cephalgia

31
CEPHALGIA Identitas Pasien Nama : Ny.Romlah Usia : 50 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku Bangsa : WNI Alamat : Rowo I/II Pakis , Banyuwangi Anamnesa Keluhan utama : Riwayat penyakit : kepala terasa sakit Pasien datang ke bagian Poli Saraf RSUD Blambangan mengeluhkan kepala terasa pusing cekot-cekot sejak ±3 bulan lalu. Kepala sebelah kanan sampai leher terasa kaku. Pemeriksaan Fisik Vital Sign - Tekanan darah : 130/80 mmHg - Nadi : 64x/menit - Respirasi : 19x/menit

Upload: nastiti-diwanti-putri

Post on 10-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

chepalgia

TRANSCRIPT

Page 1: Cephalgia

CEPHALGIA

Identitas Pasien

Nama : Ny.Romlah

Usia : 50 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : WNI

Alamat : Rowo I/II Pakis , Banyuwangi

Anamnesa

Keluhan utama :

Riwayat penyakit :

kepala terasa sakit

Pasien datang ke bagian Poli Saraf RSUD Blambangan

mengeluhkan kepala terasa pusing cekot-cekot sejak ±3

bulan lalu. Kepala sebelah kanan sampai leher terasa

kaku.

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign

- Tekanan darah : 130/80 mmHg

- Nadi : 64x/menit

- Respirasi : 19x/menit

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Foto Panoramik Gigi:

Impaksi distoangular molar ketiga rahang atas

Impaksi horizontal molar ketiga rahang bawah kanan

Impaksi buccoangular pada molar ketiga rahang bawah kiri

Page 2: Cephalgia

Gambar 1.1 Gigi molar ketiga rahang atas rahang bawah impaksi

DIAGNOSA : Cephalgia

TERAPI : Ibuprofen 200mg 2x1

Natrium Diklofenak 2x1

Kutoin 100mg 2x1

Diazepam 2 mg 2x1

Page 3: Cephalgia

PEMBAHASAN

Cephalgia

1. Definisi

Cephalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah atas

kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang kepala (area oksipital

dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas

garis orbitomeatal. Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak

diantara daerah orbital dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.

2. Etiologi

Cephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari berbagai

macam penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ

dikepala, jaringan sistem persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik

biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat juga

terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal, penyakit

gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular, hipertensi, sinusitis, trauma,

perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam gangguan medis umum

lainnya.

3. Klasifikasi

Berdasarkan The International Classification of Headache Disorder edisi 2

tahun 2004 (ICHD-2), klasifikasi nyeri kepala dibagi atas nyeri kepala primer

dan nyeri kepala sekunder.

3.1 Nyeri Kepala Primer

a. Migraine

Merupakan gangguan nyeri kepala berulang, serangan berlangsung selama 4-27

jam dengan karakteristik khas : berlokasi unilateral, nyeri berdenyut, intensitas

sedang atau berat, diperberat oleh aktivitas fisik rutin, dan berhubungan dengan

mual dan/ atau fotofobia serta fonofobia. Pemicu serangan akut bersifat

multifaktorial meliputi :

Page 4: Cephalgia

- Faktor hormonal : menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, penggantian

hormone.

- Diet : alkohol, daging yang mengandung nitrat, cokelat, tidak makan,

puasa

- Psikologis : stress, cemas, takut, depresi

- Lingkungan fisik : cahaya menyilaukan,bau yang kuat,perubahan cuaca,

suara yng bising,ketinggian,mandi keramas.

- Faktor yang berkaitan dengan tidur : kurang tidur, terlalu banyak tidur

- Faktor yang berhubungan dengan obat-obatan : kafein, simetidin,

diklofenak, estrogen, histamine, ranitidine, indometasin.

