contoh artikel hasil penelitian baru
TRANSCRIPT
PENGARUH TEKNIK PENUGASAN DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI
Studi Eksperimen di SMAN 1 Leuwiliang Bogor (2010)
Marlina1
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
Abstrak
Kegiatan menulis sebagai kegiatan produktif mengharuskan penggunaan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Termasuk kegiatan menulis puisi yang mengharuskan seorang penulis menciptakan sebuah puisi dengan mengonsentrasikan segala pikiran dan perasaan dalam bentuk bahasa. Dalam pembelajaran menulis puisi di SMA, pembelajaran tidak bisa hanya difokuskan pada hasil. Lebih dari itu, para pengajar harus mengombinasikan pembelajaran yang secara nyata sebuah proses yang berkesinambungan mulai dari proses hingga pada hasil. Untuk menciptakan pembelajaran semacam itu, tentulah diperlukan pemilihan pendekatan yang tepat. Pendekatan Kontekstual sebagai pendekatan yang memiliki tujuh komponen di dalamnya dianggap sebagai pendekatan yang sesuai digunakan untuk tujuan tersebut. Termasuk dalam pembelajaran menulis puisi. Melalui pendekatan tersebut, para pengajar salah satunya dapat menggunakan penugasan yang beragam, seperti penugasan individu dan penugasan kelompok. Mengingat para peserta didik juga memiliki keberagaman tingkat kecerdasan emosional yang cukup berpengaruh terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Untuk mengetahui pengaruh teknik penugasan dalam pendekatan pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi peserta didik SMA Negeri 1 Leuwiliang Bogor, penelitian yang menggunakan metode eksperimen dengan desain dua faktorial ini dilakukan terhadap sebanyak 68 peserta didik di SMAN 1 Leuwiliang Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk kemampuan menulis puisi antara peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual (A1) dan peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual (A2). Pengaruh interaksi tersebut sangat signifikan antara pendekatan pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi pada peserta didik yang menjadi kelompok perlakuan, yakni Fh = 34,04 > Ft = 4,08 (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menulis puisi, pengajar sebaiknya memilih teknik penugasan kelompok untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional tinggi dan teknik penugasan individu untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional rendah.
Kata kunci: menulis puisi, teknik penugasan , Pendekatan Kontekstual, kecerdasan emosional
1 Marlina, M.Pd. Pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
Pendahuluan
Menulis bukanlah sebuah kegiatan yang mudah. Tidak semua orang mampu dengan mudah
menyampaikan ide yang dimilikinya dalam bentuk tulisan. Untuk menghasilkan tulisan yang baik,
seseorang harus dapat memanfaatkan kedua belahan otak, yakni otak kanan (emosional) dan otak kiri
(logika) (Porter, 2000: 178). Dengan demikian, keseimbangan penggunaan emosi dan logika akan
memengaruhi hasil yang diperoleh secara maksimal dalam tulisan yang dihasilkan.
Demikian halnya dalam menulis puisi. Dinyatakan bahwa “puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan
semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya” (Waluyo, 1987:25).
Hal ini menjelaskan bahwa ketika seseorang bergelut dengan puisi, baik sebagai penulis maupun seorang
apresiator puisi, kedua unsur berupa pikiran dan perasaan itu harus benar-benar dilibatkan. Melalui
kegiatan berbahasa, kegiatan menulis puisi memaksa penulisnya untuk mengonsentrasikan diri pada alam
pikiran yang tidak dapat dilepaskan dari perasaannya. Demikian juga pada kemampuan berbahasanya,
baik dari tampilan luar maupun isi jiwa dari puisi tersebut. Seseorang yang menulis puisi harus
memperhatikan bahasa yang digunakan dalam puisinya.
Secara umum, menulis puisi termasuk dalam sebuah kegiatan produktif yang mengharuskan ada
produk yang dihasilkan berupa puisi (Waluyo, 2003:44). Sebagai bagian dari kegiatan produktif, menulis
puisi termasuk dalam kegiatan apresiasi tingkat tinggi yang membutuhkan penguasaan baik secara materi,
teknik, maupun penerapan kaidah-kaidah penulisan puisi yang harus diterapkannya dalam praktik menulis
puisi. Adapun hal-hal yang harus diketahui ketika menulis puisi mencakup kemampuan dalam
menentukan tema, perasaan, nada dan suasana, amanat, dan unsur pencitraan (Djojossuroto, 2009: 25).
