks di dekat medula. Ke dua jenis
nefron ini terutama berbeda pada lengkung Henlenya. Lengkung tajam pada nefron korteks
hanya sedikit terbenam kedalam medula. Sebaliknya lengkung nefron jukstaglomerulus terbenam
jauh ke dalam medula. Selain itu, kapiler peritubulus nefron jukstamedula membentuk lengkung
vaskuler tajam yang dikenal sebagai vasa rekta (“pembuluh lurus”), yang berjalan berdampingan
erat dengan lengkung Henle. Pada saat nefron korteks dan jukstamedula, juktus-juktus
pengumpul dari nefron korteks dan jukstamedula berjalan sejajar dengan pasr asendens dan
8 | P a g e
desendens lengkung Henle dan vasa rekta nefron jukstamedula. Susunan pararel tubulus dan
medula. Sekitar 80% nefron pada manusia merupakan jenis korteks. Spesies dengan kemampuan
memekatkan urin yang lebih besar carpada manusia, misalnya tikus gurun, memliki proporsi
nefron jukstamedula yang lebih besar.
9 | P a g e
FUNGSI GINJALFungsi ginjal
Ginjal merupakan salah satu alat yang penting untuk mempertahankan homeostasis.
Sebagai alat ekskresi metabolit tak berguna, juga mempertahankan cairan tubuh dalam
susunan kimiawi yang optimal.
Berbagai fungsi ginjal dalam homeostasis
1. Ekskresi produk sisa metabolik dan bahan kimia asing
2. Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit
3. Pengaturan tekanan arteri
4. Pengaturan keseimbangan asam basa
5. Pengaturan produksi eritrosit
6. Pengaturan pembentukan vit D
7. Glukoneogenesis
8. Sekresi, metabolisme dan ekskresi hormon
Fungsi ginjal dipengaruhi oleh :
Volume darah
Tekanan darah
Komposisi darah
Kelenjar adrenal
Kelenjar hipofisis
10 | P a g e
PEMBENTUKAN URIN DAN HORMON
YANG BERPENGARUHFiltrasi
Darah mengalir dari arteri aferen masuk ke glomerulus dan terjadi penyaringan, tidak
melewatkan darah dan protein plasma. Konstituen yang di loloskan air, nutrien, elektrolit, zat
sisa. 20 % plasma yang masuk ke dalam glomerulus di filtrasi, 80% plasma yang masuk ke
glomerulus tidak di filtrasi dan keluar melalui arteri eferen
3 lapisan yang membentuk glomerulus
1. Dinding kapiler glomerulus
2. Membran basal
3. Lapisan dalam kapsula bowman
11 | P a g e
Gaya-gaya yang berperan dalam filtrasi glomerulus
Tekanan kapiler glomerulus
Tekanan osmotik koloid plasma
Tekanan hidrostatik kapsula bowman
Pada Filtrasi ini menghasilkan urin primer, yang terdiri atas air, glukosa, asam amino, urea,
kalium.
Reabsorpsi Tubulus
Adalah perpindahan bahan secara sendiri-sendiri berlainan dari lumen tubulus ke dalam kapiler
peritubulus. Reabsorbsi tubulus ini merupakan suatu proses yang sangat selektif.
Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus:
Reabsorpsi aktif: perpindahan netto bahan memerlukan ATP untuk melawan gradien
elektrokimia. Contoh: Glukosa, asam amino, elektrolit
Reabsorpsi pasif: tidak memerlukan ATP pada perpindahan netto bahan, mengikuti penurunan
gradien elektrokimia. Contoh: Reabsorbsi Klorida, Reabsorbsi Air, Reabsorbsi Urea
Sekresi tubulus
12 | P a g e
Di samping reabsorbsi, terjadi juga sekresi di tubulus kontortus distal dan tubulus pengumpul.
H, K, Amonium, Kreatinin, obat-obatan, disekresi di tubulus kontortus distal dan
tubulus pengumpul.
