case kayu agung

53
BAB I STATUS PASIEN I. IDENTIFIKASI Nama : Ny. Ida Royani Umur : 39 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Tanjung Baru Agama : Islam Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Ibu rumah tangga MRS : 15 Februari 2012 pukul 08.00 II. ANAMNESIS (autoanamnesis tanggal 15 Januari 2012) Keluhan Utama : Hamil muda dengan nyeri perut Riwayat Perjalanan Penyakit : ± 1 hari SMRS os mengeluh nyeri diseluruh perut. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak menjalar. nyeri tekan (+). Os mengaku terlambat haid 2 bulan, riwayat mual muntah (-), riwayat payudara tegang (+), riwayat perdarahan dari kemaluan (-), riwayat keluar jaringan seperti hati ayam (-), riwayat keluar gelembung seperti mata ikan (-), riwayat 1

Upload: nabila-sindami

Post on 30-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

case obgyn kayu agung

TRANSCRIPT

Page 1: Case Kayu Agung

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI

Nama : Ny. Ida Royani

Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Tanjung Baru

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

MRS : 15 Februari 2012 pukul 08.00

II. ANAMNESIS (autoanamnesis tanggal 15 Januari 2012)

Keluhan Utama :

Hamil muda dengan nyeri perut

Riwayat Perjalanan Penyakit :

± 1 hari SMRS os mengeluh nyeri diseluruh perut. Nyeri dirasakan terus

menerus dan tidak menjalar. nyeri tekan (+). Os mengaku terlambat haid 2

bulan, riwayat mual muntah (-), riwayat payudara tegang (+), riwayat

perdarahan dari kemaluan (-), riwayat keluar jaringan seperti hati ayam (-),

riwayat keluar gelembung seperti mata ikan (-), riwayat keputihan (-), riwayat

trauma/diurut-urut (+), riwayat pasca senggama (-), riwayat minum obat/

jamu peluruh (-), riwayat merokok (-).

Riwayat Perkawinan : 1 kali lamanya 5 tahun

Riwayat Kontrasepsi : (-)

Riwayat Reproduksi :

Menarche : 13 tahun

1

Page 2: Case Kayu Agung

Siklus haid : haid teratur, siklus 28 hari, darah haid sedang, lamanya

5 hari

HPHT : 14 Desember 2011

Riwayat obstetri : G1P0A0

Riwayat sosial ekonomi : sedang

Riwayat gizi : sedang

Riwayat penyakit yang pernah diderita :

R/ DM disangkal

R/ Hipertensi disangkal

R/ Penyakit jantung disangkal

Riwayat operasi yang lalu :

Tidak ada

2

Page 3: Case Kayu Agung

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Present

Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Compos mentis

Berat badan : 60 kg

Tinggi badan : 155 cm

Tekanan darah : 90/60 mmHg

Nadi : 112 x/menit

Pernafasan : 24 x/menit

Suhu : 37,6ºC

Anemia : +

Gizi : sedang

Jantung : HR: 112x/m, murmur (-), gallop (-)

Paru : Vesikuler (+) N

Wheezing (-)

Ronkhi (-)

Hati/Limfa : sulit dinilai

Refleks fisiologis : +/+

Refleks patologis : -/-

BAK : biasa

BAB : biasa

Turgor kulit : biasa

Mata cekung : -/-

Edema pretibial : -/-

B. Status Ginekologi

Pemeriksaan luar:

Abdomen datar, tegang, simetris, tinggi fundus uteri sulit dinilai, massa

(-), nyeri tekan (+) pada seluruh abdomen, nyeri lepas (-), tanda cairan

bebas sulit dinilai, defans muskular (+).

3

Page 4: Case Kayu Agung

Pemeriksaan dalam :

Inspekulo:

portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluxus (+), darah tidak aktif, Cavum

douglas menonjol, erosi (-), laserasi (-), polip (-)

VT:

Vulva/ vagina : mukosa licin

Serviks : portio lunak, OUE tertutup, nyeri goyang

portio (+)

Corpus uteri : normal

Adnexa/parametrium : kanan kiri tegang

Cavum douglas : menonjol

Rectal toucher:

TSA baik, mukosa licin, ampula kosong, massa intralumen (-), adnexa

parametrium kanan kiri tegang, CUT normal, CD menonjol.

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 15 Februari 2012

Hb : 7,1 gr/dl

b. Pregnancy test (+)

V. DIAGNOSIS KERJA

Syok hipovolemik ec Suspek Kehamilan Ektopik Terganggu + Anemia

Sedang

VI. TERAPI

a. Laparotomi cito bersamaan dengan perbaikan keadaan umum pasien

b. Rencana Salpingectomy

c. Observasi tanda vital dan perdarahan

4

Page 5: Case Kayu Agung

d. IVFD RL

e. Oksigenisasi 3-5 L

f. Kateterisasi (cek urin output)

g. Persiapan operasi (izin, alat, obat, darah)

h. Injeksi Ceftriaxone 2x1 gram (skin test)

i. Injeksi Ketorolac 1x1 i.v

j. Injeksi As. Traneksamat 1x1 i.v

k. Periksa lab DR, KD, UR, crossmatch

l. Rencana tranfusi

VII.RENCANA PEMERIKSAAN

Pemeriksaan PA

USG Konfirmasi

VIII. PROGNOSIS

Ibu : dubia

Janin : dubia

5

Page 6: Case Kayu Agung

LAPORAN OPERASI

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Rabu 2012, Pukul 10.30

Nama Pasien : Ny. Ida Royani/ 39 tahun

Alamat : Tanjung Baru

Med.Rec/Reg : 199316/08024144

Operator : Dr.H.Fanhar Basrin,SpOG/dr.Ivan Susanto/Nopriansyah

Darwin,S.Ked

Pukul 10.40 WIB. Operasi dimulai

Penderita dalam posisi telentang dengan narkose umum dilakukan tindakan

aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi

dipersempit dengan doek steril. Dilakukan insisi mediana 2 jari diatas symphisis

sepanjang + 10 cm diatas pusat. Insisi diperdalam secara tajam sampai menembus

peritoneum. Dilakukan eksplorasi dan didapatkan uterus sebesar usia kehamilan

10-11 minggu, kemudian dilakukan ekplorasi untuk mencari sumber perdarahan :

