chapter iii v

22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Kimia Bahan Makanan pada bulan Mei 2010-Oktober 2010. 3.2 Alat-alat Alat-alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu mini 1240), neraca analitis (AND GF-200), water bath, hot plate, statif dan klem, cawan porselen, termometer dan alat-alat gelas seperti labu takar, gelas ukur, erlenmeyer, buret, tabung reaksi, beaker glass. 3.3 Bahan-bahan Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E-merck kecuali disebutkan lain yaitu asam klorida 37% v/v, gliserin 87% v/v, kurkumin, etanol 96% v/v, natrium karbonat anhidrat, natrium hidroksida, asam sulfat 98%, metil orange, metil merah, asam oksalat, fenolftalein, kalium bifthalat, aquadest (Lab. Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi USU). 3.4 Sampel Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah bakso daging sapi yang diambil dari beberapa pasar tradisional, pedagang asongan, dan warung- warung bakso yang ada di kota Medan seperti pajak sore, pajak pringgan, pajak aksara, pajak pagi, pajak petisah, bakso Arema, bakso ADS, bakso Podomoro. Universitas Sumatera Utara

Upload: ameliahildasari

Post on 24-Nov-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi kualitatif

    Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Kimia Bahan

    Makanan pada bulan Mei 2010-Oktober 2010.

    3.2 Alat-alat

    Alat-alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu mini

    1240), neraca analitis (AND GF-200), water bath, hot plate, statif dan klem, cawan

    porselen, termometer dan alat-alat gelas seperti labu takar, gelas ukur, erlenmeyer,

    buret, tabung reaksi, beaker glass.

    3.3 Bahan-bahan

    Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis

    keluaran E-merck kecuali disebutkan lain yaitu asam klorida 37% v/v, gliserin

    87% v/v, kurkumin, etanol 96% v/v, natrium karbonat anhidrat, natrium

    hidroksida, asam sulfat 98%, metil orange, metil merah, asam oksalat,

    fenolftalein, kalium bifthalat, aquadest (Lab. Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas

    Farmasi USU).

    3.4 Sampel

    Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah bakso daging sapi

    yang diambil dari beberapa pasar tradisional, pedagang asongan, dan warung-

    warung bakso yang ada di kota Medan seperti pajak sore, pajak pringgan, pajak

    aksara, pajak pagi, pajak petisah, bakso Arema, bakso ADS, bakso Podomoro.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.4.1 Pengambilan sampel

    Pengambilan sampel secara purposif didasarkan atas pertimbangan

    bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang akan dianalisis

    dianggap sebagai sampel yang representatif. Penelitian ini lebih difokuskan pada

    perbandingan penetapan kadar natrium tetraboraks secara titrasi asam basa dan

    spektrofotometri sinar tampak (Sudjana, 1996).

    3.4.2 Penyiapan sampel

    Bakso yang dalam bentuk bulatan dipotong kecil-kecil dan dihaluskan

    dengan menggunakan blender

    3.5 Pembuatan Pereaksi

    3.5.1 Larutan HCl 2N

    Larutkan HCl 37% v/v sebanyak 16,70 ml diencerkan dengan air suling

    hingga 100 ml (Ditjen POM,1979).

    3.5.2 Larutan HCl 0,5 N

    Diencerkan 4,1 ml HCl 37 % v/v dengan air suling hingga 100 ml (

    Ditjen POM, 1995).

    3.5.3 Pereaksi Kurkumin

    Larutkan 40 mg kurkumin yang halus dan 5,0 g asam oksalat dalam etanol

    95%. Tambahkan 4,2 ml HCl pekat dan encerkan hingga 100 ml dengan etanol

    (Fishman, 1989).

    3.5.4 Larutan Metil Orange 0,05% b/v

    Larutkan 0,05 g metil orange dalam 100 ml air suling (Ditjen POM,1995).

    3.5.5 Larutan Metil Merah 0,05% b/v

    Larutkan 0,05 g metil merah dalam 100 ml air suling (Ditjen POM,1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.5.6 Larutan NaOH 0,2 N

    Larutkan 8 g NaOH dengan aquadest bebas CO2 di labu 1000 ml (Ditjen

    POM,1995).

