ciri khas perilaku belajar

20
CIRI KHAS PERILAKU BELAJAR Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain Psikologi Pendidikan Oleh Surya (1982), disebut juga sebagai prinsip- prinsip belajar. Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah: 1) Perubahan itu Intensional perubahan yang terjadi dalam proses belajar ialah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti bertambahnya pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan terhadap sesuatu, keterampilan dan lainnya. Maka dari itu, perubahan yang diakibatkan mabuk, gila, dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya. 2) Perubahan itu Positif dan Aktif Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, berguna, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, seperti karena proses kematangan, akan tetapi karena proses itu sendiri. 3) Perubahan itu Efektif dan Fungsional Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berguna. Yakni, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, manfaat tertentu bagi peserta didik. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat

Upload: ies-achmad-membla

Post on 04-Jul-2015

1.770 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ciri Khas Perilaku Belajar

CIRI KHAS PERILAKU BELAJAR Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain Psikologi Pendidikan Oleh Surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:1) Perubahan itu Intensional

perubahan yang terjadi dalam proses belajar ialah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti bertambahnya pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan terhadap sesuatu, keterampilan dan lainnya. Maka dari itu, perubahan yang diakibatkan mabuk, gila, dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya.

2) Perubahan itu Positif dan Aktif

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, berguna, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya, seperti karena proses kematangan, akan tetapi karena proses itu sendiri.

3) Perubahan itu Efektif dan Fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berguna. Yakni, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, manfaat tertentu bagi peserta didik. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas (misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya).

Page 2: Ciri Khas Perilaku Belajar

Psikologi Belajar dan Ruang Lingkupnya

BAB IPENDAHULUANKegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran Pelajaran Agama Islam (PAI), sarat dengan muatan psikologis. Dengan kata lain, banyak aspek psikologis dalam proses pembelajaran yang harus dipahami oleh seorang pendidik demi tercapainya tujuan pendidikan. Mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam pembelajaran akan berakibat kegagalan. Untuk dapat memahami berbagai aspek psikologis dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran PAI, guru harus memahami berbagai konsep psikologi, khususnya psikologi belajar.Telah disebutkan di atas bahwa belajar dan mengajar merupakan konsep yang bermuatan psikologis. Islam melalui surat Al-Alaq dan Al-Muddatsir telah meletakkan dasar-dasar konsep psikologi bagi kehidupan manusia, khususnya dalam aktivitas belajar mengajar, terlebih khusus lagi pembelajaran PAI. Konsep dalam kedua ayat tersebut merupakan konsep ideal. Oleh karena itu wajarlah bila teori dan konsep psikologi pendidikan di dasarkan pada Al-Qur’an dan sunah.Banyak hal yang perlu dikuasai oleh seorang pendidik, bukan hanya hal-hal yang kasat mata dan lahiriah, tetapai juga harus menguasai hal-hal yang bersifat batiniah. Misalnya memahami perasaan, keinginan, jalan pikiran, dan emosi siswa, yang kesemuanya tercakup dalam ranah psikologi. Tanpa keahlian tersebut, pendidik tidak akan mampu memaksimalkan potensi siswa.BAB IIPEMBAHASANA. Psikologi BelajarPsikologi belajar terdiri atas dua kata, yaitu psikologi dan belajar.1. PsikologiKata psikologi berasal dari Bahasa Inggris psychology. Kata ini diadopsi dari Bahasa Yunani yang berakar dari dua kata yaitu psyche yang berarti jiwa atau roh, dan logos berarti ilmu. Jadi secara mudah psikologi berarti ilmu jiwa.Beberapa ahli memberikan pendapat mengenai arti psikologi. RS. Woodworth berkata psychology can be defined as the science of the activities of the individual (Woodworth, 1955:3). Ngalim Purwanto (1996:12) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku disini meliputi segala kegiatan yang tampak maupun yang tidak tampak, yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Sedang Sarwono (1976) mendefinisikan psikologi dalam tiga definisi. Pertama, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. Kedua, psikologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat manusia. Ketiga, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu dalam interaksi dengan lingkungannya.2. BelajarMuhibbin (2006) berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.Sedang menurut Morgan dalam Introdution to Psycology (1978) berpendapat belajar adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan.

