case report sessiondocshare02.docshare.tips/files/25169/251697822.pdfcase report session fraktur...
TRANSCRIPT
Case Report Session
FRAKTUR SHAFT FEMUR
OLEH :
Rizka Amelia
1010311015
PRESEPTOR:
dr. Delsi Hidayat, Sp.OT
BAGIAN ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RS ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI2014
PRESENTASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Biaro
Agama : Islam
Anamnesis :
Seorang pasien laki-laki umur 17 tahun datang ke IGD RS Achmad Mochtar
Bukittinggi tanggal 1 November 2014 pukul 17.00 WIB dengan :
Primary Survey A : clearB : spontan, RR = 23x/menitC : nadi kuat angkat, TD = 110/70 mmHgD : GCS 15
Secondary Survey
Keluhan utama :
Nyeri dan bengkak pada paha kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas ±1
jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :- Nyeri dan bengkak pada paha kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas ±1
jam SMRS- Awalnya pasien mengendarai sepeda motor, lalu ditabrak oleh motor lain dari
arah sebelah kanan dengan kecepatan yang tinggi- Pasien sadar setelah kejadian - Trauma di tempat lain tidak ada
Pemeriksaan Fisik :Keadaan Umum : tampak sakit sedang Suhu : AfebrisKesadaran : CMC, GCS 15 Pernafasan : 23 x/menitNadi : 87 x/menit Keadaan gizi : baik
Status Generalis :
Kepala : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, bibir tidak sianosisLeher : tidak terdapat pembesaran kelenjer getah beningAbdomen : tidak ditemukan kelainanThoraks : tidak ditemukan kelainan
Status Lokalis :Regio Femur DextraLook : deformitas (+), vulnus laceratum (-)Feel : NT (+), NVD baikMove : ROM terbatas
Diagnosis Kerja :Fraktur femur dextra tertutup
Pemeriksaan Penunjang :a. Rontgen femur dextra dan rontgen pelvis
b. Laboratorium : Darah
- Hb : 11,0 g/dL- Leukosit : 9.180- Trombosit : 160.000
Diagnosis : Fraktur femur dextra 1/3 medial tertutup
TerapiTerapi Inisial :- Pasang infuse RL 20 tetes/menit- Pasang kateter- Ranitidin- Ceftriaxone
Terapi definitif : - ORIF- Skin traksi- Transfusi darah
PrognosisQuo ad vitam : bonamQuo ad sanationam : bonamQuo ad functionam : bonam
RESUME
Seorang pasien laki-laki umur 17 tahun datang ke IGD RS Achmad Mochtar
Bukittinggi tanggal 1 November 2014 pukul 17.00 WIB dengan keluhan utama
nyeri dan bengkak pada paha kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas ±1
jam SMRS. Awalnya pasien mengendarai sepeda motor, lalu ditabrak oleh motor
lain dari arah sebelah kanan dengan kecepatan yang tinggi. Pasien sadar setelah
kejadian . Trauma di tempat lain tidak ada.
Pemeriksaan FisikStatus Lokalis :Regio Femur DextraLook : deformitas (+), vulnus laceratum (-)Feel : NT (+), NVD baikMove : ROM terbatas
Diagnosis Kerja :Fraktur femur dextra tertutup
Pemeriksaan Penunjang :c. Rontgen femur dextra dan rontgen pelvis
d. Laboratorium :
Darah- Hb : 11,0 g/dL- Leukosit : 9.180- Trombosit : 160.000
Diagnosis : Fraktur femur dextra 1/3 medial tertutup
TerapiTerapi Inisial :- Pasang infuse RL 20 tetes/menit- Pasang kateter- Ranitidin- Ceftriaxone
Terapi definitif : - ORIF- Skin traksi- Transfusi darah
Foto Klinis :
FRAKTUR SHAFT FEMUR
A. PendahuluanFemur merupakan tulang terpanjang pada badan, dimana fraktur dapat terjadi
mulai dari bagian proksimal sampai ke bagian distal tulang. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh
kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, bisa mengenai
pembuluh darah, otot, dan persarafan.Fraktur femur sering ditemukan dan masih menjadi tantangan bagi para ahli
ortopedi. Pada orang-orang tua, patah tulang pinggul intrakapsular sering
disebabkan oleh trauma yang tidak berat (ringan), seperti akibat terpeleset. Akan
tetapi pada orang muda, patah tulang pinggul intrakapular biasanya disebabkan
oleh trauma yang hebat (energi besar), dan seringkali disertai oleh cedera pada
daerah yang lainnya serta meningkatkan kemungkinan terjadinya avaskuler
nekrosis dan nonunion. Walaupun penatalaksanaannya di bidang ortopedi dan
geriatri telah berkembang, akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca trauma
masih tetap tinggi, berkisar antara 10-20 persen. Sehingga keinginan untuk
mengembangkan penanganan fraktur ini masih tetap tinggi. Reduksi anatomis
dini, kompresi fraktur dan fiksasi internal yang kaku digunakan untuk membantu
meningkatkan proses penyembuhan fraktur, akan tetapi jika suplai darah ke kaput
femur tidak dikontrol dengan baik, dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan
terjadinya avaskular nekrosis.1
B. Anatomi Regio FemurTulang femur adalah tulang terpanjang yang ada di tubuh kita. Tulang ini
memiliki karakteristik yaitu :
1. Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Kaput ini
terpisah dengan collum femoris dan bentuknya bulat, halus, dan ditutupi dengan
tulang rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan area pergerakan yang bebas.
