complete makalah.doc

14
ABSTRAK Stainless Steel Crown (SSC) adalah tumpatan sementara berbentuk anatomi gigi,terbuat dari pada logam (alloy) nirkarat. SSC merupakan paduan austenitik Stainless Steel 18/8 dari kelompok AISI 304 yang mengandung Chrome 18% dan Nikel 8%, dapat digunakan untuk bahan tambal sementara maupun tetap pada gigi yang mengalami kerusakan yang luas karena karies, fraktur mahkota, hipoplasia email, atau restorasi setelah perawatan saraf. Terlepasnya unsur Ni +2 dalam SSC akibat proses korosi di dalam cairan elektrolit mulut menyebabkan reaksi inflamasi pada gusi yang ditandai dengan munculnya respon imun sistemik dan lokal. Kehadiran sitokin proinflamasi seperti TNFα dan IL-1β mempunyai fungsi utama dalam membantu mengawali dan memperkuat setiap respon inflamasi. Tingkat korosi dan pelepasan ion-ion tergantung pada komposisi logam, temperature dan pH lingkungan, dan keausan metal karena friksi dan abrasi, dan regangan yang terjadi. Korosi terjadi dalam rongga mulut karena reaksi logam nirkarat dengan cairan elektrolit mulut merupakan kejadian yang sulit untuk dihindari karena beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan rongga mulut, seperti komposisi dan prosedur pemasangan SSC, pola hidup, serta kondisi fungsional dan parafungsional. Kata Kunci: Stainless Steel Crown, Bahan tambal, alloy, korosi 1

Upload: izaac-jdev

Post on 11-Feb-2016

1.039 views

Category:

Documents


170 download

TRANSCRIPT

Page 1: COMPLETE MAKALAH.doc

ABSTRAK

Stainless Steel Crown (SSC) adalah tumpatan sementara berbentuk anatomi gigi,terbuat dari

pada logam (alloy) nirkarat. SSC merupakan paduan austenitik Stainless Steel 18/8 dari

kelompok AISI 304 yang mengandung Chrome 18% dan Nikel 8%, dapat digunakan untuk

bahan tambal sementara maupun tetap pada gigi yang mengalami kerusakan yang luas karena

karies, fraktur mahkota, hipoplasia email, atau restorasi setelah perawatan saraf. Terlepasnya

unsur Ni+2 dalam SSC akibat proses korosi di dalam cairan elektrolit mulut menyebabkan reaksi

inflamasi pada gusi yang ditandai dengan munculnya respon imun sistemik dan lokal. Kehadiran

sitokin proinflamasi seperti TNFα dan IL-1β mempunyai fungsi utama dalam membantu

mengawali dan memperkuat setiap respon inflamasi. Tingkat korosi dan pelepasan ion-ion

tergantung pada komposisi logam, temperature dan pH lingkungan, dan keausan metal karena

friksi dan abrasi, dan regangan yang terjadi. Korosi terjadi dalam rongga mulut karena reaksi

logam nirkarat dengan cairan elektrolit mulut merupakan kejadian yang sulit untuk dihindari

karena beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan rongga mulut, seperti komposisi dan

prosedur pemasangan SSC, pola hidup, serta kondisi fungsional dan parafungsional.

Kata Kunci: Stainless Steel Crown, Bahan tambal, alloy, korosi

1

Page 2: COMPLETE MAKALAH.doc

BAB I : PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Insidensi karies pada anak dilaporkan sebanyak 89% anak berusia dibawah 12 tahun mengalami

karies. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi mastikasi gigi dan tidak tersedianya

ruangan yang diperlukan untuk erupsi gigi permanen. Restorasi gigi desidui yang terserang

karies merupakan hal yang penting karena gigi posterior memegang peranan untuk

mastikasi dan space maintainer. Manfaat restorasi gigi geraham desidui yang terserang karies

tergantung pada pentingnya mempertahankan ruangan, dan hal ini sangat beragam

tergantung pada jenis gigi geligi (Andlaw, dkk., 2012). Salah satu pencegahannya yaitu

melakukan tindakan medis berupa pemasangan Stainless Steel Crown (SSC).

