case ckd
DESCRIPTION
MedicalTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.1
Berdasarkan epidemiologi, di negara-negara berkembang insiden penyakit ginjal kronik
diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk per tahun. Etiologi penyakit ginjal kronik
sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain. Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) tahun 2000 mencatat penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia
yaitu glomerulonefritis 46,39%, diabetes melitus 18,65%, Obstruksi dan infeksi 12,85%,
hipertensi 8,46%, sebab lain 13,65%.1
-
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 Identitas
Nama : Sonny H. A. Kotambunan
No. RM : 01349783
Usia : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. H. Jimin RT/RW 07/02, Petukangan Utara, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan
Tempat/tanggal lahir : Tondano/09 April 1958
Agama : Islam
Pekerjaan : Pekerja sektor informal
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan : Tidak sekolah
Masuk instalasi gawat darurat Rumah Sakit Fatmawati pada tanggal 15 Februari 2015 pukul
21.00
Masuk instalasi rawat inap Gedung Teratai lantai 5 selatan Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati pada tanggal 17 Februari pukul 23.00
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 18 Februari
2015 pukul 08.00, di bangsal IRNA Teratai, ruang 524B RSUP Fatmawati.
A. Keluhan Utama
Lemas dan pucat sejak 1 minggu SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang laki-laki, 56 tahun, datang dengan keluhan lemas sejak 1 minggu SMRS.
Sesak napas dan dada berdebar disangkal. Tidak ada keluhan BAB hitam dan mimisan.
Kelemahan anggota gerak sebelah disangkal dan kaki terasa baal disangkal. Pasien juga
merasakan mual dan muntah 2 minggu SMRS.
-
3
Riwayat minum obat-obatan anti nyeri sebelumnya disangkal. BAK dikatakan masih
banyak. Pasien menderita DM sejak 14 tahun yang lalu, dan memiliki riwayat minum
obat glibenclamide tidak teratur, gula darah rata-rata kurang dari 200 mg/dl, sempat
mencapai 300 mg/dl. Riwayat penurunan kesadaran atau pingsan disangkal. Selain itu
pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 30 tahun yang lalu, minum obat captopril tetapi
tidak teratur. Terdapat riwayat penurunan berat badan dalam 1 bulan terakhir sebanyak
10 kg. Saat ini mata kiri pasien tidak dapat melihat dengan baik.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat DM, Hipertensi. Riwayat sakit asma dan sakit jantung
disangkal. Terdapat riwayat operasi katarak pada mata kanan di tahun 2010.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. Riwayat DM, hipertensi, asma, dan
penyakit jantung pada keluarga disangkal.
E. Riwayat Kehidupan dan Kebiasaan
Pasien kebiasaan merokok 2-3 bungkus per hari tetapi sudah berhenti sejak 10 tahun
yang lalu.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 Februari 2015, di bangsal IRNA Teratai, ruang
524B, RSUP Fatmawati.
A. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : TB: 167 cm, BB: 68 kg; BMI: 24.38 (Kesan gizi baik)
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 180/120 mmHg
Nadi : 100x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 37,5C
C. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : Normocephali
-
4
Rambut : Hitam, distribusi tidak merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris
Mata
Tidak ada oedem palpebra dextra dan sinistra
Konjunctiva anemis +/+
Sklera ikterik -/-
Pupil isokor, 3 mm
Kekeruhan pada lensa mata -/+
Reflek cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+
Telinga
Tidak ditemukan kelainan pada preaurikula dextra dan sinistra
Bentuk aurikula dextra dan sinistra normal, tidak ditemukan kelainan kulit, tidak
hiperemis
Tidak ditemukan kelainan pada retroaurikula dextra dan sinistra
Nyeri tekan tragus -/-
Nyeri tekan aurikula -/-
Nyeri tarik aurikula -/-
Nyeri tekan retroaurikula -/-
Hidung
Deviasi septum nasi -, tidak ada napas cuping hidung, nyeri tekan
Nares anerior: sekret -/-, darah -/-, hiperemis -/-
Tidak ditemukan deviasi septum
Mulut
Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, tidak terdapat gangguan bicara, sudut
bibir kanan dan kiri tampak simetris saat bicara dan tersenyum.
