chapter i

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia yang berproses kearah perkembangan dan perubahan yang bersifat tradisional kebentuk-bentuk atau fase-fase berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1997:120) yang menyebutnya sebagai “daur hidup” yang memiliki makna sebagai beberapa bentuk kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Contohnya masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan, masa lanjut usia dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Taufik Abdullah (1974) bahwa kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga gejala sosiologis dan histories yang memandang generasi muda tidak hanya mengisi sebuah episode generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat, tetapi merupakan subjek potensial bagi sebuah perubahan pada komunitas itu sendiri. Kabupaten Simalungun merupakan berpenduduk heterogen, memiliki sifat pluralisme entitas masyarakatnya dan memiliki sejumlah organisasi kepemudaan yang berada secara formal memiliki legalitas keberadaannya. Salah satu diantaranya adalah Organisasi Pemuda Pancasila (PP). Persepsi masyarakat sangat ditentukan oleh motif, sistem nilai, pengalaman dan kemampuan berpikir sehingga Organisasi Kepemudaan (OKP) sangat penting eksistensinya. Besarnya tingkat antusias masyarakat menerima keberadaan generasi muda dilatar belakangi oleh masalah beberapa hal yaitu : Universitas Sumatera Utara

Upload: nya-nya

Post on 14-Jul-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Chapter I

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa muda adalah suatu fase dalam siklus kehidupan manusia yang berproses

kearah perkembangan dan perubahan yang bersifat tradisional kebentuk-bentuk atau

fase-fase berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1997:120)

yang menyebutnya sebagai “daur hidup” yang memiliki makna sebagai beberapa

bentuk kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Contohnya masa bayi, masa

kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sesudah menikah, masa kehamilan,

masa lanjut usia dan lain-lain. Sebagaimana dikatakan oleh Taufik Abdullah (1974)

bahwa kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga

gejala sosiologis dan histories yang memandang generasi muda tidak hanya mengisi

sebuah episode generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat, tetapi merupakan

subjek potensial bagi sebuah perubahan pada komunitas itu sendiri.

Kabupaten Simalungun merupakan berpenduduk heterogen, memiliki sifat

pluralisme entitas masyarakatnya dan memiliki sejumlah organisasi kepemudaan

yang berada secara formal memiliki legalitas keberadaannya. Salah satu diantaranya

adalah Organisasi Pemuda Pancasila (PP). Persepsi masyarakat sangat ditentukan

oleh motif, sistem nilai, pengalaman dan kemampuan berpikir sehingga Organisasi

Kepemudaan (OKP) sangat penting eksistensinya.

Besarnya tingkat antusias masyarakat menerima keberadaan generasi muda

dilatar belakangi oleh masalah beberapa hal yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter I

1. Peranan pemuda mempunyai makna dan nilai-nilai yang strategis serta signifikan

dalam menentukan masa depan bangsa.

2. Pemuda merupakan prototipe ideal sebagai generasi penerus karena mempunyai

semangat, keteguhan cita-cita, ketegasan sikap, visi yang konsisten dan jelas.

3. Eksistensi pemuda selalu menjadi simbol progresifitas, pelopor dan penentu arah

dinamika suatu bangsa.

Perbedaan antara kedua tipologi pemuda dan masyarakat adalah pergeseran dari

homogenitas masyarakat rural yang tradisional kepada masyarakat urban perkotaan

yang cenderung floral. Keberadaan para pemuda pada bentuk masyarakat kota yang

modern umumnya memilki jumlah yang sangat banyak dan memiliki sifat

eksklusifitas antara yang satu dengan yang lainnya. Para pemuda yang terorganisir

pada bentuk masyarakat perkotaan inilah yang dikenal sebagai gerakan-gerakan

pemuda, himpunan pemuda, kesatuan muda-mudi dan lain-lain yang istilah

populernya adalah Organisasi Kepemudaan (OKP).

Sebagai bagian dari masyarakat, generasi muda merupakan sebuah entitas yang

tentunya terkontruksi dari kebudayaan masyarakat. Bentuk kontruksi ini merupakan

pemahaman yang dibangun secara ideologis kolektif yang kemudian mengacu kepada

praktek sosiologis para pemuda, kontruksi yang dibangun ini didasarkan atas

kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat berdasarkan tipologi masyarakat itu sendiri.