    3.6 Prosedur Penelitian

    3.6.1 Pemeriksaan Kualitatif Natrium Tetraboraks pada sampel

    Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang

    sebanyak 10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60C

    hingga benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600oC selama 8 jam.

    Abu yang diperoleh dilarutkan dalam 20 ml air suling. Sebanyak 1 ml larutan

    filtrat dari abu sampel dimasukkan ke dalam cawan penguap. Ditambah 4 ml

    pereaksi kurkumin dalam etanol, diuapkan di atas penangas air sehingga terbentuk

    residu berwarna merah kecoklatan dan pada residu tersebut diberikan beberapa

    tetes amonia encer. Diamati apakah warna merah kecoklatan berubah menjadi

    hitam kehijauan (Prosedur modifikasi Balai Besar POM, 2007).

    3.6.2 Analisa Kuantitatif Secara Spektrofotometri

    3.6.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I (LIB I)

    Natrium tetraboraks ditimbang saksama 50 mg dimasukkan ke dalam

    labu tentukur 100 ml. Ditambahkan air suling secukupnya dan dikocok hingga

    homogen. Kemudian larutan dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda dan

    dihomogenkan (Konsentrasi 500 ppm).

    3.6.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II (LIB II)

    Larutan induk baku I dipipet 2,5 ml ml lalu dimasukkan ke dalam labu

    tentukur 50 ml. Ditambahkan air suling secukupnya dan dikocok hingga

    Universitas Sumatera Utara

  • homogen. Kemudian larutan dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda dan

    dihomogenkan ( konsentrasi 25 ppm).

    3.6.2.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Natrium

    Tetraboraks

    Larutan induk baku II dipipet 0,6 ml dan dimasukkan ke dalam cawan

    penguap, lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan

    dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas

    air, atur temperatur pada 552oC biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu

    berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin

    pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95%, aduk dengan hati-hati sampai

    semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml (konsentrasi 0,6

    ppm). Bilas cawan dengan sedikit etanol 95% dan masukkan air bilasannya ke

    labu tentukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 95% hingga garis tanda lalu larutan

    dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 400-800 nm

    dengan menggunakan blanko yaitu 4 ml kurkumin yang diuapkan di cawan

    penguap seperti halnya diatas dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml,

    dicukupkan dengan etanol 95% hingga garis tanda (Fishman, 1989).

    3.6.2.4 Penentuan Waktu Kerja Larutam Natrium tetraboraks

    Larutan induk baku II dipipet 0,6 ml dan dimasukkan ke dalam cawan

    penguap, lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan

    dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas

    air, atur temperatur pada 552oC biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu

    berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin

    pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95%, aduk dengan hati-hati sampai

    Universitas Sumatera Utara

  • semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml (konsentrasi 0,6

    ppm). Bilas cawan dengan sedikit etanol 95% dan masukkan air bilasannya ke

    labu tentukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 95% hingga garis tanda lalu larutan

    dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang

    diperoleh (Fishman, 1989).

    3.6.2.5 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Tetraboraks

    Larutan Induk Baku II (LIB II) dipipet ke dalam cawan penguap

    berturut-turut 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0.8 ml; dan 1 ml (0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1

    ppm), lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan

    dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas

    air, atur temperatur pada 552oC biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu

    berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin

    pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95%, aduk dengan hati-hati sampai

    semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Bilas cawan

    dengan sedikit etanol 95% dan masukkan air bilasannya ke labu tentukur.

    Selanjutnya ditambahkan etanol 95% hingga garis tanda lalu larutan

    dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang

    diperoleh (Fishman, 1989).

    3.6.3 Penentuan Kadar Natrium Tetraboraks dalam sampel

    Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang

    sebanyak 10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60C

    hingga benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600oC selama 8 jam.

    Ke dalam abu yang telah dingin ditambahkan 20 ml akuades panas, sambil diaduk

    dengan batang pengaduk. Kemudian disaring melalui kertas saring tidak berabu ke

    Universitas Sumatera Utara

  • dalam labu ukur 1000 ml, bilas kertas saring dengan aquadest panas, dan

    kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok larutan sampel

    tersebut. Dipipet larutan sampel sebanyak 1 ml ke dalam cawan penguap lalu

    ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan dengan hati-

    hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas air, atur

    temperatur pada 552oC biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu

    berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin

    pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95%, aduk dengan hati-hati sampai

    semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Bilas cawan

    dengan sedikit etanol 95% dan masukkan air bilasannya ke labu tentukur.

