conceptual understanding procedures (cups) …lib.unnes.ac.id/19765/1/4201409105.pdf · saat...
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES (CUPs)
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
CURIOSITY SISWA PADA PELAJARAN FISIKA
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Fera Ismawati
4201409105
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures (CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika” telah disetujui pembimbing untuk diajukan
ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 23 Juli 2013
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M. Si Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si
NIP 19650107 198901 1 001 NIP 19620301 198901 2 001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian
hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 29 Juli 2013
Fera Ismawati
4201409105
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Penerapan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa
pada Pelajaran Fisika
disusun oleh
Fera Ismawati
4201409105
telah dipertahankan di hadapan siding Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 29 Juli 2013.
Panitia :
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M. Si. Dr. Khumaedi, M.Si.
NIP 19631012 198803 1 001 NIP 19630610 198901 1 002
Ketua Penguji
Sunarno, S. Si, M. Si.
NIP 19720112 199903 1 003
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M. Si Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si
NIP 19650107 198901 1 001 NIP 19620301 198901 2 001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Barang siapa menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan
menuju surga (H.R. Muslim).
Jangan mudah pasrah dan menyerah dengan alasan semua adalah
kehendakNya, sebelum ada ikhtiar dan do’a yang maksimal.
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Bapak dan Almarhum Ibu yang selalu menjadi motivasi saya, terimakasih atas
do’a dan nasihat yang selalu mendampingi setiap langkah saya.
Adek saya tersayang, terimakasih atas semangatnya.
Segenap keluarga besar, terimakasih untuk semangat dan dukungannya.
Para dosen dan guru saya.
Sahabat-sahabat saya dan teman-teman fisika angkatan 2009 yang berjuang
bersama saya.
Semua pihak yang telah banyak membantu saya.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya sehingga penulis diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika”.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi
Muhammad saw.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis juga banyak memperoleh
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada.
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M. Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si., Dosen Pembimbing Utama yang penuh
kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si., Dosen Pembimbing Pendamping yang penuh
kesabaran dan pengertian dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini.
vii
6. Bapak Isa Akhlis, S. Si, M. Si., Dosen wali yang telah membimbing selama
penulis belajar di Jurusan Fisika UNNES.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu
kepada penulis.
8. H. Muhammad Taufiq, S. Pd, Kepala SMP Negeri 2 Kudus yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Kudus.
9. H. Suwarti, S.Pd., guru mata pelajaran IPA kelas 7A-7D yang telah
memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian di SMP
Negeri 2 Kudus.
10. Pak Agib Setiawan, yang telah memberikan motivasi dan semangat belajar
untuk belajar fisika.
11. Pak Wawan dan Pak Selamet, yang banyak membantu saya demi kelancaran
penelitian di SMP Negeri 2 Kudus
12. Seluruh siswa kelas 7B dan 7B SMP Negeri Negeri 2 Kudus tahun ajaran
2012/2013 yang telah menjadi subyek penelitian.
13. Sahabat, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu, terimakasih
untuk bantuan dan semangatnya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Kritik dan saran dari pembaca yang membangun akan penulis
terima untuk perbaikan penulis di masa mendatang.
Semarang, Juli 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
Ismawati, Fera. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures (CUPs) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Utama Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. dan Pembimbing
Pendamping Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si.
Kata kunci : model pembelajaran CUPs, pemahaman konsep, curiosity.
Observasi langsung terhadap proses pembelajaran di SMP Negeri 2
Kudus, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode
ceramah dan jarang melakukan eksperimen. Kegiatan ceramah membuat siswa
kurang aktif dan kurang tertarik pada pembelajaran, karena siswa hanya menerima
transfer ilmu dan informasi. Siswa akan lebih mengingat pemahaman konsep yang
diperoleh dari hasil mengkonstruksi pemahamannya sendiri dibandingkan secara
informatif. Curiosity (rasa ingin tahu yang mendalam) siswa harus ditingkatkan
saat kegiatan pembelajaran, agar siswa tertarik pada pelajaran, aktif, komunikatif,
dan lebih mudah memahami konsep. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan curiosity siswa, dan keefektifan model pembelajaran CUPs
dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika.
Sampel penelitian adalah kelas 7B sebagai kelas eksperimen, dan kelas 7D
sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat model pembelajaran CUPs,
dan kelas kontrol mendapat model pembelajaran eksperimen verifikasi.
Pengambilan data untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan
curiosity menggunakan metode tes, angket, dan observasi. Teknik analisis data
menggunakan uji gain dan uji-t pihak kiri. Hasil uji gain pemahaman konsep pada
kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,67 dan kelas kontrol sebesar 0,58. Hasil uji
gain curiosity pada kelas eksperimen diperoleh sebesar 0,21 dan kelas kontrol
sebesar 0,20. Hasil pengujian hipotesis peningkatan pemahaman konsep dan
curiosity siswa menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , artinya Ho diterima dan Ha
ditolak.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran CUPs terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
curiosity siswa pada pelajaran fisika. Model pembelajaran CUPs juga lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika. Bagi peneliti yang
hendak melakukan penelitian, sebaiknya memperhatikan karakteristik instrumen
yang digunakan, agar diperoleh analisis data yang lebih baik. Guru hendaknya
membiasakan siswa dengan kegiatan diskusi, kerja kelompok, dan presentasi agar
dapat meningkatkan curiosity siswa pada materi pelajaran, sehingga siswa tidak
hanya menerima transfer ilmu dan informasi dari guru.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iv
MOTTO.............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
1.6 Penegasan Istilah ............................................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedure
(CUPs) ............................................................................................ 11
x
2.2 Pemahaman Konsep ........................................................................ 16
2.3 Curiosity ......................................................................................... 17
2.4 Tinjauan Materi Fisika di SMP ........................................................ 23
2.5 Materi Pemuaian ............................................................................. 26
2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................... 28
2.7 Hipotesis ......................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi .......................................................................................... 32
3.2 Sampel ............................................................................................ 32
3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 32
3.4 Desain Penelitian ............................................................................ 33
3.5 Langkah-langkah Penelitian ............................................................ 33
3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 38
3.7 Instrumen Penelitian ........................................................................ 39
3.8 Analisis Instrumen Penelitian .......................................................... 41
3.9 Metode Analisis Data ...................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep .................................. 54
4.2 Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol .................................................................................. 55
4.3 Hasil Observasi Peningkatan Curiosity Siswa Selama Kegiatan
Pembelajaran .................................................................................... 56
4.4 Uji Peningkatan Pemahaman Konsep ................................................ 57
4.5 Uji Peningkatan Curiosity ................................................................. 59
xi
4.6 Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Model Pembelajaran CUPs .............. 61
4.7 Hubungan Curiosity dengan Pemahaman Konsep ............................. 63
4.8 Pembahasan ...................................................................................... 65
4.9 Kendala dan Keterbatasan ................................................................. 82
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 84
5.2 Saran ................................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sintaks Model Pembelajaran CUPs .............................................................. 14
2.2 Pengelompokkan Sikap Ilmiah Siswa ........................................................... 20
2.3 Indikator Rasa Ingin Tahu ............................................................................ 22
2.4 Indikator Curiosity Menurut Harlen ............................................................. 22
2.5 Indikator Pembelajaran Materi Pemuaian ..................................................... 24
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 33
3.2 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba ......................................................... 42
3.3 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ............................................. 43
3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba ................................................ 45
3.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep .......................... 47
3.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Angket Curiosity ..................................... 48
3.7 Hasil Perhitungan Uji Varians Tes Pemahaman Konsep ............................... 49
3.8 Hasil Perhitungan Uji Varians Angket Curiosity .......................................... 49
3.9 Deskripsi kualitatif koefisien korelasi ........................................................... 53
4.1 Peningkatan Curiosity Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Selama
Kegiatan Pembelajaran .................................................................................. 57
4.2 Hasil Perhitungan Uji Gain Tes Pemahaman Konsep .................................... 58
4.3 Hasil Perhitungan Uji Uji Peningkatan Curiosity .......................................... 60
4.4 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Pemahaman Konsep ................................... 62
4.5 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity .................................................... 63
4.6 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity Selama Kegiatan Pembelajaran ... 63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Triplet ............................................................................................... 15
2.2 Pelaksanaan Diskusi Kelas ........................................................................... 15
2.3 Curiosity sebagai Pondasi Tiga Tingkatan Berpikir Siswa ............................ 21
2.4 Model Atom Mekanik .................................................................................. 26
2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 30
3.1 Alur Penelitian ............................................................................................. 36
4.1 Diagram Hasil Pretest Pemahaman Konsep .................................................. 54
4.2 Diagram Hasil Posttest Pemahaman Konsep ................................................. 55
4.3 Diagram Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Sebelum Pembelajaran ...... 55
4.4 Diagram Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Setelah Pembelajaran ......... 56
4.5 Diagram Hasil Uji Gain Tes Pemahaman Konsep ditinjau dari Setiap
Aspek Kognitif ............................................................................................. 59
4.6 Diagram Perbandingan Peningkatan Curiosity Hasil Observasi pada
Pertemuan Pertama dan Ketiga ..................................................................... 61
4.7 Grafik hubungan peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman
konsep........................................................................................................... 64
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ......................................................................................................... 89
2. Hasil Analisis Soal Uji Coba ........................................................................ 92
3. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ................................................................ 96
4. Soal Pretest dan Posttest .............................................................................. 98
5. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ...................................................... 102
6. Indikator Curiosity ....................................................................................... 107
7. Kisi-kisi Angket Curiosity ............................................................................ 108
8. Pendoman Penilaian Lembar Observasi ........................................................ 109
9. Angket Curiosity .......................................................................................... 112
10. Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal Kelas 7A-7D ....................................... 114
11. Uji Normalitas Nilai UAS ............................................................................ 115
12. Uji Homogenitas Populasi ............................................................................ 119
13. Lembar Kerja Individu Kelas Eksperimen .................................................... 120
14. Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen ................................................. 126
15. Lembar Kerja Kelompok Kelas Kontrol ....................................................... 133
16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...................... 139
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ............................ 156
18. Hasil Tes Pemahaman Konsep ..................................................................... 172
19. Hasil Uji Normalitas Pretest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ........... 173
20. Hasil Uji Normalitas Posttest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen .......... 174
21. Hasil Uji Normalitas Pretest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol .................. 175
xv
22. Hasil Uji Normalitas Posttest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ................ 176
23. Hasil Uji Varians Tes Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ...................... 177
24. Hasil Uji Varians Tes Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ............................ 178
25. Hasil Uji Gain Pemahaman Konsep .............................................................. 179
26. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Pemahaman Konsep ................................... 182
27. Hasil Analisis Tingkat Curiosity Sebelum Pembelajaran .............................. 183
28. Hasil Analisis Tingkat Curiosity Setelah Pembelajaran ................................ 185
29. Hasil Analisis Observasi Peningkatan Curiosity Kelas Eksperimen .............. 187
30. Hasil Analisis Observasi Peningkatan Curiosity Kelas Kontrol ..................... 188
31. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity dari Hasil Observasi .................... 189
32. Hasil Uji Normalitas Skor Angket Curiosity Sebelum Pembelajaran ............ 190
33. Hasil Uji Normalitas Skor Angket Curiosity Setelah Pembelajaran ............... 192
34. Hasil Uji Varians Skor Angket Curiosity Sebelum Pembelajaran .................. 194
35. Hasil Uji Varians Skor Angket Curiosity Setelah Pembelajaran ..................... 195
36. Hasil Uji Gain Curiosity ............................................................................... 196
37. Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Curiosity .................................................... 199
38. Hasil Analisis Korelasi Curiosity dan Pemahaman Konsep ........................... 200
39. Surat Keterangan Ijin Observasi ................................................................... 201
40. Surat Keterangan Ijin Penelitian ................................................................... 202
41. Surat Keputusan Penentuan Dosen Pembimbing ........................................... 203
42. Surat Keterangan Penelitian ......................................................................... 204
43. Dokumentasi ................................................................................................ 205
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang terdapat di alam sekitar secara
sistematis, sehingga IPA tidak hanya berupa kumpulan serangkaian fakta, konsep,
atau prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan konsep. IPA merupakan ilmu
dasar yang dikembangkan berdasarkan hasil penemuan ilmiah terkait peristiwa
alam yang terjadi dalam keseharian. Sesuai dengan sifatnya maka orientasi
pembelajaran IPA lebih ke arah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep
dasar, pengembangan keterampilan sains, dan pengembangan keterampilan
berpikir, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-
prinsip.
Kelompok mata pelajaran IPA terbagi menjadi beberapa bidang sesuai
dengan perbedaan bentuk dan cara pandang terhadap gejala alam. Fisika termasuk
dalam salah satu mata pelajaran sains yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan fenomena yang terjadi di alam sekitar,
serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran IPA di SMP/ MTs berdasarkan
KTSP 2006 yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip IPA yang
2
bermanfaat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab
itu proses pembelajaran harus lebih ditekankan pada pemahaman konsep.
Pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan masih banyak
yang belum sesuai dengan tujuan KTSP. Observasi yang dilakukan oleh penulis
saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu sekolah di
kabupaten Semarang serta penuturan dari beberapa praktikan lainnya,
menunjukkan bahwa: pertama, pembelajaran fisika yang dilakukan di sekolah
sebagai tempat praktik masih bersifat konvensional, proses pembelajaran
cenderung berpusat pada guru dan lebih bersifat transfer pengetahuan; kedua,
proses pembelajaran yang dilakukan di kelas lebih sering didominasi oleh guru,
dan kurang memfasilitasi siswa dalam proses penemuan konsep, siswa hanya
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep yang bersifat informatif; ketiga, proses
pembelajaran yang terkesan monoton membuat siswa menjadi bosan dan kurang
berminat pada pelajaran fisika, sehingga berdampak pada pencapaian hasil belajar
yang masih tergolong rendah. Didukung dari hasil observasi yang dilakukan
penulis di salah satu kelas di sekolah PPL menunjukkan bahwa 67,75% siswa
menginginkan adanya variasi pembelajaran supaya mereka tidak merasa bosan
dan tegang, dan 31,25% siswa memilih pembelajaran fisika dengan kegiatan
ceramah. Basili dan Sanford (1991) sebagaimana dikutip oleh Cakir (2008),
menyatakan bahwa seorang guru tidak hanya diwajibkan untuk memperhatikan
cara mengajar, tetapi juga harus memperhatikan bagaimana cara belajar siswa.
Guru sains harus memberikan pembelajaran dengan melibatkan proses sains dan
3
memperhatikan isi materi supaya siswa dapat mengkonstruksi pemahamannya
lebih baik daripada pemahaman yang diperoleh dari pemberian ceramah.
Proses pembelajaran fisika dengan metode konvensional masih terjadi di
sekolah lokasi penelitian. Pengamatan oleh penulis saat melakukan observasi
langsung terhadap proses pembelajaran di kelas 7, menunjukkan bahwa kegiatan
pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Kegiatan ceramah membuat
siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa hanya menerima
transfer ilmu dan informasi dari guru. Metode pembelajaran konvensional kurang
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan bertanya dan
berpendapat. Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru mata
pelajaran, diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa untuk bertanya masih
sangat rendah, siswa hanya memperoleh informasi dari guru. Saat guru
memberikan kesempatan bertanya, siswa menjawab sudah paham dan masih
jarang yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Berdasarkan informasi tersebut
penulis menyimpulkan bahwa menumbuhkan curiosity (rasa ingin tahu yang
mendalam) siswa dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa, sehingga
siswa dapat menjadi lebih aktif dan komunikatif dalam kegiatan pembelajaran.
Pemahaman konsep yang diperoleh siswa secara informatif, kurang
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan proses penemuan
pemahaman konsep. Novak (1988) sebagaimana dikutip oleh Cakir (2008),
menyatakan bahwa pengorganisasian proses perbelajaran sangat penting untuk
membangun pemahaman konsep. Proses pembelajaran yang baik tidak hanya
menyampaikan informasi tentang konsep, tetapi juga memperhatikan proses
4
penyampaian konsep. Pengorganisasian proses pembelajaran yang baik dapat
menggunakan model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi pelajaran.
Cakir (2008) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan hal yang
sangat penting, dan harus menjadi fokus perhatian dalam proses pembelajaran
sains, serta lebih diutamakan dibandingkan menghafal. Apabila proses
pembelajaran fisika hanya menekankan pada menghafal, siswa dapat memiliki
anggapan bahwa pelajaran fisika tidak ada keberkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Minat siswa terhadap pelajaran fisika cenderung rendah, untuk itu
yang harus dilakukan oleh guru adalah membangkitkan motivasi siswa dalam
pelajaran fisika. Motivasi siswa akan timbul apabila ditingkatkannya curiosity
dalam diri siswa, karena curiosity adalah pondasi untuk melakukan proses
pembelajaran. Binson (2009) menyatakan bahwa curiosity adalah bahan bakar
yang dapat membangkitkan energi motivasi internal yang berguna dalam proses
pembelajaran dan pemahaman. Ketika siswa tahu bahwa konsep fisika yang
mereka pelajari sangat berguna dan memiliki peranan penting dalam
perkembangan berbagai produk teknologi, maka minat belajar siswa dapat
meningkat. Curiosity siswa terhadap pelajaran dapat membuat siswa akan lebih
termotivasi dan antusias untuk belajar sains, khususnya fisika.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa pada mata pelajaran fisika adalah Conceptual Understanding
Procedures (CUPs). Gunstone et al., (2009) menyatakan bahwa CUPs merupakan
model pembelajaran yang terdiri atas serangkaian kegiatan pembelajaran dan
bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Tiga fase
5
pembelajaran CUPs adalah, fase kerja individu, fase kerja kelompok, dan fase
presentasi hasil kerja kelompok. Fase pertama diawali dengan penyajian
demonstrasi sederhana oleh guru untuk menumbuhkan curiosity siswa. Salah satu
contoh demonstrasi sederhana yang bisa dilakukan adalah pembuatan roket
alkohol untuk menjelaskan konsep pemuaian gas. Selanjutnya masing-masing
siswa diberi lembar kerja individu. Siswa ditugaskan untuk menjawab dan
memberikan pendapat tentang hasil demonstrasi dan materi yang akan
disampaikan. Fase kedua adalah fase kerja kelompok, siswa bekerja secara
berkelompok dalam kegiatan eksperimen dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi
kelompok, siswa membahas hasil kegiatan eksperimen kelompok dan
mengerjakan lembar kerja kelompok. Pada fase ketiga, masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, guru bertindak sebagai fasilitator dan
mengevaluasi hasil kerja kelompok. Hasil kerja kelompok siswa ditempel di
papan tulis, siswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil dan siswa yang
lainnya diberi kesempatan untuk memberikan pendapat.
Penggunaan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satu penelitian yang
dilakukan oleh Paoki (2012) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
penguasaan konsep siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) yang lebih baik bila
dibandingkan dengan peningkatan penguasaan konsep siswa melalui
pembelajaran dengan model pembelajaran tradisional.
6
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang implementasi model pembelajaran CUPs untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika.
Penelitian dilakukan dengan mengangkat judul "Penerapan Model Pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Curiosity Siswa pada Pelajaran Fisika".
Materi fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah materi pemuaian.
Peristiwa pemuaian banyak terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari, baik manfaat dan dampak negatif. Pembelajaran
materi pemuaian biasanya berupa penyampaian materi dan pemberian contoh,
jarang pembelajaran yang menjelaskan proses penemuan konsep pemuaian
dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian terjadi. Pemahaman konsep yang
diperoleh siswa secara informatif kurang maksimal dibandingkan pemahaman
konsep yang diperoleh dengan mengkonstruksi pemahamannya sendiri.
Penyampaian materi pemuaian dengan model pembelajaran CUPs, bertujuan
untuk menyampaikan konsep pemuaian agar lebih mudah dipahami siswa dan
membuat siswa menikmati kegiatan pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah
yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding
Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
curiosity siswa pada pelajaran fisika?
7
2. Apakah model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen
verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa?
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap permasalahan dalam
penelitian ini, maka perlu diberikan batasan-batasan masalah seagai berikut:
1. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah keefektifan model pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa pada pelajaran fisika yang
diberikan pada kelas eksperimen, dan pada kelas kontrol akan diberikan
model pembelajaran eksperimen veirifikasi.
2. Penguasaan konsep dalam penelitian ini hanya mencakup hasil belajar
kognitif siswa.
3. Curiosity dibedakan menjadi tiga aspek curiosity yaitu physical curiosity,
social curiosity, dan intellectual curiosity, dalam penelitian ini yang akan
dikembangkan hanya intellectual curiosity yaitu sikap ingin tahu yang
timbul karena diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar.
Peningkatan curiosity pada penelitian ini akan dikembangkan melalui
penerapan model pembelajaran CUPs. Peningkatan curiosity dapat
diketahui dari sikap yang ditunjukkan siswa seperti tidak ragu untuk
bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami serta mau mencari
berbagai informasi dari berbagai sumber.
8
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep dan curiosity
siswa pada pelajaran fisika setelah diberi model pembelajaran Conceptual
Understanding Procedure (CUPs).
2. Untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Conceptual
Understanding Procedure (CUPs) dibandingkan model pembelajaran
eksperimen verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
curiosity siswa.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Bagi Siswa:
1. Membantu siswa untuk meningkatkan curiosity dan pemahaman
konsep pada mata pelajaran fisika
2. Memberikan pengalaman belajar yang menarik
3. Meningkatkan motivasi belajar siswa
Bagi Guru:
1. Memberikan informasi tentang alternatif model pembelajaran yang
bisa diterapkan guna meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity
siswa
2. Mengembangkan kreativitas Guru dalam melakukan variasi pada
proses pembelajaran.
9
Bagi Peneliti:
1. Mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Conceptual Understanding
Procedure.
1.6 Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam
penelitian ini, maka dilakukan penegasan istilah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs)
merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
meningkatkan pemahaman konsep yang memiliki prosedur pembelajaran
CUPs meliputi tiga tahapan yaitu, fase kerja individu, fase kerja
kelompok, dan diskusi kelas (persentasi hasil).
2. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep
materi yang telah diberikan pada proses pembelajaran. Peningkatan
pemahaman konsep diukur berdasarkan hasil belajar kognitif siswa.
Aspek hasil belajar kognitif diukur menggunakan instrument test yang
berpedoman pada taksonomi Bloom, dalam hal ini hanya dibatasi dari
tahap pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis
(C4). Peningkatan pemahaman konsep diukur dengan hasil belajar
kognitif yang berbentuk tes tulis jenis pilihan ganda.
3. Curiosity merupakan sikap yang harus dikembangkan dalam pendidikan
sains. Curiosity didefinisikan sebagai kecenderungan untuk bertanya,
menyelidiki atau mencari setelah mendapatkan pengetahuan. Hal tersebut
10
merupakan suatu kerangka berpikir mengenai sikap ingin tahu yang lebih
mendalam mengenai sesuatu. Curiosity juga dapat menimbulkan motivasi
internal yang menjadi dasar suatu pendidikan (Binson, 2009). Pada
penelitian ini, curiosity siswa pada pelajaran fisika diukur dengan lembar
angket dan lembar observasi.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Model Pembelajaran Concetual Understanding Procedures
(CUPs)
Conceptual Understanding Procedures atau (CUPs) adalah suatu prosedur
pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa
memahami konsep-konsep sains (Gunstone et al., 1999). Cakir (2008)
menyatakan bahwa setiap kegiatan pembelajaran sains harus mengutamakan
pemahaman. Pembelajaran IPA harus mengutamakan pemahaman konsep, bukan
hanya menghafal teori. Pemahaman konsep yang baik dapat membantu siswa
dalam hal pemecahan masalah (problem solving).
CUPs dikembangkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme,
yaitu model pembelajaran yang didasarkan pada keyakinan bahwa siswa dapat
membangun pemahaman konsep mereka sendiri dengan memperluas atau
memodifikasi pengalaman yang dimiliki siswa. Carin (1997: 17) menyatakan
bahwa konstruktivisme adalah kegiatan hands-on dan minds-on dalam
pembelajaran sains. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri, dan tidak hanya
menerima transfer ilmu dari guru. Model pembelajaran konstruktivisme
memberikan beberapa wawasan tentang mengapa dan bagaimana sesuatu hal
dapat terjadi (Gunstone et al., 1998). Pembelajaran konstruktivisme dapat
dilakukan dengan cara menumbuhkan rasa ingin tahu melalui kegiatan sains yang
dilakukan di dalam kelas. Misalnya dengan melakukan percobaan, siswa dapat
12
menghubungkan pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan yang telah
dimiliki. Pengetahuan awal siswa mungkin dapat menumbuhkan miskonsepsi
yang dapat mengganggu pembelajaran selanjutnya. Siswa membangun
pemahamannya sendiri, sedangkan guru tidak dapat mengawasi seluruh siswa
dalam kelas. Solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat setiap siswa
membangun pengetahuan yang benar adalah dengan memperhatikan prosedur
pembelajaran. Model pembelajaran CUPs dapat membantu mengembangkan
pemahaman konsep sains dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme dan kegiatan diskusi.
Correiro et al., (2008) menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penerapan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, yaitu:
(1) memberikan informasi awal sebelum pembelajaran, siswa dikenalkan pada
materi yang akan dibahas; (2) menggali konsep awal yang dimiliki siswa yang
berkaitan dengan materi pelajaran; (3) merancang desain eksperimen yang akan
dilakukan (membuat rancangan kagiatan labolatorium atau pembagian kelompok);
dan (4) kegiatan labolatorium, dapat berupa kegiatan eksperimen dan pembuatan
laporan hasil eksperimen. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran CUPs telah
memenuhi empat faktor tersebut. Di awal pembelajaran siswa diberi demonstrasi
sederhana, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi awal. Kegiatan
demonstrasi membantu siswa menggali pengetahuan yang telah dimiliki tentang
materi yang akan disampaikan. Selanjutnya, untuk mengetahui konsep awal yang
dimiliki siswa digunakan lembar kerja individu. LKS individu berisi beberapa
pertanyaan, diantaranya ada yang berhungan dengan demonstrasi yang dilakukan
13
guru, sesuai dengan faktor kedua. Tahap berikutnya siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil, sesuai dengan faktor ketiga. Kegiatan terakhir siswa
melakukan diskusi kelas untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, sesuai
dengan faktor keempat.
Model pembelajaran CUPs juga memperkuat nilai pembelajarn kooperatif
karena terdapat fase kerja kelompok. Indrawati dan Setiawan (2009: 78)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi
pembelajaran yang mengembangkan hubungan kerjasama di antara peserta didik
dalam mengerjakan tugas-tugas akademik di dalam kelas. Johnson & Johnson
(1999) sebagaimana dikutip oleh Johnson et al., (2000) menyatakan bahwa
cooperative learning dapat dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-
kelompok untuk bekerja sama menyelesaikan suatu permasalahan atau bertukar
pikiran dalam proses belajar. Setiap siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
apabila kelompok telah mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Salah satu
faktor pendukung keberhasilan pembelajaran kooperatif adalah menekankan
pemahaman konsep pada setiap variasi pembelajaran. Johnson et al., (2000)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah bentuk umun
dari pengorganisasian siswa dalam kelas saat proses pembelajaran. Guru dapat
menerapkan pembelajarn kooperatif, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
kelas.
Pada penerapan model pembelajaran CUPs, siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil. Setiap kelompok beranggotakan tiga siswa (triplet), namun
pembagian kelompok dapat menyesuaikan jumlah siswa dalam kelas. Pembagian
14
kelompok dilakukan secara heterogen, artinya setiap kelompok harus
beranggotakan minimal satu siswa putra. Kemampuan kognitif siswa dalam satu
kelompok juga harus konvergen (rendah-sedang-tinggi) (Mariana dan Praginda,
2009: 52). Sintaks model pembelajaran CUPs dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sintaks model pembelajaran CUPs
Tahap
Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Fase 1
Siswa bekerja
secara
individu
Melakukan demonstrasi
sederhana mengenai materi
yang akan dipelajari
Membagikan lembar kerja
individu
Memperhatikan
demonstrasi yang
dilakukan oleh guru
Mengerjakan lembar kerja
individu
Fase 2
Siswa bekerja
secara
berkelompok
Membagi siswa dalam
kelompok-kelompok kecil
Membagikan lembar kerja
kelompok
Membagikan alat dan bahan
untuk kegiatan eksperimen
Melakukan kegiatan
eksperimen secara
berkelompok
Membuat laporan hasil
eksperimen sederhana
Fase 3
Diskusi kelas
Memfasilitasi siswa dalam
mempresentasikan hasil kerja
kelompok
Mempresentasikan hasil
kerja kelompok
Kegiatan pokok dalam model pembelajaran CUPs terdiri atas tiga fase
utama, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.1. Pembelajaran diawali dengan
demonstrasi sederhana untuk menggali informasi konsep awal yang dimiliki
setiap siswa. Setelah guru selesai menyampaikan demonstrsi, siswa diberi lembar
kerja individu. Siswa diarahkan untuk mengisi LKS individu dan diberi kebebasan
untuk berpendapat. Diperoleh informasi tentang pemahaman konsep awal siswa
terhadap materi pemuaian dari jawaban siswa. Pada tahap pembagian kelompok,
posisi tempat duduk masing-masing kelompok ditentukan seperti ditunjukkan
15
pada Gambar 2.1. Kegiatan kelompok meliputi eksperimen dan diskusi hasil
eksperimen. Hasil diskusi kelompok dibahas pada kegiatan diskusi kelas. Gambar
2.2. menunjukka kondisi kelas saat kegiatan presentasi hasil eksperimen.
Siswa Guru
Gambar 2.1. Model Triplet
Siswa Guru jawaban LKS
Kelompok
Gambar 2.2. Pelaksanaan Diskusi Kelas
2 1
5
3
6
4
7
1 2 3 4
5 6 7
1
2 1
5
3
6
4
7
16
Saat kegiatan diskusi kelompok, guru memeriksa hasil diskusi kelompok,
membandingkan persamaan dan perbedaan jawaban masing-masing kelompok.
