ckj. 1 metode pelaksanaan (rev)

13
METODE PELAKSANAAN 1. PENDAHULUAN Umum Dalam setiap proyek konstruksi terutama yang telah kompleks baik dari lingkup pekerjaan , tingkat kesulitan, lokasi pembangunan, biaya yang dibutuhkan, koordinasi antar disiplin, maupun pelaksanaannya, dibutuhkan suatu master plan perencanaan pelaksanaan yang matang agar didapat hasil pekerjaan yang memenuhi kualitas yang diharapkan dengan tetap memegang waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan maupun spesifikasi teknis dan Rencana Kerja dan syarat yang ada. Bagi kontraktor pelaksana pekerjaan-pekerjaan seperti ini merupakan hal yang telah biasa dan sering dikerjakan ditempat lain. Mengerjakan pekerjaan Jalan Lingkungan Jalan Bango Raya tidaklah mempunyai karakteristik tertentu , walaupun demikian diperlukan segi perapihan pada kekerjaan-pekerjaan detail sehingga diperlukan tenaga kerja terampil dan pengawasan yang harus dikerjakan oleh pihak pemberi tugas secara kontinyu. Secara umum dalam pelaksanaan suatu proyek, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Jadwal pelaksanaan kerja 2. Jenis pekerjaan dan volume masing-masing pekerjaan 3. Pengadaan bahan. 4. Kemampuan/ ketrampilan dan pengetahuan para pekerja / pelaksana 5. Iklim setempat 6. Peralatan yang akan dipergunakan. 7. Lingkungan Site (Jalan masuk, areal kerja, penempatan bahan/material,dll) 8. Spesifikasi teknis yang telah ditetapkan 9. Koordinasi teknis yang telah ditetapkan 10. Cara pencairan dana atau pembayaran hasil pekerjaan. Hal-hal tersebut dirangkum dalam suatu sistem manajemen yang telah disepakati oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang yang menjadi acuan bagi pelaksanaan , sehingga hasil yang diharapkan dapat sesuai , dengan baik dri segi mutu, waktu dan biaya , maupun kemudahan dalam pelaksanaan. 2. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan meliputi :

Upload: endrawati-een

Post on 25-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

metode kerja

TRANSCRIPT

METODE PELAKSANAAN

METODE PELAKSANAAN1. PENDAHULUAN

Umum

Dalam setiap proyek konstruksi terutama yang telah kompleks baik dari lingkup pekerjaan , tingkat kesulitan, lokasi pembangunan, biaya yang dibutuhkan, koordinasi antar disiplin, maupun pelaksanaannya, dibutuhkan suatu master plan perencanaan pelaksanaan yang matang agar didapat hasil pekerjaan yang memenuhi kualitas yang diharapkan dengan tetap memegang waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan maupun spesifikasi teknis dan Rencana Kerja dan syarat yang ada.

Bagi kontraktor pelaksana pekerjaan-pekerjaan seperti ini merupakan hal yang telah biasa dan sering dikerjakan ditempat lain.

Mengerjakan pekerjaan Jalan Lingkungan Jalan Bango Raya tidaklah mempunyai karakteristik tertentu , walaupun demikian diperlukan segi perapihan pada kekerjaan-pekerjaan detail sehingga diperlukan tenaga kerja terampil dan pengawasan yang harus dikerjakan oleh pihak pemberi tugas secara kontinyu.Secara umum dalam pelaksanaan suatu proyek, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Jadwal pelaksanaan kerja

2. Jenis pekerjaan dan volume masing-masing pekerjaan

3. Pengadaan bahan.

4. Kemampuan/ ketrampilan dan pengetahuan para pekerja / pelaksana

5. Iklim setempat

6. Peralatan yang akan dipergunakan.

7. Lingkungan Site (Jalan masuk, areal kerja, penempatan bahan/material,dll)

8. Spesifikasi teknis yang telah ditetapkan

9. Koordinasi teknis yang telah ditetapkan

10. Cara pencairan dana atau pembayaran hasil pekerjaan.

Hal-hal tersebut dirangkum dalam suatu sistem manajemen yang telah disepakati oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang yang menjadi acuan bagi pelaksanaan , sehingga hasil yang diharapkan dapat sesuai , dengan baik dri segi mutu, waktu dan biaya , maupun kemudahan dalam pelaksanaan.2. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan meliputi :

a. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pekerjaan pengukuran kembali