Bagian caput mengarahkan ke arah medial, ke atas, dan ke depan asetabulum.
Fovea adalah lekukan di tengah caput, dimana ligamentum teres menempel.
Collum femur membentuk sudut 125° dengan corpus femur. Pengurangan dan
pelebaran sudut yang patologis masing-masing disebut deformitas coxa vara dan
coxa valga.2. Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung atasnya terdapat
trochater major dan pada bagian posteromedialnya terdapat trochanter minor.
Bagian anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric mambatasi pertemuan antara
corpus dan collum. Linea aspera adalah tonjolan yang berjalan secara longitudinal
sepanjang permukaan posterior femur, yang terbagi pada bagian bawah menjadi
garis-garis suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir pada adductor
tubercle.3. Ujung bawah femur terdiri dari condilus femoral medial dan lateral, epicondilus
femur medial. Bagian tersebut menunjang persendian dengan tibia pada sendi
lutut. Lateral epicondilus lebih menonjol dari medial epicondilus, hal ini bertujuan
untuk mencegah pergeseran lateral dari patella. Kondilus-kondilus itu dipisahkan
dari bagian posteriornya dengan sebuah intercondilar notch yang dalam. Femur
bawah pada bagian anteriornya halus untuk berartikulasi dengan bagian posterior
patella.4
C. EtiologiUntuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita
harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat
menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal memiliki struktur yang dapat menahan
kompres dan tekanan memuntir (shearing).Kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma yang disebabkan oleh kegagalan
tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma yang dapat
menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. 1. Trauma langsungTrauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. 2. Trauma tidak langsungApabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.
Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.D. Patofisiologi
Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak
lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.1
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. Ada 2 faktor yang mempengaruhi
terjadinya fraktur, yaitu faktor ekstrinsik (berupa kecepatan, durasi trauma yang
mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma), dan faktor intrinsik (berupa
kapasitas tulang mengabsopsi energi trauma, kelenturan, kekuatan, densitas
tulang, dan keadaan patologis tulang).
Fraktur batang femur pada usia muda sering terjadi karena beberapa jenis
trauma dengan energi tinggi. Penyebab paling sering pada fraktur batang femur
adalah kecelakaan motor. Pejalan kaki yang ditabrak dengan mobil, jatuh dari
ketinggian dan luka tembak juga dapat menyebabkan fraktur batang femur.
Sementara kasus trauma ringan, seperti jatuh dari keadaan berdiri juga bisa
menyebabkan fraktur batang femur pada orang tua yang tulangnya lemah.
E. Klasifikasi Fraktur dapat dibagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan etiologi- Fraktur traumatik, fraktur yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba- Fraktur patologis, fraktur yang terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya
akibat kelainan patologis di dalam tulang, misalnya akibat adanya tumor
tulang primer atau sekunder, myeloma mumtipel, kista tulang, osteomielitis
dan lain-lain.- Fraktur stress, fraktur yang terjadi karena adanya trauma yang terus-menerus
pada suatu tempat.2,3
2. Klasifikasi berdasarkan klinis- Fraktur tertutup (simple frakture), adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar- Fraktur terbuka (compound fracture), adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat
berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar).
- Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture), adalah fraktur yang disertai
dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi
tulang.2
3. Klasifikasi radiologisa. Berdasarkan lokalisasi
- Diafisial- Metafisial- Intra-artikuler- Fraktur dengan dislokasi2
b. Berdasarkan konfigurasi- Fraktur transversal- Fraktur oblik- Fraktur spiral- Fraktur Z- Fraktur segmental- Fraktur komunitif, fraktur lebih dari 2 segmen- Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi - Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya
fraktur epikondilus humeri, fraktur patella- Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang
tengkorak- Fraktur impaksi - Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah pada
fraktur vertebra, patella, talus, dan kalkaneus- Fraktur epifisis.2
c. Menurut ekstensi- Fraktur total- Fraktur tidak total (fraktur crack)- Fraktur buckle atau torus
- Fraktur garis rambut- Fraktur greenstick.2
d. Menurut hubungan antara satu fragmen dengan fragmen lainnya- Fraktur tidak bergeser (undisplaces)- Fraktur bergeser
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara, yaitu : bersampingan, angulasi, rotasi,
distraksi, over-riding, dan impaksi.2
Fraktur bisa juga dinamakan sesuai dengan nama tulang yang dikenainya,
misalnya : fraktur femur, fraktur humerus, fraktur radius-ulna, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, fraktur femur juga bisa diklasifikasikan berdasarkan
lokasi anatomis yang dikenai, yaitu :1. Fraktur proksimal femur, terdiri dari : fraktur intrakapsular (termasuk
femoral head dan leher femur), dan fraktur ekstrakapsular (termasuk fraktur
trokanter, yaitu intertrokanter dan subtrokanter)2. Fraktur leher femurFraktur ini sering terjadi pada usia tua akibat berkurangnya kepadatan tulang.
Fraktur leher femur ini dibagi atas intracapsular (akibat rusaknya suplai darah ke
head femur) dan extracapsular (suplai darah intak). Fraktur ini juga sering
ditemukan pada pasien yang sering mengkonsumsi berbagai macam obat, seperti :
kortikosteroid, thyroxine, phenitoin, dan furosemide. Kebanyakan fraktur ini
terjadi hanya akibat fraktur kecil. 3. Fraktur pada poros/ batang femurPada patah tulang diafisis femur biasanya pendarahannya cukup luas dan besar
sehingga dapat menimbulkan syok. Biasanya pasien tidak bisa berdiri bukan
hanya karena nyerinya tapi juga karena ketidakstabilan frakturnya. Biasanya
seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada
bagian proksimal sebagai akibat pendarahan ke dalam jaringan lunak. Pertautan
biasanya diperoleh denga penanganan secara tertutup, dan normalnya memerlukan
waktu 20 minggu atau lebih. Tipe-tipe fraktur batang femur adalah - Fraktur transversal, patahan tulangnya berbentuk garis lurus horizontal- Fraktur oblik, garis yang terbentuk pada patahannya membentuk sudut- Fraktur spiral, garis frakturnya melingkari batang femur. Trauma pelitir
bisa menyebabkan terjadinya fraktur jenis ini.- Fraktur komunitif, tulang terbagi menjadi 3 atau lebih patahan. - Fraktur terbuka 4. Fraktur distal femur
Fraktur distal femur terdiri dari fraktur suprakondilar, condilar, dan
intercondilar.
F. Gambaran KlinisFraktur batang femur biasanya menyebabkan rasa nyeri yang berat. Pada
tungkai yang mengalami fraktur akan terlihat deformitas, lebih pendek dari
tungkai lainnya dan tidak lurus.