- Faktor lainnya : trauma kepala, latihan fisik, kelelahan

Serangan migren sering didahului oleh gejala peringatan (premonitory

symptoms) seperti : hiperosmia,menguap,perubahan mood, cemas, food craving,

sexual excitement, fatigue dan kelabilan emosi yang berlangsung dari beberapa

menit hingga berhari-hari. Serangan migren juga berhubungan dengan kehilangan

atau berkurangnya selera makan, mual, muntah, dan sensitivitas terhadap sinar

dan suara yang makin memberat, seringkali melibatkan gangguan

mood,motorik,dan sensorik.

Pada migren tanpa aura, serangan sakit kepala berlangsung 4 hingga 72

jam, lokasi unilateral, berdenyut, intensitas nyeri sedang atau berat,setidakknya

disertai mual dan/ atau muntah, fonofobia dan fotofobia. Pada migren dengan

aura, aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti melihat garis yang

bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat melihat benda dengan

jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa kesemutan di tangan, sebagian penderita

merasa kebas di tangan, pundak, atau merasa bingung. Gejala ini tidak timbul

bersamaan melainkan bergantian,

Beberapa medikamentosa untuk mencegah migren diantaranya riboflavin

(vitamin B2) 400mg/hari, magnesium, obat-obat antiepilepsi (gabapentin,

topiramat), golongan serotonergik (metisergid) dan lain-lain. Terapi alternative

seperti akunpuntur dan biofeedback serta pelatihan relaksasi juga dapat dilakukan

untuk mengurangi insidensi migren.

Page 5: Cephalgia

b. Tension type headache (TTH) atau Nyeri kepala tipe tegang

Adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/squeezing), mengikat,

tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik,

bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/ atau

muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.

TTH dibedakan menjadi tiga subklasifikasi :

(1) TTH episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan atau

kurang dari 12 sakit kepala per tahun.

(2) TTH episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan atau

antara 12 dan 180 kali per tahun.

(3) TTH menahun (chronic): lebih dari 15 serangan dalam sebulan atau

sekurangnya 180 hari pertahun. Penderita TTH kronis sangat sensitive terhadap

rangsang.

Faktor yang dapat menyebabkan timbulnya TTH antara lain, buruknya

upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health), tidak mampu relaks setelah

bekerja, perubahan pola tidur, stress dan konflik emosional, iskemi dan

meningkatnya kontraksi otot-otot di kepala dan leher.

Gejala klinis dapat berupa :

- Nyeri kepala di kedua sisi kepala degan intensitas bervariasi, juga

melibatkan leher

- Nyeri terkadang dideskripsikan sebagai ikatan kuat di sekitar kepala,

kepala terasa kencang.

- Kualitas nyeri yaitu menekan (pressing), mengikat (tightening), tidak

berdenyut,.

- Rasa berat dan menekan di kedua sisi kepala (bilateral), juga leher, pelipis,

dahi. Leher dapat terasa kaku.

- Dapat disertai anorexia, tanpa mual dan muntah, fotofobia (sensai tidak

nyaman di mata saat terpapar cahaya) atau fonofobia 9sensai tidak nyaman

karena rangsang suara).

Page 6: Cephalgia

Terapi TTH episodik pada anak: parasetamol,aspirin, dan kombinasi

analgesik. Parasetamol aman untuk anak.Pada dewasa,obat golongan anti-infl

amasi non steroid efektif untuk terapi TTH episodik17. Hindari obat analgesik

golongan opiat (misal:butorphanol). Pemakaian analgesik berulang tanpa

pengawasan dokter, terutama yang mengandung kafein atau butalbital, dapat

memicu rebound headaches. Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400

mg), parasetamol (1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada

parasetamol. Kafein dapat meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana,

nonsteroidal anti-infl ammatory drugs (NSAIDs), dan agen kombinasi adalah

yang paling umum direkomendasikan.

