case ckd

29

Click here to load reader

Upload: melati-satrias

Post on 11-Sep-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Medical

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,

    mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan

    gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

    penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti

    ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.1

    Berdasarkan epidemiologi, di negara-negara berkembang insiden penyakit ginjal kronik

    diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk per tahun. Etiologi penyakit ginjal kronik

    sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Perhimpunan Nefrologi Indonesia

    (Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia

    yaitu glomerulonefritis 46,39%, diabetes melitus 18,65%, Obstruksi dan infeksi 12,85%,

    hipertensi 8,46%, sebab lain 13,65%.1

  • 2

    BAB II

    ILUSTRASI KASUS

    2.1 Identitas

    Nama : Sonny H. A. Kotambunan

    No. RM : 01349783

    Usia : 56 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Jl. H. Jimin RT/RW 07/02, Petukangan Utara, Pesanggrahan,

    Jakarta Selatan

    Tempat/tanggal lahir : Tondano/09 April 1958

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Pekerja sektor informal

    Status pernikahan : Menikah

    Pendidikan : Tidak sekolah

    Masuk instalasi gawat darurat Rumah Sakit Fatmawati pada tanggal 15 Februari 2015 pukul

    21.00

    Masuk instalasi rawat inap Gedung Teratai lantai 5 selatan Rumah Sakit Umum Pusat

    Fatmawati pada tanggal 17 Februari pukul 23.00

    2.2 Anamnesis

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 18 Februari

    2015 pukul 08.00, di bangsal IRNA Teratai, ruang 524B RSUP Fatmawati.

    A. Keluhan Utama

    Lemas dan pucat sejak 1 minggu SMRS

    B. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien seorang laki-laki, 56 tahun, datang dengan keluhan lemas sejak 1 minggu SMRS.

    Sesak napas dan dada berdebar disangkal. Tidak ada keluhan BAB hitam dan mimisan.

    Kelemahan anggota gerak sebelah disangkal dan kaki terasa baal disangkal. Pasien juga

    merasakan mual dan muntah 2 minggu SMRS.

  • 3

    Riwayat minum obat-obatan anti nyeri sebelumnya disangkal. BAK dikatakan masih

    banyak. Pasien menderita DM sejak 14 tahun yang lalu, dan memiliki riwayat minum

    obat glibenclamide tidak teratur, gula darah rata-rata kurang dari 200 mg/dl, sempat

    mencapai 300 mg/dl. Riwayat penurunan kesadaran atau pingsan disangkal. Selain itu

    pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 30 tahun yang lalu, minum obat captopril tetapi

    tidak teratur. Terdapat riwayat penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir sebanyak

    10 kg. Saat ini mata kiri pasien tidak dapat melihat dengan baik.

    C. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien memiliki riwayat DM, Hipertensi. Riwayat sakit asma dan sakit jantung

    disangkal. Terdapat riwayat operasi katarak pada mata kanan di tahun 2010.

    D. Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. Riwayat DM, hipertensi, asma, dan

    penyakit jantung pada keluarga disangkal.

    E. Riwayat Kehidupan dan Kebiasaan

    Pasien kebiasaan merokok 2-3 bungkus per hari tetapi sudah berhenti sejak 10 tahun

    yang lalu.

    2.3 Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 Februari 2015, di bangsal IRNA Teratai, ruang

    524B, RSUP Fatmawati.

    A. Keadaan Umum

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis

    Status Gizi : TB: 167 cm, BB: 68 kg; BMI: 24.38 (Kesan gizi baik)

    B. Tanda Vital

    Tekanan Darah : 180/120 mmHg

    Nadi : 100x/menit

    Pernapasan : 20x/menit

    Suhu : 37,5C

    C. Kepala dan Leher

    Bentuk kepala : Normocephali

  • 4

    Rambut : Hitam, distribusi tidak merata, tidak mudah dicabut

    Wajah : Simetris

    Mata

    Tidak ada oedem palpebra dextra dan sinistra

    Konjunctiva anemis +/+

    Sklera ikterik -/-

    Pupil isokor, 3 mm

    Kekeruhan pada lensa mata -/+

    Reflek cahaya langsung +/+

    Refleks cahaya tidak langsung +/+

    Telinga

    Tidak ditemukan kelainan pada preaurikula dextra dan sinistra

    Bentuk aurikula dextra dan sinistra normal, tidak ditemukan kelainan kulit, tidak