Ditemukan ruptur tuba fallopi kanan pada pars isthmika ukuran 2x1 cm

dan perlengketan tuba kanan dengan dinding posterior abdomen,

diputuskan untuk dilakukan salphingoraphy dengan menjahit ruptur tuba

secara satu/satu dengan chromic catgut no I. Kemudian perlengketan tuba

kanan dibebaskan

Ditemukan perlengketan tuba kiri dengan dinding posterior abdomen dan

dilakukan pembebasan.

Kemudian dilakukan ekplorasi dan tidak ditemukan sumber perdarahan

lain.

Setelah diyakini tidak ada perdarahan, dilakukkan penutupan dinding abdomen,

sebagai berikut :

- Peritoneum dijahit secara jelujur dengan Plain Catgut no 2.0

- Otot dijahit secara jelujur dengan Plain Catgut no 2.0

- Fascia dijahit secara jelujur feston dengan Vicryl no 1

- Subkutis dijahit secara satu-satu dengan Plain Catgut no 2.0

6

Page 7: Case Kayu Agung

- Kutis dijahit jelujur subkutikuler dengan Vicryl no 3.0

Luka operasi ditutup dengan sofratulle dan opsite

Pukul 11.35 WIB. Operasi selesai

Cairan Masuk :

RL : 1500 cc

Darah : - cc

Total : 1500 cc

Cairan Keluar :

Urine : 200cc

Darah : 1300cc

Total : 1500 cc

Diagnosis pra bedah : Susp Kehamilan Ektopik Terganggu

Diagnosis pasca bedah : Hemoperitoneum ec Ruptur tuba pars isthmika dekstra

Tindakan : Salfingoraphy dekstra

FOLLOW UP

7

Page 8: Case Kayu Agung

Tanggal Pemeriksaan Terapi

16 Feb 2012 Keluhan : (-)

Status present :

KU sedang

Sens : Compos mentis

TD : 110/70 mmHg

N : 88 x/m

RR : 20 x/m

T : 36,0°C

Status Ginekologi :

PL : Abdomen datar, lemas,

simetris, nyeri tekan (+), luka op

tertutup hypafix.

K/ Post Salpingoraphy ec Ruptur

tuba + Hamil 10-11 minggu

Observasi tanda vital

dan perdarahan

Periksa Hb post

operasi

Diet bertahap

Mobilisasi bertahap

Inj. Meropenem 2x1

amp iv

Inj. Alinamin F 3x1

amp iv

Inj. Vit C 3x1 amp iv

Inj. Transamin 3x1

amp iv

Inj. Tramadol 3x1amp

iv

Rencana tranfusi

17 Feb 2012 Keluhan : pusing

Status present :

KU sedang

Sens : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg

N : 96 x/m

RR : 20 x/m

T : 36,4°C

Status Ginekologi :

PL : Abdomen datar, lemas,

simetris, nyeri tekan (+), luka op

tertutup hypafix.

K/ Post Salpingoraphy ec Ruptur

Observasi tanda vital

dan perdarahan

Diet bertahap

Mobilisasi bertahap

Inj. Meropenem 2x1

amp iv

As.mefenamat 3x1 tab

Aff kateter

Periksa Hb post

tranfusi dan leukosit

8

Page 9: Case Kayu Agung

tuba + Hamil 10-11 minggu

Hb Post tranfusi : 8,1 gr

Leukosit : 8000/mm3

18 Feb 2012 Keluhan : (-)

Status present :

KU sedang

Sens : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg

N : 84 x/m

RR : 20 x/m

T : 36,0°C

Status Ginekologi :

PL : Abdomen datar, lemas,

simetris, nyeri tekan (+), luka op

tertutup hypafix.

K/ Post Salpingoraphy ec Ruptur

tuba + Hamil 10-11 minggu

Observasi tanda vital

dan perdarahan

Diet bertahap

Mobilisasi bertahap

Inj. Meropenem 2x1

amp iv

As.mefenamat 3x1 tab

20 Feb 2012 Keluhan : batuk

Status present :

KU sedang

Sens : Compos mentis

TD : 110/70 mmHg

N : 88 x/m

RR : 20 x/m

T : 36,0°C

Status Ginekologi :

PL : Abdomen datar, lemas,

simetris, nyeri tekan (+), luka op

tertutup hypafix, perdarahan (+)

minimal.

Observasi tanda vital

dan perdarahan

Periksa Hb post

operasi

Diet bertahap

Mobilisasi bertahap

Inj. Meropenem 2x1

amp iv

As mefenamat 3x1 tab

Aff infus

Cygest supp 400 mg

1x1 (5 hari)

9

Page 10: Case Kayu Agung

K/ Post Salpingoraphy ec Ruptur

tuba + Hamil 10-11 minggu

Pemeriksaan lab : Tes kehamilan (+)

Hasil USG Konfirmasi Post

Operasi (20 Februari 2012):

Dr.H.Fanhar Basrin, SpOG

Tampak gestasional sac (+),

Reguler ukuran 14 m ~10

minggu

Janin sulit dinilai

Kesan : Hamil 10-11 minggu

intrauterine

Anvomer 3x1 tab

Bisolvon 3x1 tab

10

Page 11: Case Kayu Agung

BAB II

PERMASALAHAN

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?

