cognitive vs personality

Upload: dzakwan13

Post on 16-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Cognitive Personality

TRANSCRIPT

BAB I

COGNITIVE VS PERSONALITY

TERHADAP NIAT PENGGUNAAN TEKNOLOGI (INTERNET)ABSTRACTThis research compares two models of intention to use internet. The research intends to find out which of the two models better explains the intention to use internet. The first model is cognitive and second model is personality. The underpinning theory of this research is theory acceptance model for cognitive model and Big Five personality approach. Hypothesis that are proposed 1) perceived usefulness will have a positive influence on the intention to use internet, 2) perceived ease of use will have a positive influence on the intention to use internet, 3) computer anxiety will have a negative influence on the intention to use internet, 4) affect will have a positive influence intention to use internet, and 5) trust will have positive influence intention to use internet.

The subjects of this research are 321 respondents S1 dan S2 Gadjah Mada University, faculty of Economics and Business. This research used survey method with questionnaire instrument and the sample was taken using non probability sampling method, namely convenient sampling. Confirmatory Factor Analysis (CFA) is used to test the validity of the questionnaire.

The findings of this research are: 1) perceived usefulness has a positive and significant influence on the intention to use internet, 2) perceived ease of use will have a positive and significant influence on the intention to use internet, 3) computer anxiety will have a negative and significant influence on the intention to use internet, 4) affect will have a positive and significant influence on the intention to use internet, and 5) trust will have a positive and significant influence on the intention to use internet and cognitive has more influence on the intention to use internet than personality.

Keywords: Perceived usefulness, Perceived Ease of Use, Computer Anxiety, Affect, Trust, Intentions to Use.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehadiran sistem teknologi informasi telah banyak mengubah organisasi. Saat ini organisasi mulai bergantung pada sistem teknologi informasi. Walaupun manajer-manajer senior yang mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu sistem teknologi informasi, tetapi keberhasilan pengunaan teknologi tersebut tergantung dari penerimaan dan pengunaan oleh individu-individu. Dengan demikian, manfaat dan dampak langsung dari sistem teknologi informasi ini adalah terhadap individual pemakai dan yang kemudian akan meningkatkan produktivitas organisasi (Hartono, 2007).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan para peneliti dibidang sistem informasi menyatakan bahwa penggunaan faktor-faktor personal sangat penting untuk memprediksi penggunaan dan adopsi teknologi. (Lucas, 1981). Bagaimanapun, para peneliti secara historika telah memfokuskan pada faktor-faktor personal yang relatif berubah-ubah: seperti sikap individu (sikap terhadap komputer) dan persepsi personal (seperti kegunaan persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian). Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menguji dengan membandingkan dua faktor yaitu persepsi (cognitive) dan personality dalam penerimaan terhadap internet.

Lucas (1973) diawal implementasi sistem informasi menunjukan faktor-faktor personal, model keputusan, dan sikap pengguna mempengaruhi adopsi sebuah sistem. Zmud (1979) menunjukkan menarik perhatian dari beberapa peneliti secara khusus personality pada kesuksesan sistem manajemen informasi. Bagaimanapun peran personality telah diekstrak (extracted) secara utama yang berasal dari penelitian dalam konteks bukan pada sistim manajemen informasi dan dibatasi pada hubungan cognitive sebagai anteseden dari kesuksesan sistim informasi.

Sejak tahun 1980an, penelitian-penelitian sistem informasi telah mencoba mempelajari perilaku bagaimana dan mengapa individual menggunakan sistem informasi. Ada beberapa teori yang diungkapkan dari penelitian-penelitian tersebut yang merupakan suatu interaksi individu-individu dengan sistem informasi seperti teori tindakan beralasan theory reasoned action atau TRA (Fishbein dan Azjen, 1975), teori perilaku rencanaan theory of planned behavior atau TPB (Azjen, 1991), model penerimaan teknologi technology acceptance model atau TAM (Davis, 1989), dan innovation diffusion theory atau IDT (Rogers, 1995) yang menjelaskan antecedents dari niat individu dalam menerima ataupun mengadopsi sistem teknologi informasi, dikutip dalam (Hartono, 2007). Niat berperilaku (behavioural intention) dan perilaku (behavior) adalah dua hal yang berbeda (Hartono, 2007). Niat berperilaku (behavioral intention) masih merupakan suatu niat. Niat (intention) adalah keinginan untuk melakukan perilaku. Niat belum merupakan perilaku, sedangkan perilaku (behavior) adalah tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan. Dari keempat teori tersebut hanya TAM yang dibuat dalam konteks ilmu sistem teknologi informasi, sedangkan TRA dan TPB merupakan teori yang diadopsi dari ilmu psikologi dan IDT teori yang berasal dari ilmu sosiologi.

Penelitian ini, mereplikasi penelitian dari McElroy et al. 2007, yang mana hasil penelitiannya menunjukan bahwa faktor-faktor personality lebih berpengaruh dari pada persepsi (cognitive) terhadap niat (intention) pengunaan internet. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah instrumen pengukuran personality dan cognitive yang mana penelitian sebelumnya menggunakan personality secara umum dengan pendekatan psikologi yaitu lima (5) besar personality dan cognitive menggunakan Myers-Briggs Type Indicator atau MBTI, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan personality telah banyak dibahas dalam penelitian sistem informasi yaitu berupa kecemasan komputer (computer anxiety), perasaan (affect) dan kepercayaan (trust), sedangkan persepsi (cognitive) yaitu kegunaan persepsian (perceivedd usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceivedd ease of use).1.2 Motivasi Penelitian

Isu tentang faktor-faktor persepsi (cognitive) dan personality terhadap niat penggunaan teknologi ini penting karena termotivasi beberapa alasan:

Penelitian-penelitian sebelumnya mengabungkan antara faktor-faktor persepsi dan faktor-faktor personality dalam satu pengukuran dan saling mendukung antara personality dan persepsi, yang mana variabel dari faktor-faktor personality sebagai variabel ekstenal dari persepsi. Jika dilihat dari sisi teori kedua hal tersebut merupakan hal yang berbeda walau terdapat dalam diri manusia.

Dengan adanya fenomena-fenomena tersebut, maka peneliti ingin membedakan kedua teori tersebut dengan menguji secara terpisah dan akan melihat kedua model tersebut yaitu personality dan persepsi (cognitive) mana yang lebih diterima oleh niat dalam penggunaan teknologi dalam hal ini yaitu internet.

