case parkinson
DESCRIPTION
parkinson diseaseTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
PARKINSON’S SYNDROME
PEMBIMBING:
dr. Julintari Bidramnanta, Sp.S
DISUSUN OLEH:
Putri Caesarrini
NIM: 030.11.234
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIPERIODE 19 OKTOBER – 21NOVEMBER 2015
PENDAHULUAN
Penyakit parkinson adalah bagian dari parkinsonism yang secara patologi
ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta
yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies).1 Parkinsonism
adalah suatu kumpulan gejala yang di karateristikan 2 dari 4 tanda kardinal, yaitu,
bradikinesia, rigiditas, resting tremor, imbalance postural. Penyakit parkinson
merupakan suatu penyakit yang bersifat kronik, progresif, neurodegeneratif dengan
berbagai etiologi multifaktor.2
Penyakit parkinson atau parkinson disease merupakan penyakit
neurodegeneratif ke 2 paling sering dijumpai setelah penyakit Alzheimer.5 Penyakit
ini paling banyak dialami pada umur lanjut, biasanya mulai timbul pada usia 40
hingga 70 tahun dan mencapai puncak pada dekade keenam.1 Prevalensi terjadinya
penyakit parkinson meningkat seiring dengan meningkatnya usia.2 Di Amerika
dilaporkan bahwa prevalensi penyakit parkinson meningkat dari 0,3% dari total
populasi menjadi 1 hingga 2% pada usia 65 tahun atau lebih tua dan beberapa
dilaporkan sebesar 4 hingga 5% pada usia >85 tahun. Onset terbanyak terkena
penyakit ini dimulai dari usia 60 tahun, namun sebesar 10% dilaporkan terkena pada
usia 45 tahun atau lebih muda. Risiko pada penyakit parkinson pada laki-laki sebesar
2% dan perempuan 1,3%.2
Klasifikasi dari penyakit parkinson digolongkan menjadi 4, yaitu,
parkinsonisme idiopatik (primer), parkinsonisme simtomatik (sekunder), sindroma
parkinson plus (multiple system degeneration), dan penyakit heredodegeneratif. Tipe
paling sering pada penyakit parkinson adalah idiopatik.3 Sebesar 90% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Satu-satunya faktor risiko yang terbukti pada penyakit
parkinson adalah usia lanjut. Penelitian yang dilakukan pada penyakit parkinson
idiopatik melaporkan bahwa faktor lingkungan seperti hidup di pedesaan, sumur
sebagai sumber air minum, dan paparan logam berat dan hidrokarbon sebagai faktor
risiko terjadinya penyakit ini. Namun, tidak satupun dari faktor-faktor ini secara jelas
menjadi penyebab penyakit parkinson.2, 3
Penyakit parkinson tidak hanya menimbulkan gejala motorik namun juga
menimbulkan gejala non motorik seperti, depresi, dementia, dan psikosis yang
berkontribusi sebagai kecacatan dan seringkali gejala ini tidak dikenali dan diobati
sehingga dapat mempengaruhi dan menyebabkan kualitas hidup menurun.1, 3
2
KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. AW
Usia : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Gg. Permata Cawang III RT/RW 02/05
Suku bangsa : Sunda
Agama : Katolik
Pendidikan terakhir : SMA
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 Oktober 2015
pada pukul 12.00 WIB di poliklinik saraf RSUD Budhi Asih.
Keluhan utama
Pasien datang untuk kontrol dan mendapatkan pengobatan parkinson.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli saraf RSUD Budhi Asih dengan keluhan kedua tangan
gemetaran sejak 6 bulan yang lalu SMRS. Keluhan dirasakan pertama kali pada bulan
Mei 2015 yang lalu. Pada awalnya pasien merasa sering kesemutan dan terasa baal
pada tangan sebelah kiri. Kemudian kesemutan dan rasa baal juga dirasakan pada
tangan sebelah kanan. Keluhan tersebut dirasakan tiba-tiba saat pasien sedang
beraktivitas. Setelah merasakan kesemutan dan baal, pasien merasakan gemetaran
pada kedua tangannya dan terkadang gemetaran dirasakan seluruh badan oleh pasien.
