case hemibalismus dekstra

18
TINJAUAN PUSTAKA 1. PENDAHULUAN DEFINISI Chorea adalah gerakan involunter yang cepat,menyentak, pendek dan berulang-ulang yang dimulai satu bagian tubuh dan bergerak dengan tiba-tiba, tak terduga, dan seringkali secara terus-menerus sampai bagian tubuh lainnya yang menghasilkan berbagai pola gerakan. Pertama-tama bagian perifer dari ekstremitas terlibat bagian proksimal akan mengikuti. Sentakan involunter pada wajah menghasilkan wajah yang menyeringai. Yang paling penting adalah chorea huntington, suatu penyakit degeneratif dominan, herediter uang timbul pada usia pertengahan. Gerakan pada umum nya tidak tersentak-sentak seperti pada chorea minor. Gerakan yang lebih komplek dan kadang- kadang lambat seperti gerakan athetosis. Mungkin terdapat puntiran, seperti tenaga putaran, dan serupa seperti distonia torsi. Ekstremitas proksimal, tubuh dan otot-otot wajah yang terutama terlibat menyebabkan wajah menyeringai dan retraksi dari lidah. Bicara dan menelan menjadi sulit. Hipertonia yang terjadi dini, kemudian berubar menjadi rigor. Penemuan paatologis terdiri dari atrofi korpus striata yang berkaitan dengan 1

Upload: melisha-l-gaya

Post on 30-Nov-2015

145 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Case Hemibalismus Dekstra

TRANSCRIPT

Page 1: Case Hemibalismus Dekstra

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN

DEFINISI

Chorea adalah gerakan involunter yang cepat,menyentak, pendek

dan berulang-ulang yang dimulai satu bagian tubuh dan bergerak dengan

tiba-tiba, tak terduga, dan seringkali secara terus-menerus sampai bagian

tubuh lainnya yang menghasilkan berbagai pola gerakan. Pertama-tama

bagian perifer dari ekstremitas terlibat bagian proksimal akan mengikuti.

Sentakan involunter pada wajah menghasilkan wajah yang menyeringai.

Yang paling penting adalah chorea huntington, suatu penyakit degeneratif

dominan, herediter uang timbul pada usia pertengahan. Gerakan pada

umum nya tidak tersentak-sentak seperti pada chorea minor. Gerakan yang

lebih komplek dan kadang-kadang lambat seperti gerakan athetosis.

Mungkin terdapat puntiran, seperti tenaga putaran, dan serupa seperti

distonia torsi. Ekstremitas proksimal, tubuh dan otot-otot wajah yang

terutama terlibat menyebabkan wajah menyeringai dan retraksi dari lidah.

Bicara dan menelan menjadi sulit. Hipertonia yang terjadi dini, kemudian

berubar menjadi rigor. Penemuan paatologis terdiri dari atrofi korpus

striata yang berkaitan dengan hilangnya neuron-neuron kecil. Neuron

kortikal juga dapat berdegenerasi dan penyakit dapat berakhir dengan

demensia. Gerakan chorea dengan perkembangan lambat yang sama

mungkin merupakan keadaan yang simptomatik, yaitu sekunder terhadap

penyakit otak lainnya (ensefaflitis, keracunan karbon monoksida, penyakit

vaskuler).