Untuk profilaksis TTH kronis, dapat diberikan golongan antidepresan,

misalnya: amitriptyline (30-75 mg, 1-2 jam sebelum tidur untuk meminimalkan

pening saat terbangun), mirtazipine 30mg, venlafaxine 150mg, atau clomipramine

75-150mg). Efek samping amitriptyline adalah: mulut kering dan penglihatan

kabur. Bila belum efektif,diberikan mirtazepine

Intervensi nonfarmakologis misalnya:

- latihan relaksasi

- modifikasi perilaku dan gaya hidup

Misalnya : istirahat di tempat tenang atau ruangan gelap. Peregangan leher dan

otot bahu 20-30 menit, idealnya setiap pagi hari, selama minimal seminggu.

Hindari terlalu lama bekerja didepan komputer, beristirahat 15 menit setiap 1 jam

bekerja, berselang-seling, iringi dengan instrumen musik alam/klasik. Saat tidur,

upayakan dengan posisi benar, hindai suhu dingin. Bekerja, membaca, menonton

TV dengan pencahayaan yang tepat.

c. Cluster Headache

Definisi

Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular yang

juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina neuralgia, nyeri kepala

histamine, sindrom Bing, erythrosophalgia, neuralgiamigrenosa, atau migren

merah (red migraine) karena pada waktu seranganakan tampak merah pada sisi

wajah yang mengalami nyeri.

Page 7: Cephalgia

Epidemiologi

Cluster headache adalah penyakit yang langka. Dibandingkan dengan migren,

cluster headache 100 kali lebih lebih jarang ditemui. Di Perancis prevalensinya

tidak diketahui dengan pasti, diperkirakan sekitar 1/10.000 penduduk, berdasarkan

penelitian yang dilakukan di negara lainnya. Serangan pertama muncul antara usia

10 sampai 30 tahun pada 2/3 total seluruh pasien. Namun kisaran usia 1 sampai 73

tahun pernah dilaporkan. Cluster headache sering didapatkan terutama pada

dewasa muda, laki-laki, dengan rasio jenis kelamin laki-laki dan wanita 4:1.

Serangan terjadi pada waktu-waktu tertentu, biasanya dini hari menjelang pagi

yang akan membangunkan penderita dari tidurnya.

Etiologi cluster headache

Etiologi cluster headache adalah sebagai berikut:

Penekanan pada nervus trigeminal (nervus V) akibat dilatasi pembuluh

darah sekitar.

Pembengkakan dinding arteri carotis interna.

Pelepasan histamin

Letupan paroxysmal parasimpatis.

Abnormalitas hipotalamus.

Penurunan kadar oksigen.

Positron emision tomografi (PET) scanning dan Magnetic resonance imaging

(MRI) membantu untuk memperjelas penyebab cluster headache yang masih

kurang dipahami. Patofisiologi dasar dalam hipotalamus gray matter. Pada

beberapa keluarga, suatu gen autosom dominan mungkin terlibat, tipe alel-alel

sensitif aktivitas kalsium channel atau nitrit oksida masih belum teridentifikasi.

Vasodilatasi arteri karotis dan arteri oftalmika dan peningkatan sensitivitas

terhadap rangsangan vasodilator dapat dipicu oleh refleks parasimpatetik

trigeminus. Variasi abnormal denyut jantung dan peningkatan lipolisis nokturnal

selama serangan dan selama remisi memperkuat teori abnormalitas fungsi otonom

Page 8: Cephalgia

dengan peningkatan fungsi parasimpatis dan penurunan fungsi simpatis. Serangan

sering dimulai saat tidur, yang melibatkan gangguan irama sirkadian. Peningkatan

insidensi sleep apneu pada pasien- pasien dengan cluster headache menunjukan

periode oksigenasi pada jaringan vital berkurang yang dapat memicu suatu

serangan.