Gemetaran yang dirasakan pasien hilang timbul dan tidak teratur. Gemetaran timbul
dan menghebat terutama saat pasien sedang banyak pikiran dan berkurang saat pasien
sedang beraktivitas. Pada awalnya gemetaran dirasakan tidak begitu kencang namun
semakin lama menjadi kencang. Dalam 6 bulan, keluhan yang dirasakan pasien tidak
semakin memberat.
3
Selain itu, pasien mengeluh menjadi sering lupa sejak 6 bulan terakhir. Pasien
menjadi sering lupa saat meletakkan barang dan ingin mengembalikan barang
tersebut. Pasien menyadari kedua kaki terasa sakit di daerah lutut disusul dengan
ketika sedang berjalan langkah menjadi kecil-kecil, sering ingin terjatuh, dan sulit
berhenti bila sudah berjalan. Pasien juga mengeluh menjadi sulit tidur pada malam
hari dan sulit BAB. Pasien pernah jatuh sebelumnya kurang lebih 1 tahun yang lalu.
Kaku pada wajah, bicara pelo, dan kelemahan 1 sisi tubuh disangkal oleh pasien.
Pasien pertama kali datang ke poli pada tanggal 3 Juli 2015 dan mendapatkan
terapi sifrol 1x0,375 mg dan thp 3x1. Kemudian pasien datang kembali pada tanggal 7
Agustus 2015 untuk kontrol karena obat habis selama 3 hari. Tanggal 3 September
2015 pasien kembali datang untung kontrol dan ditambahkan 2 obat yaitu, levazid 2x1
dan asam folat 1x1 dan dalam jarak waktu 1 minggu pasien kembali datang dan dosis
levazid dinaikkan menjadi 3x1. Kontrol yang terakhir pasien mengatakan keluhan
sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat parkinson (+) sejak 4 bulan yang lalu, hipertensi, diabetes, dan stroke
disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat parkinson, hipertensi, diabetes, dan stroke dalam keluarga disangkal
oleh pasien.
Riwayat alergi
Riwayat alergi makanan dan obat disangkal oleh pasien.
Riwayat kebiasaan
Sehari-hari pasien sebagai ibu rumah tangga dan cukup aktif di lingkungan
sekitar. Jarang berolahraga, tidak konsumsi obat-obatan, dan minuman beralkohol.
4
Riwayat pengobatan
Pasien rutin datang ke poli saraf untuk kontrol dan mendapatkan pengobatan
medikamentosa parkinson sejak Juli hingga Oktober 2015. Keluhan yang dirasakan
berkurang dibandingkan dengan sebelumnya. Sejak 4 bulan yang lalu, pasien
mendapatkan pengobatan sifrol, levazid, dan thp secara rutin.
5
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,50 C
Nadi : 96 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Status generalis
A. Kepala : normocephal, warna putih, distribusi rambut merata,
tidak mudah dicabut
B. Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat
isokor 3mm/3mm, ortophoria
C. Telinga : normotia, simetris, nyeri tekan (-), sekret (-)
D. Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis (-)
E. Mulut : Bibir simetris, stomatitis (-), labioschisiz (-), karies
gigi (+), tonsil T1-T1 dan hiperemis (-), uvula ditengah, arkus faring simetris
F. Leher : simetris, KGB tidak membesar, pembesaran tiroid (-)
G. Thorax
Inspeksi : bentuk normal, gerak dinding dada saat bernapas
simetris, spider nevi (-), tipe pernapasan abdominal-thorakal, ictus
cordis tidak terlihat, aerola mamae simetris, tidak terdapat
ginekomastia.
Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, vocal fremitus
simetris
Perkusi : kedua hemithorax sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-), bunyi
jantung I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
H. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, gerak dinding perut simetris, ikterik (-),
sianosis (-), spider nevi (-), smiling umbilikus (-), peristaltik usus (-)
Auskultasi : bising usus 3x/menit
6
Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen, ballottement
(-), undulasi (-)
Palpasi : supel, tidak teraba masa, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba, nyeri ketok costovertebra (-), ballottement (-)
I. Genitalia : Simetris, hiperemis (-), epispadi (-), hipospadi (-)
J. Ekstremitas
Ekstremitas atas : simetris, ukuran proporsional, kulit sawo matang,
sianosis -/-, ikterik -/-, deformitas -/-, udema -/-, akral hangat +/+
Ekstremitas bawah : simetris, ukuran proporsional, kulit sawo matang,
sianosis -/-, ikterik -/-, deformitas -/-, udema -/-, akral hangat +/+
Status neurologis
Kesadaran : GCS: E4M6V5
Tanda rangsang meningeal :
Kanan Kiri
Kaku kuduk (-)
Laseque (-) (-)
Kernig (-) (-)
Brudzinsky I (-) (-)
Brudzinsky II Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus kranialis :
N.I (Olfaktorius)
Subjektif Tidak Dilakukan
N. II (Optikus)
Tajam penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Melihat warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Pupil Isokor, D: 3mm Isokor, D: 3mm
Fundus Okuli Tidak dilakukan
7
N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )
Nistagmus - -
Pergerakan bola mata Baik, ke segala
arah
Baik, ke segala
arah
Bola mata Ortoforia Ortoforia
Reflek Cahaya Langsung & Tidak
Langsung+ +
Diplopia - -
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut +
Menggerakan Rahang +
Oftalmikus +
Maxillaris +
Mandibularis +
N. VII ( Fasialis )
Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Tidak Dilakukan
Motorik Oksipitofrontalis Baik Baik
Motorik orbikularis okuli Baik Baik
Motorik orbikularisoris Baik Baik
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
Tes pendengaran Tidak dilakukan
Tes Keseimbangan Tidak dilakukan
N. IX,X ( Vagus )
Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Tidak Dilakukan
Refleks Menelan Baik
Refleks Muntah Tidak Dilakukan
8
N.XI (Assesorius)
Mengangkat bahu Tidak dilakukan
Menoleh Tidak dilakukan
N.XII ( Hipoglosus )
Pergerakan Lidah Deviasi (-)
Disatria Tidak ada
Refleks
Motorik
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patela - -
Achiles - -
Pemeriksaan Kanan Kiri
Refleks Patologis
Babinski
Chaddok
-
-
-
-
Oppenheim
Gordon
-
-
-
-
Klonus - -
Hoffman Tromer - -
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Postur Tubuh Membungkuk Membungkuk
Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik
Tonus Otot Rigid Rigid >>
Gerak involunter (+) (++)
Kekuatan Otot 5 5
9
Sensorik
Normostesi di ke empat ekstremitas.
Fungsi autonom
Miksi : baik
Defekasi : konstipasi
Tes keseimbangan dan koordinasi
Kanan Kiri
Tremor + ++
Chorea - -
Athetosis - -
Myokloni - -
Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik
Tonus Otot Normotonus Normotonus
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 5 5
Tes Hasil
Tes disdiadokokinesis Tidak dilakukan
Tes tunjuk hidung dan jari Tidak dilakukan
Tes tunjuk jari kanan dan kiri Tidak dilakukan
Tes romberg Tidak dilakukan
Tes tandem gait Tidak dilakukan
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi rutin
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit 8,0 ribu/uL 3,6 – 11
Hemoglobin 11,5 g/dL 11,7 – 15,5
Kimia klinik
Metabolisme karbohidrat
GDS 149 mg/dL < 110
11
RESUME
Pasien datang ke poliklinik saraf RSUD Budhi Asih pada tanggal 29 Oktober
2015 pukul 12.00 untuk kontrol dan mendapatkan pengobatan. Pasien datang dengan
keluhan gemetaran pada kedua tangan sejak 6 bulan SMRS. Ini merupakan kunjungan
poli yang ke 6 kali sejak Juli 2015. Keluhan dirasakan sejak bulan Mei 2015. Pada
awalnya pasien merasakan kesemutan dan baal pada tangan sebelah kiri kemudian
disusul tangan sebelah kanan. Keluhan tersebut dirasakan secara tiba-tiba saat pasien
sedang beraktivitas. Setelah itu pasien merasakan gemetaran pada kedua tangannya
dan terkadang hingga seluruh tubuhnya. Gemetaran pada awalnya tampak halus
namun semakin lama terlihat kencang. Gemetaran hilang timbul dan timbul terutama
sedah banyak pikiran dan berkurang saat pasien sedang beraktivitas. Dalam 6 bulan
pasien tidak merasakan gemetaran semakin memberat. Selain itu pasien mengeluh
kedua kakinya terasa sakit terutama di lutut kemudian ketika sedang berjalan langkah
menjadi kecil-kecil, sering ingin terjatuh, dan sulit berhenti bila sudah berjalan. Pasien
juga mengeluh menjadi sulit tidur pada malam hari dan sulit BAB. Selain itu, pasien
mengeluh menjadi sering lupa terutama dalam meletakkan barang-barang selama 6
bulan ini. Riwayat parkinson (+) sejak 4 bulan yang lalu, rutin untuk kontrol dan
pengobatan yaitu sifrol, levazid, thp serta asam folat.