    hiperemis

    Tidak ditemukan kelainan pada retroaurikula dextra dan sinistra

    Nyeri tekan tragus -/-

    Nyeri tekan aurikula -/-

    Nyeri tarik aurikula -/-

    Nyeri tekan retroaurikula -/-

    Hidung

    Deviasi septum nasi -, tidak ada napas cuping hidung, nyeri tekan

    Nares anerior: sekret -/-, darah -/-, hiperemis -/-

    Tidak ditemukan deviasi septum

    Mulut

    Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, tidak terdapat gangguan bicara, sudut

    bibir kanan dan kiri tampak simetris saat bicara dan tersenyum.

    Tidak ditemukan kelainan kulit daerah perioral

    Bibir tidak kering, tidak sianosis

    Oral higiene cukup baik

    Lidah tidak kotor, tidak tremor, lurus terjulur ditengah, tidak hiperemis, tidak kering

  • 5

    Uvula terletak ditengah, tidak oedem

    Faring tidak hiperemis

    Tonsil T1-T1 tenang.

    Leher

    Inspeksi : Bentuk leher tidak tampak ada kelainan, tidak tampak pembesaran

    kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran KGB, tidak tampak deviasi trakea

    Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, trakea teraba di tengah, JVP 5-2

    cmH2O.

    Auskultasi : Tidak terdengar bruit

    D. Thorax

    Thorax Anterior

    Inspeksi

    Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang

    tertinggal, pernapasan abdominotorakal

    Tidak tampak retraksi sela iga

    Tidak ditemukan eflouresensi pada kulit dinding dada

    Tidak terdapat kelainan tulang iga dan sternum

    Tidak terlihat spider navy

    Palpasi

    Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba benjolan pada

    dinding dada

    Gerak nafas simetris

    Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan paru, friction fremitus (-), thrill (-)

    Perkusi

    Kedua hemithoraks secara umum terdengar sonor

    Batas kanan paru-jantung pada sela iga IV, garis parasternalis kanan

    Batas kiri paru-jantung pada sela iga V, bergeser ke arah lateral dari garis

    midclavicularis kiri

    Batas atas kiri paru-jantung pada sela iga III, garis parasternalis kiri

  • 6

    Auskultasi

    Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronkhi -/-, wheezing-/-

    BJ I, BJ II regular, murmur (-), gallop (-), splitting (-)

    Thorax Posterior

    Inspeksi

    Bentuk simetris saat dinamis dan saat statis

    Tidak terlihat eflouresensi

    Tidak terlihat benjolan

    Tidak terdapat kelainan vertebra

    Palpasi

    Gerak nafas simetris

    Vocal fremitus simetris

    Tidak ditemukan nyeri tekan

    Perkusi

    Tidak terdapat nyeri ketuk

    Perkusi secara umum terdengar sonor

    Batas bawah paru kanan pada sela iga X, batas bawah paru kiri pada sela iga XI

    Auskultasi

    Suara nafas vesikuler +/+

    E. Abdomen

    Inspeksi

    Bentuk perut datar

    Venektasi (-), caput medusae (-)

    Umbilikus terletak di garis tengah

    Tidak tampak pulsasi abdomen pada regio epigastrika

    Auskultasi

    Bising usus (+) normal

    Arterial bruit (-)

    Palpasi

    Dinding abdomen teraba supel, defans muskular (-), turgor kulit baik

  • 7

    Terdapat nyeri tekan epigastrium

    Hepar dan lien tidak teraba

    Ballotement -/-

    Undulasi (-)

    Perkusi

    Shifting dullness (-)

    F. Ekstremitas

    Ektremitas atas

    Inspeksi

    Tangan kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak terdapat lesi kulit

    Palmar eritema (-)