Penelitian yang dilakukan oleh McElroy (2007), telah menguji antara personality dan persepsi (cognitive), tetapi penelitian tersebut menggunakan persepsi (cognitive) dengan model Mayer Brigg, sehingga peneliti sangat tertarik dengan menggunakan model TAM (Theory Acceptance Model) yang mana model ini sangat populer dalam penelitian sistem informasi pada perilaku individu dalam konteks penerimaan teknologi.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah disampaiakan diatas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor cognitive: kegunaan persepsian (perceived usefulnees) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) dapat mempengaruhi niat pada pengunaan internet?

2. Apakah faktor-faktor personality: kecemasan komputer (computer anxiety), perasaan (affect) dan kepercayaan (trust), dapat mempengaruhi niat pada penggunaan internet?

3. Apakah model cognitive lebih mempengaruhi niat pada pengunaan internet dari pada model personality.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan bukti empiris dengan menguji faktor-faktor cognitive: (perceived usefulnees) dan (perceived ease of use) terhadap niat penggunaan internet.

2. Untuk mendapatkan bukti empiris dengan menguji faktor-faktor personality: computer anxiety, affect dan trust, terhadap niat penggunaan internet

3. Untuk mendapatkan bukti empiris dengan membandingkan model cognitive dan personality terhadap pengunaan internet.

1.5 Kontribusi Penelitian

Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan manfaat secara teoritis, karena merupakan hasil pengujian penelitian mengenai faktor-faktor personality dan cognitive dan mengisi kekosongan gap dengan membandingkan pengaruh relatif dari kedua faktor-faktor personality: kecemasan komputer (computer anxiety), perasaan (affect) dan kepercayaan (trust), dan faktor-faktor cognitive: (perceived usefulnees) dan (perceived ease of use) dalam penerimaan dan difokuskan pada penggunaan internet.

Manfaat bagi praktisi dari penelitian ini, diharapkan hasilnya dapat bermanfaat bagi perusahaan bahwa dapat mempertimbangkan personality: kecemasan komputer (computer anxiety), perasaan (affect) dan kepercayaan (trust), dan persepsi atau cognitive: (perceived usefulnees) dan (perceived ease of use) terhadap keberterimaan penggunaan internet. Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan yang dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut.

1.6Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, motivasi penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini berisikan uraian mengenai kerangka teori yang melandasi penelitian serta bukti-bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan penjelasan mengenai desain penelitian, data, sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan uji validitas serta reliabilitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan pembahasan mengenai hasil penelitian dan pengujian hipotesis, berikut dengan hasil pengujian validitas dan reliabilitas.

BAB V PENUTUP

Bab penutup ini berisikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, implikasi manajerial, dan saran untuk penelitian selanjutnya.

BAB II

TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1.The Role of Cognitive Style in Use

Cognitive adalah istilah yang digunakan dalam psikologi kognitif untuk menggambarkan suatu bentuk pikiran atau persepsi dari setiap individu, atau mereka lebih menyukai pendekatan untuk penggunaan seperti informasi dalam menyelesaikan masalah (wikipedia). Salah satu hal yang baru ditahun 1960an adalah mempelajari bagaimana orang berpikir, merasakan, belajar, mengingat, membuat keputusan, dan bagaimana orang memproses (mempersepsikan, menginterpretasikan, menyimpan dan mengambil) data di memori otak.

Psikologi kognitif adalah ilmu pengetahuan ilmiah dari psikologi yang mempelajari konasi, yaitu proses-proses mental yang mendasari perilaku. Psikologi kognitif mempunyai riset domain yang luas termasuk bekerja dengan memori, atensi, persepsi dan representasi pengetahuan, memberi alasan, kreativitas dan pemecahan masalah (Hartono, 2007).

Beberapa teori dan model dari sistem informasi, yang menjelaskan interaksi individu-individu dengan sistem informasi terdiri dari:

1. Teori tindakan beralasan (theory of reasoned action atau TRA) oleh Fishbein dan Ajzen (1975).

2. Teori penerimaan teknologi (technology acceptance model atau TAM) oleh Davis et al. (1989).

3. Teori perilaku perencanaan (theory of planned behavior atau TPB) oleh Ajzen (1991).

Dalam penelitian ini, faktor-faktor cognitive, peneliti menggunakan dasar penelitian yang validitas instrumen tinggi, yang mana didasarkan dari penelitian Davis (1989) yaitu: kegunaan persepsian (perceived usefulnees) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use).

Penelitian ini menggunakan pendekatan model penerimaan teknologi (TAM) dengan beberapa alasan:

1. TAM adalah model perilaku yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak sistem informasi gagal diterapkan karena pemakainnya tidak mempunyai niat (intention) untuk menggunakannya, tidak banyak model-model penerapan sistem teknologi informasi yang memasukkan faktor psikologis atau perilaku di dalam modelnya dan TAM adalah salah satu pertimbangannya.

2. TAM dibangun dengan dasar teori yang kuat

3. TAM telah diuji dengan banyak penelitian dan hasilnya sebagian besar mendukung dan menyimpulkan bahwa TAM merupakan model yang baik. Bahkan TAM telah banyak diuji dan dibandingkan dengan model yang lain misalnya TRA dan TPB dan hasilnya konsisten bahwa TAM cukup baik.

4. Kelebihan TAM yang paling penting adalah model ini merupakan model yang persimoni yaitu model yang sederhana tapi valid.

Salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individu terhadap penggunaan sistem teknologi informasi adalah model penerimaan teknologi (theory acceptance model atau TAM). Teori TAM, pertama kali dikenalkan oleh Davis (1986). Teori TAM dikembangkan dari Theory of Reasoned Action atau TRA oleh Ajzen dan Fishbein (1980), dengan model TRA sebagai berikut:

Beberapa penelitian telah menekankan bahwa pentingnya cognitive sebagai variabel penting yang mempengaruhi sikap dan penerimaan pengguna dalam manajemen sistem informasi (Benbansat dan Taylor, 1978; Lucas 1981; Matson dan metroff, 1973; Robey, 1983; Sage,1981; Zmut, 1975), cognitive berkenaan dengan proses karateristik individu dalam analisis, evaluasi dan interpretasi dari data yang digunakan untuk pengambilan keputusan, sebagai dasar yang mana mereka mengklasifikasi sebagai sistematik-hueristics (Bariff dan Lucks, 19977), analitic-heuristics (Driver dan mock, 1975; Vasarhelyie, 1977) atau sensing-thinking dan intuition feeling (Benbansat dan Taylor, 1978; Henderson dan Nutt, 1980; Matson dan mitroff, 1973), dikutip dalam McElroy, 2007.2.1.1Pengaruh Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulnees) Terhadap Niat (Intention) Penggunaan Internet

Kegunaan persepsian adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerjanya. Dari definisi, diketahui bahwa kegunaan persepsian merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akan menggunakannya. Berdasarkan teori motivasi yang diungkapkan oleh Deci (1975) dalam Hartono (2007), penerimaan teknologi oleh pengguna ditentukan oleh dua tipe motivasi yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Motivasi intrinsik timbul karena adanya ekspektasi yang dirasakan oleh individu itu sendiri dari hasil berinteraksi dengan sebuah aplikasi sistem teknologi informasi. Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya ekspektasi atas penggunaan aplikasi sistem teknologi tertentu yang diterimanya dari luar interaksi individu dengan sistem.

