case varicella
DESCRIPTION
laporan kasus varicellaTRANSCRIPT
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 8 Tahun
Alamat : Jl. Kartini, Pasar Baru
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar – SD kelas V
Status Pernikaha : Belum menikah
B. ANAMNESA
Autoanamnesa dan Alloanamnesa (ibu pasien) pada tanggal 12 Oktober 2015
Keluhan Utam : Lenting berisi cairan jernih yang tersebar ke seluruh
tubuh.
Keluhan Tambahan : Gatal pada lenting dan daerah sekitarnya
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Kulit RS Husada dengan keluhan timbul lenting –
lenting berisi cairan jernih sejak dua hari yang lalu yang awalnya ibu pasien
melihat lenting di daerah dada kemudian menyebar ke daerah perut dan punggung.
Keluhan tersebut disertai dengan gatal pada lenting dan daerah sekitarnya. Pasien
juga mengeluh demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai dengan
batuk dan pilek. Tidak ada keluhan nyeri, nyeri sendi dan sakit kepala.
Ibu pasien mengatakan pasien belum diberikan obat apapun untuk keluhannya
tersebut. Menurut ibu pasien, di sekitar lingkungan pasien ada yang memiliki
keluhan serupa dengan pasien yaitu teman sekolah pasien. Sebelumnya pasien
tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.
1
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien belum pernah mengalami hal yang serupa sebelumnya
- Riwayat imunisasi : lengkap
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat sakit maag : disangkal
- Riwayat alergi makanan : disangkal
- Riwayat alergi obat : disangkal
- Riwayat alergi lainnya : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Teman sekolah pasien memiliki keluhan serupa dengan pasien sedangkan
keluarga pasien ataupun yang tinggal serumah dengan pasien tidak ada
yang mengalami hal yang serupa dengan pasien
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
C. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
i. Tekanan darah : tidak dilakukan
ii. Nadi : 96 kali /menit
iii. Pernafasan : 20 kali / menit
iv. Suhu : 36,70C
BB : 25 kg
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Datar, supel. hepar lien tidak ada pembesaran bising usus (+)
Ekstrimitas : Akral hangat, edema (-/-)
2
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
D. STATUS KELAINAN PASIEN
Regio : punggung, dada, tangan
Distribusi : diskret
Efloresensi primer : vesikel
Warna : eritematosa
Ukuran : miler sampai lentikuler
Jumlah : multipel
Efloresensi sekunder : erosi dan krusta
Konfiguras : tidak ada
Gambar 1. Dada dan perut pasien
3
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
Gambar 2. Dada, perut dan lengan pasien
Gambar 3. Punggung pasien
4
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
Gambar 4. Punggung pasien
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Percobaan Tzanck
F. RESUME
Telah diperiksa pasien An. S perempuan, 8 tahun, datang dengan keluhan timbul
lenting – lenting berisi cairan jernih sejak dua hari yang lalu yang awalnya lenting di
daerah dada kemudian menyebar ke daerah perut dan punggung, disertai dengan gatal
pada lenting dan daerah sekitarnya. Pasien juga mengeluh demam, batuk dan pilek. Di
sekitar lingkungan pasien ada yang memiliki keluhan serupa yaitu teman sekolah
pasien. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.
Pada status dermatologikus, tampak lesi berupa vesikel dengan dasar
eritematosa, berukuran milier sampai lentikuler, erosi dan krusta dengan jumlah
multipel terutama pada dada, punggung dan lengan, tersebar diskret dan generalista.
Status generalis dalam batas normal.
G. DIAGNOSIS KERJA
Varicella
H. DIAGNOSIS BANDING
Variola
5
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
I. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
1. Menjelaskan kepada ibu pasien agar jangan mengaruk dan memecahkan lenting-
lenting tersebut karena dapat menimbulkan bekas luka garukan di kulit. Menaburkan
bedak pada lenting.
2. Jaga kebersihan badan dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat lenting-
lenting. Jangan menggosokkan handuk terlalu kencang.
3. Pasien dianjurkan untuk istirahat dirumah, mengindari kontak dengan kerabat
selama beberapa hari untuk mencegah penularan.