    Selanjutnya ditambahkan etanol 95% hingga garis tanda lalu larutan

    dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang

    diperoleh (Fishman, 1989). Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam nilai

    absorbansi kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi Natrium tetraboraks

    dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya dan kadar

    natrium tetraboraks dalam sampel dapat ditentukan dengan rumus :

    Kadar (mcg/ml) = B sF pVC

    Keterangan : C = Konsentrasi (mcg/ml)

    V = Volume larutan sampel (ml)

    Fp = Faktor pengenceran

    Bs = Berat sampel (g)

    3.7 Analisa Data secara Statistik

    Rumus yang digunakan untuk menentukan Standart Deviasi yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • SD =1

    )( 2

    n

    XXi

    Data diterima jika thitung lebih kecil daripada ttabel pada interval kepercayaan 95%

    dengan nilai = 0,05. Rumus yang digunakan untuk menentukan t hitung yaitu :

    t hitung = nSD

    XXi/

    Keterangan : Xi = kadar natrium tetraboraks dalam satu perlakuan

    X = kadar rata-rata natrium tetraboraks dalam sampel

    n = jumlah perlakuan

    SD = standard deviation

    = tingkat kepercayaan

    Untuk menghitung rentang kadar natrium tetraboraks secara statistik dalam

    sampel digunakan rumus:

    Rentang Kadar Natrium Tetraboraks () = X (t /2,dk x nSD / )

    Keterangan : SD = standard deviation

    X = kadar rata-rata natrium tetraboraks dalam sampel

    = rentang kadar natrium tetraboraks

    n = jumlah perlakuan

    t = harga t tabel sesuai dk

    3.8 Uji Validasi Metode

    3.8.1 Akurasi

    Akurasi ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku (the

    method of standard additives), yakni ke dalam sampel bakso ditambahkan serbuk

    kristal natrium tetraboraks baku sebanyak 1 g, kemudian dianalisis dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • prosedur yang sama seperti pada sampel. Hasil dinyatakan dalam persen

    perolehan kembali (% recovery). Persen perolehan kembali dihitung dengan

    menggunakan rumus sbb:

    % Perolehan kembali %1 0 0*

    =A

    AF

    CCC

    Keterangan : CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan

    larutan baku

    CA = konsentrasi sampel awal

    CA = konsentrasi larutan baku yang ditambahkan

    3.8.2 Presisi

    Uji presisi (keseksamaan) ditentukan dengan parameter RSD (Relative

    Standard Deviation) dengan rumus :

    RSD =

    Keterangan : RSD = Relative Standard Deviation

    SD = Standard Deviation

    X = Kadar Rata-rata Natrium Tetraboraks dalam Sampel

    3.8.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

    Batas deteksi (Limit Of Detection/LOD) dan batas kuantitasi (Limit Of

    Quantitation/LOQ) dihitung dari persamaan regresi kurva kalibrasi baku

    pembanding. Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut :

    %100xX

    SD

    2)( 2

    =

    nYiY

    SD

    SlopeSBxLOD 3=

    SlopeSBxLOQ 10=

    Universitas Sumatera Utara

  • Keterangan : SD = Standard Deviation

    LOD = Limit of Detection (Batas Deteksi)

    LOQ = Limit of Quantitation (Batas Kuantitasi)

    3.9 Analisa Kuantitatif Secara Titrasi Asam Basa

    3.9.1 Pembakuan NaOH 0,2 N Kalium bifthalat ditimbang seksama 100 mg kemudian dilarutkan

    dalam air bebas CO2 sebanyak 30 ml. Ditambah 2 tetes indikator fenolftalein,

    dititrasi dengan NaOH hingga terjadi warna merah muda mantap (Ditjen POM,

    1995). Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung normalitas larutan.

    1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 204,2 mg kalium biftalat.