SSC (Stainless Steel Crown) adalah bentuk restorasi extra-coronal yang sangat berguna dalam

pemulihan gigi yang telah rusak parah, geraham desidui yang telah menjalani terapi pulpa

dan 2ypoplasia gigi desidui atau gigi permanen (Cameron, dkk., 2008). SSC (Stainless Steel

Crown) juga merupakan salah satu dari sebagian restorasi yang aman untuk pencegahan menetap

atau jangka panjang dari keretakan gigi (McDonald, dkk., 2004). Gigi geraham desidui apabila

terserang karies yang luas yang tidak mungkin dilakukan preparasi kavitas yang

memuaskan untuk tumpatan amalgam, maka SSC (Stainless Steel Crown) adalah restorasi

yang ideal yang dapat digunakan (Andlaw, dkk.,2012).

SSC (Stainless Steel Crown) dikenal sebagai mahkota berbasis nikel. Mahkota ini memiliki

komposisi antara lain Nickel (72%), Chromium (14%), Fe (6-10%), Karbon (0,04%), Mangan

(0,35%), dan Silicon (0,2%). SSC (Stainless Steel Crown) merupakan salah satu tindakan

restorasi gigi yang seharusnya memiliki bahan restorasi yang ideal karena memiliki sifat

dan karakteristik antara lain biokompatibel terhadap pulpa gigi, tidak beracun di mulut,

tahan terhadap cairan oral, tidak mudah pecah, tahan aus, memiliki daya tekan yang kuat

setidaknya setara dengan enamel, memiliki sifat fisik yang tidak boleh berkurang di lingkungan

mulut dari waktu ke waktu, memiliki dimensi yang stabil, memiliki koefisien ekspansi termal

yang kompatibel dengan struktur gigi disekitarnya, harus hampir tidak larut di mulut, memiliki

karakteristik penanganan yang mudah, waktu kerja yang ideal, dapat ditempatkan dengan

cepat, mudah, serta nyaman (Pinkham, dkk.,2005).

2

Page 3: COMPLETE MAKALAH.doc

BAB II : PEMBAHASAN

INDIKASI PENGGUNAAN SSC

Stainless steel crown dapat digunakan untuk merestorasi gigi sulung yang telah mengalami

karies dengan daerah yang luas, karena jaringan gigi yang tidak cukup untuk retensi tumpatan.

Selain itu, dekalsifikasi yang meluas pada satu permukaan juga merupakan indikasi pemasangan

stainless steel crown. Pada anak-anak dengan rampant karies, stainless steel crown juga lebih

efektif dan cepat, serta ekonomis untuk merestorasi gigi anterior dan posterior. Stainless steel

crown merupakan restorasi mahkota penuh ,menutupi gigi secara keseluruhan sehingga

kemungkinan terjadinya sekunder karies menjadi kecil. Selain itu, SSC biasanya digunakan pada

restorasi ekstra koronal yang sangat berguna pada restorasi :

Gigi yang terlalu rusak

Molar sulung yang mengalami terapi pulpa

Hipoplastik pada gigi primer atau permanen

Pemakaian pada anak – anak yang beresiko tinggi terhadap karies misalnya rampan

karies, khususnya pada anak – anak yang menjalani perawatan dibawah anestesi umum

Karies interproksimal atau karies yang lebih dari dua permukaan

Bentuk gigi yang malformasi akibat kongenital

Pendukung terhadap space maintainer

KONRAINDIKASI PENGGUNAAN SSC

Sedangkan penggunaan SSC dapat berkontraindikasi terhadap situasi berikut ini :

