congestive heart failure
DESCRIPTION
dhfTRANSCRIPT
Congestive Heart Disease
CONGESTIVE HEART FAILURE
PENDAHULUAN
Insiden penyakit gagal jantung semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia
harapan hidup penduduk. Jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah
Congestive Heart Failure (CHF) 'gagal jantung kongestif'. Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus
per 1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan usia
85 tahun ke atas. Demikian penjelasan Dr. Santoso Karo Karo, M.Ph. dalam simposium "Late
Breaking News in Heart Failure" di Hotel Kempinski Plaza, 17 Februari 2001. (1,2)
EPIDEMIOLOGI
Penyakit gagal jantung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data di RS Jantung
Harapan Kita, peningkatan kasus ini dimulai pada 1997 dengan 248 kasus, kemudian melaju
dengan pesat hingga mencapai puncak pada 2000 dengan 532 kasus. Diperkirakan tahun ini juga
akan terjadi peningkatan. Untuk itu, pihak RS telah mengantisipasi lonjakan kasus tersebut
dengan membuka Klinik Khusus Gagal Jantung dan pelayanan One Day Care dengan sistem
Nurse Base Care. Mengenai kematian akibat penyakit gagal jantung, Aulia yang juga Direktur
RS tersebut, mengemukakan bahwa tahun lalu hanya 4,3% kematian yang terjadi. Jumlah yang
kecil jika dibandingkan dengan insiden pada 1999 sejumlah 12,2%. (1,2,3)
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
1
Congestive Heart Disease
ETIOLOGI
Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat menyebabkan
gagal jantung. Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi
kemampuannya untuk berkontraksi dan memompa darah. (1,2,3,4,5,6)
1. Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung.
2. Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-ruang jantung
atau diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran katup jantung bisa
menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya. Keadaan ini akan meningkatkan
beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan kekuatan kontraksi
jantung.
3. Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik jantung dan
menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak teratur, sehingga tidak
mampu memompa darah secara efektif. Jika jantung harus bekerja ekstra keras untuk
jangka waktu yang lama, maka otot-ototnya akan membesar; sama halnya dengan yang
terjadi pada otot lengan setelah beberapa bulan melakukan latihan beban. Pada awalnya,
pembesaran ini memungkinkan jantung untuk berkontraksi lebih kuat; tetapi akhirnya
jantung yang membesar bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan memompa jantung
dan terjadilah gagal jantung.
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
2
Congestive Heart Disease
4. Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat.
Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar yang
menyempit (biasanya penyempitan katup aorta).
5. Penyebab yang lain adalah kekakuan pada perikardium (lapisan tipis dan
transparan yang menutupi jantung). Kekakuan ini menghalangi pengembangan jantung
yang maksimal sehingga pengisian jantung juga menjadi tidak maksimal.
6. Penyebab lain yang lebih jarang adalah penyakit pada bagian tubuh yang lain,
yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan oksigen dan zat-zat makanan,
sehingga jantung yang normalpun tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan
tersebut dan terjadilah gagal jantung. (1,2,3,4,5,6)
KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG
Penyakit gagal jantung dapat diklasifikasikan menjadi empat kelas menurut NYHA
Functional Class.
1. NYHA I berupa penyakit ringan dan tidak ada gejalanya pada aktivitas biasa.
2. NYHA II dalam aktivitas normal menimbulkan lelah dan aktivitas fisik sedikit terbatas.
3. NYHA III ditandai dengan lelah, palpitasi atau angina, dan keterbatasan melakukan
aktivitas.
4. NYHA IV di mana keluhan sudah timbul waktu istirahat dan semakin berat pada aktivitas
ringan. Tingkat kematian pada NYHA II dan III sebesar 20% sedangkan pada NYHA IV
lebih tinggi, yaitu 50%. (1,2,3,4,5,6)
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
3
Congestive Heart Disease
DEFENISI
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh disfungsi ventrikel.
Disfungsi ini, baik ringan atau berat, menimbulkan perubahan neurohormonal. Sistem
neurohormonal yang pertama dikenal dengan sistem renin angiotensin aldosteron. Penelitian di
USA telah menemukan penghambat enzim konversi angiotensin yang dapat memperbaiki kadar
renin. Penghambat sistem renin terbaru adalah antagonis reseptor angiotensin II yang dapat
memblok reseptor angiotensin AT1 dan AT2. Namun demikian, terdapat efek samping
peningkatan aktivitas Angiotensin II yang menyebabkan meningkatnya adhesis platelet,
vasokonstriksi, simpotomimetik aktivitas, parasympatolitik, dan peningkatan aldosteron. Untuk
itu, perlu dicari penghambat lain di tingkat reseptor. (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10)
JENIS GAGAL JANTUNG
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
4
Congestive Heart Disease
Manifestasi klinis gagal jantung sangat beraneka ragam dan bergantung pada banyak
factor antara lain etiologi kelainan jantung, umur pasien, berat atau ringannya, terjadinya secara
mendadak atau perlahan dan menahun, ventrikel mana yang mejadi pencetus, serta factor –
factor lain yang mempercepat gagal jantung. (5,6)
1. Gagal jantung Backward dan Forward
Hipotesis backward failure, menyatakan bahwa apabila ventrikel gagal untuk
memompakan darah akan terbendung dan tekanan di atrium serta vena – vena di
belakangnya akan naik.