Diskusi kelas dimulai dengan memilih salah satu jawaban yang jawabannya
dianggap mewakili seluruh jawaban yang ada. Guru meminta salah satu anggota
kelompok yang jawabannya diambil untuk menjelaskan jawaban mereka. Jawaban
kelompok lain yang berbeda dengan jawaban kelompok yang dipilih sebelumnya
diminta untuk menjelaskan jawabannya. Berdasarkan kedua jawaban tersebut,
maka diskusi kelas akan berlangsung dan guru harus memperhatikan waktu
pelaksanaannya.
2.2 Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep (conceptual understanding) merupakan hal yang
sangat penting dan harus diutamakan dalam proses pembelajaran dibandingkan
menghafal (Cakir, 2008). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-
aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada hal yang dipelajari oleh peserta
didik. Apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka
perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni &
Rifa’i, 2009: 85). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep adalah kemampuan memperoleh makna dari suatu pengertian
tertentu sebagai hasil dari proses belajar. Belajar menurut Slavin sebagaimana
dikutip oleh Anni & Rifa’i (2009: 82) merupakan perubahan indivdu yang
disebabkan oleh pengalaman.
17
Pemahaman konsep siswa dapat diketahui dari hasil belajar kognitif siswa.
Hasil belajar kognitif siswa diukur dengan menggunakan teknik tes. Penentuan tes
harus menyesuaikan indikator yang telah ditetapkan dalam SK dan KD. Bloom
berpendapat bahwa tingkah laku dapat dibedakan menjadi tiga ranah (domain)
yaitu pengetahuan (cognitive), sikap (afektive), dan psikomotorik
(psychomotoric). Bloom juga membedakan tingkah laku atas tingkatan-tingkatan
kategori yang dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan
kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation) (Anni & Rifa’i, 2009:
86). Tingkatan ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menetapkan SK dan
KD yang akan dicapai melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan
dilakukan. Hasil belajar siswa dapat digunakan untuk mengetahui apakah
pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan SK dan KD yang telah
ditetapkan.
2.3 Curiosity
Binson (2009) memberikan definisi curiosity sebagai kecenderungan
untuk bertanya, menyelidiki dan mencari setelah mendapatkan pengetahuan.
Kecenderungan untuk bertanya, menyelidiki, dan mencari merupakan suatu
kerangka berpikir mengenai sikap ingin tahu yang lebih mendalam mengenai
sesuatu. Curiosity juga dapat menimbulkan motivasi internal yang menjadi dasar
18
suatu pendidikan. Carin (1997: 15) dalam bukunya yang berjudul Teaching
Modern Science menyatakan bahwa
“Human urges and needs are the forces that drive all of us to seek answers (some
rational, some irrational) to questions about our world. These force are the
catalysts for development of science”.
Keinginan yang tinggi atau antusias seseorang untuk mencari jawaban dari suatu
pertanyaan, adalah katalis untuk mengembangkan kemampuan sains seseorang.
Litmann & Spielberger (2003) sebagaimana dikutip oleh Reio et al., (2006)
menyatakan bahwa curiosity adalah keinginan untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan baru, serta pengalaman sensori baru yang dapat memotivasi perilaku
untuk mencari tahu. Litmann & Spielberger membedakan curiosity menjadi dua
tipe, yaitu: (a) information seeking, atau cognitive curiosity yang dapat distimulasi
dengan informasi visual dan kegiatan eksplorasi, (b) sensory curiosity, yaitu
curiosity yang dapat distimulasi dari kerja indra manusia melalui kegiatan
eksplorasi.
Dewey sebagaimana dikutip oleh Reio, et al., (2006) membedakan
curiosity dalam tiga tipe, yaitu: (a) physical curiosity, merupakan sikap ingin tahu
karena adanya dorongan dari dalam diri sendiri, (b) social curiosity, pada sikap
ingin tahu tipe sosial adalah rasa ingin tahu ditimbulkan karena stimulus dari
lingkungan sosial, dan (c) intellectual curiosity, adalah sikap ingin tahu yang
timbul karena diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar. Tipe intellectual
curiosity adalah tipe yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan minat dalam
penyelesaian masalah dan pengetahuan. Tipe curiosity yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah intellectual curiosity, karena dapat berpengaruh pada motivsi
19
belajar siswa. Curiosity sangat penting, karena curiosity dapat menimbulkan
motivasi intrinsik untuk mencari informasi yang lebih mendalam, sehingga dapat
mengembangkan passion for learning atau keinginan untuk belajar.
Curiosity atau rasa ingin tahu merupakan salah satu sikap ilmiah yang
harus dikembangkan dalam pembelajaran sain (Anwar, 2010). Pengelompokan
sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun kalau ditelaah lebih jauh
hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi pengelompokan terdapat pada
penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang diutamakan. Misalnya, Gega (1977)
memasukkan inventiveness (sikap penemuan) sebagai salah satu sikap ilmiah
utama, sedangkan AAAS (1993) tidak menyebut inventiveness tetapi
memasukkan open minded ( sikap terbuka) sebagai salah satu sikap ilmiah utama.
Gega ( 1977) mengemukakan empat sikap pokok yang harus dikembangkan
dalam Sains yaitu: (a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, dan (d)
persistence. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya karena sating melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) dapat
mendorong penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir
kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani
untuk berbeda pendapat. American Association for Advancement of Science
(AAAS: 1993) memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat
sekolah dasar yaitu, honesty (kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded
(keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan). Harlen (1996) membuat
pengelompokkan yang lebih lengkap dan hampir mencakup kedua
20
pengelompokkan yang telah dikemukakan. Berikut adalah pengelompokan sikap
ilmiah siswa menurut para ahli yang disajikan dalam Tabel 2.2. (Anwar, 2010):
Tabel 2.2. Pengelompokan Sikap Ilmiah Siswa
Berdasarkan pengelompokan sikap ilmiah tersebut, curiosity menjadi
fokus utama dalam pembelajaran sains, yang harus dikembangkan dalam diri
siswa. Curiosity adalah pondasi dalam proses pembelajaran sains, sebagaimana
ditunjukkan pada diagram tingkatan berpikir (Binson, 2009). Curiosity sebagai
pondasi belajar siswa agar siswa dapat mengembangkan kemampuan membaca
dan mengdengar dengan baik, berpikir dengan baik, dan berkomunikasi dengan
baik untuk mengeksplorasi pengalaman yang diperoleh. Curiosity sebagai pondasi
tingkatan berpikir dijunjukkan pada Gambar 2.3.
Gegga (1977) Harlen (1996) AAAS (1993)
Curiosity (sikap
ingin tahu) Curiosity (sikap ingin tahu) Honesty (sika jujur)
Inventiveness (sikap
penemuan)
Respect for evidence (sikap
peduli terhadap data)
Curiosity (sikap ingin
tahu)
Critical Thinking
(berpikir kritis)
Critical reflection (sikap
refleksi kritis)
Open mindedness (sikap
pemikiran terbuka)
Presistence (sikap
teguh pendirian)
Perserverance (sikap
ketekunan)
Skepticism (sikap
keragu-raguan)
Creativity and inventiveness
(sikap kreatif dan penemuan)
Open mindedness (sikap
pemikiran terbuka)
Cooperation with other (sikap
bekerjasama dengan yang
lain)
21
Gambar 2.3. Curiosity sebagai pondasi tiga tingkatan berpikir siswa (Binson, 2009)
Kegiatan menyimak didukung dengan input read dan listen well. Siswa
dapat menyimak dengan baik jika informasi yang diperoleh dari membaca atau
mendengar dilakukan dengan baik. Hal yang disimak oleh siswa dapat membuat
siswa berpikir dengan baik atau terjadi process think well. Hasil pemikiran yang
baik akan mendukung siswa untuk mengkomunikasikannya dengan baik, atau
output communicating well. Curiosity menjadi landasan dari ketiga tingkat
berpikir siswa untuk memahami objek yang diamati, sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 2.3. Indikator rasa ingin tahu (curiosity) untuk jenjang SMP dan
SMA berdasarkan buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa disajikan pada
Tabel 2.3. sebagai berikut (Kemendiknas, 2010).
Curiosity
Input Read & listen well
Process think well
Output
communicate well
22
Table 2.3. Indikator Rasa Ingin Tahu (Kemendiknas, 2010)
Sumber lain menyebutkan beberapa indikator yang berbeda. Berikut
adalah indikator curiosity oleh Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar
(2010) yang disajikan dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Indikator curiosity menurut Harlen
Sikap Indikator Curiosity menurut Harlen
Rasa ingin tahu (curiosity) - Antusias mencari jawaban
- Fokus pada objek yang diamati
- Antusias pada proses sains
- Menanyakan setiap langkah kegiatan
Sikap antusias mencari jawaban dapat diamati saat siswa menjawab LKS.
Semakin banyak referensi yang digunakan menunjukkan antusias mencari
jawaban semakin tinggi. Sikap fokus pada objek yang diamati dapat ditunjukkan
pada saat siswa melakukan kegiatan eksperimen. Pengamatan objek yang baik
NILAI INDIKATOR
Kelas 7-9 SMP Kelas 10-12 SMA
Rasa ingin tahu:
Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya
untuk mengetahui
lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu
yang dipelajari, dilihat,
dan didengar.
Bertanya kepada guru
dan teman tentang
materi pelajaran.
Bertanya atau membaca
sumber di luar buku teks
tentang materi yang terkait
dengan pelajaran.
Bertanya kepada sesuatu
tentang gejala alam yang
baru terjadi.
Membaca atau mendiskusikan
gejala alam yang baru terjadi.
Bertanya kepada guru
tentang sesuatu yang
didengar dari ibu, bapak,
teman, radio, atau
televisi.
Membaca atau mendiskusikan
beberapa peristiwa alam,
sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan teknologi yang
baru didengar.
23
dapat mempengaruhi hasil eksperimen yang diperoleh siswa. Sikap antusias pada
proses sains ditunjukkan ketika siswa dapat fokus saat kegiatan eksperimen.
Siswa yang fokus akan memperhatikan prosedur kerja dengan baik dan tidak
banyak bermain-main saat kegiatan eksperimen. Sikap menanyakan setiap
langkah kegiatan dapat diamati ketika siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang
hal yang berhubungan kegiatan yang dilakukan siswa.
Pemilihan indikator curiosity disesuaikan dengan materi pelajaran yang
disampaikan. Indikator curiosity yang digunakan adalah perpaduan indikator
curiosity oleh Harlen dan indikator rasa ingin tahu yang terdapat pada buku
Panduan Budaya dan Karakter Bangsa, sebagaimana terdapat pada Tabel 2.3. dan
2.4. Empat indikator curiosity oleh Harlen digunakan semua. Indikator curiosity
pada buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa yang digunakan adalah bertanya
kepada guru dan teman tentang materi pelajaran, dan bertanya kepada guru
tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau televise
Kemendiknas (2010).
2.4 Tinjauan Materi Pemuaian di SMP
Materi pemuaian di SMP termasuk dalam kelompok mata pelajaran IPA.
Standar Kompetensi materi pemuaian di SMP adalah memahami wujud dan
perubahan zat, dan Kompetensi Dasar melakukan percobaan yang berkaitan
dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. Materi pemuaian mencakup
pemuaian zat padat, zat cair, dan gas. Pemuaian adalah proses alam yang banyak
terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari, baik manfaat dan dampak negatif. Pembelajaran materi pemuaian biasanya
24
berupa penyampaian materi dan pemberian contoh, jarang pembelajaran yang
menjelaskan konsep pemuaian dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian
terjadi. Proses pembelajaran IPA di SMP seharusnya mengutamakan pemahaman
konsep dan proses penemuan konsep. Penelitian yang dilakukan adalah penerapan
model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) pada pokok
bahasan pemuaian. Alasannya adalah model pembelajaran CUPs dikembangkan
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif
yang sesuai dengan karakteristik materi pemuaian di SMP. Indikator pembelajaran
materi pemuain dibuat dengan mengacu SK dan KD disajikan dalam Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Indikator pembelajaran materi pemuaian
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
3. Memahami
wujud zat dan
perubahannya
3.3 Melakukan
percobaan
yang
berkaitan
dengan
pemuain
dalam
kehidupan
sehari-hari
1. Mengamati proses pemuaian zat padat
2. Mengamati proses pemuaian zat cair
3. Mengamati proses pemuaian gas
4. Melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
5. Melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian cair
6. Melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian gas
7. Mengamati perbedaan proses pemuaian
volume pada pemuaian beberapa jenis zat cair
8. Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam
kehidupan sehari-hari
9. Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
cair dalam kehidupan sehari-hari
10. Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian
zat gas dalam kehidupan sehari-hari
25
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, model pembelajaran CUPs
terdiri atas tiga fase kegiatan. Fase pertama adalah kerja individu, pada fase ini
pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan konstruktivisme.
Hubungan materi pemuaian dengan pembelajaran konstruktivisme, dapat
ditunjukkan dengan menggunakan indikator pertama, yaitu mengamati proses
pemuaian zat padat, seperti yang terdapat pada Tabel 2.5. Proses pemuaian zat
pada banyak terjadi di lingkungan sekitar, namun untuk mengamati prosesnya
dibutuhkan waktu yang lama. Demonstrasi sederhana yang menjelaskan konsep
pemuaian, membantu menjelaskan konsep pemuaian dengan lebih mudah. Siswa
dapat menghubungkan antara pengetahuan yang sudah dimiliki, dengan informasi
yang diperoleh dari demonstrasi pemuaian zat padat. Pembangunan pemahaman
siswa difasilitasi dengan LKS individu. Siswa diarahkan untuk memberikan
jawaban yang dapat membangun pemahaman konsep. Kegiatan demonstrasi juga
dapat meningkatkan curiosity siswa. Curiosity sangat penting dalam suatu proses
belajar, karena dapat menimbulkan motivasi internal siswa untuk lebih mendalami
materi pemuaian.
Fase kedua model pembelajaran CUPs adalah kerja kelompok, kegiatan ini
sesuai dengan indikator keempat. Model pembelajaran CUPs memperkuat nilai
pembelajaran kooperatif dengan kegiatan kelompok. Melakukan percobaan
sederhana untuk menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat dilakukan oleh
siswa secara berkelompok. Kegiatan kerja kelompok dapat membantu siswa
mengkonstruksi pemahaman konsep yang telah dimiliki dengan cara bertukar
pikiran dengan teman satu kelompok. Kesimpulannya adalah materi pemuaian di
26
SMP memiliki karakteristik yang bisa disampaikan dengan model pembelajaran
CUPs.
2.5 Materi Pemuaian
Hampir semua benda akan mengalami pertambahan volume ketika
dipanaskan. Pertambahan volume benda akibat dipanaskan disebut dengan
pemuaian termal (thermal expansion). Pemuaian termal adalah suatu akibat dari
berubahnya jarak rata-rata antar atom pada suatu benda. Model atom penyusun zat
padat dapat diilustrasikan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Model atom mekanik.
Atom-atom penyusun zat padat, dihubungkan oleh pegas yang kaku. Pada
temperatur normal, atom-atom berosilasi pada daerah kesetimbangannya dengan
amplitudo getaran mendekati 10-1
m dan frekuensi getaran mendekati 1013
Hz.
Jarak rata-rata antar atom sekitar 10-10
m. Ketika suhu di sekitar zat padat tersebut
bertambah, atom-atom akan berosilasi dengan amplitudo yang lebih besar,
akibatnya jarak rata-rata antar atom juga bertambah. Pertambahan jarak rata-rata
antar atom menyebabkan volume benda bertambah, sehingga benda mengalami
pemuaian (Halliday, 2001).
27
Sebuah benda memiliki panjang awal 𝐿𝑖 pada temperature 𝑇. Apabila suhu
benda berubah sebesar ∆𝑇, perubahan panjang sebesar ∆𝐿 sebanding dengan ∆𝑇
dan panjang awal 𝐿𝑖 , maka persamaan yang dapat dituliskan sebagai berikut
∆𝐿 = 𝛼𝐿𝑖 ∆𝑇, dengan 𝛼 adalah koefisien muai linier. Besaran ini adalah rasio
perubahan panjang terhadap perubahan temperature atau dapat dituliskan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut (Tippler, 1998: 568).
𝛼 =∆𝐿/𝐿𝑖∆𝑇
Koefisien muai linier pada suatu temperature tertentu 𝑇 dapat diperoleh dengan
mengambil limit ∆𝑇 mendekati nol.
𝛼 = lim∆𝑇→0
∆𝐿/𝐿𝑖∆𝑇
=1
𝐿𝑖
𝑑𝐿
𝑑𝑇
Dimensi linier suatu benda dapat mengalami pemuaian jika dipanaskan,
hal ini juga diikuti dengan perubahan luas dan volume benda ketika dipanaskan.
Perubahan volume pada tekanan tetap sebanding dengan volume awal 𝑉𝑖 . maka
persamaan yang dapat dituliskan sebagai berikut ∆𝑉 = 𝛽𝑉𝑖 ∆𝑇, dengan 𝛽 adalah
koefisien muai volume.
𝛽 = lim∆𝑇→0
∆𝑉/𝑉𝑖∆𝑇
=1
𝑉𝑖
𝑑𝑉𝑖𝑑𝑇
Apabila 𝑉𝑖 = 𝐿1𝐿2𝐿3, dapat ditunjukkan bahwa untuk bahan tertentu koefisien
muai volume sama dengan tiga kali koefisien muai panjang. Laju perubahan
volume terhadap temperature adalah,
𝑑𝑉𝑖𝑑𝑇
=𝑑 𝐿1𝐿2𝐿3
𝑑𝑇= 𝐿1𝐿2
𝑑𝐿3
𝑑𝑇+ 𝐿1𝐿3
𝑑𝐿2
𝑑𝑇+ 𝐿2𝐿3
𝑑𝐿1
𝑑𝑇
28
𝛽 =1
𝑉𝑖
𝑑𝑉𝑖𝑑𝑇
=1
𝐿3
𝑑𝐿3
𝑑𝑇+
1
𝐿2
𝑑𝐿2
𝑑𝑇+
1
𝐿1
𝑑𝐿1
𝑑𝑇
Setiap suku menunjukkan besarnya 𝛼, maka dapat disimpulkan bahwa 𝛽 = 3𝛼.
Terdapat zat yang mengalami penyusutan kerika temperaturnya
bertambah. Zat seperti air mengalami penyusutan pada suhu tertentu ketika
dipanaskan. Pada suhu 4oC volume air minimum dan kerapatannya maksimum.
Jadi, bila air dipanaskan dari suhu 0 sampai 4oC air menyusut. Pada temperatur di
atas 4oC air menjadi lebih rapat jika mengalami pendinginan, sehingga mudah
tenggelam. Pada temperatur di bawah 4oC air menjadi kurang rapat saat
mengalami pendinginan, sehingga tetap berada di permukaan saat mengalami
pendinginan. Oleh sebab itu es akan terbentuk mula-mula di bagian atas danau es
(Tippler, 1998: 570).
2.6 Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang
memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam memahami konsep materi yang
diajarkan. Pemahaman konsep yang diperoleh dari kegiatan mengkonstruksi
pengetahuan oleh siswa lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep yang
diperoleh secara informatif. Diperlukan pengorganisasian proses pembelajaran
yang baik agar siswa menikmati kegiatan pembelajaran, sehingga siswa menjadi
aktif serta dapat mengkonstruksi pemahaman konsep dengan baik. Salah satu cara
untuk membuat siswa menjadi aktif adalah dengan meningkatkan curiosity siswa
pada materi pelajaran. Curiosity dapat membuat siswa tertarik dan menikmati
29
proses pembelajaran. Ketertarikan pada materi pelajaran dapat membantu siswa
dalam proses belajar dan siswa lebih mudah memahami konsep.
Pengorganisasian proses pembelajaran dapat menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Sebelum menentukan desain
pembelajaran yang sesuai, terlebih dahulu dilakukan peninjauan masalah. Materi
pelajaran yang disampaikan juga harus ditinjau dengan mengacu pada SK dan
KD. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi
pemuaian. Karakteristik materi pemuaian di SMP dapat disampaikan dengan
pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan
memperkuat nilai pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs).
Peristiwa pemuaian banyak terjadi di lingkungan sekitar, dan banyak
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, baik manfaat dan dampak negatif.
Pembelajaran materi pemuaian biasanya berupa penyampaian materi dan
pemberian contoh, jarang pembelajaran yang menjelaskan proses penemuan
konsep pemuaian dengan memperlihatkan bagaimana pemuaian terjadi.
Penyampaian materi pemuaian dengan model pembelajaran CUPs, bertujuan
untuk menyampaikan konsep pemuaian agar lebih mudah dipahami siswa dan
membuat siswa menikmati kegiatan pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran CUPs pada materi pemuaian
menggunakan RPP dan ditunjang dengan LKS untuk meningkatkan curiosity dan
membantu siswa memahami konsep. LKS yang digunakan pada model
30
pembelajaran CUPs terdiri atas dua macam, yaitu LKS individu dan LKS
kelompok. Kerangka berpikir penelitian ini disajikan dalam Gambar 2.5. sebagai
berikut.
Gambar 2.5. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran CUPs
Pemahaman
Konsep Pemuaian
Pemahaman Konsep
Materi Pemuaian SMP
Analisis SK dan
KD
Pembelajaran
Konstruktivisme
Pembelajaran
Kooperatif
Pelaksanaan
Pembelajaran
Meningkatkan
Curiosity
Siswa
Penyusunan Perangkat
dan Instrumen
Pembelajaran
Model Pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures
(CUPs)
Disain Pembelajaran
Pembuatan
Indikator
Indikator
Curiosity
Peningkatan
Curiosity
31
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures
(CUPs) dapat meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa.
2. Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures
(CUPs) lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran
eksperimen verifikasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan
curiosity siswa.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7A-7D SMP negeri 2
Kudus tahun pelajaran 2012/ 2013. Pemilihan populasi penelitian di sekolah
tersebut disebabkan karena proses pembelajaran fisika di kelas 7A-7D mewakili
rata-rata pelaksanaan pembelajaran fisika di SMP pada umumnya.
3.2 Sampel
Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7B dan kelas 7D
SMP Negeri 2 Kudus yang diambil dengan teknik simple random sampling.
Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil UAS semester ganjil, sampel dipilih
secara acak. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kelas 7A-7D memiliki
varians yang sama atau homogen. Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang
diperoleh dari guru mata pelajaran fisika, maka dipilih kelas 7B sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas yang diberi model pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures (CUPs), dan kelas 7D sebagai kelas kontrol yaitu
kelas yang diberi model pembelajaran eksperimen verifikasi.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada penelitian yang dilakukan adalah variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Concetual Understanding Procedures
33
(CUPs) dan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran eksperimen
verifikasi. Variabel terikat penelitian ini adalah pemahaman konsep siswa yang
ditinjau dari hasil belajar secara kognitif dan peningkatan curiosity siswa.
3.4 Desain Penelitian
Desai penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group
Design. Terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi
pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan
menerapkan model pembelajaran CUPs dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan
menerapkan model pembelajaran eksperimen verifikasi. Tabel 3.1. menunjukkan
desain penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 3.1. Desain penelitian pretest-posttest control group
Sampel Kondisi Awal Perlakuan Kondisi Akhir
Kelas Eksperimen O1 X O2
Kelas Kontrol O2 Y O4
Keterangan:
O1 dan O3 : pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
O2 dan O4 : post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X : Perlakuan dengan model pembelajaran CUPs
Y : Perlakuan dengan model Eksperimen verifikasi
3.5 Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tujuh
langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, pembuatan perangkat dan
34
instrumen pembelajaran, uji coba instrumen, implementasi, teknik pengumpulan
data, dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran
fisika di salah satu SMP negeri di kabupaten Kudus. Studi pendahuluan
dilaksanakan dengan mengobservasi pelaksanaan pembelajaran dan wawancara
dengan guru fisika. Hasil yang ditemukan, saat proses pembelajaran siswa masih
kurang aktif dan hanya menerima informasi dari guru. Proses pembelajaran
kurang komunikatif dan masih berpusat pada guru, kegiatan eksperimen juga
jarang dilakukan. Diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan bertanya siswa agar pembelajaran lebih komunikatif dan siswa bisa
memahami konsep yang disampaikan. Minat bertanya siswa dapat ditumbuhkan
dengan cara meningkatkan curiosity siswa.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian
sebelumnya, mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator curiosity siswa,
dan pemahaman konsep fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) yang sudah ditentukan. SK dan KD dikaji agar diperoleh konsep-
konsep pemuaian yang dituangkan dalam materi pemuaian melalui penjabaran
indikator-indikator. Curiosity siswa dalam proses pembelajaran juga dijabarkan
dalam kriteria-kriteria penilaian. Hasil studi literatur digunakan sebagai landasan
penerapan model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs).
35
3. Penyusunan Perangkat dan Instrumen Pembelajaran
Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas
eksperimen dan kelas kontrol, lembar kerja siswa (LKS) kelas eksperimen dan
kelas kontrol. RPP dan LKS yang telah dibuat dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing dan guru mata pelajaran fisika. Selanjutnya dari indikator-indikator
hasil belajar kognitif dan curiosity siswa dibuat instrumen penilaian. Instrumen
penilaian pemahaman konsep menggunakan tes pilihan ganda, dan penilaian
curiosity siswa dengan menggunakan angket dan lembar observasi.
4. Uji Coba Instrumen Tes
Instrumen tes sebelum digunakan, dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan taraf kesukaran. Pengujian Instrumen penelitian berupa tes pilihan
ganda dilakukan uji coba pada siswa kelas 8F SMP negeri 2 kudus. Kelas 8F
dipilih sebagai kelas untuk uji coba soal karena siswa kelas tersebut sudah pernah
menerima materi pemuaian. Berdasarkan hasil uji coba butir soal diambil 20 soal
yang selanjutnya akan digunakan untuk mengambil data.
5. Implementasi
Penerapan model pembelajaran CUPs dilakukan pada kelas 7B dan
sebagai pembanding digunakan model pembelajaran eksperimen verifikasi pada
kelas 7D. Pada saat pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi dengan
menggunakan lembar observasi untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan
menggunakan kriteria penilaian yang disesuaikan dengan indikator curiosity.
Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika dan peneliti. Guru mata
36
pelajaran melakukan observasi pada semua kegiatan pembelajaran. Peneliti
melakukan observasi saat kegiatan eksperimen, sehingga peneliti dapat
mengetahui siswa yang aktif bertanya saat kegiatan eksperimen.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pretest dan
posttest untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep pemuaian sebelum
dan sesudah pembelajaran. Angket pretest dan posttest untuk mengetahui
peningkatan curiosity siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Teknik yang
ketiga adalah lembar observasi yang digunakan pada setiap proses pembelajaran
untuk mengamati peningkatan curiosity siswa.
7. Analisis Hasil dan Penyusunan Laporan
Peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah diperoleh.
Selanjutkan data dianalisis untuk memperoleh temuan penelitian dan pembahasan.
Tahap terakhir adalah penyusunan laporan hasil penelitian. Gambar 3.1.
menunjukkan bagan langkah-langkah penelitian dari kegiatan studi pendahuluan
hingga tahap penyusunan laporan.
37
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Kelas Kontrol
Penyusunan Perangkat
Pembelajaran
Pretest
Uji Coba dan Analisis:
validitas, reliabilitas, daya
beda, dan taraf kesukaran
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Model Pembelajaran CUPs, Pemahaman Konsep, dan Curiosity
siswa
Perumusan Masalah
Kelas Eksperimen
Angket
Penyusunan Instrumen
Tes Kognitif
Model Pembelajaran
CUPs (Lembar
Observasi Curiosity)
Model Pembelajaran
Eksperimen
Verifikasi (Lembar
Observasi Curiosity)
Posttest Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
38
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Metode Wawancara
Metode wawancara dilakukan peneliti saat melakukan observasi awal.
Narasumber pada kegiatan wawancara adalah guru mata pelajaran fisika. Kegiatan
wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi tentang respon siswa pada saat
pembelajaran fisika. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara tidak
terstruktur. Peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan lisan kepada narasumber
tentang hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan penelitian.
3.6.2 Metode Angket
Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan curiosity siswa pada pelajaran fisika setelah pembelajaran. Angket
diberikan bersamaan dengan pretest dan posttest pemahaman konsep. Hasil
angket dihitung gain untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa.
3.6.3 Metode Observasi
Metode observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi
pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk
mengamati paningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama tiga kali pertemuan, pada setiap
pertemuan aktivitas siswa diamati menggunakan lembar observasi.
3.6.4 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep
pada materi pemuaian. Tes yang diberikan mencakup aspek kognitif pengetahuan
39
(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pemberian tes dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pretest untuk mengetahui kondisi awal subjek penelitian,
dan posttest untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep materi pemuaian.
Hasil tes dihitung gain agar diperoleh informasi peningkatan pemahaman konsep
siswa.
3.7 Instrumen Penelitian
3.7.1 Angket
Angket digunakan untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa. Isi
angket mencakup beberapa indikator curiosity, yaitu: (a) antusias mencari
jawaban; (b) perhatian (fokus) pada objek yang diamati; (c) antusias pada proses
sains; (d) menanyakan setiap langkah kegiatan; (e) bertanya kepada guru dan
teman tentang materi pelajaranl; dan (f) mengajukan pertanyaan kepada guru
mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi
pemuaian. Angket diberikan setelah pretest dan posttest pemahaman konsep.
Angket awal digunakan untuk mengetahui kondisi awal subjek penelitian, dan
angket akhir digunakan untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa. Hasil
angket akan dihitung gain agar diperoleh informasi peningkatan curiosity siswa.
Angket terdiri atas pernyataan positif dan negatif. Bobot untuk jawaban
pernyataan positif adalah 4 untuk jawaban sangat setuju (SS), 3 untuk jawaban
setuju (S), 2 untuk jawaban tidak setuju (TS), dan 1 untuk jawaban sangat tidak
setuju (STS). Bobot untuk jawaban pernyataan negatif adalah 1 untuk jawaban
sangat setuju (SS), 2 untuk jawaban setuju (S), 3 untuk jawaban tidak setuju (TS),
dan 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).