Sekresi ini penting untuk menjaga pH dan keseimbangan asam basa tubuh dan
pengeluaran zat-zat racun
Eksresi Urin
Ekskresi = Filtrasi – Reabsorpsi + Sekresi
Ginjal > Ureter > kandung kemih ++ > kontraksi dinding kandung kemih > sfingter
terbuka > mikturisi.
Hormon yang berperan
Ginjal
a. Hormon Eritropoetin
b. Hormon Renin
c. Hormon Kalsitriol
Urin
a. Hormon ADH
b. Hormon Aldosteron
c. Hormon Insulin
GFR
a. Hormon Nonepinefrin
b. Hormon Epinefrin
c. Hormon Endotelin
13 | P a g e
PEMERIKSAAN FUNGSI GINJALTes dasar untuk mengukur fungsi ginjal adalah nitrogen urea darah (blood urea
nitrogen/BUN, atau kadang disebut sebagai urea) dan kreatinin. Tingkat zat fosfor, natrium
atau asam urat yang tidak normal juga dapat disebabkan oleh ginjal. BUN mengukur tingkat
nitrogen darah. Nitrogen adalah hasil buangan yang disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam
urin. Tingkat BUN yang tinggi dapat disebabkan oleh makanan berprotein tinggi, dehidrasi atau
gagal ginjal atau jantung. Kreatinin adalah hasil buangan dari pencernaan protein. Tingkatnya
yang tinggi dalam darah umumnya menunjukkan masalah ginjal. Dokter sering memakai tingkat
kreatinin sebagai tanda yang paling langsung menunjukkan kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan hasil buangan dari tubuh.
Ginjal merupakan sistem penyaringan alami tubuh kita, melakukan banyak fungsi
penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah,
mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada
cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal
senyawa kimia yang berupa ampas disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air
berlebihan) sebagai urin. Tes fungsi ginjal membantu menentukan apakah ginjal kita melakukan
tugas ini sebagaimana mestinya.
Banyak masalah dapat mempengaruhi kemampuan ginjal kita dalam melakukan
tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut), yang lain
dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan
penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah. Serangkaian tes laboratorium yang
mengukur tingkat unsur yang seharusnya diatur oleh ginjal dapat membantu menentukan
penyebab dan tingkat masalah ginjal. Tes dilakukan pada urin dan darah.
Bila dokter mencurigai kita mempunyai masalah atau penyakit ginjal, dia akan meminta
kita melakukan tes fungsi ginjal untuk membantu diagnosis. Kemudian, tes fungsi ginjal dapat
dilakukan untuk memantau ginjal kita, agar melihat apakah kerusakan dapat menjadi lebih berat
atau pun pulih.
14 | P a g e
TES URIN
Ada serangkaian tes pada urin untuk menilai fungsi ginjal. Sebuah tes sederhana, yang
disebut urinanalisis, sering dilakukan pada awal. Urin diperiksa secara fisik seperti warna, bau,
penampilan, dan kepadatan diperiksa secara kimia seperti protein, glukosa, dan pH. Kemudian
dilihat pada mikroskop untuk keberadaan unsur sel (sel darah merah dan putih, dll.), bakteri,
kristal, dsb. Apabila hasil tes ini menunjukkan positif, kemungkinan ada penyakit atau
penurunan pada fungsi ginjal, kemudian dapat dilakukan tes berikut:
Keluaran kreatinin (creatinine clearance). Tes ini menilai kemampuan ginjal untuk
menghilangkan senyawa yang disebut kreatinin dari darah. Kreatinin adalah bahan ampas
dari metabolisme tenaga otot, yang seharusnya disaring oleh ginjal dan dimasukkan pada
urin. Tes ini mengukur jumlah kreatinin yang dikeluarkan ke urin selama beberapa jam.
Untuk menghitung keluaran, tingkat kreatinin dalam darah juga harus diukur.