Hipotesis forward failure, menyatakan bahwa manifestasi gagal jantung timbul
akibat berkurangnya aliran darah ke system arterial, sehingga terjadi pengurangan
perfusi pada organ – organ yang vital dengan segala akibatnya. (2,3,4,5,6)
Kedua hipotesis ini saling melengkapi, serta menjadi dasar patofisiologi gagal jantung.
Kalau ventrikel gagal mengosongkan darah maka menurut hipotesis backward failure :
Isi dan tekanan ( volume dan pressure ) pada akhir fase diastolic ( end diastolic
pressure ) akan meninggi.
Isi dan tekanan akan meninggi pada atrium di belakang ventrikel yang gagal.
Atrium ini akan bekerja lebih keras.
Tekanan pada vena dan kapiler di belakang ventrikel yang gagal akan meninggi.
Terjadi transudasi pada jaringan interstitial.
Akibat berkurangnya curah jantung serta aliran darah pada jaringan / organ yang
menyebabkan menurunnya perfusi yang akan mengakibatkan retensi garam daqn cairan
serta memperberat ekstravasasi cairan yang sudah terjadi. Selanjutnya terjadi gejala –
gejala gagal jantung congestive sebagai akibat bendungan pada jaringan dan organ. (2,3,4,5,6)
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
5
Congestive Heart Disease
2. Gagal jantung Right – sided dan Left – sided
Penjabaran backward failure adalah adanya cairan bendungan di belakang ventrikel yang
gagal merupakan petanda gagal jantung pada sisi mana yang terkena. Adanya kongesti
pulmonal pada infark ventrikel kiri, hipertensi dan kelainan – kelainan katup aorta serta
mitral menunjukkan gagal jantung kiri ( left heart failure ).
Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, cairan yang terbendung akan berakumulasi
secara sistemik, di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura dan lain – lain dan menjadikan
gambaran klinisnya sebagai gagal jantung kanan ( right heart failure ). (2,3,4,5,6)
3. Gagal jantung Low – output dan High – output
Gagal jantung golongan ini menunjukkan bagaimana keadaan curah jantung
( tinggi atau rendah ) sebagai penyebab terjadinya manifestasi klinis gagal jantung. Curah
jantung yang rendah pada penyakitjantung apapun ( bawaan, hipertensi, katup, koroner,
kardiomiopati ) dapat menimbulkan low – output failure. Sedangkan pada penyakit –
penyakit dengan curah jantung yang tinggi misalnya pada tirotoksikosis, beri – beri,
paget’s, anemia dan fistula arteri – vena, gagal jantung yang terjadi dinamakan high –
output failure. (2,3,4,5,6)
4. Gagal janutng akut dan menahun
Manifestasi klinis gagal jantung di sini hanya menunjukkan saat atau lamanya gagal
jantung terjadi atau berlangsung. Apabila terjadi mendadak, misalnya pada infark jantung
akut yang luas, dinamakan gagal jantung akut. Sedangkan pada penyakit – penyakit
jantung katup, kardiomiopati atau gagal jantung secara perlahan atau karena gagal
jantungnya berahan lama dengan pengobatan yang diberikan, dinamakan gagal jantung
menahun. (2,3,4,5,6)
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
6
Congestive Heart Disease
5. Gagal jantung sistolik dan diastolic
Secara implicit defenisi gagal jantung adalah apabila gagal jantung yang terjadi sebagai
akibat abnormalitas fungsi sistolik, yaitu ketidak mampuan mengeluarkan darah dari
ventrikel, dinamakan gagal jantung sistolik. Sedangkan apabila abnormalitas kerja
jantung pada fase diastolic, yaitu ketidak mampuan pengisisan darah pada ventrikel
( terutama pada ventrikel kiri ), misalnya pada iskemia jantung yang mendadak,
hipertrofik konsentrik ventrikel kiri dan kardiomiopati restriktif, gagal jantung yang
terjadi dinamakan gagal jantung diastolic. Petanda yang paling nyata pada gagal jantung
di sini adalah fungsi sistolik ventrikel biasanya normal. (2,3,4,5,6)
PATOFISIOLOGI
Pandangan baru patofisiologi Gagal Jantung saat ini berbeda dengan patofisiologi yang
selama ini dipakai sebagai pegangan dalam memberikan pengobatan. Dahulu, Gagal Jantung
dianggap sebagai kegagalan kontraktilitas (bersifat mekanikal) yang menyebabkan abnormalitas
hemodinamik. Obat utama yang selalu dipakai selama tenggang waktu tersebut adalah digitalis
dan diuretik, namun ternyata obat-obatan tersebut hanya bermanfaat mengurangi gejala sesak
napas dan retensi cairan tubuh, tapi sama sekali tidak meningkatkan kualitas hidup dan tidak
mengurangi mortalitas seta efek pengobatannya tidak berlangsung lama. Teori patofisiologi