Tidak ditemukan kelainan kulit daerah perioral
Bibir tidak kering, tidak sianosis
Oral higiene cukup baik
Lidah tidak kotor, tidak tremor, lurus terjulur ditengah, tidak hiperemis, tidak kering
-
5
Uvula terletak ditengah, tidak oedem
Faring tidak hiperemis
Tonsil T1-T1 tenang.
Leher
Inspeksi : Bentuk leher tidak tampak ada kelainan, tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran KGB, tidak tampak deviasi trakea
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, trakea teraba di tengah, JVP 5-2
cmH2O.
Auskultasi : Tidak terdengar bruit
D. Thorax
Thorax Anterior
Inspeksi
Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang
tertinggal, pernapasan abdominotorakal
Tidak tampak retraksi sela iga
Tidak ditemukan eflouresensi pada kulit dinding dada
Tidak terdapat kelainan tulang iga dan sternum
Tidak terlihat spider navy
Palpasi
Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba benjolan pada
dinding dada
Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan paru, friction fremitus (-), thrill (-)
Perkusi
Kedua hemithoraks secara umum terdengar sonor
Batas kanan paru-jantung pada sela iga IV, garis parasternalis kanan
Batas kiri paru-jantung pada sela iga V, bergeser ke arah lateral dari garis
midclavicularis kiri
Batas atas kiri paru-jantung pada sela iga III, garis parasternalis kiri
-
6
Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronkhi -/-, wheezing-/-
BJ I, BJ II regular, murmur (-), gallop (-), splitting (-)
Thorax Posterior
Inspeksi
Bentuk simetris saat dinamis dan saat statis
Tidak terlihat eflouresensi
Tidak terlihat benjolan
Tidak terdapat kelainan vertebra
Palpasi
Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris
Tidak ditemukan nyeri tekan
Perkusi
Tidak terdapat nyeri ketuk
Perkusi secara umum terdengar sonor
Batas bawah paru kanan pada sela iga X, batas bawah paru kiri pada sela iga XI
Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+
E. Abdomen
Inspeksi
Bentuk perut datar
Venektasi (-), caput medusae (-)
Umbilikus terletak di garis tengah
Tidak tampak pulsasi abdomen pada regio epigastrika
Auskultasi
Bising usus (+) normal
Arterial bruit (-)
Palpasi
Dinding abdomen teraba supel, defans muskular (-), turgor kulit baik
-
7
Terdapat nyeri tekan epigastrium
Hepar dan lien tidak teraba
Ballotement -/-
Undulasi (-)
Perkusi
Shifting dullness (-)
F. Ekstremitas
Ektremitas atas
Inspeksi
Tangan kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak terdapat lesi kulit
Palmar eritema (-)
Tidak sianosis, tidak ikterik
Clubbing finger
Tidak tampak pembengkakan sendi, kedua extremitas atas dapat bergerak aktif dan
bebas
Tidak ada gerakan involunter
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Akral hangat
Pitting edema -/- -/-
Refleks patologis Hoffmann Tromner -/-
Flapping tremor-/-
Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi
Kekuatan otot normal 5555 5555
5555 5555
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Tungkai kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak tampak
pembengkakan, tidak terdapat lesi kulit
Tidak sianosis, tidak ikterik
-
8
Clubbing finger
Kedua tungkai dapat bergerak aktif dan bebas
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua tungkai kanan dan kiri
Pitting oedem - -
- -
Klonus patella -/-, klonus achilles -/-
Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi
2.4 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium
Pemeriksaan 15/02/2015; 21.07 Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 6.5 13.2 - 17.3 g/dl
Hematokrit 18 33-45 %
Leukosit 6.9 5-10 ribu/UL