    Tidak sianosis, tidak ikterik

    Clubbing finger

    Tidak tampak pembengkakan sendi, kedua extremitas atas dapat bergerak aktif dan

    bebas

    Tidak ada gerakan involunter

    Palpasi

    Tidak terdapat nyeri tekan

    Akral hangat

    Pitting edema -/- -/-

    Refleks patologis Hoffmann Tromner -/-

    Flapping tremor-/-

    Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi

    Kekuatan otot normal 5555 5555

    5555 5555

    Ekstremitas bawah

    Inspeksi

    Tungkai kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak tampak

    pembengkakan, tidak terdapat lesi kulit

    Tidak sianosis, tidak ikterik

  • 8

    Clubbing finger

    Kedua tungkai dapat bergerak aktif dan bebas

    Palpasi

    Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua tungkai kanan dan kiri

    Pitting oedem - -

    - -

    Klonus patella -/-, klonus achilles -/-

    Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi

    2.4 Pemeriksaan Laboratorium

    Hasil laboratorium

    Pemeriksaan 15/02/2015; 21.07 Nilai Rujukan

    Hematologi

    Hemoglobin 6.5 13.2 - 17.3 g/dl

    Hematokrit 18 33-45 %

    Leukosit 6.9 5-10 ribu/UL

    Trombosit 254 150-440 ribu/UL

    Eritrosit 1.99 4.40-5.90 juta/UL

    VER 91.0 80-100 fl

    HER 32.6 26-34 pg

    KHER 35.8 32-36 g/dl

    RDW 15.5 11.5-14.5 %

    Fungsi Hati

    SGOT 24 0- 34 u/L

    SGPT 15 0 - 40 u/L

    Fungsi Ginjal

    Ureum 203 20 40 mg/dl

    Kreatinin 11.5 0.5 1.5 mg/dl

    Pemeriksaan Diabetes

    Gula Darah Sewaktu 95 70 140 mg/dl

    Elektrolit Darah

    Natrium 134 135 147 mmol/L

    Kalium 3.11 3.10 5.10 mmol/L

    Klorida 105 95 108 mmol/L

    Sero-Imunologi

    Golongan darah O/Rh (+)

  • 9

    Hasil follow up laboratorium

    Pemeriksaan 18/02

    15:18

    Nilai Rujukan

    Hematologi

    Hemoglobin 8.3 13.2- 17.3 g/dl

    Hematokrit 24 33-45 %

    Leukosit 5.1 5-10 ribu/UL

    Trombosit 219 150-440 ribu/UL

    Eritrosit 2.72 3.8-5.2 juta/UL

    VER 88.5 80-100 fl

    HER 30.5 26-34 pg

    KHER 34.4 32-36 g/dl

    RDW 15.5 11.5-14.5 %

    Hitung Jenis

    Basofil 0 0 1%

    Eosinofil 3 1 3%

    Netrofil 64 50 70%

    Limfosit 24 20 40%

    Monosit 8 2 8%

    Luc 1 < 4.5%

    Retikulosit 0.7 0.5 1.5

    Hemostasis

    APTT 32.6 26.3 40.3

    PT 13.4 11.5 14.5

    INR 0.99 0.8 1.2

    Fibrinogen 398 1.005 1.030

    D-dimer 300 < 300 ng/ml

    Feritin 1025 22 322 ng/ml

    Serum iron 98.0 65 175 mg/dl

    TIBC 213 253 435 mg/dl

    SADT

    Eritrosit Normositik, normokrom, anisositosis,

    polikromasi

    Leukosit Jumlah dan morfologi normal

    Trombosit Jumlah dan morfologi normal

    Fungsi Hati

    Albumin 3.60 3.4 4.8 g/dl

    Elektrolit Darah

    Kalsium total 7.30 8.8 10.3 mg/dl

    Sero-Imunologi Hepatitis

    HBsAg Non reaktif Non reaktif

    Anti HCV Non reaktif Non reaktif

  • 10

    2.5 Resume

    Pasien laki-laki, 56 tahun datang dengan keluhan pucat dan lemas sejak 1 minggu sebelum

    masuk rumah sakit. Terdapat keluhan mual dan muntah 2 minggu sebelum masuk rumah

    sakit. Tidak ada keluhan buang air besar dan buang air kecil. Terdapat riwayat DM sejak 14

    tahun yang lalu dan minum glibenclamide tetapi tidak teratur. Riwayat hipertensi sejak 30

    tahun yang lalu dan minum captopril tetapi tidak teratur. Terdapat riwayat penurunan berat

    badan sebanyak 10 kg dalam 1 bulan terakhir.