Gagal Jantung yang baru lebih menekankan pada remodelling miokard dan kelainan fungsi
neuroendokrin berupa aktivasi adrenergik dan perubahan Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
yang mengakibatkan terjadinya disfungsi ventrikel. Remodelling merupakan proses selular-
molekular kompleks yang menimbulkan perubahan pada struktur dan fungsi dan fenotipe otot
jantung. Perubahan ini berbentuk hipertrofi, apoptosis dari sel miosit, dan perubahan kuantitas
serta komposisi jaringan matriks ekstraselular. Dari beberapa penelitian telah terbukti bahwa
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
7
Congestive Heart Disease
obat-obat yang dapat menetralkan efek stress mekanikal pada miokard atau obat yang dapat
menghambat angiotensin dan norepinefrin (seperti penyekat ACE, beta-blockers, dan
vasodilator) ternyata dapat memperlambat progresifitas disfungsi ventrikel. Selanjutnya pada
pemakaian klinis obat-obat tersebut terbukti dapat mengurangi gejala-gejala Gagal Jantung serta
berhasil mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat Gagal Jantung. Hal inilah yang menjadi
dasar yang rasional pengobatan Gagal Jantung saat ini. Adapun obat-obat beta-blockers yang
dipakai untuk maksud ini antara lain Carvedilol, Bisoprolol, dan Metoprolol. Beberapa
kepustakaan juga menyebutkan mengenai adanya efek anti oksidan pada Carvedilol. (2,6,7,9)
KELAINAN JANTUNG PADA HIPERTENSI
Komplikasi jantung pada pasien hipertensi dapat disebabkan secara langsung oleh derajat
tingginya tekanan darah dan proses aterosklerosis yang dipercepat. Manifestasi kelainan dapat
berupa penyakit jantung hipertensi ( HHD ) yang ditandai dengan hipertrofi ventrikel kiri
( LVH ) dan penyakit jantung iskemik. Kedua kelainan ini mempunyai hubungan yang erat.
Gagal jantung, disritmia kordis dan mati mendadak yang terjadi dapat disebabkan oleh kedua
kelainan tersebut.
Hipertensi
Faktor miokardium Faktor koroner
Hipertrofi ventrikel kiri Iskemia miokardium
Penyakit jantung hipertensi Penyakit jantung iskemia
Gagal jantung
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
8
Congestive Heart Disease
Disritmia
Mati mendadak
ETIOLOGI HHD
Penyebab dari Hipertensi Heart Disease adalah peningkatan tekanan darah yang kronik.
Hipertensi Esensial didapatkan 90% pada kasus hipertensi pada dewasa.
Penyebab sekunder dari hipertensi ditemukan pada 10% kasus dengan peningkatan
tekanan darah :
o Penyebab ginjal
Stenosis arteri renal
Penyakit ginjal polikistik
Gagal ginjal kronik
Vaskulitis intrarenal
o Penyebab hormon Endokrin
Hiperaldosteron primer
Pheokromasitoma
Syndrom chushing
Hipotiroid dan hipertiroid
Akromegali
o Penyebab lain
Sleep apnea
Coarctation dari aorta
PATOGENESIS HHD
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
9
Congestive Heart Disease
Patofisiologi dari Hipertensi Heart Disease merupakan suatu hal yang komplek salin
mempengaruhi dari berbagai hal : hemodinamik, struktur, neuroendokrin, seluler dan factor
molekukler. Beberapa factor termasuk factor intrinsic yaitu peranan perkembangan dari
hipertensi dan komplikasi peningkatan tekanan darah juga mempengaruhi factor ini. Peningkatan
Tekanan darah berperan penting untuk merubah struktur jantung dan fungsi melalui 2 jalan :
Langsung dengan peningkatan afterload
Tidak langsung yang di hubungkan dengan neurohormonal dan perubahan vaskuler.
Hipertrofi Ventrikel Kiri ( LVH )
Dari pasien dengan hipertensi, 15 – 20% berkembang menjadi LVH dan meningkat 2 kali
lipat pada pasien dengan obesitas. Prevalensi LVH didasarkan atas temuan ECG. Adapun faktor
– factor yang mempengaruhi LVH pada hipertensi adalah :
Factor hemodinamik ( beban tekanan dan volume )
Faktor genetic dan lingkungan ( ras, merokok, jenis kelamin, asuipan garam )
Faktor tropika ( angiotensin II, katekolamin, insulin )
Hipertrofi ventrikel kiri adalah suatu keadaan yang menggambarkan penebalan dinding
dan penambahan masa ventrikel yang disebabkan respon dari miosit dari peningkatan tekanan
darah. Selain pertumbuhan miosit juga dijumpai penambahan struktur kolagen berupa fibrosis
pada jaringan interstitial dan perivaskuler fibrosis reaktif koroner intramiokardial. LVH yang
terjadi pada hipertensi mula – mula merupakan proses adaptasi, akan tetapi dengan penambahan
beban yang berlangsung terus LVH akan merupakan proses patologik. Hal ini terjadi bila telah
dilampaui suatu masa krisis ventrikel kiri.