3. Apakah penyebab terjadinya kehamilan ektopik pada penderita ini?

4. Bagaimana prognosis ibu untuk kehamilan selanjutnya?

11

Page 12: Case Kayu Agung

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur

yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium

kavum uterus. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim

misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi

dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa

misalnya dalam cervik, pars interstitialis atau dalam tanduk

rudimeter rahim.

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang

berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan

kesempatan bagi janin untuk berkembang mencapai aterm.

Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana

timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi

abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan

keadaan umum pasien.

3.2 EPIDEMIOLOGI

Umur merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya

kehamilan ektopik. Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan

ektopik berumur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Menurut

Linardakis (1998) 40% dari kehamilan ektopik terjadi antara umur 20-29

tahun. Insiden kehamilan ektopik meningkat seiring dengan pertambahan

paritas. Kejadian ini lebih banyak terjadi pada multipara. Ada laporan yang

menyebutkan kejadiannya satu dalam 2600 kehamilan. Penelitian di RSUD

Arifin Achmad di Pekan Baru selama periode 1 Januari 2003-31 Desember

2005 melaporkan bahwa kehamilan ektopik terganggu terbanyak terjadi pada

penderita paritas lebih dari 1 kali (35,34 %).

12

Page 13: Case Kayu Agung

Dengan berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak

kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens

dan prevalensinya. Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan persentase

kehamilan ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka

terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan

mungkin juga progestagen dosis rendah. Meningkatnya prevalensi infeksi

tuba juga meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu,

perkembangan teknologi di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut

berkontribusi terhadap peningkatan frekuensi kehamilan ektopik. Kehamilan

ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit

putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak

ditemukan pada golongan wanita kulit hitam. Kehamilan ektopik banyak

terdapat bersamaan dengan keadaan gizi buruk dan keadaan kesehatan yang

rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara sedang berkembang dan pada

masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah daripada di Negara maju

dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi tinggi. Di Amerika

Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari 241

kehamilan, kejadian ini dipengaruhi oleh faktor sosial, mungkin karena pada

golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena

kemungkinan berobat kurang.

3.3 ETIOLOGI

Sebagian besar penyebab kehamilan ektopik tidak diketahui. Setelah

sel telur dibuahi di bagian ampula tuba, maka setiap hambatan perjalanan sel

telur ke dalam rongga lahir memungkinkan kehamilan tuba. Beberapa hal

yang mempengaruhi kehamilan ektopik adalah motilitas tuba, pergerakan tuba

dan progresifitas ovum yang dibuahi. Hal-hal yang menyebabkan kelainan di

atas adalah:

Pengaruh faktor mekanik

Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik antara

lain: riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi non-

13

Page 14: Case Kayu Agung

ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap diethylstilbestrol,

salpingitis isthmica nodosum (penonjolan-penonjolan kecil ke dalam

lumen tuba yang menyerupai divertikula), dan alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR). Hal-hal tersebut secara umum menyebabkan perlengketan

intra- maupun ekstraluminal pada tuba, sehingga menghambat perjalanan

zigot menuju kavum uteri. Faktor mekanik lain adalah pernah menderita

kehamilan ektopik, pernah mengalami operasi pada saluran telur seperti

rekanalisasi atau tubektomi parsial, induksi abortus berulang, tumor yang

mengganggu keutuhan saluran telur.

Pengaruh faktor fungsional

Faktor fungsional yaitu perubahan motilitas tuba yang berhubungan

dengan faktor hormonal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi

lamban, sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum

uteri. Gangguan motilitas tuba dapat disebabkan oleh perobahan

keseimbangan kadar estrogen dan progesteron serum. Dalam hal ini terjadi

perubahan jumlah dan afinitas reseptor adrenergik yang terdapat dalam

uterus dan otot polos dari saluran telur. Ini berlaku untuk kehamilan

ektopik yang terjadi pada akseptor kontrasepsi oral yang mengandung

hanya progesteron saja, setelah memakai estrogen dosis tinggi

pascaovulasi untuk mencegah kehamilan. Merokok pada waktu terjadi

konsepsi dilaporkan meningkatkan insiden kehamilan ektopik yang

diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor

adrenergik dalam tuba.

Kegagalan kontrasepsi

Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang

karena kontrasepsi sendiri mengurangi insidensi kehamilan. Akan tetapi

dikalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik

apabila terjadi kegagalan pada teknik sterilisasi. Alat kontrasepsi dalam

rahim selama ini dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik. Namun

ternyata hanya AKDR yang mengandung progesteron yang meningkatkan

frekuensi kehamilan ektopik. AKDR tanpa progesteron tidak

14

Page 15: Case Kayu Agung

meningkatkan risiko kehamilan ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada

wanita yang menggunakan AKDR, besar kemungkinan kehamilan tersebut

adalah kehamilan ektopik.

Pengaruh proses bayi tabung

Beberapa kejadian kehamilan ektopik dilaporkan terjadi pada proses

kehamilan yang terjadi dengan bantuan teknik-teknik reproduksi (assisted

reproduction). Kehamilan tuba dilaporkan terjadi pada GIFT (gamete

intrafallopian transfer), IVF (in vitro fertilization), ovum transfer, dan

induksi ovulasi. Induksi ovulasi dengan human pituitary hormone dan

hCG dapat menyebabkan kehamilan ektopik bila pada waktu ovulasi

terjadi peningkatan pengeluaran estrogen urin melebihi 200 mg sehari.