Pemeriksaan fisik diperoleh kesadaran compos mentis, TD 130/80 mmHg,
suhu 36,50 C, nadi 96 x/menit, dan pernapasan 18 x/menit. Pada pemeriksaan motorik
diperoleh tangan kanan (rigid +), tangan kiri (rigid ++), tremor + pada kedua tangan.
Diagnosis
Diagnosis klinis : Resting tremor, bradikinesia, rigiditas, kegagalan
refleks postural, konstipasi, insomnia.
Diagnosis etiologi : Parkinson’s Syndrome
Diagnosis topis : Substansia nigra pada ganglia basalis
Diagnosis patologis : Proses degeneratif
12
TATALAKSANA
Non medika mentosa
o Edukasi dengan cari memberikan pemahaman kepada pasien mengenai
penyakitnya, minum obat secara teratur, kontrol secara rutin, dan
menghindari jatuh.
o Rehabilitasi medik (senam untuk pasien parkinson)
o TMS (non invasif)
o Operasi berupa talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra
(invasif)
Medika mentosa
o Pramipexole (Dopamine agonist gen 2) 1 x 0,375 mg
o Trihexyphenidyl (anti kolinergik ) 3 x 2 mg
o Levodopa dan benserazide 3 x 1
o Asam folat 1 x 1
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
13
ANALISIS KASUS
Pasien seorang wanita berusia 64 tahun datang dengan keluhan gemetar pada
kedua tangan, serta datang dengan cara berjalan yang lambat dan langkah kecil-kecil
dan agak membungkuk. Dari inspeksi dapat mengarahkan kemungkinan diagnosis
Parkinson’s syndrome. Berdasarkan usia pasien yaitu 64 tahun dapat dilihat bahwa
usia pasien merupakan faktor risiko terjadinya penyakit neurodegeneratif, salah
satunya yaitu parkinson. Prevalensi terjadinya parkinson yaitu usia 40 – 70 tahun dan
disebutkan juga biasanya onset terjadi dimulai pada usia 60 tahun.1,2
Keluhan gemetaran pada kedua tangan pasien dirasakan 6 bulan. Keluhan
dirasakan pada awalnya pada tangan sebelah kiri kemudian disusul pada tangan
sebelah kanan. Gemetaran timbul disaat pasien sedang banyak pikiran dan berkurang
ketika pasien sedang beraktivitas, gejala ini disebut dengan resting tremor. Resting
tremor ini merupakan salah satu dari 4 tanda kardinal parkinson yang biasanya
merupakan gejala pertama pada penyakit parkinson dan bermula pada satu tangan
kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama. Kemudian sisi yang lain juga akan
turut terkena seperti kepala, bibir, dan lidah sering tidak terlihat, kecuali pada stadium
lanjut. Resting tremor akan bertambah pada keadaan emosi dan hilang pada waktu
tidur.1,2 Resting tremor adalah tremor yang timbul pada bagian tubuh yang sepenuhnya
ditopang melawan gravitasi dan tidak ada kontraksi otot volunter. Hal ini terjadi
disebabkan karena defisiensi dopaminergik yang berada di striatum, karena adanya
lesi pada substansia nigra pars retikulata.4
Pada hasil pemeriksaan pasien ini, terdapat rigiditas pada tangan kanan dan
kiri, namun lebih nyata pada tangan sebelah kiri. Ketika digerakkan fleksi dan
ekstensi, terdapat kekakuan ketika digerakkan, dan pasien tidak merasa nyeri.