LVH merupakan remodeling struktur jantung untuk menormalisasikan regangan dinding.
Hipertrofi miokardium akan menurunkan regangan dinding agar fungsi jantung tetap normal.
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
10
Congestive Heart Disease
Peninggian tekanan darah pada hipertensi merupakan rangsang utama terjadinya LVH,
tetrapi berbagai penelitian yang telah dilakukan tidak mendapat korelasi yang baik antara
tekanan darah dengan LVH. Pada pengukuran tekanan darah dengan pemantauan tekanan darah
secara ambulatoir di dapatakan korelasi yang lebih baik anatara tekanan darah dan masa
ventrikel kiri.
Frohlich mengemukakan teori mosaic pada pembentukan LVH, hipotesis ini sangat
menarik tetapi penelitian – penelitian yang telah dilakukan belum mendapatkan hasil yang
konsisten dan konklusif. (2, 5,6,7,8,9)
Abnormalitas Atrium Kiri
Peningkatan afterload yang dibebankan pada Atrium Kiri oleh peningkatan tekanan end
diastolic Ventrikel Kiri dari peningkatan Tekanan Darah berperan penting dari perburukan dan
fungsi Atrium Kiri. (2, 5,6,7,8,9)
Kelainan Katup
Walaupun kelainan katup tidak menyebabkan Hipertensi Heart Disease, hipertensi kronik
dan hebat dapat menyebabkan dilatasi aorta, yang berperan penting dalam Insufisiensi Aorta.
Ditambahkan lagi hipertensi dapat juga mempercepat proses sclerosis dan menyebabkan
regurgitasi mitral. (2, 5,6,7,8,9)
ARTI KLINIS HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI
Penelitian di Framingham dan juga penelitian lainnnya telah membuktikan bahwa LVH
bukanlah sekedar proses kompensasi belaka, tetapi LVH meningkatkan morbiditas dan
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
11
Congestive Heart Disease
mortalitas kardiovaskuler. Hubungan antara LVH – EKG dengan mortalitas dan morbiditas
kardiovaskuler tidak disebabkan oleh factor usia, peningkatan tekanan darah dan factor – factor
resiko lain, maka LVH disebut seb agai factor resiko independent.
Hipertrofi ventrikel kiri didapatkan berasosiasi bermakna dengan terjadinya Hipertensi
Heart Disease. Asosiasi ini tetap dengan penyesuaian umur, obesitas, hipertensi, merokok dan
HDL. Stenosis koroner yang bermakna kira – kira didapatkan pada 40% pasien hipertensi
dengan LVH asimptomatik. Dengan demikian peran LVH pada silent ischemia perlu dipikirkan.
Pada pasien dengan LVH sering didapatkan iskemia miokardium secara klinis / EKG, meskipun
tidak ada penyumbatan koroner. Hal ini disebabkan pengurangan cadangan koroner atau kelainan
mikrosirkulasi. Pengurangan cadangan koroner disebabkan perubahan struktur dan fungsional
pembuluh darah koroner. Perubahan structural berupa pengurangan densitas kapiler dan
pengecilan lumen pembuluh darah kecil intramiokardial. Perubahan fungsional terjadi karena
peninggian tonus vaskuler yang munkin disebabkan gangguan EDRF ( endhotelial derived
releasing factor ) dan gangguan autoregulasi. (2, 5,6,9)
Penelitian kelainan ST – T pada pasien LVH menunjukkan bahwa kelainan EKG latihan
dan abnormalitas tes perfusi thalium. Iskemia miokardium akan menyebabkan gangguan
relaksasi dan menurunkan distensibilitas Ventrikel Kiri sehingga memperberat disfungsi
diastolic.
Gagal jantung kongestif merupakan sindrom klinis yang terdiri dari disfungsi ventrikel
kiri, intoleransi latihan, kongesti pulmonal / edema dan disritmia ventrikel.
Manifestasi klinis utama gagal jantung yaitu pengurangan kapasitas latihan yang berupa
dispnea dan cepat lelah yang disebabkan oleh disfungsi ventrikel kiri. Hubungan antara
manifestasi klinis gagal jantung dengan gangguan fisiologis ventrikel kiri merupakan hal yang
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
12
Congestive Heart Disease
komplek. Aktivitas neurohumoral merupakan kunci utama manifestasi sindrom klinis gagal
jantung. Peninggian aktivitas neurohumoral merupaka kompensasi untuk mempertahankan
tekanan darah pada pasien dengan pengurangan kemampuan jantung. Akan tetapi aktivitas
neurohumoral yang berlebihan akan merugikan tubuh dengan manifestasi klinis seperti tersebut
di atas. (7,8,9)
Disfunsi diastolic merupakan gangguan awal kelainan jantung pada hipertensi. Hal ini
disebabkan pengurangan compliance ventrikel kiri. Disfungsi sistolik terjadi di kemudian hari
dan akhirnya terjadi gagal jantung berat yang merupakan stadium akhir kelainan jantung pada
hipertensi. Penurunan kekuatan kontraksi pasien hipertensi dengan LVH dapat disebabkan
peninggian regangan dinding ventrikel karena hipertrofi yang tidak adekuat atau pengurangan
kontraksi mkiokardium sendiri yang penyebabnya belum jelas. Setelah proses adaptasi LVH,
penambahan beban akan menyebabkan terjadinya LVH patologik yang menyebabkan disfungsi
ventrikel kiri subklinis sampai gagal jantung yang berat. Pada umumnya gagal jantung tak
disebabkan oleh hipertensi sendiri saja melainkan juga oleh adanya iskemia miokardium. (2, 5,6,7,)
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
13
Congestive Heart Disease
Heart Failure
KOMPENSASI TUBUH TERHADAP GAGAL JANTUNG
Tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung.
1. Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit
sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-flight.
Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin
(norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah; noradrenalin juga dilepaskan
dari saraf. Adrenalin dan noradrenalin adalah sistem pertahanan tubuh yang pertama
muncul setiap kali terjadi stres mendadak. Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin
menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung
dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu. Curah jantung bisa
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
14
Congestive Heart Disease
kembali normal, tetapi biasanya disertai dengan meningkatnya denyut jantung dan
bertambah kuatnya denyut jantung. Pada seseorang yang tidak mempunyai kelainan
jantung dan memerlukan peningkatan fungsi jantung jangka pendek, respon seperti ini
sangat menguntungkan. Tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respon ini bisa
menyebabkan peningkatan kebutuhan jangka panjang terhadap sistem kardiovaskuler
yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan. Lama-lama peningkatan kebutuhan ini
bisa menyebabkan menurunya fungsi jantung. (2, 5,6,7,8,9)
2. Mekanisme perbaikan lainnya adalah penahanan garam (natrium) oleh ginjal.
Untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan
menahan air. Penambahan air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam
sirkulasi dan pada awalnya memperbaiki kerja jantung. Salah satu akibat dari
penimbunan cairan ini adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume
darah. Otot yang teregang berkontraksi lebih kuat. Hal ini merupakan mekanisme jantung
yang utama untuk meningkatkan kinerjanya dalam gagal jantung. (2, 5,6,7,8,9)
Tetapi sejalan dengan memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan dilepaskan dari
sirkulasi dan berkumpul di berbagai bagian tubuh, menyebabkan pembengkakan (edema).
Lokasi penimbunan cairan ini tergantung kepada banyaknya cairan di dalam tubuh dan
pengaruh gaya gravitasi.
Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul di tungkai dan kaki
Jika penderita berbaring, cairan akan terkumpul di punggung atau perut. Sering terjadi
penambahan berat badan sebagai akibat dari penimbunan air dan garam. (2, 5,6,7,8,9)
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
15
Congestive Heart Disease
3. Mekanime utama lainnya adalah pembesaran otot jantung (hipertrofi).
Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi pada
akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin memburuknya gagal
jantung.
GEJALA KLINIS
LVH, pasien dengan LVH sendiri tidak mempunyai gejala kecuali kalau berkembang
menjadi disfungsi diastolic dan gagal jantung.
Gagal Jantung
Gejala gagal jantung sebagai berikut :
o Fatigue
o Edema
Pembengkakan juga menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh
gaya gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung
yang mengalami gangguan. Gagal jantung kanan cenderung mengakibatkan
pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung. Hal ini
menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, hati dan perut.
o Nyeri abdomen sekunder pada bendungan hati
o Gagal jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam
paru-paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada
awalnya sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan
dengan memburuknya penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat
penderita tidak melakukan aktivitas.
Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring,
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
16
Congestive Heart Disease
karena cairan bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun dan
bangkit untuk menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Duduk
menyebabkan cairan mengalir dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah
bernafas. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya penderita gagal jantung
tidur dengan posisi setengah duduk. (2, 5,6,7,8,9)
FISIK DIGNOSTIK
Phisik diagnostic gagal jantung tergantung dari predominat abnormalitas jantung dan
durasi, dan keparahan dari gagal jantung.
Denyut Jantung
o Irama :
Reguler, jika pasien mempunyai irama sinus.
Irreguler, jika pasien mengalami fibrilasi atrium
o Kecepatan
Normal pada pasien dengan irama sinus dan tidak normal
pada pasien dengan gagal jantung yang tidak terdekompensasi.
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
17
Congestive Heart Disease
Takikardi pada pasien dengan gagal jantung dan pasien
dengan fibrilasi atrium.
o Volume
Normal
Menurun pada pasien dengan disfungsi
Ventrikel kiri
Tekanan Darah : sistolik dan / atau
diastolic tekanan darah meningkat ( > 140 / 90 mmhg ).
Vena : Pada pasien dengan gagal
jantung, vena jugularis mungkin terbendung.
Jantung
Ditemukannya LVH pada pemeriksaan fisik tergantung dari palpasi adanya impuls
ventrikel kiri yang melebar dan terus menerus pada apeks.
