contoh analisis rasionalitas resep

Upload: akmal-alkhawarizmy

Post on 16-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Resep

20-7-2011

R/Metformin 500XLV

S 3 dd 1

R/Glibenklamide 5XV

S 1 dd 1

R/Captopril50XLV

S 3 dd 1

R/furosemidX

S -0-0

R/BCXLV

S 3 dd 1

R/Amlodipin 5XV

S 1 dd 1

R/Na-diklofenak 50XXX

S 0-0-1

R/Simvastatin 10XV

S 0-0-1

Pro: Tn. SS (66 tahun)

a.Anamnesa/ diagnose

Pasien dinyatakan mengalami diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, ostheoartritis, dan sindrom dispepsia.

b.Analisa resep

Dalam kasus ini pasien menerima 8 item obat, sebagai berikut :

-Metformin, antidiabetes golongan biguanid

-Glibenklamide, antidiabetes golongan sulfonilurea

-Captopril, antihipertensi golongan inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (ACEI)

-Furosemid, antihipertensi golongan loop diuretik

-BC/ vitamin B kompleks, suplemen kekurangan vitamin B

-Amlodipin, antihipertensi golongan pemblok kanal kalsium (CCB)

-Na-diklofenak, antiinflamasi nonsteroid

-Simvastatin, antihiperlipidemia golongan statin

Kombinsai metformin dan glibenklamid pada kasus pasien diagnose lain berupa hipertensi diperbolehkan. Seperti halnya pada kasus resep nomor2. Dosis kombinasi kedua obat tersebut juga masih dalam batas aman. Dimana dosis maksimum keduanya adalah 20 mg/hari untuk glibenkalmid, dan 2000 mg/hari untuk metformin. (Dipiro; 1369, 1384, 1385).

Penanganan hipertensi dalam kasus ini digunakan kombinasi 3 antihipertensi, yaitucaptopril(ACE inhibitor), furosemid (loop diuretik), dan amlodipin (Pemblok kanal kalsium). Kombinasi tersebut diperbolehkan. Dosis furosemid merupakan dosis terendah yaitu 20 mg, dengan waktu pemberian yang tepat yaitu pada pagi hari. Sedangkan dosiscaptoprilmerupakan dosis maksimum yaitu 150 mg/hari, dalam dosis terbagi 3. Sedangkan amlodipin yang diberikan adalah dosis menengah, yaitu 5 mg/hari, lazimnya 2,5-10 mg/hari. Perlu diperhatikan pasien telah cukup lanjut usianya (66 tahun), captopril diberikan pada dosis maksimum dikombinasi dengan furosemid, dan amlodipin, akan berpotensi menimbulkan efek hipotensi. Dengan pemberian furosemid, pasien akan mengalami diuresis, yang berarti volume darah menurun dan menurun pula tekanan darahnya, sedangkan pemberian ACE inhibitor dapat menyebabkan penurunan tekanan darah melalui berbagai mekanisme yang terlibat dalam pengaturan sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAAS), sehingga resiko hipotensinya semakin meningkat, terlebih pada pasien yang telah lanjut usia, ditambah dengan kombinasi dengan amlodipin. Tekanan darah harus senantiasa dipantau. (Dipiro: 233-234)

Meski ada kemungkinan lain, bahwa maksud penggunaan furosemid dalam dosis rendah adalah untuk mengatasi resiko efek samping amlodipin, berupa udema perifer. Amlodipin dapat menyebabkan terjadinya udema perifer, dengan pemberian furosemid, maka aktivitas urinary meningkat, sehingga tidak terjadi udema perifer.

Natrium diklofenak digunakan untuk mengobati gejala nyeri akibat osteoarthritis. Diklofenak merupakan antiinflamasi nonsteroid (AINS) nonselektif. Dosis yang diberikan adalah dosis tunggal pada malam hari sebesar 50 mg.

Sebagaimana AINS nonselektif lainnya, diklofenak dapat menginduksi terjadinya ulkus peptikum, sedangkan dalam diagnosanya dokter telah menyatakan bahwa pasien mengalami sindrom dispepsia. Meskipun efek buruk yang disebabkan diklofenak pada saluran cerna tidak sekuat aspirin, namun pemilihan obat lain yang lebih aman, perlu dipertimbangkan, mengingat pasien telah dinyatakan mengalami sindrom dispepsia. (Dipiro; 1131)

Dalam kasus ini, pasien telah didiagnose sindrome dispepsia, dan mendapat terapi AINS yang dapat memperparah sindrom tersebut, namun pasien tidak mendapat obat untuk indikasi ini. Tak ada obat yang diberikan untuk mengobati sindrom dispepsianya.

Simvastatin dosis tunggal pada malam hari 10 mg, untuk terapi hiperlipidemia. Penggunaan simvastatin pada penderita diabetes diperbolehkan. Pemberian vitamin B kompleks, yang mengandung asam nikotinat, akan membentu menghambat pembentukan kolesterol dan trigliserida, sehingga akan membantu menekan kadar lipid dalam darah. (BNF 57; 539)

Interaksi yang mungkin terjadi :

- Amlodipin (pemblok kanal kalsium) dan captopril (ACE inhibitor) yang digunakan bersama-sama, cenderung berinteraksi menyebabkan efek hipotensif,ACE inhibitor juga akan bekerja pada sistem kanal kalsium, meski tidak secara langsung, begitu pun dengan furosemid.

-Captoprilberinteraksi dengan makanan, dan menyebabkan absorpsicaptoprilmenurun. (DIF)

c.Saran

Dari uraian diatas dapat disarankan :

-Kombinasicaptopril, furosemid, dan amlodipin, perlu dipantau efeknya, ada baiknya dosis captopril dikurangi

-Konsumsicaptopril1 jam sebelum makan, untuk menghindari interaksinya dengan makanan

-Pasien perlu diberi obat untuk mengatasi sindrome dispepsianya, terlebih dalam resep tersebut terdapat obat-obat yang menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan pada saluran cerna, berupa iritasi lambung (natrium-diklofenak), mual, muntah, diare (metformin dan glibenklamid). Ranitidinedan antiemetic seperti domperidon atau metoklopramid mungkin perlu diberikan.

-Pasien juga harus diingatkan untuk senantiasa melakukan terapi non farmakologis, berupa diet makanan rendah karbohidrat, lemak, dan garam.

-Pasien juga harus menghindari konsumsi rokok dan atau alcohol

-Olah raga ringan secara teratur sangat dianjurkan

Sumber: http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.com/2011/09/contoh-kajian-resep.html