Demikian halnya dalam pembelajaran di sekolah, khususnya SMA, kegiatan menulis puisi juga
merupakan pembelajaran produktif berbahasa yang mengharuskan para siswa untuk menghasilkan
sebuah karya berupa puisi. Untuk sampai pada kegiatan produktif tersebut maka para peserta didik harus
diberi sajian pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada hasil, namun harus juga memperhatikan
sederetan proses untuk akhirnya sampai pada sebuah hasil. Dengan demikian, seorang pengajar harus
mampu memilih sebuah pendekatan pembelajaran yang tepat guna menciptakan ketercapaian kedua hal
tersebut dalam pembelajaran menulis puisi.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran adalah
Pendekatan Kontekstual. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang tidak hanya berpusat pada hasil,
namun terlebih pada proses belajar mengajar. Dengan pendekatan ini pengajar dapat menciptakan iklim
pembelajaran yang berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan
mengalami, bukan sekadar mengalihkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Seperti dinyatakan
bahwa pada Pendekatan Kontekstual ini dalam proses pembelajarannya, strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil, sehingga apa yang dipelajari peserta didik akan benar-benar membekas
dalam diri mereka (Gulo, 2002: 5-6). Pembelajaran ini juga sangat efektif diterapkan dalam semua
pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran menulis puisi.
Dalam pendekatan ini, terdapat tujuh komponen yang harus terintegrasi dalam sebuah proses
pembelajaran. Ketujuh komponen tersebut adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling),
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assasement) (Akademik LPMP Sulawesi
Selatan). Ketujuh komponen tersebut dapat diterapkan dalam langkah-langkah praktis sebagai berikut:
1) Kaitkan setiap mata pelajaran yang ingin diajarkan kepada anak didik, dengan seorang tokoh yang sukses dalam menerapkan mata pelajaran tersebut.
2) Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya
3) Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang akan diajarkan kepada mereka.
4) Upayakanlah agar ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak didik untuk mengulang, dan terutama mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka.
5) Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu-ilmu yang diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan sendiri cara belajar alamiah yang cocok dengan dirinya.
6) Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka mengekspresikannya dengan bebas.
7) Bimbing mereka untuk menggunakan emosi-dalam setiap menerima pelajaran atau dalam kegiatan lain di sekolah-sehingga diri anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di sekolah) (Hernowo, 2005: 93)
Bila ditelaah dengan baik, langkah-langkah dalam Pendekatan Kontekstual tersebut sangat baik
digunakan untuk mengasah kecerdasan emosional peserta didik. Misalnya kemampuan dalam memotivasi
diri, menyelesaikan konflik, dan membangun kerja sama sebagai salah satu kegiatan yang menonjolkan
kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal peserta didik. Mengingat bahwa hal-hal tersebut
termasuk dalam bentuk yang dapat mengukur kecerdasan emosional peserta didik. Dengan demikian akan
terlihat bagaimana pengaruh kecerdasan emosional melalui sebuah interaksi yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran yang diciptakan melalui Pendekatan Kontekstual.
Kecerdasan emosional sendiri merupakan kemampuan seperti halnya kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; untuk mengontrol impuls dan menunda
kepuasan; untuk mengatur suasana hati seseorang dan untuk menjaga tekanan dari keterbatasan
pemikiran; untuk berempati dan berharap. Tidak seperti IQ, dengan hampir seratus tahun sejarah
penelitian dengan ratusan ribu orang Adapun lima wilayah emosi mencakup kemampuan sebagai berikut:
1) mengenali diri yaitu mengenai perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan
emosional yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.
2) Mengelola emosi, yaitu kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan
tepat. Ini tergantung pada kesadaran diri seperti kemampuan untuk menghadapi badai emosi dan
dapat memperkirakan berapa lama emosi berlangsung.
3) Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
4) Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan bergaul berdasarkan kesadaran diri emosionalnya.
5) Membina hubungan, yaitu kemampuan untuk dapat mengelola emosi orang lain.
(Goleman, 1995)
Untuk mengukur hasil pembelajaran, pengajar dapat memilih dua jenis teknik penugasan yang
berbeda, yakni penugasan individu dan penugasan kelompok. Hal ini sejalan dengan Pendekatan
Kontekstual yang merupakan acuan dasar dalam penelitian ini. Peserta didik dengan tingkat kecerdasan
emosional berbeda, tentu membutuhkan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang juga berbeda
pula. Dalam hal ini, komponen sistem pembelajaran kontekstual yang mengedepankan kegiatan belajar
mandiri dan kerja sama dapat menjadi acuan untuk membedakan peserta didik yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi dan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Melalui dua komponen
sistem pengajaran dan pembelajaran ini, akan terlihat pemilihan teknik penugasan yang tepat untuk
digunakan pada masing-masing peserta didik dengan kecerdasan emosional yang berbeda.