Page 3: Ciri Khas Perilaku Belajar

Ngalim Purwanto (1996:14) menyatakan bahwa belajar memiliki empat unsur:a. Perubahan dalam tingkah lakub. Melalui latihanc. Perubahan relative mantapd. Perubahan meliputi fisik dan psikisJadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses menuju perubahan yang bersifat mantap melalui proses latihan dalam interaksi dengan lingkungan dan meliputi perubahan fisik dan mental.3. Psikologi BelajarDari pengertian masing-masing psikologi dan belajar, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa psikologi belajar adalah suatu ilmu yang mengkaji atau mempelajari tingkah laku manusia, didalam mengubah tingkah lakunya dalam kehidupan pribadi, kemasyarakatan dan kehidupan alam sekitar melalui proses pendidikan.Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa psikologi belajar menitik beratkan pada perilaku orang-orang yang terlibat dalam proses belajar, yaitu pendidik dan murid.B. Ruang Lingkup Psikologi BelajarAda beberapa pendapat mengenai ruang lingkup psikologi belajar yang diajukan para ahli. Adapun yang dianggap mewakili dari berbagai pendapat tersebut, yaitu ruang lingkup yang terdiri atas belajar, proses belajar, dan situasi belajar.1. Belajara. TeoriAda beberapa teori dalam belajar. Adapun yang paling menonjol antara lain:1) Teori KoneksionismeTeori ini dikembangkan Edward Thorndike (1874-1949). Ia ber-pendapat bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon.2) Teori Pembiasaan KlasikalTeori ini berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan Ivan Pavlov (1849-1936). Ia berpendapat belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon.3) Teori Pembiasaan Perilaku ResponsPembuat teori ini adalah Burrhus Frederic Skinner (1904). Belajar adalah hubungan antara respon dan stimulus yang berdasarkan pada penguatan (reinforcement).4) Teori Pendekatan KognitifMenurut teori ini, belajar bukan hanya peristiwa behavioral (jasmani) tapi juga peristiwa mental.b. Hakikat BelajarBelajar secara hakikat berarti suatu proses menuju pendewasaan manusia ke arah yang lebih baik melalui pelatihan. Selain itu, belajar merupakan salah satu fitrah manusia sebagai sifat dasar manusia yang harus dipenuhi dan melekat sejak lahir.c. Jenis BelajarMenurut Gagne (dalam MOPC:2004), ada lima jenis belajar yaitu:1) Belajar informasi verbal2) Belajar kemahiran intelektual3) Belajar pengaturan kegiatan intelektual4) Belajar keterampilan motorik5) Belajar sikapd. Typologi atau Gaya Belajar SiswaAda banyak cara dan gaya belajar yang dilakukan para siswa. Namun dapat digolongkan sebagai berikut:

Page 4: Ciri Khas Perilaku Belajar

1) Field Dependence Vs Field IndependenceField Dependence berarti siswa mau belajar apabila ada pengaruh dari luar. Sebaliknya gaya Field Independence berarti siswa belajar secara mandiri2) Preseptive Vs ReseptivePreseptive adalah gaya belajar dengan mengatur atau mengorganisasi konsep yang ada. Sedang receptive berarti kecenderungan siswa menerima pelajaran secara mendetail.3) Impulsive Vs ReflektiveImpulsive adalah kecenderungan untuk cepat-cepat mengambil keputusan tanpa perhitungan yang mendalam. Sedang reflective berarti siswa mempertimbangkan semua konsep yang masuk.4) Intuitive Vs SistematisIntuitive adalah kecenderungan menyelesaikan masalah dengan perasaan. Sedang sistematis berarti siswa memecahkan masalah melalui struktur dan tata urutan yang jelas.e. Karakteristik Perubahan Hasil belajar1) Perubahan IntensionalPerubahan ini berarti bahwa sebagai hasil belajar ada perubahan yang dapat dirasakan seperti tambah pengetahuan, kebiasaan, sikap, keterampilan, dan pandangan.2) Perubahan Positif AktifPerubahan positif berarti bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan dan relative baru. Sedang perubahan aktif berarti perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memang diusahakan.3) Perubahan Efektif dan FungsionalArtinya perubahan yang ada berdaya guna dan dapat dimanfaatkan suatu saat bila dibutuhkan.f. Metode Belajar1) SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)a) Guru menyuruh siswa memeriksa bahan yang akan diajarkanb) Guru menuntun siswa agar membuat daftar pertanyaan mengenai teksc) Guru memerintahkan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaand) Guru memerintahkan untuk menyebutkan jawabane) Guru memerintahkan untuk meninjau ulang jawaban2) Pelajarana) Berdo’a, baca pelajaran yang lalu dan yang akan dipelajarib) Periksa keperluan belajarc) Konsentrasikan pada apa yang disampaikand) Catat pokok pembahasane) Ajukan pertanyaanf) Seringlah ke perpustakaan untuk bahan tambahan3) Belajar Sendiria) Berdo’a, lalu pelajari catatan singkat hasil belajar di sekolahb) Buat pertanyaan mengenai catatan tersebutc) Ulangi beberapa kali agar fahamd) Pilih waktu belajar yang cocok dan sesuaie) Sebelum tidur, ulangi pertanyaan dan jawabannya2. Proses Belajara. Tahapan Proses Belajar1) Bayi: belajar makan, berjalan, berbicara, mengenali benda sekitar2) Anak-anak: belajar keterampilan fisik, bergaul, mengembangkan keterampilan