    Pemeriksaan fisik :

    Tampak sakit sedang, compos mentis, kesan gizi baik.

    Tanda vital: Tekanan darah: 180/120, Suhu: 37,50C

    Mata: konjunctiva anemis +/+, nyeri tekan epigastrium +

    Pemeriksaan Laboratorium :

    Kesan :

    Hematologi: penurunan Hb, hematokrit dan jumlah sel darah merah

    Peningkatan ureum dan kreatinin darah

    LFG = (140 56) x 68/72 x 11.5 = 3.13 ml/menit/1.73 m2, kesan: CKD derajat 5

    SADT: Kesan: anemia normositik normokron suspek anemia e.c penyakit kronik

    Hipokalsemia dan hiponatremia

    Osmolaritas: (2 x (Na + K)) + GDS/18 + ((Na + Ca)/16.4) = 288.11 (normoosmolar)

    Feritin meningkat, TIBC menurun, serum iron normal

    2.6 Daftar Masalah

    1) Acute on CKD dd/ CKD stage 5

    2) Hipertensi grade 2

    3) Anemia normositik normokrom suspek e.c penyakit kronik dd/ renal

    4) Dispepsia

    5) Hipokalsemia

    6) Hiponatremia, normoosmolar

  • 11

    2.7 Rencana Pemeriksaan

    Pemeriksaan microalbumin urin, USG abdomen, pemantauan GDS harian, pemeriksaan EKG

    2.8 Penatalaksanaan

    2.8.1 Non medikamentosa

    IVFD vemflon

    Diet ginjal rendah garam dan kalori 1900 kkal

    2.8.2 Medikamentosa

    Captopril 1 x 12.5 mg s.c

    Valsartan 1 x 160 mg p.o

    Amlodipin 1 x 10 mg p.o

    Omperazole 2 x 40 mg i.v

    Domperidone 3 x 10 mg p.o

    Bicnat 3 x 500 mg p.o

    CaCO3 3 x 500 mg p.o

    Asam folat 1 x 15 mg p.o

    Vitamin B12 3 x 50 mg p.o

    Sucralfat 1 x 15 cc p.o

    Simvastatin 1 x 10 mg p.o

    Koreksi bicnat: 75 meq Bicnat dalam 100 cc D5% selama 4 jam (2 kali)

    Transfusi PRC 500 cc

    2.9 Prognosis

    Ad vitam : dubia ad malam

    Ad fungsionam : dubia ad malam

    Ad sanationam : dubia ad malam

  • 12

    2.10 Follow up

    1) Follow Up Tanggal 19 Februari 2015

    Subjektif Lemas berkurang

    Objektif TSS.CM.

    TD : 160/90 mmHg FN : 84 x/menit RR : 18 x/menit T : 37,5oC

    Mata : Konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-

    Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB

    Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

    Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan epigastrium (-), Hepar dan

    lien tidak teraba, Bising usus (+) normal, nyeri ketok CVA -/-

    Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, lesi kulit -/- -/-

    Hasil pemeriksaan EKG:

    Irama sinus, QRS rate 85x/menit, PR int: 0,16, QRS int: 0,08, left

    axis deviation, anteroseptal infark

    Pemeriksaan GDS: 100 mg/dl

    Pemeriksaan 19/02

    14:20

    Nilai Rujukan

    Analisis Gas Darah

    pH 7.332 7.370 7.440

    pCO2 31.7 35 45 mmHg

    pO2 144.8 83 108 mmHg

    BP 753 -

    HCO3 16.4 21 28 mmol/L

    O2 saturasi 98.7 95 99%

    BE (base

    excess)

    -8.2 -2.5 2.5 mmol/L

    Total CO2 17.4 19 24

    Elektrolit Darah

    Natrium 139 135 147 mmol/L

    Kalium 3.07 3.10 5.10 mmol/L

    Klorida 111 95 108 mmol/L

    Assessment 1. Acute on CKD dengan asidosis metabolik dd/ CKD stage 5

    2. Hipertensi grade 2

    3. Hipertensive heart disease

    4. Anemia normositik normokrom renal

  • 13

    5. Hipokalemia

    Planning USG abdomen

    Rtx/:

    IVFD vemflon

    Diet ginjal rendah garam dan kalori 1900 kkal

    Captopril 1 x 12.5 mg s.c

    Valsartan 1 x 160 mg p.o

    Amlodipin 1 x 10 mg p.o

    Omperazole 2 x 40 mg i.v

    Domperidone 3 x 10 mg p.o

    Bicnat 3 x 500 mg p.o

    CaCO3 3 x 500 mg p.o

    Asam folat 1 x 15 mg p.o

    Vitamin B12 3 x 50 mg p.o

    Sucralfat 1 x 15 cc p.o

    Simvastatin 1 x 10 mg p.o

    2) Follow Up Tanggal 20 Agustus 2014

    Subjektif Tidak ada keluhan

    Objektif TSS.CM.

    TD : 160/90 mmHg FN : 84 x/menit RR : 18 x/menit T : 37oC

    Mata : Konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-

    Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB

    Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

    Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak

    teraba, Bising usus (+) normal, nyeri ketok CVA -/-

    Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, lesi kulit -/- -/-

    USG tidak dilakukan karena pasien pulang atas permintaan sendiri

  • 14

    Hasil pemeriksaan GDS : 115 mg/dl

    Pemeriksaan 20/02

    10:37

    Nilai Rujukan

    Fungsi Ginjal

    Ureum 199 20 40 mg/dl

    Kreatinin 11.5 0.6 1.5 mg/dl

    Diabetes

    HbA1C 5.4 4 6%

    Elektrolit Darah

    Natrium 141 135 147 mmol/L

    Kalium 2.86 3.10 5.10 mmol/L

    Klorida 106 95 108 mmol/L

    Fosfor 4.2 2.4 5.1 mmol/L

    Kalsium ion 0.95 1 1.15 mmol/L

    Assessment 1. Acute on CKD dengan asidosis metabolik dd/ CKD stage 5

    2. Hipertensi grade 2

    3. Hipertensive heart disease

    4. Anemia normositik normokrom renal

    5. Hipokalemia

    Planning Rdx/ Pemeriksaan microalbumin urin

    Rtx/ IVFD vemflon

    Diet ginjal rendah garam dan kalori 1900 kkal

    Captopril 1 x 12.5 mg s.c

    Valsartan 1 x 160 mg p.o

    Amlodipin 1 x 10 mg p.o

    Omperazole 2 x 40 mg i.v

    Domperidone 3 x 10 mg p.o

    Bicnat 3 x 500 mg p.o

    CaCO3 3 x 500 mg p.o

    Asam folat 1 x 15 mg p.o

    Vitamin B12 3 x 50 mg p.o

    Sucralfat 1 x 15 cc p.o

    Simvastatin 1 x 10 mg p.o

    Edukasi mengenai renal replacement therapy

    (RRT)/dialisis tetapi pasien menolak (pulang atas

    permintaan pasien)

  • 15

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 PENYAKIT GINJAL KRONIK

    3.1.1 Definisi

    Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam,

    mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan irreversibel, pada suatu derajat yang

    memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.2

    Kriteria penyakit ginjal kronik adalah:2

    a. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau

    fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)

    b. Terdapat tanda kelainan ginjal termasuk kelainan dalam komposisi darah atau

    urin, atau kelainan dalam tes pencitraan.

    Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau lebih

    dari 60 ml/menit/1,73 m, tidak termasuk kriteria penyakit ginjal kronik.2

    3.1.2 Etiologi

    Penyebab PGK yang menjalani hemodialisis di Indonesia menurut Penefri adalah:3

    a. Glumerulopati Primer/GNC)12%

    b. Nefropati Diabetika 26%

    c. Nefropati Lupus/SLE 1%

    d. Penyakit Ginjal Hipertensi 35%

    e. Ginjal Polikistik 1%

    f. Nefropati Asam urat 2%

    g. Nefropati obstruksi 8%

    h. Pielonefritis kronik/PNC 7%

  • 16

    Gambar 3.1 Etiologi Penyakit Ginjal Kronik di indonesia3

    Penyebab lain adalah: infeksi, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipersensitif,

    gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan herediter, gangguan metabolisme,

    nefropati toksik, nefropati obstruksi dan intoksikasi obat.