Sensitivitas terhadap nikel atau crown luting cement

Adanya bukti klinis atau radiografi dari patologi pada bagian akar

Gigi yang menunjukkan mobilitas yang berlebihan

Lebih dari dua per tiga dari akar gigi yang telah resorbsi

Kurangnya persetujuan dari orang tua atau wali pasien anak

3

Page 4: COMPLETE MAKALAH.doc

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN PADA SSC

ALAT KEGUNAANKaliper Mengukur jarak mesio-distalEkskavator Pembuangan jaringan karies yang lunakBur Diamond ( Fisur, Silindris, Bulat ) Pembuangan jaringan karies dan untuk melakukan

preparasi gigiCotton Roll IsolasiKaca Mulut Untuk melihat daerah kerja dan menarik pipiPinset Mengankat bahan seperti cotton rollSonde Melihat kedalaman karies dan memeriksa preparasi

gigi serta melihat kedudukan SCCGunting Untuk menggunting lebihan SSCGreen Stone Bur Bentuk flame Untuk menghaluskan lebihan SSC yang ditandai

dengan batas gusi yang terlihat pucat apabila SSC dipasen.

Tang Kriming Untuk melakukan penghalusan batas SSC sebelum SSC dipasang tetap pada gigi.

TEKNIK PEMILIHAN SSC

Tiga pertimbangan utama dalam memilih SSC yang tepat adalah diameter mesiodistal yang

tepat, ketinggian oklusal yang tepat, dan resistensi yang ringan saat penempatan mahkota.

Ukuran SSC dipilih dengan mengukur lebar mesiodistal. Mahkota yang terlalu besar akan rotasi

pada preparasi gigi dan akan memakan waktu lama pada saat adaptasi mahkota.

Jika jarak mesiodistal dari gigi yang akan dipreparasi sudah tidak dapat diukur, dapat diambil

jarak gigi tetangga sebelah mesial ke gigi tetangga sebelah distal dari gigi yang dipreparasi. Bila

gigi tetangga tidak ada, dapat diambil ukuran dari gigi yang kontra lateral pada satu rahang.

Ukuran crown yang dipilih harus cukup besar untuk disisipkan di antara gigi di bawah gingival

margin dan sedikit bisa berotasi.

Apabila SSC ditekan ke arah gingiva, bila terlalu tinggi atau rendah maka oklusi tidak baik. Bila

terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat memasuki sulkus gingiva. Oleh itu, harus diperiksa

apakah tepi SSC pada daerah aproksimal sudah baik.

4

Page 5: COMPLETE MAKALAH.doc

TEKNIK PREPARASI DAN FINISHING SSC

Sebelum dimulai pemasangan SSC, dilakukan preparasi gigi susu untuk mendapatkan adapatasi,

stabilisasi dan retensi yang baik. Preparasi gigi susu dilakukan dengan tujuan pembuangan

jaringan karies, membebaskan titik kontak dengan gigi tetangga dan pengurangan struktur gigi

pada seluruh ukuran. Preparasi dianggap cukup bila sewaktu mencoba SSC sudah berhasil baik.

Teknik preparasi gigi meliputi :

A. Preparasi gigi anterior

Pertama sekali harus dilakukan pengukuran materi gigi. Sebelum gigi dipreparasi jarak mesio-

distal diukur dengan kapiler, tujuannya untuk memilih ukuran SSC yang akan dipakai, sesuai

dengan besarnya gigi asli. Seterusnya melakukan pembuangan seluruh jaringan karies dengan

menggunakan ekskavator atau round bor pada kecepatan rendah. Kemudian mengurangi

permukaan proksimal. Sebelum melakukan preparasi permukaan proksimal, gigi tetangga

dilindungi dengan prositektor atau steel matrik band. Permukaan proksimal dikurangi 0,5 – 1,0

mm dengan bur diamond tapered, dinding proksimal bagian distal dan mesial dibuat sejajar.

Permukaan proksimal diambil jika masih berkontak dengan gigi tetangga dibuang sampai kontak

tersebut bebas. Bagi mengurangi permukaan insisal, bagian insisal dikurangi 1 – 1,5 mm

sehingga nantinya crown sesuai dengan panjang gigi tetangga. Mengurangi permukaan palatal

dengan cara preparasi permukaan palatal 0,5 mm dan dilakukan jika permukaan tersebut

berkontak dengan gigi antagonis. Jika pada kasus open bite untuk gigi anterior atas, permukaan

palatal tidak perlu dipreparasi. Seterusnya mengurangi permukaan labial dengan dipreparasi 0,5

– 1,0 mm cukup dengan membuang karies dan tidak membuang undercut. Melakukan

penghalusan pinggir – pinggir yang tajam pada bagian proksimal mengakibatkan crown sukar

beradapatasi dengan gigi. Bagian pinggir yang tajam dari preparasi harus dibulatkan. Akhirnya,

setelah dilakukan pembuangan jaringan karies mencapai dentin yang dalam, sebaiknya ditutupi

dengan kalsium hidroksida yang berfungsi untuk melindungi pulpa terhadap iritasi.