Definisi dari manfaat persepsian menggambarkan bentuk motivasi ekstrinisik, karena manfaat yang diterimanya berasal dari luar yaitu penghargaan karena kinerjanya meningkat.

Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa konstruk kegunaan persepsian mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem informasi (Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria et al,. 1997; Sun, 2003). Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kegunaan persepsian merupakan konstruk yang paling banyak signifikan dan penting yang mempengaruhi sikap, minat dan perilaku dalam penggunaan teknologi dibanding konstruk yang lain.

Venkantesh et al., (2003) menguji pengaruh faktor kegunaan persepsian terhadap perilaku penggunaan TI antara pria dan wanita. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh kegunaan persepsian untuk pria lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Hal ini menunjukkan bahwa pria menganggap TI lebih bermanfaat dibandingkan dengan wanita, sehingga persepsi ini akan mempengaruhi sikap pria dalam menggunakan TI. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegunaan persepsian berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan TI meskipun pada pria pengaruh ini ternyata lebih kuat dibandingkan dengan wanita.

Szajna (1996) menguji secara empiris model TAM revisian Davis (1989) dengan menggunakan mahasiswa sebagai responden. Teknologi yang diuji penerimaannya oleh pengguna adalah e-mail. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan instrumen yang sama seperti yang digunakan oleh Davis et al. (1989). Sampel terdiri dari mahasiswa yang 96%-nya tidak memiliki pengalaman dalam menggunakan e-mail. Demonstrasi penggunaan e-mail dilakukan selama satu jam dan selama itu mahasiswa diharuskan mengisi kuesioner yang terdiri dari 12 item untuk kegunaan persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian. Setelah lima belas minggu, responden secara bebas menggunakan e-mail untuk melakukan koresponden kepada sesama responden, mahasiswa lain dalam satu universitas, dan kepada mahasiswa yang berbeda universitas. Pada akhir minggu ke lima belas, responden diminta untuk mengisi instrumen yang sama pada awal eksperimen. Instrumen tersebut mengindikasikan tentang niat mereka dalam menggunakan e-mail. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi mahasiswa dalam menggunakan e-mail lebih banyak selama lima belas minggu akhir dibandingkan pada minggu awal diterapkannya email. Dengan kata lain, dalam waktu lima belas minggu eksperimen, terdapat progress naik penggunaan e-mail oleh responden. Pada tahap pre-implementation ternyata kegunaan persepsian berdampak langsung dan signifikan terhadap intentions to use sedangkan kemudahan penggunaan persepsian tidak signifikan. Selain itu, pada tahap ini juga ditemukan hasil bahwa kemudahan penggunaan persepsian tidak berdampak pada kegunaan persepsian. Pada tahap post-implementations, kegunaan persepsian berdampak langsung dan signifikan terhadap niat untuk menggunakan sedangkan kemudahan penggunaan persepsian tidak memiliki dampak langsung.

Berdasarkan paparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: Kegunaan persepsian berpengaruh positif terhadap niat penggunaan internet

2.1.2Pengaruh Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use) Terhadap Niat (Intention) Penggunaan InternetDavis et al. (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan persepsian sebagai tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha yang keras. Meskipun usaha menurut setiap orang bebeda-beda tetapi pada umumnya untuk menghindari penolakan dari pengguna sistem atas sistem yang dikembangkan, maka sistem harus mudah diaplikasikan oleh pengguna tanpa mengeluarkan usaha yang dianggap memberatkan.

Kemudahan penggunaan persepsian merupakan salah satu faktor dalam model TAM yang telah diuji dalam penelitian Davis et al. (1989). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor ini terbukti dapat menjelaskan alasan seseorang dalam menggunakan sistem informasi dan menjelaskan bahwa sistem baru yang sedang dikembangkan diterima oleh pengguna.

Berdasarkan hal tersebut maka, hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalahH2: Kemudahan penggunaan persepsian berpengaruh positif terhadap niat penggunaan internet

2.2The Role of Personality in IS Use

Personality adalah seperangkat karateristik dan kecenderungan yang stabil yang menentukan orang commonalities dan berbeda dalam pemikiran, perasaan dan tindakan (Maddi, 1989). Karakter personality adalah suatu pola kecenderungan perilaku jangka panjang yang konsisten. Faktor-faktor personality diperkenalkan oleh Goldberg (1990) yang mengklasifikasikan dalam lima tahapan: openess to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, neuroticism, (OCEAN).