Medikamentosa :
Sistemik:
Acyclovir (20mg/kgBB/x) BB = 25 kg 500 mg.
Dosis pemberian : 4 x 500mg/hari (selama 5 hari).
CTM (0,25mg/kgBB/hari) BB = 25 kg 6,25 mg/hari.
Dosis pemberian = 3 x 2mg/hari (selama 5 hari)
Topikal :
Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.
Gentamisin sulfat krim 1%, oleskan 2x/hari pada bekas lenting yang pecah.
J. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Functionam : bonam
Ad Sanationam : bonam
Ad Kosmetikam : dubia ad bonam
6
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicella Zoster yang
menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf ditandai oleh adanya vesikel-vesikel, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
Sinonimnya adalah cacar air, chicken pox.1 Penyakit ini ditandai dengan vesikel pruritik yang
dapat berubah menjadi pustul, krusta, dan menjadi jaringan parut. Penyakit ini biasanya
disertai rasa tidak enak badan yang ringan.Varicella merupakan penyakit infeksi virus akut
dan cepat menular.2
II. EPIDEMIOLOGI
Varicella tersebar kosmopolit (di seluruh dunia), dapat mengenai semua golongan
umur, termasuk neonates (varicella kongenital). Tetapi tersering menyerang terutama anak-
anak, tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Bila terjadi pada orang dewasa, umumnya
gejala konstitusi lebih berat.
Tanpa imunisasi, 90% kasus varicella terjadi pada anak dengan umur di bawah 10
tahun, kurang dari 5% terjadi pada orang di atas 15 tahun. Semenjak dilakukannya imunisasi
(Varivax), insiden dari penyakit ini telah banyak berkurang.4,5
III. ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). Penamaan virus ini memberi
pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varicella, sedangkan
reaktivasi menyebabkan herpes zoster. Varicella Zoster Virus (VZV) termasuk kelompok
virus herpes dengan ukuran diameter kira-kira 140–200 nm.1,2,6
Varicella-Zooster virus diklasifikasikan sebagai herpes virus alfa karena kesamaannya
dengan prototipe kelompok ini yaitu virus herpes simpleks. Inti virus disebut Capsid, terdiri
dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan
membentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta yang disusun dari 162 capsomer dan
sangat infeksius. Genom virus mengkode lebih dari 70 protein, termasuk protein yang
merupakan sasaran imunitas dan timidin kinase virus, yang membuat virus sensitif terhadap
hambatan oleh asiklovir dan dihubungkan dengan agen antivirus.7
7
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
VZV dapat pula menyebabkan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini mempunyai
manifestasi klinis yang berbeda. Kontak pertama dengan virus ini akan menyebabkan
varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut primer, kemudian setelah penderita
varicella tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada di akar ganglia dorsal dalam bentuk
laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian VZV diaktivasi oleh trauma sehingga
menyebabkan Herpes Zoster.4,5,7
VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varicella
sehingga mudah dibiakan dalam media yang terdiri dari fibroblast paru embrio manusia.4
Gambar 5. Struktur partikel virus varicella-zooster
Sumber : http://www.bio-rad.com
IV. TRANSMISI
Transmisi penyakit ini berlangsung secara aerogen. Varicella sangat mudah menular
terutama melalui kontak langsung, droplet atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit ataupun
melalui saluran nafas, dan jarang melalui kontak tidak langsung. Masa penularannya, pasien
dapat menularkan penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai semua lesi
timbul krusta/keropeng, biasanya kurang lebih 6-7 hari dihitung dari timbulnya gejala erupsi
di kulit.
VZV juga dapat ditularkan dari kulit penderita herpes zoster, yang memiliki derajat
penularan sepertiga dari varicella. Pada daerah metropolitan dengan iklim sedang, epidemik
varicella biasanya terjadi pada musim dingin dan musim semi. Seumur hidup seseorang
hanya satu kali menderita varicella. Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit
pada herpes zoster.1
V. PATOFISIOLOGI
8
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas bagian atas dan orofaring.