Trombosit 254 150-440 ribu/UL
Eritrosit 1.99 4.40-5.90 juta/UL
VER 91.0 80-100 fl
HER 32.6 26-34 pg
KHER 35.8 32-36 g/dl
RDW 15.5 11.5-14.5 %
Fungsi Hati
SGOT 24 0- 34 u/L
SGPT 15 0 - 40 u/L
Fungsi Ginjal
Ureum 203 20 40 mg/dl
Kreatinin 11.5 0.5 1.5 mg/dl
Pemeriksaan Diabetes
Gula Darah Sewaktu 95 70 140 mg/dl
Elektrolit Darah
Natrium 134 135 147 mmol/L
Kalium 3.11 3.10 5.10 mmol/L
Klorida 105 95 108 mmol/L
Sero-Imunologi
Golongan darah O/Rh (+)
-
9
Hasil follow up laboratorium
Pemeriksaan 18/02
15:18
Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 8.3 13.2- 17.3 g/dl
Hematokrit 24 33-45 %
Leukosit 5.1 5-10 ribu/UL
Trombosit 219 150-440 ribu/UL
Eritrosit 2.72 3.8-5.2 juta/UL
VER 88.5 80-100 fl
HER 30.5 26-34 pg
KHER 34.4 32-36 g/dl
RDW 15.5 11.5-14.5 %
Hitung Jenis
Basofil 0 0 1%
Eosinofil 3 1 3%
Netrofil 64 50 70%
Limfosit 24 20 40%
Monosit 8 2 8%
Luc 1 < 4.5%
Retikulosit 0.7 0.5 1.5
Hemostasis
APTT 32.6 26.3 40.3
PT 13.4 11.5 14.5
INR 0.99 0.8 1.2
Fibrinogen 398 1.005 1.030
D-dimer 300 < 300 ng/ml
Feritin 1025 22 322 ng/ml
Serum iron 98.0 65 175 mg/dl
TIBC 213 253 435 mg/dl
SADT
Eritrosit Normositik, normokrom, anisositosis,
polikromasi
Leukosit Jumlah dan morfologi normal
Trombosit Jumlah dan morfologi normal
Fungsi Hati
Albumin 3.60 3.4 4.8 g/dl
Elektrolit Darah
Kalsium total 7.30 8.8 10.3 mg/dl
Sero-Imunologi Hepatitis
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Anti HCV Non reaktif Non reaktif
-
10
2.5 Resume
Pasien laki-laki, 56 tahun datang dengan keluhan pucat dan lemas sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Terdapat keluhan mual dan muntah 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Tidak ada keluhan buang air besar dan buang air kecil. Terdapat riwayat DM sejak 14
tahun yang lalu dan minum glibenclamide tetapi tidak teratur. Riwayat hipertensi sejak 30
tahun yang lalu dan minum captopril tetapi tidak teratur. Terdapat riwayat penurunan berat
badan sebanyak 10 kg dalam 1 bulan terakhir.
Pemeriksaan fisik :
Tampak sakit sedang, compos mentis, kesan gizi baik.
Tanda vital: Tekanan darah: 180/120, Suhu: 37,50C
Mata: konjunctiva anemis +/+, nyeri tekan epigastrium +
Pemeriksaan Laboratorium :
Kesan :
Hematologi: penurunan Hb, hematokrit dan jumlah sel darah merah
Peningkatan ureum dan kreatinin darah
LFG = (140 56) x 68/72 x 11.5 = 3.13 ml/menit/1.73 m2, kesan: CKD derajat 5
SADT: Kesan: anemia normositik normokron suspek anemia e.c penyakit kronik
Hipokalsemia dan hiponatremia
Osmolaritas: (2 x (Na + K)) + GDS/18 + ((Na + Ca)/16.4) = 288.11 (normoosmolar)
Feritin meningkat, TIBC menurun, serum iron normal
2.6 Daftar Masalah
1) Acute on CKD dd/ CKD stage 5
2) Hipertensi grade 2
3) Anemia normositik normokrom suspek e.c penyakit kronik dd/ renal
4) Dispepsia
5) Hipokalsemia
6) Hiponatremia, normoosmolar
-
11
2.7 Rencana Pemeriksaan
Pemeriksaan microalbumin urin, USG abdomen, pemantauan GDS harian, pemeriksaan EKG
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Non medikamentosa
IVFD vemflon
Diet ginjal rendah garam dan kalori 1900 kkal
2.8.2 Medikamentosa
Captopril 1 x 12.5 mg s.c
Valsartan 1 x 160 mg p.o
Amlodipin 1 x 10 mg p.o
Omperazole 2 x 40 mg i.v
Domperidone 3 x 10 mg p.o
Bicnat 3 x 500 mg p.o
CaCO3 3 x 500 mg p.o
Asam folat 1 x 15 mg p.o
Vitamin B12 3 x 50 mg p.o
Sucralfat 1 x 15 cc p.o
Simvastatin 1 x 10 mg p.o
Koreksi bicnat: 75 meq Bicnat dalam 100 cc D5% selama 4 jam (2 kali)
Transfusi PRC 500 cc
2.9 Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
-
12
2.10 Follow up
1) Follow Up Tanggal 19 Februari 2015
Subjektif Lemas berkurang
Objektif TSS.CM.