    3.9.2 Pembakuan HCl 0,5 N

    Natrium karbonat anhidrat ditimbang seksama 150 mg, kemudian

    dilarutkan dalam 15 ml air. Ditambah 2 tetes indikator metil merah, ditambahkan

    asam klorida perlahan dari buret sambil diaduk hingga larutan berwarna merah

    muda pucat. Dipanaskan larutan hingga mendidih, dinginkan, dititrasi kembali

    bila perlu hingga warna merah muda pucat tidak hilang dengan pendidihan lebih

    lanjut (Ditjen POM, 1995 ). Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung

    normalitas larutan.

    1 ml asam klorida 1 N setara dengan 52,99 mg natrium karbonat anhidrat

    3.9.3 Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks Baku Pembanding

    Natrium tetraboraks p.a ditimbang saksama 50 mg, larutkan dalam 10 ml

    air, Ditambahkan 2 tetes indikator metil merah, Dititrasi dengan HCl 0,5 N (Ditjen

    Universitas Sumatera Utara

  • POM, 1979). Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung normalitas

    larutan.

    1 ml asam klorida 0,5 N setara dengan 95,34 mg Na2B4O7.10H2O

    3.9.4 Analisa Natrium Tetraboraks dalam Sampel

    Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak

    10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60C hingga

    benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600oC selama 8 jam. Ke dalam

    abu yang telah dingin ditambahkan 20 ml akuades panas, sambil diaduk dengan

    batang pengaduk. Lalu ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 2 N sampai

    larutan bersifat asam (diamati dengan kertas lakmus). Kemudian disaring melalui

    kertas saring tidak berabu ke dalam labu ukur 50 ml, bilas kertas saring dengan

    aquadest panas, dan kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok

    larutan sampel tersebut. Pindahkan filtrat ke erlenmeyer 150 ml, tambahkan

    beberapa tetes metil jingga sehingga larutan menjadi berwarna merah muda.

    Titrasi hati-hati dengan larutan NaOH 0,2 N sampai warna merah muda berubah

    jadi kuning. Ke dalam larutan di atas ditambahkan beberapa tetes gliserin dan 3

    tetes fenolftalein. Dilanjutkan titrasi dengan NaOH 0,2 N sampai larutan berwarna

    merah muda. Ke dalam larutan di atas ditambahkan lagi gliserin dan jika warna

    merah muda hilang diteruskan titrasi sampai warna larutan menjadi merah muda

    yang tetap, apabila ditambahkan gliserin (Prosedur modifikasi Herlich, 1990).

    Dihitung volume NaOH 0,2 N yang terpakai.

    1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 61,83 mg H3BO3

    3.10 Analisa Data secara Statistik

    Universitas Sumatera Utara

  • Dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar natrium

    tetraboraks secara metode spektrofotometer sinar tampak.

    3.11 Uji Validasi Analisis

    Dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar natrium

    tetraboraks secara metode Spektrofotometer sinar tampak untuk persen perolehan

    kembali saja.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Uji Kualitatif dengan Menggunakan Pereaksi kurkumin-asam oksalat

    4.1.1 Pemeriksaan Kualitatif Natrium Tetraboraks pada Sampel

    Sebelum dilakukan analisa kuantitatif natrium tetraboraks pada sampel,

    perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui ada tidaknya natrium tetraboraks

    dengan menggunakan pereaksi kurkumin-asam oksalat. Metode yang dilakukan

    ini merupakan metode modifikasi dari identifikasi natrium tetraboraks yang

    terdapat di dalam Farmakope Indonesia dan prosedur modifikasi dari Balai POM

    dimana kertas kurkuma diubah dalam bentuk larutan kurkuma. Sampel dinyatakan

    positif mengandung natrium tetraboraks apabila dengan penambahan pereaksi

    kurkumin yang telah diasamkan dengan asam klorida encer akan terbentuk warna

    merah kecoklatan dan bila dikeringkan warna menjadi intensif dan bila diteteskan

    amonia encer berubah menjadi hitam kehijauan (Ditjen POM, 1979).

