contoh case oma stadium supurasi

Upload: rangga-novandra

Post on 20-Jul-2015

260 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

TERAPI OTITIS MEDIA AKUT STADIUM SUPURATIF DENGAN MIRINGOTOMI Dibuat oleh: Sari Dwi Astuti,Modifikasi terakhir pada Tue 07 of Sep, 2010 [03:38 UTC] TERAPI OTITIS MEDIA AKUT STADIUM SUPURATIF DENGAN MIRINGOTOMI ABSTRAK Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang terbagi menjadi supuratif dan non supuratif. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah daerah steril yang dibatasi dengan dunia luar oleh membrane timpani dan menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Pada kasus ini, otitis media akut terjadi pada pasien laki-laki usia 35 tahun yang memiliki riwayat ISPA (Infeksi Saluran Nafas Akut) dengan keluhan telinga kanan terasa nyeri dan pendengarannya berkurang. Pasien diterapi dengan dilakukan miringotomi. Kata kunci : Otitis Media Akut, ISPA, Miringotomi

ISI Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke poli THT dengan keluhan telinga kanannya terasa sakit dan mengalami penurunan pendengaran yang dirasakan sudah 1 minggu ini. Tidak ada riwayat mengorek telinga, tidak keluar cairan dan terdapat riwayat batuk pilek berulang. Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya ataupun menderita DM dan alergi. Sedangkan keluarga pasien tidak ada yang menderita seperti ini ataupun menderita Diabetes mellitus. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, dan Compos Mentis, serta gizi cukup, Vital sign dengan tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36.5 derajat celcius. Sedangkan status lokalis inspeksi didaptkan AD (Aurikula Dextra), CAE (Canalis Auricularis Externa) tampak hiperemis dan dari pemeriksaan dengan otoskopi pada membran timpani tampak membrane timpani menonjol ke arah telinga luar (bulging) dan hiperemis. Tidak ada nyeri tekan tragus. Serta pada tes garputala didapatkan Rinne tes positif, dan Weber tes diperoleh lateralisasi ke telinga yang sakit. DIAGNOSIS Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diperoleh bahwa diagnosis kerja pada kasus ini adalah otitis media akut stadium supuratif aurikula dextra. TERAPI Terapi yang diberikan adalah dilakukan miringotomi. Dan obat yang diberikan adalah antibiotik amoxicillin 3x500mg dan analgetik sebagai pereda nyeri asam mefenamat 3x500mg yang masing-masing diberikan untuk 3 hari.

DISKUSI Pada kasus ini otitis media akut stadium supuratif terjadi pada seorang laki-laki 35 tahun datang dengan keluhan telinga kanan nyeri dan mengalami penurunan pendengaran serta mempunyai riwayat batuk pilek berulang yang merupakan salah satu faktor terjadinya otitis media. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius1. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan selsel di telinga tengah terkumpul di belakangmembrane timpani1,3. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena membrane timpani dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus)2. Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri1. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya2. Beberapa bakteri tersering penyebab otitis media akut adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas seperti streptokokus, stafilokokus dan hemofilus influenza4. Beberapa perubahan yang terjadi dalam proses terjadinya Otitis media akut5 : 1. Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini adalah penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat tekanan negatif yang ditimbulkan oleh sumbatan. 2. Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timbani atau seluruh membran timpani. 3. Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga tengah dan hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan yang kental tertimbun di telinga tengah. 4. Stadium Perforasi, pecahnya membrane timpani, dan keluar cairan putih. 5. Stadium Resolusi, perlahan-lahan membrane timpani akan menyembuh jika robekan tidak terlalu lebar, tetapi jika robekan lebar, stadium perforasi dapat menetap dan berubah menjadi Otitis Media Supuratif Kronik. Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia anak anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya. Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa nyeri4. Pada kasus ini terapi yang dilakukan adalah melakukan miringotomi yang merupakan tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani. Hal ini dimaksudkan supaya terjadi drainase sejret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecilyang dilakukan dengan syarat harus dilakukan secara a-vue (dilihat

langsung), pasien dalam kondisi tenang sehingga membrane timpani terlihat jelas. Lokasi dilakukannya miringotomi adalah di kuadran posterior-inferior. Untuk tindakan ini adalah harus memakai lampu kepala dengan penerangan yang cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga dan pisau parasintesis berukuran kecil dan steril5. Selain itu, pasien juga diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi dan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri pasca miringotomi.

KESIMPULAN Pada kasus ini pasien menderita otitis media akut stadium supuratif dimana otitis media akut dapat terjadi dikarenakan adanya riwayat infeksi saluran nafas akut berulang. Bakteri penyebab tersebut masuk telinga tengah melalui saluran eustacius sehingga menyebabkan adanya kumpulan nanah di belakang membrane timpani dan terjadi penonjolan membrane timpani ke arah telinga luar. Terapi yang dilakukan adalah miringotomi. DAFTAR PUSTAKA 1. NIDCD Information. (2010). Otitis Media (Ear Infection). Available from http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp 2. Anonim. (2009). Chronic Media (Middle Ear Infection) And Hearing Loss. Available from http://www.entnet.org/KidsENT/hearing_loss.cfm 3. The NHS Clinical Knowledge Summaries. (200). Otitis media acute. Available from http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=Otitis%20media%20-%20acute 4. Anonim. (2008). Otitis Media Akut. Available from www. Klikdokter menujuindonesiasehat.com 5. Soepardi, Iskandar, Nurbaiti. (2000). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gaya Baru : Jakarta