Pada bentuk masyarakat tradisional (peseant) umumnya gerakan-gerakan para

pemuda terorganisir dalam bentuk yang implisit.

Pada bentuk masyarakat yang lebih maju (modern), pergerakan dan keberadaan

para pemuda berada dalam bentuk yang eksplisit di mana pada bentuk masyarakat ini

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter I

para pemuda terorganisir kedalam lembaga-lembaga atau badan-badan kepemudaan

yang sifatnya formal dan dilegitimasi oleh pemerintah. Formalitas dan legalitas ini

terlihat dengan adanya penggunaan atribut, simbol-simbol, otoritasi wilayah, struktur

keanggotaan dan lain-lain.

Sebagai salah satu bentuk organisasi yang terdapat di Kabupaten Simalungun

yang berkarakter masyarakat perkotaan, tentunya eksistensi Organisasi Pemuda

Pancasila sebagai organisasi Kepemudaan tidak terlepas dengan bentuk interaksinya

dengan masyarakat. Bentuk interaksi disini dapat diterjemahkan sebagai bentuk-

bentuk hubungan yang muncul antara Organisasi Pemuda Pancasila sebagai sebuah

organisasi dengan ekslusifitas komunalnya dengan masyarakat yang notabenenya

adalah kesatuan kebudayaan dari teritorial Kabupaten Simalungun secara

keseluruhan.

Merupakan sebentuk gejala atau fenomena sosial yang cukup menarik untuk

dapat diterjemahkan secara Antropologis, karena tidak dapat dipungkiri bahwa variasi

kuantitas Organisasi Kepemudaan (OKP) yang terdapat didalam struktur masyarakat

Simalungun tentunya saling mempengaruhi sebagai bentuk keseluruhan yang disebut

seorang Ahli Antropolog Levi Strauss yang mengatakan “….a whole structure” yang

mengacu kepada teori struktural fungsional mengenai keberadaan dan keterkaitan

setiap aspek yang ada pada suatu Masyarakat.

Dilihat dari aspek generasi, maka pembinaan dan pengembangan pemuda

menjadi lebih penting, karena pemuda merupakan generasi penerus cita-cita

perjuangan bangsa untuk mengisi kemerdekaan dan menjalankan pembangunan

nasional. Salah satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter I

melalui Organisasi Pemuda. Seiring dengan perkembangan jaman Organisasi Pemuda

juga mengalami perkembangan, hal ini dapat dilihat dengan berdirinya organisasi-

organisasi pemuda khususnya yang ada di Kabupaten Simalungun, seperti: Organisasi

pemuda pancasila (PP), Organisasi Ikatan Pemuda Karya (IPK), Organisasi Angkatan

Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Organisasi Remaja Mesjid, Organisasi

Karang Taruna dan lain-lain.

Pada dasarnya keberadaan organisasi-organisasi pemuda tersebut dimaksudkan

untuk menjadi wadah penempatan diri para pemuda dalam rangka persiapan

memasuki kehidupan yang sebenarnya ditengah-tengah masyarakat dan juga sebagai

wadah komunikasi dan pemersatu generasi muda, namun dalam beberapa hal mereka

kadang-kadang mengabaikan tugas dan kewajibannya.

Organisasi Pemuda itu jarang digunakan sebagai wadah penempaan diri dalam

rangka persiapan memasuki kehidupan yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat

dan juga tidak digunakan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan pemuda.

Tetapi organisasi pemuda itu seolah-olah digunakan sebagai wadah untuk

memamerkan kekuatan. Sehingga antara organisasi pemuda yang satu dengan

organisasi pemuda yang lain seolah-olah tidak menyatu, tetapi mereka saling

bersaing. Hal ini terjadi karena emosi pemuda-pemuda ini masih kurang stabil masih

mudah terombang-ambing dan mungkin juga akibat pengaruh modernisasi sehingga

mereka mau melakukan hal-hal yang mencemaskan keluarga dan masyarakat yang

terjadinya perkelahian antar organisasi pemuda yang satu dengan organisasi pemuda

yang lainnya yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Hal inilah yang terjadi

di Kabupaten Simalungun sehingga penulis tertarik mengadakan penelitian dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter I

judul ”Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Sosial Kepemudaan (OKP)”

(Studi Deskriptif Organisasi pada Majelis Pimpinan Cabang Organisasi Pemuda

Pancasila di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun).