40
3.7.2 Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai instrumen untuk mengetahui
peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi
yang digunakan terdapat sejumlah daftar kegiatan yang dapat diamati selama
proses pembelajaran. Kriteria penilaian observasi peningkatan curiosity terdapat
pada Lampiran 8.
3.7.3 Soal Tes
Tes digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep
setelah pembelajaran. Gain hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol, digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman konsep
siswa. Nilai posttest digunakan untuk uji hipotesis keefektifan model
pembelajaran Concetual Understanding Procedures (CUPs) dibandingkan dengan
model pembelajaran eksperimen verifikasi, dalam meningkatkan pemahaman
konsep.
3.8 Analisis Instrumen Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan ke dalam data
kuantitatif. Data yang diperoleh adalah skor tes siswa, skor angket, dan lembar
observasi. Skor tes terdiri atas skor pretest dan posttest, skor angket diperoleh dari
skor pretest dan posttest, dan skor dari lembar observasi pada setiap kegiatan
pembelajaran yang diisi oleh observer. Data angket dan observasi akan dinyatakan
dalam persentase untuk dideskripsikan. Analisis Instrumen meliputi validitas soal,
reliabilitas tes, daya pembeda, dan taraf kesukaran.
41
3.8.1 Validitas
Untuk mengetahui validitas isi digunakan rumus korelasi product moment
dengan angka kasar (Arikunto, 2002: 72):
𝑟𝑋𝑌 =NXY − X Y
NX2 − X 2 NY2 − Y 2
dengan :
𝑟𝑋𝑌 = koefisien korelasi antara variabel 𝑋 dan variabel 𝑌
𝑁 = jumlah siswa
𝑋 = skor butir soal (item)
𝑌 = skor total butir soal
Apabila 𝑟𝑋𝑌 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka butir soal tersebut valid. Kriteria valid atau
tidaknya butir soal dibandingkan dengan harga r pada table product moment
dengan taraf signifikansi 5% .
Kriteria validitas butir soal (Arikunto, 2002: 75):
a. Antara 0,80 < rxy ≤1,00 : sangat tinggi
b. Antara 0,60 < rxy ≤ 0,80 : tinggi
c. Antara 0,40 < rxy ≤ 0,60 : cukup
d. Antara 0,20 < rxy ≤ 0,40 : rendah
e. Antara 0,00 < rxy ≤ 0,20 : sangat rendah
Perhitungan validitas soal uji coba dengan menggunakan rumus korelasi
product moment, diperoleh 29 soal valid dari total 40 soal. Hasil uji validitas
dikonsultasikan dengan dengan = 5% dan n = 26 diperoleh rtabel = 0,388.
42
Perhitungan validitas ini dilakukan pada setiap butir soal. Hasil analisis validitas
dapat dilihat pada Tabel 3.2. sebagai berikut.
Tabel 3.2. Hasil analisis validitas soal uji coba
Uji Validitas Nomor Soal Jumlah Soal
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10,
12, 14, 16, 17, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 26, 27, 28, 29,
31, 32, 34, 37, 38, 40
29
Tidak Valid 7, 11, 13, 15, 18, 25, 30,
33, 35, 36, 39
11
Jumlah 40
3.8.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diujikan pada subyek yang
sama. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat dipercaya dan konsisten.
Untuk menghitung reliabilitas soal, digunakan rumus KR 21 (Arikunto, 2002:
103):
𝑟11 = 𝑛
𝑛 − 1 1 −
𝑀 𝑛 −𝑀
𝑛𝑆𝑡2
dengan :
𝑟11 = reliabilitas instrument
𝑛 = jumlah butir soal
𝑀 = rata-rata skor total
𝑆𝑡2 = varians skor total
Kriteria pengujian reliabilitas yaitu setelah didapatkan harga r11, kemudian
harga r11 tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada tabel. Jika
43
r11 > rtabel maka item tes yang diujicobakan reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas
soal uji coba dapat dilihat pada Lampiran 7.
3.8.3 Taraf Kesukaran
Untuk mencari daya pembeda dapat digunakan rumus berikut(Arikunto,
2007 : 208):
𝑃 =𝐵
𝐽𝑆
dengan:
P = indeks kesukaran
𝐵 = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
𝐽𝑆 = jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi taraf kesukaran sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 210):
a. soal dengan P= 0,00 sampai P= 0,30 adalah soal sukar
b. soal dengan P= 0,31 sampai P= 0,70 adalah soal sedang
c. soal dengan P= 0,71 sampai P= 1,00 adalah soal mudah
Tingkat kesukaran soal uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Hasil analisis taraf kesukaran soal uji coba
Taraf Kesukaran Nomor Soal Jumlah Soal
Mudah 2, 23, 24, 31, 37, 38 6
Sedang 1, 3, 4, 6, 9, 12, 14, 16,
20, 21, 22, 26, 27, 28, 32,
34
16
Sukar 5, 8, 10, 17, 19, 29, 40 7
Jumlah 29
44
3.8.4 Daya Pembeda
Daya pembeda soal diperlukan untuk mengetahui seberapa akurat soal
tersebut dalam membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai.
Soal dianggap baik apabila siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa
pandai lebih banyak dari siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa
kurang pandai.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal yaitu:
𝐷 =𝐵𝐴𝐽𝐴
−𝐵𝐵𝐽𝐵
= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
dengan :
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar.
Indeks diskriminasi negatif berarti peserta kelompok bawah yang
menjawab soal dengan benar lebih baik dibandingkan kelompok atas. Berikut ini
klasifikasi daya pembeda (Arikunto, 2002: 218).
a. D : 0,00 – 0,20 : jelek
b. D : 0,21 – 0,40 : cukup
c. D : 0,41 – 0,70 : baik
d. D : 0,71 – 1,00 : baik sekali
e. D : negatif, semuanya tidak baik,
45
Soal yang mempunyai nilai negatif sebaiknya dibuang saja. Hasil analisis
dapat dilihat pada tabel 3.4. sebagai berikut.
Tabel 3.4. Hasil analisis daya pembeda soal uji coba
Taraf Kesukaran Nomor Soal Jumlah Soal
Jelek 7, 11, 13, 15, 18, 25, 30,
33, 35, 36, 39
11
Cukup 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10,
12, 14, 17, 19, 20, 23, 26,
27, 29, 37, 38, 40
21
Baik 16, 21, 22, 24, 28, 31, 32,
34,
8
Jumlah 40
3.9 Metode Analisis Data
3.9.1 Analisis Data Awal (Uji Homogenitas)
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel
penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen. Uji homogenitas
dilakukan dengan menyelidiki apakah populasi mempunyai varians (σ2) yang
sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas populasi, digunakan uji Bartlett
dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005: 263):
𝑠2 =(𝑛𝑖 − 1)𝑠𝑖
2
(𝑛𝑖 − 1)
B = (log 𝑠2) (𝑛𝑖 − 1)
2 = ln 10 B − 𝑛𝑖 − 1 log 𝑠2
Ho diterima apabila 2 ≤ 1−α (k−1)2
46
dengan:
2 = chi kuadrat
𝑠2 = varians gabungan dari semua sampel
𝑛𝑖 = sampel
B = koefisien Bartlett
Untuk menguji apakah varians tersebut sama atau tidak maka hitungx2
dikonsultasikan dengan tabelx2 dengan = 5% dengan derajat kebebasan (dk)
banyaknya kelas dikurangi 1. Jika ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka H0 diterima. Hal ini
berarti sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.
Data yang di uji homogenitasnya adalah nilai UAS semester ganjil kelas
7A sampai 7D. Uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Apabila kelas 7A-7D
dinyatakan homogen, maka peneliti dapat mengambil kelas manapun yang akan
dipilih sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil perhitungan dengan
rumus Bartlett diperoleh nilai chi kuadrat hitung 0,809 dan dk = 4 1 = 3 dengan
= 5%, chi kuadrat tabel adalah 7,815. Diperoleh ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 maka Ho
diterima. Populasi mempunyai varians yang sama atau homogen. Penentuan kelas
kontrol dan kelas eksperimen dengan teknik simple random sampling. Diperoleh
kelas 7B dan 7D sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.9.2 Analisis Data Akhir
3.9.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini diterapkan pada kedua kelas yang telah
dipilih sebelumnya sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
47
Hipotesis :
Ho = data berdistribusi normal
Ha = data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi kuadrat.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 280) :
2 = Oi − Ei
2
Ei
dengan:
Oi = banyak data hasil penelitian
Ei = banyak data yang diharapkan
Pengujian hipotesis dengan menggunakan nilai 2, apabila nilai
2hitung
< 2tabel
, maka Ho diterima, data berdistribusi normal. Data yang diuji
normalitasnya dalah nilai pretest dan posttest pemahaman konsep serta angket
pretest dan posttest. Hasil uji normalitas nilai tes pemahaman konsep dan angket
kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 3.5. dan 3.6.
Tabel 3.5. Hasil perhitungan uji normalitas tes pemahaman konsep
Sumber variasi
Nilai Pretest Nilai Posttest
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
2hitung 8,59 10,70 3,33 2,61
2tabel 11,07 11,07 11,07 11,07
Kriteria
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
48
Tabel 3.6. Hasil perhitungan uji normalitas angket curiosity
Sumber variasi
Skor Pretest Angket Skor Posttest Angket
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
2hitung 4,28 2,48 7,40 8,28
2tabel 11,07 11,07 11,07 11,07
Kriteria
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
Data
berdistribusi
normal
Hasil uji normalitas diperoleh bahwa data tes pemahaman konsep siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.2. Angket pretest dan posttest juga berdistribusi normal, seperti
ditujkukkan pada Tabel 3.3.
3.9.2.2 Uji Varians
Uji varians dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan kelas eksperimen
dan kelas kontrol memiliki varians yang sama atau tidak. Rumus yang digunakan
dalam uji varians adalah.
𝐹 =𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Ho diterima varians homogen (Sugiyono, 2010: 141). Data yang
diuji variansya dalah nilai pretest dan posttest pemahaman konsep serta angket
pretest dan posttest. Hasil uji varians nilai tes pemahaman konsep dan angket
kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Tabel 3.7. dan 3.8.
49
Tabel 3.7. Hasil perhitungan uji varians tes pemahaman konsep
Sumber variasi Nilai Pretest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Nilai Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
2hitung 1,12 1,01
2tabel 1,96 1,96
Kriteria Varians sama Varians sama
Tabel 3.8. Hasil perhitungan uji varians angket curiosity
Sumber variasi Skor Pretest Angket Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Skor Posttest Angket Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
2hitung 1,26 1,40
2tabel 1,96 1,96
Kriteria Varians sama Varians sama
3.9.2.3 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan curiosity siswa
kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol, maka dilakukan
pengujian dengan menggunakan uji t satu pihak. Hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut.
Ho : μ1 μ2 (Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding
Procedures (CUPs) lebih efektif dibandingkan dengan model
pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa)
Ha : μ1 μ2 (Penerapan model pembelajaran Concetual Understanding
Procedures (CUPs) kurang efektif dibandingkan dengan model
50
pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa.)
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah (Sugiyono, 2010:
138):
𝑡 =𝑋 1 − 𝑋 2
𝑠1
2
𝑛1+𝑠2
2
𝑛2
dengan :
1X = rata-rata kelas eksperimen
2X = rata-rata kelas kontrol
n1 = jumlah siswa kelas kontrol
n2 = jumlah siswa kelas kontrol
s12 = varians kelas eksperimen
s22 = varians kelas kontrol
Uji pihak kiri berlaku ketentuan bila harga thitung dengan dk = n1 + n2 2
dan taraf kesalahan 5% jatuh pada daerah penerimaan Ho atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
3.9.2.4 Uji Gain
Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep dan curiosity, dilakukan
uji gain pada hasil belajar kognitif dan angket curiosity. Persamaan yang
digunakan adalah (Hake, 1998):
𝑔 = 𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
100% − 𝑆𝑝𝑟𝑒
51
dengan:
𝑔 = gain normalisasi (gain normal)
Spost = nilai rata-rata pada hasil posttest
Spost = nilai rata-rata pada hasil pretest
Besarnya faktor <𝑔> dikategorikan sebagai berikut :
Tinggi = g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70%
Sedang = 0,3 ≤ g ≤ 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30%≤ g ≤ 70%
Rendah = g < 0,3 atau dinyatakan dalam persen 𝑔 < 30%
3.9.2.5 Analisis Angket dan Lembar Observasi
Perhitungan data curiosity siswa dilakukan dengan menganalisis lembar
observasi dan angket dengan persamaan:
𝑃 =𝑆
𝑁 𝑥 100%
dengan:
P = persentase
S = skor yang diperoleh untuk seluruh aspek
N = skor total
Hasil tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut
(Arikunto, 2002: 245):
80% ≤ P ≤ 100% = baik sekali
66% ≤ P ≤ 79% = baik
56% ≤ P ≤ 65% = cukup
40% ≤ P ≤ 55% = kurang
P ≤ 39% = gagal
52
3.9.2.6 Korelasi Product Moment
Uji korelasi product moment digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman konsep.
Curiosity sebagai variabel bebas, dan pemahaman konsep sebagai variabel terikat.
Peningkatan curiosity diperoleh dari angket yang diberikan setelah siswa
mengerjakan soal posttest. Peningkatan pemahaman konsep diperoleh dari nilai
posttest. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010:
228).
𝑟𝑋𝑌 =𝑛 𝑋𝑖𝑌 − 𝑋𝑖 𝑌𝑖
𝑛 𝑋𝑖2 − 𝑋𝑖 2 𝑛 𝑌𝑖
2 − 𝑌𝑖 2
dengan:
𝑟𝑋𝑌 = korelasi antara variabel x dan variabel y
𝑋 = skor peningkatan curiosity
𝑌 = nilai tes pemahaman konsep
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.
Ho = tidak terdapat hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep
Ha = terdapat hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep
Apabila diperoleh harga 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. Artinya terdapat hubungan antara curiosity dan
pemahaman konsep. Hasil perhitungan koefisien korelasi ditafsirkan dengan
rentang kualitatif, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.9. (Sugiyono, 2010: 231):
53
Tabel 3.9. Deskripsi kualitatif koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, kelas eksperimen dan kelas kontrol
diberi pretest pemahaman konsep pemuaian, untuk mengetahui pemahaman
konsep awal siswa. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, kedua kelas diberi
perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diberi model pembelajaran CUPs dan
kelas kontrol diberi model pembelajaran eksperimen verifikasi. Posttest diberikan
setelah materi selesai disampaikan, tujuannya untuk mengetahui adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi pemuaian. Hasil pretest dan
posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam bentuk
diagram, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.1. dan 4.2.
Gambar 4.1. Diagram hasil pretest pemahaman konsep pemuaian siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol
70.0
20.0
46.3
85.0
20.0
45.2
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Nilai Maks Milai Min Rata-rata
Nil
ai P
rete
st
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai Min
55
Gambar 4.2. Diagram hasil posttest pemahaman konsep pemuaian siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol
Peningkatan rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.1. dan 4.2. Analisis
hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap
terdapat pada Lampiran 34.
4.2 Perbandingan Tingkat Curiosity Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Peningkatan curiosity siswa sebelum dan setelah pembelajaran diukur
dengan menggunakan instrumen angket yang diberikan setelah pelaksanaan
pretest dan posttest pemahaman konsep. Tingkat curiosity siswa kelas eksperimen
dan siswa kelas kontrol, sebelum dan sesudah pembelajaran digambarkan dalam
bentuk diagram seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3. dan 4.4.
Gambar 4.3. Diagram perbandingan tingkat curiosity siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebelum kegiatan pembelajaran
95.0
65.0
82.395.0
65.076.7
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Nilai Maks Milai Min Rata-rata
Nil
ai P
ost
test
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
81.3
62.570.4
87.5
62.574.9
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Skor Maks Skor Min Rata-rata
Sk
or c
uri
osi
ty s
isw
a
seb
elu
m p
em
bela
jara
n
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai Min
56
Gambar 4.4. Diagram perbandingan tingkat curiosity siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah kegiatan pembelajaran
Sebelum pelaksanaan pembelajaran, siswa kelas kontrol memiliki curiosity
yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 4.3. Setelah pelaksanaan pembelajaran, diperoleh hasil yang
menunjukkan tingkat curiosity siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas
eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.4.
4.3 Hasil Observasi Peningkatan Curiosity Siswa Selama
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan selama tiga kali pertemuan. Setiap kegiatan
pembelajaran dilakukan observasi yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan
curiosity siswa pada setiap kegiatan pembelajaran. Lembar observasi yang
digunakan terdiri atas beberapa indikator curiosity beserta kriteria penilaiannya.
Kriteria penilaian lembar observasi secara lengkap terdapat pada Lampiran 19.
Hasil pengamatan peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran
disajikan pada Tabel 4.1. sebagai berikut.
85.9
65.6
76.7
93.8
68.879.9
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
Skor Maks Skor Min Rata-rata
Sk
or c
uri
osi
ty s
isw
a
sete
lah
pem
bela
jaran
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
57
Tabel 4.1. Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
selama kegiatan pembelajaran
No. Aspek yang dinilai
Kelas Eksperimen
(%)
Kelas Kontrol
(%)
Pertemuan Pertemuan
I II III I II III
1 Antusias mencari jawaban 56,73 66,35 67,31 61,54 64,42 62,50
2 Perhatian (fokus) pada objek yang
diamati
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
3 Antusias pada proses sains 96,15 97,12 100,00 98,08 100,00 100,00
4 Menanyakan setiap langkah
kegiatan
55,77 63,46 74,04 70,19 72,12 63,46
5 Bertanya kepada guru dan teman
tentang materi pelajaran
55,77 60,42 64,42 62,50 61,54 65,38
6 Mengajukan pertanyaan kepada
guru mengenai peristiwa yang
pernah diamati yang berhubungan
dengan materi pemuaian
64,42 63,46 66,35 59,62 58,65 66,35
Rata-rata 71,47 75,16 78,69 75,32 76,12 76,28
Kriteria Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa skor peningkatan curiosity siswa kelas
eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Skor peningkatan curiosity siswa kelas
kontrol lebih tinggi dari siswa kelas eksperimen, namun peningkatan curiosity
siswa kelas eksperimen pada setiap pertemuan lebih tinggi dari kelas kontrol.
4.4 Uji Peningkata Pemahaman Konsep
4.4.1 Peningkatan Pemahaman Konsep
Peningkatan pemahaman konsep diperoleh berdasarkan hasil uji gain
terhadap rata-rata nilai pretest dan posttest hasil belajar kognitif siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji gain, data telah diuji
58
normalitasnya. Hasil uji gain rata-rata nilai pretest dan posttest pemahaman
konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil perhitungan uji gain tes pemahaman konsep
Rata-rata skor Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest 46.35 45.00
Posttest 82.31 76.73
Gain <g> 0.67 0.58
Rata-rata nilai posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih
baik dari kelas kontrol. Gain peningkatan pemahaman konsep siswa kelas
eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 4.2. Peningkatan pemahaman konsep siswa yang mendapat model
pembelajaran CUPs lebih baik lebih baik dari siswa yang mendapat model
pembelajaran eksperimen verifikasi.
4.4.2 Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Setiap Aspek Kognitif
Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat diperoleh dari hasil uji gain
terhadap skor tes yang diperoleh siswa. Skor tes pemahaman konsep siswa
dikelompokkan berdasarkan pada setiap aspek kognitif. Setelah dikelompokkan
sesuai dengan aspek kognitif, dilakukan uji gain untuk mengetahui peningkatan
pemahaman konsep terhadap hasil tes pada setiap aspek kognitif. Empat aspek
kognitif yang dimaksud adalah C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3
(penerapan), dan C4 (analisis). Gain peningatan hasil belajar kognitif siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada setiap tingkatan aspek kognitif ditunjukkan
pada Gambar 4.5.
59
Gambar 4.5. Diagram hasil uji gain pemahaman konsep ditinjau dari aspek setiap
kognitif
Penguasaan aspek pengetahuan (C1) siswa kelas kontrol lebih baik dari
kelas eksperimen. Kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen pada
aspek pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) lebih baik dari kelas
kontrol sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.5. Gain soal tipe C3 pada kelas
kontrol menunjukkan hasil yang negatif, artinya tidak terjadi peningkatan. Gain
negatif menunjukkan bahwa hasil posttest lebih rendah dari hasil pretest.
4.5 Uji Peningkatan Curiosity
4.5.1 Peningkatan Curiosity
Peningkatan curiosity siswa diukur berdasarkan hasil uji gain terhadap
skor tingkat curiosity siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Tingkat curiosity
siswa diperoleh dengan menggunakan angket yang diberikan setelah pemberian
pretest dan posttest pemahaman konsep. Hasil uji gain peningkatan curiosity
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.3.
0.75 0.79
0.24
0.910.88
0.66
-0.16
0.83
-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
C1 C2 C3 C4
Gain
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
60
Tabel 4.3. Hasil perhitungan uji peningkatan curiosity
Rata-rata skor Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest 70,43 74,88
Posttest 76,74 79,87
Gain <g> 0,21 0,20
Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa kelas kontrol memiliki
tingkat curiosity lebih tinggi dari kelas eksperimen. Hal tersebut didukung dengan
tingkat curiosity siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen,
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.3. Setelah pelaksanaan pembelajaran,
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi angket untuk memperoleh
informasi peningkatan curiosity. Hasil yang diperoleh adalah gain curiosity kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
4.5.2 Peningkatan Curiosity Siswa pada Setiap Indikator
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan untuk
mengetahui peningkatan curiosity siswa dengan menggunakan lembar observasi.
Peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran ditinjau dari pertemuan
pertama dan ketiga, agar diperoleh informasi peningkatan curiosity siswa di awal
dan akhir pembelajaran. Skor peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol diuji gain pada setiap indikator curiosity. Tujuannya adalah untuk
memperoleh informasi peningkatan curiosity pada setiap indikator selama
kegiatan pembelajaran. Gambar 4.6. menunjukkan diagram perbandingan
peningkatan curiosity pada pertemuan pertama dan ketiga antara siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada setiap indikator.
61
Gambar 4.6. Diagram peningkatan curiosity siswa pada pertemuan pertama dan
ketiga
Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama,
keempat, dan kelima lebih tinggi dari kelas kontrol. Peningkatan curiosity siswa
kelas eksperimen pada indikator kedua dan ketiga sama dengan siswa kelas
kontrol. Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator keenam
lebih rendah dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.8.
4.6 Hasil Uji Hipotesis Keefektifan Model Pembelajaran CUPs
4.6.1 Keefektifan Model Pembelajaran CUPs untuk meningkatan
Pemahaman Konsep
Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis
yang menyatakan bahwa model pembelajaran Conceptual Understanding
Procedures (CUPs) lebih efektif dibanding model pembelajaran eksperimen
verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep. Uji hipotesis yang dilakukan
menggunakan uji-t pihak kiri dengan sebesar 5%. Tabel 4.4. menunjukkan hasil
perhitungan uji hipotesis pihak kiri terhadap hasil posttest untuk mengetahui
keefektifan model pembelajaran CUPs dalam meningkatkan pemahaman konsep
siswa.
0.24
0.00
1.00
0.41
0.200.050.02 0.00
1.00
-0.23
0.080.17
-0.40
-0.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6
Pen
ingk
ata
n c
urio
sity
sis
wa
pad
a p
erte
mu
an
perta
ma d
an
keti
ga
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
62
Tabel 4.4. Hasil uji hipotesis peningkatan pemahaman konsep
Sumber Data Kelompok
thitung ttabel Eksperimen Kontrol
N 26,00 26,00
2,274 2,009
Jumlah 2140,00 1995,00
Rata-rata 82,31 76,73
s2 78,46 77,88
S 8,86 8,83
Hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.4. menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >
−𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Berdasarkan aturan pengujian hipotesis pihak kiri, keputusan yang
diambil adalah penerimaan Ho dan penolakan Ha. Artinya model pembelajaran
CUPs lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi
dalam meningkatkan pemahaman konsep pemuaian siswa SMP.
4.6.2 Keefektifan Model Pembelajaran CUPs untuk meningkatan Curiosity
Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis
yang menyatakan bahwa model pembelajaran Conceptual Understanding
Procedures (CUPs) lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen
verifikasi untuk meningkatkan curiosity. Uji hipotesis yang dilakukan,
menggunakan uji-t pihak kiri pada skor angket dan hasil observasi peningkatan
curiosity, dengan = 5%. Tabel 4.5. menunjukkan hasil perhitungan uji hipotesis
pihak kiri terhadap hasil posttest peningkatan curiosity siswa, dan Tabel 4.6.
menunjukkan hasil perhitungan uji hipotesis pihak kiri terhadap hasil observasi
peningkatan curiosity siswa selama kegiatan pembelajaran.
63
Tabel 4.5. Hasil uji hipotesis peningkatan curiosity
Sumber Data Kelompok
thitung ttabel Eksperimen Kontrol
N 26,00 26,00
1,693 2,009
Jumlah 1995,31 2076,
Rata-rata 76,74 79,87
s2 33,46 55,14
S 5,78 7,43
Tabel 4.6. Hasil uji hipotesis peningkatan curiosity selama kegiatan
pembelajaran
Sumber Data Kelompok
thitung ttabel Eksperimen Kontrol
N 26,00 26,00
0,355 2,009
Jumlah 1952,78 1973,61
Rata-rata 75,11 75,91
s2 81,78 50,61
S 9,04 7,11
Hasil pengujian hipotesis pada Tabel 4.5. dan 4.6. terhadap skor angket
dan hasil observasi peningkatan curiosity, menunjukkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .
Berdasarkan aturan pengujian hipotesis pihak kiri, keputusan yang diambil adalah
penerimaan Ho dan penolakan Ha. Artinya model pembelajaran CUPs lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan
curiosity siswa SMP.
4.7 Hubungan Curiosity dengan Pemahaman Konsep
Salah satu tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan
pemahaman konsep dan curiosity siswa pada materi pemuaian dengan
menerapkan model pembelajaran CUPs. Berdasarkan tujuan tersebut, dapat
diperoleh hubungan antara peningkatan curiosity dengan peningkatan pemahaman
64
konsep setelah diberi model pembelajaran CUPs. Digunakan uji korelasi product
moment untuk membuat keputusan apakah curiosity memiliki hubungan dengan
pemahaman konsep atau tidak.
Hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep dapat dicari
korelasinya dengan menghitung nilai 𝑟 atau koefisien korelasi. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh nilai 𝑟 = 0,54045 dan diperoleh 𝑟0,95;24 = 0,404 dengan
taraf nyata 𝛼 = 0,05 dan dk = 24 dari daftar distribusi 𝑟. Gambar 4.7.
menunjukkan grafik hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep.
Gambar 4.7. Grafik hubungan peningkatan curiosity dengan peningkatan
pemahaman konsep
Diperoleh 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak dan hipotesis yang diambil
adalah terdapat hubungan positif antara peningkatan curiosity dan peningkatan
pemahaman konsep. Peningkatan curiosity dapat mempengaruhi peningkatan
pemahaman konsep. Hubungan peningkatan curiosity dan peningkatan
pemahaman konsep ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,540.
r = 0.54
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Pem
ah
am
an
Kon
sep
Curiosity
65
Peningkatan curiosity memiliki kontribusi sebesar 54% terhadap peningkatan
pemahaman konsep.
4.8 Pembahasan
4.8.1 Peningkatan Pemahaman Konsep
Siswa kelas eksperimen mendapat pembelajaran dengan model CUPs, dan
siswa kelas kontrol mendapat model pembelajaran eksperimen verifikasi.
Peningkatan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diukur
dengan menggunakan uji gain terhadap rata-rata nilai pretest dan posttest
pemahaman konsep. Tabel 4.2. menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman
konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Model pembelajaran CUPs memiliki karakteristik pengembangan dari
pembelajaran konstruktivisme dan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
konstruktivisme bertujuan agar siswa mampu mengkonstruksi pemahamannya
sendiri. Pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang hiasanya dilakukan
dengan cara membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil. Banyak penelitian
yang telah dilakukan dengan menggunakan pembelajaran konstruktivisme dan
kooperatif untuk meningkatkan pemahaman konsep. Cakir (2008),
mengemukakan bahwa agar siswa lebih memahami konsep materi yang
disampaikan, siswa harus melalui beberapa prosedur yang dapat memberikan
informasi untuk membantu siswa memahami konsep. Konsep tidak cukup
disampaikan hanya dengan kata-kata, tetapi harus dengan beberapa proses.
Pembelajaran konsep kepada siswa harus didukung dengan kegiatan hands on dan
minds on agar tercipta pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa atau active
66
learning, sehingga siswa mampu mengkonstruksi pemahaman mereka dengan
baik. Prosedur pembelajaran yang terdapat pada model pembelajaran CUPs telah
mencakup kegiatan hands on dan minds on di setiap fase pembelajaran.
Kegiatan hands on pada pembelajarn CUPs terjadi saat proses kerja
kelompok atau saat eksperimen. Siswa akitf melakukan kegiatan eksperimen agar
memperoleh data untuk menjawan LKS kelompok. Kegiatan minds on pada
pembelajaran CUPs hampir dilakukan pada setiap sesi pembelajarn, misalnya
pada saat siswa mengerjakan LKS individu. Siswa dilatih untuk menjawab
pertanyaan sesuai pendapat yang mereka miliki, sebelum diterangkan dan
mendapat materi dari guru. Kegiatan diskusi kelompok untuk menjawab LKS
individu juga melatih siswa untuk aktif berpikir.
Karakteristik lain pembelajaran CUPs adalah meningkatkan nilai
pembalajaran kooperatif, karena pembelajarn kooperatif juga dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa. Hasil penelitian Tanel dan Erol (2008), menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pembelajaran yang lebih baik
untuk membuat siswa lebih mudah memahami materi secara efektif. Pembentukan
kelompok kecil dalam pembelajaran CUPs memudahkan siswa untuk memahami
materi pemuaian. Jadi dapat disimpulkan karakteristik model pembelajaran CUPs
dapat membantuk meningkatkan pemahaman konsep materi pemuaian siswa
SMP.