Multiplikasi virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit
melalui darah dan limfe (viremia primer). Virus VZV dimusnahkan/ dimakan oleh sel-sel
sistem retikuloendotelial, di sini terjadi replikasi virus lebih banyak lagi (pada masa
inkubasi). Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan
tubuh dan respon yang timbul (imunitas nonspesifik).2,5,9
Pada sebagian besar individu replikasi virus lebih dominan dibandingkan imunitas
tubuhnya yang belum berkembang, sehingga dalam waktu dua minggu setelah infeksi terjadi
viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan panas dan malaise,
serta virus menyebar ke seluruh tubuh lewat aliran darah, terutama ke kulit dan membran
mukosa. Lesi kulit yan muncul menunjukkan telah memasuki siklus viremia, yang pada
penderita yang normal dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan imunitas
seluler VZV. Virus beredar di leukosit mononuklear, terutama pada limfosit.2,9
Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi
pada kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV berfungsi protektif terhadap
varicella. Pada orang yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu menjadi
sakit setelah terkena paparan eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga berkembang
selama varicella, berlangsung selama bertahun-tahun, dan melindungi terhadap terjadinya
resiko infeksi yang berat.9
Reaktivasi pada keadaan tubuh yang lemah sebagian idiopatik tanpa diketahui
penyebabnya, sebagian simptomatik (defisiensi imun melalui penyakit system imun,
neoplasia, supresi imun).3
VI. GEJALA KLINIS
Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14 sampai 21 hari. Masa inkubasi dapat lebih
lama pada pasien dengan defisiensi imun.1 Perjalanan penyakit dibagi menjadi 2 stadium
yaitu stadium prodromal dan stadium erupsi. Stadium prodromal yaitu 24 jam sebelum
kelainan kulit timbul, terdapat gejala seperti demam, malaise. Stadium erupsi dimulai dengan
terjadinya papul merah, kecil, yang berubah menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan
mempunyai dasar eritematosa.4
Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun (tear drops), berdiameter 2 sampai 3
mm, berbentuk elips dengan aksis yang panjangnya sejajar dengan lipatan kulit atau tampak
9
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
vesikel seperti titik-titik embun di atas daun bunga mawar (dew drop on a rose petal). Cairan
vesikel cepat mejadi keruh disebabkan oleh masuknya sel radang sehingga pada hari ke 2
akan berubah menjadi pustula. Lesi kemudian akan mengering yang diawali pada bagian
tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu
yang bervariasi antara 2 sampai 12 hari, kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu 1
sampai 3 minggu. Pada fase penyembuhan varicella jarang terbentuk parut (scar), apabila
tidak disertai dengan infeksi sekunder. Sementara proses ini berlangsung, dalam 3-4 hari
erupsi tersebar disertai perasaan gatal. Timbul lagi vesikel-vesikel yang baru di sekitar
vesikel yang lama, sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.1,2,4
Gambar 6. Gambaran ruam pada infeksi virus varicella zoster
Sumber : http://health.howstuff works.com
Penyebaran terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke
muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas
bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat pembesaran kelenjar getah bening
regional. Penyakit ini biasanya disertai gatal.1
Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang lebih
besar dan dewasa, munculnya erupsi kulit didahului gejala prodromal. Ruam yang seringkali
didahului oleh demam selama 2-3 hari, kedinginan, malaise, anoreksia, sakit kepala, nyeri
punggung, dan pada beberapa pasien dapat disertai nyeri tenggorokan dan batuk kering.9
Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan skalp, dan
kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas. Lesi baru muncul
berturut-turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral. Ruam cenderung padat kecil-kecil
10
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
di punggung dan antara tulang belikat daripada skapula dan bokong dan lebih banyak
terdapat pada medial daripada tungkai sebelah lateral.9
Gambar 7. Infeksi varicella pada penderita dengan imunisasi
Sumber : http://www.emedicinehealth.com
Gambar 8. Lesi dengan spektrum luas
Sumber : Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E.
Varicella. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine; seventh
edition, vol 1 and 2. 2008. P.1885-1895.
Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan
kongenital, sedangkan infeksi yang timbul beberapa hari menjelang kelahiran dapat
menyebabkan varicella kongenital pada neonatus.1
11
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
Diperkirakan 17% dari anak yang dilahirkan wanita yang mendapat varicella ketika
hamil akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka di kulit (cutaneous scars), berat
badan lahir rendah, hypoplasia tungkai, kelumpuhan dan atrofi tungkai, kejang, retardasi
mental, korioretinitis, atrofi kortikal, katarak atau kelainan mata lainnya. Angka kematian
tinggi. Bila seorang wanita hamil mendapat varicella dalam 21 hari sebelum ia melahirkan,
maka 25% dari neonatus yang dilahirkan akan memperlihatkan gejala varicella kongenital
pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari. Biasanya varicella yang timbul berlangsung
ringan dan tidak mengakibatkan kematian.
Sedangkan bila seorang wanita hamil mendapat varicella dalam waktu 4-5 hari
sebelum melahirkan, maka neonatusnya akan memperlihatkan gejala varicella kongenital
pada umur 5-10 hari. Disini perjalanan penyakit varicella sering berat dan menyebabkan
kematian sebesar 25-30%. Mungkin ini ada hubungannya dengan kurun waktu fetus
berkontak dengan varicella dan dialirkannya antibody itu melalui plasenta kepada fetus.4
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1,5,6,9
1. VZV Antigen Detection DFA
o Smear dari cairan vesikel atau scraping dari dasar/pinggiran dari ulkus:
DFA (Direct Fluorescent Antibody) mendeteksi adanya antigen spesifik
dari VZV. VZV Antigen Detection DFA merupakan metode yang sensitif
dan spesifik untuk mengidentifikasi lesi yang terinfeksi VZV.
2. Kultur virus
o Isolasi dari virus pada kultur viral (human fiborblast monolayers) dari lesi
kulit vesikular, spesimen biopsi, scraping kornea dan cairan serebrospinal
jika memungkinkan.
3. Tzanck Smear
o Preparat diambil dari scraping dasar vesikel atau pustul yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s,
Wright’s, toludine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan
mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant cells.
o Pemeriksaan ini sensifitasnya sekitar 84%
o Tes ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan virus
herpes simpleks
o Ditemukan giant dan multinucleated acantholytic epidermal cell
12
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
Gambar 9. Sel raksasa berinti banyak
Sumber : Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Varicella. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine; seventh edition,
vol 1 and 2. 2008. P.1885-1895.
4. Polymerase chain reaction (PCR)
o Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif
o Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
digunakan sebagai preparat.
o Sensifitas dari tes ini berkisar antara 97% sampai 100%
o Tes ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Varicella dapat dibedakan dengan beberapa kelainan kulit, antara lain harus
dibedakan dengan variola. Pada variola, penyakit lebih berat, memberi gambaran lesi
monomorf, dan penyebarannya sentripetal dimulai dari bagian akral tubuh, yakni telapak
tangan dan telapaka kaki, baru ke badan.1,2
Bedakan juga dengan herpes zoster. Pada herpes zoster lesi monomorf, nyeri,
biasanya unilateral. Pada herpes zoster juga sama-sama biasanya didahului oleh fase
prodromal, setelah fase prodromal sering disertai dengan rasa nyeri, perubahan pada kulit
terjadi pada setengah bagian badan (unilateral) dan berbentuk garis berkaitan dengan daerah
dermatom dengan lesi yang berupa gelembung-gelembung kecil yang berkelompok di atas
dasar eritematosa. Dapat terjadi perkembangan yang berat yang meliputi keterlibatan mata
13
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
(Zoster trigeminus I), mukosa mulut (Zoster trigeminus II, III), telinga bagian dalam (Zoster
oticus). Herpes zoster pada penderita insufisiensi imun atau tumor, terapi resisten dengan
bahaya terjadi efek generalisasi pada kulit dan manifestasi ekstrakutan.3,6
Dermatitis herpetiform : biasanya simetris terdiri dari papula vesikuler yang
eritematosus, serta ada riwayat penyakit kronis, dan sembuh dengan meninggalkan
pigmentasi.
Impetigo : lesi impetigo yang pertama adalah vesikel yang cepat menjadi pustula dan
krusta. Distribusi lesi impetigo terletak dimana saja. Impetigo tidak menyerang mukosa
mulut.