3.4 PATOGENESIS

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang

terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau

interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau

sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh

kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi.

Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping.

Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan

jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena

pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili

khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan

merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya

tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding

tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah

pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan

tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah

menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel

15

Page 16: Case Kayu Agung

membesar, nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler.

Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi

menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan

dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara

keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati, desidua

dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau

berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik

terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif.

Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6

sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi,

tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa

kemungkinan yang mungkin terjadi adalah :

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total.

2. Abortus ke dalam lumen tuba

Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh

vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan

mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya

pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta

serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna,

seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam

kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan

gejala-gejala menghilang.

3. Ruptur dinding tuba

Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis

ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering

terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya

terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya rupture yang terjadi pada pars-

intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara

16

Page 17: Case Kayu Agung

spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan

pemeriksaan vagina.

3.5 KLASIFIKASI

Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi

dari kehamilan ektopik, dapat dibedakan menjadi:

1. Kehamilan tuba

Yaitu kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopi. Sebagian

besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba (95%). Namun, konseptus juga

dapat berimplantasi pada ampulla (55%), isthmus (25%), fimbrial (17%),

ataupun pada interstisial (2%) dari tuba. Tuba fallopi mempunyai

kemampuan untuk berkembang yang terbatas, sehingga sebagian besar

akan pecah (ruptura) pada umur kehamilan 35-40 hari.

2. Kehamilan ovarial

Merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari seluruh kehamilan ektopik

dimana sel telur yang dibuahi bernidasi di ovarium. Meskipun daya

akomodasi ovarium terhadap kehamilan lebih besar daripada daya

akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya mengalami ruptur pada

tahap awal.

3. Kehamilan servikal

Bentuk dari kehamilan ektopik yang jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi

dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya telur, serviks

mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu

sehingga umumnya hasil konsepsi masih kecil dan dievakuasi dengan

kuretase.

4. Kehamilan Abdominal.

Kehamilan ini terjadi satu dalam 15.000 kehamilan, atau kurang dari 0,1%

dari seluruh kehamilan ektopik.20 Kehamilan Abdominal ada 2 macam:

17

Page 18: Case Kayu Agung

a. Primer, dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga

perut.

b. Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain

misalnya di dalam saluran telur atau ovarium yang selanjutnya

berpindah ke dalam rongga abdomen oleh karena terlepas dari tempat

asalnya. Hampir semua kasus kehamilan abdominal merupakan

kehamilan ektopik sekunder akibat ruptur atau aborsi kehamilan tuba

atau ovarium ke dalam rongga abdomen. Walaupun ada kalanya

kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang

terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai maturitas

(bulan ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.

5. Kehamilan Heterotopik

Kehamilan ektopik yang dapat terjadi bersama dengan kehamilan

intrauterin. Kehamilan heterotipik ini sangat langka, terjadi satu dalam

17.000-30.000 kehamilan ektopik. Kehamilan heterotopik dapat di

bedakan atas:

a. Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu kehamilan

yang dapat berlangsung dalam waktu yang sama dengan kehamilan

intrauterin normal.

b. Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu

terjadinya kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehamilan

ektopik yang telah mati atau pun ruptur dan kehmilan intrauterin yang

terjadi kemudian berkembang seperti biasa.

6. Kehamilan interstisial

Yaitu implantasi telur terjadi dalam pars interstitialis tuba. Kehamilan ini

juga disebut sebagai kehamilan kornual (kehamilan intrauteri, tetapi

implantasi plasentanya di daerah kornu, yang kaya akan pembuluh darah).

Karena lapisan myometrium di sini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih

lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau ke 4. Kehamilan interstisial

merupakan penyebab kematian utama dari kehamilan ektopik yang pecah.

7. Kehamilan intraligamenter

18

Page 19: Case Kayu Agung

Kehamilan intraligamenter berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba

yang pecah. Konseptus yang terjatuh ke dalam ruangan ekstra peritoneal

ini apabila lapisan korionnya melekat dengan baik dan memperoleh

vaskularisasi di situ fetusnya dapat hidup dan berkembang dan tumbuh

membesar. Dengan demikian proses kehamilan ini serupa dengan

kehamilan abdominal sekunder karena keduanya berasal dari kehamilan

ektopik dalam tuba yang pecah.

8. Kehamilan tubouterina

Merupakan kehamilan yang semula mengadakan implantasi pada tuba pars

interstitialis, kemudian mengadakan ekstensi secara perlahan-lahan ke

dalam kavum uteri.

9. Kehamilan tuboabdominal

Berasal dari tuba, dimana zigot yang semula mengadakan implantasi di

sekitar bagian fimbriae tuba, secara berangsur mengadakan ekstensi ke

kavum peritoneal.

10. Kehamilan tuboovarial

Digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba dan sebagian

pada jaringan ovarium

Gambar. 1 Lokasi kehamilan ektopik

19

Page 20: Case Kayu Agung

3.6 MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinik kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas.

Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda, dan

mungkin merasa nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa

dihiraukan. Pada pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek,

walaupun mungkin tidak sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung

hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.

Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda,

dari perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya

gejala yang tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya. Gejala dan

tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau

ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi, dan keadaan

umum penderita sebelum hamil.