Keluaran urea. Urea adalah bahan ampas dari metabolisme protein, dan dikeluarkan
dalam urin. Seperti keluaran kreatinin, tes ini mengukur jumlah urea yang dikeluarkan ke
urin selama beberapa jam, dan juga membutuhkan pengukuran tingkat urea dalam darah.
Osmologi urin. Tes ini mengukur jumlah partikel (bibit) yang dilarutkan dalam urin,
untuk menilai kemampuan ginjal untuk mengatur kepekatan urin sebagaimana konsumsi
air meningkat atau menurun.
Keberadaan protein. Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari darah dan
menyerapnya kembali, sehingga tingkat protein dalam urin tetap rendah. Apabila
ditemukan protein dalam urin merupakan tanda penyakit ginjal.
Tes Darah
Ada beberapa tes darah yang dapat membantu menilai fungsi ginjal:
Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN). Urea adalah produk samping dari
metabolisme protein. Bahan ampas ini dibentuk oleh hati, kemudian disaring oleh ginjal
dan dikeluarkan dalam urin oleh ginjal. Tingkat BUN dalam darah dapat menandai
masalah ginjal, tetapi karena juga dipengaruhi oleh fungsi hati, tes harus dilakukan
bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus menandai masalah ginjal.
15 | P a g e
Kreatinin. Tes ini mengukur tingkat kreatinin dalam darah. Karena tingkat kreatinin
hanya sedikit dipengaruhi oleh fungsi hati, tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah
lebih khusus menandai penurunan pada fungsi ginjal.
Tes lain. Pengukuran tingkat zat lain, yang seharusnya diatur oleh ginjal, dalam darah
dapat membantu menilai fungsi hati. Zat ini termasuk zat natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, kalsium, magnesium, fosforus, protein, asam urik dan glukosa.
Hasil Tes
Harus ditekankan bahwa hasil tes dapat berbeda tergantung pada alat yang dipakai pada
laboratorium yang melakukan tes dan cara penggunaannya. Laporan laboratorium yang kita
terima setelah melakukan tes menunjukkan nilai rujukan yang berlaku. Bila kita ingin dapat
komentar mengenai hasil tes, sebaiknya kita menyebut hasil tes dan nilai rujukan. Nilai rujukan
normal terdapat pada tabel di bawah ini:
Ukuran Satuan Nilai Rujukan
Kreatinin Darah U/L 60 – 150 (P)
70 – 160 (L)
Urea mg/dL 8 – 25
Natrium mmol/L 135 – 145
Klorida mmol/L 94 – 111
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0
Nilai rendah untuk keluaran kreatinin dan urea menandai penurunan kemampuan ginjal untuk
menyaring bahan ampas ini dari darah dan menghilangkannya dalam urin. Sebagaimana keluaran
menurun, tingkat kreatinin, urea dan asam urik dalam darah meningkat. Sebaliknya, tingkat
kreatinin yang tinggi dalam darah sangat spesifik menandai penurunan pada fungsi ginjal.
Ketidakmampuan ginjal untuk mengatur kepekatan urin sebagai tanggapan pada perubahan
dalam konsumsi cairan, yang ditandai oleh tes osmologi dapat menandai penurunan pada fungsi
ginjal. Karena ginjal yang sehat tidak mengeluarkan protein pada urin, adanya protein dalam urin
juga menandai beberapa jenis penyakit ginjal.
16 | P a g e
SISTEM URINDefinisi urin adalah cairan yang di eskresi ginjal, disimpan dalam kantung kemih dan
dikeluarkan melalui uretra.