TD : 160/90 mmHg FN : 84 x/menit RR : 18 x/menit T : 37,5oC
Mata : Konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan epigastrium (-), Hepar dan
lien tidak teraba, Bising usus (+) normal, nyeri ketok CVA -/-
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, lesi kulit -/- -/-
Hasil pemeriksaan EKG:
Irama sinus, QRS rate 85x/menit, PR int: 0,16, QRS int: 0,08, left
axis deviation, anteroseptal infark
Pemeriksaan GDS: 100 mg/dl
Pemeriksaan 19/02
14:20
Nilai Rujukan
Analisis Gas Darah
pH 7.332 7.370 7.440
pCO2 31.7 35 45 mmHg
pO2 144.8 83 108 mmHg
BP 753 -
HCO3 16.4 21 28 mmol/L
O2 saturasi 98.7 95 99%
BE (base
excess)
-8.2 -2.5 2.5 mmol/L
Total CO2 17.4 19 24
Elektrolit Darah
Natrium 139 135 147 mmol/L
Kalium 3.07 3.10 5.10 mmol/L
Klorida 111 95 108 mmol/L
Assessment 1. Acute on CKD dengan asidosis metabolik dd/ CKD stage 5
2. Hipertensi grade 2
3. Hipertensive heart disease
4. Anemia normositik normokrom renal
-
13
5. Hipokalemia
Planning USG abdomen
Rtx/:
IVFD vemflon
Diet ginjal rendah garam dan kalori 1900 kkal
Captopril 1 x 12.5 mg s.c
Valsartan 1 x 160 mg p.o
Amlodipin 1 x 10 mg p.o
Omperazole 2 x 40 mg i.v
Domperidone 3 x 10 mg p.o
Bicnat 3 x 500 mg p.o
CaCO3 3 x 500 mg p.o
Asam folat 1 x 15 mg p.o
Vitamin B12 3 x 50 mg p.o
Sucralfat 1 x 15 cc p.o
Simvastatin 1 x 10 mg p.o
2) Follow Up Tanggal 20 Agustus 2014
Subjektif Tidak ada keluhan
Objektif TSS.CM.
TD : 160/90 mmHg FN : 84 x/menit RR : 18 x/menit T : 37oC
Mata : Konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak
teraba, Bising usus (+) normal, nyeri ketok CVA -/-
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, lesi kulit -/- -/-
USG tidak dilakukan karena pasien pulang atas permintaan sendiri
-
14
Hasil pemeriksaan GDS : 115 mg/dl
Pemeriksaan 20/02
10:37
Nilai Rujukan
Fungsi Ginjal
Ureum 199 20 40 mg/dl
Kreatinin 11.5 0.6 1.5 mg/dl
Diabetes
HbA1C 5.4 4 6%
Elektrolit Darah
Natrium 141 135 147 mmol/L
Kalium 2.86 3.10 5.10 mmol/L
Klorida 106 95 108 mmol/L
Fosfor 4.2 2.4 5.1 mmol/L
Kalsium ion 0.95 1 1.15 mmol/L
Assessment 1. Acute on CKD dengan asidosis metabolik dd/ CKD stage 5
2. Hipertensi grade 2
3. Hipertensive heart disease
4. Anemia normositik normokrom renal
5. Hipokalemia
Planning Rdx/ Pemeriksaan microalbumin urin
Rtx/ IVFD vemflon
Diet ginjal rendah garam dan kalori 1900 kkal
Captopril 1 x 12.5 mg s.c
Valsartan 1 x 160 mg p.o
Amlodipin 1 x 10 mg p.o
Omperazole 2 x 40 mg i.v
Domperidone 3 x 10 mg p.o
Bicnat 3 x 500 mg p.o
CaCO3 3 x 500 mg p.o
Asam folat 1 x 15 mg p.o
Vitamin B12 3 x 50 mg p.o
Sucralfat 1 x 15 cc p.o
Simvastatin 1 x 10 mg p.o
Edukasi mengenai renal replacement therapy
(RRT)/dialisis tetapi pasien menolak (pulang atas
permintaan pasien)
-
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 PENYAKIT GINJAL KRONIK
3.1.1 Definisi
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan irreversibel, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.2
Kriteria penyakit ginjal kronik adalah:2
a. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau
fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
b. Terdapat tanda kelainan ginjal termasuk kelainan dalam komposisi darah atau
urin, atau kelainan dalam tes pencitraan.