B. Preparasi gigi posterior

Pertama sekali dilakukan pengukuran materi gigi. Sebelum gigi dipreparasi jarak mesio distal

diukur dengan kaliper. Pengukuran ini bertujuan untuk memilih besarnya SSC yang akan

5

Page 6: COMPLETE MAKALAH.doc

dipakai, sesuai dengan besarnya gigi. Pembuangan seluruh jaringan karies dengan round bur

putaran rendah atau dengan menggunakan ekskavator.seterusnya mengurangi permukaan

oklusal, fisur – fisur yang dalam pada permukaan oklusal diambil sampai kedalaman 1 – 1,5 mm

dengan tapered diamond bur. Kemudian mengurangi permukaan proksimal, sebelum melakukan

preparasi, gigi tetangga dilindungi dengan prositektor atau suatu steel matrik band. Tempatkan

tapered diamond bur berkontrak dengan gigi pada embrasur bukal atau lingual dengan posisi

sudut kira – kira 20° dari vertikal dan ujungnya pada margin gingiva. Preparasi dilakukan dengan

suatu gerakkan bukolingual mengikuti kontour proksimal gigi. Untuk mengurangi resiko

kerusakan pada gigi tetangga akibat posisi bur yang miring, maka slicing dilakukan lebih dahulu

dari lingual ke arah bukal atau sebaliknya, baru kemudian dari oklusal ke gingival. Mengurangi

permukaan bukal dan lingual dengan tapered diamond bur permukaan bukal dan lingual

dikurangi sedikit sampai ke gingival margin dengan kedalaman lebih kurang 1 –1,5 mm. Sudut –

sudut antara ke-2 permukaan dibulatkan. Akhirnya, harus dipastikan bahawa pulpa dilindungi.

Apabila pembuangan jaringan karies yang telah mencapai dentin cukup dalam sebaiknya ditutupi

dengan kalsium hidroksida, yang berfungsi melindungi pulpa terhadap iritasi.

Langkah-langkah persiapan SCC sebelum dipasang:

i. Pemilihan ukuran SSC.

SSC dipilih sesuai jarak mesio-distal gigi susu sebelum preparasi. Jika jarak mesio-distal dari

gigi yang akan dipreparasi sudah tidak dapat diukur, dapat diambil jarak gigi tetangga

sebelah mesial ke gigi tetangga sebelah distal dari gigi yang dipreparasi. Bila gigi tetangga

tidak ada, dapat diambil ukuran dari gigi yang kontra lateral pada satu rahang. Ukuran crown

yang dipilih harus cukup besar untuk disisipkan diantara gigi dibawah gingival margin dan

sedikit bisa berotasi.

ii. Pemotongan SSC.

Letakkan SSC yang sudah dipilih di atas gigi yang telah dipreparasi. Tekan SSC ke arah

gingiva :

bila terlalu tinggi atau rendah maka oklusi tidak baik.

bila terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat memasuki sulkus gingiva.

6

Page 7: COMPLETE MAKALAH.doc

Periksa apakah tepi SSC pada daerah aproksimal sudah baik. Tentukan kelebihan SSC,

kemudian buang dengan stone bur atau potong dengan gunting. SCC dicoba lagi dan

diperhatikan:

oklusi gigi geligi.

jika gingiva terlihat pucat berarti SSC masih kepanjangan dan perlu pemotongan bagian

servikalnya.

iii. Pembentuan SCC.

Diperlukan tang – tang khusus :

Tempatkan tang dengan paruh cembung sebelah dalam dan paruh cekung sebelah luar

mahkota yang akan dibentuk.