Page 5: Ciri Khas Perilaku Belajar

membaca dan berhitung3) Remaja: belajar etika dan peran, mencari peranan social, mengoptimalkan fungsi tubuh, dan belajar menjadi ‘orang’4) Dewasa: belajar mandiri, mencari pasangan, mengelola rumah, bekerja, bertanggung jawab sebagai warga5) Setengah baya: belajar bertanggung jawab, membantu anak, mengembangkan aktivitas, mencapai kepuasan dalam profesi6) Tua: belajar menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan dan fungsi tubuh, menyesuaikan dengan kematian pasanganb. Perwujudan Perilaku Belajar1) Kebiasaan. Tiap siswa yang telah mengalami proses belajar kebiasaannya akan berubah. Dalam proses belajar pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan.2) Keterampilan. Dalam belajar individu akan melakukan gerak motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang tinggi dan terkontrol.3) Pengamatan. Yaitu menganali dunia luar dengan panca indra, kemudian memprosesnya menjadi informasi4) Daya ingat. Siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan bertambahnya simpanan materi dalam otak.5) Rasional. Siswa akan mampu berpikir rasional terutama dalam hal pemecahan masalah dan analisanya.6) Sikap. Perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan baru yang telah berubah.7) Afektif. Seorang siswa setelah belajar akan memiliki perasaan tertentu, seperti gembira, sedih, takut, benci dll.c. Tingkatan BelajarMenurut Robert Gagne (dalam Tohirin:2005) tingkatan belajar ada delapan, yaitu:1) Mengenal tanda isyarat sederhana2) Menghubungkan stimulus dengan respon3) Merangkai dua respon atau lebih4) Menghubungkan sebuah label kepada stimulus5) Diskriminasi, yaitu menghubungkan suatu respon yang berbeda pada stimulus yang sama6) Mengenal konsep, yaitu menempatkan beberapa stimulus yang tidak sama dalam kelas yang sama7) Mengenal prinsip, yaitu menghubungkan dua konsep Pemecahan masalah, yaitu menggunakan prinsip-prinsip untuk merancang suatu respond. MotivasiMotivasi memiliki peran yang vital sebagai motor penggerak siswa belajar. Bagaimanapun situasi dan kondisi lingkungan, dengan motivasi tinggi dapat diharapkan hasil belajar yang baik.Motivasi dibagi dalam dua bagian yaitu:1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari diri sendiri. Misalnya keinginan memahami suatu konsep.2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar siswa. Motivasi ini bisa berasal dari dorongan guru, orang tua atau takanan siswa lain.e. Kesulitan dalam Belajar1) Faktor intern siswaa) Rendahnya intelektualitas / kecerdasanb) Labilnya emosi dan sikap

Page 6: Ciri Khas Perilaku Belajar

c) Terganggunya alat indra2) Faktor ekstern siswaa) Tidak harmonisnya hubungan orang tuab) Ekonomi lemahc) Teman yang nakal dan malasd) Letak sekolah yang tidak strategise) Sarana yang tidak memadai3. Situasi Belajara. Lingkungan fisik1) Kelas: tata ruang, tata bangku, kebersihan, pencahayaan, ventilasi, peralatan dan perlengkapan belajar2) Sekolah: letak sekolah, kelengkapan ruang belajar, kerindanganb. Lingkungan non fisik1) Kelas: situasi siswa (ramai, malas, rajjin, pandai dll), kecakapan guru2) Sekolah: situasi sekolah (ramai karena dipinggir jalan, riuh karena sedang ada acara sekolah dll), hubungan sekolah dengan masyarakat sekitarBAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan1. Psikologi belajar adalah suatu ilmu yang mengkaji atau mempelajari tingkah laku manusia didalam mengubah tingkah lakunya dalam kehidupan pribadi, kemasyarakatan dan kehidupan alam sekitar melalui proses pendidikan.2. Ruang lingkup psikologi belajar antara lain:a. Belajar1) Teori2) Hakikat belajar3) Jenis belajar4) Gaya belajar5) Karakteristik hasil belajar6) Metode belajarb. Proses belajar1) Tahapan proses belajar2) Perwujudan perilaku3) Tingkatan belajar4) Motivasi5) Kesulitan belajarc. Situasi belajar1) Lingkungan fisik2) Lingkungan non fisikDAFTAR KEPUSTAKAANDepag, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Depag, 2004Hamalik Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1992Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar, Bandung: Sinar Baru, 1991Ngalim Purwanto: Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rosda Karya, 1996Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam , Jakarta: Grafindo Persada, 2005

JENIS-JENIS   BELAJAR

Filed under: Pendidikan by UDHIEXZ — 9 Komentar

13- Agustus- 2008

Page 7: Ciri Khas Perilaku Belajar

JENIS-JENIS BELAJAR

A. Jenis-Jenis Belajar

Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan

itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri masing-

masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi

jenis-jenis belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini

belum ada kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block

misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis

belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang

dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.[1]

Jenis-jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini merupakan

penggabungan dari pendapat ketiga ahli di atas. Walaupun begitu, dari pendapat

ketiga para ahli di atas, ada jenis-jenis belajar tertentu yang tidak dibahas dalam

kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku yang dibahas.

Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut

masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis,

belajar kaedah, belajar konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan belajar

estetik. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut.

1. Belajar arti kata-kata

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang

terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah

dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah mengetahui

kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang

yang disebutkan dengan kata itu. Namun lam kelamaan dia mengetahui juga apa arti

kata “kucing” atau “anjing”,. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat

dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya

“kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu

Page 8: Ciri Khas Perilaku Belajar

bahwa anjing bertubuh besar dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu

bertubuh kecil dengan telinga yang kecil dari pada anjing.

Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum

diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat

menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-

kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami

kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri dalam setiap

kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya

kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting

dalam belajar.

2. Belajar Kognitif

Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah

mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui

tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.

Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya

kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam

perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya

selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat

menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan

atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau

kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki,

maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak

pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran

kognitif orang itu.

Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa

melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak

berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati.

Page 9: Ciri Khas Perilaku Belajar

Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak kea rah

perubahan.

3. Belajar Menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam

ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah,

sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu

waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.

Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu

mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam

menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi

tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian

adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.

4. Belajar Teoritis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta

{pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami

dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang

studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-konsep

dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup semua persegi

empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-

tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-

metode untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan efesien, misalnya

dalam penelitian fisika.

5. Belajar Konsep

Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek

yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu

mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek

ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran

Page 10: Ciri Khas Perilaku Belajar

orang dalam bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat

dilambangkan dalam bentuk suatu kata {lambang bahasa}.

Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.

Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam

lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan,

rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah

konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas

dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan

adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman,

bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat

dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun. Untuk memberikan

pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan dengan

menggunakan lambang bahasa.

Ahmad adalah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan {realitas},

tetapi tidak dapat diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu

dapat diketahui dengan menggunakan lambang bahasa. Kata “saudara sepupu”

dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara sepupu” itulah yang dimaksudkan disini

dengan konsep yang didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan,

didapatkan pengertian, sauadara sepupu adalah anak dari paman atau bibi.

Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar

pengertian. Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir.

Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.

6. Belajar Kaidah

Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual

{intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne.[2] Belajar kaidah adalah bila dua

konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang

mereprensikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah,

mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi

Page 11: Ciri Khas Perilaku Belajar

dipanaskan memuai”, karena seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai

“besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang

tetap antara ketiga konsep dasar itu {besi, dipanaskan, dan memuai}, maka dia

dengan yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.

Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah

merupakan suatu representasi {gambaran} mental dari kenyataan hidup dan sangat

berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah

merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar

kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan

ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi {universitas}.

semoga uraian di atas dapat menjadi penghubung dalam memahami

belajar kaidah-kaidah di dalam menuntut ilmu..

7. Belajar Berpikir

Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus

dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam

pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya

menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.

Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen.

Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban

yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah.berpikir divergen adalah

berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang

berbeda-beda tetapi benar.

Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan

masalah adalah sebagai berikut.

a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.

b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.

c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.

Page 12: Ciri Khas Perilaku Belajar

d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian

hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau

ditolak.

e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku

sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada

kesimpulan.

Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah

sebagai berikut.

a. Kesadaran akan adanya masalah.

b. Merumuskan masalah.

c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.

d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.

e. Menerima hipotesis yang benar.

Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi pemecahan

masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat

antara macam-macam langkah tersebut. Lebih-lebih apabila orang berusaha

memecahkan masalah-masalah yang kompleks.[3]

B. Prinsip-Prinsip Belajar

Telah dipahami belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak

berubah, berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan.

Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar.

Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan

efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan

jalan kea rah keberhasilan.[4] Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat

menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana

dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.

Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut:

Page 13: Ciri Khas Perilaku Belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional;

2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;

3. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;

4. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;

5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya;[5]7. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang;8. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang di mana anak dapat

mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif;9. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;10. Belajar adalah proses kontiguitas {hubunagan antara pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain} sehingga mendapatkan pengertian yang diharapakan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan;

11. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa;

[1]. Drs. Syaiful Bahri Djamarah “Psikologi Belajar”, Rineka Cipta, Jakarta. 2002, Hal. 27[2]. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., Hal. 32[3]. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., Hal. 34[4]. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., Hal. 61[5].Drs. Slameto “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, Rineka Cipta, Jakarta, 1988. Hal