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG sama atau lebih
dari 60 ml/menit/1,73 m, tidak termasuk kriteria penyakit ginjal kronik.2
3.1.2 Etiologi
Penyebab PGK yang menjalani hemodialisis di Indonesia menurut Penefri adalah:3
a. Glumerulopati Primer/GNC)12%
b. Nefropati Diabetika 26%
c. Nefropati Lupus/SLE 1%
d. Penyakit Ginjal Hipertensi 35%
e. Ginjal Polikistik 1%
f. Nefropati Asam urat 2%
g. Nefropati obstruksi 8%
h. Pielonefritis kronik/PNC 7%
-
16
Gambar 3.1 Etiologi Penyakit Ginjal Kronik di indonesia3
Penyebab lain adalah: infeksi, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipersensitif,
gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan herediter, gangguan metabolisme,
nefropati toksik, nefropati obstruksi dan intoksikasi obat.
3.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ginjal kronik adalah sebagai berikut:4
Tabel 3.1 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (KDIGO 2012)
-
17
Gambar 3.2 Prognosis CKD Berdasarkan GFR dan Kategori Albuminuria4
3.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi awalnya tergantung dari penyakit yang mendasari dan pada perkembangan
lebih lanjut proses yang terjadi hampir sama. Adanya pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor sehingga menyebabkan
terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Keadaan ini diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih
tersisa dan pada akhirnya akan terjadi penurunan fungsi nefron secara progresif. Adanya
peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal yang dipengaruhi oleh growth
factor Transforming Growth Factor (TGF-) menyebabkan hiperfiltrasi, sklerosis dan
progresifitas. Selain itu progresifitas penyakit ginjal kronik juga dipengaruhi oleh albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.5
-
18
Stadium awal penyakit ginjal kronik mengalami kehilangan daya cadangan ginjal (renal
reverse) dimana basal laju filtrasi glomerulus (LFG) masih normal atau malah meningkat dan
dengan perlahan akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif ditandai adanya
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Pada LFG sebesar 60%, masih belum ada keluhan
atau asimptomatik tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum pada pasien.
Pada LFG sebesar 30% mulai timbul keluhan seperti nokturia, lemah, mual, nafsu makan kurang
dan penurunan berat badan dan setelah terjadi penurunan LFG dibawah 30% terjadi gejala dan
tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme
fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan juga mudah terjadi infeksi pada saluran
perkemihan, pencernaan dan pernafasan, terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
yaitu hipovolemia, hipervolemia, natrium dan kalium. Pada LFG kurang dari 15% merupakan
stadium gagal ginjal yang sudah terjadi gejala dan komplikasi yang lebih berat dan memerlukan
terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal.5
-
19
Gambar 3.3 Patofisiologi AKI dan CKD5
3.1.5 Gambaran Klinis
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:1
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius,
batu traktus urinarius, hipertensi, hiperuricemia, Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
b. Sindroma uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual-muntah, nokturia,
kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-
kejang sampai koma.
c. Gejala komplikasi yang dapat berupa hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida).
-
20
3.1.6 Diagnosis
Gambaran Laboratoris
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:1
a. Sesuai penyakit yang mendasarinya
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan
penurunan LFG yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockroft-Gault. Kadar
kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
c. Kelainan biokimiawi darah yang meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan
kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, asidosis metabolik.
d. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria, cast, isostenuria.
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan radiologis penyakit ginjal kronik meliputi:1
a. Foto polos abdodmen, bisa tampak batu radio-opak.
b. Pielografi intravena jarang dikerjakan, karena kontras sering tidak bisa melewati filter
glomerulus, disamping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap
ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
c. Pielografi antegrad atau retrogad dilakukan sesuai dengan indikasi.
d. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi.
e. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.
Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal
Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal
yang masih mendekati normal, dimana diagnosis secara noninvasif tidk bisa ditegakkan.
Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi, menetapkan terapi,
prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan. Biopsi ginjal kontra indikasi
dilakukan pada keadaan dimana ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted kidney), ginjal
polikistik, gangguan pembekuan darah, gagal napas, dan obesitas.1
-
21
3.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi:1
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid.
c. Memperlambat perburukan fungsi ginjal.
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular.
e. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transpantasi ginjal.
Terapi Dasar Terhadap Penyakit Dasar (Hipertensi)
Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7 yaitu:6
Tabel 3.2 Klasifikasi Hipertensi dan Terapi yang Dapat Diberikan
-
22
Gambar 3.4 Alogaritma Penatalaksanaan Hipertensi
-
23
Gambar 3.5 Terapi Untuk Pasien Hipertensi dengan Compelling Indication6
Pembatasan Cairan dan Elektrolit
Bertujuan untuk mecegah terjadinya oedema dan komplikasi kardiovaskular. Air yang
masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, baik melalui urin maupun
insensible water loss, dengan asumsi iwl antara 500-800 ml/hari, maka air yang masuk
dianjurkan 500-800 ml/hari ditambah jumlah urin.1
Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrium. Hiperkalemia dapat
berakibat aritmia jantung yang fatal. Kadar kalium darah yang dianjurkan 3,5 5,5 mEq/L.
Pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan oedema.1
Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG
kurang dari 15 ml/menit. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis
atau transplantasi ginjal.1
-
24
3.1.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ginjal kronik antara lain:1
1. Anemia
Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada penyakit ginjal
kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoietin. Hal-hal lain yang ikut berperan
dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misal pada perdarahan
saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis,
defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik, proses inflamasi
akut maupun kronik. Evaluasi terhadap anemia dimulai saat kadar hemoglobin 10 g%
atau hematokrit 30%. Pemberian epo harus memperhatikan status besi. Karena epo
memerlukan besi dalam mekanisme kerjanya. Pemberian transfusi darah pada pasien
penyakit ginjal kronik harus dilakukan secara hati-hati agar terhindar dari kelebihan
cairan tubuh, hiperkalemia dan perburukan fungsi ginjal.
2. Osteodistrofi renal
3. Hiperfosfatemia
Dilakukan pembatasan asupan fosfat. Pemberian diet rendah fosfat sejalan dengan diet
pada pasien penyakit ginjal kronik secara umum yaitu tinggi kalori, rendah protein,
rendah garam, karena fosfat sebagian besar terkandung dalam daging dan produk hewan
seperti susu dan telur. Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg/hari. Dapat pula diberikan
pengikat fosfat seperti garam hidroksida, garam magnesium, garam kalsium (contoh
CaCO3), lanthanum, sevelemer.
-
25
BAB IV
PENGKAJIAN MASALAH
4.1 Daftar Masalah
1. Acute on CKD dd/ CKD stage 5
2. Hipertensi grade 2
3. HHD
4. Anemia normositik normokrom
Dasar diagnosis
a. Anamnesis
Pasien lemas 1 minggu SMRS
Mual muntah 2 minggu SMRS
Tidak ada keluhan BAK
Riwayat hipertensi sejak 30 tahun yang lalu dengan pengobatan tidak teratur
Riwayat DM sejak 14 tahun yang lalu dengan pengobatan yang tidak teratur
Tidak ada keluhan nyeri dada dan jantung terasa berdebar
b. Pemeriksaan fisik
Tekanan darah 180/120 mmHg
Conjungtiva anemis +/+
Nyeri tekan epigastrium +
c. Pemeriksaan penunjang
- DPL: 6.5/18/6.9/254/1.99
- VER/HER: 91/32.6
- Ur/Cr: 203/11.5
- GDS: 95
- Na/K/Cl: 134/3.11/105
- SADT: Kesan: anemia normositik normokron suspek anemia e.c penyakit kronik
- Hipokalsemia dan hiponatremia
- Osmolaritas: (2 x (Na + K)) + GDS/18 + ((Na + Ca)/16.4) = 288.11 (normoosmolar)
- Feritin meningkat, TIBC menurun, serum iron normal
-
26
- Hasil pemeriksaan EKG:
Irama sinus, QRS rate 85x/menit, PR int: 0,16, QRS int: 0,08, left axis deviation,
anteroseptal infark
Pembahasan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang terdapat gambaran
penyakit ginjal kronik. Tetapi pasien baru pertama kali masuk rumah sakit dan diperiksa fungsi
ginjal. Hasil pemeriksaan didapatkan peningkatan ureum dan kreatinin, sehingga dipikirkan
mengenai acute on CKD. Kemudian apabila dilakukan perhitungan eGFR didapatkan hasilnya <
15 ml/menit, sehingga dapat dikategorikan CKD stage 5. Kemudian dengan tekanan darah pasien
termasuk ke dalam hipertensi grade 2 menurut JNC 7. Kemungkinan hipertensi ini yang
mendasari patogenesis terjadinya penyakit ginjal kronik. Namun, kemungkinan DM belum dapat
disingkirkan. Karena pada pasien CKD terdapat penurunan klirens insulin melalui ginjal,
sehingga meningkatkan kadar insulin serum. Insulin serum yang meningkat dapat mengurangi
resistensi insulin sehingga kadar glukosa darah pasien CKD dapat terlihat normal.