Gejala subjektif:

1. Amenorrhea (75%-90%)

Penderita mungkin tidak menyangka bahwa dirinya hamil, atau

menyangka dirinya hamil normal, atau mengalami keguguran (abortus

tuba). Sebagian penderita tidak mengeluhkan keterlambatan haid karena

kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.

2. Perdarahan pervaginam (50%-80%)

Sebagian besar dari seluruh kehamilan ektopik tuba akan mengalami

abortus spontan dalam waktu 5 minggu. Kebanyakan dari KE akan

mengalami abortus di awal kehamilan. Gejala utamanya adalah keluarnya

discharge coklat tua dari vagina setelah fase tidak menstruasi. Jumlah

perdarahan bermacam-macam, bisa sangat berat dan 10-20% tidak terjadi

perdarahan. Perdarahan pervaginam terjadi akibat degenerasi dan

pengelupasan desidua uterus, perdarahan dapat atau mungkin tidak dikenal

sebagai kelainan dibandingkan dengan haid yang biasanya. Desidua

mungkin dilepaskan dalam perjalanan bercak perdarahan yang intermitten

atau kontinu.

20

Page 21: Case Kayu Agung

3. Nyeri abdomen

Lokalisasinya tidak spesifik dan sering pasien mengeluh nyeri pada

sisi kontralateralnya. Intensitas nyeri tidak mencerminkan jumlah

perdarahan. Nyeri KE biasanya disebabkan akibat ruptura sehingga terjadi

perdarahan dan darahnya mengalir lewat akhir fimbrial ke kavitas

peritoneal sehingga sering diikuti tanda peritonitis. Nyeri abdomen,

terutama nyeri pelvik unilateral merupakan gejala karakteristik yang

paling sering pada pasien kehamilan ektopik. Tetapi nyeri dapat juga

bilateral pada abdomen bagian bawah, pada abdomen bagian atas, atau

seluruh abdomen.

Beberapa pasien waspada akan nyeri seperti kram unilateral yang

berlokasi di satu sisi uterus, yang dapat disebabkan oleh distensi tuba oleh

kehamilan yang membesar. Nyeri yang tiba-tiba, bersifat tajam seperti

ditusuk pada abdomen bagian bawah biasanya disebabkan oleh ruptur tuba

yang akut dengan perdarahan intraabdominal yang dapat menyebabkan

syok. Variasi nyeri yang ketiga yaitu bersifat penuh, nyeri dihubungkan

dengan suatu hematoma sekeliling suatu “ektopik yang mengalami ruptur

kronik”. Darah yang menetes, banyak atau sedikit dikelilingi oleh adhesi,

terkumpul dalam pelvis, dan membentuk suatu hematokel rektouterina.

Nyeri yang disebabkan oleh kehamilan ektopik biasanya diperberat oleh

gerakan tubuh, seperti membungkuk, naik, atau mengendarai mobil. Pada

perdarahan berat sering diikuti mual, muntah, dan diare.

Temuan Objektif

a. Syok hemoragik, yang ditandai dengan hipotensi, oliguria, palor, dan

takikardia.

b. Tanda klasiknya (namun jarang terjadi) adalah wanita muda (usia

reproduksi) tiba-tiba pingsan disertai keluarnya discharge coklat dari

vagina setelah fase amenorea. Terdapat riwayat lemah/pusing/hampir

hilang kesadaran, nyeri tajam pada pundak, dan akut abdomen. Pada

palpasi didapatkan kaku abdomen (defanse muscular), dan pada

laparoskop terdapat haemoperitoneum dengan ruptur tuba fallopi. Darah

21

Page 22: Case Kayu Agung

yang masuk ke dalam rongga abdomen akan merangsang peritoneum,

sehingga pada pasien akan ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal,

nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, dan defense muskular.

c. Gejala subakut, nyeri abdomen bagian bawah yang bersifat sentral atau

terlokalisasi. Pada anamnesis didapatkan adanya fase amenorrea 6-8

minggu, tidak menggunakan kontrasepsi, dan sekarang terdapat

perdarahan vagina yang berwarna merah dan kadang disertai perdarahan

yang berwarna coklat.

d. Bila perdarahan berlangsung lamban dan gradual, dapat dijumpai tanda

anemia pada pasien

e. Hematosalping akan teraba sebagai tumor di sebelah uterus

f. Dengan adanya hematokel retrouterina maka kavum Douglas teraba

menonjol dan nyeri pada pergerakan (nyeri goyang porsio)

g. Di samping itu dapat ditemukan tanda-tanda kehamilan, seperti

pembesaran uterus

3.7 DIAGNOSIS

Diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang

terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri

bahu, dan tenesmus dapat ditanyakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah

nyeri perut bagian bawah.

Pemeriksaan umum

Penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga

perut dapat ditemukan tanda-tanda syok. Pada jenis tidak mendadak, perut

bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.

Pemeriksaan ginekologi

Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks

menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit

22

Page 23: Case Kayu Agung

membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas

yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba

menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik,

sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.

Pemeriksaan laboratorium

Pengukuran subunit beta dari HCG-β (Human Chorionic

Gonadotropin-Beta) merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis.

Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterin dengan

kehamilan ektopik. Pemeriksaan laboratorium lainnya adalah hemoglobin,

jumlah sel darah merah, dan leukosit.

Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam

menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-

tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak

biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan

hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.

Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan,

bila leukositosis meningat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari

infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang

melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes

kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi, tes negatif tidak

menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian

hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human

chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negatif.