Dari lima tahapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Openness to experience ini adalah kecenderungan dalam menggali pengalaman baru serta ide-ide inovatif. Individu yang mempunyai openness to experience dapat didiskripsikan sebagai orang yang kreatif, imajinatif, reflektif dan moderen. Sedang individu openness to experience yang rendah dapat dikarakterkan sebagai orang konvensional, mempunyai ketertarikan yang rendah dan tidak analitis. Keterbukaan seseorang terhadap suatu hal dapat memicu penerimaan sesuatu yang baru pada kehidupan seseorang, maka semakin terbuka orang maka semakin menerima situasi baru. Keterbukaan juga dapat meningkatkan kecakapan seseorang.2. Conscientiousness ini adalah kecenderungan pada disiplin, tanggung jawab, tugas dalam pencapaian tujuan diri sendiri. Individu yang mempunyai conscientiousness akan cendrung menghindari masalah dan menentukan tingkat kesuksesan yang tinggi melalui rencana dan mempunyai tujuan dan tekun. Mereka cendrung menghargai orang lain dengan kepintaran dan kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Sedangkan individu yang mempunyai conscientiousness yang rendah akan mudah menyerah, kurang memiliki ambisi dan mencoba hal yang meberikan kesenangan jangka pendek.3. Extraversion ini adalah kecenderungan dalam proses simulasi dan menimba manfaat dari orang lain. Extraversion mendiskripsikan keberadaan orang bahwa orang tersebut tegas, dominan, enerjik, aktif, banyak berbicara dan antusias. Individu yang mempunyai extraversion yang tinggi sering disebut dengan extrovert cendrung penuh semangat, suka dengan orang dan kelompok, mencari keramaian dan stimulasi. Sedangkan individu yang mempunyai extraversion rendah sering disebut dengan introvert, yang mana lebih suka menghabiskan waktu dengan menyendiri dan mempunyai karakter yang berkebalikan dengan extrovert, yaitu tenang, hati-hati, dan kurang tergantung dengan dunia sosial. Perbedaan sifat dasar tersebut mempengaruhi sikap seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Individu yang memiliki karateristik extrovert cendrung lebih mudah bergaul dengan orang lain dibandingkan orang berkarakter introvert.4. Agreeableness adalah kecenderungan menerima apa adanya. Individu yang mempunyai agreeablenes yang tinggi mempunyai kecendrungan baik, ramah, murah hati, senang membantu dan mampu untuk menyatukan keinginan dengan orang lain, sedangkan individu yang mempunyai agreeableness rendah akan menempatkan dirinya diatas kepentingan orang lain, mereka umumnya tidak peduli dengan orang lain dan tidak suka melibatkan dirinya dengan orang lain dan cendrung bersikap skeptis terhadap niat orang lain yang meyebabkan mereka cendrung tidak ramah, serta dapat dikaraterkan sebagai manipulatif, orientasi pada diri sendiri, curiga dan kejam.5. Neuroticism adalah kecenderungan menerima emosi yang tidak menyenangkan secara mudah. Individu yang mempunyai neuroticism tinggi mempunyai pegalaman emosi yang negatif termasuk kecemasan, permusuhan, depresi, kesadaran diri. Individu yang mempunyai neuroticism yang tinggi sangat reaktif secara emosional. Mereka merespon secara emosional kejadian yang tidak berpengaruh pada orang lain dan reaksi yang ditujukan akan cendrung lebih tinggi dari normal. Mereka mengintrepretasi situasi biasa sebagai ancaman, frustasi meskipun ringan. Reaksi emosi negatif tersebut bertahan untuk waktu yang cukup lama dan akan mempengaruhi seseorang dalam memandang suatu kejadian atau tindakan.

Penerimaan personel terhadap sistem komputer berhubungan positif dengan keberhasilan (DeLone, 1988). Penggunaan faktor karateristik manusia yang dihubungkan dengan personality dalam penelitian sistem informasi telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. McElroy et al. (2007) menggunakan lima dimensi sifat utama openess to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, neuroticism, (OCEAN) untuk mengetahui pengaruh terhadap penerimaan teknologi dibandingkan dengan faktor cognitive. Alasan McElroy et al. (2007) meggunkan kepribadian untuk mengukur penerimaan teknologi karena kepribadian faktor bawaan manusia yang bersifa tetap dan cendrung lebih stabil dibandingkan dengan faktor cognitive. Ditemukan dukungan pada proposisi yang menyatakan bahwa faktor personality lebih memprediksi penerimaan teknologi.

Dengan mengkaji enam belas artikel dari tahun 1996 sampai tahun 2006, Ramdani (2007) melakukan meta analisis hubungan antara tiga dari lima dimensi sifat utama openess to experience, extraversion, neuroticism, (OEN) dengan penggunaan e-mail sebagai pemilihan teknologi dan mediasi komunikasi. Analisis yang dilakukan Ramdani (2007) menemukan bahwa dimensi openess to experience, extraversion, neuroticism, (OEN) merupakan dimensi yang berhubungan dengan penggunaan teknologi e-mail.Kajian yang dilakukan Ramdani (2007) menunjukan bahwa faktor kepribadian merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan teknologi. Hal tersebut ditujukan dengan penggunaan faktor kepribadian sebagai faktor yang menentukan penerimaan pada enam belas artikel yang dikaji Ramdani (2007). Penggunaan faktor kepribadian utama secara langsung sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh McElroy (200&7).

Dalam penelitian ini, karakter-karakter personality difokuskan pada, 1) kecemasan komputer (computer anxiety) didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh (Iqbaria et al., 1989), alasan dalam menggunakan kecemasan komputer ini adalah dari hasil penelitian menunjukan bahwa kecemasan komputer berpengaruh langsung terhadap niat (intention) dalam menggunakan teknologi, kecemasan komputer termasuk dalam faktor-faktor personality neuroticism 2) perasaan (affect) didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Cheung and Chang (2001), alasan dalam menggunakan perasaan (affect) ini adalah dari hasil penelitian menunjukan bahwa perasaan (affect) secara signifikan berpengaruh pada minat dalam penggunaan internet, perasaan (affect) dalam faktor-faktor personality yaitu openness.dan 3) trust, didasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh McKnight et al, 2002) alasan dalam menggunakan trust ini adalah dari hasil penelitian menunjukan bahwa trust secara signifikan berpengaruh pada minat dalam penggunaan internet, trust termasuk dalam faktor-faktor personality yaitu agreeableness

2.2.1Pengaruh Kecemasan Komputer (Computer Anxiety) Terhadap Niat Penggunaan Internet

Thatcher et al. (2007) mengatakan bahwa personality, karakteristik demografi dan aspek individual mempengaruhi keyakinan pemakai dan perilaku pemakai. Terdapat tiga personality traits yang mempengaruhi internet anxiety yaitu: 1). Computer anxiety, 2). Computer self-efficacy, 3). Personal innovativeness dengan teknologi informasi. Computer anxiety didefinisikan sebagai kekuatiran (apprehension) atau takut (fear) berinteraksi dengan komputer, irrespective terhadap bahaya yang riil.

Internet anxiety berhubungan dengan computer anxiety, tetapi konsepnya berbeda. Internet anxiety merupakan perasaan atau emosi yang timbul dari penggunaan teknologi web. Internet menimbulkan anxiety karena memerlukan pemakai (users) untuk memahami teknologi baru dan aplikasi baru yang asing bagi mereka.

Internet menimbulkan emosi karena ini menghasilkan interaksi dengan situasi yang tidak dikenal atau orang yang tidak dikenal. Lebih jauh penggunaan internet menyajikan risiko, seperti potensial untuk virus, spyware atau invasi dari privasi pemakai (user privacy). Oleh karena itu, computer anxiety mencerminkan lamanya waktu (life time) dari pengalaman dengan komputer. Internet anxiety mencerminkan kesulitan dengan teknologi informasi yang melibatkan internet.

Istilah kecemasan digunakan untuk mengambarkan kondisi kekuatiran, keinginan, dan kecemasan yang dimiliki oleh individu. kecemasan komputer adalah tendensi dari individual untuk kuwatir, gelisah, atau cemas untuk menggunakan komputer saat ini atau di masa mendatang (Igbaria et al. 2004). Kecemasan mengenai lingkungan komputer-komputer yang diekspektasikan berhubungan negatif dengan penggunaan komputer. Tidak mengherankan karena orang-orang diharapkan menghindari perilaku yang mencemaskan. Sejumlah penelitian telah menunjukan hubungan antara kecemasan komputer dengan penggunaan komputer (Iqbaria et al. 1989).