Rigiditas, atau adanya tahanan gerakan pasif pada persendian merupakan salah satu
gejala dari Parkinson’s syndrome yang disebabkan oleh peningkatan tonus otot secara
involunter yang melibatkan seluruh kelompok otot, yaitu otot-otot tubuh maupun
anggota gerak, baik fleksor maupun ekstensor. Hipotesis menyebutkan bahwa
rigiditas terjadi karena keterlibatan dari traktus retikulospinal dimana aktivitas dari
interneuron inhibitori di spinal di fasilitasi oleh motor neuron alpha yang prosesnya
dipengaruhi oleh L-DOPA.4
14
Pasien juga mengeluh kaki terasa kaku dan pegal sehingga menyebabkan
kesulitan saat berjalan. Pada hasil observasi cara berjalan tampak lambat dengan
langkah kecil-kecil dan agak membungkuk. Cara berjalan ini dikenal dengan istilah
Parkinsonian Gait, yang disebabkan oleh bradikinesia atau perlambatan dari gerak
volunter. Karakteristik dari Parkinsonian Gait adalah langkah lambat, kecil-kecil dan
agak diseret dengan postur membungkuk, serta tangan cenderung fleksi dikarenakan
hilangnya gerakan ayunan tangan yang normalnya ada ketika berjalan, serta sulit
memulai, dan sulit berhenti ketika sedang berjalan. Hal ini disebabkan karena adanya
Saraf eferen dari globus palidus segmen interna ke talamus adalah GABAnergik yang
menyebabkan kegiatan talamus akan tertekan dan selanjutnya rangsangan dari
thalamus ke korteks lewat saraf glutamatergik akan menurun dan output korteks
motorik ke neuron motorik medulla spinalis melemah terjadi hipokinesia. Perubahan
postur tubuh dari pasien merupakan mekanisme kompensasi untuk menyimbangkan
tubuhnya agar tetap terjadi keseimbangan.5
Keluhan lainnya adalah pasien mengeluh menjadi sulit BAB, hal ini
disebabkan karena mobilitas yang kurang, kurang intake cairan dan makanan, dan
terganggunya saraf otonom menyebabkan penurunan motilitas usus dan menyebabkan
konstipasi.6 Pasien juga mengeluh menjadi sulit tidur. Hal ini disebabkan karena
aktivitas desinkronisasi pada ascending reticular activating system (ARAS)
menghilang. Dimana serotonin merupakan neurotransmitter yang terlibat dalam
pembentukan tidur NREM. Karena saat penyakit berlanjut terjadi degenerasi progresif
neuron dopaminergik yang umumnya berada pada jaras nigrostriatum dan neuron-
neuron non dopaminergik termasuk serotoninergik berada di area otak yang luas
sehingga mengakibatkan perubahan dalam efek sistem neurotransmitter lain yang
akan menimbulkan manifestasi klinis, yaitu, gangguan tidur.6,7
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta
(SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy
bodies) dengan penyebab multifaktor. Substansia nigra adalah suatu regio kecil di
otak yang terletak sedikit di atas medula spinalis. Sel-selnya menghasilkan dopamin,
neurotransmiter yang berfungsi untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron
di otak terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural.
Selain dopamin, asetilkolin juga merupakan neurotransmiter yang berperan dalam
timbulnya gejala kardinal gangguan motorik. Pada parkinson idiopatik, keseimbangan
15
dari kedua neurotransmiter yang bersifat antagonis ini terganggu akibat menurunnya
kadar dopamine.1
Dari gejala-gejala yang ditimbulkan berupa resting tremor, bradikinesia,
rigiditas, kegagalan refleks postural memenuhi kriteria diagnosis menurut Hughes
dimana pada pasien ini masuk ke dalam kriteria Definite, yaitu, terdapat kombinasi
tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain yang tidak simetris.
Berdasarkan kriteria Hoehn and Yahr, perjalanan penyakit yang dialami pasien ini
masuk kedalam stadium II, dimana terdapat tremor dan kekakuan pada kedua
ekstremitas atas, serta gangguan dari sikap dan cara berjalan yang menjadi lambat
dengan langkah kecil-kecil tetapi pasien masih dapat melakukan aktifitas sendiri.