2. Pekerjaan Papan nama Proyek

3. Pembersihan semak-semak

4. Pekerjaan penebangan pohon

5. Pekerjaan pemasangan bouwplank

6. Pekerjaan pembuatan gudang dan los kerja

7. Pekerjaan penyiapan kantor direksi

8. Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi

9. Laporan , dokumentasi dan Administrasi

10. Penyiapan gambar shop drawing atau rencana kerja sesuai dengan kondisi dilapangan.

b, PEKERJAAN JALAN LINGKUNGAN JALAN BANGO RAYA1. DIVISI -1 UMUMMobilisasi Dan Demobilisasi

2. DIVISI lll PEKERJAAN TANAHGalian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Milling Machine (Manual )

3. DIVISI - XI PERLENGKAPAN JALAN DAN UTILITASKerb Abu-Abu Pracetak Uk. 10.20.40 K.300

Paving Block, t = 6 Cm K - 350

Topi Uskup, t = 6 Cm K - 350

Ditinjau dari lokasi kegiatan yang terletak dalam suatu komplek perkantoran diperlukan perencanaan yang baik selama konstruksi berlangsung , baik dari segi jam kerja maupun penggunaan bahan, dan kotoran-kotoran maupun limbah yang dihasilkan. Dengan pertimbangan aspek-aspek tersebut maka site plan dan jadwal pelaksanaan yang teratur dan terencana dengan baik akan sangat menunjang pelaksanaan , terutama mengingat lahan kerja yang relatif sempit dan kegiatan rutin kantor tersebut.Sedangkan kebutuhan penunjang untuk memperlancar pekerjaan tersebut diantaranya adalah unsur-unsur sebagai berikut :

3. Bangunan lapangan (keet) , stok material, listrik dan air kerja.

Tempat penimbunan material sementara tidak mengganggu proses bongkar muat dari kendaraan pengankut material.

4. Jalan sementara proyek

5. Parit atau selokan sementara.

6. Pagar proyek/ pengaman pekerjaan dan material. (bila diperlukan)7. Sampah eks material konstruksi.

3. PEKERJAAN PERSIAPAN

Yang dimaksud pekerjaan persiapan disini adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan pertama kali sebelum pelaksanaan kekerjaan pokok dimulai.

Yang termasuk dalam pekerjaan ini antara lain meliputi :1. Mobilisasi.

2. Pembersihan lahan / bongkaran

3. Pembuatan pagar sementara (bila diperlukan)4. Direksi keet dan lain sebagainya.(bila diperlukan)Pekerjaan persiapan ini baru akan dimulai setelah kontraktor pelaksana memperoleh perintah dari pihak pemberi tugas dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang

4. TAHAP PEKERJAAN

1. Pekerjaan persiapan

Tahap awal persiapan diarahkan pada imtern dinas terkait dan lokalisasi kegiatan dengan pemagaran sementara.

2. Bangunan bangunan pendukung dibuat dilokasi pekerjaan.

3. Setting dan pengukuran , untuk mengetahui batas-batas pembangunan, titik ketinggian/ kedalaman, titik Back Mark/ titik acuan penentuan bangunan dan sebagainya. Hasil-hasil pengukuran itu menjadi data eksisting bagi pembuat gambar rencana awal kerja maupun as bilt drawing.

.Pekerjan Galian

1. Tahap Pekerjaan

a. Tentukan batas-batas penggalian berikut peil (ketinggian/kedalaman) sesuai gambar yang telah diberikan oleh konsultan atau direksi.

b. Penggalian dilakukan dengan cara manual (tenaga manusia)

c. Tanah hasil galian (setelah diperhitungkan terhadap volume urugan) dilokalisir didekat pintu masuk sehingga proses muat ke truk pembuangan mudah dilaksanakan jika ada pembuangan puing.

d. Hal penting dalam tahap pekerjaan ini adalah pengendalian aliran air permukaan tanah , bertujuan untuk menjaga agar lokasi tempat kerja terbatas dari genangan air, bak air tanah maupun air hujan.