Kecemasan komputer ditunjukan sebagai reaksi negatif (Fagan et al. 2003). Reaksi negatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap pengunaan dan kepuasan sistem informasi. Banyak penelitian yang menunjukan hubungan antara kecemasan komputer dengan penggunaan teknologi informasi khususnya komputer. Kecemasan komputer menunjukan prediktor yang signifikan dari penerimaan komputer (McElory et al. 2007) dan pengunaan komputer (Howard dan Mendelow, 1991). Studi lain menunjukan hubungan kecemasan komputer dan pengunaan komputer (Compeau dan Higgis, 1995; Igbaria dan Livari, 1995; Igbaria dan Pasuraman, 1989).

Berdasarkan paparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H3: Kecemasan komputer berpengaruh negatif terhadap niat penggunaan internet

2.2.Pengaruh Perasaan (Affect) Terhadap Niat (Intention) Terhadap Penggunaan Internet

Triandis (1980) mengembangkan suatu teori yang disebut dengan teori perilaku interpersonal (theory of interpersonal behavior). Teori ini mengusulkan bahwa minat-minat perilaku ditentukan oleh perasaan-perasaan (feeling) yang dimiliki manusia terhadap perilaku (yang disebut dengan affect), apa yang mereka pikirkan tentang seharusnya mereka lakukan.

Triandis (1980) menggunakan istilah perasaan (affect) yang merupakan perasaan-perasaan bahagia, gembira, riang atau senang, atau depresi, jijik, tidak nyaman, atau benci yang dihubungkan dengan seorang individual kesuatu tindakan tertentu. Compeau dan Higgins (1995b); Compeau, et al., (1999) mendefinisikan perasaan adalah suatu kesukaan individual terhadap perilaku. Menurut Goodhue (1988), banyak peneliti yang membedakan antara komponen emosional dari sikap (yang memiliki konotasi suka/tidak suka) dan komponen kognitif atau kepercayaan. Penelitian yang dilakukan oleh Thompson et al. (1991) menunjukkan bahwa affect tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatan personal computerCheung and Chang (2001) menemukan bahwa perasaan (affect) secara signifikan berpengaruh pada minat dalam penggunaan internet. Bagaimanapun, dalam penelitian pada pembajakan software, Limayem, Khalifa and Chin (1999) menyatakan pengaruh yang tidak signifikan.

Berdasarkan paparan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H4: Perasaan (affect) berpengaruh positif terhadap niat untuk menggunakan internet

2.2.3Pengaruh Trust Terhadap Niat (Intention) Terhadap Penggunaan Internet

Trust telah didefinisikan dalam berbagai bentuk, tergantung konteks pendekatan yang akan digunakan atau dibahas. Dalam pandangan psikologi mendefinisikan trust sebagai kecenderungan percaya pada orang lain (Rotter, 1971). Dalam pandangan sosiologi mendefinisikan trust adalah sebuah karateristik dari lingkungan institusi.

Trust mengacu pada suatu keyakinan positif mengenai hal yang dapat dipercaya (reliability), hal yang dapat diandalkan (dependability) dan hal yang diyakini, baik proses dan tujuan seseorang (confidence) Fogg (1999). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan trust yang didefinisikan oleh Grazioli dan Jevenpaa (2000) yaitu adalah suatu proses pilihan.

Thatcher et al. (2007) mengatakan bahwa trust berada dalam risiko dan ketidakpastian suatu transaksi. Alasan penting mengapa trust dalam teknologi tidak diinvestigasi secara luas, banyak peneliti mengasumsikan pihak terpercaya mempunyai kemauan mengendalikan perilaku mereka. Oleh karena itu, pihak lainnya mengargumentasikan bahwa trust tidak memerlukan batasan perasaan untuk menghubungkan antara human beings, tetapi individu dapat juga merasa percaya terhadap objek dan proses, contohnya, individu percaya jembatan penyebrangan sungai dan mesin penjual otomatis merupakan akses (access) rekening bank mereka.

Corritore, Kracher, dan Wiedenbeck (2003) mengatakan bahwa trust timbul sebagai elemen kunci keberhasilan dalam linkungan on-line. Trust dan hubungan trust dalam dunia offline menjadi topic penelitian dalam berbagai disiplin ilmu sejak tahun 1950-an (Corritore et al. 2001). Aliran penelitian pada trust dapat ditemukan dalam bidang filosofi, sosiologi, psikologi, manajemen, marketing, ergonomics, interaksi manusia-komputer (human-computer interaction/HCI), industrial psychology, dan electronic commerce (e-commerce). Trust telah dipelajari dalam berbagai disiplin, masing-masing disiplin ilmu telah menghasilkan konsep, definisi dan penemuannya sendiri.

Trust dalam teknologi, menggambarkan keyakinan tentang bagaimana teknologi akan melaksanakan kemauan orang untuk percaya terhadapnya. Dua aspek dari trust dalam teknologi adalah keyakinan kepercayaan dan niat percaya yang berhubungan dekat. Keyakinan kepercayaan terjadi ketika individu merasa bahwa target dari kepercayaan mereka adalah murah hati (benevolent), kompeten (competent), jujur (honest) dan dapat diprediksi (predictable). Niat percaya terjadi ketika individu mau tergantung satu sama lain.

Wang dan Emurian (2005;110) mengatakan terdapat banyak definisi trust dalam literature yang mempunyai dua alasan: 1). Trust merupakan konsep abstrak sering digunakan dapat dipertukarkan berhubungan dengan konsep seperti credibility, reliability, or confidence. Dengan demikian, definisi istilah dan untuk mencerminkan perbedaan antara trust dan konsep yang berhubungan dengannya telah membuktikan penuh tantangan untuk peneliti. 2). Trust merupakan konsep berbagai segi yang menyatukan, emosi, dan dimensi perilaku (Lewis & Weigert, 1985).