IX. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi spesifik terhadap varicella. Pengobatan bersifat simptomatik dengan
antipiretik dan analgesik. Untuk menghilangkan rasa gatal dapat diberikan antihistamin oral
atau sedative. Topikal diberikan bedak yang ditambah zat anti gatal (mentol, kamfora) seperti
bedak salisilat 1-2% atau lotion kalamin untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini serta
menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa
salep dan oral. Dapat pula diberikan obat-obat antivirus. VZIG (varicella zoster
immunoglobuline) dapat mencegah atau meringankan varicella, diberikan intramuscular
dalam 4 hari setelah terpajan. Yang penting pada penyakit virus, umumnya adalah istirahat /
tirah baring. 1,2,4
Pengobatan secara sistemik dapat dengan memberikan antivirus. Beberapa analog
nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir, dan brivudin, dan analog
pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk mengobati infeksi VZV. Acyclovir adalah
suatu analog guanosin yang secara selektif difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga
terkonsentrasi pada sel yang terinfeksi. Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir
monofosfat menjadi trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan menghambat
DNA polimerase virus.9
Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang mempunyai
bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam darah lebih tinggi dan
frekuensi pemberian obat berkurang.9
Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Pengobatan
topical dapat diberikan. Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin, atau lotion
kalamin, antihistamin oral. Kadang diperlukan antipiretik, tetapi pemberian golongan salisilat
14
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
sebaiknya dihindari karena sering dihubungkan dengan terjadinya sindroma Reye. Mandi
rendam dengan air hangat dapat mencegah infeksi sekunder bakterial.9
Anti virus pada anak dengan pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir
(dalam 24 jam setelah timbul ruam) pada anak imunokompeten berusia 2-12 tahun dengan
dosis 4 x 20 mg/kgBB/hari selama 5 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya
lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya ruam, demam. Tetapi apabila pengobatan dimulai
lebih dari 24 jam setelah timbulnya ruam cenderung tidak efektif lagi. Hal ini disebabkan
karena varicella merupakan infeksi yang relatif ringan pada anak-anak dan manfaat klinis dari
terapi tidak terlalu bagus, sehingga tidak memerlukan pengobatan acyclovir secara rutin.
Namun kalau untuk mempercepat penyembuhan maka obat antivirus dapat diberikan.6,9
Pada remaja dan dewasa, pengobatan dini varicella dengan pemberian acyclovir
dengan dosis 5 x 800 mg selama 7 hari menurunkan jumlah lesi, penghentian terbentuknya
lesi yang baru, dan menurunkan timbulnya ruam, demam.9
Pemberian acyclovir oral yang terkontrol pada orang dewasa muda yang sehat
menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 24 jam setelah timbulnya ruam) dengan
acyclovir oral (5x800 mg selama 7 hari) secara signifikan mengurangi terbentuknya lesi
yang baru, mengurangi luasnya lesi yang terbentuk, dan menurunkan gejala dan demam.
Meskipun tidak diuji, ada kemungkinan bahwa famciclovir, yang diberikan dengan dosis 500
mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan dosis 1000 mg per oral setiap 8 jam
selama 7 hari sebagai pengganti acyclovir pada remaja normal dan dewasa.
Banyak dokter tidak meresepkan acyclovir untuk varicella selama kehamilan karena
risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum diketahui. Sementara dokter lain
merekomendasikan pemberian acyclovir secara oral untuk infeksi pada trisemester ketiga
ketika organogenesis telah sempurna, ketika mungkin ada peningkatan terjadinya resiko
pneumonia varicella, dan ketika infeksi dapat menyebar ke bayi yang baru lahir.9
Percobaan terkontrol yang dilakukan pada orang dewasa imunokompeten dengan
pneumonia varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 36 jam dari rumah
sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam) dapat mengurangi demam dan
takipnea dan meningkatkan oksigenasi. Komplikasi serius lainnya, seperti ensefalitis,
meningoencephalitis, myelitis, dan komplikasi okular, sebaiknya diobati dengan acyclovir
intravena.9 Acyclovir intravena menjadi standar perawatan untuk varicella pada pasien yang
disertai dengan imunodefisiensi substansial. Pada penyakit berat atau wanita hamil dapat
diberikan acyclovir IV 10mg/kgBB tiap 8 jam selama 7 hari.6,9
15
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
X. PENCEGAHAN
Pencegahan dengan melakukan vaksinasi. Vaksin dapat diberikan aktif ataupun pasif.