Athetosis adalah aliran gerakan yang lambat, mengalir, menggeliat di luar

kesadaran. Gangguan kinetik ini biasanya disebabkan oleh kerusakan

perinatal dari korpus striata. Kerusakan ini mengambil bentuk hilang nya

sirkulasi neuron-neuron kecil, menimbulkan jaringan parut glial seperti

vena-vena dalam marmer, sehingga di sebut status marmorartus. Gerakan

involunter menjadi lambat dengan kecendrungan untuk ekstensi berlebihan

1

Page 2: Case Hemibalismus Dekstra

dari ekstremitas bagian perifer. sebagai tambahan, terdapat peningkatan

spasmodik yang irreguler dari tegangan otot antara agonis dan antagonis,

sehingga gerakan dan sikap tubuh menjadi aneh. Gerakan voluntger

berubah hebat oleh penaampilan secara spontan dari gerakan hiperkinetik

yang mungki melibatkan wajah dan lidah sehingga menyebabkan wajah

menyeringai dengan gerakan lidah yang abnormal. Mungkin terdapat

ledakan spasmodik, tertawa atau menangis. Athetosis mungkin terjadi

bersamaan dengan paresis kontralateral; juga dapat ditemukan bilateral

yang di sebut athetosis ganda, yang biasanya terjadi berkaitan dengan

paraplegia spastik (penyakit little, sindrom vogt). Intelegensia dapat

dipertahankan.

2. Hemiballismus ialah sejenis chorea, biasanya menyebabkan

gerakan melempar satu lengan di luar kemauan dengan keras. Penyakit ini

disebabkan oleh beberapa macam proses patologis antara lain gangguan

vaskuler (stroke), infeksi, trauma dan tumor. Kelainan di otak berupa

destruksi nukleus subtalamik. Gerakan ini melibatkan otot-otot proksimal

dan dapat menguras tenaga. Hemiballismus mempengaruhi satu sisi badan.

Lengan terkena lebih sering daripada kaki. Biasanya disebabkan oleh

stroke yang mempengaruhi bidang kecil tepat di bawah basal ganglia yang

disebut nukleus subthalamic. Hemiballismus untuk sementara mungkin

melumpuhkan karena ketika penderita mencoba menggerakkan anggota

badan, mungkin melayang secara tak terkendali.

Chorea dan athetosis, yang mungkin terjadi bersama sebagai

choreoathetosis, adalah bukan penyakit. Namun demikian, mereka adalah

gejala yang bisa diakibatkan oleh beberapa peyakit yang sangat berbeda

satu sama lain. Chorea dan athetosis diakibatkan oleh over-aktivitas pada

dasar ganglia, bagian otak yang membantu mempermudah dan

mengkoordinasikan gerakan yang dimulai oleh impuls syaraf dari otak.

Pada kebanyakan bentuk chorea, kelebihan dopamine, neurotransmitter

utama yang dipakai di basal ganglia, mencegah basal ganglia dari

fungsinya secara normal. Obat dan penyakit yang meningkatkan kadar

2

Page 3: Case Hemibalismus Dekstra

dopamine atau meningkatkan sensitivitas sel syaraf ke dopamine

cenderung memperburuk chorea dan athetosis.

Chorea kadang-kadang berkembang pada orang yang lebih tua oleh sebab

yang tak nyata. Chorea ini, disebut chorea senilis, cenderung

mempengaruhi otot di sekitar mulut. Chorea juga bisa mempengaruhi

wanita selama 3 bulan pertama kehamilan (suatu kondisi yang disebut

chorea gravidarum), tetapi hilang tanpa pengobatan sesaat sesudah mereka

melahirkan. Jarang, semacam chorea terjadi pada wanita yang meminum

pil kontrasepsi. Chorea bisa juga adalah akibat dari lupus (sistemik lupus

erythematosus), over-aktivitas kelenjar gondok (hyperthyroidism), suatu

tumor atau stroke yang mempengaruhi sebagian basal ganglia yang disebut

caudate nukleus, dan obat tertentu seperti obat antipsikotis.

Obat yang dapat diberikan seperti yang memblokade dopamin dapat

diberikan seperti haloperidol dan risperidon.. pemberian antikonvulsan

seperti diazepam judga dapat bermanfaat.

3

Page 4: Case Hemibalismus Dekstra

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien perempuan berumur 5 tahun masuk bangsal Neurologi

RSAM Bukittinggi pada tanggal 28 oktober 2009 dengan :

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Gerakan yang tidak terkontrol pada tangan dan kaki kanan sejak 1 hari

SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Gerakan yang tidak terkontrol pada tangan dan kaki kanan sejak 1 hari

SMRS. Gerakan kaki seperti menendang dan tangan seperti memukul.