B. Perumusan Masalah

Perumusan Masalah sangat penting agar diketahui arah jalannya penelitian. Hal

ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1992 : 7) yang mengatakan agar penelitian

dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga penulis merumuskan masalah

dengan jelas.

Berdasarkan defenisi di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengkaji bagaimana keberadaan organisasi kepemudaan Pemuda Pancasila

(PP) di Kabupaten Simalungun hal ini tentunya hubungan kondisi yang tercipta

antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat Kabupaten Simalungun.

2. Bagaimana dampak dari Organisasi Pemuda Pancasila di Simalungun itu sendiri

terhadap lingkungan didalam (Internal) organisasi sesama Anggota Pemuda

Pancasila dan diluar (Eksternal) organisasi lainnya yaitu Masyarakat.

3. Bagaimana Latar Belakang sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila di

Kabupaten Simalungun dan aspek apa saja yang dimiliki organisasi tersebut.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Jl. Rangkuti S, No.7 Kabupaten

Simalungun. Penelitian ini dilakukan pada Majelis Pimpinan Cabang (MPC)

Organisasi Pemuda Pancasila Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter I

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap

penelitian yang dilakukan haruslah mempunyai tujuan tertentu. Menurut Arikunto

(1996:52) : ”Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya

suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan Organisasi Pemuda khususnya Organisasi Pemuda

Pancasila terhadap masyarakat di Kabupaten Simalungun.

2. Latar belakang dan juga sejarah berdirinya Organisasi Pemuda Pancasila, visi

dan misi, ideologi, atribut dan lain-lain.

3. Penelitian nantinya dapat melihat dan membandingkan bagaimana hubungan

yang tercipta antara Organisasi Pemuda Pancasila dengan masyarakat

Simalungun dan bagaimana bentuk hubungan tersebut dalam konteks Sosial

dan Politik.

2. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan memiliki manfaat yang hendak dicapai agar

hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangsih bagi pembaca nantinya. Manfaat

penelitian ini dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan kepada para pemuda agar dapat menggunakan Organisasi

Pemuda tersebut sebagai wadah penempaan diri dalam persiapan memasuki

kehidupan yang sebenarnya di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter I

2. Dapat memperkaya referensi atau wawasan tentang pembahasan menegenai

Organisasi Kepemudaan yang ditinjau dari sudut pandang Antropologisnya.

3. Bermanfaat sebagai acuan untuk menciptakan Organisasi Kepemudaan yang

benar-benar positif, intelektual, bermartabat dan berguna bagi bangsa dan negara

karena sering di temukan berbagai gejala/stigma perorangan juga kelompok yang

memberikan dampak kesan negatif terhadap bentuk-bentuk Organisasi

Kepemudaan khususnya Organisasi Pemuda Pancasila.

E. Landasan Teoritis

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami seseorang dalam

memahami informasi tentang dunia atau lingkungan melalui penglihatan, perasaan,

penghayatan dan lain-lain. Persepsi seseorang itu berbeda-beda karena, sebagai

makhluk individu setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda sesuai dengan

tingkat pengetahuan dan pemahamannya. Bertambah tinggi tingkat pengetahuan dan

pemahaman seseorang terhadap objek yang dipersepsikan maka semakin baik bentuk

persepsi orang tersebut terhadap objek.

Untuk lebih jelas dibawah ini terdapat beberapa pengertian persepsi yang

dikemukakan oleh para ahli yaitu :

1. Soemanto menyatakan bahwa persepsi merupakan bayangan yang menjadi kesan

yang dihasilkan dari pengamatan. Defenisi ini menekankan bahwa persepsi

merupakan hasil yang ditangkap dari mengamati suatu objek apa yang dituju.

2. Sondang P Siagian menyatakan persepsi adalah apa yang ingin dilihat oleh

seseorang itu belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter I

3. William James menyatakan persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita

peroleh dari lingkungan yang diserap oleh panca indera serta sebagian lainnya

diperoleh dari pengolahan ingatan dan diolah kembali berdasarkan pengalaman

yang dimiliki.

Ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat dan berusaha

memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh

karakteristik yang berpengaruh pada sikap, motif, kepentingan, minat dan

pengalaman.

2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau

peristiwa sifat-sifat itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang

melihatnya.

3. Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam

situasi mana persepsi timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan

faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang.

Selain itu terdapat juga macam bentuk-bentuk persepsi yaitu :

Persepsi masa lampau yang disebut sebagai persepsi (tanggapan) ingatan.