Dengan menggunakan dua teknik penugasan yang berbeda ini akan terlihat kemampuan peserta
didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
sehingga akan terlihat bentuk penugasan yang lebih baik bagi dua tingkat kecerdasan tersebut.
Metode Penelitian
Variabel-variabel penelitian ini adalah teknik penugasan dalam pendekatan pembelajaran (variabel
terikat (X1)) dan kecerdasan emosional (variabel terikat (X2)) dan kemampuan menulis puisi (variabel
bebas (Y)).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan
menggunakan desain dua faktorial.
Tabel 1 Desain Faktorial Penelitian
Teknik Penugasan dalam
Pendekatan Kontekstual
Kecerdasan emosional
Teknik Penugasan
Kelompok dalam
Pendekatan Kontekstual
(A1)
Teknik Penugasan
Individu dalam
Pendekatan
Kontekstual
(A2)
Kecerdasan Emosional Tinggi (B1) (A1B1) (A2B1)
Kecerdasan Emosional Rendah (B2) (A1B2) (A2B2)
Keterangan: A1B1 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang belajar menggunakan teknik
penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual A1 B2 : Kelompok yang memiliki kecedasan emosional rendah yang belajar menggunakan teknik
penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual A2B1 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang belajar menggunakan teknik
penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual A2B2 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional rendah yang belajar menggunakan
Pendekatan Kontekstual dengan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual
Responden dalam penelitian ini adalah peserta didik SMAN 1 Leuwiliang Bogor sebanyak 68
peserta didik (2 kelas belajar). Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik stage
random sampling, yakni dengan memilih secara acak kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
Pemilihan dilakukan dengan cara mengundi delapan kelas yang ada dan memilih dua kelas sebagai kelas
penelitian. Dua kelas yang terpilih akan diundi lagi menjadi kelas yang mendapatkan kegiatan
pembelajaran menulis puisi menggunakan Teknik penugasan kelompok dan kelas yang mendapatkan
pembelajaran menulis puisi menggunakan Teknik penugasan individu.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes menulis puisi (Y) dan tes kecerdasan
emosional (X2). Tes kemampuan menulis puisi dengan aspek penilaian pada: (1) kesesuaian tema dengan
isi, (2) Kedalaman gagasan, (3) Ketepatan diksi, (4) Tipografi, (5) Irama dalam puisi, dan (6) Orisinalitas
karya. Sementara itu, tes kecerdasan emosional menggunakan kuesioner dengan skala likert skor 1-4.
Adapun skor ini dinyatakan dengan pernyataan selalu (skor 4), sering, (skor 3), kadang-kadang (skor 2),
dan tidak pernah (skor 1).
Hasil Penelitian
Rata-rata hasil skor menulis puisi peserta didik kelas X di SMAN 1 Leuwiliang menggunakan
pendekatan pembelajaran (teknik penugasan kelompok dan teknik penugasan individu) berdasarkan
tingkat kecerdasan emosional disajikan dalam tabee berikut.
Tabel 2
Deskripsi Data Hasil Menulis Puisi
EI
keterangan
Pendekatan CTL Total
Penugasan Kelompok
Penugasan Individu
Tinggi (B1)
N 11 11 22
ΣX 956 907 1863
Rata-rata 86,91 82,45 169,36
SD 3,62 5,68 9,3
Var 9,59 25,1 34,69
ΣX2 83604,9 76128,75 159733,65
Rendah (B2)
N 11 11 22
ΣX 570 717 1287
Rata-rata 51,82 65,18 117
SD 5,4 3,57 8,97
Var 22,12 9,34 31,46
ΣX2 28932,67 46502,75 75435,42
Total
N 22 22 44
ΣX 1526 1624 3150
Rata-rata
SD 9,02 9,25 18,27
Var 31,71 34,44 66,15
ΣX2 112537,57 122631,5 235169,07
Tabel tersebut menjelaskan bahwa rata-rata skor menulis puisi peserta didik dengan kecerdasan
emosinal tinggi yang belajar menggunakan teknik penugasan individu adalah 82, 45. Untuk peserta didik
dengan kecerdasan emosional yang sama menggunakan teknik penugasn kelompok adalah 86, 91.
