case pmtct saiful
DESCRIPTION
PMTCTTRANSCRIPT
STATUS ILMU PENYAKIT ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RUMAH SAKIT : RSUD TARAKAN
Nama / NIM : Muhamad Syaiful bin Samingan Tanda tangan : ………………
Dr Pembimbing :dr. Melani R. Mantu, SpA. Tanda tangan : ……………..
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap :By. Ny. Lusiana Jenis kelamin : perempuan
Tempat: RSUD Tarakan Suku Bangsa : Jawa
Tanggal lahir: 13 Januari 2015 Agama : Islam
Alamat: Jl. Bendung Jago RT 014/006,
Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat DKI
Jakarta
Masuk ruang perinatologi tanggal 13 Januari
2015
Identitas Orang Tua
Ayah : Tn. S Ibu : Ny. L
Usia : 37 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : pegawai
Alamat : SDA
Agama : Islam
Usia : 29 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : lain-lain
Alamat : SDA
Agama : Islam
1
A. ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis dari Ibu Pasien Tanggal : 14 Januari 2015 di ruang perina
Riwayat Kehamilan
G1P0A0 usia 29 tahun kehamilan 39 minggu dengan antenatal care yang tidak rutin di
bidan. Hari pertama haid terakhir tidak diingat secara pasti. Selama kehamilan tidak ada riwayat
demam, keputihan, kencing yang terasa sakit.Riwayat muntah berlebihan dan kenaikan berat
badan yang terlalu cepat disangkal. Riwayat hubungan seksual selama kehamilan disangkal oleh
ibunya, Ibu pasien tidak bekerja dan tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga. Merokok,
meminum minuman beralkohol, dan mengonsumsi obat-obatan selama kehamilan disangkal. Ibu
menderita HIV yang ditularkan oleh suaminya. Ibu nya mengetahui dirinya menderita HIV 1
minggu lalu dan baru dimulai diterapi ARV
Informasi tambahan : Hasil pemeriksaan laboratorium;
Hb: 11,8 g/dL
Ht: 35,0%
Eritrosit: 3,96 juta/uL
Leukosit: 9331/mm3
Trombosit: 298.000/mm3
BT/CT: 2/12
GDS: 92 mg/dL
Riwayat Kelahiran
Bayi baru lahir secara SC jam 22.02, 13 Januari 2015, ketuban putih keruh, lahir
langsung menangis, tidak ada lilitan tali pusat, Apgar Score 7/9. Ballard Score : 37 minggu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Suami dirawat di Ruang Dahlia RSUD Tarakan pada tanggal 28/12/2014 sehingga
6/1/2015 kerana demam yang tidak sembuh dalam waktu seminggu dan sesak dada, berat badan
menurun dan nafsu makan berkurang. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata suami positif HIV
lalu langsung diberikan ART. Seminggu selepas itu, isterinya diperiksa setelah dianjurkan oleh
perawat dan hasilnya HIV positif juga pada tanggal 8/1/2015.
2
B. PEMERIKSAAN JASMANI
Berat Badan : 2800 gram
Panjang badan : 46 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar dada : 33 cm
Lingkar perut : 29 cm
Lingkar lengan atas : 10 cm
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : aktif, menangis kuat
Frekuensi Denyut jantung : 140 kali/menit, reguler.
Suhu : 36,0 °C
Pernapasan : 48 kali/menit.
Kepala : Normocephali, cephal hematom (-), caput succadaenum (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, Sklera Ikterik -/-, pupil isokor
Telinga : bentuk normal, deformitas (-). Membalik dengan cepat.
Hidung : Septum deviasi (-),napas cuping hidung (-), koana +/+, sekret hidung -/-
Mulut : sianosis (-), langit- langit utuh, frenulum normal,
Leher : retraksi suprasternal (-), tiroid tidak membesar
Thorax
Paru-Paru :
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Simetris dalam batas normal,
retraksi intercostal (-)
Simetris dalam batas normal,
retraksi intercostal (-)
Kanan Simetris dalam batas normal,
retraksi intercostal (-)
Simetris dalam batas normal,
retraksi intercostal (-)
Palpasi Kiri Dalam batas normal Dalam batas normal
Kanan Dalam batas normal Dalam batas normal
Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi Kiri Suara napas bronkovesikuler
Wheezing (-)Ronkhi (-)
Suara napas bronkovesikuler
Wheezing (-)Ronkhi (-)
3
Kanan Suara napas bronkovesikuler
Wheezing (-)Ronkhi (-)
Suara napas bronkovesikuler
Wheezing (-)Ronkhi (-)
Jantung :
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis terlihat
Palpasi : Teraba iktus cordis pada sela iga V linea midclavicula kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II murni regular, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : tampak datar, umbilikal tampak segar,retraksi epigastrium (-)
Palpasi: supel, turgor kulit baik, tidak teraba pembesaran , organ intra-abdomen
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bising usus (+)normal.