Penelitian yang senada tentang model pembelajaran CUPs dilakukan oleh
Paoki (2012), pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat meningkatkan pemahaman
67
konsep siswa. Didukung juga dari hasil penelitian Gunstone et al. (1999),
menyatakan bahwa model pembelajaran CUPs dengan menggunakan pendekatan
cooperative learning memiliki prosedur pembelajarn yang memudahkan siswa
untuk memahami konsep materi.
4.8.2 Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Tinjauan Setiap
Aspek Kognitif
Soal pretest dan posttest yang digunakan berupa tes pilihan ganda. Setiap
butir soal memiliki tingkat aspek kognitif yang berbeda-beda, yaitu terdiri atas
empat aspek kognitif. Untuk memperoleh informasi peningkatan pemahaman
konsep pada setiap aspek kognitif, setiap soal dikelompokkan dan diuji gain
sesuai dengan aspek kognitifnya. Keempat aspek tersebut mecakup pengetahuan
(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Hasil uji gain pada
masing-masing aspek kognitif terdapat pada Gambar 4.5.
Gain pemahaman konsep siswa kelas eksperimen pada aspek pengetahuan,
lebih rendah dibandingkan dengan siswa kelas kelas kontrol. Siswa kelas
eksperimen siswa lebih diarahkan untuk lebih mengkonstruksi pemahaman
konsep, meskipun siswa juga diberi informasi mengenai pengetahuan tentang
pemuaian. Pada kelas kontrol, gain untuk tipe soal pengetahuan lebih tinggi dari
kelas eksperimen, disebabkan karena saat kegiatan ceramah siswa banyak
menerima informasi dari guru. Peningkatan pemahaman konsep pada aspek
kognitif pengetahuan dapat menunjukkan perbedaan antara model pembelajaran
CUPs dan eksperimen verifikasi, yaitu kegiatan ceramah lebih baik dalam
meningkatkan pengetahuan siswa. Didukung dengan temuan penelitian Wibowo
68
(2012), menunjukkan bahwa pembelajaran ceramah dapat meningkatkan aspek
pengetahuan dengan kategori tinggi.
Gain aspek pemahaman siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen lebih banyak mendapatkan hal baru
yang bersifat hand on dan minds on, sehingga siswa memperoleh pengalaman
nyata tentang dan lebih memahami materi pemuaian. Kegiatan kerja individu
dapat menimbulkan kesalahan konsep awal siswa, tapi dapat diatasi setelah
dilakukan pembahasan dan pembuktian dengan kegiatan kerja kelompok. Siswa
kelas kontrol lebih banyak menerima informasi dari guru, meskipun pada kegiatan
eksperimen siswa diharapkan dapat lebih memahami konsep yang telah
diterangkan guru. Kesimpulan dari peningkatan pemahaman konsep pada aspek
pemahaman adalah, model pembelajaran CUPs lebih baik dibandingkan model
pembelajaran eksperimen verifikasi dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa. Sesuai dengan pernyataan Gunstone et al., (1999) Conceptual
Understanding Procedures atau (CUPs) adalah suatu prosedur pembelajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa memahami konsep-konsep
sains.
Gain aspek penerapan siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Kemampuan mengaplikasikan atau menerapkan harus
didukung dengan kemampuan memahami soal. Soal-soal tipe C3 biasanya berupa
soal hitungan. Penyelesaian soal hitungan harus disertai dengan kemampuan
mengidentifikasi informasi yang diberikan, agar dapat diperoleh solusi yang tepat.
Kemampuan mencari solusi termasuk dalam kegiatan pemecahan masalah. Syarat
69
agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik adalah dengan memahami konsep.
Grafik pada Gambar 4.5. menunjukkan bahwa gain untuk soal tipe penerapan
pada kelas kontrol diperoleh hasil negatif. Hasil gain negatif pada kelas kontrol
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya saat mengerjakan soal
pretest siswa mengerjakan soal hitungan dengan cara menebak pilihan jawaban,
tetapi jawaban yang dipilih adalah jawaban benar. Saat diberi soal posttest, siswa
kelas kontrol sudah mengetahui bagaimana cara mengerjakan soal hitungan, tetapi
siswa mengalami kesulitan atau masalah saat mengerjakannya. Faktor lain yang
dapat menyebabkan gain peningkatan aspek penerapan kelas eksperimen dan
kelas kontrol termasuk rendah adalah kesalahan hitung (Karina et al., 2013).
Siswa tidak teliti ketika menjawab soal, kesalah yang dapat terjadi misalnya siswa
menghitung pertambahan pemuaian panjang, padahal yang ditanyakan adalah
panjang akhir setelah pemuaian. Kesimpulan dari data peningkatan pemahaman
konsep pada aspek penerapan adalah, model pembelajaran CUPs lebih baik
dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi, dalam meningkatkan
kemampuan menerapkan atau mengaplikasikan konsep.
Tipe soal C4 atau aspek analisis dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman konsep untuk menganalisis suatu permasalahan dan bagaimana siswa
menjawab permasalahan tersebut. Gain pemahaman konsep siswa untuk soal tipe
analisis lebih tinggi kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa
kelas eksperimen mempunyai kemampuan analisis yang lebih baik dibandingkan
dengan kelas kontrol, karena siswa kelas eksperimen mengalami fase
pembelajaran yang lebih variatif. Pada fase kerja individu, siswa diarahkan
70
mengerjakan LKS dengan menganalisis pertanyaan yang diberikan dan kegiatan
demonstrasi, dan fase kerja kelompok membantu siswa untuk saling bertukar
pikiran. Siswa kelas kontrol memiliki kemampuan analisis yang lebih rendah,
karena kegiatan pembelajaran yang hanya meliputi ceramah dan eksperimen
verifikasi. Berdasarkan analisis gain rata-rata tes pemahaman konsep siswa pada
setiap tipe soal, dapat disimpulkan bahwa model pembalajaran CUPs lebih baik
dibandingkan eksperimen verifikasi untuk meningkatkan pemahaman konsep
pemuaian siswa.
4.8.3 Peningkatan Curiosity Siswa
Siswa kelas eksperimen mendapatkan model pembelajaran CUPs yang
terdiri atas tiga fase pembelajaran. Setiap fase pembelajaran memiliki prosedur
kerja yang tidak biasa bagi siswa. Hal ini dapat membuat peningkatan curiosity
siswa menjadi lebih tinggi. Siswa kelas kontrol mendapat model pembelajaran
eksperimen verifikasi yang terdiri atas kegiatan ceramah dan eksperimen.
Kegiatan eksperimen bertujuan untuk memverifikasi teori yang telah
disampaikan.
Peningkatan curiosity siswa diukur dengan menggunakan uji gain terhadap
rata-rata skor pretest dan posttest curiosity siswa. Hasil perhitungan yang
diperoleh, menunjukkan bahwa peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 4.4. Didukung dengan temuan penelitian Gunstone et al.,(1999)
menunjukkan bahwa respons ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran sains
setelah diberi pembelajaran CUPs pada kelas pertama 93% menyatakan tertarik,
71
dan 95% siswa kelas kedua menyatakan tertarik. Sikap ketertarikan pada sesuatu
dapat meningkatkan curiosity siswa. Ketertarikan siswa pada materi pelajaran
dapat meningkatkan curiosity siswa pada materi pelajaran.
Persamaan model pembelajaran CUPs dan eksperimen verifikasi adalah
terdapat kegiatan eksperimen. Hasil observasi sebelum kegiatan pelaksanaan
penelitian, diperoleh informasi bahwa baik siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen jarang melakukan kegiatan eksperimen. Siswa belum terbiasa dengan
kegiatan eksperimen, hal tersebut membuat siswa banyak mengajukan pertanyaan
saat kegiatan eksperimen. Perbedaan hasil gain tes curiosity siswa kelas
eksperimen tidak terlalu signifikan dengan kelas kontrol. Didukung dengan
kondisi siswa kelas kontrol memiliki curiosity yang lebih tinggi dari siswa kelas
eksperimen, dan dibuktikan dengan hasil pretest curiosity dan hasil observasi.
Rustaman (1995) sebagaimana dikutip oleh Parmin et al., (2012)
menyatakan bahwa kegiatan eksperimen dapat membangkitkan motivasi belajar
sains. Siswa yang termotivasi untuk belajar menjadi bersungguh-sungguh dalam
mempelajari suatu hal. Melalui kegiatan eksperimen, siswa diberi kesempatan
untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Siswa menemukan
pengetahuan baru melalui kegiatan eksplorasi pada kegiatan eksperimen karena
dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Berdasarkan temuan penelitian, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran CUPs dan model pembelajaran
eksperimen verifikasi, dapat meningkatkan curiosity siswa, karena terdapat
kegiatan eksperimen.
72
4.8.4 Peningkatan Curiosity Siswa Berdasarkan Tinjauan setiap Indikator
Curiosity
Curiosity atau rasa ingin tahu yang mendalam, merupakan salah satu sikap
ilmiah yang perlu dikembangkan pada proses pembelajaran fisika. Rasa ingin tahu
termasuk dalam salah satu karakter yang harus dikembangkan dalam proses
bembelajaran. Indikator curiosity atau rasa ingin tahu yang terdapat dalam
pedoman Pengenbangan Budaya dan Karakter Bangsa adalah siswa memiliki
kemampuan bertanya yang baik. Kemampuan bertanya siswa dapat dijadikan
sebagai indikator curiosity, karena dengan bertanya dapat menunjukkan bahwa
rasa ingin tahu yang dimiliki siswa tinggi. Penelitian yang dilakukan
menggunakan beberapa indikator rasa ingin tahu dalam buku Pedoman
Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa, sebagai pedoman penilaian
peningkatan curiosity siswa. Selain itu, indikator curiosity yang digunakan
mengambil dari indikator curiosity oleh Harlen (Anwar, 2010).
Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, siswa diberi pretest untuk
mengetahui curiosit siswa sebelum pembelajaran. Saat pelaksanaan pembelajaran,
dilakukan observasi untuk mengetahui peningkatan curiosity siswa pada setiap
kegiatan pembelajaran. Setelah semua kegiatan pembelajaran selesai, siswa diberi
posttest curiosity untuk mengetahui bagaimana peningkatan curiosity siswa. Hasil
analisis pretest dan posttest curiosity ditunjukkan pada Gambar 4.3. dan 4.4. dan
hasil observasi pada setiap pertemuan ditunjukkan pada Tabel 4.1. Hasil observasi
yang diuji peningkatannya hanya pada pertemuan pertama dan ketiga, agar
diperoleh informasi peningkatan curiosity di awal dan akhir pembelajaran. Secara
umum curiosity siswa kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen, tapi
73
peningkatan curiosity pada setiap indikator siswa kelas eksperimen pada setiap
pertemuan lebih baik dari kelas kontrol. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil
observasi yang disajikan pada Tabel 4.1.
Peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama lebih
baik dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.6. Siswa kelas
eksperimen selalu diberi lembar kerja individu pada setiap kegiatan pembelajaran,
kegiatan ini mendorongn antusiasme mencari jawaban siswa kelas eksperimen
lebih tinggi dari siswa kelas kontrol. Hasil observasi peningkatan curiosity kelas
eksperimen menunjukkan bahwa, tingkat curiosity paling tinggi diperoleh saat
pertemuan ketiga (terakhir), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.1. Pada
pertemuan terakhir materi yang disampaikan adalah pemuaian gas. Demonstrasi
yang diberikan adalah pembuatan roket alkohol dengan menggunakan prinsip
kerja konsep pemuaian gas. Pembelajaran yang menarik membuat antusiasme
siswa untuk mencari jawaban LKS individu menjadi lebih tinggi. Siswa kelas
kontrol hanya diberi LKS kelompok saat kegiatan eksperimen, dan dikerjakan
dengan cara berkelompok. Temuan tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan
dalam menyampaikan pembelajaran dengan model pembelajaran CUPs. Kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan dapat mempengaruhi curiosity siswa.
Demonstrasi menggunakan roket alkohol sederhana dapat membuat siswa tertarik
pada materi pelajaran. Litman & Spierlberger (2003) sebagaimana dikutip oleh
Reiro et al., (2006) menyatakan bahwa curiosity siswa dapat distimulasi dengan
memberikan informasi visual. Curiosity siswa dapat ditingkatkan dengan
memberikan informasi visual yang menarik.
74
Hasil uji gain curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
indikator kedua, menunjukkan hasil yang sama. Observasi peningkatan curiosity
pada indikator kedua, diperoleh informasi bahwa curiosity siswa pada setiap
pertemuan sudah sangat baik. Aktivitas fokus pada objek yang diamati, dapat
diamati observer saat siswa kelas eksperimen memperhatikan demonstrasi, dan
siswa kelas kontrol fokus mendengarkan ceramah. Harlen (1996) sebagaimana
dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa fokus atau perhatian pada objek
yang diamati merupakan salah satu indikator curiosity. Fokus pada objek yang
diamati dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang mendalam tentang objek
pengamatan.
Peningkatan curiosity siswa pada indikator ketiga adalah fokus pada
proses sains, pengamatan dilakukan oleh observer saat siswa melakukan
eksperimen. Hasil uji gain curiosity pada indikator ketiga menunjukkan bahwa,
peningkatan curiosity siswa kelas eksperimen secara keseluruhan sama dengan
kelas kontrol sebagaimana disajikan pada Gambar 4.6. dan berbeda pada setiap
pertemuan. Peningkatan curiosity indikator ketiga siswa kelas eksperimen pada
setiap pertemuan lebih tinggi dari kelas kontrol sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 4.2. Hasil kegiatan eksperimen kelompok pada kelas eksperimen disajikan
pada kertas A3 untuk dipresentasikan dalam diskusi kelas, dan hasil kegiatan
eksperimen siswa kelas kontrol disajikan dalam LKS seperti biasanya. Kegiatan
penyajian hasil eksperimen dan diskusi kelompok pada pembelajaran CUPs dapat
memacu antusias siswa pada proses sains, agar hasil yang mereka sajikan
maksimal. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas eksperimen
75
terkendala dengan keterbatasan waktu. Siswa belum terbiasa menyajikan hasil
kerja kelompok ke dalam kertas A3. Temuan pada penelitian ini dapat dijadikan
koreksi pada penelitian selanjutnya, yaitu instruksi yang diberkan pada setiap fase
pembelajaran CUPs harus jelas, karena model pembelajaran yang tidak biasa akan
membuat siswa menjadi bingung. Nilai positif yang dapat diambil adalah siswa
yang merasa bingung akan berani untuk mengajukan pertanyaan, sehingga dapat
meningkatkan curiosity siswa. Harlen (1996) sebagaimana dikutip oleh Anwar
(2009), menyatakan bahwa antusias pada proses sains merupakan salah satu
indikator curiosity. Peningkatan fokus siswa saat kegiatan eksperimen dapat
membuat siswa antusias pada proses sains, dan dapat meningkatkan curiosity
siswa.
Peningkatan curiosity siswa pada indikator keempat adalah menanyakan
setiap langkah kegiatan. Hasil observasi menunjukkan bahwa curiosity siswa pada
indikator menanyakan setiap langkah kegiatan siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol. Model pembelajaran CUPs memiliki fase kegiatan yang lebih
banyak dan siswa belum terbiasa dengan model CUPs. Siswa yang belum
mengerti dapat mengajukan pertanyaan agar diperoleh penjelasan. Harlen (1996)
sebagaimana dikutip oleh Anwar (2009), menyatakan bahwa kegiatan bertanya
tentang langkah kegiatan merupakan salah satu indikator curiosity.
Berdasarkan hasil uji gain curiosity pada indikator kelima, tingkat
curiosity siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Siswa kelas
eksperimen mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri, dan guru bertindak
76
sebagai fasilitator. Siswa mengkonfirmasi pengetahuan yang mereka dapat dengan
mengajukan pertanyaan pada guru dan teman tentang materi pemuaian.
Peningkatan curiosity pada indikator keenam lebih tinggi siswa kelas
kontrol dibandingkan kelas eksperimen, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
4.6. Siswa kelas kontrol memperoleh konsep dari ceramah yang diberikan guru.
Informasi yang diberikan guru mendorong siswa untuk menanyakan hubungan
materi yang disampaikan dengan proses pemuaian dalam kehidupan nyata.
Indikator curiosity kelima dan keenam adalah bertanya pada guru dan
teman tentang materi pelajaran dan indikator keenam adalah mengajukan
pertanyaan pada guru mengenai peristiwa yang pernah diamati yang berhubungan
dengan materi pemuaian. Kedua indikator tersebut menunjukkan curiosity siswa
yang berhubungan dengan kemampuan menganalisis materi dan peristiwa nyata
tentang pemuaian, yang pernah diamati siswa. Curiosity atau rasa ingin tahu yang
mendalam didefinisikan dalam buku Panduan Budaya dan Karakter Bangsa
sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar
(Kemendiknas, 2010). Siswa yang memiliki curiosity tinggi lebih banyak
mengajukan pertanyaan kepada guru, baik tentang materi pelajaran atau peristiwa
lain yang berkaitan dengan materi pelajaran.
4.8.5 Hubungan Curiosity dan Pemahaman Konsep Siswa
Hubungan antara curiosity dan pemahaman konsep pada penelitian ini
dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Tujuannya
adalah agar diperoleh informasi hubungan antara curiosity dan pemahaman
77
konsep. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi, diperoleh informasi
bahwa terdapat hubungan positif antara curiosity dan peningkatan pemahaman
konsep. Pengaruh peningkatan curiosity terhadap peningkatan pemahaman konsep
termasuk dalam kategori sedang. Didukung oleh pernyataan Binson (2010),
mengemukakan bahwa meningkatkan curiosity merupakan metode yang sangat
baik untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Pembelajaran yang menarik dapat
membuat siswa termotivasi untuk belajar. Motivasi belajar sangat dibutuhkan agar
siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh informasi bahwa peningkatan
curiosity siswa kelas eksperimen pada indikator pertama lebih tinggi dari kelas
kontrol. Fase kerja individu pada model pembelajaran CUPs dapat membantu
siswa untuk lebih antusias dalam mencari jawaban. Antusias mencari jawaban
dapat meningkatan curiosity siswa. Apabila siswa memiliki curiosity rendah,
siswa kurang antusias mencari jawaban LKS individu. Kegiatan mencari jawaban
dapat mendorong siswa untuk memperoleh jawaban yang benar serta dapat
meningkatkan pemahaman konsep.
Pada indikator kedua dan ketiga, tidak ada perbedaan antara peningkatan
curiosity siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 4.6. Siswa kelas eksperimen fokus memperhatikan demonstrasi, dan
siswa kelas kontrol fokus mendengarkan ceramah. Sikap fokus pada objek yang
diamati dan antusias pada proses sains dapat membantu siswa untuk memperoleh
informasi yang lebih baik serta dapat meningkatkan pemahaman konsep.
78
Indikator keempat menyatakan peningkatan curiosity ditinjau dari sikap
siswa yang sering menanyakan setiap langkah kegiatan. Siswa kelas eksperimen
lebih sering bertanya tentang langkah kegiatan dari siswa kelas kontrol,
sedangkan peningkatan pada kelas kontrol adalah negatif. Siswa kelas eksperimen
mendapat pembelajaran yang mendukung peningkatan kemampuan bertanya saat
kegiatan demonstrasi, eksperimen kelompok, diskusi kelas, dan presentasi. Materi
pembelajaran yang menarik saat pertemuan terakhir mendukung siswa kelas
eksperimen untuk lebih sering bertanya. Siswa kelas kontrol sudah merasa bosan
saat pertemuan terakhir, karena tidak ada demonstrasi yang menarik pada
pertemuan terakhir. Jawaban-jawaban yang diperoleh siswa eksperimen dari hasil
bertanya pada setiap kegiatan pembelajaran dapat membantu meningkatkan
pemahaman konsep.
Peningkatan curiosity siswa pada indikator curiosity kelima dan keenam
secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan bertanya. Terdapat dua
kemungkinan yang menyebabkan siswa bertanya. Kemungkinan pertama adalah
siswa sudah memahami materi dan ingin mengkonfirmasi kebenaran pengetahuan
yang sudah dimiliki. Kemungkinan kedua adalah siswa belum memahami materi
dan siswa bertanya agar memperoleh penjelasan yang benar. Curiosity yang
diperoleh dengan cara-cara tersebut termasuk dalam kelompok intellectual
curiosity. Dewey sebagaimana dikutip oleh Reiro et al., (2006) menyatakan
bahwa intellectual curiosity adalah sikap ingin tahu yang timbul karena
diperolehnya informasi yang dilihat atau didengar. Intellectual curiosity adalah
tipe curiosity yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Tujuannya adalah
79
membuat siswa termotivasi untuk memperoleh informasi agar dapat
menyelesaikan masalah. Kemampuan memecahkan masalah harus disertai dengan
pemahaman konsep materi yang berkaitan dengan masalah yang akan
diselesaikan, sehingga dapat disimpulkan curiosity dapat membantu
meningkatkan pemahaman konsep.
4.8.6 Perbandingan Keefektifan Model Pembelajaran CUPs dan
Eksperimen Verifikasi dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Curiosity
Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
terbukti lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi
dalam meningkatkan pemahaman konsep pemuaian. Keefektifan CUPs dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa didukung dengan hasil pengujian
hipotesis terhadap nilai posttest hasil belajar kognitif sebagaimana disajikan pada
Tabel 4.4. Siswa kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran CUPs, dan siswa
kelas kontrol mendapatkan pembelajaran eksperimen verifikasi. Model
pembelajaran CUPs dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran konstruktivisme dan kooperatif. Tujuannya adalah untuk
memudahkan siswa memahami konsep-konsep sains yang berkaitan dengan
kehidupan nyata (Gunstone et al., 1999). Model pembelajaran CUPs terdiri atas
tiga fase pembelajaran, yaitu: (1) fase kerja individu, pada fase ini setiap siswa
dilatih untuk mengemukakan pendapat setelah memperhatikan demonstrasi, guru
memfasilitasi LKS individu agar setiap siswa dapat berpendapat dan memberikan
jawabannya; (2) fase kerja kelompok, pada fase ini siswa melakukan eksperimen
dan diskusi kelompok, siswa dapat bertukan pikiran untuk membangun konsep
80
mereka; dan (3) presentasi hasil kerja kelompok, guru dapat mengetahui sejauh
mana pemahaman konsep siswa berdasarkan jawaban setiap kelompok, sehingga
guru dapat mengkonfirmasi jawaban setiap kelompok. Pada setiap fase
pembelajaran, siswa kelas eksperimen dilatih untuk mengkonstruksi pemahaman
konsep. Model pembelajaran eksperimen verifikasi terdiri atas kegiatan ceramah
dan praktikum. Konsep yang diperoleh siswa dari pembelajaran eksperimen
verifikasi bersifat informatif, yaitu dari ceramah yang disampaikan oleh guru.
Kegiatan praktikum bertujuan untuk membuktikan teori yang telah diberikan saat
kegiatan ceramah. Pemahaman konsep yang diperoleh dengan cara
mengkonstruksi pemahaman lebih baik dari pemahaman konsep yang diperoleh
secara informatif. Hasil ini didukung dengan rata-rata nilai posttest kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol, sebagaimana ditunjukkan oleh grafik
pada Gambar 4.1. dan 4.2 .
Hasil penelitian Dirgantara (2008) menunjukkan peningkatan penguasaan
konsep siswa pada pokok bahasan kalor dengan penerapan model pembelajaran
laboratorium berbasis inkuiri lebih tinggi dari penerapan model pembelajaran
kerja laboratorium verifikasi. Peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen
44% dan kelas kontrol 33%. Pembelajaran inkuiri terimbing membantu siswa
membangun pemahaman konsep mereka sendiri. Karakteristik pembelajaran
inkuiri terbimbing hampir sama dengan model pembelajaran CUPs, yaitu
mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pemahaman konsep sendiri. Gunstone
et al., (1999) menunjukkan bahwa 80% siswa kelas pertama dan 100% siswa
kelas kedua menyatakan bahwa kegiatan kerja kelompok dalam model
81
pembelajaran CUPs sangat membantu dalam proses belajar. Proses belajar yang
baik dapat membuat siswa memahami konsep dengan baik dan tercapainya hasil
belajar yang baik.
Peningkatan curiosity siswa yang diberi model pembelajaran Conceptual
Understanding Procedures (CUPs) terbukti lebih efektif dibandingkan siswa yang
diberi model pembelajaran eksperimen. Keefektifan CUPs dalam meningkatkan
curiosity siswa didukung dengan hasil pengujian hipotesis terhadap posttest
curiosoty dan hasil observasi pada Tabel 4.5. dan 4.6. Mills et al., (1999)
memaparkan bahwa siswa memberikan respon positif setelah mendapat
pembelajaran CUPs. Respon positif yang dimaksud yaitu: (1) siswa sangat antusia
dengan kegiatan pembelajaran CUPs, fase kerja individu dan kerja kelompok
membuat siswa menikmati pembelajaran dan bebas untuk bertanya atau
berpendapat, sikap antusias dapat meningkatkan curiosity; (2) siswa merasa
nyaman saat mengikuti pembelajaran, kegiatan kerja kelompok membuat siswa
tidak merasa tegang; (3) siswa memanfaatkan kegiatan diskusi untuk
memodifikasi pengetahuan yang mereka miliki, kegiatan diskusi memfasilitasi
siswa untuk saling bertukar pikiran dan mengkonstruksi pemahaman konsep
mereka; (4) siswa memiliki kesadaran bahwa pemahaman konsep sangat penting,
pembelajaran sains yang baik adalah yang mengutamakan pemahaman konsep,
siswa yang belum memahami sesuatu dapat bertanya untuk menemukan jawaban,
kegiatan bertanya muncul karena curiosity; (5) siswa memiliki kesadaran untuk
memperbaiki cara belajar sains, khususnya sains fisika yang memiliki banyak
konsep dasar, siswa dapat belajar dari berbagai sumber untuk menambah
82
pemahaman konsep yang sudah dimiliki, kegiatan mencari informasi dari berbagai
sumber dapat meningkatkan curiosity siswa; (6) siswa memiliki kesempatan untuk
mengeksplorasi konsep awal yang sudah dimiliki, siswa dapat bereksplorasi
melalui kegiatan eksperimen untuk mengkonfirmasi konsep yang dimiliki,
kegiatan eksplorasi dan eksperimen dapat meningkatkan curiosity siswa.
4.9 Kendala dan Keterbatasan
Fase pertama adalah penyajian demonstrasi sederhana oleh guru untuk
menumbuhkan curiosity siswa. Selanjutnya masing-masing siswa diberi lembar
kerja individu. Siswa ditugaskan untuk menuliskan menjawab dan memberikan
pendapat tentang hasil demonstrasi dan materi yang akan disampaikan. Kelebihan
fase pertama adalah siswa lebih fokus dan antusias pada proses pembelajaran,
sehingga dapat meningkatkan curiosity siswa dan pemahaman konsep pada materi
pemuaian. Kendala yang ditemukan adalah keterbatasan waktu yang digunakan
untuk demonstrasi.
Fase kedua adalah fase kerja kelompok, siswa bekerja secara berkelompok
dalam kegiatan eksperimen dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok.
Kelebihannya adalah siswa dapat bertukar pikiran untuk menguatkan pemahaman
konsep mereka. Kendalanya adalah masih banyak siswa yang belum mengerti
tentang penyajian hasil kerja kelompok ke dalam kertas A3. Pada pertemuan
pertama belum semua jawaban dapat ditulis di lembar jawab A3. Banyak siswa
yang belum percaya diri dengan hasil diskusi kelompok. Siswa merasa malu jika
jawaban mereka salah. Hampir semua kelompok menulis hasil kerja kelompok
83
dikertas lain sebelum dipindah ke kertas A3, sehingga melebihi waktu yang
direncanakan.
Pada fase ketiga, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi, guru bertindak sebagai fasilitator dan mengevaluasi hasil kerja kelompok.
Fase diskusi dan presentasi kelas membantu guru untuk mengkonfirmasi dan
mengetahui sejauh mana pemahaman yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan
hasil kerja kelompok. Kendalanya adalah terbatasnya waktu presentasi hasil kerja
kelompok pada pertemuan pertama, karena hampir semua kelompok lebih fokus
untuk menulis hasil diskusi dalam kertas A3. Keterbatasan waktu pada pertemuan
pertama menyebabkan belum semua hasil kerja setiap kelompok dapat dibahas.
Pada pertemuan selanjutnya, kendala-kendala tersebut sudah bisa diatasi.
84
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Model Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terbukti dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa SMP pada pelajaran
fisika. Peningkatan pemahaman konsep ditunjukkan oleh hasil uji gain
terhadap nilai posttest pemahaman konsep siswa kelas eksperimen, hasil yang
diperoleh sebesar 0,67 yang termasuk dalam kategori sedang. Peningkatan
curiosity siswa ditunjukkan dengan hasil uji gain terhadap skor posttest
peningkatan curiosity, hasil yang diperoleh sebesar 0,21 atau termasuk
kategori rendah.
b. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) terbukti
lebih efektif dibandingkan model pembelajaran eksperimen verifikasi dalam
meningkatkan pemahaman konsep dan curiosity siswa. Keefektifan model
pembelajaran CUPs untuk meningkatkan pemahaman konsep didukung oleh
hasil uji t satu pihak terhadap nilai posttest pemahaman konsep. Keefektifan
model pembelajaran CUPs untuk meningkatkan curiosity ditunjukkan oleh
hasil uji t satu pihak terhadap hasil angket dan observasi peningkatan
curiosity. Hasi perhitungan menunjukkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya semua
hipotesis yang diajukan diterima.
85
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian tentang peningkatan
curiosity, sebaiknya mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan kegiatan
yang menarik.
2. Guru hendaknya membiasakan siswa dengan kegiatan diskusi, kerja
kelompok, dan presentasi kelas agar dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak
hanya menerima pengetahuan dari guru. Siswa diharapkan terlibat aktif dan
mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru bertindak sebagai
fasilitator.