2. Alat-Alat yang digunakan

a. Perlengkapan penggalian / alat pertukangan

b. Bor tangan (bila diperlukan)

c. Pompa air

3. Kendaraan angkut.

PELAKSANAAN1) Pekerjaan Persiapan untuk Lapis Pondasi Agregata) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan Seksi 8.1 dan 8.2 dari Spesifikasi ini.b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya, sesuai dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1 dari Spesifikasi ini.c) Sebelum pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar yang akan dilapisi harus telah dipersiapkan memenuhi persyaratan dan telah ditangani sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan dengan panjang paling sedikit 100 meter secara menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang hanya kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka harus dilakukan penggaruan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama dengan greder agar diperoleh tahanan geser yang lebih baik.2) Penghamparana) Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.3). Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.b) Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.c) Lapis Pondasi Agregat harus diangkut, dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.3) Pemadatana) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.b) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 1,5 % di bawah kadar air optimum sampai 1,5 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang bersuper elevasi, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.5.1.4 PENGENDALIAN MUTU1) Pengujiana) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.2.5) minimum tiga contoh yang mewakili setiap sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan tersebut.b) Bahan baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan dari direksi pekerjaan atas mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya maka seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi.c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan satu (1) uji penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, mengunakan SNI 03-2828-1992. Pengujian harus dilakukan pada seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.2) Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat Yang Tidak Memenuhi Ketentuana) Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi ketentuan toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.2.3), atau yang permukaannya menjadi tidak rata baik selama pelaksanaan atau setelah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan membongkar lapis permukaan tersebut dan mengurangi atau menambahkan bahan sebagaimana diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal rentang kadar air seperti yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.3) atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dan dilanjutkan dengan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup serta garuk kembali hingga kadar air campuran merata.c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang ditentukan dalam rentang kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.3) atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru secara berulang-ulang pada cuaca kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut diganti dengan bahan lain yang memenuhi ketentuan.d) Perbaikan atas Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggaruan disertai penyesuaian kadar air dan pemadatannya kembali.3) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah PengujianSeluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus segera ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dengan bahan Lapis Pondasi Agregat, diikuti pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan dan dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan toleransi permukaan dalam Spesifikasi ini

3PELAKSANAAN3.1Pekerjaan Persiapan untuk Paving Blok

Sebelum p aving b lok m ulai d ipasang, h arus d iperhatikan s yarat-syarat ya ng h arus d ipenuhi s ebagai berikut:

a.Disain Paving Blok untuk Beban Kendaraan Ringan

Disain perkerasan paving blok ini ditujukan spektrum jalan umum dengan beban hingga 11 ton, meliputi cul-de-sacs, jalan umum, lahan parkir, jalan dengan lalu lintas ringan dan jalan perumahan. Tahap-tahap yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1.Penentuan Daya Dukung Sub Grade

Kekuatan sub grade ditentukan oleh nilai California Bearing Ratio (CBR). Nilai CBR ini diperoleh dari laporan penyelidikan tanah oleh laboratorium. Jika tidak diperoleh data CBR laboratorium, maka perkiraan nilai CBR dapat ditentukan sebagai berikut:

Tipe SubgradeIndeks PlastisitasCBR (%)

Lempung702

602

502

403

Lempung silt304

Lempung berpasir205

105

Silt1

Pasir gradasi buruk20

Pasir gradasi baik40

Pasir gradasi baik sekali60

2.Penentuan Daya Dukung Sub Base

Jika tidak diperoleh data CBR laboratorium, maka perkiraan nilai CBR dapat ditentukan sebagai berikut:

Batu atau TanahUji Lapangan SederhanaCBR

TipeKondisi

BatuKerasMemerlukan alat penggali mekanisDiatas 5%

Pasir berbatuPadatPancang 5 0 m m s ulit m enembus

kedalaman 150 mm> 5%

Lempung

Lempung berpasirKakuTidak dapat dibentuk oleh tangan

Membutuhkan linggis tajam5 2%

Lempung

Lempung berpasirSedangDapat dibentuk oleh tangan

Membutuhkan sekop5 2%

PasirLempung siltPasir lempunganGemburGumpalan kering mudah pecah

Pancang 50 mm mudah menembus tanah2%

SiltLempung berpasir Lempung silt LempungLunakDapat d engan m udah d ibentuk o leh

tangan< 2%

SiltLempung berpasir Lempung silt LempungSangat lunakMeleleh ketika diremasPenyelidikan

lebih lanjut

Untuk tanah gembur, lunak dan sangat lunak, meliputi pasir, silt dan lempung, diperlukan petunjuk le bih la njut d ari Direksi Pekerjaan. Tabel d i a tas d apat d iaplikasikan u ntuk m uka a ir tanah 300 mm atau lebih di bawah level sub base. Petunjuk Direksi Pekerjaan diperlukan ketika muka a ir t anah t erlalu d ekat a tau a danya k eraguan t erhadap k ondisi la han. D i lo kasi d imana CBR bervariasi dari satu tempat dengan tempat lainnya, nilai terendah yang diambil.3.Penentuan Jumlah Kendaraan Berat