Kulit : tampak merah mudah , licin, halus, vena terlihat jarang-jarang.
Ekstremitas : deformitas (-).edema (-) dan sianosis (-) ,Capillary Refill time < 3 detik
Refleks Neonatus :
Reflex mencari (Rooting) = (ada, kuat)
Reflex menghisap (Sucking) = (ada, kuat)
Reflex menggenggam (grasping) = (ada, kuat)
Reflex Moro = (ada, kuat)
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium (14 Januari 2015) jam 01:50
Darah rutin
Hemoglobin : 17.1g/dL
Hematokrit : 51.0 %
Eritrosit : 4.60 juta/mL
Leukosit : 15,600/mm3
Trombosit : 165.000/mm3
Gula darah sewaktu : 73 mg/dl
4
C. RINGKASAN
Pasien bayi baru lahir secara SC dari ibu G1P0A0 usia 29 tahun kehamilan 39 minggu
dengan ANC (+) tidak rutin. Hari pertama haid terakhir tidak diingat secara pasti.Selama
kehamilan riwayat demam (-), keputihan (-), kencing yang terasa sakit (-).Riwayat muntah
berlebihan dan kenaikan berat badan yang terlalu cepat(-). Riwayat hubungan seksual selama
kehamilan (+), aktifitas berat(-). Merokok, meminum minuman beralkohol, dan mengonsumsi
obat-obatan selama kehamilan (-). Ibu nya mengetahui dirinya menderita HIV 1 minggu lalu dan
baru mulai diterapi HIV . Leukosit Ibu 9331 /mm3. Ibu menderita HIV (+).Konsul VCT (+),
dilakukan SC atas indikasi PMTCT . Bayi baru lahir secara SC, ketuban putih keruh, langsung
menangis, tidak ada lilitan tali pusat, Apgar Score 7/9. Ballard Score : 32 artinya : 37 minggu.
BB 2800 gram, PB 46cm , LK 34 cm, LD: 33 cm, LP 29 cm, LLA: 10 cm..
Lahir dengan keadaan umum :sadar, aktif, menangis. HR: 140 kali/menit, reguler.
Suhu36,0 °C.Pernapasan: 48 kali/menit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan : napas cuping
hidung (-) sianosis pada bibir (-), retraksi dada (-). Reflex neonates ada.
Laboratorium (14 Januari 2015) :Leukosit: 15.600/mm3,Gula darah sewaktu : 73 mg/dL.
D. DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Kerja :Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan SC a/i ibu HIV
HIV exposed infant
PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Observasi di perina
Thermoregulasi
Rawat tali pusat
SF 15-20 cc/3 jam
Edukasi Orang tua tentang kondisi bayi
2. Medikamentosa
Zidovudin 2 x 12 mg PO
5
E. PROGNOSIS
1. Ad Vitam : bonam
2. Ad Fungsionam : dunia ad bonam
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam
F. Follow Up
14 Januari 2015
UP : 0/1
UG : 39 minggu
UK : 39 + 0
BBL :2800gram
S: Menangis kuat, aktif, sianosis (-), Sesak (-),
BAB (+), BAK (+)
O:
HR: 142x/m RR: 44x/m S: 36.3 °C
Kepala : normocephal, ubun-ubun besar datar
Mata : SI -/-, Ca -/-
Hidung : NCH (-)
Mulut : sianosis (-)
Thorax : retraksi (-),
Pulmo : SN Bronkovesikuler, SN tambahan (-)
Cor : BJ I-II regular,murmur(-),gallop(-)
Abd : datar, lembut. BU (+), retraksi epigastrium
(-)
Extremitas : kedua tungkai tidak tampak sianosis,
CRT <3”
A : NCB SMK
HIV exposed infant
P :
Observasi
Thermoregulasi
Rawat tali pusat
SF 15-20 cc/3 jam
Zidovudine 2x 11.2 mg
15 Januari 2015
UP : 1/2
UG : 39 minggu
UK : 39 + 1
S: Menangis kuat, aktif,
sianosis (-), Sesak (-),
BAB (+), BAK (+)
P :
Observasi
Thermoregulasi
6
BBS :2800gram O: Sqa
A : HIV exposed infant
Rawat tali pusat
SF 35-40 cc/3 jam
Zidovudine lanjut
16 Januari 2015
UP : 2/3
UG : 39 minggu
UK : 39 + 2
BBS :2800gram
S: Menangis kuat, aktif, sianosis (-), Sesak (-),
BAB (+), BAK (+)
O: Sqa
A : HIV exposed infant
P :
Observasi
Thermoregulasi
Rawat tali pusat
SF 40-45 cc/3 jam
Zidovudine lanjut
Edukasi ibu pasien
bpl
Analisa Kasus
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan HIV exposed infant kerana:
Ibu dan bapa telah didiagnosis dengan HIV positif
7
Ibu telat mengetahui tentang keadaan dirinya dan baru memulai ARV pada kehamilan
minggu ke 38. Ini tidak sesuai dengan rekomendasi iaitu pada minggu ke-14 sampai
menjelang kelahiran sudah harus diberikan ARV.