3. Model pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dapat
membantu siswa memahami konsep dengan lebih mudah dan membuat siswa
lebih menikmati pembelajaran, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran
materi lainnya agar siswa lebih mudah memahami konsep materi.
86
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T & Rifa’I, A. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press
Anwar, Herson. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal
Pelangi Ilmu, 2 (5): 103-113.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Binson, Bussakorn. 2009. Curiosity Based Learning (CBL) program. US-China
Education Review, 12 (6):13-22.
Cakir, Mustafa. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science Their
Implication for Science Pedagogy: A Literature Review. International
Journal of Environmental & Science Education, 3 (4): 193-206.
Carin, Arthur A. 1997. Teaching Modern Science. New Jersey: Merrill
Publishing.
Correiro, Elizabeth E; Griffin, Leanne R; & Hart, Peter E. 2008. A Constructivist
Approach to Inquiry-Based Learning: A TUNEL Assay for thr
Detection of Apoptosis in Check Cell. The American Biology Teacher,
70 (8):457-460.
Dirgantara, Y., S. Redjeki, & A. Setiawan. 2008. Model Pembelajaran
Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTS pada Pokok
Bahasan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 2(1) : 87-97.
Gunstone, R., McKrittrick, B., & Mulhall, P. 1999. Structure Cognitive
Discussions in Senior High School Physics: Student and Teacher
Perceptions. Research in Science Education, 29(4): 527-546.
Gunstone, Dick., McKittrick, Brian., & Milhall, Pam. 2009. CUP - A Procedure
for Developing Conceptual Understanding. Prosiding PEEL
Conference. Australia: Monash University.
Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement versus traditional methods: A six-
thousand-student survey of mechanics test data for introductory
physics course. American Association of Physics Teacher, 66(1): 64-
74.
Halliday, David., Robert Resnick, dan Jearl Walker. 2001. Fundamentals of
Physics, Sixth Editions. New York: John Wiley & Sons.
87
Indrawati & Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Bandung: PPPPTK IPA.
Johnson, DW., Johnson & Stanne. 2000. Cooperative Learning Methods: A Meta-
Analysis. Minneapolis: University of Minnesota
Karina Sulistyorini, A., Pujayanto, P., & Yusliana Ekawati, E. (2013). Analisis
Pencapaian Kompetensi Kognitif Tingkatan Aplikasi (C3) dan Analisis
(C4) dalam Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Program
RSBI. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(1): 19-26.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kurikulum.
Mariana, I Made A., & Praginda Wandy. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA.
Bandung: PPPPTK IPA.
Mills, D., McKittrick, B., Mulhall, P., & Feteris, S. (1999). CUP: Cooperative
Learning That Works. Physics Education, 34(1): 11-16.
McKittrick & Mulhall. 2007. Using Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) in the Teaching of Motion. Online. Tersedia di
www.education.monash.edu.au/research/groups/smte/projects/cups/
[diakses 20-9-2012].
Paoki, RGT. 2011. Implementasi Model Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep Fisika Siswa. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Parmin, et al. 2012. Bahan Modul Diklat Lab IPA. Semarang: FMIPA UNNES
Reio, Thomas G, Jr; Petrosko, Joseph M; Wiswell, Albert K & Juthamas
Thongsukmag. 2006. The Measurement and Conceptualization of
Curiosity. The Journal of Genetic Psychology, 167 (2): 117-135.
Sintia. 2008. Eksperinen Berbasis Inkuiri dan Eksperiment Berbasis Verifikasi.
Online. Tersedia www.organisasi.org/eksperimen-berbasis-inkuiri-
dan-eksperimen-berbasis-verifikasi [diakses 8-1-2013]
Slavin, Robert E. 1996. Research on Cooperative Learning and Achievement:
What We Know, What We Need to Know. Contemporary Educational
Psychology. 21 (4): 43-69.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
88
________. 2010. Satistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tanel, Zafer & Erol, Mustafa. 2008. Effects of Cooperative Learning on
Instructing Magnetism: Analysis of an Experimental Teaching
Squence. J. Phys. Educ, 2 (2): 124-136.
Tim Penyusun. 2009. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES
PRESS.
Tim Penyusun. 2011. Panduan Penulisan Skripsi dan Artikel Ilmiah. Semarang:
FMIPA UNNES.
Tippler. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Translate by Prasetyo dan Adi.
1998. Jakarta: Erlangga.
Wasis & Irianto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta:
Pusat Perbukuan Depdiknas.
Wibowo, F.C., 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif. Tesis.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Lam
piran
1
89
SILABUS
Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 2
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi
Dasar Materi
Nilai Budaya
dan Karakter
Bangsa
Kegiatan
pembelajaran Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber
Belajar Teknik Bentuk
Instrumen Contoh
Instrumen
3.3 Melakukan
percobaan yang
berkaitan
dengan
pemuain dalam
kehidupan
sehari-hari
Pemuaian
Zat - Rasa ingin
tahu - Kerjasama
- Komunikatif - Mandiri
- Mengamati
proses pemuaian zat
padat, cair dan
gas
- Melakukan
percobaan pemuaian zat
padat, zat cair,
dan zat gas
- Mengamati
proses
pemuaian zat
padat, cair,
dan gas
- Melakukan
percobaan
sederhana
untuk
menunjukka
n terjadinya
pemuaian zat
padat, cair,
dan gas
- Observasi
- Diskusi, eksperime
n
- Lembar
observasi
- LKS
- Amatilah
domonstrasi roket alkohol
yang
disampaikan oleh guru
- Apa yang
terjadi dengan
koin tersebut
setelah lubang
kuningan
dipanaskan? - Perbedaan apa
4 × 40’ Buku IPA
Fisika
90
- Menganalisis
muai volume berbagai jenis
zat cair
- Mengaplikasikan konsep
pemuaian dalam
kehidupan sehari-hari
- Mengamati
perbedaan
proses
pemuaian
volume pada
pemuaian
beberapa
jenis zat cair
- Menerapan
prinsip
pemuaian zat
padat dalam
kehidupan
sehari-hari
- Menunjukka
n penerapan
prinsip
pemuaian zat
cair dalam
kehidupan
sehari-hari
- Menunjukka
n penerapan
prinsip
pemuaian zat
- Diskusi, eksperime
n
- Tes
tertulis
- LKS
- Pilihan ganda
yang terjadi
antara botol
yang berisi
minyak dan
botol yang
berisi air
biasa?
91
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
gas dalam
kehidupan
sehari-hari
Lampiran 2 92
Tabel Analisis Data Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Reliabilitas
No. Kode
Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 UC-16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
2 UC-20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
3 UC-3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
4 UC-13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
5 UC-6 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0
6 UC-5 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0
7 UC-11 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
8 UC-26 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0
9 UC-23 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1
10 UC-17 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
11 UC-18 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
12 UC-4 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0
13 UC-7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 UC-10 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0
15 UC-24 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1
16 UC-2 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1
17 UC-15 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
18 UC-12 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
19 UC-25 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
20 UC-1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
21 UC-22 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
22 UC-8 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 UC-9 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1
24 UC-19 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1
25 UC-21 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
26 UC-14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
benar 13 20 9 14 7 10 14 7 8 7 8
Validitas
rxy 0.524 0.444 0.545 0.403 0.469 0.644 0.33 0.41 0.557 0.634 -0.09
rtabel 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
kriteria valid valid valid valid valid valid tidak valid valid valid tidak
Daya
Pembeda
BA 9 12 6 9 6 7 7 5 6 6 4
BB 4 8 3 5 1 3 7 2 2 1 4
JA 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
JB 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
D 0.385 0.308 0.231 0.308 0.385 0.308 0 0.231 0.308 0.385 0
kriteria cukup cukup cukup cukup cukup cukup jelek cukup cukup cukup jelek
Taraf
Kesukaran
B 13 20 9 14 7 10 14 7 8 7 8
P 0.5 0.769 0.346 0.538 0.269 0.385 0.538 0.269 0.308 0.269 0.308
kriteria sedan
g
muda
h
sedan
g
sedan
g sukar
sedan
g
sedan
g sukar
sedan
g sukar
sedan
g
Reliabilitas
r11 0.95
rtabel 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
kriteria karena r11 > rtabel maka instrumen reliabel
Keterangan pakai pakai pakai pakai pakai pakai buang pakai pakai pakai buang
93
Nomor Soal
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1
0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1
1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1
0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0
0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0
0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
9 11 9 5 16 7 4 4 13 16 10 20 19
0.644 0.161 0.467 0.145 0.4 0.492 -0.31 0.647 0.482 0.551 0.677 0.444 0.511
0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
valid tidak valid tidak valid valid tidak valid valid valid valid valid valid
7 6 7 3 11 6 1 4 8 11 9 12 13
2 5 2 2 5 1 3 0 5 5 1 8 6
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
0.385 0.077 0.385 0.077 0.462 0.385 -0.15 0.308 0.231 0.462 0.615 0.308 0.538
cukup jelek cukup jelek baik cukup tidak
baik cukup cukup baik baik cukup baik
9 11 9 5 16 7 4 4 13 16 10 20 19
0.346 0.423 0.346 0.192 0.615 0.269 0.154 0.154 0.5 0.615 0.385 0.769 0.731
sedang sedang sedang sukar sedang sukar sukar sukar sedang sedang sedang mudah mudah
0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
pakai buang pakai buang pakai pakai buang pakai pakai pakai pakai pakai pakai
94
Nomor Soal
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1
1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0
1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0
1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1
1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1
1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0
1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1
0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
23 8 17 9 7 17 20 16 24 18 13 20 20
0.161 0.398 0.446 0.633 0.41 0.237 0.543 0.389 0.26 0.521 -0.06 0.344 0.456
0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
tidak valid valid valid valid tidak valid valid tidak valid tidak tidak valid
12 6 11 9 5 9 13 11 13 11 6 11 12
11 2 6 0 2 8 7 5 11 7 7 9 8
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
0.077 0.308 0.385 0.692 0.231 0.077 0.462 0.462 0.154 0.308 -0.08 0.154 0.308
jelek cukup cukup baik cukup jelek baik baik jelek cukup tidak baik
jelek cukup
23 8 17 9 7 17 20 16 24 18 13 20 20
0.885 0.308 0.654 0.346 0.269 0.654 0.769 0.615 0.923 0.692 0.5 0.769 0.769
mudah sedang sedang sedang sukar sedang mudah sedang mudah sedang sedang mudah mudah
0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388 0.388
buang pakai pakai pakai pakai buang pakai pakai buang pakai buang buang pakai
95
Nomor Soal Y Y2
38 39 40
1 1 1 35 1225
1 0 1 34 1156
1 1 1 33 1089
1 1 0 32 1024
1 0 1 27 729
1 0 0 24 576
1 1 0 22 484
1 0 0 22 484
1 1 0 21 441
1 1 0 20 400
1 0 0 19 361
0 1 0 19 361
1 0 0 19 361
1 1 0 19 361
1 1 0 18 324
1 1 0 16 256
0 0 1 16 256
1 1 0 16 256
0 1 0 15 225
1 1 0 15 225
1 0 0 14 196
0 0 0 13 169
0 0 0 13 169
0 0 0 11 121
1 0 0 11 121
1 0 0 6 36
20 13 5 510 11406
0.382 0.272 0.624 n 26
0.388 0.388 0.388 M 19.615
tidak tidak valid St2 56.09
12 7 4
8 6 1
13 13 13
13 13 13
0.308 0.077 0.231
cukup jelek cukup
20 13 5
0.769 0.5 0.192
mudah sedang sukar
0.388 0.388 0.388
pakai buang pakai
Lam
piran
3
96
KISI-KISI SOAL PRETEST & POSTTEST
A. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
B. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
No. Indikator Tingkatan Berpikir
Jumlah C1 C2 C3 C4
1 Mengamati proses pemuaian zat padat 1 4, 7 3
2 Mengamati proses pemuaian zat cair
14 1
3 Mengamati proses pemuaian gas
15 1
4 Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat padat 13 1
5 Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian cair 6 1
6 Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian gas 2 1
7 Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian beberapa jenis zat cair 9 1
97
8 Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam
kehidupan sehari-hari 19 3, 16 8, 10, 11 6
9 Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat cair
dalam kehidupan sehari-hari 17 20 2
10 Menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat gas
dalam kehidupan sehari-hari 12 18 5 3
Jumlah 2 6 4 8 20
Persentasi 10% 30% 20% 40% 100%
Lampiran 4 98
SOAL PRETEST DAN POSTTEST
Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pelajaran : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Waktu : 40 menit
Petunjuk Umum :
1. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang tersedia
2. Tulis nama, kelas dan nomor absen pada kolom yang tersedia
3. Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal
4. Kerjakan soal yang dianggap paling mudah terlebih dahulu
5. Bila kamu menjawab soal salah dan ingin memperbaikinya lakukan
sebagai berikut :
Jawaban : a b c d
Pembetulan : a b c d
Petunjuk Khusus :
Berikan tanda silang () pada jawaban yang paling benar.
1. Musschenbroek adalah alat yang
digunakan untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian….
a. Berbagai macam zat
b. Volume cairan
c. Panjang zat padat
d. Volume gas
2. Perhatikan gambar berikut!
Pernyataan yang sesuai dengan
fenomena di atas adalah….
a. Balon akan meleleh karena
terkena uap panas
b. Balon akan membesar kaena
udara dalam balon memuai
c. Balon akan membesar karena
terkena uap panas
d. Balon tidak mengalami
perubahan
3. Pada temperatur 30oC sebuah
batang aluminiun memiliki panjang
100cm. Pertambahan panjang
batang aluminium tersebut jika
dipanaskan hingga suhunya menjadi
100 o
C ( aluminium = 0,000026/
oC) adalah….
a. 0,182cm
b. 100,182cm
c. 0,975cm
d. 0,125cm
4. Perhatikan gambar di bawah!
Pada gambar di atas, dua jenis
logan dibuat menjadi suatu bimetal.
Berdasarkan gambar tersebut dapat
disimpulkan bahwa….
a. Koefisien muai logan a sama
dengan logam b
b. Koefisien muai logan a lebih
besar dibanding logam b
c. Koefisien muai logan a lebih
kecil dibanding logam b
Air panas
Botol
kosong
Setelah dipanaskan bimetal menjadi :
a
b a
b
99
d. Koefisien muai logan a tidak
sama dengan logam b
5. Sebuah balon berisi 4000cm3 udara
berada pada ruangan yang bersuhu
25oC. balon tersebut dibawa ke
suatu tempat yang bersuhu 40oC.
Jika koefisien muai volum udara
adalah 0,0036/oC. Berapakah
volume balon setelah dipanaskan….
a. 4220cm3
b. 4216cm3
c. 4936cm3
d. 4362cm3
6. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada gambar tersebut, terlihat
sebuah botol yang diberi sedotan
kecil berisi air biasa, di masukkan
ke dalam wadah yang berisi air
panas, maka air akan keluar
melalaui sedotan kecil tersebut. Hal
apa yang menyebabkan peristiwa
tersebut….
a. Air yang ada di dalam botol
memuai
b. Air yang ada di dalam botol
mengembun
c. Air yang ada di dalam botol
menguap
d. Air yang ada di dalam botol
mendidih
7. Perhatikan tabel di bawah ini !
Bahan Panjang
awal
Koefisien
muai
panjang ()
Pyrex
Aluminium
Tembaga
Besi
1,5 m
1,5 m
2 m
2 m
0.000032/ oC
0.000024/ oC
0.000017/ oC
0.000012/ oC
Jika masing-masing bahan
dipanaskan dari suhu 0oC hingga
100oC, pertambahan panjang karena
proses pemuaian dari yang paling
besar hingga terkecil adalah….
a. Besi, aluminium, tembaga, dan
pyrex
b. Aluminium, besi, pyrex, dan
tembaga
c. Pirex, aluminium, tembaga, dan
besi
d. Tembaga, aluminium, pyrex,
dan besi
8. Perhatikan gambar di bawah ini!
Apabila bagian bawah botol yang
diikat dengan tali dimasukkan ke
dalam air, apa yang akan terjadi…
a. Api akan padam karena
dicelupkan ke dalam air
b. Sumbu akan putus karena
terbakar oleh api
c. Botol akan terbelah menjadi dua
bagian karena mengalami
pemuaian akibat dipanaskan
d. Tidak terjadi perubahan apapun
Air
biasa
Air panas
Dimasukka
n ke dalam
air
100
9. Berdasarkan hasil dari kegiatan
eksperimen, diperoleh hasil bahwa
minyak goreng akan lebih cepat
memuai dibandingkan dengan air.
Hal tersebut disebabkan karena….
a. Minyak goreng suhunya lebih
panas dibandingkan air
b. Koefisien muai volume minyak
goreng lebih besar
dibandingkan air
c. Koefisien muai volume minyak
goreng lebih kecil dibandingkan
air
d. Koefisien muai volume minyak
goreng sama dengan air
10. Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar tersebut menunjukan
peristiwa….
a. Manfaat pemuaian zat padat
b. Dampak negatif pemuaian zat
padat
c. Dampak negatif pemuaiam gas
d. Tekanan zat padat
11. Pernyataan di bawah ini yang bukan
merupakan solusi dari
permasalahan akibat pemuaian
adalah….
a. Membuat celah di antara rel
kereta api
b. Membuat celah pada ujung
jembatan beton
c. Memberi celah antara bingkai
pada pemasangan jendela kaca
d. Mengukur suhu tubuh manusia
12. Peristiwa yang tidak menunjukkan
terjadinya pemuaian gas jika
dipanaskan adalah….
a. Balon meletus ketikan
dipanaskan di tengah tanah
lapang
b. Di dalam ruangan yang tidak
ber ac, tubuh kita dapat terasa
panas
c. Laying-layang terbang karena
angin
d. Ban sepeda yang meletus ketika
dijemur seharian di bawah terik
matahari
13. Hal yang dapat dilakukan untuk
memasukkan koin ke dalam lubang
kuningan tanpa menggunakan alat
lainnya adalah….
a. Memanaskan koin
b. Memanaskan lubang kuningan
c. Mamperkecil ukuran koin
d. Memperbesar ukuran lubang
kuningan
14. Pemuaian zat cair tidak bergantung
pada….
a. Massa zat cair
b. Volume zat cair
c. Koefisien muai volume zat cair
d. Perubahan suhu
15. Pernyataan di bawah ini yang dapat
memperbesar pemuaian volum
gas….
a. Memperbesar massa
b. Memperkecil massa
c. Memperbesar perubahan suhu
d. Memperkecil suhu
16. Sebuah lempeng kuningan dengan
luas 20cm2 memiliki suhu mula-
Rp 100
101
mula 30oC. Kuningan tersebut
dipanaskan hingga bersuhu 80oC.
( kuningan = 0,000018/oC),
berapakah luas kuningan saat ini….
a. 20,014cm2
b. 20,114cm2
c. 20,036cm2
d. 20,336cm2
17. Perhatikan gambar di bawah!
Gambar tersebut memanfaatkan
prinsip kerja….
a. Pemuaian zat cair
b. Pemuaian zat padat
c. Pemuaian gas
d. tekanan
18. Roket alkohol menggnakan prinsip
kerja….
a. Pemuaian gas
b. Pemuaian zat padat
c. Pemuaian zat cair
d. Menyublim
19. Perhatikan gambar berikut!
Gambar tersebut adalah sambungan
pada jembatan beton, celah tersebut
bertujuan untuk….
a. Mencegah getaran pada
jembatan
b. Menghubungkan kedua jalan
c. Mencegah pemanasan pada
sambungan
d. Mencegah keretakan jalan pada
jembatan jika terjadi pemuaian
20. Minyak goreng memiliki koefisien
muai volume sebesar 0,0012/oC.
pada suhu 30oC volume minyak
goreng adalah 1 liter. Berapakan
volum minyak goreng setelah
suhunya dinaikkan menjadi 90
oC…. liter.
a. 0,072
b. 1,082
c. 1,076
d. 1,072
Good Luck
Lampiran 5 102
KUNCI JAWABAN SOAL PRETEST & POSTTEST
No
.
Soal Pembahasan
1 Musschenbroek adalah alat yang digunakan
untuk mengetahui adanya pemuaian….
Jawaban : c. panjang zat padat
Musschenbroek merupakan
alat yang digunakan untuk
mengetahui adanya
pemuaian panjang pada zat
padat.
2 Perhatikan gambar berikut!
Pernyataan yang sesuan dengan fenomena
di atas adalah….
Jawaban : b. balon akan memperbesar
karena udara di dalam balon mengalami
pemuaian
Ketika botol kosong (berisi
udara) dipanaskan, udara
yang ada di dalam botol
akan mengalami pemuaian,
sehingga volume udara
dalam botol akan mengalami
pertambahan dan akan balon
akan mengembang, sehingga
balon akan bertambah
volumenya
3 Pada temperatur 30oC sebatang aluminium
memiliki panjang 125 cm. berapakan
pertambahan panjang aluminium, jika
suhunya dinaikkan menjadi 100 oC (
aluminium = 0,000026/ o
C) …
Jawaban : a. 0.2275cm
Ditanyakan pertambahan
panjang aluminium..
∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇
∆𝑙 = 125𝑐𝑚 0.000026 (100−30)
∆𝑙 = 0.2275𝑐𝑚
4 Perhatikan gambar di bawah!
Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat
menjadi suatu bimetal. Berdasarkan gambar
tersebut dapat disimpulkan bahwa….
Jawaban : b. koefisien muai panjang logam
a lebih besar dari logam b
Kedua logam tersebut
dihubungkan (bimetal), jika
logam tersebut dipanaskan
maka kedua logam tersebut
akan memuai, karena
koefisien muai panjang
logam a lebih besar
disbanding logam b,
sehingga logam a akan lebih
cepat memuai dibandingkan
logam b, sehingga bimetal
tersebut akan melengkung
Air panas
Botol
kosong
a
b a
𝑏
103
5 Sebuah balon berisi 4000cm3 udara berada
pada ruangan yang bersuhu 25oC. balon
tersebut dibawa ke suatu tempat yang
bersuhu 40oC. Jika koefisien muai volum
udara adalah 0,00367/oC, berapakah volume
balon saat ini…
Jawaban : b. 4220,2cm3
Ditanyakan volume balon
setelah dipanaskan..
𝑉 = 𝑉𝑜(1 + 𝛾 ∆𝑇)
𝑉 = 4000(1 + 0.00367 (40− 25)
𝑉 = 4220,2𝑐𝑚3
6 Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol
yang diberi sedotan kecil berisi air biasa, di
masukkan ke dalam wadah yang berisi air
panas, maka air akan keluar melalaui
sedotan kecil tersebut. Hal apa yang
menyebabkan peristiwa tersebut…
Jawaban : a. Air yang ada di dalam botol
memuai
Air panas akan membuat air
yang bersuhu normal yang
berada di dalam botol
mengalami kenaikan suhu,
sehingga air tersebut akan
memuai. Pertambahan
volume air yang terjadi akan
membuat air tersebut
tumpah (keluar dari sedotan
kecil tersebut)
7 Perhatikan tabel di bawah ini !
Bahan Panjang
awal
Koefisien
muai panjang
()
Pyrex
Aluminium
Tembaga
Besi
1,5 m
1,5 m
2 m
2 m
0.000032/ oC
0.000024/ oC
0.000017/ oC
0.000012/ oC
Jika masing-masing bahan dipanaskan dari
suhu 0oC hingga 100
oC, pertambahan
panjang karena proses pemuaian dari yang
paling besar hingga terkecil adalah….
Jawaban : c. pyrex, aluminium, tembaga,
besi
Pyrex
∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇
∆𝑙 = 1.5 0.000032 (120 − 0)
∆𝑙 = 0.00576m
Aluminium
∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇
∆𝑙 = 1.5 0.000024 (120 − 0)
∆𝑙 = 0.0045m
Tembaga
∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇
∆𝑙 = 2 0.000017 (120−0)
∆𝑙 = 0.00408m
Besi
∆𝑙 = 𝑙𝑜 𝛼 ∆𝑇
∆𝑙 = 2 0.000012 (120−0)
∆𝑙 = 0.00288m
Air
biasa
Air panas
104
8 Perhatikan gambar di bawah ini!
Apabila bagian bawah botol yang diikat
dengan tali dimasukkan ke dalam air, apa
yang akan terjadi…
Jawaban : c. Botol akan terbelah menjadi
dua bagian karena mengalami pemuaian
akibat dipanaskan
Saat dimasukkan ke dalam
air, bagian atas botol masih
mengalami pemuaian tetapi
bagian bawah tidak
mengalami pemuaian,
sehingga terjadi perubahan
luas bagian dalam dan luar
botol pada botol bagian atas
dan bawah, sehingga botol
akan menjadi 2 bagian.
9 Berdasarkan hasil dari kegiatan eksperimen,
diperoleh hasil bahwa minyak goreng akan
lebih cepat memuai dibandingkan dengan
air. Hal tersebut disebabkan karena….
Jawaban : b. Koefisien muai volume
minyak goreng lebih besar dibandingkan air
Alkohol memiliki koefisien
muai volume yang lebih
besar dibandingkan air,
sehingga alkohol lebih cepat
mamuai dibandingkan
dengan air
10 Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar tersebut menunjukan peristiwa….
Jawaban : dampak negative pemuaian zat
padat
Fenomena tersebut
merupakan salah satu
dampak negative pemuaian,
jika gelas kaca mengalami
perubahan suhu secara tiba-
tiba, gelas tersebut akan
mengalami pemuaian secara
cepat (pada bagian dalam
gelas), sehingga luas
permukaan bagian dalam
akan bertambah lebih cepat
dibandingkan dengan bagian
permukaan luar, sehingga
gelas tersebut akan pecah
11 Pernyataan di bawah ini yang bukan
merupakan solusi dari permasalahan akibat
pemuaian adalah….
Jawaban : d. mengukur suhu tubuh manusia
Pernyataan a c adalah
solusi dari permasalahan
akibat pemuaian, sedangkan
pernyataan d adalah manfaat
dari pemuaian
12 Peristiwa yang tidak menunjukkan
terjadinya pemuaian gas jika dipanaskan
adalah….
Jawaban: c. layang-layang terbang karena
tertiup angin
Pada peristiwa terbangnya
layang-layang tidak
menggunakan prinsip kerja
pemuaian
Dimasukka
n ke dalam
air
105
13 Hal yang dapat dilakukan untuk
memasukkan koin ke dalam lubang
kuningan tanpa menggunakan alat lainnya
adalah….
Jawaban : b. memanaskan lubang kuningan
Apabila lubang kuningan
tersebut dipanaskan, maka
kuningan tersebut akan
memuai dan uang koin
tersebut dapat memasuki
kuningan gtersebut
14 Pemuaian zat cair tidak bergantung pada….
Jawaban : a. massa zat cair
Massa tidak mengalami
perubahan saat benda
dipanaskan
15 Pernyataan di bawah ini yang dapat
memperbesar pemuaian volum gas….
c. memperbesar perubahan suhu
Ketika kenaikan suhunya
diperbesar, maka pemuaian
volume akan menjadi lebih
besar
16 Sebuah lempeng kuningan dengan luas
16cm2 memiliki suhu mula-mula 30
oC.
Kuningan tersebut dipanaskan hingga
bersuhu 80oC. ( kuningan = 0,000018/
oC),
berapakah luas kuningan saat ini….
Jawaban : c. 16,0288cm2
𝐴 = 𝐴𝑜(1 + 𝛽 ∆𝑇)
𝐴 =16[1 + 0,000018 (80 −30)]
𝐴 = 16,0288cm2
17 Perhatikan gambar di bawah!
Gambar tersebut memanfaatkan prinsip
kerja….
Jawaban : a. pemuaian zat cair
Thermometer menggunakan
prinsip kerja pemuaian zat
cair
18 Roket alkohol menggnakan prinsip kerja….
Jawaban : a. pemuaian gas
Apabila alkohol dipanaskan,
maka udara dalam botol
akan menjadi panas dan
mengalami pemuaian,
sehingga udara dalam botol
akan mengalami
pertambahan volume dan
menekan keluar, sehingga
botol dapat meluncur
Rp 100
106
19 Perhatikan gambar berikut!
Gambar tersebut adalah sambungan pada
jembatan beton, celah tersebut bertujuan
untuk….
Jawaban : d. Mencegah keretakan jalan
pada jembatan jika terjadi pemuaian
Untuk mencegah dampah
negatif pemuaian zat padat
20 Kerosene(minyak tanah) memiliki koefisien
muai volume sebesar 0,0012/oC. pada suhu
30oC volume gliserin adalah 1 liter.
Berapakan volum kerosen setelah suhunya
dinaikkan menjadi 90 o
C…. liter
Jawaban : d. 1,072
𝑉 = 𝑉𝑜(1 + 𝛾 ∆𝑇)
𝑉 = 1[1 + 0,0012 90 −30] 𝑉 = 1,072liter
Lampiran 6 107
INDIKATOR CURIOSITY
C. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
D. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-
hari.
No. Indikator Curiosity
1 Antusias mencari jawaban pada tahap kerja kelompok
2 Fokus pada objek yang diamati
3 Fokus saat kegiatan eksperimen
4 Menanyakan setiap langkah kegiatan
5 Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pemuaian
6 Mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peristiwa
yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi
pemuaian
Lampiran 7 108
KISI-KISI LEMBAR ANGKET CURIOSITY SISWA
E. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya.
F. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
No. Indikator Curiosity Nomor butir
Positif Negatif
1 Antusias mencari jawaban 4, 13 16
2 Perhatian (fokus) pada objek yang diamati 1, 3, 6 2
3 Antusias pada proses sains 7, 11 5, 8,
4 Menanyakan setiap langkah kegiatan 9 10
5 Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran 12 15
6 Mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peristiwa
yang pernah diamati yang berhubungan dengan materi
pemuaian
14
Jumlah 10 6
Keterangan skor pernyataan:
Positif Negatif
SS (Sangat Setuju) : 4 SS (Sangat Setuju) : 1
S (Setuju) : 3 S (Setuju) : 2
TS (Tidak Setuju) : 2 TS (Tidak Setuju) : 3
STS (Sangat Tidak Setuju) : 1 STS (Sangat Tidak
Setuju)
: 4
Nilai yang diperoleh:
𝑃 =𝑆 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘)
𝑁 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) 𝑥 100%
Hasil tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut (Arikunto, 2002: 245):
80% ≤ P ≤ 100% = baik sekali
66% ≤ P ≤ 79% = baik
56% ≤ P ≤ 65% = cukup
40% ≤ P ≤ 55% = kurang
P ≤ 39% = gagal
Lam
piran
8
109
KRITERIA PENILAIAN LEMBAR OBSERVASI CURIOSITY SISWA
A. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
No Indikator Curiosity Skor Kriteria
1 Antusias mencari jawaban
pada tahap kerja kelompok
4
3
2
1
- Aktif mencari jawaban dari beberapa sumber (LKS sekolah, buku referensi, internet)
dan berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
- Mencari jawaban dari beberapa sumber (LKS sekolah, buku referensi) dan jarang
berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
- Kurang aktif mencari jawaban dari beberapa sumber (hanya dari LKS sekolah) dan
jarang berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menemukan jawaban
- Tidak mau mencari jawaban dan tidak berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk
menemukan jawaban
2 Fokus pada objek yang
diamati
4
3
- Memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh hasil
sesuai dengan yang diharapkan
- Memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh hasil
kurang sesuai dengan yang diharapkan
110
2
1
- Kurang memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan
memperoleh hasil kurang sesuai dengan yang diharapkan
- Tidak memperhatikan objek yang diamati saat kegiatan eksperimen dan memperoleh
hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan
3 Fokus saat kegiatan
eksperimen
4
3
2
1
- Memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok
dengan baik/ tidak bermain-main saat melakukan eksperimen
- Memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok
dengan kurang baik/ terkadang masih senang bermain saat kegiatan eksperimen
- Kurang memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara
berkelompok dengan kurang baik
- Tidak memperhatikan prosedur kerja dan melakukan eksperimen secara berkelompok
tidak sesuai prosedur
4 Menanyakan setiap langkah
kegiatan
4
3
2
1
- Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman mengenai prosedur kerja kelompok dan
pertanyaan yang disampaikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
- Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman mengenai prosedur kerja kelompok dan
pertanyaan yang disampaikan kurang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
- Mengajukan pertanyaan hanya pada teman mengenai prosedur kerja kelompok
- Tidak pernah mengajukan pertanyaan pada guru maupun teman mengenai prosedur
kerja kelompok
111
5 Bertanya kepada guru dan
teman tentang materi pemuaian
4
3
2
1
- Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman untuk memperoleh penjelasan
mengenai materi pemuaian serta pertanyaan yang diberikan sesuai dengan materi
- Mengajukan pertanyaan pada guru dan teman untuk memperoleh penjelasan
mengenai materi pemuaian serta pertanyaan yang diberikan kurang sesuai dengan
materi
- Hanya bertanya kepada teman untuk memperoleh penjelasan mengenai materi
pemuaian
- Tidak pernah mengajukan pertanyaan kepada guru maupun teman
6 Mengajukan pertanyaan
mengenai peristiwa yang
pernah diamati yang
berhubungan dengan materi
pemuaian
4
3
2
1
- Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta apa yang disampaikan tepat baik
dalam kegiatan kelompok maupun diskusi kelas
- Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta apa yang disampaikan kurang tepat
baik dalam kegiatan kelompok maupun diskusi kelas
- Kurang aktif bertanya dan mengemukakan pendapat, namun pernah melakukannya
walau hanya sekali.
- Tidak aktif bertanya dan tidak pernah mengemukakan pendapat dalam kegiatan
kelompok maupun diskusi kelas
Lampiran 9 112
LEMBAR SKALA SIKAP
Nama : Kelas : No. Absen :
Aspek Siswa : Curiosity (Rasa Ingin Tahu)
Waktu : 15 menit
Petunjuk
1. Angket ini hanya untuk kepentingan ilmiah dan tidak akan
berpengaruh terhadap reputasi maupun nilai Kamu di sekolah ini
(silakan mengisi dengan sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya
berdasarkan pikiran Kamu dan sesuai dengan yang Kamu alami).
2. Tulislah nama dan nomor urut Kamu di sudut kanan atas pada
lembar jawaban.
3. Bacalah setiap nomor dengan seksama.
4. Tuliskan pendapat Anda terhadap setiap pernyataan dengan cara
memberikan tanda centang/check ( √ ) pada kolom yang sesuai.
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
No. Pertanyaan SS S TS STS
1
Saya merasa materi fisika sangat menarik
dan menumbuhkan rasa ingin tahu
karena banyak berkaitan dengan
kejadian di lingkungan sekitar
2 Saya tidak tertarik pada pelajaran fisika,
karena membosankan dan berupa
rumus-rumus
3 Pembelajaran fisika dengan diawali
demonstrasi membuat saya semakin
tertarik pada pelajaran fisika
4 Pemberian demonstrasi tentang salah
satu materi yang akan disampaikan
dapat membuat saya semakin penasaran
mengenai materi yang akan disampaikan
5 Saya lebih senang diterangkan daripada
kegiatan eksperimen dan kerja kelompok
113
6 Kurang memperharikan kegiatan saat
pelajaran dapat membuat pelajaran fisika
menjadi sulit
7 Saya sangat senang dengan kegiatan
eksperimen karena dapat memperjelas
materi fisika yang sedang dipelajari
8 Kegiatan eksperimen menurut saya
sangat membosankan, karena hanya
membuang-buang waktu saja
9 Saya selalu bertanya kepada guru ketika
tidak mengerti mengenai langkah kerja
saat kegiatan kelompok
10 Saya lebih senang diam dan membiarkan
teman satu kelompok yang melakukan
kerja kelompok
11 Kegiatan diskusi kelas dapat
meningkatkan ketertarikan saya dalam
pembahasan materi fisika
12 Saya selalu ingin bertanya pada guru
mengenai penjelasan guru yang belum
saya mengerti
13 Mencari artikel di internet dapat
menambah wawasan dan informasi saya
mengenai materi pelajaran di sekolah
14 Saya selalu menanyakan penerapan
materi pelajaran yang disampaikan pada
kehidupan sehari-hari
15 Saya lebih senang mengerjakan tugas
sendiri dari pada berdiskusi dengan
teman
16 Saya mencari acara televisi lainnya ketika
channel yang saya saksikan sedang
menayangkan program pengetahuan
terimakasih
Lampiran 10 114
NILAI ULANGAN AKHIR SEMESTER
Mata Pelajaran :IPA
Kelas/Semester : VII/ 1
Tahun Pelajaran : 2012/2013
No. Absen NILAI UJIAN TENGAH
SEMESTER
7A 7B 7C 7D
1 86 88 87 85
2 86 88 82 90
3 87 87 83 88
4 88 83 87 85
5 89 84 81 88
6 86 90 86 85
7 86 86 83 84
8 80 88 86 91
9 86 85 86 90
10 90 87 86 83
11 84 85 83 84
12 86 85 90 87
13 83 84 83 89
14 87 85 88 82
15 85 90 92 85
16 91 89 84 84
17 85 85 89 90
18 86 87 80 83
19 86 84 84 86
20 86 80 90 85
21 88 90 80 87
22 87 83 86 84
23 91 86 83 85
24 81 80 87 81
25 83 83 89 83
26 90 84 85 80
27 85
28 83
Rata-rata 86.11 85.62 85.38 85.54
Varians 7.28 7.53 10.01 8.50
Lampiran 11 115
UJI NORMALITAS
NILAI UAS KELAS 7A
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 91.00
Panjang kelas 2
Nilai minimal 80.00
Rata-rata
86.11
Rentang
11
s
2.70
Banyak Kelas 6
n
28
Kelas Interval
Batas
Kelas
Z untuk
batas kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
80 - 81 79.50 -2.45 0.49 0.03 0.94 2 1.20
82 - 83 81.40 -1.74 0.46 0.11 3.06 3 0.00
84 - 85 83.31 -1.04 0.35 0.22 6.17 4 0.76
86 - 87 85.21 -0.33 0.13 0.28 7.72 12 2.37
88 - 89 87.12 0.37 0.15 0.21 5.99 3 1.49
90 - 91 89.02 1.08 0.36 0.12 3.28 4 0.16
92 - 93 91.50 2.00 0.48 0.48
2 = 5.99
Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh c² tabel
= 11.07
5.99 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
116
UJI NORMALITAS
NILAI UAS KELAS 7B
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha :
data berdistribusi tidak
normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 90.00
Panjang kelas 2
Nilai minimal 80.00
Rata-rata
85.62
Rentang
10
s
2.74
Banyak Kelas 6
n
26
Kelas Interval
Batas
Kelas
Z untuk
batas kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
80 - 81 79.50 -2.23 0.49 0.04 1.22 2 0.50
82 - 83 81.26 -1.59 0.44 0.12 3.26 3 0.02
84 - 84 83.03 -0.94 0.33 0.21 5.86 9 1.69
85 - 86 84.79 -0.30 0.12 0.25 7.06 5 0.60
87 - 88 86.56 0.34 0.13 0.20 5.71 4 0.51
89 - 90 88.32 0.99 0.34 0.11 3.09 3 0.00
91 - 91 90.08 1.63 0.45 0.45
2 = 3.32
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
3.32 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
117
UJI NORMALITAS
NILAI UAS KELAS 7C
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha :
data berdistribusi tidak
normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 92.00
Panjang kelas 2
Nilai minimal 80.00
Rata-rata
85.38
Rentang
12
s
3.16
Banyak Kelas 6
n
26
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-
Ei)²
Ei
80 - 81 79.50 -1.86 0.47 0.09 2.39 3 0.16
82 - 83 81.62 -1.19 0.38 0.18 5.15 6 0.14
84 - 85 83.73 -0.52 0.20 0.26 7.21 3 2.46
86 - 87 85.85 0.15 0.06 0.23 6.56 8 0.32
88 - 90 87.97 0.82 0.29 0.14 3.88 3 0.20
91 - 92 90.08 1.49 0.43 0.05 1.49 3 1.54
93 - 94 92.20 2.15 0.48 0.48
2
= 4.81
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
11.07
4.81 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
118
UJI NORMALITAS
NILAI UAS KELAS 7D
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha :
data berdistribusi tidak
normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 91.00
Panjang kelas 2
Nilai minimal 80.00
Rata-rata
85.54
Rentang
11
s
2.92
Banyak Kelas 6
n
26
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-
Ei)²
Ei
80 - 81 79.50 -2.07 0.48 0.06 1.70 2 0.05
82 - 83 81.44 -1.41 0.42 0.15 4.19 4 0.01
84 - 85 83.38 -0.74 0.27 0.24 6.74 10 1.58
86 - 87 85.32 -0.07 0.03 0.25 7.07 3 2.34
88 - 89 87.26 0.59 0.22 0.17 4.84 3 0.70
90 - 91 89.20 1.26 0.40 0.08 2.16 4 1.57
92 - 93 91.14 1.92 0.47 0.47
2
= 6.25
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel =
11.07
6.25 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
Lampiran 12 119
UJI HOMOGENITAS POPULASI
Pengujian Hipotesis
Hipotesis :
Ho : 1 = 2 = 3 =
Ha : 1 ≠ 2 ≠ 3 ≠
Kriteria :
Ho diterima jika,
2hitung <
2tabel
2(1-)(k-
1)
Kelas ni
dk =
ni1 si2
(dk)
si2 log si
2
(dk) log
si2
VIII-A 28 27 7.28 196.68 0.86 23.28
VIII-B 26 25 7.53 188.15 0.88 21.91
VIII-C 26 25 10.01 250.15 1.00 25.01
VIII-D 26 25 8.50 212.46 0.93 23.23
Jumlah
106 102 33.32 847.45 3.67 93.44
s2 =
(ni 1) si2
B = (log s
2) (ni )
(ni 1)
B = (log 8,308) (102)
s2 =
847.45
102
B = 93.790
s
2 = 8.308
2 = (ln 10) {B (ni 1) log si
2}
2 = 0.809
Untuk = 5% dengan dk = k-1 = 4-1 = 3 diperoleh 2
tabel = 7.815
Karena 2hitung < 2
tabel Jadi, populasi mempunyai varians yang sama
(homogen)
0.809 7,815
Lampiran 13 120
Lembar Kerja Individu
Pemuaian Zat Padat
Masalah : waktu : 15 menit
Gambar a
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan!
1. Suatu ketika, jika kita ingin memasukkan barang berukuran lebih besar
dibandingkan lubang pada mulut botol, langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan kegiatan pada gambar a. Setelah tali dibakar bagian bawah botol
dimasukkan ke dalam air dan botol akan terbelah. Menurutmu apa yang
menyebabkan peristiwa tersebut? Jelaskan pendapatmu!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Pada siang hari yang sangat panas, kabel litrik yang ada di tepi jalan terlihat
melengkung padahal pada malam hari kabel tersebut terlihat lurus. Mengapa
hal tersebut dapat terjadi?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Gambar b
Rp 100
logam
121
3. Dengan memperhatikan gambar b, hal apa yang dapat dilakukan agar koin
tersebut dapat memasuki lubang kuningan tersebut? Berikan pendapatmu!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Berdasarkan hal yang dilakukan sesuai dengan gambar c, kemungkinan apa
yang bisa terjadi pada koin ketika dimasukkan ke dalam lubang tersebut?
Kemukakan pendapat kalian!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
no success without effort
Gambar c
Rp 100
logam
…………………………
…………………………
…………………………
…………………………
122
Lembar Kerja Individu
Pemuaian Zat Cair
Masalah : waktu : 15 menit
Perhatikanlah penjelasan yang disampaikan oleh Guru di depan kelas mengenai
termometer!
Gambar a
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan!
1. Apa kegunaan dari thermometer?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Zat apa yang ada didalam thermometer?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
3. Bagaimana prinsip kerja thermometer? Jelaskan dengan konsep fisika yang
kamu pahami!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Gambar b
Air
Air panas
minyak
123
4. Perhatikan gambar b, apa yang akan terjadi pada air dan minyak apabila botol
yang berisi air dan minyak dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air
panas? Kemukakan pendapatmu dan berikan alasannya!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi air dan botol yang berisi
minyak? Kemukakan pendapatmu dan berikan alasannya!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
no success without effort
…………………………
…………………………
…………………………
…………………………
124
Lembar Kerja Individu
Pemuaian Gas
Masalah : waktu : 15 menit
Perhatikanlah penjelasan yang disampaikan oleh Guru di depan kelas mengenai
roket alkohol!
Gambar a
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut inipada lembar yang telah disediakan!
1. Setelah memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh Guru dengan roket
alkohol, bagaimana kalian dapat menjelaskan roket tersebut dapat meluncur?
Jelaskan sesuai dengan pengetahuan yang kalian miliki!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Apa yang terjadi pada udara yang ada di dalam roket tersebut?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Gambar b
Botol
koson
g Air panas
125
3. Perhatikan gambar b, apa yang terjadi pada balon jika balon tersebut dipasang
pada botol kosong, kemudian botol kosong tersebut dimasukkan ke dalam
baskom berisi air panas?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Apa yang
terjadi? Kemukakan hipotesis (jawaban sementara) kalian dan berikan
alasannya!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
no success without effort
…………………………
…………………………
…………………………
…………………………
Lampiran 14 126
Lembar Kerja Kelompok
Pemuaian Zat Padat
Kelompok : ………………………… waktu : 30 menit
Kelas : …………………………
Bahan
Kegiatan 1
1. Uang koin 1 buah
2. Lempeng kuningan 1 buah
3. Pembakar spiritus 1 buah
4. Penjepit kayu 1 buah
Kegiatan 2
1. Gambar sambungan pada rel kereta api
Permasalahan
1. Dapatkah kamu memasukkan uang koin kedalam lubang yang lebih sempit tanpa
mengubah ukuran lubang atau koin tersebut?
………………………………………………………………………………………………
2. Pada sambungan rel kereta api, mengapa pada sambungan tersebut diberi sedikit celah?
………………………………………………………………………………………………
Prosedur Kerja Kelompok
Kegiatan 1
Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut:
a) Letakkan uang logam diatas lubang kuningan yang telah diberi penjepit kayu, kemudian
coba masukkan koin ke dalam lubang yang lebih sempit tersebut (lihat gambar). Apakah
koin tersebut dapat memasuki lubang logam kuningan tersebut?
…………………………………………………………………………………………(1)
Rp 100
127
b) Ambil koin tersebut dari lubang kuningan, kemudian panaskan kuningan tersebut dengan
pembakar spiritus (pembakaran 2 menit). Masukkan kembali koin tersebut ke dalam
lubang kuningan. (lakukan beberapa kali dan berhati-hatilah).
c) Apa yang terjadi dingan koin tersebut setelah kuningan dipanaskan? Jelaskan
jawabannya!
…………………………………………………………………………………………(2)
Kegiatan 2
Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, amatilah gambar berikut:
a) Mengapa pada sambungan rel kereta api tersebut diberikan sedikit celah?
…………………………………………………………………………………………(3)
b) Menurut kalian, apa yang terjadi jika pada sambungan rel tersebut tidak diberikan sedikit
celah? Jelaskan jawaban kalian menurut konsep fisika yang kalian pahami!
…………………………………………………………………………………………(4)
128
c) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil kegiatan tersebut?
…………………………………………………………………………………………(5)
Pertanyaan diskusi!
- Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut
pada lembar yang telah disediakan!
- Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan satu contoh lain
dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan konsep tersebut serta jelaskanlah
penerapan konsepnya! (6)
129
Lembar Kerja Kelompok
Pemuaian Zat Cair
Kelompok : ………………………… waktu : 30 menit
Kelas : …………………………
Bahan
Kegiatan 1
1. Botol kecil 2 buah
2. Sedotan kecil 2 buah
3. Air 1 botol
4. Minya goreng 1 botol
5. Baskom 1 buah
6. Air panas secukupnya
Kegiatan 2
Peristiwa merebus air
Permasalahan
1. Bagaimana caranya untuk mengeluarkan cairan yang ada di dalam botol tampa harus
membuka botol atau menyedot cairan tersebut?
………………………………………………………………………………………………
2. Saat merebus air atau memasak sayur yang terlalu penuh, air dapat tumpah. Mengapa hal
tersebut dapat terjadi?
………………………………………………………………………………………………
Prosedur Kerja Kelompok
Kegiatan 1
Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut:
a) Masing-masing botol yang telah disediakan diisi degan air yng diberi warna merah dan
botol yang lain dengan minyak goreng, tutup kedua botol dengan sumbat karet yang telah
dilubangi bagian tengahnya serta masukkan sedotan kecil ke dalam lubang botol tersebut!
Air Minyak
goreng
130
Coba balik botol tersebut apakan cairan yang ada di dalam botol dapat tumpah?
…………………………………………………………………………………………(1)
b) Coba letakkan kedua botol ke dalam wadah yang berisi air panas? Amati perubahan yang
terjadi!
…………………………………………………………………………………………(2)
c) Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi minyak dan botol yang berisi air
biasa? Berikan pendapat kalian dan tuliskan alasannya!
…………………………………………………………………………………………(3)
Kegiatan 2
Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, amatilah peristiwa berikut:
Merebus air dalam keadaan penuh
d) Ketika merebus air atau sayur dalam panci dengan keadan air yang sangat penuh, jika air
telah mendidih maka akan terjadi air tumpah dan membuat tutup terangkat. Menurut
kalian apa yang terjadi pada air tersebut? Kemukakan pendapat kalian dan berikan
alasannya sesuai dengan konsep fisika yang kalian pahami!
…………………………………………………………………………………………(4)
e) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil pegamatan tersebut?
…………………………………………………………………………………………(5)
Pertanyaan diskusi!
- Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut
pada lembar yang telah disediakan!
- Berikan contoh lain dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip
pemuaian zat cair! (6)
Air minyak
Air panas
131
Lembar Kerja Kelompok
Pemuaian Gas
Kelompok : ………………………… waktu : 30 menit
Kelas : …………………………
Bahan
Kegiatan 1
7. Botol 1 buah
8. Balon 1 buah
9. Baskom 1 buah
10. Air panas secukupnya
Kegiatan 2
- Balon
Permasalahan
1. Bagaimana caranya untuk meniup balon tanpa kita tiup atau menggunakan pompa?
………………………………………………………………………………………………
2. Apa yang akan terjadi pada balon apabila dipanaskan?
………………………………………………………………………………………………
Prosedur Kerja Kelompok
Kegiatan 1
Untuk menjawab permasalahan yang diberikan, lakukan percobaan berikut:
a) Perhatikan gambar di atas, apa yang terjadi pada balon jika balon tersebut dipasang pada
botol kosong besar dan kecil, kemudian botol kosong tersebut dimasukkan ke dalam
baskom berisi air panas?
…………………………………………………………………………………………(1)
b) Apa perbedaan yang terjadi pada kedua botol setelah direndam dalam air panas selama 2
Botol
kosong
Air panas
Botol
kosong
Air panas
132
menit?
…………………………………………………………………………………………(2)
c) Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Apa yang terjadi?
Kemukakan pendapat kalian dan berikan alasannya!
…………………………………………………………………………………………(3)
Kegiatan 2
Untuk menjawab permasalahan pertama yang diberikan, perhatikan kegiatan berikut!
(dilakukan oleh guru/ demonstrasi)
d) Apa yang terjadi jika balon tersebut dipanaskan? Jelaskan mengapa hal tersebut dapat
terjadi!
…………………………………………………………………………………………(4)
e) Apa yang dapat kalian simpulkan dari hasil pegamatan tersebut?
…………………………………………………………………………………………(5)
Pertanyaan diskusi!
- Diskusikan hasil pengamatan kelompok kalian, kemudian tuliskan jawaban tersebut
pada lembar yang telah disediakan!
- Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep pemuaian gas serta jelaskanlah
penerapan konsepnya! (sebutkan kerugian dan manfaat dari proses pemuaian gas
dalam kehidupan sehari-hari) (6)
Balon
Lampiran 15 133
Lembar Kerja Kelompok
Pemuaian Zat Padat
Kelompok : ………………………… waktu : 20 menit
Kelas : …………………………
Anggota : …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
Bahan
1. Uang koin 1 buah
2. Lempeng kuningan 1 buah
3. Pembakar spiritus 1 buah
4. Penjepit kayu 1 buah
Prosedur Kerja Kelompok
d) Letakkan uang logam diatas lubang kuningan yang telah diberi penjepit kayu, kemudian
coba masukkan koin ke dalam lubang yang lebih sempit tersebut (lihat gambar). Apakah
koin tersebut dapat memasuki lubang logam kuningan tersebut dengan mudah?
…………………………………………………………………………………………(1)
e) Ambil koin tersebut dari lubang kuningan, kemudian panaskan kuningan tersebut dengan
pembakar spiritus (pembakaran 2 menit). Masukkan kembali koin tersebut ke dalam
lubang kuningan. (lakukan beberapa kali dan berhati-hatilah).
f) Apa yang terjadi dengan koin tersebut setelah kuningan dipanaskan? Jelaskan
jawabannya!
…………………………………………………………………………………………(2)
Rp 100
134
g) Setelah beberapa saat biarkan suhu kuningan kembali ke keadaan awal, kemudian coba
masukkan kembali koin tersebut, apa yang terjadi? Jelaskan pendapat kalian!
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(3)
h) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil
pengamatan kalian!
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(4)
i) Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep pemuaian zat padat serta jelaskanlah
penerapan konsepnya!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(5)
135
Lembar Kerja Kelompok
Pemuaian Zat Cair
Kelompok : ………………………… waktu : 20 menit
Kelas : …………………………
Anggota : …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
Bahan
1. Botol kecil 2 buah
2. Sedotan kecil 2 buah
3. Air 1 botol
4. Minya goreng 1 botol
5. Baskom 1 buah
6. Air panas secukupnya
Prosedur Kerja Kelompok
a) Isilan dua buah botol, botol pertama air biasa yang telah diberi warna merah, dan botol
kedua dengan minyak goreng.
b) Masing-masing botol yang telah disediakan diisi degan air yang diberi warna merah dan
botol yang lain dengan minyak goreng, tutup kedua botol dengan sumbat karet yang telah
dilubangi bagian tengahnya serta masukkan sedotan kecil ke dalam lubang botol tersebut!
Coba balik botol tersebut apakan cairan yang ada di dalam botol dapat tumpah?
…………………………………………………………………………………………(1)
c) Coba letakkan kedua botol ke dalam wadah yang berisi air panas? Amati perubahan yang
terjadi!
Air Minyak
goreng
136
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
d) Perbedaan apa yang terjadi antara botol yang berisi minyak dan botol yang berisi air
biasa? Berikan pendapat kalian dan tuliskan alasannya!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(2)
e) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil
pengamatan kalian!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(3)
f) Berikan beberapa contoh penerapan peristiwa yang kalian amati dalam kehidupan sehari-
hari! (sebutkan manfaat dan kerugiannya)
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(4)
Air minyak
Air panas
137
Lembar Kerja Kelompok
Pemuaian Gas
Kelompok : ………………………… waktu : 20 menit
Kelas : …………………………
Anggota : …………………………
…………………………
…………………………
…………………………
Bahan
1. Botol 1 buah
2. Balon 1 buah
3. Baskom 1 buah
4. Air panas secukupnya
Prosedur Kerja Kelompok
a) Tutupkan balon pada lubang atas botol kosong (botol besar dan kecil).
b) Masukkan botol kosong yang telah ditutup dengan balon tersebut ke dalam wadah yang
berisi air panas.
c) Amati selama beberapa waktu, perhatikan perubahan yang terjadi. Apa yang terjadi pada
balon jika balon tersebut dipasang pada botol kosong, kemudian botol kosong tersebut
dimasukkan ke dalam baskom berisi air panas?
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(1)
d) Apakah terjadi perbedaan antara botol kecil dan botol besar? Jika terjadi perbedaan
jelaskan mengapa bisa demikian!
Botol
kosong
Air panas
Botol
kosong
Air panas
138
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(2)
e) Setalah beberapa saat botol tersebut disiram dengan air dingin. Perubahan apa yang
terjadi? Kemukakan pendapat kalian dan berikan alasannya!
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(3)
f) Berdasarkan teori yang telah kalian pelajari, jelaskan peristiwa apa yang terjadi pada hasil
pengamatan kalian!
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………(4)
g) Bersadarkan hasil pengamatan yang telah kalian lakukan, berikan contoh lain dalam
kehidupan sehari-hari yang menggunakan konsep yang sesuai dengan hasil pengamatan
serta jelaskanlah penerapan konsepnya! (sebutkan kerugian dan manfaat dari proses
pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-hari)
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………(5)
Lampiran 16 139
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus
Mata Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : I
A. Standar Kompetensi
- Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat padat dari kegiatan
demonstrasi yang dilakukan guru
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat padat
Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan
sehari-hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat padat dari
kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru
140
Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
padat dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa
dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian
panjang dan luas pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi
Hampir semua benda akan mengalami pemuaian jika dipanaskan.
Beberapa zat seperti air dan bismuth akan mengalami penyusutan pada
suhu tertentu ketika dipanaskan, tetapi pada umumnya benda ketika
dipanaskan akan mengalamu tiga kemungkinan yaitu, suhunya bertambah,
memuai, dan mengalamu perubahan bentuk. Pemuaian dapat diartikan
sebagai bertambahnya ukuran suatu benda karena dipanaskan tetapi
massanya tetap. Terdapat tiga macam pemuaian yaitu, pemuaian zat
padat, zat cair, dan gas.
Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Pemuaian Panjang
Alat yang digunakan untuk menghitung pemuaian panjang dinamakan
Mussechenbroek. Pada proses pemuaian panjang, masing-masing
benda memiliki koefisien muai panjang yang berbeda-beda bergatung
pada jenis bahannya. Faktor yang memperngaruhi pertambahan
panjang pada muai panjang adalah
1. Panjang awal
2. Perubahan suhu
141
3. Koefisien muai panjang
Koefisien muai panjang suatu zat didefinisikan sebagai faktor yang
berpengaruh pada pertambahan panjang zat padat ketika
temperaturnya naik sebesar 1oC.
Pertambahan panjang:
∆𝑙 = 𝑙𝑜 .𝛼.∆𝑇
Panjang akhir setelah dipanaskan:
𝑙𝑡 = 𝑙𝑜 + ∆𝑙
b) Pemuaian Luas
Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah
1. luas awal
2. Perubahan suhu
3. Koefisien muai luas
Pertambahan luas:
∆𝐴 = 𝐴𝑜 .𝛽.∆𝑇
𝛽 = 2𝛼
𝑙𝑜 = panjang benda sebelum dipanaskan
𝑙𝑡 = panjang benda setelah dipanaskan
Keterangan:
𝐴𝑜 = luas awal (m2)
∆𝐴 = pertambahan luas (m2)
𝛽 = koefisien muai luas(/oC)
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC)
𝑇1 = suhu awal (oC)
𝑇2 = suhu akhir (oC)
𝑙𝑜
𝑙𝑡
∆𝑙
𝑇1
𝑇2
𝐴𝑜
𝑇1 𝑇2
𝐴𝑡
Keterangan:
𝑙𝑜 = panjang awal (m)
∆𝑙 = pertambahan panjang (m)
𝛼 = koefisien muai panjang(/oC)
𝑙𝑡 = panjang akhir (m)
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC)
𝑇1 = suhu awal (oC)
𝑇2 = suhu akhir (oC)
142
c) Pemuaian Volume
Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah
1. luas awal
2. Perubahan suhu
3. Koefisien muai luas
Pertambahan luas:
∆𝑉 = 𝑉𝑜 .𝛾.∆𝑇
𝛾 = 3𝛼
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan
- Lubang kuningan
- Pembakar spiritus
- Uang logam
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
I. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Alokasi
Waktu
Aspek yang
dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka
10 menit
- Memperhatikan
Keterangan:
𝑉𝑜 = luas awal (m3)
∆𝑉 = pertambahan luas (m3)
𝛾 = koefisien muai luas(/oC)
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC)
𝑇1 = suhu awal (oC)
𝑇2 = suhu akhir (oC)
143
Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi :
1) Mengapa pemasangan kaca di jendela
rumah diberi sedikit ruang? Mengapa
ukuran kayu tidak dibuat pas dengan
ukuran kaca?