Persepsi masa sekarang disebut juga sebagai persepsi (tanggapan) imaginatif.

Persepsi masa mendatang disebut juga sebagai persepsi (tanggapan) antisipatif.

Sehingga ditarik kesimpulan defenisi persepsi (Tanggapan) merupakan hasil

hubungan antar manusia dengan lingkungan dan kemudian di proses dalam alam

kesadaran (kognisi) yang dipengaruhi memori tentang pengalaman masa lampau,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter I

minat, sikap, intelegasi. Dimana, hasil penilaian terhadap apa yang diinderakan akan

mempengaruhi tingkah laku.

Menurut Thoha (1994:138), Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh

setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan dan budayanya baik

lewat penglihatan, pendengaran, perasaan. Mahmud (1990:41) mengatakan bahwa

persepsi merupakan menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak. Rakhmat

(1991:51) mendefenisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan sehingga persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi

(sensory stimuli).

Masyarakat adalah kumpulan dari individu yang hidup dan tinggal bersama

dalam suatu wilayah tertentu dimana setiap individu menyadari bahwa mereka adalah

suatu kesatuan dan memeliki norma-norma, aturan tertentu yang telah disepakati

bersama dan kebudayannya tersendiri. Bila dikombinasikan antara persepsi dan

masyarakat maka, penulis memberikan defenisi bahwa persepsi masyarakat adalah

sebuah proses dimana kelompok individu yang hidup dan tinggal bersama dalam

wilayah tertentu memberikan tanggapan terhadap hal-hal objek tertentu yang

dianggap menarik dari lingkungan tempat tinggal.

Menurut Effendi, ada sebuah teori tentang persepsi yang sering disebut teori ”S-

O-R”. Teori ini adalah singkatan dari stimulus-organism-response dan bila

disesuaikan antara teori ini dengan penelitian yang penulis lakukan maka, ada tiga

elemen penting dalam penelitian yakni :

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter I

1. Stimulus : yaitu bagaimana persepsi/tanggapan masyarakat terhadap Organisasi

Kepemudaan (OKP) khususnya Organisasi Pemuda Pancasila di

Kabupaten Simalungun.

2. Organism : yaitu masyarakat yang berada di Kabupaten Simalungun.

3. Response : bagaimana persepsi (tanggapan) masyarakat terhadap kinerja

Organisasi Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun.

Istilah organisasi berasal dari bahasa Yunani yang artinya ”Organon” yang

berarti ”alat” (Supardi dan Anwar, 2002). Dalam mendefenisikan organisasi terdapat

bermacam pendapat para ahli-ahli yang satu sama lain berbeda pendapat dari sudut

pandang yaitu :

1. Organisasi berasal dari perkataan ”Organsime” yang artinya suatu struktur dengan

bagian yang demikian di integrasikan hingga hubungan mereka satu sama lain

dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan. Jadi, organisasi terdiri

dari dua bagian yang paling pokok yakni bagian-bagian dan hubungan-hubungan

(G.R Terrys, 2004).

2. Organisasi merupakan suatu sistem kegiatan kerja sama dari dua orang atau lebih

atau sesuatu yang tidak terwujud dan tidak bersifat perorangan sebagian besar

mengenai hal hubungan sosial (Chesster Bernard, 2004).

3. Organisasi sosial merupakan sebuah proses penggabungan pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh orang-orang atau kelompok dengan kekuasaan yang diperlukan

untuk sebuah pelaksanaan sehingga kewajiban yang dilaksanakan dapat

memberikan saluran atau masukan-masukan yang terbaik bagi penyelenggaraan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter I

usaha yang efisien, teratur, positif dan terkoordinir (John Priffinerr dan Owen

Lane, 2004).

Untuk mendapatkan pengertian yang jelas tentang persepsi masyarakat, kita

dapat berpodaman kepada batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:

C.S.T. Kansil (1986:30) memberikan defenisi: ”Persatuan manusia yang timbul dari

kodrat yang sama itu disebut masyarakat”. Hal ini sesuai dengan pendapat

Muhammad Ali (1989:244) yang mengemukakan :”Masyarakat adalah pergaulan

hidup manusia, sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan

ikatan-ikatan aturan yang tertentu”. Jadi dengan demikian, masyarakat itu terbentuk

apabila ada dua orang atau lebih yang hidup bersama dan yang saling mempengaruhi

akibat dari timbulnya berbagai hubungan atau pertalian dalam hidupnya.