    Hasil pemeriksaan kualitatif natrium tetraboraks pada sampel diperoleh

    data, seperti ditunjukkan pada tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium tetraboraks pada sampel

    No. Sampel Kurkumin

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Bakso Pajak sore

    Bakso Arema

    Bakso Podomoro

    Bakso Pajak Pringgan

    Bakso Pajak Aksara

    Bakso Pajak Petisah

    Bakso ADS

    Bakso Pajak Pagi

    Negatif

    Negatif

    Positif (Hitam kehijauan)

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Negatif

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sampel memberikan hasil yang

    positif yaitu warna hitam kehijauan yang jika direaksikan dengan pereaksi

    kurkumin dan ditetesi dengan amonia. Hal ini menunjukkan bahwa sampel

    mengandung natrium tetraboraks. Selanjutnya dilakukan penetapan kadar natrium

    tetraboraks terhadap sampel yang positif mengandung natrium tetraboraks

    tersebut.

    Gambar hasil pemeriksaan kualitatif natrium tetraboraks dapat dilihat pada

    lampiran 22.

    4.2 Penentuan Kadar Natrium Tetraboraks secara Titrasi Asam-Basa

    Kristal Natrium tetraboraks yang digunakan sebagai baku pembanding

    dalam penelitian ini diperoleh dari distributor dengan kadar yang tidak tertera

    pada etiket. Menurut Ditjen POM, natrium tetraborat mengandung tidak kurang

    dari 99,0% dan tidak lebih dari 105,0% Na2B4O7.10H2O. Maka dari itu, untuk

    lebih memastikan kadar natrium tetraboraks yang sebenarnya maka perlu

    ditetapkan secara titrasi asam basa sehingga dapat digunakan sebagai baku

    pembanding dalam penentuan kadar sampel secara spektrofotometri. Dari hasil

    penetapan kadar natrium tetraboraks yang diperoleh berbeda dengan kadar yang

    tertera pada etiket yaitu 98,7546%, hal ini disebabkan karena adanya molekul

    hidrat dari natrium tetraboraks yang menguap sehingga persentasenya menjadi

    lebih rendah (Ditjen POM, 1979).

    Data dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 15.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4..3 Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks dengan Metode

    Spektrofotometri Sinar Tampak

    4.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Natrium

    Tetraboraks

    Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan natrium

    tetraboraks dengan konsentrasi 0,6 ppm, diperoleh panjang gelombang maksimum

    pada 545 nm. Kurva serapan panjang larutan natrium tetraboraks dapat dilihat

    pada gambar 1.

    Gambar 1. Kurva Serapan Maksimum Larutan Natrium Tetraboraks dengan Konsentrasi 0,6 ppm secara Spektrofotometri Sinar Tampak

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Fishman (1989) komplek resocyanin memiliki serapan

    maksimum dalam pelarut etanol pada panjang gelombang 540 nm. Dari hasil

    penentuan panjang gelombang dengan konsentrasi pengukuran yaitu 0,6 mcg/ml

    diperoleh panjang gelombang maksmum komplek resocyanin pada 545 nm

    dengan serapan 0,3936. Adanya perbedaan panjang gelombang ini masih dalam

    batas-batas yang diterima menurut Farmakope Indonesia edisi IV.

    4.3.2 Penentuan Waktu Kerja Natrium Tetraboraks

    Reaksi yang terjadi antara natrium tetraboraks dengan pereaksi kurkumin

    umumnya tidak stabil sehingga perlu dilakukan penentuan waktu kerja natrium

    tetraboraks. Penentuan waktu kerja (kestabilan warna) natrium tetraboraks dengan

    pereaksi kurkumin secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan selang

    waktu 2 menit setelah dikeringkan dari penangas air. Dari data waktu kerja,

    diperoleh data yang mempunyai kesamaan angka 4 desimal yaitu pada menit ke-

    10 hingga menit ke-12. Waktu ini cukup pendek, sementara untuk preparasi

    sampel juga dibutuhkan waktu beberapa menit, oleh karena itu dalam hal ini

    diambil sebagai waktu kerja adalah mulai dari menit ke-8 berhubung menit ke-8

    dan menit ke-9 punya selisih yang cukup kecil dengan menit ke-10 hingga menit

    ke-12. Dari data yang diperoleh, waktu pengukuran yang stabil dimulai dari menit

    ke-8 sampai menit ke-12.

    Data dapat dilihat pada lampiran 3.