    3.1.3 Klasifikasi

    Klasifikasi penyakit ginjal kronik adalah sebagai berikut:4

    Tabel 3.1 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (KDIGO 2012)

  • 17

    Gambar 3.2 Prognosis CKD Berdasarkan GFR dan Kategori Albuminuria4

    3.1.4 Patofisiologi

    Patofisiologi awalnya tergantung dari penyakit yang mendasari dan pada perkembangan

    lebih lanjut proses yang terjadi hampir sama. Adanya pengurangan massa ginjal mengakibatkan

    hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang

    diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor sehingga menyebabkan

    terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah

    glomerulus. Keadaan ini diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih

    tersisa dan pada akhirnya akan terjadi penurunan fungsi nefron secara progresif. Adanya

    peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal yang dipengaruhi oleh growth

    factor Transforming Growth Factor (TGF-) menyebabkan hiperfiltrasi, sklerosis dan

    progresifitas. Selain itu progresifitas penyakit ginjal kronik juga dipengaruhi oleh albuminuria,

    hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.5

  • 18

    Stadium awal penyakit ginjal kronik mengalami kehilangan daya cadangan ginjal (renal

    reverse) dimana basal laju filtrasi glomerulus (LFG) masih normal atau malah meningkat dan

    dengan perlahan akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif ditandai adanya

    peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Pada LFG sebesar 60%, masih belum ada keluhan

    atau asimptomatik tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum pada pasien.

    Pada LFG sebesar 30% mulai timbul keluhan seperti nokturia, lemah, mual, nafsu makan kurang

    dan penurunan berat badan dan setelah terjadi penurunan LFG dibawah 30% terjadi gejala dan

    tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme

    fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan juga mudah terjadi infeksi pada saluran

    perkemihan, pencernaan dan pernafasan, terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

    yaitu hipovolemia, hipervolemia, natrium dan kalium. Pada LFG kurang dari 15% merupakan

    stadium gagal ginjal yang sudah terjadi gejala dan komplikasi yang lebih berat dan memerlukan

    terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal.5

  • 19

    Gambar 3.3 Patofisiologi AKI dan CKD5

    3.1.5 Gambaran Klinis

    Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:1

    a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius,

    batu traktus urinarius, hipertensi, hiperuricemia, Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

    b. Sindroma uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual-muntah, nokturia,

    kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-

    kejang sampai koma.

    c. Gejala komplikasi yang dapat berupa hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah

    jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida).

  • 20

    3.1.6 Diagnosis

    Gambaran Laboratoris

    Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:1

    a. Sesuai penyakit yang mendasarinya

    b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan

    penurunan LFG yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockroft-Gault. Kadar

    kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.

    c. Kelainan biokimiawi darah yang meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan

    kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, asidosis metabolik.

    d. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria, cast, isostenuria.

    Gambaran Radiologis

    Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi:1

    a. Foto polos abdodmen, bisa tampak batu radio-opak.

    b. Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati filter

    glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap

    ginjal yang sudah mengalami kerusakan.

    c. Pielografi antegrad atau retrogad dilakukan sesuai dengan indikasi.

    d. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang

    menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.

    e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.

    Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal

    Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal

    yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidk bisa ditegakkan.

    Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi,

    prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsi ginjal kontra indikasi

    dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney), ginjal

    polikistik, gangguan pembekuan darah, gagal napas, dan obesitas.1

  • 21

    3.1.9 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi:1

    a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.

    b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.

    c. Memperlambat perburukan fungsi ginjal.

    d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.

    e. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transpantasi ginjal.