G. DiagnosisUntuk menegakkan diagnosis fraktur femur dapat dilakukan :1. Anamnesis mengenai mekanisme traumanya, kondisi kesehatan yang telah ada
sebelumnya, seperti : hipertensi, diabetes, asma, atau alergi, dan tentang obat yang
sedang dan pernah dikonsumsi.2. Pemeriksaaan fisik
Pemeriksaan generalis, lihat ada atau tidaknya :- Syok, anemia atau perdarahan- Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang
atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen- Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.2
Pemeriksaan Lokala. Look- Deformitas pada femur (terpuntir/ rotasi, bengkok, bengkak, atau pendek)- Adanya luka- Memar- Tulang yang menonjol di bawah kulitb. Feel- Melihat keadaan kulit dan otot sekitar fragmen yang fraktur- Ada tidaknya nyeri tekan setempat - Pulsasic. Pergerakan (movement)- Krepitasi - Gerakan abnormald. Pemeriksaan neurologis- Pemeriksaan saraf sensoris dan motoris- Menilai gradasi kelainan neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis
atau neurotmesis3. Pemeriksaaan penunjang
a. X-RayPemeriksaan ini paling banyak dilakukan untuk mengevaluasi fraktur yang
terjadi. Pemeriksaan ini bisa memperlihatkan apakah tulangnya intak atau
patah. Pemeriksaan ini juga bisa memperlihatkan jenis dan lokasi fraktur.b. CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan apabila dokter masih membutuhkan informasi
yang lebih lanjut. CT scan bisa memberikan informasi yang lebih bernilai
mengenai beratnya fraktur. Pada kasus fraktur dengan garis yang sangat tipis
sehingga sulit dilihat pada pemeriksaan x-ray, maka pemeriksaan CT scan
dapat dilakukan untuk melihat garis fraktur tersebut dengan lebih jelas.c. MRI
MRI dapat digunakan untuk melihat tulang, sendi, dan jaringan lunak
untuk menilai adanya cedera tendon, ligament, otot, tulang rawan, dan
tulang.13,15
H. Penatalaksanaan
Modalitas terapi pada fraktur shaft femur ini adalah sebagai berikut:
1. Terapi nonsurgikal
Umumnya fraktur batang femur diterapi dengan tindakan bedah. Tapi pada
anak-anak, kadang hanya diterapi dengan menggunakan gips.
2. Terapi surgical
Jika kulit di sekitar fraktur tidak robek, maka pembedahan dilakukan setelah
keadaan pasien stabil. Sementara pada fraktur terbuka, luka harus segera
dibersihkan dan langsung dilakukan tindakan bedah untuk mencegah infeksi.
Sambil menunggu keadaan pasien stabil setelah melakukan tatalaksana
emergensi, pasang bidai atau lakukan skeletal traksi untuk menjaga agar tungkai
tetap lurus dan untuk mengurangi nyeri.
a. Fiksasi eksterna
Pada fiksasi eksterna, pin atau screw diletakkan di dalam tulang di atas dan di
bawah sisi fraktur. Pin dan screw ditempelkan pada sebuah tangkai di luar kulit.
Alat ini berfungsi untuk menstabikan tulang pada posisi yang tepat sehingga bisa
sembuh.
Fiksasi eksternal biasanya merupakan terapi sementara pada fraktur femur.
Karena mudah diaplikasikan, fiksasi eksternal ini sering dilakukan pada pasien
yang mempunyai trauma multipel dan belum bisa dilakukan tindakan pembedahan
untuk mengatasi frakturnya. Alat ini bisa digunakan untuk menstabilkan fraktur
sementara hingga pasien cukup sehat untuk dilakukan operasi final.
b. Intramedullary nailing
Metode yang paling banyak digunakan pada kasus fraktur batang femur adalah
metode intramedullary nailing. Pada prosedur ini, sebuah batang metal
dimasukkan ke dalam kanal sumsum tulang pada femur. Batang metal tersebut
melewati segmen yang mengalami fraktur untuk menjaga tulang pada posisi yang
seharusnya. Alat ini bisa dimasukkan ke kanal melalui insisi kecil pada panggul
(antegrade) atau lutut (retrograde). Screw di pasang ke tulang pada kedua
ujungnya. Ini bertujuan untuk menjaga batang metal tadi dan tulang pada posisi
yang tepat selama proses penyembuhan. Intramedullary nail biasanya terbuat dari
titanium, dengan panjang dan diameter yang bervariasi.
c. Plate and screw
Pada pemasangan plate dan screw ini, fragmen tulang terlebih dahulu
direposisi (direduksi) agar kesejajarannya normal kembali. Plate dan screw ini
ditempelkan pada permukaan luar tulang. Pemasangan plate dan screw sering
digunakan ketika pemasangan intramedullary nail tidak mungkin dilakukan,
seperti pada fraktur yang meluas ke sendi panggul atau sendi lutut.
I. Penyembuhan
Pada umumnya fraktur batang femur mengalami penyembuhan lengkap
selama 4-6 bulan. Beberapa kasus juga bisa mengalami penyembuhan yang lebih
lama lagi, misalnya pada fraktur yang terbuka atau patah pada beberapa tempat.