Suatu impuls apeks yang melebar sering diartikan sebagai impuls dengan garis tengah >
2,4 cm atau suatu impuls apeks yang terus menerus mendorong keluar yang berlangsung
½ - 2/3 atau lebih lamanya sistol. Penilaian maksimal dengan memeriksa penderita pada
posisi berbaring pada lateral kiri, dimana diameter suatu impuls apeks lebih dari 3 cm.
Penemuan ini lebih peka dan khas untuk pembesaran ventrikel kiri daripada lokasi impuls
apeks sama atau lebih besar dari 10 cm dari garis tengah sternum atau lateral garis tengah
klavikula. (7,8)
Paru
Mungkin normal atau mungkin terdapat tanda bendungan paru, penurunan suara
pernafasan atau dullness pada perkusi seperti efusi pleura.
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
18
Congestive Heart Disease
Abdomen
Pemeriksaan abdomen mungkin ditemukan bruit arteri renal pada pasien dengan
hipertensi akibat stenosis arteri renalis, hepetomegali dan asites seperti pada CHF.
Ekstremitas
Edema pada kaki mungkin terjadi pada pasien dengan gagal jantung. (7,8)
PENATALAKSANAAN
Pengobatan terbaik untuk gagal jantung adalah pencegahan atau pengobatan dini terhadap
penyebabnya.
Gagal Jantung Akut.
Bila terjadi penimbunan cairan tiba-tiba dalam paru-paru (edema pulmoner akut),
penderita gagal jantung akan mengalami sesak nafas hebat sehingga memerlukan sungkup muka
oksigen dengan konsentrasi tinggi. Diberikan diuretik dan obat-obatan (misalnya digoksin)
secara intravena supaya terjadi perbaikan segera. Nitrogliserin intravena atau sublingual
(dibawah lidah) akan menyebabka pelebaran vena, sehingga mengurangi jumlah darah yang
melalui paru-paru. (2,4,7,9,10)
Jika pengobatan diatas gagal, pernafasan penderita dibantu dengan mesin ventilator.
Kadang dipasang torniket pada 3 dari keempat anggota gerak penderita untuk menahan darah
sementara waktu, sehingga mengurangi volume darah yang kembali ke jantung. Torniket ini
dipasang secara bergantian pada setiap anggota gerak setiap 10-20 menit untuk menghindari
cedera.
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
19
Congestive Heart Disease
Gagal Jantung Kronis.
Jika pembatasan asupan garam saja tidak dapat mengurangi penimbunan cairan, bisa
diberikan obat diuretik untuk menambah pembentukan air kemih dan membuang natrium dan air
dari tubuh melalui ginjal. Mengurangi cairan akan menurunkan jumlah darah yang masuk ke
jantung sehingga mengurangi beban kerja jantung. Untuk pemakaian jangka panjang, diuretik
diberikan dalam bentuk sediaan per-oral (ditelan); sedangkan dalam keadaan darurat akan sangat
efektif jika diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). Pemberian diuretik sering
disertai dengan pemberian tambahan kalium, karena diuretik tertentu menyebabkan hilangnya
kalium dari tubuh; atau bisa digunakan diuretik hemat kalium. Digoxin meningkatkan kekuatan
setiap denyut jantung dan memperlambat denyut jantung yang terlalu cepat. Ketidakteraturan
irama jantung (aritmia, dimana denyut jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur),
bisa diatasi dengan obat atau dengan alat pacu jantung buatan. (2,4,7,9,10)
Sering digunakan obat yang melebarkan pembuluh darah (vasodilator), yang bisa
melebarkan arteri, vena atau keduanya. Pelebar arteri akan melebarkan arteri dan menurunkan
tekanan darah, yang selanjutnya akan mengurangi beban kerja jantung. Pelebar vena akan
melebarkan vena dan menyediakan ruang yang lebih untuk darah yang telah terkumpul dan tidak
mampu memasuki bagian kanan jantung. Hal ini akan mengurangi penyumbatan dan mengurangi
beban jantung.
Vasodilator yang paling banyak digunakan adalah ACE-inhibitor (angiotensin converting
enzyme inhibitor). Obat ini tidak hanya meringankan gejala tetapi juga memperpanjang harapan
hidup penderita. ACE-inhibitor melebarkan arteri dan vena; sedangkan obat terdahulu hanya
melebarkan vena saja atau arteri saja (misalnya nitroglycerin hanya melebarkan vena,
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
20
Congestive Heart Disease
hydralazine hanya melebarkan arteri). Ruang jantung yang melebar dan kontraksinya jelek
memungkinkan terbentuknya bekuan darah di dalamnya. Bekuan ini bisa pecah dan masuk ke
dalam sirkulasi kemudian menyebabkan kerusakan di organ vital lainnya, misalnya otak dan
menyebabkan stroke. Oleh karena itu diberikan obat antikoagulan untuk membantu mencegah
pembentukan bekuan dalam ruang-ruang jantung. Obat golongan Ace Inhibitor, dapat
mengontrol respons neurohormonal pada gagal jantung kronik. Namun, ada jalur lain dalam
produksi angiotensin II yang menyebabkan keterbatasan manfaat obat-obat Ace Inhibitor. Hal
tersebut memacu pakar kardiovaskuler untuk mengadakan studi. Beberapa studi seperti ELITE,
ELITE II, STRETCH, RESOLVD, dan CHARM telah dilakukan, namun masih terdapat
beberapa kelemahan. Oleh karena itu, diadakanlah studi terhadap 5010 penderita gagal jantung
kongestif class II--IV. Studi Val-HeFT (Valsartan Heart Failure Trial) memang tidak
menunjukkan perbedaan mortalitas, tetapi menurunkan 13.3% kombinasi mortalitas dan
morbiditas, serta menurunkan angka perawatan rumah sakit karena gagal jantung. (2,4,7,9,10)
Milrinone dan amrinone menyebabkan pelebaran arteri dan vena, dan juga meningkatkan
kekuatan jantung. Obat baru ini hanya digunakan dalam jangka pendek pada penderita yang
dipantau secara ketat di rumah sakit, karena bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung
yang berbahaya.