Penatalaksanaan yang dilakukan kepada pasien:
Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea berencana sebelum saat melahirkan tiba
kerana ini dapat mengurangkan resiko infeksi terjadi semasa proses persalinan per
vaginam.
Setelah lahir, tidak diberi ASI, diberikan susu formula biasa.
Diberikan ARV iaitu zidovudine 4 mg/kgbb/12 jam seawal mungkin dan diberikan
selama 4-6 minggu tanpa henti.
Setelah 4-6 minggu akan diperiksa PCR DNA dan tindakan selanjutnya disesuaikan.
Faktor ibu, kehamilan dan proses persalinan.
1. Transmisi selama kehamilan
Infeksi transplasental telah dilaporkan dan tampaknya menjadi jalan utama transmisi
namun mekanisme yang pasti tetap belum diketahui. HIV telah secara langsung diisolasi dari
plasenta, cairan amnion dan produk awal konsepsi. Pasase transplasenta HIV muncul pada
30% kehamilan yang dipengaruhi, dipertinggi oleh jumlah limfosit T helper (kurang dari
400/mm3) atau kesakitan maternal yang lanjut. Penentuan kejadian infeksi vertikal
dikomplikasi oleh sulitnya membuat diagnosis neonatal karena antobodi IgG maternal
terhadap HIV secara pasif melewati plasenta. Semua bayi lahir dengan ibu HIV antibodi
positif akan memiliki antibodi positif saat lahir. Antibodi maternal dapat tetap terdeteksi pada
sirkulasi bayi hingga 15 sampai 18 bulan.1,2
Sampai saat ini prediksi traSnsmisi transplasenta pada kasus-kasus individual belum
memungkinkan. Banyak faktor yang mempengaruhi transmisi. Termasuk tingkat penyakit
lanjut, perkembangan menjadi AIDS selama kehamilan, infeksi aktif, hasil kultur positif, dan
penurunan jumlah CD4+. Faktor-faktor lain yang penting meningkatkan risiko transmisi
maternal ke fetus termasuk jumlah virus yang tinggi, virus yang bereplikasi dengan cepat dan
8
kondisi yang dapat mengganggu integritas plasenta seperti penyakit menular seksual yang
lain dan korioamnionitis. Walau banyak faktor terus dipelajari sebagai penentu penting pada
transmisi vertikal HIV prediktor terbaik untuk risiko transmisi perinatal diantara wanita
hamil dan keturunannya yang diobati dengan ZDV adalah jumlah virus.1,3,4
2. Transmisi selama persalinan
Kebanyakan kejadian dari infeksi kongenital HIV timbul selama periode
intrapartum, mungkin berhubungan dengan terpaparnya bayi terhadap darah ibu yang
terinfeksi dan sekret serviks atau vagina, sebagaimana mikrotransfusi darah ibu-anak
muncul selama kontraksi uterus. Transmisi intrapartum virus mendukung kenyataan
bahwa 50-70% anak terinfeksi memiliki tes virologi negatif pada saat lahir, menjadi
positif pada saat usia 3 bulan. Ditunjukkan bahwa anak yang lahir pertama dari kembar
dua berada pada risiko lebih tinggi mengalami infeksi dibanding yang lahir kedua,
mungkin karena lebih lamanya paparan terhadap sekresi mukosa servikovaginal.