SPESIMEN (SAMPEL) URIN
Syarat-syarat spesimen :
1. Jenisnya sesuai dengan pemeriksaan
2. Volume cukup untuk semua jenis pemeriksaan
3. Kondisi layak (segar, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal)
4. Antikoagulan yang digunakan sesuai
5. Ditampung di wadah yang memenuhi syarat (tabung tertutup rapat)
Cara Pengambilan Spesimen Urin
1. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut
menggunakan semprit dan jarum steril. Desinfeksi kulit antara pusar sampai dengan
bagian genital, kemudian anastesi pada tempat tusukan. Masukkan jarum ke kandung
kemih yang sedang penuh, hisap, kemudian tamping di dalam botol dan tutup rapat.
Pemeriksaan bebas dari bakteri uretra dan perineum. Diutamakan untuk anak dan
pemeriksaan anaerobik.
2. Kateter
Bahan urin diambil melalui kateter dengan jarum dan semprit steril. Asepsi pada bagian
kateter yang akan ditusukkan. Tempat penusukkan kateter sebaiknya sedekat mungkin
dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih. Penilaian sama dengan
punksi suprapubik. Pemeriksaan ini berisiko tercemar bakteri.
3. Urin Porsi Tengah
17 | P a g e
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan
yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita.
Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel
dan menyebabkan kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai
larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan
jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa
steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian
buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi
dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari
dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi,
kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang
kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter
urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah
steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar
wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan
kirim segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara
uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan
sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk
18 | P a g e
membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya
sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis
dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi,
lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang
telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam
wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar
wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan
kirim segera ke laboratorium.
URIN SEWAKTU
Urin sewaktu ialah urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus.
Pemeriksaan urin dengan specimen ini cukup baik untuk urinalisa rutin disertai pemeriksaan
badan tanpa pendapat khusus.
URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa
rutin diperlukan:
Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung
konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.
Jumlah minimal 10mL.
Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan
menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah,
mungkin memerlukan bantuan.
Spesimen harus bebas dari feses.
19 | P a g e
Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa
dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam
suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah
akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
URIN TAMPUNG (timed urin specimen)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya
disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu, seperti toluene, thymol,
dll.) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.
Yang termasuk specimen jenis ini diantaranya:
Urin postprandial (1 ½ - 3 jam setelah makan)
Urin 24 jam
Urin siang 12 jam
Urin malam 12 jam
Urin 2 jam, dll.
Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih
besar. Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:
Mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa
Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin,
hormone tertentu)
Komposisi Urin terdiri dari, 0.05 % Ammonia, 0.18 % Sulfat, 0.12 % Fosfat, 0.6 % Klorida, 0.01
% Magnesium, 0.15 % Kalsium, 0.6 % Kalium, 0.1 % Sodium, 0.1 % Kreatin, 0.03 % Asam
Urat, 2 % Urea.
Urin steril sampai mencapai uretra mana sel-sel epitel lapisan uretra yang dijajah oleh batang
Gram negatif fakultatif anaerobik dan coccus. Selanjutnya untuk eliminasi dari tubuh, urin bisa
mendapatkan bau yang kuat karena aksi bakteri dan khususnya pelepasan asphyxiating amonia
20 | P a g e
dari pemecahan urea. Pada abad pertengahan pakaian disimpan dalam garderobe (harfiah 'untuk
menjaga jubah yang') dekat dengan poros toilet karena amonia ini akan membunuh kutu. Istilah
garderobe menjadi eufemisme untuk toilet untuk alasan itu. Beberapa penyakit mengubah
kuantitas dan konsistensi urin, seperti gula sebagai konsekuensi diabetes. Beeturia, yang
mempengaruhi sekitar 10-14% dari populasi, hasil dalam ekskresi betanin setelah makan bit
(seperti bit) menghasilkan urin dengan warna pink / kemerahan. Beeturia dapat muncul dan
menghilang pada individu.
21 | P a g e
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIKPemeriksaan makroskopik urin meliputi pemeriksaan :
1. Jumlah urin
Orang sehat dalam sehari semalam memproduksi urin sebanyak 300 – 2500 mL/24 jam,
tergantung dari jumlah intake cairan / harinya.