Patofisiologi

Patofisiologi cluster headache masih belum diketahui dengan jelas akan

tetapi teori yang masih banyak dianut sampai saat ini antara lain: Cluster

headache, timbul karena vasodilatasi pada salah satu cabang arteri karotis eksterna

yang diperantarai oleh histamine intrinsic (Teori Horton). Serangan cluster

headache merupakan suatu gangguan kondisi fisiologis otak dan struktur yang

berkaitan dengannya, yang ditandai oleh disfungsi hipotalamus yang

menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi otonom. Hal ini menimbulkan

defisiensi autoregulasi dari vasomotor dan gangguan respon kemoreseptor pada

korpus karotikus terhadap kadar oksigen yang turun. Pada kondisi ini, serangan

dapat dipicu oleh kadar oksigen yang terus menurun. Batang otak yang terlibat

adalah setinggi pons dan medulla oblongata serta nervus V, VII,IX, dan X.

Perubahan pembuluh darah diperantarai oleh beberapa macam neuropeptida

(substansi P, dll) terutama pada sinus kavernosus(teoriLee Kudrow)5

Diagnosis

Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh International Headache

Society (IHS) adalah sebagai berikut:

a.Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah

b.Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri temporal

selama 15-180 menit bila tidak di tatalaksana.

c.Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :

1.Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi

2.Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea

3.Edema kelopak mata ipsilateral

Page 9: Cephalgia

4.Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral

5.Miosis dan atau ptosis ipsilateral

6.Kesadaran gelisah atau agitasi

d.Serangan mempunyai frekuensi 1 kali hingga 8 kali perhari

e.Tidak berhubungan dengan kelainan yang lain.

Pada tahun 2004 American Headache Society menerbitkan kriteria baru untuk

mendiagnosa cluster headache. Untuk memenuhi kriteria diagnosis tersebut,

pasien setidaknya harus mengalami sekurang-kurangnya lima serangan nyeri

kepala yang terjadi setiap hari selama delapan hari, yang bukandisebabkan oleh

gangguan lainnya.

Selain itu, nyeri kepala yang terjadi parahatau sangat parah pada orbita

unilateral, supraorbital atau temporal, dan nyeri berlansung antara 18 sampai 150

menit jika tidak diobati, dan disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut ini:

injeksi konjungtiva atau lakrimasi ipsilateral, hidung tersumbat atau rinore

ipsilateral, edema kelopak mata ipsilateral, wajah dan dahi berkeringat ipsilateral,

ptosis atau miosis ipsilateral, atau kesadaran gelisah atau agitasi.

Cluster headache episodik didefinisikan sebagai setidak-tidaknya terdapat dua

periode cluster yang berlangsung tujuh sampai 365 hari dan dipisahkan periode

remisi bebas nyeri selama satu bulan atau lebih.Sedangkan cluster headache

kronis adalah serangan yang kambuh lebih dari satu tahun periode remisi atau

dengan periode remisi yang berlangsung kurang dari satu bulan.6

Penatalaksanaan Cluster headache

Serangan cluster headache biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit sering

memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat.

Berikan oksigen inhalasi dengan kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit.

Triptan: Sumatriptan 20 mg intranasal efektif pada pengobatan akut cluster

headache. Dihidroergotamin 1 mg intarmuskular efektif pada pengobatan akut

cluster headache. Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk

mengobati serangan akut cluster headache. Pasien tidur telentang dengan kepala

dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30° dan beralih ke sisi sakit kepala. Tetes

Page 10: Cephalgia

nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 mllidokain 4% yang dapat diulang setekah

15 menit.

Pencegahan Cluster headache

Pilihan pengobatan pencegahan pada cluster headache ditentukan oleh

lamanya serangan, bukan oleh jenis episodik atau kronis. Preventif dianggap

jangka pendek, atau jangka panjang, berdasarkan pada seberapa cepat efeknya dan

berapa lama dapat digunakan dengan aman. Banyak ahli sekarang ini mengajukan

verapamil sebagai pilihan pengobatan lini pertama, walaupun pada beberapa

pasien dengan serangan yang singkat hanya perlu kortikosteroid oralatau injeksi

nervus oksipital mungkin lebih tepat.

Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik

dibandingkan dengan lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan dosis

verapamil yang relatif lebih tinggi pada cluster headache.

Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kg sampai 60 mg selama empat hari

yang diturunkan bertahap selama tiga minggu diterima sebagai pendekatan

pengobatan perventif jangka pendek. Pengobatan ini sering menghentikan periode

cluster, dan digunakan tidak lebih dari sekali setahun.

Topiramat digunakan untuk mencegah serangan cluster headache. Dosis biasanya

adalah 100-200 mg perhari, dengan efek samping yang sama seperti

penggunaannya pada migraine.

Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif dan salah

satu penelitian terkontrol menunjukan lebih baik dibandingkan placebo. Dosis

biasa yang digunakan adalah 9 mg perhari.Obat-obat pencegahan lainnya

termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari).

d. Nyeri Kepala Primer Lainnya

Nyeri kepala primer lainnya dapat dibagi menjadi

Primary Stabbing Headache

Merupakan sakit kepala seperti ditusuk-tusuk timbul spontan, sepintas,

terlokalisasi, tanpa didasari penyakit organic atau gangguan saraf otak. Terapi

pencegahan menggunakan indometasin 25-150 mg secara teratur, dan bila

Page 11: Cephalgia

intoleran terhadap indometasin dapat diberikan COX-2 inhibitor, melatonin,

gabapentin.

Primary Cough Headache

Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh batuk atau mengejan, tanpa

dijumpai gangguan intracranial. Terapi pencegahan menggunakan indometasin

25-150 mg/hari, naproxen, propanolol.

Primary Exertional Headache

Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas fisik. Terapi abortif

menggunakan indometasin atau aspirin, pencegahan ergotamine tartat, metisergin

atau propanolol yng dapat diminum sebelum aktifitas. Pemanasan sebelum

olahraga atau latihan bertahap dan progresif.

Nyeri kepala primer yang berhubungan dengan aktifitas sexual

Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas sexual yang diawali

dengan nyeri tumpu bilateral saat terjadi peningkatan kenikmatan sexual dan

mendadak intensitas nyeri meningkat saat orgasme tanpa dijumpai gangguan

intracranial, dapat dibagi menjadi dua yaitu Nyeri kepala pre orgasmic dan Nyeri

kepala orgasmic.

Terapi dapat diberikan analgesic spesifik (ergotamine, triptan), NSAID

diminum sebelum melakukan aktifitas sexual, propanolol dan diltiazem juga

sangat baik diberikan karena dapat menurunkan hipertensi yang sering menjadi

komorbiditas. Atau nyeri kepala dapat diredakan dengan menghentikan aktifitas

sexual sebelum orgasme tercapai atau lebih pasif saat berhubungan sexual.

Hypnic Headache

Merupakan nyeri kepala yang bersifat tumpul dan selalu menyebabkan pasien

terbangun dari tidurnya

Terapi dapat diberikan kafein 50-60 mg sebelum tidur, litium karbonat 300-600

mg, alternative lain dapat diberikan indometasin, flunarizin, atenolol, verapamil,

prednisone, gabapentin.

Primary thunderclap headache

Merupakan nyeri kepala yang memiliki internsitas nyeri yang sangat hebat, timbul

mendadak dan menyerupai rupture aneurisma serebral. Terapi yang dapat

Page 12: Cephalgia

diberikan kortikosteroid , hindari vasokonstriktor seperti triptan , ergot, dan

kokain. Untuk preventif dapat nimodipin selama 2-3 bulan.

Hemikrania kontinua

Merupakan nyeri kepala unilateral yang selalu persisten dn responsive terhadap

indometasin.Nyeri kepala akan hilang jika diberikan indometasin 50-100 mg IM ,

reda dalam 2 jam. Dosis efektif 25-300 mg.

New daily persistent headache

Merupakan nyeri kepala yang dirasakan sepanjang hari tanpa mereda sejak awal

serangan (pada umumnya dalam 3 hari) . Nyerinya khas bersifat bilateral, seperti

ditekan atau ketat dengan intensitas nyeri derajat ringan sampai sedang. Dapat

dijumpai fotofobia, fonofobia, atau nausea ringan.Terapi dapat diberikan

analgetika minimal, dapat pula diberi pencegahan migren kronis , dan blok saraf

N.Oksipitalis magnus.