Awalnya gerakan hilang timbul namun akhirnya terus menerus dan

makin cepat dan kuat. Gerakan tidak dipengaruhi oleh aktivitas dan

faktor emosional. Gerakan pada kaki dan tangan kanan tersebut timbul

secara bersamaan. Awalnya munculnya ketika pasien sedang tidur

sehingga pasien terbangun karena gerakannya.

Sehari sebelum gerakan timbul, saat pasien sedang berjalan, tiba-tiba

pasien mengeluhkan kedua kaki dan tangannya terasa berat sehingga

pasien tidak bisa berjalan lalu dipapah oleh keluarganya.

Riwayat sakit kepala ada dirasakan sejak kedua tangan dan kakinya

terasa berat.

Demam tidak ada

Mual dan muntah tidak ada

4

Page 5: Case Hemibalismus Dekstra

Pandangan ganda tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat hipertensi ada sejak 2 tahun yang lalu, kontrol teratur ke

puskesmas

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan :

Pasien seorang ibu rumah tangga

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Nadi : 80 x / menit

Nafas : 22x/menit

Suhu : 36,8oC

Status Internus :

KGB : Leher, aksila dan inguinal tidak membesar

Leher : JVP 5-2 CmH20

Thorak : Paru : Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi : fremitus normal kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor

5

Page 6: Case Hemibalismus Dekstra

Auskultasi : vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)

Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : irama teratur, bising (-)

Abdomen : Inspeksi : Tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Corpus Vertebrae :

Inspeksi : Deformitas (-), Gibbus (-), Tanda radang (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Status Neurologis :

1. GCS 15 : E4 M6 V5

2. Tanda rangsangan meningeal :

- Kaku kuduk (-)

- Brudzinsky I (-)

- Brudzinsky II (-)

- Kernig (-)

3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :

- muntah proyektil (-)

- sakit kepala progresif (-)

4. Nn Kranialis :

6

Page 7: Case Hemibalismus Dekstra

- N I : penciuman baik

- N II : reflek cahaya +/+

- N III, IV, VI : pupil bulat, diameter 3 mm, gerakan bola mata bebas

ke segala arah

- N V : bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri

dan ke kanan

- N VII : bisa menutup mata, mengangkat alis : simetris

- N VIII : fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada

- N IX, X : arcus faring simetris, uvula di tengah, refleks muntah

(+), perasaan 1/3 lidah baik

- N XI : bisa mengangkat bahu dan bisa melihat kiri dan kanan

- N XII : lidah tidak ada deviasi

5. Motorik : 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Tonus : hipertonus eutonus Hipertonus eutonus

Trofi : eutrofi

6. Sensorik

- Eksteroseptif : rasa raba, tekan dan nyeri baik

- Proprioseptif : rasa getar dan posisi sendi baik

7. Fungsi otonom : BAK dan BAB tidak ada keluhan

8. Reflek fisiologis : Reflek biceps /++, Reflek triceps /++, Reflek KPR /++

+, Reflek APR /+++

9. Reflek patologis : Reflek Hoffman Trommer -/-, Reflek Babinsky Group

+/+

7

Page 8: Case Hemibalismus Dekstra

Laboratorium

Hb : 11,4 gr%

Leukosit : 16800/mm3

Trombosit : 569.000/mm3

Ht : 32,4 %

Ureum : 40 mg/dl

Kreatinin : 1,75 mg/dl

GDR : 101 mg/dl

Diagnosis Kerja :

Diagnosis Klinis : Hemiballismus dekstra

Diagnosis Topik : Ganglia basal

Diagnosis Etiologi : idiopatik

Diagnosis Sekunder : hipertensi stage I

Rencana Pemeriksaan Tambahan :

kimin klinik

elektrolit

Brain CT Scan

Terapi :

Umum :

Bed rest

8

Page 9: Case Hemibalismus Dekstra

MB 1900 kkal

Khusus :

Anti konvulsan ( klonazepam

Follow-up tanggal 28 April 2009

S/ lemah kedua tungkai

Rasa baal kedua tungkai (+)

BAB (-)