Poliuria : jumlah urin/24 jam lebih dari 2500 mL
Oligouria : produksi urin/24 jam antara 100 – 300 mL
Anuria : produksi urin/24 jam kurang dari 100 mL
2. Warna urin
Normalnya warna urin berwarna kuning muda oleh karna pigmen urokrom
Merah
Patologis : adanya hemoglobin, mioglobin dan bilirubin (adanya perdarahan saluran
kencing)
Non patologis : karna adanya obat obat tertentu, karna zat warna dari makanan tertentu.
Jingga
Patologis : zat warna empedu
Non patologis : karna obat obatan, pyridium,dan obat fenothiazin
Kuning
Patologis : karna urin pekat, keberadaan urobilin dan biliribin
Non patologis : banyak makan wortel,obat fenacetin,kaskara,nitrofuration
Hijau
Patologis : Keadaan biliverdin dan keberadaan bakteri pseudomonas
Non patologis : obat preparat vitamin dan obat psikoaktif
Biru
22 | P a g e
Patologis : tidak ada
Non patologis : deurika tertentu
Coklat
Patologis keberadaan hematin asam, mioglobin, dan zat warna empedu
Non patologis : obat – obat nitrofuration dan levodopa
Hitam / hampir hitam
Patologis : keberadaan melamin, urobilin, dan methemoglobin
Non patologis : obat levodopa, kaskara, senyawa besi dan fenol
3. Kejernihan
Nomalnya urin segar jernih
Urin yang sejak dikemihkan sudah keruh dapat disebabkan oleh : banyak mengandung
fosfat, bakteri, sedimen dalam jumlah banyak, chylus dan benda benda koloid.
Urin yang semula jernih, kemudian jadi keruh, dapat disebabkan oleh : urat amorf, fosfat
amorf, karbonat. Zat zat ini dapat mengendap di urin alkali atau urin menjadi alkali.
4. Berat jenis
Normalnya berat jenis urin 1.003 – 1.030.
Berat jenis dapat di pengaruhi oleh produksi urin, komposisi urin, dan fungsi daya pekat
oleh ginjal.
5. Bau urin
Normalnya urin berbau khas
Bau buah buahan misalnya pada penderita diabetes melitus
Amoniak akibat perombakan ureum di urin dalam urin
Bau busuk misalnya pada penderita karsinoma saluran kemih
6. pH
normalnya pH urin 4.5 – 8.0
patologis apabila pH urin < 4.5 atau > 8.0
23 | P a g e
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK1) Definisi :Pemeriksaan mikroskopik untuk menilai benda-benda padat dari tubuh dan
bukan dari tubuh dan untuk menilai sedimen urine dengan melihat adanya:
Sel dari
darah
Sel dari saluran Sel dari sal.
kemih
Silinder Kristal
Eritrosit Epitel Bakteri Hialin Urin
asam:as.urat,natrium
urat
Leukosit gepeng Fungi Granul Urin netral:calcium
oksalat
transisional Parasit Waxy Urin
alkali:ammonium-
magnesium fosfat
bulat Fibrin
oval fat bodies Eritrosit
leukosit
2) sedimen
tujuan :mengidentifikasi jenis sedimen untuk mendeteksi kelainan ginjal & saluran
kemih.
jenis:
1. organic: sel dari darah ,sel dari saluran,silinder,sel dari luar sal.kemih
2. anorganik: Kristal-kristal
3) unsure-unsur organic dalam urine
24 | P a g e
sel epitelberinti 1,ukuran lebih besar dari leukosit, bentuknya berbeda-beda
menurut tempat asalnya:
a) sel epitel gepeng(skuamous)wanita lebih banyak dari pria, berasal dari
vulva/uretra bagian distal.
b) Sel Epitel transisionalberasal dari kandung kencing.
c) Sel Epitel yg berasal dari pelvis ginjal & tubuli lebih bulat & lebih kecil dari
skuamous.