Peningkatan risiko transmisi telah digambarkan selama persalinan yang memanjang,
pecah ketuban yang lama, perdarahan plasenta dan adanya cairan amnion yang
mengandung darah.1,2,3,4
3. Transmisi setelah melahirakan (Air Susu Ibu)
HIV ditemukan pada air susu ibu dan menyusui telah dilaporkan sebagai jalan
infeksi pada perinatal lanjut. Infeksi HIV dari ibu ke bayi juga dapat timbul melalui
minum air susu ibu yang terkontaminasi. Transmisi HIV selama menyususi dapat
sebanyak sepertiga sampai duapertiga dari semua transmisi HIV dan tambahan risiko dari
menyusui untuk transmisi HIV telah ditentukan bervariasi antara 14-26%. 1,5
Banyak faktor mungkin mempengaruhi transmisi virus melalui menyusui.
Imaturitas traktus gastrointestinal bayi baru lahir dapat memungkinkan penetrasi mukosa
intestinal oleh virus. Tapi transmisi juga dapat muncul pada bayi yang memulai susu ibu
jauh sesudah periode perinatal. Pengenalan dini pada makanan lain dapat juga memegang
peranan dengan merusak intestinal.1,5
9
Gambar 1: Algoritma uji HIV berdasarkan PCR DNA pada bayi dari ibu HIV+. 3,4
10
Terapi Anti Retrovirus
Tanpa pemberian Antiretrovirus, 25% bayi dengan ibu HIV positif akan tertular sebelum
dilahirkan atau pada waktu lahir, dan 15% tertular melalui ASI :3,4,5
a. Tentukan apakah ibu sedang mendapat pengobatan Antiretrovirus untuk HIV, atau
mendapatkan pengobatan antiretroviral untuk mencegah transmisi dari ibu ke
bayinya. Tujuan pemberian Antiretroviral terapi adalah untuk menekan HIV viral
load sampai tidak terdeteksi dan mempertahankan jumlah CD4+ sel sampai
mencapai lebih dari 25%.
b. Pemberian profilaksis ARV dimulai hari pertama setelah lahir selama 6 minggu.1,2
Obat ARV yang diberikan adalah zidovudine (AZT atau ZDV) 4 mg/kgBB diberikan 2
kali sehari.
Selanjutnya anak dapat diberikan kotrimoksazol profilaksis mulai usia 6 minggu
dengan dosis4-6 mg/kgbb, satu kali sehari, setiap hari sampai usia 1 tahun atau sampai
diagnosis HIV ditegakkan.).
Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi/anak
Pemilihan makanan bayi harus didahului dengan konseling tentang risiko penularan
HIV melalui ASI. Konseling diberikan sejak perawatan antenatal atau sebelum
persalinan. Pengambilan keputusan oleh ibu dilakukan setelah mendapat informasi
secara lengkap. Pilihan apapun yang diambil oleh ibu harus didukung.
Ibu dengan HIV yang sudah dalam terapi ARV memiliki kadar HIV sangat rendah,
sehingga aman untuk menyusui bayinya. Dalam Pedoman HIV dan Infant Feeding
(2010), World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan untuk bayi lahir dari ibu yang HIV dan sudah dalam terapi ARV untuk
kelangsungan hidup anak (HIV-free and child survival). Eksklusif artinya hanya
diberikan ASI saja, tidak boleh dicampur dengan susu lain (mixed feeding). Setelah
bayi berusia 6 bulan pemberian ASI dapat diteruskan hingga bayi berusia 12 bulan,
disertai dengan pemberian makanan padat.
Bila ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif, maka ASI harus dihentikan dan
11
digantikan dengan susu formula untuk menghindari mixed feeding (Tabel 1).1
Tabel 1. Perbandingan risiko penularan HIV dari ibu ke anak pada pemberian ASIeksklusif, susu formula, dan mixed feeding1
ASI eksklusif Susu formula Mixed feeding
5 – 15% 0% 24,1%
12
Daftar pustaka
1. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA) Edisi ke-2,
2012.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter anak Indonesia.
Jilid 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2010; hal. 241-57
3. Ruth E. Dickover, Eileen M., et al. Perinatal Transmission of Major, Minor, and Multiple
Maternal Human Immunodeficiency Virus Type 1 Variants In Utero and Intrapartum.
Journal of Virology, 2001;75(5):2194-203
4. WHO. In: Antiretroviral Drugs for Treating Pregnant Women and Preventing HIV
Infection in Infants, Rekomendations for a public health approach, 2010
5. WHO. In: HIV AND INFANT FEEDING, Principles and recommendations for infant
feeding in the context of HIV and a summary of evidence,2010
13