    Terapi Dasar Terhadap Penyakit Dasar (Hipertensi)

    Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7 yaitu:6

    Tabel 3.2 Klasifikasi Hipertensi dan Terapi yang Dapat Diberikan

  • 22

    Gambar 3.4 Alogaritma Penatalaksanaan Hipertensi

  • 23

    Gambar 3.5 Terapi Untuk Pasien Hipertensi dengan Compelling Indication6

    Pembatasan Cairan dan Elektrolit

    Bertujuan untuk mecegah terjadinya oedema dan komplikasi kardiovaskular. Air yang

    masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun

    insensible water loss, dengan asumsi iwl antara 500-800 ml/hari, maka air yang masuk

    dianjurkan 500-800 ml/hari ditambah jumlah urin.1

    Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium. Hiperkalemia dapat

    berakibat aritmia jantung yang fatal. Kadar kalium darah yang dianjurkan 3,5 5,5 mEq/L.

    Pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan oedema.1

    Terapi Pengganti Ginjal

    Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG

    kurang dari 15 ml/menit. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis

    atau transplantasi ginjal.1

  • 24

    3.1.10 Komplikasi

    Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik antara lain:1

    1. Anemia

    Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada penyakit ginjal

    kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoietin. Hal-hal lain yang ikut berperan

    dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misal pada perdarahan

    saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis,

    defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik, proses inflamasi

    akut maupun kronik. Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar hemoglobin 10 g%

    atau hematokrit 30%. Pemberian epo harus memperhatikan status besi. Karena epo

    memerlukan besi dalam mekanisme kerjanya. Pemberian transfusi darah pada pasien

    penyakit ginjal kronik harus dilakukan secara hati-hati agar terhindar dari kelebihan

    cairan tubuh, hiperkalemia dan perburukan fungsi ginjal.

    2. Osteodistrofi renal

    3. Hiperfosfatemia

    Dilakukan pembatasan asupan fosfat. Pemberian diet rendah fosfat sejalan dengan diet

    pada pasien penyakit ginjal kronik secara umum yaitu tinggi kalori, rendah protein,

    rendah garam, karena fosfat sebagian besar terkandung dalam daging dan produk hewan

    seperti susu dan telur. Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg/hari. Dapat pula diberikan

    pengikat fosfat seperti garam hidroksida, garam magnesium, garam kalsium (contoh

    CaCO3), lanthanum, sevelemer.

  • 25

    BAB IV

    PENGKAJIAN MASALAH

    4.1 Daftar Masalah

    1. Acute on CKD dd/ CKD stage 5

    2. Hipertensi grade 2

    3. HHD

    4. Anemia normositik normokrom

    Dasar diagnosis

    a. Anamnesis

    Pasien lemas 1 minggu SMRS

    Mual muntah 2 minggu SMRS

    Tidak ada keluhan BAK

    Riwayat hipertensi sejak 30 tahun yang lalu dengan pengobatan tidak teratur

    Riwayat DM sejak 14 tahun yang lalu dengan pengobatan yang tidak teratur

    Tidak ada keluhan nyeri dada dan jantung terasa berdebar

    b. Pemeriksaan fisik

    Tekanan darah 180/120 mmHg

    Conjungtiva anemis +/+

    Nyeri tekan epigastrium +

    c. Pemeriksaan penunjang

    - DPL: 6.5/18/6.9/254/1.99

    - VER/HER: 91/32.6

    - Ur/Cr: 203/11.5

    - GDS: 95

    - Na/K/Cl: 134/3.11/105

    - SADT: Kesan: anemia normositik normokron suspek anemia e.c penyakit kronik

    - Hipokalsemia dan hiponatremia

    - Osmolaritas: (2 x (Na + K)) + GDS/18 + ((Na + Ca)/16.4) = 288.11 (normoosmolar)

    - Feritin meningkat, TIBC menurun, serum iron normal

  • 26

    - Hasil pemeriksaan EKG:

    Irama sinus, QRS rate 85x/menit, PR int: 0,16, QRS int: 0,08, left axis deviation,

    anteroseptal infark

    Pembahasan

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang terdapat gambaran

    penyakit ginjal kronik. Tetapi pasien baru pertama kali masuk rumah sakit dan diperiksa fungsi

    ginjal. Hasil pemeriksaan didapatkan peningkatan ureum dan kreatinin, sehingga dipikirkan

    mengenai acute on CKD. Kemudian apabila dilakukan perhitungan eGFR didapatkan hasilnya <

    15 ml/menit, sehingga dapat dikategorikan CKD stage 5. Kemudian dengan tekanan darah pasien

    termasuk ke dalam hipertensi grade 2 menurut JNC 7. Kemungkinan hipertensi ini yang

    mendasari patogenesis terjadinya penyakit ginjal kronik. Namun, kemungkinan DM belum dapat

    disingkirkan. Karena pada pasien CKD terdapat penurunan klirens insulin melalui ginjal,

    sehingga meningkatkan kadar insulin serum. Insulin serum yang meningkat dapat mengurangi

    resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah pasien CKD dapat terlihat normal.