Pemeriksaan urine yang normal
o Sel epitel skuamous & transisional selalu ada ,Sel epitel bulat dari tubuli
ginjal jumlahnya sangat sedikit
Pemeriksaan Urine yang tidak normal
o Sel epitel bulat bertambah banyak kemungkinan glomerulophritis/diduga
iritasi pada permukaan selaput lendir dlm tractus urogenitalis
Oval fat bodiessel epitel yg mengalami degenerasi lemak
Pemeriksaan urine yg normal
o Tidak terdapat oval fat bodies
Pemeriksaan Urine yg tidak normal
o Terdapat OFB ,diduga sindrom nefrotiksel epitel bulat berlemak berasal
dari tubuli ginjal yang iritasi.
Leukosit nampak seperti benda bulat berbutir halus, intinya lebih jelas jika
sedimen diberi larutan as.asetat10%
Pemeriksaan Urine normal
o Tidak ditemukan
25 | P a g e
Pemeriksaan urine yg tak normal
o Leukosit>>5 leukosit/LPB diduga ada radang purulent di bagian tractus
urogenitalis.
Eritrosit pada urine pekat mengkerut,pada urine encer membengkak,dalam
urine alkali mengecil
Pemeriksaanurine normal
o Tidak terdapat
Pemeriksaanurine tidak normal
o Eritrosit>>1 eritrosit/LPBdiduga ada radang diathesis ,trauma,
hemoragik.
Silinder dibentuk dari tubuli ginjal
Silinder hialinsilinder yg sisinya parallel &uj.bulat ,homogeny &tak
berwarna
Silinder berbutir halus:berbentuk seperti silinder hialin
Kasar:lebih pendek&tebal
Silinder lilin
Silinder fibrin
Silinder eritrosit
Silinder leukosit
Silinder lemak
Pemeriksaanurine normal
o Dengan addis count didapat silinder hialin 2000/jam
Pemeriksaan urine tak normal
o Jika ditemukan silinder lilin diduga nephritis lanjut
o Jika silinder berbutir kasardiduga ada kelainan
26 | P a g e
4) Unsur-unsur anorganik dalam urine
Kristal2merupkan zat sampah metabolism yg normal, ada & banyaknya
ditentukan oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolism &
konsentrasi urine
Pemeriksaan urine yg normal
o Kristal as. Urat ,calcium oksalat,tripel fosfat jika ditemukan normal
sebagai zat sampah metabolisme.
o Kristal dari obat-obat sulfonamida.
Pemeriksaan urine yg tak normal
o Ditemukan kristal2:cystine,leucyne,tyrosin,kolesterol,bilirubin 1, dan
hematoidin.
(Penuntun Laboratorium Klinik, R. Gandasoebrata)
27 | P a g e
PEMERIKSAAN KIMIAWI
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera
dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut
disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu
dengan suhu kamar. Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin
pagi atau urin yang telah berada dalam bulibuli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan
bilirubin,urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar
bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang
menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein.
Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk
pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan
protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu
hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya
protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium
kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu
dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan
pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai
hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi
glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat
disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis
akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-
lain
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan denganmemakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara
reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain
glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan
seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara
28 | P a g e
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada
cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa,
fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip
palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau
benda keton melebihi 40 mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing,
phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang
menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena
aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan
reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat leblih dari 5-10 mg/dl, tetapi cara ini kurang
peka. Untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu
mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-
hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa
yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan
metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini
terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat. Pemeriksaan bilirubin dalam urin
berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang
menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium
dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini
menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin
terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu
dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
29 | P a g e
A. Esbach
Adalah pemeriksaan kuantitatif albumin dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam
pikrat 1% dalam air dan larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Hasil positif di lihat
dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein.