Transplantasi jantung sebagai alternatif lain memberikan tingkat kesembuhan yang cukup
tinggi, 84% bertahan hidup sampai lima tahun dan 70% bertahan sampai 10 tahun.
Kardiomioplasti merupakan pembedahan dimana sejumlah besar otot diambil dari punggung
penderita dan dibungkuskan di sekeliling jantung, kemudian dirangsang dengan alat pacu jantung
buatan supaya berkontraksi secara teratur. Hanya kendalanya pada fasilitas yang rumit dan biaya
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
21
Congestive Heart Disease
transplantasi yang mahal. Negara-negara tertentu saja yang dapat melakukan transplantasi seperti
Jerman dan Amerika Serikat. Negara tetangga kita Malaysia pun telah berhasil melakukan
sepuluh transplantasi. Mari kita tunggu terobosan ahli kardiovaskuler Indonesia untuk
melakukan transplantasi jantung yang pertama.(1,2,3,4,5,6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Http://www.eMedicine.Hypertensive Heart Disease.htm/.
2. Basha A, Penyakit Jantung Hipertensif, dalam Buku Ajar Kardiologi, cetak ulang, 2004,
balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1996, hal : 209 – 11.
3. Sutikno, Abdoeirrochim I P, Penyakit Jantung Hipertensif, dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1996, hal : 1128 – 33.
4. Penyakit Jantung Hipertensif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ketiga,
Penerbit Media Aesculapius FKUI, Jakarta, 1999, hal : 441 – 2.
5. Yogiantoro R M, proteksi kardiovaskuler pada Penyakit Ginjal Kronik : Peran Antagonis
Sistem Renin Angiotensin, dalam Gagal Ginjal Akut, Penyakit ginjal Sistemik, ginjal dan
Sistem Kardiovaskuler pada hipertensi, Naskah Lengkap “The 5th Jakarta Nephrology and
Hypertension Course and Symposium on Hypertension, hal : 85 - 6.
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
22
Congestive Heart Disease
6. Suryadipraja R.M, Gagal Jantung dan Penatalaksanaanya, dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1996, hal : 975 84.
7. Patogenesis dan Tatalaksana Gagal Jantung Terkini, available at:
Http://www.kalbefarma.com
8. Gagal Jantung, available at :
Http://www.IDI.org
9. Gagal Jantung, Masalah Utama Penyakit Kardiovaskuler, available at :
Http://www.yahoo.com
10. Gagal Jantung, available at :
Http://www.medicastore.com
STATUS ORANG SAKITSTATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : Mujiwati
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bromo 194 medan
Tgl. Masuk : 17 November 2007
ANAMNESIS PENYAKIT
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
23
Congestive Heart Disease
Keluhan Utama : Sesak napas.
