contoh

4
tidak ada jaminan!!! Muhammad tidak memiliki jaminan keselamatan – hal ini dibuktikan; Nabi berkata, “Demi Allah, walaupun aku adalah seorang Nabi Allah, namun aku tidak mengetahui apa yang akan Allah lakukan terhadap diriku dan dirimu”. Hadis, V/266 dan QS 46:9 Yang ada justru jaminan yang memastikan bahwa semua orang akan masuk neraka. “Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan”. (QS 19:17) Islam sebagai Jalan Keselamatan Written by Andi Rahmanto Tuesday, 03 February 2009 09:25 Apakah yang bisa menyelamatkan kaum muslimin dari kehinaan dan sikap mengekor orang-orang kafir sebagaimana telah menimpa sebagian besar umat Islam pada zaman ini? Tentu jawabannya adalah Islam. Tidak ada yang lain. Islam adalah jalan hidup satu-satunya yang akan memberikan ke-maslahat-an sesuai dengan fitrah. Hanya Islam yang mampu menegakkan suatu tatanan realistis bagi kehidupan. Musuh-musuh Islam mengenal betul bahwa musuh mereka satu-satunya adalah Islam. Untuk itu mereka serius berusaha menghancurkan generasi yang agung ini. Hal itu disebabkan karena generasi Islam telah menghalangi mereka dari tindakan dzalim dimuka bumi sebagaimana yang mereka kehendaki. Oleh karena itu, para musuh Islam membuat konsep-konsep yang “bertentangan” dengan agama ini, agar konsep-konsep itu bisa menjadi pengganti syari’at-syari’at agama yang mulia ini. Umat Islam harus membebaskan diri mereka dari ber-wala’ (loyalitas) terhadap musuh-musuh Allah Ta’ala baik dari kalangan orang-orang kafir, munafik, maupun ateis. Sikap kaum muslimin yang berlepas diri dari musuh-musuh Allah tersebut akan melindungi umat Islam dari tipu daya mereka.

Upload: virza-chairunnisa-latuconsina

Post on 23-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

d

TRANSCRIPT

Page 1: contoh

tidak ada jaminan!!! Muhammad tidak memiliki jaminan keselamatan – hal ini dibuktikan;

Nabi berkata, “Demi Allah, walaupun aku adalah seorang Nabi Allah, namun aku tidak mengetahui apa yang akan Allah lakukan terhadap diriku dan dirimu”. Hadis, V/266 dan QS 46:9

Yang ada justru jaminan yang memastikan bahwa semua orang akan masuk neraka.

“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan”. (QS 19:17)

Islam sebagai Jalan Keselamatan Written by Andi Rahmanto    Tuesday, 03 February 2009 09:25

Apakah yang bisa menyelamatkan kaum muslimin dari kehinaan dan sikap mengekor orang-orang kafir sebagaimana telah menimpa

sebagian besar umat Islam pada zaman ini? Tentu jawabannya adalah Islam. Tidak ada yang lain.

Islam adalah jalan hidup satu-satunya yang akan memberikan ke-maslahat-an sesuai dengan fitrah. Hanya Islam  yang mampu

menegakkan suatu tatanan realistis bagi kehidupan.

Musuh-musuh Islam mengenal betul bahwa musuh mereka satu-satunya adalah Islam. Untuk itu mereka serius berusaha

menghancurkan generasi yang agung ini. Hal itu disebabkan karena generasi Islam telah menghalangi mereka dari tindakan dzalim

dimuka bumi sebagaimana yang mereka kehendaki. Oleh karena itu, para musuh Islam membuat konsep-konsep yang

“bertentangan” dengan agama ini, agar konsep-konsep itu bisa menjadi pengganti syari’at-syari’at agama yang mulia ini.

Umat Islam harus membebaskan diri mereka dari ber-wala’ (loyalitas) terhadap musuh-musuh Allah Ta’ala baik dari kalangan orang-

orang kafir, munafik, maupun ateis. Sikap kaum muslimin yang berlepas diri dari musuh-musuh Allah tersebut akan melindungi umat

Islam dari tipu daya mereka. Kaum muslimin harus meyakini bahwa kemenangan umat ini datangnya semata-mata karena

pertolongan Allah. Sikap rendah diri yang banyak hinggap dalam diri kaum muslimin terhadap kecanggihan teknologi orang-orang

kafir merupakan virus yang dapat meruntuhkan kedigdayaan umat ini.  Allah akan memenangkan Islam betapapun hebatnya

kemampuan musuh-musuh-Nya. Allah Ta’ala berfirman, “Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang

banyak dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah : 249)

“Sesungguhnya Kami pasti menolong (memenangkan) rasul-rasul Kami dan juga orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,

dan pada hari berdirinya saksi-saksi (kiamat).” (QS. Ghafir: 51)

Kaum muslimin yang benar imannya akan mencapai derajat yang tinggi jika ia berlepas diri dari setiap manhaj dan perundang-

undangan yang menyelisihi syari’at Allah Ta’ala. Selain itu, ia harus menjadikan syari’at Allah, baik dalam masalah besar ataupun

kecil sebagai rujukan dan pedoman hidupnya. Syari’at Allah selalu memerintahkan pada ke-maslahat-an, melarang setiap

Page 2: contoh

kerusakan, membolehkan sesuatu yang bersih, dan mencegah dari setiap yang kotor.