Aktif dilakukan dengan memberikan vaksin varicella berasal dari galur yang telah
dilemahkan (live attenuated). Pasif dilakukan dengan memberikan zoster imuno globulin
(ZIG) dari zoster imun plasma (ZIP).4
Vaksin pasif dengan memberikan ZIG. ZIG ialah suatu globulin-gama dengan titer
antibodi yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi
herpes zoster. Pemberian ZIG sebanyak 5ml dalam 72 jam setelah kontak dengan penderita
varicella dapat mencegah penyakit ini.4
ZIP adalah plasma yang berasal dari penderita yang baru sembuh dari herpes zoster
dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3 ml/kgBB. Pemberian ZIP dalam 1-7 hari
setelah kontak pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia atau penyakit keganasan
lainnya mengakibatkan menurunnya insidens varicella dan merubah perjalanan penyakit
varicella menjadi ringan tapi tidak mencegah timbulnya varicella.Vaksin aktif dianjurkan
hanya diberikan kepada penderita leukemia, penderita penyakit keganasa lainnya dan
penderita dengan defisiensi imunologis untuk mencegah komplikasi dan kematian.1,4,5
Pemberiannya secara subkutan 0,5 ml pada yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun.
Pada usia di atas 12 tahun juga diberikan 0,5 ml, setelah 4-8 minggu diulangi dengan dosis
yang sama. Bila terpajannya baru kurang dari 3 hari perlindungan vaksin yang diberikan
masih terjadi, karena masa inkubasinya antara 7-21 hari. Sedangkan antibodi yang cukup
sudah timbul antara 3-6 hari setelah vaksinasi.1
Kekebalan tampaknya bertahan lama, dan mungkin permanen di sebagian besar
vaksin. Infeksi pada orang yang pernah mendapat vaksin secara signifikan lebih ringan,
dengan lesi sedikit, banyak yang makulopapular daripada vesikuler. Dimana kebanyakan
orang yang pernah mendapat vaksinasi sebelumnya tidak terjadi demam.11,12
Jadwal vaksinasi dan penggunaan vaksin varicella dianjurkan untuk semua anak tanpa
kontraindikasi yang berusia 12 sampai 15 bulan.11 Dosis kedua vaksin varicella harus
diberikan pada 4 sampai 6 tahun kemudian. Dosis kedua vaksin varicella ini juga dianjurkan
diberikan kepada orang-orang 13 tahun atau lebih pada 4 sampai 8 minggu kemudian.11
Semua vaksin varicella harus diberikan melalui secara subkutan.
Kontraindikasi vaksinasi pada seseorang dengan reaksi alergi yang parah (anafilaksis)
dengan komponen vaksin atau setelah dosis sebelumnya, orang dengan imunosupresi karena
leukemia, limfoma, keganasan umum, penyakit defisiensi imun, atau terapi imunosupresif
16
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
tidak harus divaksinasi dengan vaksin varicella. Wanita yang diketahui hamil atau mencoba
untuk hamil sebaiknya tidak menerima vaksin varicella. Tetapi kehamilan harus dihindari
selama 1 bulan setelah menerima vaksin varicella.11,12
Vaksinasi pada orang dengan penyakit akut, sedang atau berat sebaiknya ditunda
sampai kondisi telah membaik. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya komplikasi pada pasien, seperti demam. Pada penyakit yang cenderung ringan,
seperti otitis media dan infeksi saluran pernapasan atas, mendapat terapi antibiotik, dan
paparan atau pemulihan dari penyakit lain tidak kontraindikasi terhadap vaksin varicella.
Vaksinasi tidak dianjurkan untuk orang-orang yang dikenal memiliki TB aktif.11
XI. KOMPLIKASI1,2,9
Pada individu yang imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang ringan sehingga jarang
dijumpai komplikasi.