Dilatasi dan kerokan

Pada umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis

kehamilan ektopik tidak dianjurkan dikarenakan beberapa alasan, antara lain:

kemungkinan adanya kehamilan dalam uterus bersama kehamilan ektopik,

hanya 12%-19 % kerokan pada kehamilan ektopik menunjukkan reaksi

desidua, dan perubahan endometrium yang berupa reaksi Arias-stella tidak

khas untuk kehamilan ektopik. Namun, jika jaringan yang dikeluarkan

23

Page 24: Case Kayu Agung

bersama dengan perdarahan terdiri atas desidua tanpa villi koriales, hal itu

dapat memperkuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.

Kuldosentesis

Kuldosintesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah

dalam kavum Douglas ada darah atau tidak. Darah segar berwarna merah

yang dalam beberapa menit akan membeku ini berarti darah berasal dari arteri

atau vena yang tertusuk. Darah tua berwarna coklat samapi hitam yang tidak

membeku atau yang berupa bekuan kecil-kecil, darah ini menunjukkan

adanya hematokel retrouterina.

Ultrasonografi

Ultrasonografi berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik.

Diagnostik pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang

di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ±5%

kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini

lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterin pada kasus uternus

bikornis.

3.8 DIAGNOSIS BANDING

1. Infeksi pelvis

Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan

jarang setelah mengenai amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan

yang dapat diraba pada pemeriksaaan vaginal pada umumnya bilateral.

Pada infeksi pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0,50C, selain

itu leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes

kehamilan menunjukkan hasil negatif.

2. Abortus iminens/abortus inkomplit

Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih

merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median

dan adanya perasaan subjektif penderita yang merasakan rasa tidak enak di

perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens atau permulaan

24

Page 25: Case Kayu Agung

abortus incipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau

di belakang uterus, dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan rasa nyeri.

3. Tumor/Kista ovarium

Gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan

pervaginam biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan

lebih bulat dibanding kehamilan ektopik terganggu.

4. Appendisitis

Nyeri mula-mula dirasakan di daerah periumbilikus, diikuti dengan

anoreksia, nausea, atau vomitus, dan penjalaran nyeri ke kuadran kanan

bawah. Nyeri perut bagian bawah pada apendisitis terletak pada titik

McBurney.

Selain itu pada pasien ditemukan peningkatan suhu tubuh dan juga

leukositosis. Pada apendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada

gerakan servik uteri seperti yang ditemukan pada kehamilan ektopik

terganggu. Perdarahan uterus tidak terjadi kecuali pasien kebetulan sedang

haid.

3.9 PENATALAKSANAAN

a. Tatalaksana KET

1) Stabilisasi keadaan umum ibu:

• Oksigen

• Transfusi

• Infus untuk koreksi terhadap anemia dan hipovolemia

• Jika dicurigai ada infeksi antibiotika

2) Operatif

Penatalaksanaan yang ideal yaitu menghentikan sumber

perdarahan dengan segera melakukan tindakan operatif, yaitu dengan

laparotomi dan salpingektomi (memotong bagian tuba yang

terganggu). Histerektomi dilakukan bila umur >35 tahun, fundektomi

bila masih muda untuk kemungkinan masih bisa haid, insisi bila

kerusakan pada kornu kecil dan kornu dapat direparasi.

25

Page 26: Case Kayu Agung

Salfingektomi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi, yaitu:

Kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok.

Kondisi tuba buruk, terdapat jaringan parut yang tinggi risikonya

akan kehamilan berulang.

Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan menginginkan

fertilitasi invitro, maka dalam hal ini salfingektomi mengurangi

risiko kehamilan ektopik pada prosedur fertilisasi invitro.

Penderita tidak ingin punya anak lagi.

b. Tatalaksana kehamilan ektopik (tuba) dan masih dalam kondisi baik dan

tenang, memiliki 3 pilihan yaitu penatalaksanaan ekspektasi (expectant

management), penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah

1) Penatalaksanaan Ekspektasi

Dasar terapi: fakta bahwa sekitar 75% pasien akan mengalami

penurunan kadar -hCG. Efektif pada 47-82% kehamilan tuba. Maka,

kehamilan ektopik dini dengan kadar -hCG yang stabil atau

cenderung turun akan diobservasi ketat Penatalaksanaan ekspektasi ini

dibatasi pada keadaan-keadaan berikut:

Kehamilan ektopik dengan kadar -hCG menurun (< 1000 miu/ml)

Kehamilan tuba

Tidak ada perdarahan intraabdominal atau ruptur

Diameter massa ektopik ≤ 3.5 cm

2) Penatalaksanaan Medis

Di sini digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas jaringan

dan sel hasil konsepsi. Syarat untuk penatalaksanaan ini:

Keadaan hemodinamik yang stabil

Bebas nyeri perut bawah

Tidak ada aktivitas jantung janin

Tidak ada cairan bebas dalam rongga abdomen dan kavum

Douglas

Harus teratur menjalani terapi

26

Page 27: Case Kayu Agung

Harus menggunakan kontrasepsi yang efektif selama 3-4 bulan

pascaterapi

Tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta

Sedang tidak menyusui

Tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis

Memiliki fungsi ginjal

Hepar dan profil darah yang normal,

Tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate

Untuk terminasi kehamilan, dapat digunakan terapi medis sbb:

a) Methotrexate (MTX)

Terapi MTX dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling

ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu. Angka

kegagalan terapi yaitu 5-10%. Angka kegagalan meningkat pada

usia gestasi >6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter

>4 cm. Bila terjadi kegagalan terapi medis maka ulangi terapi.