3.2 Nyeri Kepala (Cephalgia) Sekunder

Nyeri kepala sekunder merupakan sakit kepala yang disebabkan adanya suatu

penyakit tertentu (underlying disease). Pada sakit kepala kelompok ini, rasa nyeri

di kepala merupakan tanda dari berbagai penyakit.

a. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.

Nyeri kepala pasca trauma dapat merupakan nyeri akut atau kronik. Nyeri

akut dapat terjadi setelah trauma yang menyebabkan trauma ringan atau berat.

Trauma berat dapat menyebabkan perdarahan otak, perdarahan subdural atau

epidural. Nyeri kepala setelah trauma biasanya merupakan bagian dari sindrom

pasca trauma yang meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah , perubahan

kepribadian , dan insomnia.

Pemeriksaan: Foto tulang tengkorak AP dan lateral,CT-Scan, EEG.

Penatalaksanaan sesuai jenis nyeri kepala yang muncul pada pasca trauma.

Analgesik sederhana

Asetosal 1000 – 1500 mg sehari

Page 13: Cephalgia

Parasetamol 1000 – 1500 mg sehari

NSAD : Naproksen sodium, dosis 275 – 550 mg, 2 – 3 kali sehari

Antidepresan : Trisiklik antidepresant

Amitriptilin 25 – 50 mg sehari

Nortriptilin 25 75 mg sehari

Gol SSRI : Fluoxetin

Muscle relaksan : Eperison-HCl

Sedative / minor tranqulaizer

Diazepam 6 -15 mg / hari

Lorazepam 3 – 6 mg / hari

Klobazam 20 – 30 mg / hari

b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau

servikal

Nyeri kepala SAH (Subarachnoid Hemorhage)

Nyeri kepala terjadi mendadak , seluruh kepala, hebat, disertai muntah proyektil

dan kadang–kadang kesadaran menurun dan pada pemeriksaan neurologis

didapatkan tanda–tanda rangsangan meningeal

Pemeriksaan MRI atau CT scan, jika hasilnya negatif dilakukan pungsi lumbal

Nyeri kepala pada tekanan darah tinggi ('hipertensi')

Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan keluhan nyeri kepala. Semua penderita

nyeri kepala harus mengetahui tekanan darahnya. Minum obat sakit kepala tanpa

menurunkan tekanan darah dapat berbahaya, karena 'hipertensi' merupakan

ancaman bagi terjadinya kerusakan organ target hipertensi (ginjal, otak, jantung

dan pembuluh darah).

Page 14: Cephalgia

Gambar 2.3 Patofisiologi Nyeri Kepala Sekunder Akibat Vaskuler

c. Nyeri Kepala Yang Berkaitan Dengan Kelainan Non Vaskuler

Intrakranial.

Nyeri kepala karena peningkatan tekanan intrakranial dan atau

hidrosefalus yang disebabkan oleh tumor otak

Penyakit yang mendasari ex : Hipertensi

Kerusakan endotel pembuluh darah di otak

Agregasi trombosit

Melepaskan serotonin dan adrenergik yang berlebih

Vasokontriksi pembuluh darah

Terjadi pernurunan aliran darah intrakranial

Stimulasi N. Trigeminal (n.V)

vomiting

Chemoreceptor

Vasodilatasi serebral dan menyebabkan neurogenic inflamasi

Iskemik aura

Mekanisme otoregulasi

Hypotalamus

Photopobia

Nausea

Page 15: Cephalgia

Berdasarkan lokasinya, tumor otak dapat terjadi supratentorial atau

infratentorial. Supratentorial menunjukan gejala nyeri kepala, kelumpuhan ,

kejang , sedangkan tumor infratentorial sering menunjukan gejala saraf otak dan

gejala serebelum. Analisa terhadap 200 anak dengan tumor otak menunjukan

gejala sakit kepala (41%), muntah (12%) , ketidak-seimbangan (11%), gangguan

visual (10%), gangguan prilaku (10%), dan kejang (9%). Pada pemeriksaaan Fisik

ditemukan edema papil (38%), gangguan saraf kranial (49%),gangguan serebelum

(48%), dan penurunan kesadaran (12%).