PEMERIKSAAN pH URINE
Prinsip :
Perubahan warna pada kertas lakmus bila dalam keadaan keasaman tertentu
Hasil :
1. Reaksi urine asam : jika lakmus biru berubah jadi merah
2. Reaksi urine basa : jika lakmus merah berubah jadi biru
3. Reaksi urine netral : jika lakmus merah / biru , tidak berubah warna
B. PEMERIKSAAN PROTEIN
Pemanasan dengan Asam Asetat:
1. Masukkan urin yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 tabung penuh.
2. Dengan memegang tabung reaksi tersebut pada ujung bawah, lapisan atas urin itu dipanasi
diatas nyala api sampai mendidih selama 30 menit.
3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urine itu, dengan membandingkan jernihnya
dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia di sebabkan oleh
protein, tetapi mungkin juga disebabkan oleh kalsium pospat/kalsium karbonat.
4. Kemudian teteskan kedalam urine yang masih panas itu 3-5 tetes lart. Asam asetat 6%. Jika
kekeruhan itu tetap/bertambah keruh berarti tes protein Positif.
5. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih & kemudian berilah penilaian semi
kuantitatif kepada hasilnya.
Penilaian Hasil:
1. - : tidak ada kekeruhan.
2. + : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01-0,05%).
3. ++ : kekeruhan mudah di lihat & nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut (0,05-0,2%).
30 | P a g e
4. +++ : urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).
5. ++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%).
C. PEMERIKSAAN REDUKSI
Tujuan :
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine .
Reagensia : (spt : benedict, fehling, nylander).
Penilaian Hasil :
1. Dinyatakan negative (-) apabila tidak ada perubahan warna, tetap biru sedikit kehijauan (tidak
ada glukosa).
2. Positif 1 (+) : warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5-1% glukosa).
3. Positif 2 (++) : warna kuning keruh (terdapat 1-1,5% glukosa).
4. Posistif 3 (+++) : warna jingga, seperti lumpur keruh (2-3,5% glukosa).
5. Positif 4 (++++) : merah keruh (> 3,5% glukosa).
Normal : urine reduksi negative.
Reduksi positif dalam urine menunjukkan adanya hiperglikemia di atas 170 mg%, karena nilai
ambang batas ginjal untuk absorbs glukosa adalah 170 mg%.
Reduksi positif di sertai hiperglikemia menandakan adanya penyakit diabetes mellitus.
D. PEMERIKSAAN BILIRUBIN
Dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau uji Fouchet (Harison spot
test) dengan feri klorida asam (FeCl2).
Uji bilirubinuria dengan reaksi diazo banyak dipakai karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di
antara dua macam uji diazo, uji tablet (mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
Reaksi diazo.
1. Kumpulkan spesimen urin pagi atau urine sewaktu/acak (random).
2. Celupkan stik reagen (dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan
warnanya dengan bagian warna pada botol reagen.
Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih di anjurkan untuk memperkecil kesalahan
31 | P a g e
dalam pembacaan secara visual.
Uji Fouchet
1. Ke dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat jenuh.
2. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm.
3. Buang supernatant, tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan.
Amati perubahan warna yang terjadi.
Reaksi negatif jika tidak tampak perubahan warna.
Reaksi positif jika terjadi perubahan warna : hijau atau biru.
Pengujian harus di lakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus di hindarkan dari pancaran sinar
matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi biliverdin.
Nilai Rujukan
Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium :
Uji dengan reaksi Diazo.
- Reaksi negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar
nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin
akibat spesimen urin terkena sinar matahari (ultraviolet) langsung.
- Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi
berwarna merah.
Uji Fouchet
- Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat penundaan
pemeriksaan.
- Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.
32 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
www.google.com (gambar)
www.jurnalkedokteran.com
Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.
www.fk.unair.ac.id
Handout Lab Activity Departemen Patologi Klinik UPN “Veteran” Jakarta
id.shvoong.com
33 | P a g e