Telaah :
Sesak dijumpai sejak 1 tahun ini. Sesak berhubungan dengan
aktivitas dan tidak berhubungn dengan cuaca, Riwayat terbangun
tengah malam karena sesak nafas dan tidur dengan 1-3 bantal untuk
mengurangi sesak (+). Riwayat nafas berbunyi (-). Riwayat kaki
bengkak (+)
Batuk-batuk dialami os sejak 2 minggu ini, batuk berdahak warna
putih, riwayat batuk darah (-), Riwayat demam-demam berkeringat
malam dan penurunan BB (-)
Nyeri dada (+) sebelah kiri dan menjalar hingga bahu dan lengan
sebelah kiri, kadang-kadang seperti ditimpa, sudah dialami os sejak
2 tahun ini, mual-mual (+)
BAK/BAB (+) N
-
RPT : Tidak jelas
RPO : Furosemid
STATUS PRESENS :
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS :
Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis Anemis : (-)
Tekanan darah : 120/80 mmHg Ikterus : (-)
Nadi : 72 x/I Sianosis : (-)
Pernafasan : 20 x/I Dispneu : (+)
Temperatur : 36,5 0C Edema : (+)
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
24
Congestive Heart Disease
Keadaan Penyakit
Pancaran wajah : lemah
Sikap paksa : ( + )
Refleks fisiologis : +/+ Normal
Refleks patologis : -
TB : 158 cm BB : 66 kg RBW : 87,8 %
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
Mata : Konjunktiva palpebra inferior pucat (-), sclera ikterus (-) pupil isokor
ka=ki
T/H/M : Tidak ada kelainan
Leher : TVJ R + 2 H2O, trakea medial, struma (-), pembesaran KGB (-)
THORAK DEPAN
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi : Sulit dinilai
Perkusi : Sonor memendek di lapangan tengah dan bawah kedua paru, BJR sulit
dinilai
Auskultasi : Sp: Vesikuler,
ST: Ronchi basah di lap tengah dan bawah kedua paru, ronchi basah
basal (+)
TORAKS BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Sulit dinilai
Perkusi : Sonor memendek di lap tengah dan bawah kedua paru
Auskultasi : Sp : Vesikuler,
ST: Ronchi basah di lap tengah dan bawah kedua paru, ronchi basah
basal (+)
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris tidak membesar
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
25
Congestive Heart Disease
Palpasi : soepel, H/L tak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
PINGGANG : Tapping pain (-)
INGUINAL : Pembesaran KGB (-)
GENITALIA LUAR : laki-laki , edema scrotum (+)
Ekstremitas : Superior : dbn
Inferior : Oedem (+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
Tanggal 17 November 2007
Hb : 12,4 gr/dl MCV : 81 mm3
Ht : 36,3 % MCH ; 17,4 pgEritrosit : 4.51 106 MCHC : 34,0 g/dlLekosit : 7,8 103 / mm3 LED : 120 mm/jam
Trombosit : 2,5.103 /mm3
KGD AR : 140 mg/dl
Enzim jantung CKMB : 10
Urinalisa
Warna ; Kuning
Keruh; -
Protein : -
Reduksi : -
RESUME : Seorang perempuan datang ke RSPM dengan keluhan sesak nafas
sejak 1 tahun ini. Sesak berhubungan dengan aktivitas, Riwayat terbangun
tengah malam karena sesak nafas dan tidur dengan 1-3 bantal untuk
mengurangi sesak (+).Riwayat kaki bengkak (+) Batuk-batuk dialami os
sejak 2 minggu ini, batuk berdahak warna putih, Nyeri dada (+) sebelah kiri
dan menjalar hingga bahu dan lengan sebelah kiri, kadang-kadang seperti
ditimpa, sudah dialami os sejak 2 tahun ini, mual-mual (+)
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
26
Congestive Heart Disease
FOLLOW UP tanggal 17 – 11 – 2007
Sensorium : CM
Tek Darah : 110/70 mmHg
Nadi ; 78 x/i
Pernafasan : 28 x/i
Temperatur : 36,5 oC
Diagnosa ; CHF ec PJK
Terapi ;
- Tirah baring
- Diet jantung II
- Inj furosemid 1 amp/8 jam
- ISDN 3x5 mg
- Aspilet 1x80 mg
- Ranitidine 2x15 mg
- Captopril 2x6,25 mg
- Spironolakton 1x25 mg
- Laxadin
- Balance cairan -300
Penjajakan
- Echokardiografi
- EKG ulang
- Foto Thorak PA
-
FOLLOW UP tanggal 18 – 11 – 2007
Keluhan Umum : Sakit kepala
Sensorium : CM
Tek Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 76 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Temperatur : 36,8 oC
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
27
Congestive Heart Disease
Diagnosa ; CHF ec HHD
Terapi ;
- Tirah baring
- Diet jantung II
- Inj furosemid 20 mg/8 jam
- ISDN 3x5 mg
- Aspilet 1x80 mg
- Ranitidine 2x15 mg
- Captopril 2x12,5 mg
- Balance cairan -300
-
Penjajakan
- Echokardiografi
- Foto Thorak PA
- Urinalisa
- RT, feses rutin
- Konsul divisi kardiologi
FOLLOW UP tanggal 19 – 11 – 2007
Keluhan Umum : Sakit kepala
Sensorium : CM
Tek Darah : 150/80 mmHg
Nadi : 78 x/i
Pernafasan : 28 x/i
Temperatur : 36,2 oC
Diagnosa ; CHF ec HHD
Terapi ;
- Tirah baring
- Diet MB 2000 kal
- Tree way terpasang
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
28
Congestive Heart Disease
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj Dexamethasone 1 amp/8 jam
- Ambroxol syr 3xcI
- Ciprofloxacin 2x500mg
- Nebulizer /8 jam
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk melengkapi persyaratan Kepanitraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam RSU. Dr.Pirngadi Medan dengan judul “CONGESTIVE HEART
FAILURE (CHF)
Penulis sadar bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, karena keterbatasan
pengetahuan dari penulis, Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan penulisan makalah ini dilain kesempatan.
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
29
Congestive Heart Disease
Harapan penulis makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan serta dapat
menjadi arahan dalam mengimplementasikan penyakit CONGESTIVE HEART FAILURE di
masyarakat.
Medan, November 2007
Penulis
KKS Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPM 2007Caterina Imelda S (UMI), Elfrira Yanti(UNBRAH)
30
i