Nyeri kepala karena tumor otak biasanya tidak berdenyut , bersifat progresif

yaitu makin lama makin sering dan makin berat. Seringkali disertai muntah.

Lokasinya sering menetap disuatu daerah. Nyeri sering terjadi pada saat bangun

tidur pagi hari , dan diperburuk oleh maneuver valsa berupa batuk, bersin atau

mengejan . nyeri juga diperburuk dengan aktivitas fisik.

Pemeriksaan CT-Scan atau MRI

Nyeri Kepala Berkaitan Dengan Perubahan Cairan Serebrospinal

(Low-CSF –Pressure headache)

Penyebab diantaranya Dural tear and subsequent CSF leak caused by strenous

activity, heavy lifting, straining, , surgery or trauma kapitis, Produksi CSF

berkurang dan ortostatik headache oleh karena dehidrasi, infeksi berat, DM yg

tdk terkontrol baik, spontan atau idiopathic low-CSF headache pressure

i. Faktor yg mempengaruhi : Usia ( lebih sering pd usia muda ), jarum

punksi yang tajam dan lobang besar

ii. Gambaran klinis meliputi ; tekanan CSF < 30 mmH2O, distribusi nyeri :

frontal; temporal, holocephalic , karakteristik nyeri : berat, berdenyut,

sama seperti migrane atau TTH, pemicu nyeri : beberapa menit setelah

duduk dan berdiri, dan menetap selama berdiri, berkurang secara dramatis

pada saat tidur terlentang.Disertai gejala lain : mual, muntah, dizzines,

tinnitus, dan kaku leher.

iii. Pencegahan ialah dengan mempergunakan jarum pungsi lumbal yang

halus dan tajam (18G). Selain itu, setelah pungsi lumbal penderita disuruh

Page 16: Cephalgia

berbaring telungkup selama 4 jam dan kemudian beristirahat mutlak

ditempat tidur selama 24 jam.

iv. Penatalaksanaan:

o Istirahat total ditempat tidur selama 3 sampai 5 hari dan minum

sebanyak mungkin.

o Dapat diberikan analgetika.

o Mobilisasi diatur secara bertahap.

Idiopathic Intracranial Hypertension(Pseudotumor Cerebri)

i. Gejala:

Tekanan CSF > 250 mmH2O, lebih sering pada wanita, terutama obesitas,

sering di jumpai papil edema ,adanya suara ribut didalam kepala ,tinnitus,

diplopia , penglihatan kurang jelas dalam waktu singkat. Tidak ditemukan

tanda-tanda penyakit intracranial, tidak ada gangguan metabolisme, toksik,

hormon yg bisa menyebabkan hipertensi intrakranial

ii. Pemeriksaan CSF: protein dan sel normal

iii. Penatalaksanaan ; Penanganan kondisi medik yg menyertai , Obat-obatan

berupa Acetazolamid / Furosemid

d. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.

Nyeri kepala juga bisa terjadi karena terlalu lama (lebih dari 15 hari) minum obat sakit

kepala, kemudian ketika 'putus obat' malah menimbulkan keluhan nyeri kepala.

e. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.