1. Weightbearing
Pemeriksaan paling penting yang bisa dilakukan pada saat follow up adalah
pemeriksaan gerakan tungkai. Tungkai yang sakit dilatih untuk bergerak secara
berangsur-angsur.
Ketika sudah bisa berjalan, pasien bisa memakai tongkat ketiak atau walker untuk
menopang.
2. Terapi fisik
Karena pada kasus fraktur femur ini sering kekuatan ototnya berkurang pada
daerah injuri, maka latihan selama proses penyembuhan diperlukan. Terapi fisik
akan membantu mengembalikan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kelenturan
otot menjadi normal kembali.
Therapist akan mengajarkan latihan khusus selama masih di rumah sakit.
Therapist akan mengajarkan cara menggunakan tongkat ketiak atau walker.
J. Komplikasi
Fraktur batang femur bisa menyebabkan trauma lebih lanjut dan beberapa
komplikasi seperti :- Ujung tulang yang patah sering tajam dan bisa merobek pembuluh darah atau
pembuluh saraf di sekitarnya.- Sindrom kompartemen akut bisa terjadi. Keadaan ini bisa menyebabkan nyeri,
terjadi ketika tekanan oleh otot meningkat sampai pada level yang
membahayakan. Tekanan ini dapat menurunkan aliran darah, yang mengurangi
asupan nutrisi dan oksigenasi ke sel-sel otot. Apabila tekanan ini tidak
berkurang dengan cepat, maka akan menimbulkan cacat yang permanen. Ini
merupakan kasus bedah emergensi. Operasi dilakukan dengan membuat insisi
pada kulit dan otot yang menutupinya untuk mengurangi tekanan.- Fraktur terbuka, dimana tulang pasien terekspos ke luar. Meskipun telah
dilakukan debridement untuk membersihkan tulang dan ototnya, tetapi tulang
masih bisa mengalami infeksi. Infeksi pada tulang sulit diterapi dan sering
membutuhkan operasi yang multipel dan penggunaan antibiotik jangka
panjang.
Komplikasi pembedahan juga bisa terjadi, seperti : kehilangan darah atau
masalah yang berkaitan dengan anestesi. Komplikasi bedah dapat berupa infeksi,
trauma saraf dan pembuluh darah, pembekuan darah, emboli lemak (sumsum
tulang masuk ke dalam aliran pembuluh darah dan bisa menuju paru, ini bisa juga
terjadi akibat frakturnya sendiri tanpa operasi), alignment tidak segaris atau
posisinya tidak terkoreksi secara benar, penyembuhan yang terlambat atau tidak
menyatu (ketika fraktur sembuh lebih lama dari pada waktu yang seharusnya atau
tidak sembuh sama sekali), dan terlihat adanya iritasi pada kulit dekat alat fiksator
(seperti terlihatnya iritasi pada kulit di ujung nail dan screw).
K. Prognosis
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.
Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa
jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada
penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan
apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi.
Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik
sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan
suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Harry J. Griffiths, M.D. Basic Bone Radiology, Associate Proffesor of
Radiology and Orthopedics. The University of Rochester Medical Center
Roschester, New York. 1997, pp. 23-29
2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif
Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364
3. Price S.A, Wilson L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
penyakit volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. Hal 1365
4. Faiz O, Moffat D. Anatomy at Glance, Cardiff University, 2002. Page 93
5. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran, 2000. Hal. 276,278
6. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, Iwan Ekayuka
(editor), FK UI, Jakarta, 2006. Hal 31
7. Weissleder R, Wittenberg J, Harisinghani, Mukesh G, Chen John W.
Musculoskeletal Imaging in Primer of Diagnostik Imaging. Edisi keempat. Mosby
Elsevier. US. 2007. Page 408-410
8. Keany JE, Femur Fraktur. [online]. 2013. [Cited August 10]. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall
9. A.O Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal
Femoral Fracture. [online]. 2013. [August 16]. Available from
http://www2.aofoundation.org
10. The America Academy of Orthopaedic Surgeons. Thighone (Femur)
Fracture. [online]. 2008. [Cited August 12]. Available from
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364
11. Aukerman DF. Femur injuries and Fracture. [online]. 2008[Cited August
10]. Available from http://emedicine.medscape.com/article/90779-overview