Sudah selayaknya para da’I yang memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar agar mengembalikan umat ini kepada

kejernihan akidah dengan cara:

Pertama, meluruskan pemahaman la illaha ilallah Muhammad rasulullah. Kemudian menyeru manusia untuk memahami kalimat

yang agung ini sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Hal ini harus disertai penjelasan bahwa di antara konsekuensi kalimat ini adalah memberikan loyalitas hanya kepada orang-orang

yang beriman dan benci (bara’) pada orang-orang kafir, berhukum dengan syari’at Allah, dan berlepas diri dari sembahan-sembahan

palsu, undang-undang, adat, tradisi, kebiasaan yang berlawanan dengan syari’at Allah.

Kedua, meluruskan pemahaman tentang ibadah bahwa ibadah merupakan konsep yang utuh dan menyeluruh dalam segala aspek

kehidupan manusia baik dalam konsep ibadah secara murni, politik, sosial, bernegara, ekonomi, maupun kebudayaan. Ibadah

mencakup akidah, syari’ah, dan juga sistem kehidupan. Tidak boleh ada pemisahan dalam masalah ini sebagaimana yang terjadi

pada pemikiran sekuler yang memisahkan antara agama dan sistem kehidupan. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya

shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabbul ‘alamin. Tiada sekutu bagi-Nya.’ Demikianlah yang

diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang-orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah.” (QS. Al-An’am: 162-163)

Ketiga, mendidik generasi dengan metode Kitabullah dan As-Sunnah sebab keduanya adalah jalan yang benar. Hanya dengan

metode inilah umat akan kembali kepada agamanya.

Keempat, menyingkirkan pengaruh-pengaruh invasi pemikiran. Hal ini dilakukan dengan membersihkan umat ini dari pemikiran-

pemikiran “jahiliyah modern (termasuk di dalamnya pemikiran Evolusionis, Kapitalis, Sosialis, Komunis, Demokratis dan Liberalis

Red.)”.

Kelima, memperdalam pengertian wala’ (loyalitas) orang muslim terhadap sesama muslim. Kaum muslimin adalah saling

bersaudara satu sama lain. Dari perjalanan sejarah Islam, kita dapat saksikan urgensi masalah ini. Dalam suatu kisah, pernah

seorang wanita dilecehkan di daerah Umuriyah, lalu ia meminta tolong “Wahai Al-Mu’tashim, tolonglah!”

Khalifah Al-Mu’tashim memberikan jawaban, “Ku penuhi permintaanmu, wahai muslimah!”

Lalu Al-Mu’tashim segera menyiagakan pasukannya menaklukkan Umuriyah dan menolong wanita itu. Ia tidak mengatakan bahwa si

wanita berasal dari negeri lain, akan tetapi ia berangkat karena didorong rasa tanggung jawab sebagai Khalifatul Muslimin. Seluruh

umat Islam adalah amanat yang ada dipundaknya.

Dari kisah ini dapat diambil pelajaran bahwa menolong kaum muslimin yang tertindas dibelahan bumi manapun merupakan sesuatu

yang diwajibkan dalam agama ini. Kewajiban seorang muslim adalah mencintai muslimin lainnya dan menolong mereka dengan

tangan, tulisan, harta, serta memberikan pembelaan bagi mereka di manapun dan kapanpun.

Keenam, memperdalam pembahasan tentang permusuhan terhadap musuh-musuh Allah baik dari kalangan orang-orang kafir,

munafik, musyrik, maupun orang-orang murtad. Keimanan tidak akan menyatu dengan kecintaan terhadap kekufuran dalam satu

hati seseorang. Allah Ta’ala berfirman, “Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat saling

berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau

Page 3: contoh

anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka sendiri.” (QS. Al-Mujadilah: 22)

Ketujuh, mempertegas masalah permusuhan wali-wali setan terhadap wali-wali Allah. Permusuhan ini akan terus berlangsung sejak

zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Dua golongan ini tidak akan pernah berdamai selamanya. Hal ini karena perbedaan yang

mendasar di antara keduanya. Para wali Allah selalu menyeru manusia untuk menyembah Allah, sedangkan para wali setan

senantiasa menyeru manusia untuk beribadah pada thaghut. Allah Ta’ala berfirman, “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian

sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup.” (QS. Al-Baqarah:

217)

Kedelapan, membangkitkan dan menguatkan harapan di dalam jiwa kaum muslimin akan dekatnya pertolongan Allah Ta’ala.

Jika kaum muslimin telah meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya Allah sebagai Penolongnya, maka kehinaan,

keterasingan, dan ketertindasan yang selama ini menimpa umat Islam akan segera lepas dan hilang dari   dalam diri umat Islam.

Allahuakbar!

Sumber:

Muhammad Sa’id Al-Qahthani. 2000. Loyalitas dan Anti-Loyalitas Dalam Islam terjemah Salafuddin Abu Sayid. Solo: Era Intermedia