Komplikasi yang dapat dijumpai pada varicella yaitu :
1. Infeksi sekunder pada kulit
Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang berkisar
antar 5-10%. Lesi pad akulit tersebut menjadi tempat masuk organisme yang
virulen dan apabila infeksi meluas dapat menimbulkan impetigo, furunkel,
cellulitis, erysepelas.
Organisem infeksius yang sering menjadi penyebab terjadinnya infeksi
sekunder adalah streptococcus grup A dan staphylococcus aureus.
2. Scar
Timbulnya scar atau jaringan parut berhubungan dengan infeksi
staphylococcus atau streptococcus yang berasal dari garukan
3. Pneumonia
Penumonia dapat timbul pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa,
yang dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varicella
pneumonia sekitar 1 : 400 kasus.
4. Neurologik
Acute Post Infectius Cerebellar Ataxia
o Ataxia sering muncul tiba-tiba dan biasanya terjadi 2 sampai 3 minggu
setelah timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap selama 2 bulan.
17
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
o Manifestasi dari Acute Post Infectius Cerebellar Ataxia berupa tidak dapat
mempertahankan posisi berdiri hingga tidak mampu berdiri dan tidak
adanya koordinasi gerakan dan dysarthria.
Encephalitis
o Komplikasi encephalitis biasanya timbul sewaktu varicella sedang dalam
fase akut (beberapa hari setelah timbulnya ruam). Lethargy, drowsiness
dan confusion adalah gejala yang paling sering dijumpai.
o Beberapa dapat mengalami awitan dan progesifitas encephalitis yang cepat
dapat menyebabkan koma.
o Encephalitis merupakan komplikasi yang sering di mana angka kematian
berkisar antara 5 sampai 20%
o Insiden berkisar 1,7 / 100.000 penderita.
5. Herpes Zoster
Herpes zoster merupakan komplikasi yang lambat dari varicella, Herpes
Zoster timbul beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer.
Hal ini diakibatkan virus varicella zoster yang menetap pada ganglion
sensoris.
6. Reye Syndrome
Ditandai dengan adanya encephalophaty dan fatty liver
Keadaan ini berhubungan dengan infeksi virus dan penggunaan aspirin, tetapi
seteal digunakannya acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye
syndrome mulai jarang ditemukan.
XII. PROGNOSIS
Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang
baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.1,2
18
Laporan Kasus VaricellaKepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RS Husada
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi, dkk. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi
Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. H.115-116.
2. Harahap Marwali. Varisela. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000.
H.94-96.
3. Rassner, Steinert. Penyakit virus varisela-zoster. Dalam: Buku Ajar dan Atlas
Dermatologi; edisi 4. Jakarta: EGC; 1995. H.44-45.
4. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Varisela (cacar air,”chicken pox”). Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2. Jakarta: INFOMEDIKA; 2007. P.637-640.
5. White David, Fenner Frank. Varicella-zoster virus. In: Medical Virology; Fourth
Edition. United Kingdom: Academic Press; 1994. P.330-334.
6. Siregar RS. Varisela. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit; edisi 2. Jakarta:
EGC; 2004. H. 88-84.
7. Lichenstein R. 2002 Oct 21. Pediatrics: Chicken vox or varicella. (serial on the
internet). 2013 (cited 2013 Jun 16):(about 4p). Available from:
http://www.emedicine.com.
8. Anonymous. Varicella zoster virus infection face pictures. (homepage on the
internet). 2013 (cited 2013 Jun 15):(about 9p). Available from:
http://www.emedicinehealth.com/image-gallery/varicella-zoster_viru/images.htm.
9. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Varicella. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine; seventh edition, vol 1 and 2. 2008.
P.1885-1895.
10. Anonymous. Varicella zoster virus-chicken pox. (serial on the internet). 2013 (cited
2013 Jun 15):(about 9p). Available from: http://health.howstuff works.com/skin-
care/problems/medical/htm.
11. Anonymous. Varicella. (homepage on the internet). 2013 (cited 2013 Jun 14):(about
8p). Available from: www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook.
12. Anonymous. 2009. Varicella (chickenpox). (homepage on the internet). 2013 (cited
2013 Jun 17):(about 6p). Available from: http://www.ncirs.edu.au/ immunisation/fact-
sheets.
19