Masyarakat dapat dilihat sebagai sekumpulan orang yang saling berinteraksi

dan saling menyatu karena ikatan tertentu. Ikatan ini merupakan pola tingkah laku

yang khas mengenai semua faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu. Pola itu

bersifat mantap dan secara terus-menerus, sehingga dilihat sebagai adat istiadat diri

mereka sebagai kesatuan. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli D. A. Wila hury

(1986:42) yang mengatakan: ”Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang

hidup dan berinteraksi dalam waktu yang lama berdasarkan pola yang khas yang

dipandang sebagai adat istiadat yang bersifat kontiniu”. Hal ini juga didukung oleh

pendapat Koentjaraningrat Ahli Antropologi (1996:122) yang menyatakan bahwa

”Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan adat

istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas

bersama”.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter I

Dari defenisi tersebut diketahui bahwa dalam hidup bermasyarakat terdapat

hubungan yang saling mempengaruhi dan langsung secara terus-menerus dalam

pergaulan hidupnya dimana anggotanya terasa terikat oleh suatu rasa kebersamaan

diantara anggota masyarakat disebabkan adanya hasrat-hasrat yang mereka miliki.

Hasrat-hasrat kemasyarakatan tersebut antara lain adalah keinginan untuk memenuhi

kebutuhan, keinginan untuk membela diri, keinginan untuk mengadakan keturunan,

keinginan untuk bergaul, keinginan untuk berjuang dan sebagainya.

Adapun keinginan masyarakat untuk bergaul itu adalah merupakan hasrat

masyarakat untuk bergabung dengan orang-orang tertentu. Dari berbagai pendapat

yang sudah diuraikan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa defenisi dari

masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi dan terikat oleh

adat istiadat bersama.

a. Pengertian Organisasi.

Pada dasarnya atau sesuai dengan kodratnya, manusia adalah makhluk sosial

bermasyarakat, sehingga pada dasarnya pula manusia itu tidak bisa hidup wajar

dengan menyendiri. Hampir sebagian besar tujuan manusia akan terpenuhi apabila

manusia itu berhubungan dengan manusia atau orang lain. Hal ini terutama kali

disebabkan karena adanya kerterbatasan sifat kodrati manusia itu sendiri serta adanya

pembatasan yang dihadapi manusia didunia ini dalam mencapai tujuannya.

Dalam usahanya untuk bermasyarakat itu, maka orang pergi berkelompok atau

memasuki organisasi juga demi mencapai kepuasan lahir/batin serta meningkatkan

diri. Kelompok atau organisasi itu menjadi himpunan manusia dengan berbagai

kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehinga ada yang sangat menonjol dan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter I

diakui kelebihannya oleh anggota-anggota atau sebagian besar angota-anggotanya

terutama dalam mempengaruhi dan menggerakkan usaha bersama untuk mencapai

sesuatu tujuan yang telah ditetapkan.

Secara umum, organisasi adalah kelompok manusia yang berkumpul dalam

suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama dan bekerja sama untuk mencapai

tujuan itu. Menurut pendapat Muhammad Ali (1991:278) mengatakan: ”Organisasi

adalah susunan dan aturan dari berbagai bagian organ dan sebagainya. Sehingga

merupakan kesatuan yang teratur”. Selanjutnya M. Taylor dan H.Mears (1990:88)

mengatakan Organisasi adalah wadah sekumpulan orang yang menggabungkan diri

denga tujuan tertentu, perhimpunan terdiri atas beberapa anggota atau ribuan anggota

yang bersifat internasional atau lokal, akan tetapi semua anggotanya menggabungkan

diri dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari kedua pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Organisasi

adalah perhimpunan orang-orang yang merupakan kesatuan yang teratur untuk

mencapai tujuan tertentu sesuai dengan cita-cita sesuai anggotanya dimana tujuan

tersebut dicantumkan didalam anggaran dasar organisasi tersebut. Seseorang

memasuki kelompok atau organisasi adalah karena mengharapkan tercapainya suatu

kepuasan baik kepuasan fisik (seperti mendapat imbalan uang, barang, makan, dan

sebagainya), maupun kepuasan non fisik/batin (seperti pujian, kelegaan, penghargaan,

dan sebagainya). Pentingnya peranan organisasi masyarakat dalam mensukseskan

pembangunan nasional maka pengorganisasian pembinaannya termasuk pemilihan

personal-personal pengurusnya sangatlah perlu.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter I

b. Pengertian pemuda/generasi muda

Kita sering menggunakan istilah pemuda atau generasi muda dalam kehidupan

kita sehari-hari. Untuk mengetahui pengertian dari istilah pemuda/generasi muda ini

penulis berpedoman pada pendapat para ahli. Menurut Muhammad Ali (1989:258):