Zeithaml, Parasuraman, and Malhotra (2002) and Chen and Dhillon (2003) menyatakan bahwa trust adalah sebuah dimensi penting dalam penggunaan web sites. Donthu (2001) menyatakan bahwa trust adalah dihubungkan dengan sikap pada web site. Trust juga dapat meningkatkan sikap pada pembelian online (Jarvenpaa and Todd 1997), niat (intention) pada online (Limayem, Khalifa, and Frini 2000; Vijayasarathy and Jones 2000), intent to purchase online (Lynch, Kent, and Srinivasan 2001), level of online shopping activify (Korgaonkar and Wolin 1999; Miyazaki and Fernandez 2001). Kajian penelitian trust terhadap internet (E-Commerce) bisa dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1

Kajian Penelitian Trust terhadap Internet (E-Commerce)

Penulis (Tahun)DefinisiKonteks

Jarvepaa & Tractinsky (1999;43)Kemauan Konsumen untuk yakin kepada penjual dan mengambil tindakan membuat konsumen percaya kepada penjualTrust dalam toko internet (diukur dengan skala 7 item; 4 item yang dihilangkan)

Gefen (2000;32)Kepercayaan seseorang mempunyai harapan yang menguntungkan yang orang lain kerjakan, berdasarkan, banyak kasus, pada sesudah interaksiTrust dalam e-commerce vendor (diukur dengan skala 3 item)

Grazioli & Jarvenpaa (2000;38)Proses pemilihanKepercayaan konsumen dalam website (online store)-diukur dalam 9 item yang diuji dan 5 item dikeluarkan

Tan & Theon (Winter 2000-2001;98)Kepercayaan transaksi

Pihak terpercaya; percaya pada pihak lain

Kendali percaya; percaya dalam pengendalianKepercayaan dalam transaksi (studi konseptual)

Lee dan Turban (2001;51)Kepedulian konsumen menjadi vulnerable pada tindakan internet merchan dalam transaksi internet shopping, berdasarkan pada harapan internet merchant berperilaku dalam cara yang dapat disetujui, tidak memperhatikan kemampuan konsumen untuk memonitor atau pengendalian internet merchant (p0,79)Trust dalam internet shopping (diukur dengan skala 4 item, satu item dikeluarkan

McKnight & Chervany (Winter 2001-2002; 64)Kepercayaan merupakan multi dimensional

Keyakinan pada kepercayaan: satu keyakinan pada pihak lain atau karakteristik yang lebih bermanfaat (p.46)

Niat pada kepercayaan: satu kepedulian untuk bergantung pada atau niat bergantung, bahkan satu yang tidak dapat mengendalikan pada pihak lainKepercayaan interpersonal atas e-vendor oleh konsumen (studi konseptual)

Sumber: Kim dan Tadisina (2007;89)

Berdasarkan uraian diatas maka, dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

H5: Trust berpengaruh secara positif terhadap niat penggunaan internet BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Populasi dan sampel

Populasi merupakan jumlah keseluruhan elemen yang akan diteliti (Cooper dan Schindler, 2003). Dengan demikian populasi adalah orang yang memiliki informasi yang menjadi fokus penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah menggunakan mahasiswa S1, dan S2 M.Si Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Kriteria ini diangap penting karena penelitian ini diharapkan yang menjadi responden adalah pengguna internet. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara non probabilitas yaitu convenience sampling. Menurut Hartono (2004) pengambilan sampel dengan convinience sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel secara bebas sekehendak peneliti. Metode pengambilan sampel ini dipilih untuk memudahkan pelaksanaan riset dengan alasan bahwa populasi pengguna internet sangat banyak di Indonesia. Selain itu juga sulit untuk membuat kerangka sampling yang sesesungguhnya karena daftar pengguna internet sangat sulit diperoleh.

Pemilihan metode convenience sampling diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya, dengan kata lain sampel diambil karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat. Sugiarto et al. (2003) mengungkapkan kelemahan dan kelebihan metode convenience sampling. Ditinjau dari segi biaya dan waktu yang diperlukan, teknik sampling ini merupakan metode yang termurah dan hemat waktu. Dapat dilihat bahwa sampling unitnya (responden) dapat diakses, mudah diukur dan bisaanya sangat membantu dan mau bekerja sama. Disamping kemudahan dan kelebihan dari teknik sampling ini, terdapat beberapa keterbatasan. Hal ini mengingat pemilihan unit sampel dengan metode ini dapat dilakukan dengan mengambil siapa saja dapat ditemui oleh peneliti, sehingga bilamana dalam prosesnya tidak dilakukan seleksi lebih lanjut, hasil yang diperoleh dapat memunculkan bisa dalam pengambilan keputusan. Metode ini menuntut kehati-hatian dalam menerjemahkan hasil penelitian.

3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah menggunakan data primer untuk mendapatkan data opini individu melalui kuesioner yang berisi daftar pertanyaan mengenai semua variabel yang diteliti yaitu kegunaan persepsian, kemudahan penggunaan persepsian, kecemasan komputer, perasaan, dan kepercayaan.

3.3 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel

3.3.1 Kegunaan persepsian (perceived usefulnees) adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerjanya. Kegunaan persepsian (perceived usefulnees) diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan enam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Davis (1989).3.3.2 Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) adalah tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha yang keras. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan enam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Davis (1989).3.3.3 Kecemasan komputer adalah menunjukan ketakutan mengenai implikasi dari komputer. Kecemasan komputer diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan empat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Heinssen et al. 1987).3.3.4 Perasaan (affect) yang merupakan perasaan-perasaan bahagia, gembira, riang atau senang, atau depresi, jijik, tidak nyaman, atau benci yang dihubungkan dengan seorang individual kesuatu tindakan tertentu. Compeau dan Higgins (1995b); Compeau et al. (1999) mendefinisikan perasaan adalah suatu kesukaan individual terhadap perilaku. Perasaan (affect) diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan empat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Thompson, 1991; Compeau dan Higgins (1999).3.3.5 Kepercayaan yaitu adalah suatu proses pilihan. Kepercayaan diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan empat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Grazioli dan Jevenpaa (2000).3.3.6 Niat (intention) didefinisikan sebagai keinginan untuk melakukan sesuatu. Niat tidak selalu statis, tetapi dapat berubah dengan berjalannya waktu. Niat diukur dengan skala Likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel ini diukur dengan menggunakan enam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Davis (1989).3.4 Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian adalah bagian yang terpenting untuk dilakukan. Data penelitian tidak akan berguna jika instrumen pengukuran yang digunakan tidak mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi, dimana pengujian hipotesis sangat dipengaruhi oleh kualitas data (Cooper dan Schindler, 2003). Sebelum dilakukan survei, maka terlebih dahulu dilakukan pra survei dengan sampel yang lebih kecil dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang ada, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki item-item pertanyaan yang memenuhi persyaratan tersebut sebelum dilakukan survei yang sesungguhnya. Meskipun item-item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini telah digunakan pada penelitian sebelumnya dan dinyatakan valid serta reliabel, tetapi item-item pertanyaan ini perlu diuji kembali validitas dan reliabilitasnya.

