case sepsis neonatus buktg
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Case Sepsis Neonatus Buktg
1/4
Tinjauan Pustaka
Sepsis Neonatorum
Pendahuluan
Sepsis neonatal masih merupakan masalah yang belum dapat terpecahkan dalam pelayanan dan
perawatan BBL. Di negara berkembang, hampir sebagian besar BBL yang dirawat mempunyai
kaitan dengan masalah sepsis. Angka kejadian/insidens sepsis di negara berkembang masih cukup
tinggi dibanding dengan negara maju. Dalam laporan WHO yang dikutip Child Health Research
Project Special Report:Reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa
42% kematian BBL terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran pernafasan,
tetanus neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. Kejadian sepsis meningkat pada BKB dan
BBLR. Pada bayi berat lahir amat rendah (
-
7/28/2019 Case Sepsis Neonatus Buktg
2/4
Sepsis neonatal biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan dini dan awitan
lambat.
1. Sepsis awitan dini (early onset).
Kelainan ditemukan pada hari-hari pertama kehidupan (umur dibawah 3 hari). Infeksi terjadi
secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan ataukelahiran.
2. Sepsis awitan lambat (late onset).
Disebabkan kuman yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir. Proses
infeksi semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk didalamnya
infeksi karena kuman nosokomial.
Patofisiologi dan Patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman karena
terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion dan beberapa
faktor anti infeksi pada cairan amnion. Walaupun demikian kemungkinan kontaminasi dapat
timbul melalui berbagai jalan, yaitu:
1. Infeksi kuman, parasit atau virus yang diderita ibu dapat mencapai janin melalui aliran
darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin
2. Prosedur obstetri yang kurang memperhatikan faktor aseptik/antiseptik misalnya saat
pengambilan contoh darah janin, bahan vili khorion atau amniosintesis. Paparan kumanpada cairan amnion saat prosedur dilakukan akan menimbulkan amnionitis dan pada
akhirnya terjadi kontaminasi kuman pada janin.
3. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan lebih berperan
dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk ke dalam rongga uterus dan
bayi dapat terkontaminasi melalui saluran pernapasan ataupun saluran cerna. Kejadian
kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban pecah
lebih dari 18-24 jam.
Setelah lahir, kontaminasi kuman terjadi dari lingkungan bayi baik karena infeksi silang
ataupun karena alat-alat yang digunakan bayi, bayi yang mendapat prosedur neonatal invasif
seperti kateterisasi umbilikus, bayi dalam ventilator, kurang memperhatikan tindakan a/anti
sepsis, rawat inap yang terlalu lama dan hunian terlalu padat, dll.
Short MA (2004) mengemukakan bahwa patofisiologi dan tingkat beratnya sepsis
tampaknya tidak banyak berbeda antara pasien dewasa dan bayi. Sepsis biasanya akan dimulai
dengan adanya respon sistemik tubuh dengan gambaran proses inflamasi, koagulopati, gangguan
fibrinolisis yang selanjutnya menimbulkan gangguan sirkulasi dan perfusi yang berakhir dengan
gangguan fungsi organ.
Pada infeksi awitan dini, respon sistemik pada BBL terjadi saat bayi masih didalamkandungan. Keadaan ini dikenal denganfetal inflammatory response syndrome (FIRS), yaitu
infeksi janin atau BBL terjadi karena penjalaran infeksi kuman vagina -ascending infection- atau
infeksi yang menjalar secara hematogen dari ibu yang menderita infeksi. Dengan demikian
konsep infeksi pada BBL, khusus pada infeksi awitan dini, perjalanan penyakit bermula dengan
FIRS kemudian sepsis, sepsis berat, syok septik/renjatan septik, disfungsi multiorgan dan
akhirnya kematian. Berbeda halnya pada infeksi awitan lambat, respon sistemik terjadi setelah
diluar kandungan akibat infeksi yang berasal dari lingkungan tempat perawatan pasien.
-
7/28/2019 Case Sepsis Neonatus Buktg
3/4
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Gambaran klinis sepsis BBL sangat bervariasi dan tidak spesifik. Berikut kelompok
temuan yang berhubungan dengan Infeksi Neonatorum:
Kategori A Kategori B
1) Kesulitan bernapas (mis. apnea,
napas kurang dari 40 kali per
menit, retraksi dinding dada,
grunting pada waktu ekspirasi,
sianosis sentral)
2) Kejang
3) Tidak sadar
4) Suhu tubuh tidak normal, (tidak
normal sejak lahir & tidak
memberi respon terhadap terapi
atau suhu tidak stabil sesudah
pengukuran suhu normal selama
tiga kali atau lebih, menyokong ke
arah sepsis)
5) Persalinan di lingkungan yang
kurang higienis (menyokong ke
arah sepsis)
6) Kondisi memburuk secara cepat
dan dramatis (menyokong ke arah
sepsis)
1) Tremor
2) Letargi atau lunglai
3) Mengantuk atau aktivitas
berkurang
4) Iritabel atau rewel
5) Muntah (menyokong ke arah
sepsis)
6) Perut kembung (menyokong ke
arah sepsis)
7) Tanda-tanda mulai muncul sesudah
hari ke empat (menyokong ke arah
sepsis)
8) Air ketuban bercampur mekonium
9) Malas minum sebelumnya minum
dengan baik (menyokong ke arahsepsis)
Diagnosis sepsis neonatal sulit karena gambaran klinis pasien yang tidak spesifik.
Kecurigaan besar sepsis, bila:
o Pada bayi umur sampai dengan 3 hari: Bila ada riwayat ibu dengan infeksi rahim,
demam dengan kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini atau bayi
mempunyai 2 atau lebih kategori A atau 3 atau lebih kategori B.
o Pada bayi umur lebih dari 3 hari: Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan
kategori A atau tiga atau lebih temuan kategori B.
Pemeriksaan Penunjang
Bervariasinya gambaran klinis yang tidak seragam menyebabkan kesulitan dalam
menentukan diagnosis pasti. Untuk hal itu pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium
ataupun pemeriksaan khusus lainnya sering digunakan dalam membantu menegakkan diagnosis.
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai perubahan akibat
infeksi. Dapat ditemukan adanya leukositosis atau leukopenia, trombositopenia.
Ditemukan kuman pada pemeriksaan pengecatan gram darah.
Gangguan metabolik: Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik.
-
7/28/2019 Case Sepsis Neonatus Buktg
4/4
Peningkatan kadar bilirubin.
Manajemen
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis neonatal. Pada
kenyataannya menentukan kuman secara pasti tidak mudah dan membutuhkan waktu. Untuk
memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan
hal tersebut pemberian antibiotika secara empiris terpaksa diberikan untuk menghindarkan
berlanjutnya perjalanan penyakit.
Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang
bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien.
Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman
Gram positif maupun Gram negatif. Tergantung pola dan resistensi kuman di masing-masing
Rumah sakit biasanya antibiotik yang dipilih adalah golongan ampisilin/kloksasilin/vankomisin
dan golongan aminoglikosid/sefalosporin.
Lamanya pengobatan sangat tergantung kepada jenis kuman penyebab. Pada penderita
yang disebabkan oleh kuman Gram positif, pemberian antibiotik dianjurkan selama 10-14 hari,
sedangkan penderita dengan kuman Gram negatif pengobatan dapat diteruskan sampai 2-3
minggu.