    Hasil EKG menunjukkan adanya pergeseran aksis dan pembesaran ventrikel kiri. Hal ini

    dapat disebabkan oleh penyakit hipertensi yang diderita pasien. Sehingga dipikirkan

    kemungkinan suatu hipertensive heart disease. Pasien juga mengeluhkan lemas dan setelah

    diperiksa terdapat penurunan hemoglobin dengan gambaran SADT menunjukkan anemia

    mikrositik hipokrom dengan etiologi penyakit kronik, dalam hal ini kemungkinan diakibatkan

    penyakit ginjal kronik. Dan pada pemeriksaan feritin meningkat, serum iron normal dan TIBC

    menurun.

    Rencana Pemeriksaan

    Untuk memastikan diagnosis CKD perlu dilakukan pemeriksaan mikroalbumin urin dan USG

    abdomen.

    Rencana Terapi

    Non medikamentosa

    IVFD vemflon

    Diet ginjal rendah garam dan kalori 1900 kkal

  • 27

    Medikamentosa

    Captopril 1 x 12.5 mg s.c

    Valsartan 1 x 160 mg p.o

    Amlodipin 1 x 10 mg p.o

    Omperazole 2 x 40 mg i.v

    Domperidone 3 x 10 mg p.o

    Bicnat 3 x 500 mg p.o

    CaCO3 3 x 500 mg p.o

    Asam folat 1 x 15 mg p.o

    Vitamin B12 3 x 50 mg p.o

    Sucralfat 1 x 15 cc p.o

    Simvastatin 1 x 10 mg p.o

    Koreksi bicnat: 75 meq Bicnat dalam 100 cc D5% selama 4 jam (2 kali)

    Transfusi PRC 500 cc

    Rencana hemodialisis, tetapi pasien menolak dan pulang atas permintaan sendiri.

  • 28

    BAB V

    KESIMPULAN

    Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam,

    mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan irreversibel, pada suatu derajat yang

    memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Etiologi

    terbanyak di Indonesia antara lain disebabkan penyakit ginjal hipertensi dan nefropati diabetika.

    Sehingga untuk mencegah perburukan fungsi ginjal perlu terapi penyakit dasarnya.

    Apabila telah dinyatakan mengalami penyakit ginjal kronik, penyakit dasar tetap diobati

    untuk mencegah progresivitas penurunan fungsi ginjal. Pada penyakit ginjal kronik stadium 5

    perlu dipikirkan suatu terapi pengganti ginjal. Kemudian penyakit ginjal kronik dapat

    menyebabkan berbagai komplikasi, sehingga perlu dilakukan tatalaksana terhadap komplikasi

    untuk mencegah perburukan dalam prognosis.

  • 29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam,

    Jilid II. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors.

    Jakarta: Interna Publishing, 2014. p. 2159-65.

    2. National Kidney Foundation. Kidney disease improving global outcome (KDIGO) 2012

    clinical practice guidelines for the evaluation and management of chronic kidney disease.

    Journal of The International Society of Nephrology. Vol. 3; 2013.

    3. Persatuan Nefrologi Indonesia. 5th annual report of Indonesian renal registry. 2012: 2-17.

    4. Levey AS, Coresh J. Chronic kidney disease. Lancet 2012;379:165-80.

    5. Chawla LS, Eggers PW, Star RA, Kimmel PL. Acute kidney injury and chronic kidney

    disease as interconected syndromes. N Engl J Med 2014;371:58-66.

    6. National Institute of Health, National Heart, Lung, and Blood Institute. JNC 7 express in

    prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. NIH Publocation

    No. 03-5233, December 2003.