    4.3.3 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Natrium Tetraboraks

    Pembuatan kurva kalibrasi larutan natrium tetraboraks dilakukan dengan

    membuat berbagai konsentrasi pengukuran yaitu 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 ppm,

    Universitas Sumatera Utara

  • kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 545 nm. Gambar Linearitas

    kurva kalibrasi natrium tetraboraks dapat dilihat pada gambar 2.

    Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Tetraboraks pada Panjang Gelombang 545 nm

    Dari hasil perhitungan persamaan regresi kurva kalibrasi diatas diperoleh

    persamaan garis Y = 0,7318X - 0,0034 dengan koefisien korelasi (r) sebesar

    Universitas Sumatera Utara

  • 0,9996. Hal ini berarti terdapat hubungan yang linear antara konsentrasi dengan

    serapan, karena harga koefisien korelasi (r) mendekati 1 (Sudjana, 1996).

    Data dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5.

    4.3.4 Kadar Natrium Tetraboraks pada Sampel

    Konsentrasi natrium tetraboraks dalam bakso ditentukan berdasarkan

    persamaan garis regresi linier kurva kalibrasi natrium tetraboraks yaitu Y =

    0,7318x 0,0034 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9996. Dari hasil

    pengukuran absorbansi larutan sampel maka dapat dihitung kadar sampel yang

    diperoleh. Dari data tersebut diperoleh kadar rata-rata natrium tetraboraks yang

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2. Kadar rata-rata natrium tetraboraks dalam Sampel dengan menggunakan metode Spektrofotometri Sinar Tampak

    Sampel Kadar rata-rata natrium tetraboraks(mg/g bahan) Bakso

    1,97870,0305

    Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat natrium tetraboraks

    masih dipakai oleh pedagang bakso untuk mengawetkan dan memperbaiki tekstur

    makanan, dan jumlah yang ditambahkan ternyata juga cukup besar.

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988,

    asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan

    pangan yang dilarang digunakan dalam produk makanan.

    4.3.5 Uji Perolehan Kembali

    Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel bakso dengan

    perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur yang sama dengan pengujian

    sampel. Hasil uji perolehan kembali (% recovery) dapat dilihat pada Tabel 3.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 3. % Perolehan Kembali Natrium Tetraboraks No Perolehan Kembali

    (%) Perolehan Kembali

    Rata-rata (%) 1 98,83 2 91,95

    95,413 3 93,67 4 94,79 5 98,99 6 94,25

    Hasil uji perolehan kembali (%) natrium tetraboraks dalam bakso adalah

    sebesar 95,41%. Hasil persen perolehan kembali ini memenuhi persyaratan uji

    akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah 80-120 %. Dari

    hasil yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode ini

    memberikan hasil yang akurat.

    4.3.6 Uji Keseksamaan (RSD)

    Uji keseksamaan dilakukan terhadap terhadap sampel bakso dengan

    perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur pengujian sampel. Hasil %

    Relatif Standar Deviasi yang diperoleh adalah 0,9452. Kriteria seksama diberikan

    jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau

    kurang (Harmita, 2004). Hasil yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan

    bahwa metode ini memberikan hasil yang seksama.

    4.3.7 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

    Untuk melihat kadar terkecil sampel yang masih dapat ditentukan oleh alat

    maka dilakukan perhitungan LOD dan LOQ. Pada analisa natrium tetraboraks

    diperoleh batas deteksi sebesar 0,0265 mg/g dan batas kuantitasi 0,0883 mg/g.

    Hasil pengukuran sampel minimum yang diperoleh 1,9617 mg/g berarti

    pengukuran sampel masih di dalam batas minimum dari ketelitian dan

    kecermatan. (Harmita,2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • Contoh perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6.

    4.4 Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks dengan Metode Titrasi Asam

    Basa

    4.4.1 Penentuan Kadar Natrium Tetraboraks dalam Sampel

    Hasilnya diperlihatkan pada Tabel 4

    Tabel 4 Kadar Natrium Tetraboraks dalam Sampel dengan metode Titrasi Asam Basa

    Sampel Kadar rata-rata Natrium tetraboraks(mg/gram bahan) Bakso

    2,2413 0,1154

    Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat natrium tetraboraks

    masih banyak dipakai oleh pedagang bakso untuk mengawetkan dan memperbaiki

    tekstur makanan, dan jumlah yang ditambahkan ternyata juga cukup besar,

    padahal pemerintah sudah mengeluarkan larangan agar jangan menggunakan

    bahan pengawet ini dalam makanan

    Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet

    berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan

    (Syah, 2005).