2) Mengapa kabel listrik pada siang hari
terlihat melengkung?
2. KEGIATAN INTI
Eksplorasi
(Fase kerja individu)
a. Guru memberikan penjelasan awal
mengenai materi pemuaian zat padat,
menyampaikan masalah yang harus
diselesaikan secara individu dan
kelompok.
b. Guru membagikan LKS pada masing-
masing siswa yang dikerjakan secara
individu.
Elaborasi
(Fase kerja kelompok)
c. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari tiga
siswa (triplet) untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen mengenai
materi yang disampaikan dan masalah
yang sudah menjadi tugas individu.
d. Guru membimbing siswa belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
(Diskusi kelas)
15 menit
30 menit
20 menit
guru
- Menggali
informasi,
meningkatkan
curiosity siswa
diawal kegiatan
pembelajaran
- Memperhatikan
guru
- Melatih
kebersamaan dan
kerjasama
- Akademik Skill
144
e. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
yang didapat secara berkelompok. Hasil
kerja kelompok ditempel di depan kelas
f. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan
eksperimennya.
g. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
komentar atas apa yang sedang
dipresentasikan.
Konfirmasi
h. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat padat.
i. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab.
3. KEGIATAN AKHIR
a. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
dipelajari.
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
c. Guru memberikan salam penutup.
5 menit
- Mengolah
informasi
- Menggali
informasi
- Melatih
mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
guru
- Menyimpulkan
- Memperhatikan
guru
- Menjawab salam
J. Penilaian
1. Teknik penilaian :
a. Tes tulis
2. Bentuk instrumen :
a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi
b. LKS d. Angket
145
3. Instrumen :
Perhatikan gambar di bawah!
Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat menjadi suatu bimetal.
Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa….
e. Koefisien muai logan a sama dengan logam b
f. Koefisien muai logan a lebih besar dibanding logam b
g. Koefisien muai logan a lebih kecil dibanding logam b
h. Koefisien muai logan a tidak sama dengan logam b
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
Setelah dipanaskan bimetal menjadi :
a
b a
b
146
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus
Materi Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : II
A. Standar Kompetensi
- Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat cair
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat cair
Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian zat cair
Menerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan
sehari-hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat cair
2. Afektif
c. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
d. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
147
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat cair
Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat cair
Siswa mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian zat cair
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
cair dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa
dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian
panjang dan luas pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi
Pemuaian volume pada zat cair, terjadi apabila zat cair tersebut
dipanaskan. Pemuaian volum zat cair bergantung pada koefisien muai zat
cair.
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan
1. Botol kecil
2. Sedotan kecil
3. Air
148
4. Minya goreng
5. Baskom
6. Air panas
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Alokasi
Waktu
Aspek yang
dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka
Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi :
3) Apa manfaat termometer?
4) Bagaimana prinsip kerja termometer?
2. KEGIATAN INTI
Eksplorasi
(Fase kerja individu)
a. Guru memberikan penjelasan awal
mengenai materi pemuaian zat cair,
menyampaikan masalah yang harus
diselesaikan secara individu dan
kelompok.
b. Guru membagikan LKS pada masing-
masing siswa yang dikerjakan secara
individu.
Elaborasi
(Fase kerja kelompok)
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
10 menit
15 menit
- Memperhatikan
guru
- Menggali
informasi,
meningkatkan
curiosity siswa
diawal kegiatan
pembelajaran
- Memperhatikan
guru
- Melatih
kebersamaan dan
149
kelompok heterogen yang terdiri dari tiga
siswa (triplet) untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen mengenai
materi yang disampaikan dan masalah
yang sudah menjadi tugas individu.
b. Guru membimbing siswa belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
(Diskusi kelas)
a. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
yang didapat secara berkelompok. Hasil
kerja kelompok ditempel di depan kelas
b. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan
eksperimennya.
c. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
komentar atas apa yang sedang
dipresentasikan.
Konfirmasi
d. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat cair.
e. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab.
3. KEGIATAN AKHIR
d. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
dipelajari.
a. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
b. Guru memberikan salam penutup.
30 menit
20 menit
5 menit
kerjasama
- Akademik Skill
- Mengolah
informasi
- Menggali
informasi
- Melatih
mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
guru
- Menyimpulkan
- Memperhatikan
guru
- Menjawab salam
150
J. Teknik Penilaian
1. Teknik penilaian :
a. Tes tulis
2. Bentuk instrumen :
a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi
b. LKS d. Angket
3. Instrumen :
Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol yang diberi sedotan
kecil berisi air biasa, di masukkan ke dalam wadah yang berisi air
panas, maka air akan keluar melalaui sedotan kecil tersebut. Hal apa
yang menyebabkan peristiwa tersebut….
a. Air yang ada di dalam botol memuai
b. Air yang ada di dalam botol mengembun
c. Air yang ada di dalam botol menguap
d. Air yang ada di dalam botol mendidih
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
Air
biasa
Air panas
151
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus
Materi Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : III
A. Standar Kompetensi
- Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat gas
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat gas
Menerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-
hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat gas
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat gas
152
Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat gas
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
gas dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat sederhana percobaan pemuaian zat
cair, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses
pemuaian volum pada zat gas.
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi
Pemuaian gas
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan
1. Botol
2. Balon
3. Baskom
4. Air panas
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
153
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Alokasi
Waktu
Aspek yang
dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka
Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi :
5) Memberikan demonstrasi tentang roket
alkohol.
6) Mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai prinsip kerja balon udara.
2. KEGIATAN INTI
Eksplorasi
(Fase kerja individu)
a. Guru memberikan penjelasan awal
mengenai materi pemuaian zat gas,
menyampaikan masalah yang harus
diselesaikan secara individu dan
kelompok.
b. Guru membagikan LKS pada masing-
masing siswa yang dikerjakan secara
individu.
Elaborasi
(Fase kerja kelompok)
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari tiga
siswa (triplet) untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen mengenai
materi yang disampaikan dan masalah
yang sudah menjadi tugas individu.
10 menit
15 menit
30 menit
- Memperhatikan
guru
- Menggali
informasi,
meningkatkan
curiosity siswa
diawal kegiatan
pembelajaran
- Memperhatikan
guru
- Melatih
kebersamaan dan
kerjasama
154
b. Guru membimbing siswa belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
(Diskusi kelas)
a. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
yang didapat secara berkelompok. Hasil
kerja kelompok ditempel di depan kelas
b. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan
eksperimennya.
c. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
komentar atas apa yang sedang
dipresentasikan.
Konfirmasi
a. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat gas.
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab.
3. KEGIATAN AKHIR
a. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
dipelajari.
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
c. Guru memberikan salam penutup.
20 menit
5 menit
- Akademik Skill
- Mengolah
informasi
- Menggali
informasi
- Melatih
mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
guru
- Menyimpulkan
- Memperhatikan
guru
- Menjawab salam
J. Teknik Penilaian
1. Teknik penilaian :
a. Tes tulis
155
2. Bentuk instrumen :
c. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi
d. LKS d. Angket
3. Instrumen :
Perhatikan gambar berikut!
Pernyataan yang sesuai dengan fenomena di atas adalah….
e. Balon akan meleleh karena terkena uap panas
f. Balon akan membesar kaena udara dalam balon memuai
g. Balon akan membesar karena terkena uap panas
h. Balon tidak mengalami perubahan
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
Air panas
Botol
kosong
Lampiran 17 156
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus
Mata Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : I
A. Standar Kompetensi
- Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat padat dari kegiatan
demonstrasi yang dilakukan guru
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat padat
Menerapan prinsip pemuaian zat padat dalam kehidupan
sehari-hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat padat dari
kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru
157
Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat padat
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
padat dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat padat, siswa
dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian
panjang dan luas pada zat padat
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi
Hampir semua benda akan mengalami pemuaian jika dipanaskan.
Beberapa zat seperti air dan bismuth akan mengalami penyusutan pada
suhu tertentu ketika dipanaskan, tetapi pada umumnya benda ketika
dipanaskan akan mengalamu tiga kemungkinan yaitu, suhunya bertambah,
memuai, dan mengalamu perubahan bentuk. Pemuaian dapat diartikan
sebagai bertambahnya ukuran suatu benda karena dipanaskan tetapi
massanya tetap. Terdapat tiga macam pemuaian yaitu, pemuaian zat
padat, zat cair, dan gas.
Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a) Pemuaian Panjang
Alat yang digunakan untuk menghitung pemuaian panjang dinamakan
Mussechenbroek. Pada proses pemuaian panjang, masing-masing
benda memiliki koefisien muai panjang yang berbeda-beda bergatung
pada jenis bahannya. Faktor yang memperngaruhi pertambahan
panjang pada muai panjang adalah
1. Panjang awal
2. Perubahan suhu
158
3. Koefisien muai panjang
Koefisien muai panjang suatu zat didefinisikan sebagai faktor yang
berpengaruh pada pertambahan panjang zat padat ketika
temperaturnya naik sebesar 1oC.
Pertambahan panjang:
∆𝑙 = 𝑙𝑜 .𝛼.∆𝑇
Panjang akhir setelah dipanaskan:
𝑙𝑡 = 𝑙𝑜 + ∆𝑙
b) Pemuaian Luas
Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah
1. luas awal
2. Perubahan suhu
3. Koefisien muai luas
Pertambahan luas:
∆𝐴 = 𝐴𝑜 .𝛽.∆𝑇
𝛽 = 2𝛼
c) Pemuaian Volume
Faktor yang memperngaruhi pertambahan luas pada muai luas adalah
1. luas awal
2. Perubahan suhu
3. Koefisien muai luas
𝑙𝑜 = panjang benda sebelum dipanaskan
𝑙𝑡 = panjang benda setelah dipanaskan
Keterangan:
𝐴𝑜 = luas awal (m2)
∆𝐴 = pertambahan luas (m2)
𝛽 = koefisien muai luas(/oC)
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC)
𝑇1 = suhu awal (oC)
𝑇2 = suhu akhir (oC)
𝑙𝑜
𝑙𝑡
∆𝑙
𝑇1
𝑇2
𝐴𝑜
𝑇1 𝑇2
𝐴𝑡
Keterangan:
𝑙𝑜 = panjang awal (m)
∆𝑙 = pertambahan panjang (m)
𝛼 = koefisien muai panjang(/oC)
𝑙𝑡 = panjang akhir (m)
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC)
𝑇1 = suhu awal (oC)
𝑇2 = suhu akhir (oC)
159
Pertambahan luas:
∆𝑉 = 𝑉𝑜 .𝛾.∆𝑇
𝛾 = 3𝛼
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan
- Lubang kuningan
- Pembakar spiritus
- Uang logam
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
I. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Alokasi
Waktu
Aspek yang
dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka
Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi :
1) Mengapa pemasangan kaca di
jendela rumah diberi sedikit
ruang? Mengapa ukuran kayu
10 menit
- Memperhatikan
guru
- Menggali
informasi,
meningkatkan
curiosity siswa
Keterangan:
𝑉𝑜 = luas awal (m3)
∆𝑉 = pertambahan luas (m3)
𝛾 = koefisien muai luas(/oC)
∆𝑇 = 𝑇2 − 𝑇1 = perubahan suhu (oC)
𝑇1 = suhu awal (oC)
𝑇2 = suhu akhir (oC)
160
tidak dibuat pas dengan ukuran
kaca?
2. KEGIATAN INTI
Eksplorasi
a. Guru memberikan penjelasan awal
mengenai materi pemuaian zat padat,
dengan media power point.
Eksplorasi
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari
empat siswa untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen untuk
melakukan verifikasi teori yang telah
diberikan.
b. Guru membimbing siswa belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
yang didapat secara berkelompok. Hasil
kerja kelompok ditempel di depan kelas
d. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan
eksperimen.
e. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
komentar atas apa yang sedang
dipresentasikan.
Konfirmasi
a. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat padat.
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab.
25 menit
20 menit
20 menit
diawal kegiatan
pembelajaran
- Memperhatikan
guru
- Melatih
kebersamaan dan
kerjasama
- Akademik Skill
- Mengolah
informasi
- Menggali
informasi
- Melatih
mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
guru
- Menyimpulkan
161
3. KEGIATAN AKHIR
a. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
dipelajari.
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
c. Guru memberikan salam penutup.
5 menit
- Memperhatikan
guru
- Menjawab salam
J. Penilaian
1. Teknik penilaian :
a. Tes tulis
2. Bentuk instrumen :
a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi
b. LKS d. Angket
3. Instrumen :
Perhatikan gambar di bawah!
Pada gambar di atas, dua jenis logan dibuat menjadi suatu bimetal.
Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa….
a. Koefisien muai logan a sama dengan logam b
b. Koefisien muai logan a lebih besar dibanding logam b
c. Koefisien muai logan a lebih kecil dibanding logam b
d. Koefisien muai logan a tidak sama dengan logam b
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
Setelah dipanaskan bimetal menjadi :
a
b a
b
162
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus
Materi Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : II
A. Standar Kompetensi
- Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat cair
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat cair
Mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian zat cair
Menerapan prinsip pemuaian zat cair dalam kehidupan
sehari-hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat cair
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
163
c. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat cair
Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat cair
Siswa mengamati perbedaan proses pemuaian volume pada
pemuaian zat cair
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
cair dalam kehidupan sehari-hari
d. Proses
Disediakan seperangkat alat percobaan pemuaian zat cair, siswa
dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses pemuaian
panjang dan luas pada zat cair
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi
Pemuaian volume pada zat cair, terjadi apabila zat cair tersebut
dipanaskan. Pemuaian volum zat cair bergantung pada koefisien muai zat
cair.
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan
1. Botol kecil
2. Sedotan kecil
3. Air
4. Minya goreng
164
5. Baskom
6. Air panas
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Alokasi
Waktu
Aspek yang
dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka
Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi :
1) Apa manfaat termometer?
2) Bagaimana prinsip kerja termometer?
2. KEGIATAN INTI
Eksplorasi
a. Guru memberikan penjelasan awal
mengenai materi pemuaian zat cair,
dengan media power point.
Elaborasi
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari
empat siswa untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen untuk
melakukan verifikasi teori yang telah
diberikan.
b. Guru membimbing siswa belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
10 menit
25 menit
20 menit
- Memperhatikan
guru
- Menggali
informasi,
meningkatkan
curiosity siswa
diawal kegiatan
pembelajaran.
- Memperhatikan
guru
- Melatih
kebersamaan dan
kerjasama
- Akademik Skill
165
yang didapat secara berkelompok. Hasil
kerja kelompok ditempel di depan kelas
d. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan
eksperimen.
e. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
komentar atas apa yang sedang
dipresentasikan.
Konfirmasi
a. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat cair.
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab.
3. KEGIATAN AKHIR
a. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
dipelajari.
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
c. Guru memberikan salam penutup.
20 menit
5 menit
- Mengolah
informasi
- Menggali
informasi
- Melatih
mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
guru.
- Menyimpulkan
- Memperhatikan
guru
- Menjawab salam
J. Teknik Penilaian
1. Teknik penilaian :
a. Tes tulis
2. Bentuk instrumen :
a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi
b. LKS d. Angket
166
3. Instrumen :
Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada gambar tersebut, terlihat sebuah botol yang diberi sedotan
kecil berisi air biasa, di masukkan ke dalam wadah yang berisi air
panas, maka air akan keluar melalaui sedotan kecil tersebut. Hal apa
yang menyebabkan peristiwa tersebut….
e. Air yang ada di dalam botol memuai
f. Air yang ada di dalam botol mengembun
g. Air yang ada di dalam botol menguap
h. Air yang ada di dalam botol mendidih
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
Air
biasa
Air panas
167
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : SMP N 2 Kudus
Materi Pelajaran : IPA-Fisika
Pokok Bahasan : Pemuaian
Kelas/ Semester : VII/ 2
Alokasi Waktu : 2 40 menit
Pertemuan : III
A. Standar Kompetensi
- Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
- Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Kognitif
a. Produk
Mengamati proses pemuaian zat gas
Melakukan percobaan sederhana untuk menunjukkan
terjadinya pemuaian zat gas
Menerapan prinsip pemuaian zat gas dalam kehidupan sehari-
hari
b. Proses
Melakukan percobaan untuk mengamati pemuaian pada zat gas
2. Afektif
a. Karakter : rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kognitif
a. Produk
Siswa dapat mengamati proses pemuaian zat gas
168
Siswa dapat melakukan percobaan sederhana untuk
menunjukkan terjadinya pemuaian zat gas
Siswa dapat menunjukkan penerapan prinsip pemuaian zat
gas dalam kehidupan sehari-hari
b. Proses
Disediakan seperangkat alat sederhana percobaan pemuaian zat
cair, siswa dapat melakukan percobaan untuk mengamati proses
pemuaian volum pada zat gas.
2. Afektif
a. Karakter : terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
menunjukkan sikap rasa ingin tahu (curiosity)
b. Kecakapan social : kooperatif (bekerja berkelompok) dalam
kegiatan eksperimen
E. Materi
Pemuaian gas
F. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran:
Conceptual Understanding Procedures (CUPs)
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah c. Diskusi kelas
b. Kerja kelompok d. Eksperimen
G. Alat dan Bahan
1. Botol
2. Balon
3. Baskom
4. Air panas
H. Sumber Belajar
1. LKS
2. Internet
169
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Alokasi
Waktu
Aspek yang
dikembangkan
1. KEGIATAN AWAL
a. Pembuka
Guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
b. Motivasi dan apersepsi :
3) Mengajukan beberapa pertanyaan
mengenai prinsip kerja balon udara.
2. KEGIATAN INTI
Eksplorasi
a. Guru memberikan penjelasan awal
mengenai materi pemuaian zat gas,
dengan media power point.
Elaborasi
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok heterogen yang terdiri dari
empat siswa untuk melaksanakan
pengamatan dan eksperimen untuk
melakukan verifikasi teori yang telah
diberikan.
b. Guru membimbing siswa belajar,
melakukan pengamatan, dan eksperimen.
c. Guru meminta siswa mendiskusikan hasil
yang didapat secara berkelompok. Hasil
kerja kelompok ditempel di depan kelas
d. Guru meminta masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pengamatan dan
10 menit
25 menit
20 menit
20 menit
- Memperhatikan
guru
- Menggali
informasi,
meningkatkan
curiosity siswa
diawal kegiatan
pembelajaran.
- Memperhatikan
guru
- Melatih
kebersamaan dan
kerjasama
- Akademik Skill
- Mengolah
informasi
- Menggali
informasi
170
eksperimen.
e. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berdiskusi dan memberikan
komentar atas apa yang sedang
dipresentasikan.
Konfirmasi
a. Guru memberi penegasan dan penjelasan
tentang pemuaian zat gas.
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk melakukan tanya-jawab.
3. KEGIATAN AKHIR
a. Guru membimbing siswa menarik
kesimpulan dari materi yang baru saja
dipelajari.
b. Guru memberikan tugas rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya.
c. Guru memberikan salam penutup.
5 menit
- Melatih
mengemukakan
pendapat
- Mendengarkan
guru
- Menyimpulkan
- Memperhatikan
guru
- Menjawab salam
J. Teknik Penilaian
1. Teknik penilaian :
a. Tes tulis
2. Bentuk instrumen :
a. Soal Pilihan Ganda c. Lembar Observasi
b. LKS d. Angket
171
3. Instrumen :
Perhatikan gambar berikut!
Pernyataan yang sesuai dengan fenomena di atas adalah….
i. Balon akan meleleh karena terkena uap panas
j. Balon akan membesar kaena udara dalam balon memuai
k. Balon akan membesar karena terkena uap panas
l. Balon tidak mengalami perubahan
Kudus, Maret 2013
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Hj. Suwarti, S. Pd Fera Ismawati
NIP 19541006 197703 2 002 NIM 4201409105
Air panas
Botol
kosong
Lampiran 18 172
HASIL TES PEMAHAMAN KONSEP
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
KELAS EKSPERIMEN (VII B)
KELAS KONTROL (VII D)
No Kode Pre
test
Post
test Beda
No Kode
Pre
test
Post
test Beda
1 E-01 60 90 30.0
1 K-01 65 70 5.0
2 E-02 40 85 45.0
2 K-02 55 70 15.0
3 E-03 30 70 40.0
3 K-03 55 70 15.0
4 E-04 30 80 50.0
4 K-04 45 85 40.0
5 E-05 30 75 45.0
5 K-05 25 85 60.0
6 E-06 50 90 40.0
6 K-06 25 65 40.0
7 E-07 30 85 55.0
7 K-07 40 85 45.0
8 E-08 55 65 10.0
8 K-08 55 85 30.0
9 E-09 35 70 35.0
9 K-09 40 80 40.0
10 E-10 55 80 25.0
10 K-10 35 65 30.0
11 E-11 50 90 40.0
11 K-11 45 80 35.0
12 E-12 55 90 35.0
12 K-12 55 75 20.0
13 E-13 40 75 35.0
13 K-13 60 95 35.0
14 E-14 65 85 20.0
14 K-14 55 80 25.0
15 E-15 70 90 20.0
15 K-15 35 90 55.0
16 E-16 55 90 35.0
16 K-16 60 80 20.0
17 E-17 55 75 20.0
17 K-17 85 70 -15.0
18 E-18 60 90 30.0
18 K-18 40 80 40.0
19 E-19 45 75 30.0
19 K-19 40 90 50.0
20 E-20 20 65 45.0
20 K-20 40 70 30.0
21 E-21 65 90 25.0
21 K-21 40 65 25.0
22 E-22 45 75 30.0
22 K-22 20 75 55.0
23 E-23 30 90 60.0
23 K-23 55 65 10.0
24 E-24 30 85 55.0
24 K-24 45 80 35.0
25 E-25 55 90 35.0
25 K-25 35 75 40.0
26 E-26 50 95 45.0
26 K-26 25 65 40.0
Jumlah 1205 2140 935
Jumlah 1175 1995 820
Mean 46.35 82.31 35.96
Mean 45.19 76.73 31.54
S2 185.12 78.46 148.04
S2 212.96 77.88 285.54
S 13.61 8.86 12.17
S 14.59 8.83 16.90
Maks 70.00 95.00
Maks 85.00 95.00
Min 20.00 65.00
Min 20.00 65.00
Lampiran 19 173
UJI NORMALITAS NILAI PRETEST PEMAHAMAN KONSEP
KELAS EKSPERIMEN
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha :
data berdistribusi tidak
normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 70
Panjang kelas 9
Nilai minimal 20
Rata-rata
46.35
Rentang
50
s
13.61
Banyak Kelas 6
n
26
Kelas
Interval
Batas
Kelas
Z untuk
batas kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk
Z
Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
20 - 28 19.50 -1.97 0.48 0.07 1.84 1 0.38
29 - 37 28.50 -1.31 0.41 0.16 4.24 8 3.34
38 - 46 37.50 -0.65 0.24 0.25 6.41 3 1.82
47 - 55 46.50 0.01 0.00 0.24 6.37 9 1.09
56 - 64 55.50 0.67 0.25 0.16 4.15 2 1.11
65 - 73 64.50 1.33 0.41 0.07 1.77 3 0.85
74 - 82 73.50 2.00 0.48 0.48
2 = 8.59
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
8.59 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
Lampiran 20 174
UJI NORMALITAS NILAI POSTTEST PEMAHAMAN KONSEP
KELAS EKSPERIMEN
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha :
data berdistribusi tidak
normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 95
Panjang kelas 5
Nilai minimal 65
Rata-rata
82.31
Rentang
30
s
8.86
Banyak Kelas 6
n
26
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
65 - 69 64.50 -2.01 0.48 0.06 1.47 2 0.19
70 - 75 69.79 -1.41 0.42 0.13 3.34 7 4.00
76 - 80 75.08 -0.82 0.29 0.21 5.36 2 2.11
81 - 85 80.37 -0.22 0.09 0.23 6.09 4 0.72
86 - 90 85.67 0.38 0.15 0.19 4.89 9 3.47
91 - 96 90.96 0.98 0.34 0.11 2.77 2 0.22
97 - 101 96.25 1.57 0.44
2 = 10.70
Untuk = 1%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
10.70 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
Lampiran 21 175
UJI NORMALITAS PRETEST PEMAHAMAN KONSEP
KELAS KONTROL
Hipotesis
Ho :
data berdistribusi
normal
Ha : data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 85
Panjang kelas 11
Nilai minimal 20
Rata-rata
45.00
Rentang
65
s
14.42
Banyak Kelas 6
n
26
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
20 - 30 19.50 -1.77 0.46 0.12 3.09 4 0.27
31 - 41 30.50 -1.01 0.34 0.25 6.42 8 0.39
42 - 52 41.50 -0.24 0.10 0.29 7.65 5 0.92
53 - 63 52.50 0.52 0.20 0.20 5.24 7 0.59
64 - 74 63.50 1.28 0.40 0.08 2.06 1 0.55
75 - 85 74.50 2.05 0.48 0.02 0.47 1 0.61
86 - 96 85.50 2.81 0.50 0.50
2 = 3.33
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
3.33 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
Lampiran 22 176
UJI NORMALITAS NILAI POSTTEST PEMAHAMAN KONSEP
KELAS KONTROL
Hipotesis
Ho :
data berdistribusi
normal
Ha : data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 95
Panjang kelas 5
Nilai minimal 65
Rata-rata
76.73
Rentang
30
s
8.83
Banyak Kelas 6
n
26
Kelas Interval Batas
Kelas
Z
untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
65 - 69 64.50 -1.39 0.42 0.13 3.46 5 0.69
70 - 75 69.79 -0.79 0.28 0.21 5.46 8 1.18
76 - 80 75.08 -0.19 0.07 0.23 6.09 6 0.00
81 - 85 80.37 0.41 0.16 0.18 4.79 4 0.13
86 - 90 85.67 1.01 0.34 0.10 2.66 2 0.16
91 - 96 90.96 1.61 0.45 0.04 1.04 1 0.00
97 - 101 96.25 2.21 0.49 0.49
2
= 2.16
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel
= 11.07
2.16 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
Lampiran 23 177
UJI VARIANS DATA HASIL PRETEST PEMAHAMAN
KONSEP
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Hipotesis :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 ≠ 2
Kriteria :
Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel
Sumber Data
Kelompok Fhitung Ftabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
1.124 1.955
Jumlah 1205.00 1170.00
Rata-rata 46.35 45.00
s2 185.12 208.00
s 13.61 14.42
1.124 1.955
Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 24 178
UJI VARIANS DATA HASIL POSTEST PEMAHAMAN
KONSEP
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Hipotesis :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 ≠ 2
Kriteria :
Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel
Sumber Data
Kelompok Fhitung Ftabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
1.007 1.955
Jumlah 2140.00 1995.00
Rata-rata 82.31 76.73
s2 78.46 77.88
s 8.86 8.83
1.007 1.955
Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 25 179
UJI GAIN PEMAHAMAN KONSEP
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
KELAS EKSPERIMEN (VII B)
No Kode Pre-test Post-test Gain Kriteria
1 E-01 60 90 0.75 Tinggi
2 E-02 40 85 0.75 Tinggi
3 E-03 30 70 0.57 Sedang
4 E-04 30 80 0.71 Tinggi
5 E-05 30 75 0.64 Sedang
6 E-06 50 90 0.80 Tinggi
7 E-07 30 85 0.79 Tinggi
8 E-08 55 65 0.22 Rendah
9 E-09 35 70 0.54 Sedang
10 E-10 55 80 0.56 Sedang
11 E-11 50 90 0.80 Tinggi
12 E-12 55 90 0.78 Tinggi
13 E-13 40 75 0.58 Sedang
14 E-14 65 85 0.57 Sedang
15 E-15 70 90 0.67 Sedang
16 E-16 55 90 0.78 Tinggi
17 E-17 55 75 0.44 Sedang
18 E-18 60 90 0.75 Tinggi
19 E-19 45 75 0.55 Sedang
20 E-20 20 65 0.56 Sedang
21 E-21 65 90 0.71 Tinggi
22 E-22 45 75 0.55 Sedang
23 E-23 30 90 0.86 Tinggi
24 E-24 30 85 0.79 Tinggi
25 E-25 55 90 0.78 Tinggi
26 E-26 50 95 0.90 Tinggi
Jumlah 1205 2140 17.39
Mean 46.35 82.31 0.67
s2 185.12 78.46 0.02
s 13.61 8.86 0.15
Maksimal 70 95
Minimal 20 65
180
KELAS KONTROL (VII D)
No Kode Pre-test Post-
test Gain Kriteria
1 K-01 65 70 0.14 Rendah
2 K-02 55 70 0.33 Sedang
3 K-03 45 70 0.45 Sedang
4 K-04 45 85 0.73 Tinggi
5 K-05 25 85 0.80 Tinggi
6 K-06 25 65 0.53 Sedang
7 K-07 40 85 0.75 Tinggi
8 K-08 55 85 0.67 Sedang
9 K-09 40 80 0.67 Sedang
10 K-10 35 65 0.46 Sedang
11 K-11 45 80 0.64 Sedang
12 K-12 55 75 0.44 Sedang
13 K-13 60 95 0.88 Tinggi
14 K-14 55 80 0.56 Sedang
15 K-15 35 90 0.85 Tinggi
16 K-16 60 80 0.50 Sedang
17 K-17 85 70 -1.00 Rendah
18 K-18 45 80 0.64 Sedang
19 K-19 40 90 0.83 Tinggi
20 K-20 40 70 0.50 Sedang
21 K-21 40 65 0.42 Sedang
22 K-22 20 75 0.69 Sedang
23 K-23 55 65 0.22 Rendah
24 K-24 45 80 0.64 Sedang
25 K-25 35 75 0.62 Sedang
26 K-26 25 65 0.53 Sedang
Jumlah 1170 1995 13.47
Mean 45.00 76.73 0.52
s2 208.00 77.88 0.13
s 14.42 8.83 0.36
Maksimal 85 95
Minimal 20 65
181
UJI GAIN PEMAHAMAN KONSEP
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
<g> =
<Spost> - <Spre>
100.00% - <Spre>
<Spre>
= skor rata-rata tes awal (%)
<Spost>
= skor rata-rata tes akhir (%)
Kriteria nilai
<g>
<g> > 0,7 tinggi
0,3 ≤ <g> ≤ 0,7 sedang
<g> < 0,3 rendah
UJI GAIN KELAS EKSPERIMEN
<g> =
82.31% - 46.35% = 67%
100.00% - 46.35%
<g> =
Sedang
UJI GAIN KELAS KONTROL
<g> = 76.73% - 45.00% = 58%
100.00% - 45.00%
<g> = Sedang
Lampiran 26 182
UJI HIPOTESIS
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
Hipotesis :
Ho : 1 ≥ 2
Ha : 1 < 2
Kriteria :
Ho diterima jika, thitung > ttabel
Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan
berikut
Sumber Data
Kelompok thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
2.274 2.009
Jumlah 2140.00 1995.00
Rata-rata 82.31 76.73
s2 78.46 77.88
s 8.86 8.83
-2.009 2.274
Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah penerimaan
Ho, peningkatan pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen
lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol
Lam
piran
27
183
ANALISIS ANGKET CURIOSITY AWAL SISWA KELAS EKSPERIMEN
No
. Kode
Pernyataan Skor
Skor
Maks
(%)
Tanggapan Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 E-01 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 4 51 64 79.69 baik
2 E-02 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
3 E-03 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 43 64 67.19 baik
4 E-04 4 2 3 2 3 1 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 47 64 73.44 baik
5 E-05 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 40 64 62.50 cukup
6 E-06 4 4 3 3 1 2 2 1 3 3 3 2 4 2 3 1 41 64 64.06 cukup
7 E-07 4 1 2 4 3 4 2 3 2 4 4 4 4 2 3 3 49 64 76.56 baik
8 E-08 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 47 64 73.44 baik
9 E-09 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 43 64 67.19 baik
10 E-10 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 44 64 68.75 baik
11 E-11 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 4 2 3 2 3 3 48 64 75.00 baik
12 E-12 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 52 64 81.25 baik sekali
13 E-13 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 42 64 65.63 cukup
14 E-14 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
15 E-15 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 43 64 67.19 baik
16 E-16 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 49 64 76.56 baik
17 E-17 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 43 64 67.19 baik
18 E-18 3 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 50 64 78.13 baik
19 E-19 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 43 64 67.19 baik
20 E-20 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 64 70.31 baik
21 E-21 3 3 3 4 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 45 64 70.31 baik
22 E-22 2 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 43 64 67.19 baik
23 E-23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
24 E-24 3 2 2 0 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 40 64 62.50 cukup
25 E-25 2 2 3 2 2 3 3 1 2 2 3 2 3 3 4 4 41 64 64.06 cukup
26 E-26 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 43 64 67.19 baik
Jumlah 73 63 67 69 68 77 79 72 72 78 80 73 82 67 77 75 1172 1664 70.43 baik
(%)
Tanggapan
65.1
8 56.25 59.82 61.61 60.71
68.7
5
70.5
4 64.29 64.29
69.6
4
71.4
3 65.18
73.2
1 59.82
68.7
5
66.9
6 70.43
Keterangan
cuku
p
cuku
p
cuku
p
cuku
p
cuku
p baik baik
cuku
p
cuku
p baik baik
cuku
p baik
cuku
p baik baik baik
184
ANALISIS PRETEST ANGKET CURIOSITY AWAL SISWA KELAS KONTROL
No. Kode Pernyataan
Skor Skor
Maks
(%)
Tanggap
an
Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 K-01 4 3 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 48 64 75.00 baik
2 K-02 4 3 1 3 3 1 4 4 3 4 1 2 4 1 4 1 43 64 67.19 baik
3 K-03 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 49 64 76.56 baik
4 K-04 2 2 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 46 64 71.88 baik
5 K-05 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
6 K-06 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 4 48 64 75.00 baik
7 K-07 4 1 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 53 64 82.81 baik sekali
8 K-08 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 1 3 4 3 4 4 53 64 82.81 baik sekali
9 K-09 3 3 3 3 1 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 49 64 76.56 baik
10 K-10 3 3 2 2 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 51 64 79.69 baik
11 K-11 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 47 64 73.44 baik
12 K-12 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 3 51 64 79.69 baik
13 K-13 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 45 64 70.31 baik
14 K-14 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 56 64 87.50 baik sekali
15 K-15 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 45 64 70.31 baik
16 K-16 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 55 64 85.94 baik sekali
17 K-17 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 0 4 3 4 4 45 64 70.31 baik
18 K-18 3 3 3 3 4 3 3 4 1 3 3 3 3 2 3 2 46 64 71.88 baik
19 K-19 4 2 2 3 4 1 4 4 3 4 4 3 4 3 1 4 50 64 78.13 baik
20 K-20 3 2 2 3 2 3 4 3 4 4 2 3 3 3 1 2 44 64 68.75 baik
21 K-21 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
22 K-22 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 56 64 87.50 baik sekali
23 K-23 4 2 2 0 2 3 4 3 3 4 0 4 3 0 3 3 40 64 62.50 cukup
24 K-24 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 43 64 67.19 baik
25 K-25 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 1 42 64 65.63 cukup
26 K-26 3 2 3 3 1 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 49 64 76.56 baik
Jumlah 77 66 64 71 67 74 88 85 74 87 72 71 86 64 74 78 1246 1664 74.88 baik
(%)
Tanggapan 68.75
58.9
3 57.14 63.39 59.82 66.07
78.5
7
75.8
9
66.0
7 77.68 64.29 63.39 76.79 57.14 66.07 69.64 74.88
Keterangan baik
cuku
p cukup
cuku
p cukup baik baik baik baik baik
cuku
p cukup baik cukup baik baik baik
Lam
piran
28
185
ANALISIS POSTTEST ANGKET CURIOSITY AKHIR SISWA KELAS EKSPERIMEN
No. Kode Pernyataan
Skor Skor
Maks
(%)
Tanggapan Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 E-01 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 51 64 79.69 baik
2 E-02 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 50 64 78.13 baik
3 E-03 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 45 64 70.31 baik
4 E-04 3 2 2 3 4 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 49 64 76.56 baik
5 E-05 4 3 4 4 3 4 4 1 4 3 3 4 3 4 2 2 52 64 81.25 baik sekali
6 E-06 4 3 3 3 1 2 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 45 64 70.31 baik
7 E-07 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 54 64 84.38 baik sekali
8 E-08 3 2 2 2 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 47 64 73.44 baik
9 E-09 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 1 42 64 65.63 cukup
10 E-10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
11 E-11 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 51 64 79.69 baik
12 E-12 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 54 64 84.38 baik sekali
13 E-13 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 46 64 71.88 baik
14 E-14 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 55 64 85.94 baik sekali
15 E-15 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 45 64 70.31 baik
16 E-16 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
17 E-17 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 46 64 71.88 baik
18 E-18 3 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 54 64 84.38 baik sekali
19 E-19 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 44 64 68.75 baik
20 E-20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 45 64 70.31 baik
21 E-21 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 52 64 81.25 baik sekali
22 E-22 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 51 64 79.69 baik
23 E-23 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 50 64 78.13 baik
24 E-24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
25 E-25 2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 55 64 85.94 baik sekali
26 E-26 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 50 64 78.13 baik
Jumlah 80 71 78 75 77 83 87 82 77 84 85 80 87 73 80 78 1277 1664 76.74 baik
(%)
Tanggapan
71.