3.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan Schindler, 2003). Validitas internal terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk. Pengukuran validitas secara kualitatif dilakukan dengan content validity dan uji validitas secara kuantitatif dengan Confirmatory Faktor Analysis (CFA) melalui bantuan software SPSS 16 for Windows, yang menggambarkan validitas konstruk (Ghozali, 2005). Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukuran sesuai teori-teori yang digunakan untuk mendefenisikan suatu konstruk (Hartono, 2004). Menurut Huck et al. (2000) korelasi yang kuat antara konstruk dan item-item pertanyaannya dan hubungan yang lemah dengan variabel lainnya merupakan salah satu cara untuk menguji validitas konstruk (construct validity). Instrument memiliki convergent validity jika item pengukuran memiliki faktor loading lebih besar dari 0,4 (Hair et al., 2006). Hair et al., (2006) juga menyatakan bahwa faktor loading lebih besar 0,3 dapat dipertimbangkan sebagai batas minimal dan bila faktor loading lebih besar dari 0,5 maka akan diterima secara signifikan.

Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Confirmatory Faktor Analysis (CFA) yang menggunakan program komputer SPSS 16 for Windows. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 60 sampel. Sebelum dilakukan uji analisis faktor, dilakukan terlebih dahulu uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) dan Bartletts Test yang bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel. KMO yang tinggi akan semakin valid suatu item pertanyaan dan semakin homogen variabel-variabel yang diukur. Batas ukuran validitas menurut Kaiser dan Rice (1974) dalam Sharma (1996) seperti yang dikutip Setyaningrum (2006) adalah 0,50 masih dapat ditoleransi untuk diterima sebagai instrumen penelitian, sehingga kriteria nilai KMO harus di atas 0,50 dengan signifikansi 0,05 agar variabel bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan ini mempunyai nilai KMO sebesar 0,758 dengan signifikansi 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena telah memeuhi kriteria. Dapat dilihat dalam tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1Pengujian KMO dan Bartlettss

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.0,758

Bartlett's Test of SphericityApprox. Chi-Square1,168E3

df325

Sig.0,000

Dalam analisis faktor, indikator masing-masing konstruk harus memiliki factor loading yang signifikan terhadap konstruknya. Menurut Hair et al (2006) the rule of thumb butir-butir pengukuran dapat dikatakan valid apabila memiliki factor loading lebih dari atau sama dengan 0,4 dan tidak menjadi bagian dari konstruk lain. Hasil analisis faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2Hasil Analisi FaktorKomponen

123456

PU10,802

PU20,818

PU30,735

PU40,591

PU50,543

PU60,658

PE10,606

PE20,649

PE30,528

PE40,671

PE50,699

PE60,787

CA10,754

CA20,865

CA30,852

CA40,799

AF10,707

AF20,598

AF30,622

TR10,745

TR20,885

TR30,921

ITU10,810

ITU20,706

ITU30,673

ITU40,781

Bila dilihat dari hasil Tabel 3.2 tersebut, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan ada satu butir pertanyaan yang tidak valid karena tidak memenuhi syarat seperti yang telah ditentukan oleh Hair et al. (2006). Dari tabel dapat dilihat bahwa butir PU6 tidak memenuhi kedua persyaratan tersebut, sehinga harus didrop atau dikeluarkan.

Walaupun pada uji validiatas dengan sampel kecil ini ada butir-butir yang didrop, tetapi pada sampel besar butir-butir tersebut tetap diikutsertakan, mengingat adanya suatu kemungkinan bahwa tidak validnya butir-butir tersebut dikarenakan jumlah sampel yang kurang memadai.

Reliabilitas adalah suatu alat pengukur yang menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan dari pengukurnya (Hartono, 2004). Konsistensi menunjukkan seberapa baik itemitem pertanyaan yang mengukur sebuah konsep bersatu menjadi sebuah kumpulan (Sekaran, 2006). Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Cooper dan Schindler, 2003). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan teknik croncbachs alpha dengan bantuan software SPSS 16 for Windows (Ghozali, 2005). Cronbacks alpha adalah koefisien keandalan yang menunjukkan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Konsistensi jawaban ditunjukan oleh nilai rule of thumb atau tingginya cronbachs alpha, dengan nilai alpha harus lebih besar dari 0,7 meskipun nilai 0,6 masih dapat diterima (Hair et al, 2006). Tabel 3.3.

Hasil Uji Reliabilitas pada Sampel Kecil

VariabelCronbachs AlphaKeterangan

PU0,840Reliabel

PE0,826Reliabel

ITU0,884Reliabel

CA0,882Reliabel

AF0,906Realibel

TR0,903Reliabel

Model Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis dan hipotesis yang dikemukakan, maka model penelitian yang akan diusulkan adalah sebagai berikut:

30,5Teknik Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antar konstruk yang diteliti. Teknik pengujian hiptesis dalam penelitian ini menggunakan Anlisis of Moment Structure (AMOS) dengan Structure Equation Modeling (SEM). SEM merupakan alat teknik multivariate yang mengkombinasi aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk mengestimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al., 1998). Pengaruh variabel independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel tidak bebas) dalam AMOS ditunjukan dengan variabel endogenous dan variabel exogenous. Variabel endogenous dapat muemprediksi satu satu atau beberapa variabel endogenous lainnya, tetapi variabel exogenous hanya dapat berhubungan kausal dengan variabel.

Langkah-langkah dalam melakukan dalam penggunaan SEM pada program AMOS versi 4.01 adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Model Secara Teori

Langkah pertama dalam melakukan pemodelan adalah sesuai dengan mencari dan mengembangakan sebuah model yang mempunyai basis teori yang kuat, kemudian model tersebut divalidasi secara empirik melalui komputasi dengan program SEM.

Kajian teori ini telah dipaparkan dalam bab dua serta hubungan struktural antar konstruk yang dihipotesiskan seperti yang disajikan pada tabel dibawah ini:KonstrukJumlah ItemDefinisi

PU6Kegunaan persepsian (perceived usefulnees) adalah sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerjanya

PE5Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) adalah tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha yang keras.

CA4Kecemasan komputer adalah menunjukan ketakutan mengenai implikasi dari komputer

AF3perasaan (affect) yang merupakan perasaan-perasaan bahagia, gembira, riang atau senang, atau depresi, jijik, tidak nyaman, atau benci yang dihubungkan dengan seorang individual kesuatu tindakan tertentu

TR3Kepercayaan yaitu adalah suatu proses pilihan

ITU4Niat (intention) didefinisikan sebagai keinginan untuk melakukan sesuatu. Niat tidak selalu statis, tetapi dapat berubah dengan berjalannya waktu

2. Pengembangan Diagram Alur

Diagram alur akan mempermudah untuk melihat hubungan kausal antar variabel. Hubungan variabel dalam hal ini antara variabel exogenous dan variabel endogenous yang dinyatakan dalam anak panah. Anak panah lupus menunjukan hubungan kausal langsung antar konstruk dengan konstruk yang lain, sementara anak panah garis lengkung menunjukan korelasi antar konstruk.