Pada pengobatan awal diberikan dopamine agonis yaitu pramipexole untuk
menghindari terjadinya halusinasi dan keadaan wearing off. Selain itu diberikan
antikolinergik yaitu triheksifenidil (THP) dengan dosis 3-15 mg per hari bertujuan
untuk menurunkan asetilkolin sehingga kadar dopamin dan asetilkolin menjadi
seimbang yang akan mengurangi gejala tremor. Efek samping obat ini antara lain
mulut kering, dan mata kabur.
Pada kunjungan kontrol selanjutnya pasien mendapatkan terapi kombinasi dari
dopaminergik dan dekarboksilase inhibitor yaitu levodopa 100 mg dan benserazid 25
mg. Levodopa akan masuk melewati blood-brain-barrier, masuk ke otak dan berubah
menjadi dopamin. Levodopa cepat mengalami dekarboksilasi sehingga hanya sedikit
obat yang dapat melewati sawar darah otak, karena itu biasanya dikombinasi dengan
benserazide. Benserazide adalah suatu inhibitor dekarboksilase perifer (yang tidak
melewati sawar darah otak) yang akan menghambat biotransformasi levodopa
menjadi dopamin di perifer, meningkatkan jumlah levodopa yang mencapai sawar
darah otak, sehingga kerja levodopa lebih efektif. Penyebab pemberian kombinasi
antara levodopa dengan benserazide karena ketersediaan obat di rumah sakit.
Sedangkan, kombinasi antara agonis dopamin dengan levodopa dan benserazide untuk
mengurangi efek fluktuasi yang sering ditimbulkan levodopa yang dikenal dengan
fenomena on-off. Dalam jangka waktu 1 minggu pasien datang kembali dan dosis
obat dinaikkan. Keadaan ini diakibatkan karena terapi yang diberikan sebelumnya
tidak adekuat sehingga tidak memberikan perbaikan pada gejala yang timbul.
Selain itu pasien juga diberikan asam folat dimana pemberian asam folat
digunakan untuk penatalaksanaan dari hiperhomosisteinemia yang terjadi oleh karena
16
metilasi levodopa dan dopamin oleh COMT yang menghasilkan S-adenohomosistein
yang diubah menjadi homosistein. Homosistein meningkat 32-88% dibandingkan
dengan pasien yang tidak menggunakan levodopa. Dapat diberikan asam folat dengan
dosis 5 mg perhari.6
Prognosis pada pasien ini, pada ad vitam yaitu ad bonam karena tidak
mengancam nyawa. Dimana pasien datang ke poliklinik saraf sendiri dan tidak ada
yang mengantar, pasien terlihat berhati-hati dalam berjalan, dan dalam keadaan
compos mentis. Ad functionam pada pasien ini yaitu dubia ad malam disebabkan
gejala-gejala yang ditimbulkan mengganggu aktifitas pasien yang pada awalnya
pasien aktif di lingkungan rumahnya menjadi jarang terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang ada. Selain itu, penggunaan levodopa jangka panjang tidak efektif lagi karena
gejala akan timbul walaupun obat tetap diminum. Ad sanationam yaitu dubia ad
malam karena penyakit ini bersifat kronik progresif, tidak dapat sembuh namun
dengan obat dapat mengurangi gejala yang ada dan meningkatkan kualitas hidup
pasien tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. PERDOSSI. Buku Panduan Tatalaksana Penyakit Parkinson dan Gangguan
Gerak Lainnya. Syamsuddin T, editor. Jakarta: 2015. p. 9-31
2. Weintraub D, Comella CL, Horn S. Parkinson's Disease - Pathophysiology,
Symptoms, Burden, Diagnosis, and Assessment. The American Journal of
Managed Care. 2008;14:40-7.
3. Santens P, Boon P, Roost DV. The Pathophysiology of Motor Symptoms in
Parkinson's Disease. Acta Neurology. 2003;103:129-34.
4. Price SA, Wilson LM, Hartwig MS. Gangguan Neurologis dengan
Simtomatologi Generalisata. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. p.1139-1144.
5. Sjahrir H, Nasution D, Gofir A. Parkinson’s Disease & Other Movement
Disorders. Pustaka Cedekia Press. Medan. 2007.p. 4-53.
6. Goldenberg MM. Medical Management of Parkinson's Disease. P&T.
2008;33(10):590-605.
7. Basjiruddin. Manajemen dari Penyakit Parkinson yang Lanjut. 2012:1-15.
18