Bagian bukal dan lingual serta servikal dibentuk dengan konfigurasi yang sesuai dengan

giginya. Bagian servikal harus benar menempel pada posisi gigiuntuk mendapatkan

retensi yang maksimal.

iv. Pemasangan SCC.

Setelah gigi selesai dipreparasi, SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan diisolasi dengan

gulungan kapas. Saliva ejektor dipasang agar gigi tetap kering dan bebas dari saliva. Pasang

SCC dari lingual-bukal sampai posisi yang tepat, kemudian pasien disuruh mengigit wooden

blade yang dileta diatas gigi tersebut.

v. Penghalusan SSC.

Penghalusan merupakan langkah terakhir dan penting jika SSC telah sesuai. Permukaan kasar

akan mengiritasi gingiva dan memudahkan penumpukan plak. Lakukan penghalusan tepi

SSC (buat knife edge cervical margin) kontak garis antara SSC dengan gigi. Gunakan Stone

Bur untuk melakukan proses ini. Pemolesan tepi servikal SSC harus dengan rubber wheel

(ditambah dengan brush & bahan polis).Selain itu , pelindung CaOH digunakan pada kavitas

yang dalam. Bahan sementasi yang digunakan adalah Zn phospat, polycarboxylate atau glass

ionomer. Isi SSC dengan bahan semen, masukkan dental floss pada permukaan proksimal

gigi dan pasang SSC. Kelebihan semen dibersihkan dan pada bagian proksimal floss

diangkat.

7

Page 8: COMPLETE MAKALAH.doc

BAB III : KESIMPULAN

KESIMPULAN

Stainless steel crown merupakan restorasi pilihan terbaik terutama untuk gigi sulung dengan

karies yang luas ataupun trauma yang patah. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai

perawatan lanjutan dari perawatan saluran akar, serta untuk menangani kasus kelainan dalam

perkembangan jaringan keras gigi seperti amelogenesis imperfecta. Keuntungan dari SSC ini

adalah kerja lebih cepat, oleh karena mahkota SSC sudah tersedia sesuai dengan ukuran dan

bentuk gigi. Lebih tahan lama oleh karena terbuat dari logam SSC dapat diselesaikan dalam 1

kali kunjungan, hal ini sangant baik terutama untuk anak – anak. Kekurangan stainless steel

crown dari segi estetisnya yaitu berwarna keperakan, dimana tidak menyerupai warna gigi

asli. Hal ini mengganggu terutama untuk penggunaannya pada gigi anterior. Namun, keadaan

ini dapat diatasi dengan pembuatan jendela pada bagian labial mahkota. Jendela yang

dimaksud adalah mempreparasi bagian labial tersebut, dan sebagai gantinya diisi dengan

lapisan sewarna gigi seperti resin komposit, self curing acrylic, dan kompomer, sehingga gigi

tersebut dapat dipertahankan hingga waktunya tanggal.

8

Page 9: COMPLETE MAKALAH.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Stainless steel crown. http://ocw.usu.ac.id/course/download/611-PEDODONSIA-

TERAPAN/pdi705_slide_stainless_steel_crown1.pdf.

2. 17/08/2000. http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t39135.pdf.

3. Tiara A. Stainless steel crown. 13 Mei 2011. . (23 September 2011).

4. Boenjamin F, Jeddy. Restorasi karies luas pada gigi sulung dengan stainless steel crown.

Dentika Dental Journal 2001; 6 (1): 64-9.

5. Hermina T. Mahkota stainless steel dangan jendela untuk restorasi gigi anterior sulung.

Dentika Dental Journal 2001; 6 (2): 330-3.

6. Stephen HY, Wei. Pediatric dentistry: total patient care. Ed.1. Philadelphia: Lea &

Febiger, 1988: 224-231.

7. Rao A. Principles and Practice of Pedodontics. books.google.com/books?

isbn=9350258919: page 268.

8. Ilmu material dan teknologi kedokteran gigi / lasminda syafiar … (et.al). cetakan ke-2.

Medan:USU press, 2012.

9. Kresno, Siti Budina. Imunologi : Diagnosis Dan Prosedur Laboratorium. Edisi ke 4, Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.

9