Jumlah kendaraan berat yang lewat menggunakan ruas ini harus diperoleh. Sebagai acuan dapat digunakan tabel sebagai berikut:

KategoriJumlahkendaraanberat per hariLokasi

II>= 5< 5Kendaraan berat dengan intensitas sedangLahan parkir dengan lalu lintas berat yang jarang

IIIa< 1Pedestrian area dengan lalu lintas kendaraan

IIIb0Lahan parkir dan pedestrian

IVPekarangan rumah

Area khusus pejalan kaki

4.Ketebalan Paving

Ketebalan paving ditentukan berdasarkan kategori, CBR serta ketebalan tiap layer diperoleh sebagai berikut:

KategoriKetebalan Sub Base mmCBRLapisPondasi Atas mmPasir Alas mmKetebalanPaving minimum mm

=6%

II4003502501501501253080

IIIa35030022515015005060

2501501001000703060

IIIb30025017510010005060

IV200150125100005060

b.Disain Paving Blok Untuk Kendaraan Berat

1.Penentuan Daya Dukung Subgrade (CBR)Tipe TanahIndeksPlastisitasMuka Air Tanah TinggiMuka Air Tanah Rendah

Kondisi KonstruksiKondisi Konstruksi

BurukSedangBaikBurukSedangBaik

Lempung701.5 2.02.02.01.5 2.02.02.0 2.5

601.5 2.02.02 .0 2.51.5 2.02.02.0 2.5

501.5 2.02.0 2.52.0 2.52.02 2.52.0 2.5

402.0 2.52.5 3.02.5 3.02.53.03.0 3.5

Lempung Silt302.5 3.53.0 4.03.5 5.03.0 3.54.04.0 6.0

Lempungberpasir202.5 4.04 54.5 7.03.0 4.05.0 6.06.0 8.0

101.5 3.53.0 6.03.5 - 7.02.5 - 4.04.5 7.07.0 - > 8.0

Silt-1.01.02.01.02.02.0

Pasir gradasi

buruk-20

Pasir gradasibaik-40

Kerikilberpasir-60

Muka Air Tanah Tinggi adalah 300 mm atau lebih di bawah lapisan subgrade dan Muka Air Tanah Rendah adalah 1 meter atau lebih di bawah lapisan subgrade. Kondisi baik adalah dimana s ubgrade t elah d iperbaiki ko ndisinya. K ondisi b uruk a dalah d imana t idak a da perbaikan subgrade.

2.Penentuan Jumlah Kendaraan Berat

Kendaraan berat per hariLalu Lintas Kumulatif

Umur disain 20 tahunUmur disain 40 tahun

0%Pertumbuhan2%Pertumbuhan0%Pertumbuhan2%Pertumbuhan

300.20.30.40.6

1200.8123

2502369

500681522

10001622

3.Penentuan Tebal Perbaikan Lapisan dan Sub Base

Penentuan Tebal Perbaikan Lapisan dan Sub Base, atau Sub Base tunggal, tergantung nilai

CBR dan kondisi lalu lintas.Opsi Pondasi< 2%> 2% -< 3%> 3% -< 4%> 4% -< 5%> 5% -< 10%> 10% -< 15%> 15% -< 30%

Tidak ada lalu lintasSubbase/peningkatan lapis150/150150/150Sub Base Tunggal

Sub base170150150150150150

Hingga 4 rumah2000 m2Sub

base/peningkatan lapis150/210150/180150/150Sub Base Tunggal

Sub base250190160150150150

Hingga 20 rumahSubbase/peningkatan lapis150/370150/250150/170150/160150/150150/150150/0

Sub base310240210180150150

Hingga 50 rumah area komersial5000 m2Subbase/peningkatan lapis150/470150/340150/250150/220150/200150/150150/0

Sub base350270230200160150

Hingga 80 rumah area komersial8000 m2Sub

base/peningkatan lapis150/600150/450150/350150/300150/250150/180150/0

Sub base400310270225180150

PengembanganArea Luas50000 m2Sub

base/peningkatan lapis200/600200/450150/450150/350150/300150/250150/150

Sub base450350310270240225

4.Penentuan Ketebalan Paving

Penentuan Ketebalan Paving dapat diperoleh dari jumlah standar gandar yang menggunakan perkerasan dalam umur disainnya dan tipe dari Lapis Pondasi Atas yang digunakan dengan tabel sebagai berikut:

Jumlahgandarstandar (dalam juta)Tebal Lapis PondasiAtas Kelas B (mm)TebalPasirAlas(mm)Tebal Paving Blok

