chapter i

5
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rumah sakit adalah lembaga pemberi jasa pelayanan kesehatan dan seiring dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya hampir selalu memerlukan obat. Obat merupakan komponen yang penting dalam upaya pelayanan kesehatan, baik di pusat pelayanan kesehatan primer maupun ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Keberadaan obat merupakan kondisi pokok yang harus terjaga ketersediaannya karena ketersediaan obat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pelayanan kesehatan. 1,2 Menurut Depkes RI dan Andayaningsih, biaya pembelian obat sebesar 40%-50% dari jumlah operasional pelayanan kesehatan dan berbagai penelitian dirumah sakit melaporkan bahwa keuntungan dari obat yang dijual di rumah sakit merupakan hal yang lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan keuntungan dari jasa yang lain, misalnya pelayanan laboratorium, radiologi, pelayanan rawat inap ataupun pelayanan gizi. 3,4 Dengan demikian obat tidak hanya sebagai barang medis tetapi juga merupakan barang ekonomi strategis sehingga obat memiliki kedudukan yang cukup penting di rumah sakit. 4 Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya bagian di rumah sakit Universitas Sumatera Utara

Upload: heroikuroi

Post on 14-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

qwer

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rumah sakit adalah lembaga pemberi jasa pelayanan kesehatan dan seiring

dengan perkembangan teknologi kedokteran. Apapun teknologi kedokterannya

hampir selalu memerlukan obat. Obat merupakan komponen yang penting dalam

upaya pelayanan kesehatan, baik di pusat pelayanan kesehatan primer maupun

ditingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Keberadaan obat merupakan kondisi

pokok yang harus terjaga ketersediaannya karena ketersediaan obat merupakan salah

satu hal yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.1,2 Menurut Depkes RI dan

Andayaningsih, biaya pembelian obat sebesar 40%-50% dari jumlah operasional

pelayanan kesehatan dan berbagai penelitian dirumah sakit melaporkan bahwa

keuntungan dari obat yang dijual di rumah sakit merupakan hal yang lebih mudah

dilakukan dibandingkan dengan keuntungan dari jasa yang lain, misalnya pelayanan

laboratorium, radiologi, pelayanan rawat inap ataupun pelayanan gizi.3,4 Dengan

demikian obat tidak hanya sebagai barang medis tetapi juga merupakan barang

ekonomi strategis sehingga obat memiliki kedudukan yang cukup penting di rumah

sakit.4

Manajemen obat di rumah sakit dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah

Sakit (IFRS). Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya bagian di rumah sakit

Universitas Sumatera Utara

yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan obat, hal ini diperjelas dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar

Pelayanan Rumah Sakit. Tujuan dari manajemen obat di rumah sakit yaitu agar obat

yang diperlukan tersedia setiap saat, dalam jumlah yang cukup untuk mendukung

pelayanan serta memberikan manfaat bagi pasien dan rumah sakit.3,6,7

Manajemen obat dimulai dengan suatu tahap perencanaan yang merupakan

dasar dari pengelolaan obat untuk menentukan kebutuhan obat. Untuk itu diperlukan

data-data yang akurat, maka dalam proses pengolahannnya sebaiknya didukung oleh

suatu sistem informasi manajemen rumah sakit. Perencanaan ini disesuaikan dengan

anggaran dan juga harus sesuai formularium yang telah ditetapkan oleh organisasi

yang disebut Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit. Untuk mewujudkan

perencanaan tersebut adanya kegiatan pelaksanaan pada tahap ini dilakukan

pengadaan obat untuk memenuhi kebutuhan obat yang telah ditetapkan dalam

perencanaan. Kemudian dilakukan pengawasan untuk mengatur persediaan obat serta

menjamin ketersediaan obat. Tahapan ini berlangsung seperti siklus yang saling

terkait. Siklus ini harus dijaga agar semua tahap di dalamnya sama kuat dan segala

kegiatan tersebut harus selalu selaras, serasi dan seimbang. Apabila terjadi kesalahan

pada suatu tahap akibatnya akan mengacaukan siklus secara keseluruhan yang

menimbulkan dampak seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak tersalurnya

obat, obat rusak, dan lain sebagainya.5

Pertimbangan lain yang menjadi penentu manajemen obat adalah komponen

input meliputi visi, misi, struktur oganisasi yang jelas, ketenagaan yang cukup,

prosedur yang tepat dan fasilitas yang memadai yang diproses melalui penyimpanan,

Universitas Sumatera Utara

pendistribusian, pengemasan dan evaluasi untuk menghasilkan keluaran yang

diharapkan.7,9,10

Rumah sakit Advent Medan yang diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe C

merupakan rumah sakit milik organisasi Advent. Rumah sakit ini melayani pasien

umum dan juga layanan Yankesmas. Rumah sakit ini tidak hanya melakukan

pelayanan kesehatan secara komersil tetapi juga secara sosial sesuai dengan visi ”

menjadi lembaga pelayanan dan edukasi sehat seutuhnya/holistik yang bermutu

tinggi dan pilihan masyarakat di Medan” serta misi “memberikan pelayanan

unggulan berdasarkan nilai-nilai kristiani untuk meningkatkan mutu kehidupan

(konsep sehat seutuhnya/holistik kepada pelanggan dan masyarakat yang kami

layani)”.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Medan dikepalai oleh seorang apoteker

dan beranggotakan asisten apoteker. Dalam pengadaan seluruh obat Instalasi Farmasi

membeli dari distributor resmi yang menawarkan harga yang terjangkau.

Formularium obat di instalasi ini ditentukan oleh Komite Farmasi dan Terapi yang

beranggotakan dokter spesialis, dokter umum dan apoteker. Pendistribusian obat

untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap sepenuhnya dikelola oleh IFRS.

Permasalahan manajemen obat yang sering terjadi di instalasi ini adalah tidak

tersedianya obat karena seringnya terjadi pemberian resep kepada pasien dan tidak

selalu terikat kepada formularium obat sehingga hampir setiap hari membeli obat.

Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di Rumah Sakit Advent Medan guna memperoleh gambaran tentang

pelaksanaan manajemen obat di rumah sakit tersebut.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan adalah:

Bagaimana gambaran pelaksanaan manajemen obat pada Instalasi Farmasi sehingga

obat tidak tersedia pada saat dibutuhkan di Rumah Sakit Advent Medan tahun 2010 ?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pengadaan,

pengawasan dan penganggaran obat di Rumah Sakit Advent Medan tahun 2010.

b. Untuk mengetahui visi dan misi rumah sakit, struktur organisasi dan

ketenagaan, prosedur operasional baku serta fasilitas Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Advent Medan tahun 2010.

c. Untuk mengetahui penyimpanan, pendistribusian, pengemasan obat dan

evaluasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Medan tahun 2010.

d. Untuk mengetahui persediaan obat dan jumlah konsumsi obat di Rumah

Sakit Advent Medan tahun 2010.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan masukan bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent

Medan dalam manajemen obat.

Universitas Sumatera Utara

b. Menambah kepustakaan Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat

mengenai manajemen obat di rumah sakit.

c. Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit yang lain dalam melakukan

manajemen obat di Rumah Sakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Universitas Sumatera Utara