Nyeri kepala karena infeksi susunan saraf pusat terutama meningitis

Pada meningitis bakterialis, nyeri kepala ditandai gejala infeksi, gejala

rangsang meningeal dan gejala serebral berupa kejang atau kelumpuhan.10

Meningitis tuberkulosa dapat menunjukkan gejala nyeri kepala berat

sebelum munculnya gejala serebral lain dan gejala rangsang meningeal.11 Berbeda

dengan peninggian tekanan intrakranial lain, pada meningitis tuberkulosa sering

Page 17: Cephalgia

ditemukan atrofi papil N. II karena saraf otak ke II terkena langsung.12 Gejala

abses otak mirip dengan tumor otak ditambah gejala infeksi.Dilakukan

pemeriksaan darah, dan pungsi lumbal

Penatalaksanaan

1. Dengan segera dirawat di Rumah Sakit.

2. Dilakukan pungsi lumbal.

3. Pemberian antibiotika

4. Pada penderita yang mengalami kejang dapat diberikan

antikonvulsan

Nyeri Kepala Pada Arthritis Servikal

Nyeri kepala disertai nyeri leher dan timbul dalam mengerakan kepala. Dilakukan

pemeriksaan rontgen Vertebra cervical AP dan lateral

Nyeri Kepala Pada Abses Otak

Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul, bersifat ringan sampai berat, dirasakan di

satu titik atau di seluruh kepala Sebelumnya penderita mengalamiinfeksi telinga,

sinus atau paru-paru atau penyakit jantung rematik atau penyakit jantung bawaan.

Dilakukan pemeriksaan MRI atau CT scan

f. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium,

leher, mata, telinga, hidung, gigi,mulut, atau struktur facial atau kranial

lainnya.

Nyeri kepala karena sakit gigi

Keluhan sakit gigi (nyeri gigi) dapat disebabkan karena berbagai penyakit

pada gigi sehingga kelainan / penyakit pada  gigi perlu dicari dan diatasi oleh

dokter gigi.

Nyeri kepala pada Hidung

Page 18: Cephalgia

i. Sinusitis

Nyeri kepala ringan hingga berat dirasakan di daerah muka, pipi atau dahi,

biasanya disertai juga dengan keluhan 'THT' (telinga, hidung dan

tenggorakan) yang lain, misalnya berdahak, hidung mampet, hidung meler

dan lain-lain.

ii. Rhinitis

Nyeri kepala dan gangguan hidung (hidung tersumbat, rinore, rasa sesak

atauterbakar) berulang, diakibatkan bendungan dan edema membran

mukosa hidung. Nyeri kepala terutama pada bagian anterior, ringan sampai

sedang dalam intensitasnya. Penyakit ini biasanya merupakan bagian dari

reaksi individu selama stress. Seringkalidisebut‘rinitis vasomotor’ .

Nyeri kepala pada kelainan mata

'Iritis', 'glaukoma' dan 'papilitis', dapat menimbulkan nyeri sedang hingga berat

pada mata dan sekitarnya. Mata tampak memerah disertai dengan gangguan

penglihatan.

g. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

Nyeri Kepala Karena Waham, Keadaan Konversi Atau hipokondria. Nyeri

kepala pada penyakit-penyakit ini dimana gangguan klinis umum berupa

suatu reaksi waham atau konversi dan tidak ditemukan suatu mekanisme

nyeri prefer. Yang juga erat kaitannya adalah reaksi hipokondri, dimana

gangguan perifer sehubungan dengan nyeri kepala adalah minimal.

Penyakit-penyakit ini disebut juga nyeri kepala‘psikogenik’

4. Terapi

a. Psikologis

- Konseling dan penanganan stress

Page 19: Cephalgia

- Terapi relaksasi

- Identifikasi pemicu cephalgia, misalnya impaksi molar 3 dirujuk ke dokter

gigi.

b. Farmakologis

- Terapi analgesik : ibuprofen, asam mefenamat

- Minor trankuilis : luminal, kutoin, eperison

Page 20: Cephalgia

CEPHALGIA

Laporan Kasus

Disusun untuk Melengkapi Tugas Kegiatan Praktek Kerja Lapangan Ilmu

Kedokteran Klinik di Instalasi Rawat Darurat RSUD Blambangan

Disusun oleh :

Nastiti Diwanti Putri

091611101010

Pembimbing :

dr. Andar Setyawan, Sp.S

ILMU KEDOKTERAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2015