”Muda diartikan belum sampai setengah umur, belum cukup umur”. Maka dari

pengertian ini dapat disimpulkan bahwa pengertian muda itu difokuskan pada usia

dengan batas tertentu penggolongannya seperti pada anak-anak dan remaja.

Sedangkan menurut N. Daldjoni (1974:35) Generasi adalah: ”Keseluruhan

individu dalam bermasyarakat yang sebenarnya sebagai akibat pengalaman yang

mirip dan keterikatan yang sama, bersikap kritis terhadap generasi atasnya”. Dari

pengertian ini dapat di simpulkan bahwa generasi menunjukkan tempat atau

kedudukan mereka bersama sebagai kelompok usia. Generasi muda adalah

keseluruhan orang yang mempunyai usia belum setengah umur dan mempunyai

kesamaan dalam masa hidupnya akibat pengalaman yang mirip dan keterikatan yang

sama bersikap kritis terhadap generasi.

Pengertian pemuda berdasarkan umur dan lembaga seperti ruang lingkup tempat

pemuda berada diperoleh 3 kategori yaitu :

1. Siswa usia 6-18 tahun, masih ada dibangku sekolah.

2. Mahasiswa di Universitas perguruan tinggi usia antara 18-25 tahun.

3. Pemuda diluar lingkungan sekolah maupun perguruan tinggi usia antara 15-30

tahun.

Dengan melihat batasan-batasan unsur generasi muda yang diuraikan diatas,

maka untuk mempermudah pengertian dalam uraian-uraian selanjutnya mengenai

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter I

umur generasi muda pada umumnya, khususnya dalam tulisan ini diambil kesimpulan

bahwa batas usia pemuda itu adalah antara 15-30 tahun.

c. Pengertian Organisasi Pemuda

Dari pengertian organisasi dan pengertian pemuda yang telah diuraikan di atas

maka penulis menyimpulkan pengertian dari Organisasi Pemuda adalah perkumpulan

atau perhimpunan para generasi muda yang merupakan kesatuan yang teratur unutuk

mencapai tujuan tertentu sesuai dengan cita-cita dari anggotanya diman tujuan

tersebut dicantumkan didalam anggaran dasar dari organisasi tersebut.

Banyak organisasi pemuda yang di Kabupaten Simalungun seperti Organisasi

Pemuda Ikatan Pemuda Karya, organisasi Pemuda Pancasila, Remaja Mesjid,

Organisasi Pemuda Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia dan lain-lain. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi para generasi muda memasuki Organisasi

Pemuda diantaranya :

Faktor Internal

Adalah faktor yang berasal dari dalam diri generasi muda, yaitu faktor individu.

Faktor individu yang ada pada diri si anak yaitu bakat akan berkembang positif

maupun berkembang negatif adalah tergantung pada bimbingan yang diperoleh

individu atau generasi muda. Bakat yang membawa si anak dapat dikatakan baik jika

anak itu benar-benar dibimbing dan diawasi. Dengan demikian juga sebaliknya jika

seorang anak berbakat dan berorganisasi, ia dapat menyalurkan bakatnya melalui

organisasi yang ada ditempat tinggalnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter I

Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah merupakan faktor yang datangnya dari luar diri generasi

muda yaitu lingkungan dan lingkungan masyarakat yang turut memberi pengaruh

terhadap perkembangan pembawaan dari kehidupannya. Pada dasarnya organisasi-

organisasi pemuda itu didirikan atau dibentuk adalah sebagai wadah penempaan diri

para kawula muda dalam rangka persiapan memasuki kehidupan yang sebenarnya

dimasyarakat, sehingga nantinya para kaula muda mempunyai peranan yang penting

dalam masyarakat.