43
63.3
9
69.
64
66.
96
68.
75
74.
11
77.
68
73.
21
68.
75
75.
00
75.
89
71.
43
77.
68
65.1
8
71.
43
69.
64 76.74
Keterangan
bai
k
cuku
p
bai
k
bai
k
bai
k
bai
k
bai
k
bai
k
bai
k
bai
k
bai
k
bai
k
bai
k
cuku
p
bai
k
bai
k baik
186
ANALISIS POSTTEST ANGKET CURIOSITY AKHIR SISWA KELAS KONTROL
No. Kode Pernyataan
Skor Skor
Maks
(%)
Tanggapan Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 K-01 3 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 50 64 78.13 baik
2 K-02 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 1 48 64 75.00 baik
3 K-03 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 51 64 79.69 baik
4 K-04 2 2 3 3 3 4 4 3 3 2 4 2 4 2 4 3 48 64 75.00 baik
5 K-05 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 55 64 85.94 baik sekali
6 K-06 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
7 K-07 4 2 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 57 64 89.06 baik sekali
8 K-08 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 60 64 93.75 baik sekali
9 K-09 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 4 3 51 64 79.69 baik
10 K-10 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 52 64 81.25 baik sekali
11 K-11 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
12 K-12 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 55 64 85.94 baik sekali
13 K-13 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 54 64 84.38 baik sekali
14 K-14 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 3 4 57 64 89.06 baik sekali
15 K-15 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 47 64 73.44 baik
16 K-16 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 57 64 89.06 baik sekali
17 K-17 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 1 45 64 70.31 baik
18 K-18 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 44 64 68.75 baik
19 K-19 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 0 3 4 4 52 64 81.25 baik sekali
20 K-20 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 46 64 71.88 baik
21 K-21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 64 75.00 baik
22 K-22 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 59 64 92.19 baik sekali
23 K-23 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 55 64 85.94 baik sekali
24 K-24 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 64 71.88 baik
25 K-25 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 45 64 70.31 baik
26 K-26 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 53 64 82.81 baik sekali
Jumlah 82 75 81 79 75 79 85 89 77 84 83 75 82 71 83 79 1329 1664 79.87 baik
(%)
Tanggapan
73.
21 66.96 72.32 70.54 66.96 70.54 75.89 79.46 68.75 75.00 74.11 66.96 73.21 63.39 74.11 70.54 79.87
Keterangan
bai
k baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik cukup baik baik baik
Lam
piran
29
187
HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS EKSPERIMEN
No.
Kode Observasi I
Observasi II
Observasi III
Skor
Perolehan Skor Maks
Persentase (%)
Keterangan A B C D E F A B C D E F A B C D E F
1 E-1 3 4 4 4 4 3 22 3 4 4 4 4 4 23 3 4 4 4 4 4 23 68 72 94.44 sangat baik
2 E-2 3 4 4 3 4 4 22 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 24 69 72 95.83 sangat baik
3 E-3 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 48 72 66.67 baik
4 E-4 2 4 3 3 2 2 16 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 3 2 18 51 72 70.83 baik
5 E-5 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 3 3 3 20 2 4 4 3 3 3 19 55 72 76.39 baik
6 E-6 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 4 2 2 19 3 4 4 4 2 3 20 55 72 76.39 baik
7 E-7 2 4 4 2 4 2 18 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 2 2 2 17 51 72 70.83 baik
8 E-8 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 48 72 66.67 baik
9 E-9 3 4 4 3 2 3 19 3 4 4 2 3 3 19 3 4 4 3 3 3 20 58 72 80.56 sangat baik
10 E-10 2 4 4 2 2 3 17 2 4 4 4 2 2 18 2 4 4 4 3 4 21 56 72 77.78 baik
11 E-11 2 4 4 2 2 3 17 2 4 4 2 2 4 18 2 4 4 4 3 4 21 56 72 77.78 baik
12 E-12 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 48 72 66.67 baik
13 E-13 3 4 4 2 2 4 19 3 4 4 2 2 3 18 3 4 4 2 3 3 19 56 72 77.78 baik
14 E-14 2 4 3 2 2 2 15 2 4 3 2 2 2 15 2 4 4 3 2 2 17 47 72 65.28 cukup
15 E-15 2 4 4 2 2 3 17 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 24 65 72 90.28 sangat baik
16 E-16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 48 72 66.67 baik
17 E-17 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 3 2 2 18 51 72 70.83 baik
18 E-18 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 50 72 69.44 baik
19 E-19 2 4 4 2 2 3 17 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 3 2 2 17 50 72 69.44 baik
20 E-20 2 4 3 2 2 2 15 2 4 3 2 2 2 15 2 4 4 3 2 2 17 47 72 65.28 cukup
21 E-21 3 4 4 2 2 4 19 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 4 4 23 66 72 91.67 sangat baik
22 E-22 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 3 18 3 4 4 3 2 2 18 53 72 73.61 baik
23 E-23 2 4 3 2 2 2 15 2 4 3 2 2 2 15 3 4 4 3 2 2 18 48 72 66.67 baik
24 E-24 2 4 4 2 2 4 18 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 52 72 72.22 baik
25 E-25 2 4 4 2 2 2 16 3 4 4 3 3 2 19 3 4 4 3 3 3 20 55 72 76.39 baik
26 E-26 3 4 4 3 2 3 19 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 4 2 2 19 55 72 76.39 baik
Jumlah 59
104
100
58
58
67
446 69
104
101
66
63
66
469 70
104
104
77
67
69
491 1406 1872 75.11 baik
Persentase
(%)
5
7
10
0 96
5
6
5
6
6
4 71.
5
6
6
10
0 97
6
3
6
1
6
3 75.
2
6
7
10
0
10
0
7
4
6
4
6
6 78.
7
Lam
piran
30
188
HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY SISWA KELAS KONTROL
No.
Kode Observasi I
S Observasi II
S Observasi III
S Skor
Perolehan Skor Maks
Persentase (%)
Keterangan A B C D E F A B C D E F A B C D E F
1 K-1 3 4 4 3 3 3 20 3 4 4 4 3 3 21 3 4 4 2 2 2 17 58 72 80.56 sangat baik
2 K-2 2 4 4 4 2 2 18 3 4 4 4 3 2 20 2 4 4 3 3 2 18 56 72 77.78 baik
3 K-3 3 4 4 4 2 2 19 3 4 4 3 2 2 18 3 4 4 4 4 4 23 60 72 83.33 sangat baik
4 K-4 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 3 23 4 4 4 2 2 2 18 64 72 88.89 sangat baik
5 K-5 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 3 2 2 18 52 72 72.22 baik
6 K-6 3 4 4 3 3 3 20 3 4 4 3 3 3 20 3 4 4 4 3 2 20 60 72 83.33 sangat baik
7 K-7 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 3 3 21 68 72 94.44 sangat baik
8 K-8 2 4 3 2 2 2 15 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 3 2 4 19 50 72 69.44 baik
9 K-9 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 4 2 4 20 2 4 4 3 3 4 20 59 72 81.94 sangat baik
10 K-10 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 3 3 18 51 72 70.83 baik
11 K-11 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 3 3 18 52 72 72.22 baik
12 K-12 2 4 3 2 2 2 15 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 3 17 48 72 66.67 baik
13 K-13 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 3 2 3 18 50 72 69.44 baik
14 K-14 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 3 3 18 50 72 69.44 baik
15 K-15 3 4 4 3 3 3 20 3 4 4 3 3 2 19 3 4 4 2 3 3 19 58 72 80.56 sangat baik
16 K-16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 2 16 2 4 4 2 2 3 17 49 72 68.06 baik
17 K-17 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 2 3 2 17 55 72 76.39 baik
18 K-18 3 4 4 3 3 2 19 3 4 4 3 2 2 18 3 4 4 4 4 2 21 58 72 80.56 sangat baik
19 K-19 3 4 4 4 3 2 20 3 4 4 4 4 2 21 3 4 4 3 3 3 20 61 72 84.72 sangat baik
20 K-20 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 3 18 52 72 72.22 baik
21 K-21 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 51 72 70.83 baik
22 K-22 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 3 3 3 19 2 4 4 2 2 2 16 54 72 75.00 baik
23 K-23 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 3 3 18 52 72 72.22 baik
24 K-24 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 2 2 16 50 72 69.44 baik
25 K-25 2 4 4 3 3 2 18 2 4 4 3 2 2 17 2 4 4 2 3 2 17 52 72 72.22 baik
26 K-26 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 3 4 4 2 2 2 17 51 72 70.83 baik
Jumlah 64
104
102
73
65
62 470
67
104
104
75
64
61 475
65
104
104
66
68
69 476 1421 1872 75.91
baik
Persentase (%)
62
100 98
70
63
60 452
64
100
100
72
62
59 457
63
100
100
63
65
66 458
Lampiran 31 189
220
UJI HIPOTESIS
HASIL OBSERVASI PENINGKATAN CURIOSITY
Hipotesis :
Ho :
1 ≥
2
Ha :
1 <
2
Kriteria :
Ho diterima jika, thitung > ttabel
Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan
berikut
Sumber Data
Kelompok thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
-
0.355 2.009
Jumlah 1952.78 1973.61
Rata-rata 75.11 75.91
s2 81.78 50.61
s 9.04 7.11
-2.009 -0.355
Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah
penerimaan Ho, peningkatan curiosity siswa berdasarkan hasil
observasi kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan
kelas kontrol
Lampiran 32 190
UJI NORMALITAS
SKOR ANGKET CURIOSITY AWAL KELAS EKSPERIMEN
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha :
data berdistribusi tidak
normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 81.25
Panjang kelas 3
Nilai minimal 62.50
Rata-rata
70.43
Rentang
18.75
s
5.32
Banyak Kelas 6
n
26.00
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-
Ei)²
Ei
63 - 65 62.00 -1.59 0.44 0.11 2.89 4 0.43
66 - 68 65.31 -0.96 0.33 0.20 5.16 8 1.56
69 - 71 68.61 -0.34 0.13 0.24 6.34 3 1.76
72 - 75 71.92 0.28 0.11 0.21 5.36 6 0.08
76 - 78 75.23 0.90 0.32 0.12 3.11 3 0.00
79 - 81 78.54 1.52 0.44 0.05 1.24 2 0.46
82 - 85 81.84 2.14 0.48 0.48
2
= 4.28
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
4.28 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
191
220
UJI NORMALITAS
SKOR ANGKET CURIOSITY AWAL KELAS KONTROL
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data berdistribusi tidak normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai maksimal 87.50
Panjang kelas 4
Nilai minimal 62.50
Rata-rata
74.88
Rentang
25
s
6.72
Banyak Kelas 6
n
26.00
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
63 - 66 62.00 -1.92 0.47 0.08 1.98 2 0.00
67 - 70 66.41 -1.26 0.40 0.17 4.40 6 0.58
71 - 75 70.82 -0.60 0.23 0.25 6.45 7 0.05
76 - 79 75.23 0.05 0.02 0.24 6.24 4 0.80
80 - 84 79.64 0.71 0.26 0.15 3.98 4 0.00
85 - 88 84.05 1.37 0.41 0.06 1.68 3 1.04
89 - 92 88.46 2.02 0.48 0.48
2
= 2.48
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
2.48 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
Lampiran 33 192
UJI NORMALITAS
SKOR ANGKET CURIOSITY AKHIR KELAS EKSPERIMEN
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha :
data berdistribusi tidak
normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 85.94
Panjang kelas 4
Nilai minimal 65.63
Rata-rata
76.74
Rentang
20.3125
s
5.78
Banyak Kelas 6
n
26.00
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk
Z
Ei Oi
(Oi-
Ei)²
Ei
66 - 68 65.13 -2.01 0.48 0.06 1.56 1 0.20
69 - 72 68.71 -1.39 0.42 0.14 3.60 7 3.22
73 - 75 72.29 -0.77 0.28 0.22 5.71 4 0.51
76 - 79 75.87 -0.15 0.06 0.24 6.25 4 0.81
80 - 83 79.46 0.47 0.18 0.18 4.71 5 0.02
84 - 86 83.04 1.09 0.36 0.09 2.45 5 2.64
87 - 90 86.62 1.71 0.46 0.46
2
= 7.40
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
7.40 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
193
220
UJI NORMALITAS
SKOR ANGKET CURIOSITY AKHIR KELAS KONTROL
Hipotesis
Ho : data berdistribusi normal
Ha :
data berdistribusi tidak
normal
Pengujian Hipotesis
Menggunakan rumus
Kriteria
Ho diterima jika 2
hitung < 2
tabel
Pengujian Hipotesis
Nilai
maksimal 93.75
Panjang kelas 4
Nilai minimal 68.75
Rata-rata
79.87
Rentang
25
s
7.43
Banyak Kelas 6
n
26.00
Kelas Interval Batas
Kelas
Z untuk
batas
kelas
Peluang
untuk Z
Luas
untuk Z Ei Oi
(Oi-Ei)²
Ei
69 - 72 68.25 -1.56 0.44 0.11 2.78 6 3.72
73 - 77 72.66 -0.97 0.33 0.19 4.87 5 0.00
78 - 81 77.07 -0.38 0.15 0.23 6.05 5 0.18
82 - 85 81.48 0.22 0.09 0.21 5.34 2 2.09
86 - 90 85.89 0.81 0.29 0.13 3.35 6 2.11
91 - 94 90.30 1.40 0.42 0.06 1.49 2 0.18
95 - 99 94.71 2.00 0.48 0.48
2
= 8.28
Untuk = 5%, dengan dk = 6 - 1 = 5 diperoleh ² tabel = 11.07
8.28 11.07
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi
normal
( )å=
=
k
1i i
2ii2
E
EO
Lampiran 34 194
UJI VARIANS ANGKET CURIOSITY AWAL
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Hipotesis :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 ≠ 2
Kriteria :
Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel
Sumber Data
Kelompok Fhitung Ftabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
1.262 1.955
Jumlah 1831.25 1946.88
Rata-rata 70.43 74.88
s2 28.31 45.10
s 5.32 6.72
1.262 1.955
Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai pretest angket curiosity kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 35 195
UJI VARIANS ANGKET CURIOSITY AKHIR
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Hipotesis :
Ho : 1 = 2
Ha : 1 ≠ 2
Kriteria :
Ho diterima jika, Fhitung < Ftabel
Sumber Data
Kelompok Fhitung Ftabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
1.396 1.955
Jumlah 1995.31 2076.56
Rata-rata 76.74 79.87
s2 28.31 55.14
s 5.32 7.43
1.396 1.955
Karena Fhitung < Ftabel , maka nilai posttest angket curiosity kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama
Lampiran 36 196
UJI GAIN HASIL ANGKET CURIOSITY
KELAS EKSPERIMEN (VII B)
No Kode Pre-test Post-test Gain Kriteria
1 E-01 80 80 0.00 Rendah
2 E-02 72 78 0.22 Rendah
3 E-03 67 70 0.10 Rendah
4 E-04 73 77 0.12 Rendah
5 E-05 63 81 0.50 Sedang
6 E-06 64 70 0.17 Rendah
7 E-07 77 84 0.33 Sedang
8 E-08 73 73 0.00 Rendah
9 E-09 67 66 -0.05 Rendah
10 E-10 69 75 0.20 Rendah
11 E-11 75 80 0.19 Rendah
12 E-12 81 84 0.17 Rendah
13 E-13 66 72 0.18 Rendah
14 E-14 72 86 0.50 Sedang
15 E-15 67 70 0.10 Rendah
16 E-16 77 75 -0.07 Rendah
17 E-17 67 72 0.14 Rendah
18 E-18 78 84 0.29 Rendah
19 E-19 67 69 0.05 Rendah
20 E-20 70 70 0.00 Rendah
21 E-21 70 81 0.37 Sedang
22 E-22 67 80 0.38 Sedang
23 E-23 75 78 0.13 Rendah
24 E-24 63 75 0.33 Sedang
25 E-25 64 86 0.61 Sedang
26 E-26 67 78 0.33 Sedang
Jumlah 1831.25 1995.313 5.29
Mean 70.43 76.74 0.20
s2 28.31 33.46 0.03
s 5.32 5.78 0.18
Maksimal 81.25 85.9375
Minimal 62.5 65.625
197
220
UJI GAIN CURIOSITY
KELAS KONTROL (VII D)
No Kode Pre-test Post-test Gain Kriteria
1 K-01 75 78 0.13 Rendah
2 K-02 67 75 0.24 Rendah
3 K-03 77 80 0.13 Rendah
4 K-04 72 75 0.11 Rendah
5 K-05 72 86 0.50 Sedang
6 K-06 75 75 0.00 Rendah
7 K-07 83 89 0.36 Sedang
8 K-08 83 94 0.64 Sedang
9 K-09 77 80 0.13 Rendah
10 K-10 80 81 0.08 Rendah
11 K-11 73 72 -0.06 Rendah
12 K-12 80 86 0.31 Sedang
13 K-13 70 84 0.47 Sedang
14 K-14 88 89 0.13 Rendah
15 K-15 70 73 0.11 Rendah
16 K-16 86 89 0.22 Rendah
17 K-17 70 70 0.00 Rendah
18 K-18 72 69 -0.11 Rendah
19 K-19 78 81 0.14 Rendah
20 K-20 69 72 0.10 Rendah
21 K-21 72 75 0.11 Rendah
22 K-22 88 92 0.38 Sedang
23 K-23 63 86 0.63 Sedang
24 K-24 67 72 0.14 Rendah
25 K-25 66 70 0.14 Rendah
26 K-26 77 83 0.27 Rendah
Jumlah 1946.875 2076.563 5.28
Mean 74.88 79.87 0.20
s2 45.10 55.14 0.04
s 6.72 7.43 0.19
Maksimal 87.5 93.75
Minimal 62.5 68.75
198
220
UJI GAIN CURIOSITY
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
<g> =
<Spost> - <Spre>
100.00% - <Spre>
<Spre>
= skor rata-rata tes awal (%)
<Spost>
= skor rata-rata tes akhir (%)
Kriteria nilai
<g>
<g> > 0,7 tinggi
0,3 ≤ <g> ≤ 0,7 sedang
<g> < 0,3 rendah
UJI GAIN KELAS EKSPERIMEN
<g> =
76.74% - 70.43% = 21.34%
100.00% - 70.43%
<g> = Rendah
UJI GAIN KELAS KONTROL
<g> =
79.87% - 74.88% = 19.86%
100.00% - 74.88%
<g> = Rendah
Lampiran 37 199
UJI HIPOTESIS
PENINGKATAN CURIOSITY
Hipotesis :
Ho : 1 ≥ 2
Ha : 1 < 2
Kriteria :
Ho diterima jika, thitung > ttabel
Pengujian hipotesis dengan menggunakan persamaan
berikut
Sumber Data
Kelompok thitung ttabel
Eksperimen Kontrol
N 26 26
-1.693 2.009
Jumlah 1995.31 2076.56
Rata-rata 76.74 79.87
s2 33.46 55.14
s 5.78 7.43
-2.009 -1.693
Karena thitung > ttabel , maka kurva berada di daerah penerimaan
Ho, peningkatan curiosity siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibanding dengan kelas kontrol
Lampiran 38 200
Lam
piran
54
234
ANALISIS KOEFISIEN KORELASI ANTARA CURIOSITY DAN PEMAHAMAN KONSEP
No
Curiosity
(X)
Pemahaman
Konsep (Y) Xi
2 Yi
2 Xi .Yi Xi - X (Xi - X)
2
1 79.6875 90.0000 6350.0977 8100.0000 7171.8750 2.9447 8.6713
2 78.1250 85.0000 6103.5156 7225.0000 6640.6250 1.3822 1.9105
3 70.3125 70.0000 4943.8477 4900.0000 4921.8750 -6.4303 41.3486
4 76.5625 80.0000 5861.8164 6400.0000 6125.0000 -0.1803 0.0325
5 81.2500 75.0000 6601.5625 5625.0000 6093.7500 4.5072 20.3150
6 70.3125 90.0000 4943.8477 8100.0000 6328.1250 -6.4303 41.3486
7 84.3750 85.0000 7119.1406 7225.0000 7171.8750 7.6322 58.2507
8 73.4375 65.0000 5393.0664 4225.0000 4773.4375 -3.3053 10.9249
9 65.6250 70.0000 4306.6406 4900.0000 4593.7500 -11.1178 123.6052
10 75.0000 80.0000 5625.0000 6400.0000 6000.0000 -1.7428 3.0373
11 79.6875 90.0000 6350.0977 8100.0000 7171.8750 2.9447 8.6713
12 84.3750 90.0000 7119.1406 8100.0000 7593.7500 7.6322 58.2507
13 71.8750 75.0000 5166.0156 5625.0000 5390.6250 -4.8678 23.6954
14 85.9375 85.0000 7385.2539 7225.0000 7304.6875 9.1947 84.5427
15 70.3125 90.0000 4943.8477 8100.0000 6328.1250 -6.4303 41.3486
16 75.0000 90.0000 5625.0000 8100.0000 6750.0000 -1.7428 3.0373
17 71.8750 75.0000 5166.0156 5625.0000 5390.6250 -4.8678 23.6954
18 84.3750 90.0000 7119.1406 8100.0000 7593.7500 7.6322 58.2507
19 68.7500 75.0000 4726.5625 5625.0000 5156.2500 -7.9928 63.8847
20 70.3125 65.0000 4943.8477 4225.0000 4570.3125 -6.4303 41.3486
21 81.2500 90.0000 6601.5625 8100.0000 7312.5000 4.5072 20.3150
22 79.6875 75.0000 6350.0977 5625.0000 5976.5625 2.9447 8.6713
23 78.1250 90.0000 6103.5156 8100.0000 7031.2500 1.3822 1.9105
24 75.0000 85.0000 5625.0000 7225.0000 6375.0000 -1.7428 3.0373
25 85.9375 90.0000 7385.2539 8100.0000 7734.3750 9.1947 84.5427
26 78.1250 95.0000 6103.5156 9025.0000 7421.8750 1.3822 1.9105
Jumlah 1995.3125 2140.0000 153962.4023 178100.0000 164921.8750 0.0000 836.5572
Rata-rata 76.7428 82.3077
Koefisien Korelasi dalam Regresi Linier
r
=
n (XiYi) (Xi) (Yi)
{n Xi
2 ( Xi)
2}{(n Yi
2 (Yi)
r = 0.540
rtabel = 0.404
rhitung >
rtabel
Ho
ditolak
Jadi, terdapat hubungan positif antara curiosity dan pemahaman konsep sebesar 0,540
Lampiran 43 205
234
DOKUMENTASI PENELITIAN
A. KELAS EKSPERIMEN
206
235
B. KELAS KONTROL