Harus dipersiapkan untuk kemungkinan menjalani pembedahan

(pada KET). Dilarang melakukan senggama dan konsumsi asam

folat.

Efek samping obat yaitu gangguan fungsi hepar, stomatitis,

gastroenteritis dan depresi sumsum tulang. Dosis yang diberikan

adalah dosis tunggal : 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis

multipel : 1 mg/kg (intramuskular) pada hari I, III, V, dan VII.

Pantau keberhasilan terapi dengan pemeriksaan -hCG serial.

Klinis MTX pada hari-hari pertama yaitu 65-75% pasien

akan mengalami nyeri abdomen akibat pemisahan hasil konsepsi

dari tempat implantasinya (separation pain) dan hematoma yang

meregangkan dinding tuba. Atasi nyeri dengan NSAID. -hCG

umumnya tidak terdeteksi lagi dalam 14-21 hari setelah pemberian

methotrexate. Massa hasil konsepsi akan tampak membesar pada

USG akibat edema dan hematoma JANGAN dianggap sebagai

27

Page 28: Case Kayu Agung

kegagalan terapi. Setelah terapi berhasil awasi kadar -hCG tiap

minggunya hingga kadarnya < 5 mIU/mL.

b) Actinomycin

Neary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin

i.v. selama 5 hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada

pasien dengan kegagalan terapi MTX sebelumnya.

c) Larutan Glukosa Hiperosmolar

Injeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga

merupakan alternatif terapi medis kehamilan tuba yang belum

terganggu. Yeko dan kawan-kawan melaporkan keberhasilan

injeksi larutan glukosa hiperosmolar dalam menterminasi

kehamilan tuba. Namun, angka kegagalan terapi ini cukup tinggi

sehingga jarang digunakan.Umumnya injeksi MTX tetap lebih

unggul.

3) Penatalaksanaan Bedah

Indikasi pembedahan yaitu KE atau KET. Ada 2 macam

pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba:

a) Pembedahan konservatif

Integritas tuba dipertahankan, meliputi:

Salpingostomi:

- Mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter < 2 cm dan

berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii

Salpingotomi:

- Sama dengan salpingostomi tapi insisi dijahit kembali

b) Pembedahan radikal yaitu berupa salpingektomi:

Indikasi:

KET

Pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif

28

Page 29: Case Kayu Agung

Terjadi kegagalan sterilisasi

Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya

Pasien meminta dilakukan sterilisasi

Perdarahan berlanjut pascasalpingotomi

Kehamilan tuba berulang

Kehamilan heterotopik

Massa gestasi berdiameter > 5 cm

Berbagai metode di atas dapat dilakukan melalui laparotomi

maupun laparoskopi. Jika pasien syok atau tidak stabil sebaiknya

jangan lakukan pembedahan per laparoskopi.

4) Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi

Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat

dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan

menyemburkan cairan di bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau

spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong dan lepas dari

implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi

berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan

bertekanan

3.10 PROGNOSIS

Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik

terganggu turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan

darah yang cukup. Kehamilan ektopik terganggu yang berlokasi di tuba pada

umumnya bersifat bilateral. Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat

mempunyai keturunan) setelah mengalami keadaan tersebut diatas, namun

dapat juga mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain.

Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai

resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang

sudah mengalami kehamilan ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat

kemungkinan 50% mengalami kehamilan ektopik terganggu berulang. Ruptur

dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi fertilitas wanita.

29

Page 30: Case Kayu Agung

Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60%

kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang

lebih 10% mengalami kehamilan ektopik berulang.

3.11 KOMPLIKASI

Kehamilan ektopik terganggu dapat menyebabkan keadaan akut

abdomen dan syok hipovolemik. Kematian paling sering disebabkan oleh

ruptura yang disertai perdarahan yang masif. Kehamilan ektopik dapat

terjadi berulang hingga menyebabkan infertilitas. Komplikasi sangat

tergantung dari lokasi tumbuh dan berkembangnya embrio.

30

Page 31: Case Kayu Agung

BAB IV

ANALISA KASUS

Pada tanggal 15 Februari 2012 pukul 08.00, Ny. Ida Royani berusia 39

tahun, alamat Tanjung Baru, kebangsaan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga

datang ke RSMH dengan keluhan nyeri perut. ± 1 hari SMRS os mengeluh nyeri

perut. Nyeri dirasakan terus menerus, nyeri tekan (+). Os mengaku terlambat haid

2 bulan, riwayat mual muntah (-), riwayat payudara tegang (-), riwayat perdarahan

(-), riwayat keluar jaringan seperti hati ayam (-), riwayat keluar gelembung seperti

mata ikan (-), riwayat trauma (+) diurut-urut, riwayat pasca senggama (-), riwayat

minum obat/ jamu peluruh (-). Riwayat perkawinan 5 tahun. Dari pemeriksaan

fisik didapatkan pasien tampak sakit berat, kesadaran compos mentis, TD 90/60,

nadi 112 x/m, RR 24 x/m, dan suhu 37,6°C dengan anemia (+). Pemeriksaan

jantung dan paru dalam batas normal.

Pemeriksaan luar ginekologi didapatkan abdomen datar, tegang, simetris,

tinggi fundus uteri tidak dapat dinilai teraba massa (-), nyeri tekan (+) pada

abdomen, nyeri lepas (-); pemeriksaan inspekulo didapatkan portio livide, OUE

tertutup, fluor (-), fluxus (+), darah tidak aktif, cavum douglas menonjol, erosi (-),

laserasi (-), polip (-); dari vaginal toucher didapatkan vulva/ vagina mukosa licin,

serviks portio lunak, OUE tertutup, nyeri goyang portio (+),corpus uteri normal,

adnexa/parametrium kanan dan kiri tegang, cavum douglas menonjol; dari rectal

toucher didapatkan TSA baik, mukosa licin, ampula kosong, massa intralumen (-),

adnexa parametrium kanan kiri tegang, CUT normal, CD menonjol. Pemeriksaan

laboratorium didapatkan Hb 7,1 g/dl dan Tes kehamilan (+).