3. Mengidentifikasi Model

Salah satu yang akan dihadapi dalam mengestimasi model kausal ini adalah masalah indentifikasi. Masalah identifikasi merupakan ketidakmampuan model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang diinginkan oleh peneliti. Apabila muncul masalah identifikasi, maka komputer akan memberikan pesan sebab kemungkinan terjadinya program tidak dapat melakukan estimasi.

4. Mengevaluasi Asums-asumsi yang Harus Dipenuhi Jika Menggunakan SEM:

Asumsi Kecukupan Sampel

Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 321 orang, jumlah sampel tersebut dinilai telah memenuhi kriteria jumlah sampel bagi penelitian yang menggunakan Struktural Equation Model (SEM) dengan maximum likehood estimation (MLE) yaitu sebesar 5 observasi untuk setiap parameter yang diestimasi.

Asumsi Normalitas

Nilai statistik untuk menguji normalitas tersebut z value (Critical Ratio atau C.R pada ouput Amos 4.01) dari ukuran skeweness dan kurtosis sebaran data. Bila nilai C.R lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 1% yaitu sebesar (2,58 (Hair, 1998).

Asumsi Outliers

Dalam analisis Multivariate adanya outlier dapat diuji dengan statistik chi square terhadap nilai Mahalanobis distance squared dengan tingkat signifikansi 0,01 dengan degree of freedom sejumlah konstruk yang digunakan dalam penelitian (Hier et al., 1998).

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim yang memiliki karateristik unik yang sangat berbeda dari observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk variabel tungal maupun variabel kombinasi (Hier et al.,2006). umumnya perlakuan terhadap outlier adalah dengan mengeluarkanya dari data dan tidak mengikutsertakan dalam perhitungan berikutnya.

Evaluasi atas kriteria Goodness of fitHubungan hipotesis konstruk-konstruk penelitian pada model yang diajukan hubungan kausal antar konstruk tersebut. Evaluasi nilai Goodness of fit dari model konstruk. Pengujian kesesuaian model dengan menggunakan criteria goodness of fit dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Goodness of fit indexNilai Kritis

2-Chi-Square (CMIN)Diharapkan kecil,

2-Significance Probability (P)( 0,05

2 relatif (CMIN/DF) 2,00

GFI 0,90

AGFI 0,90

RMSEA 0,08

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan prosedur sebagai berikut:

Melihat critical ratio setiap path dan membandingkan dengan nilai tertentu. Untuk pengujian satu arah dengan tingkat signifikansi 0,05, nilai critical ratio harus (1,645 sedangkan dengan tingkat signifikansi 0,01 nilai critical ratio harus (2,326.

Melihat standarized structural (path) coefficients dari setiap hipotesis terutama pada kesesuaian arah hubungan path dengan arah hubungan yang telah dihipotesiskan sebelumnya.

Jika arah hubungan sesuai dengan yang dihipotesiskan dan nilai critical ratio memenuhi persyaratan maka dapat dikatan bahwa hipotesis yang diuji mendapat dukungan yang kuat.

5. Mengintrspretasikan dan Memodifikasi Model

a. - Chi squareAlat uji yang paling findamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio chi-square. Chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya model yang digunakan. Model yang diuji dapat disimpulkan sebagai model yang baik atau memuaskan jika nilai rendah. Semakin kecil nilai dapat disimpulkan bahwa semakin baik model tersebut, karena dalam uji beda chi-square, nilai =0 berarti tidak ada perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaaan antara model yang diuji dengan saturted model. Tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka dibutuhkan sebuah nilai yang tidak signifikan. Nilai ini dapat dibandingkan dengan degree of freedom-nya untuk mendapatkan nilai relatif dan digunakan untuk membuat kesimpulan bahwa nilai relatif tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasi dan yang diestimasi.

b. RMSEA The Root Mean Square Error of Approximation.

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi Chi-square statistic dalam sampel besar (Baumgarthner & Homburg dalam Augusty, 2002:56). RMSEA yang diharapkan adalah sebesar 0,08.

c. GFI Goodness of- Fit IndexIndex kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarian sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarian populasi yang terestimasikan GFI yang diharapkan adalah sebesar 0,90 (Tanaka & Huba, 1989 dalam Augusty).

d. AGFI Adjust Goodness of fit Index

AGFI merupakan pengembangan indeks dari GFI, yang merupakan indeks yang telah disesuaikan dengan rasio degree of freedom model yang diusulkan dengan degree of freedom dari null model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih dari 0,90 (Hair, 1995 dalam Augusty).

e. CMIN/DF- The Minimum Sampel Discrepancy Function/Degree of FreedomCMIN/DF salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistic Chi-square, dibagi DF-nya sehingga disebut relatif. Nilai relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data (Arbuckle, 1997 dalam Agusty). BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan menjelaskan analisis data meliputi serangkain proses yang dimulai dari pengumpulan data, karakteristik responden, pengujian validitas dan reliabilitas, serta uji hipotesis penelitian dan analisis pembahasan pada bagian akhir.

4.1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner secara langsung kepada responden. Proses pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti yaitu dengan mendatangi responden ke dalam beberapa kelas baik S1 dan S2 Fakultas Ekonomika dan Bisnis di Universitas Gadjah Mada sebelum perkuliahan dilakukan. Pengumpulan data dilakukan terhitung mulai tanggal 10 hingga 14 Maret 2008. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 350 dan dapat dinyatakan bahwa semua kuesioner tersebut kembali karena kuesioner dikembalikan pada saat itu juga yaitu setelah responden mengisi kuesioner yang diberikan, sedangkan kuesioner yang memenuhi kriteria, terjawab lengkap dan layak dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 321 kuesioner. Hasil pengumpulan data secara lengkap disajikan dalam Tabel 4.1. berikut ini:

Tabel 4.1.

Hasil Pengumpulan Data Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase

KeteranganJumlah KuesionerProsentase

Jumlah kuesioner yang disebar350100 %

Kuesioner yang dikembalikan33395,143%

Kuesioner yang tidak lengkap102,86%

Kuesioner yang tidak kembali72%

Kuesioner yang dapat dipakai32191,72

4.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan 321 responden yang ada dikelompokkan dalam berbagai karakteristik yang meliputi jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh saat ini. Adapun pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Validpria15748,948,948,9

wanita16451,151,1100,0

Total321100,0100,0

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa dari 321 responden, 134 orang responden (48,9%) adalah pria dan 151 orang responden (51,1%) adalah perempuan.

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia

FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent

Valid