Melalui berbagai aktifitas di harapkan organisasi-organisasi pemuda itu dapat

membuka cakrawala, pandangan dan wawasan pemikiran generasi muda sebagai

bekal hidup mereka kemudian hari. Selain itu organisasi pemuda ini di maksudkan

untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia dengan tujuan untuk

menumbuhkan atau mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang ada

pada generasi muda demi terciptanya cita-cita nasional. Selain sebagai wadah

penempaan diri, organisasi pemuda juga merupakan wadah pembinaan dan

pengembangan.

d. Persepsi masyarakat Terhadap Organisasi Pemuda di Kabupaten Simalungun.

Dalam perkembangan setiap individu generasi muda akan selalu berhadapan

dengan tantangan-tantangan yang muncul dari lingkungannya. Faktor lingkungan

yang mempengaruhi proses pendewasaannya berpangkal tolak dari lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat. Proses pendewasaan anak yang pertama bertitik

tolak dari lingkungan keluarga. Sejak lahirnya manusia hidup dengan orang lain

khususnya dengan ibunya. Ketergantungan yang lama ini menyebabkan anak sampai

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter I

dewasa memperoleh kesempatan yang cukup dalam mempersiapkan diri dan untuk

mematangkan mental, sehingga sampai pada taraf yang tertinggi sesuai dengan

kemampuan dan hahekat sebagai manusia.

Dalam pematangan mental anak atau generasi muda sangat dibutuhkan peranan

dari keluarga khususnya dari orang tua karena orang tua dianggap sebagai kelompok

prima yaitu yang utama dan pertama bagi para pemuda untuk mengembangkan diri

sendiri untuk sebagai makhluk sosial maupun sebagai individu. Karena itu keluarga

khususnya orang tua harus memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya

yang masih dalam tahap perkembangan baik itu perkembangan jasmani maupun

rohaninya.

Sebagaimana dikatakan Soekunto (1990:494) ”Lingkungan pertama yang

berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya yang lebih tua

serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah”. Karena itu ibu sebagai ibu

rumah tangga yang paling dekat dengan anak-anaknya harus siap mengatur dan

mendidik, karena didikan ibu dimasa kecil akan menjadi dasar dan pedoman yang

kuat pada diri anak-anaknya dalam memasuki hari depan yang akan dijalaninya.

Karena itu, sebelum anak atau pemuda mengenal norma-norma dan nilai-nilai

dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang

berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan sebagai bagian dari kepribadiannya.

Demikian pula agama dan pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan seseorang pada

hahekatnya ditimbulkan oleh norma yang berlaku dalam keluarga yang diturunkan

melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak-anaknya.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter I

Selain lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat juga mempengaruhi proses

pendewasaan anak khususnya bagi para pemuda/generasi muda. Para pemuda dapat

bergaul dengan sesamanya yang majemuk baik itu dalam agama, suku, pendidikan,

ekonomi dan kemajemukan.

Lingkungan masyarakat dapat dengan cepat mempengaruhi proses pendewasaan

diri para pemuda karena banyak hal yang dilihat dan yang dirasakan individu yang

dijadikan sebagai pemahaman dan pengalamannya yang dapat dijadikan sebagai guru

dalam kehidupannya. Di dalam masyarakat para pemuda akan melihat hal-hal yang

dapat mendewasakan sifat dari pemuda seperti tata cara bergaul, penggunaan dialog

bahasa, cara berpikir maupun tingkah laku masyarakat, tata cara dalam pelaksanaan

hubungan dengan orang lain masih banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi

proses pendewasaan anak dan generasi muda.

Suatu persepsi itu selalu berhubungan dengan pengalaman dan pengetahuan

yang dimiliki seseorang sehingga menimbulkan tanggapan, penilaian atau penerimaan

seorang terhadap suatu objek atau gejala. Karena itu persepsi antara individu lain di

dalam hidup bermasyarakat adalah berbeda-beda terhadap suatu objek atau gejala.