    4.4.2 Uji Perolehan Kembali

    Uji perolehan kembali pada metode titrasi asam basa dilakukan terhadap

    sampel bakso dengan perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur yang

    sama dengan pengujian sampel. Hasil uji perolehan kembali (% recovery) dapat

    dilihat pada Tabel 3.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 5. % Perolehan Kembali natrium tetraboraks No Perolehan Kembali

    (%) Perolehan Kembali

    Rata-rata (%) 1 2 3 4 5 6

    88,98 90,18 90,50 90,83 90,52 90,49

    90,25

    Hasil uji perolehan kembali (%) natrium tetraboraks adalah sebesar

    90,25%. Hasil persen perolehan kembali ini memenuhi persyaratan uji akurasi

    dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah 80-120 %. Namun bila

    dibandingkan dengan hasil perolehan kembali (%) yang didapat dengan

    menggunakan metode Spektrofotometri Sinar Tampak maka hasil perolehan

    kembali (%) metode titrasi Asam Basa ini lebih rendah persentasenya, berarti

    metode Spekrofotometri Sinar Tampak memiliki kecermatan yang lebih baik

    dibandingkan dengan metode Titrasi Asam Basa.

    4.5 Perbandingan Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks dengan

    Menggunakan Metode Titrasi Asam Basa dan dengan Menggunakan

    Metode Spektrofotometri Sinar Tampak

    Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 6 .

    Tabel 6 Perbandingan Kadar Natrium Tetraboraks yang Diperoleh dengan Metode Titrasi Asam Basa dan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak

    Spektrofotometri Sinar Tampak

    Titrasi Asam Basa

    Bakso (mg/g) 1,97870,0305 2,2413 0,1154

    Berdasarkan data yang diperoleh, kadar Natrium Tetraboraks yang

    diperoleh dengan metode Titrasi Asam Basa lebih tinggi dibandingkan dengan

    yang diperoleh dengan menggunakan metode Spekrofotometri Sinar Tampak. Hal

    Universitas Sumatera Utara

  • ini disebabkan karena Spektrofotometri Sinar Tampak memiliki kepekaan yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan Titrasi Asam Basa. Pada Spektrofotometri Sinar

    Tampak, absorbansi yang diperoleh merupakan serapan dari senyawa komplek

    yang terbentuk antara boron dalam asam borat (hasil penguraian natrium

    tetraboraks dalam air) sedangkan pada titrasi asam basa, banyaknya NaOH yang

    ditambahkan belum tentu hanya menetralkan keasaman dari asam borat, senyawa-

    senyawa yang ber-pH rendah juga ikut dinetralkan oleh NaOH. Oleh karena itu

    volume NaOH yang ditambahkan akan lebih tinggi sehingga kadar natrium

    tetraboraks yang diperoleh juga menjadi lebih tinggi.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Hasil identifikasi natrium tetraboraks dalam bakso daging sapi menunjukkan

    bahwa natrium tetraboraks ada digunakan sebagai pengawet pada bakso

    daging sapi.

    2. Hasil penetapan kadar natrium tetraboraks menunjukkan bahwa kadar natrium

    tetraboraks dengan menggunakan metode spektrofotometri sinar tampak dan

    metode titrasi asam basa tidak sama dimana kadar natrium tetraboraks yang

    ditetapkan dengan metode spektrofotometri sinar tampak lebih rendah yaitu

    1,97870,0305 mg/g dibandingkan dengan kadar natrium tetraboraks yang

    ditetapkan dengan metode titrasi asam basa yaitu 2,2413 0,1154 mg/g.

    Penetapan kadar natrium tetraboraks dengan metode Spektrofotometri Sinar

    Tampak memiliki kepekaan yang lebih tinggi dan selektif terhadap natrium

    tetraboraks yang diperiksa jika dibandingkan dengan Titrasi Asam Basa

    (Volumetri).

    5.2 Saran

    Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti dengan

    menggunakan sampel yang lain dan dengan menggunakan metode yang lain

    sehingga dapat dibandingkan.

    Universitas Sumatera Utara