O/ KU : sedang

Kesadaran : composmentis cooperatif

Tekanan darah: 120/80 mmHg

Nadi : 86x/menit

Nafas : 22x/menit

Suhu : 36,8o C

TRM (-) ↑TIK (-)

Nn. Kranialis : dalam batas normal

Motorik:

9

555 555

111 111

Page 10: Case Hemibalismus Dekstra

Sensorik: eksteroseptif dan proprioseptif berkurang setinggi Th VI

Otonom: BAB (-) BAK dengan kateter

Sekresi keringat berkurang setinggi Th VI ke bawah

A/ paraparese inferior tipe UMN

T/ Bed rest

MB 1900 kkal

Dexametasone keur IV

Ranitidin 2 x 50 mg IV

Kaltrofen 2 x 100 mg

Dulkolax 1x1 po

Follow-up tanggal 29 April 2009

S/ lemah kedua tungkai

Rasa baal kedua tungkai (+)

BAB (-)

O/ KU : sedang

Kesadaran : composmentis cooperatif

Tekanan darah: 120/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36,5o C

TRM (-) ↑TIK (-)

Nn. Kranialis : dalam batas normal

Motorik:

10

555 555

111 111

Page 11: Case Hemibalismus Dekstra

Sensorik: eksteroseptif dan proprioseptif berkurang setinggi Th VI

Otonom: BAB (-) BAK dengan kateter

Sekresi keringat berkurang setinggi Th VI ke bawah

A/ paraparese inferior tipe UMN

T/ Bed rest

MB 1900 kkal

Dexametasone keur IV

Ranitidin 2 x 50 mg IV

Kaltrofen 2 x 100 mg

Dulkolax 1x1 po

Follow-up tanggal 30 April 2009

S/ lemah kedua tungkai

Rasa baal kedua tungkai (+)

BAB (-)

O/ KU : sedang

Kesadaran : composmentis cooperatif

Tekanan darah: 130/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Nafas : 21x/menit

Suhu : 36,6o C

TRM (-) ↑TIK (-)

Nn. Kranialis : dalam batas normal

Motorik:

11

555 555

222 111

Page 12: Case Hemibalismus Dekstra

Sensorik: eksteroseptif dan proprioseptif berkurang setinggi Th IV

Otonom: BAB (+) BAK dengan kateter

Sekresi keringat berkurang setinggi Th IV

A/ paraparese inferior tipe UMN

T/ Bed rest

MB 1900 kkal

Dexametasone keur IV

Ranitidin 2 x 50 mg IV

Kaltrofen 2 x 100 mg

DISKUSI

Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien perempuan berumur 51 tahun.

Pasien masuk ke bangsal neuro RSUP. DR. M. Djamil Padang dengan diagnosis

klinis paraplegi inferior tipe UMN. Diagnosis ini ditegakkan dari anamnesa yaitu

12

Page 13: Case Hemibalismus Dekstra

adanya kelumpuhan kedua tungkai, dari pemeriksaan fisik ditemukan motorik

tungkai kiri dan kanan bernilai 0, hipertonus dan eutrofi, reflex fisiologis

meningkat, reflex patologis positif. Diagnosis topik Medula spinalis kolumna

vertebralis thorakal VI. Diagnosis ini ditegakkan dari sekresi keringat dan

eksteroseptif berkurang setinggi Th VI ke bawah. Diagnosis etiologi diduga

adalah SOL pada Medulla Spinalis akibat metastasis. Diagnosis ini ditegakkan

dari anamnesis pada riwayat penyakit dahulu pasien pernah operasi tumor

payudara yang dikatakan ganas oleh dokter,

Pada pasien ini dianjurkan dilakukan pemeriksaan Rontgen Vertebrae uuntuk

memastikan adanya tanda metastasis ke Vertebrae. Untuk memastikan metastasis

ke medulla spinalis sebaiknya dilakukan pemeriksaan MRI.

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah deksametason keur, ranitidin 2 x

50 mg, kaltrofen 2x100 mg, dulcolax 1x1 tab.

13