Hasil EKG menunjukkan adanya pergeseran aksis dan pembesaran ventrikel kiri. Hal ini
dapat disebabkan oleh penyakit hipertensi yang diderita pasien. Sehingga dipikirkan
kemungkinan suatu hipertensive heart disease. Pasien juga mengeluhkan lemas dan setelah
diperiksa terdapat penurunan hemoglobin dengan gambaran SADT menunjukkan anemia
mikrositik hipokrom dengan etiologi penyakit kronik, dalam hal ini kemungkinan diakibatkan
penyakit ginjal kronik. Dan pada pemeriksaan feritin meningkat, serum iron normal dan TIBC
menurun.
Rencana Pemeriksaan
Untuk memastikan diagnosis CKD perlu dilakukan pemeriksaan mikroalbumin urin dan USG
abdomen.
Rencana Terapi
Non medikamentosa
IVFD vemflon
Diet ginjal rendah garam dan kalori 1900 kkal
-
27
Medikamentosa
Captopril 1 x 12.5 mg s.c
Valsartan 1 x 160 mg p.o
Amlodipin 1 x 10 mg p.o
Omperazole 2 x 40 mg i.v
Domperidone 3 x 10 mg p.o
Bicnat 3 x 500 mg p.o
CaCO3 3 x 500 mg p.o
Asam folat 1 x 15 mg p.o
Vitamin B12 3 x 50 mg p.o
Sucralfat 1 x 15 cc p.o
Simvastatin 1 x 10 mg p.o
Koreksi bicnat: 75 meq Bicnat dalam 100 cc D5% selama 4 jam (2 kali)
Transfusi PRC 500 cc
Rencana hemodialisis, tetapi pasien menolak dan pulang atas permintaan sendiri.
-
28
BAB V
KESIMPULAN
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan irreversibel, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Etiologi
terbanyak di Indonesia antara lain disebabkan penyakit ginjal hipertensi dan nefropati diabetika.
Sehingga untuk mencegah perburukan fungsi ginjal perlu terapi penyakit dasarnya.
Apabila telah dinyatakan mengalami penyakit ginjal kronik, penyakit dasar tetap diobati
untuk mencegah progresivitas penurunan fungsi ginjal. Pada penyakit ginjal kronik stadium 5
perlu dipikirkan suatu terapi pengganti ginjal. Kemudian penyakit ginjal kronik dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, sehingga perlu dilakukan tatalaksana terhadap komplikasi
untuk mencegah perburukan dalam prognosis.
-
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam,
Jilid II. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors.
Jakarta: Interna Publishing, 2014. p. 2159-65.
2. National Kidney Foundation. Kidney disease improving global outcome (KDIGO) 2012
clinical practice guidelines for the evaluation and management of chronic kidney disease.
Journal of The International Society of Nephrology. Vol. 3; 2013.
3. Persatuan Nefrologi Indonesia. 5th annual report of Indonesian renal registry. 2012: 2-17.
4. Levey AS, Coresh J. Chronic kidney disease. Lancet 2012;379:165-80.
5. Chawla LS, Eggers PW, Star RA, Kimmel PL. Acute kidney injury and chronic kidney
disease as interconected syndromes. N Engl J Med 2014;371:58-66.
6. National Institute of Health, National Heart, Lung, and Blood Institute. JNC 7 express in
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. NIH Publocation
No. 03-5233, December 2003.