Dalam hidup bermasyarakat setiap anggota masyarakat harus berinteraksi

dengan anggota masyarakat karena hidup bermasyarakat sudah menjadi sifat manusia

sebagai makhluk sosial. Hal ini sesuai denga pendapat C. S. T. Kansil (1986:30) yang

mengatakan bahwa ”Hasrat untuk hidup bersama memang telah menjadi pembawaan

manusia merupakan suatu keharusan badaniah untuk melangsungkan hidupnya”. Jadi

manusia itu tidak dapat hidup sendiri, tetapi harus melalui hubungan sosial dengan

orang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter I

Golongan sosial ini di gambarkan oleh pihak luar sebagai orang-orang yang

memiliki satu ciri, yaitu manusia mereka yang muda. Selain itu, Koentjaraningrat

(1996:125) mengatakan bahwa Golongan sosial ini di gambarkan oleh umum sebagai

orang-orang yang idealisme. Belum terikat oleh kewajiban-kewajiban hidup yang

membebani mereka sehingga mereka masih sanggup mengabdi dan berkorban bagi

masyarakat. Penuh semangat dan fitalitas, memilki kekuatan dan kreatifitas untuk

melakukan pembaharuan.

Gambaran umum tentang golongan pemuda dalam masyarakat terjadi karena

ada peristiwa-peristiwa yang sangat menentukan dalam sejarah seperti kongres

pemuda yang terjadi walaupun belum semua orang yang memenuhi syarat untuk

disebut pemuda yang ideal. Bila dilihat dalam kehidupan sehari-hari organisasi

pemuda tidak dimanfaatkan oleh pemuda sebagai wadah pembinaan dan

pengembangan bagi para kaula muda. Tetapi digunakan sebagai wadah untuk

melakukan hal-hal yang negatif yang dapat meresahkan masyarakat misalnya terjadi

perkelahian antara organisasi pemuda yang satu dengan organisasi lainnya yang

mengambil korban jiwa. Karena itu, sebagian masyarakat itu menganggap bahwa

organisasi pemuda itu sebagai wadah atau tempat kumpulan orang-orang yang brutal

yang membuat keresahan masyarakat dan merusak generasi muda.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu

suatu analisis untuk menjawab suatu pertanyaan hubungan antara beberapa variabel.

Variabel yang dikaji dibedakan atas dua hal yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter I

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi masyarakat, sedangkan variabel

terikat adalah Organisasi Pemuda. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Dalam penelitian ini data serta keterangan-keterangan yang nantinya diperoleh

dari :

1. Penelitian pustaka (Library Research) yaitu mencari data-data atau bukti-bukti

atau keterangan yang dikumpulkan dari bahan-bahan tulisan seperti buku-buku

bacaan yang ada hubungannya dengan pembahasan yang dilakukan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu melakukan penelitian dimana peneliti

terjun langsung kepada objek yang telah ada dilapangan.

Untuk memperoleh data-data Teknik penelitian yang digunakan sebagai berikut:

1. Observasi Partisipasi

Pengamatan langsung yang dilakukan untuk mengamati situasi atau peristiwa.

Hal ini meliputi berbagai hal seperti kegiatan, peristiwa dan perilaku yang berkaitan

dengan permasalahan yang sesuai dengan apa yang ingin dicapai. Untuk melakukan

pengamatan langsung ini nantinya penulis akan terjun kelapangan lingkungan

Organisasi Pemuda Pancasila di Kabupaten Simalungun.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu tekhnik pengumpulan data dengan cara lisan.

Wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara mendalam (dep Interview)

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter I

dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara (Interview Guide) yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

3. Studi Kepustakaan

Mengumpulkan bahan-bahan yang dipergunakan untuk mencari dokumentasi

data yang diinginkan dan berkenaan dengan objek penelitian yang berkaitan dengan

masalah organisasi kepemudaan dan budaya organisasi sosial yang nantinya akan

digunakan sebagai penegas argumen dan asumsi-asumsi objektif yang ditemukan

dilapangan.

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga, dapat ditemukan tema, dapat

dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2005;280). Setelah data terkumpul, baik dari

wawancara dan hasil observasi kemudian di organisasikan secara kualitatif sesuai

dengan tujuan penelitian.

Dalam menganalisa data akan digunakan analisis struktural fungsional untuk

menelaah bentuk internal organisasi Pemuda Pancasila sebagai unit kesatuan yang

berstruktur ke dalam masyarakat di Jl. Rangkuti No.7 Kabupaten Simalungun.

Bentuk hubungan fungsionalis yang tercipta antara keduanya sebagai satu kesatuan (a

whole stucture). Selain analisis struktural fungsional, analisa data juga dilakukan

dengan metode analisis situasional yang di definisikan Van Velzen (1967;106)

sebagai suatu bentuk kegiatan meneliti sejumlah peristiwa yang saling berhubungan.

Universitas Sumatera Utara