0.5 1.51303060

1.5 4.01303080

4.0 8.01803080

8.0 12.02303080

3.2Metode Konstruksi

a.Apabila p emasangan kansteen diperlukan untuk m engunci p osisi paving b lok, m aka kansteen yang terpasang harus dipastikan posisinya cukup kuat dengan penempatan campuran mortar dengan perbandingan 1 semen dan 3 pasir terhadap berat.

b.Pasir alas seperti yang dipersyaratkan, segera digelar di atas lapisan base, kemudian diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan seragam dan mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan base.

c.Penggelaran p asir a las t idak m elebihi j arak 1 m eter d i d epan p aving b lok t erpasang d engan t ebal screeding max. 5 0 mm, lalu d ipadatkan. Kemudian dilanjutkan dengan p enggelaran pasir d engan ketebalan max. 15 mm di atas pasir padat. Dilanjutkan dengan perataan permukaan pasir alas menggunakan jidar kayu. Pasir alas selanjutnya tidak boleh terganggu dengan getaran apapun sampai dengan pemasangan blok dilakukan.

d.Untuk instalasi paving blok menggunakan formasi herring bone (tulang ikan 45 derajat), maka diperlukan topi uskup pada sisi kiri dan kanan ruas untuk mengunci dan membantu membentuk formasi 45 derajat dari posisi paving yang akan dipasang.

e.Kansteen, gutter, m anhole atau s ejenisnya h arus s udah t erpasang sebelum p emasang p aving b lok, demikian juga untuk instalasi dibawah paving blok seperti drainage/saluran, juga harus dilaksanakan sebelum pemasangan paving blok.f.Pemasangan paving blok harus dimulai dari satu titik / garis (starting point) di atas lapisan pasir alas

(laying course)

g.Tentukan k emiringan dengan m enggunakan benang yang ditarik tegang d an diarahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang sebagai garis B, kemudian buat pasangan kepala masing- masing di ujung benang tersebut.

h.Pemasangan p aving b lok h arus s egera d ilakukan m enyusul s etelah p enggelaran p asir a las. H indari terjadinya k ontak la ngsung a ntara b lok d engan m embuat c elah/naat d engan s pasi 2 -3 mm untuk pengisian joint filler.

i.Pemotongan paving blok dapat dilakukan dengan cutter (pemotong paving) yang telah disetujui penggunaannnya o leh D ireksi P ekerjaan. P otongan d apat d igunakan h ingga 1 /3 d ari t otal p anjang paving. P otongan p aving b lok k urang d ari 1 /3 p anjang t idak d apat d igunakan. P emotongan p aving blok dengan arah memanjang harus dihindarkan.

j.Pemasangan p aving b lok h arus maju, ke mudian p ekerja m engambil p osisi d i a tas b lok y ang s udah terpasang.

k.Stretcher (paving pengunci) harus dipasang di setiap tikungan, pada posisi awal tikungan, posisi tengah tikungan (apex) dan posisi akhir tikungan.

l.Jika tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang permukaan paving blok minimal mencapai 2% dan maksimal 4% dengan toleransi cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter garis lurus dan 20 mm untuk jarak 10 meter garis lurus. Pembedaan maksimum kerataan pasangan antar blok tidak boleh melebihi 3 mm.

m. Pengisian joint filler segera dilakukan menyusul pemasangan paving blok dan dilanjutkan dengan pemadatan.

n.Pemadatan d ilakukan d engan m enggunakan a lat p late c ompactor yang m empunyai p late a rea 0 .35 sampai 0.50 m2 dengan gaya sentrifugal sebesar 16 20 kN dan getaran dengan frekwensi 75 100Hz. P emadatan h endaknya d ilakukan s ecara s imultan b ersamaan d engan p emasangan p aving b lok dengan minimal akhir pemadatan adalah 1 meter di belakang akhir pemasangan.

Adalah s uatu h al yang m engandung r esiko j ika m eninggalkan p asangan p aving b lok tanpa a danya pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi dan pergeseran garis joint akibat adanya pengaruh lintasan troli (alat handling) di lapangan. Pemadatan biasanya dilakukan sebanyak 2 putaran, putaran pertama ditujukan untuk memadatkan pasir alas dengan penurunan 5

25 m m ( tergantung p asir y ang d ipakai). P emadatan p utaran k edua, d isertai d engan m enyapu p asir pengisi celah/naat blok, dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.TANGERANG, 25 Oktober 2011

PENAWAR

CV. CIPTA KALIMA JAYA

MAHFUDIN FAQIH

Direktur