Dari hasil ananmnesis, pemeriksaan ginekologi, dan pemeriksaan penunjang

pasien ini didiagnosa Suspek Kehamilan Ektopik Terganggu dengan anemia

sedang. Untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini seharusnya dilakukan

kuldosintesis untuk menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu.

Penyebab pada pasien ini belum diketahui dengan pasti. Faktor resiko dapat

menyebabkan KET pada pasien ini salah satunya yaitu faktor usia. Berdasarkan

literatu kehamilan ektopik paling banyak terjadi pada usia 20-40 tahun yang pada

31

Page 32: Case Kayu Agung

pasien ini berusia 39 tahun. Dari anamnesis didapatkan riwayat trauma/diurut-urut

(+) juga merupakan salah satu faktor resiko dapat menyebabkan terjadinya KET.

Adanya riwayat trauma/diurut-urut kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya

ruptur tuba sehingga dapat mengakibatkan terjadinya KET.

Penatalaksanaan awal pada pasien ini yaitu memperbaiki keadaan umum

pasien karena didapatkan tanda-tanda syok (TD 90/60, nadi 112 x/m, RR 24 x/m)

dengan memasang IVFD RL gtt xx/menit, pemasangan kateter untuk pemantauan

urine output, dan diberikan oksigenasi adekuat 3-5L/m. Selanjutnya segera

dilakukan persiapan tindakan operatif (izin, alat, obat, dan darah) untuk

menghentikan sumber perdarahan dengan rencana laparotomi cito dengan jenis

tindakan salpingektomi.

Selama intraoperatif didapatkan darah dan bekuan darah ±1300 cc, ruptur

tuba fallopi kanan pada pars isthmika ukuran 2x1 cm dan perlengketan tuba kanan

dengan dinding posterior abdomen, dan perlengketan tuba kiri dengan dinding

posterior abdomen sehingga dilakukan salpingoraphy dextra. Diagnosis paska

bedah pasien ini adalah hemoperitoneum ec ruptur tuba isthmika dextra ec trauma

mekanik.

Pasien ini didiagnosis banding dengan infeksi pelvis, abortus

imminens/inkomplit, dan tumor/kista ovarium. Gejala yang menyertai infeksi

pelvik biasanya timbul pada waktu haid dan jarang setelah mengenai amenore dan

disertai dengan adanya demam, selain itu juga tes kehamilan menunjukkan hasil

negatif. Hal itulah yang menyingkirkan diagnosis banding infeksi pelvis pada

kasus ini. Pada abortus iminens/inkomplit dibandingkan dengan kehamilan

ektopik terganggu perdarahan yang terjadi lebih merah, rasa nyeri yang sering

berlokasi di daerah median, dan adanya perasaan subjektif penderita yang

merasakan rasa tidak enak di perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens.

Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di belakang uterus, dan

gerakan servik uteri tidak menimbulkan rasa nyeri. Untuk menyingkirkan

tumor/kista ovarium dapat dilihat dari riwayat menstruasi, pada tumor/kista

ovarium gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan pervaginam

32

Page 33: Case Kayu Agung

biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat

dibanding kehamilan ektopik terganggu.

Prognosis pada ibu dubia karena pada saat datang ke IRD pada pasien

ditemukan tanda-tanda syok yang apabila tidak ditatalaksana dengan baik dapat

menyebabkan kematian pada ibu. Sedangkan prognosis janin dubia. Pasien

dengan riwayat kehamilan ektopik terganggu akan mengalami steril (tidak dapat

mempunyai keturunan) atau kemungkinan akan mengalami kehamilan ektopik

berulang pada tuba yang lain. Selain itu, ruptur dengan perdarahan intrabdominal

akan mempengaruhi fertilitas wanita.

33

Page 34: Case Kayu Agung

BAB V

KESIMPULAN

1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik yaitu dengan adanya tanda-tanda kehamilan ektopik

terganggu.

2. Penyebab kehamilan ektopik pada pasien ini tidak dapat ditentukan karena

anamnesa yang dilakukan kurang lengkap. Faktor risiko yang didapati pada

pasien ini antara lain, usia ibu yang termasuk dalam prevalensi tertinggi

terjadinya kehamilan ektopik, riwayat trauma/diurut-urut, dan infertil

primer.

3. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat yaitu dengan memperbaiki

keadaan umum pasien melakukan laparotomi dan dari hasil laparotomi

didapatkan ruptur pars isthmica tuba dekstra.

4. Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai

resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang.

34

Page 35: Case Kayu Agung

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.

Obstetri Williams volume 2 Edisi 21. Jakarta: EGC, 2006.

Supono. Ilmu Kebidanan. Palembang : Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya, 1985.

Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 1999.

Lutan, Delfi, dkk. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta : EGC. 1998.

Chamberlain G, Phillip S. Turnbulls Obstetric. Third edition. Churcill Livingtone.

2001: 212-213

Marpaung, C., 2007. Karakteristik Ibu Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu

di RS St. Elisabeth Medan tahun 1999-2006. Skripsi FKM-USU.

Manuaba, IBG., 1999. Operasi Kebidanan, Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Dokter Umum. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

35