Sementara itu, untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional rendah yang belajar menggunakan
teknik penugasan individu adalah 65,18 dan yang menggunakan teknik penugasan kelompok 51,82.
Selanjutnya, untuk melihat perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran (teknik penugasan
kelompok dan teknik penugasan individu) serta kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi
peserta didik table digunakan uji Anava Dua Jalur. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dirangkum
dalam tabel berikut.
Tabel 3
ANAVA Dua Jalur untuk Melihat Pengaruh Teknik Penugasan dalam Pendekatan Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik
Sumber Variasi
Dk
JK
RJK
Fh
Ftabel
5% 1%
Antarkolom 2-1=1 218,28 218,28 8,51
4,08
Antarbaris 2-1 =1 7540,36 7540,36 293,98 7,31
Interaksi (kolom X baris) 1X1 = 1 873,09 873,09
34,04
Antarkelompok 3 8631,73 2877,24
Dalam kelompok 44 - (2X2) = 40
1025,98
25,65
Total 44 - 1 = 43 4225,49
Keterangan
dk: derajat kebebasan
JK: jumlah kuadrat
RJK: Rata-rata jumlah kuadrat
Berdasarkan perhitungan ANAVA pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Fhitung untuk faktor
interaksi adalah 34,04 lebih besar daripada Ftabel = 4,08 untuk = 0,05 dan Ft= 7,31 untuk = 0,01.
Gambar 1
Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik
Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa nilai menulis puisi peserta didik yang belajar menggunakan
teknik penugasan kelompok berdasarkan pengelompokkan tingkat kecerdasan emosional adalah dengan
nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 44,33. Untuk peserta didik yang belajar menggunakan teknik
penugasan individu berdasarkan pengelompokkan tingkat kecerdasan emosional adalah dengan nilai
tertinggi 91,67 dan nilai terendah 59, 33. Dengan demikian, pengaruh interaksinya dapat dilihat pada
gambar tersebut.
Dari hasil interaksi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis puisi untuk
peserta didik kelas X pada sekolah tersebut lebih baik menggunakan teknik penugasan kelompok dalam
Pendekatan Kontekstual untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan menggunakan
teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan
emosional rendah.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya untuk pembelajaran menulis puisi selain ditentukan oleh penggunaan teknik
penugasan dalam pendekatan pembelajaran juga didukung oleh kecerdasan emosional peserta didik. Bagi
peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat digunakan teknik penugasan kelompok
dalam Pendekatan Kontekstual, sedangkan untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional
rendah dapat digunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual.
Disarankan kepada para pengajar bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis
puisi di SMA agar menggunakan variasi dalam bentuk penugasan. Penugasan individu dan penugasan
berkelompok akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar, mengingat para peserta didik juga
memiliki keberagaman dari segi tingkat kecerdasan emosional. Selain itu, para pengajar sebaiknya juga
mempertimbangkan makna pembelajaran tersebut bagi kehidupan sehari-hari peserta didik baik dalam
kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang.
Daftar Pustaka
Akademik LPMP Sulawesi Selatan. Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching and Learning, (Online),
(http://www.bpupg.go.id/buletin/akademik.php)
DePorter, Bobbi dan Mike Hernackle. Quantum Learning. Bandung:Kaifa. 2000.
Djojosuroto, Kinayati. Menulis Puisi Sebuah Panorama Pembelajaran. Jakarta: Emdje Logos. 2009.
Goleman, Daniel . Emotional Intelligence. New York Toronto London Sydney Auckland: Bantam Books.
1995.
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. 2002.
Hernowo. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual.
Bandung : Mizan. 2005.
Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Penerbit Erlangga. 1987.
Waluyo, Herman J. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2003.
Filename: Contoh artikel hasil penelitian
Directory: D:\JBSI\MKU\STIS BARU
Template: C:\Documents and Settings\marlin\Application
Data\Microsoft\Templates\Normal.dotm
Title:
Subject:
Author: marlin
Keywords:
Comments:
Creation Date: 1/20/2013 8:27:00 AM
Change Number: 3
Last Saved On: 1/20/2013 4:09:00 PM
Last Saved By: marlin
Total Editing Time: 173 Minutes
Last Printed On: 1/20/2013 4:11:00 PM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 9
Number of Words: 2,758 (approx.)
Number of Characters: 15,725 (approx.)