contoh eksepsi pidana

12
Sembiring, Susyanto and Associates Advocates and Legal Consultans Jalan Pahlawan No. 1 RT 01/RW 02 Kelurahan Bahagia, Kecamatan Apel Malang, Kabupaten Malang Phone: (061)45678. E-mail: [email protected] NOTA KEBERATAN (EKSEPSI) PENASIHAT HUKUM TERDAKWA Dalam Perkara Pidana Nomor Register: PDM- 34/SAMPG/04/2012 Atas Nama Terdakwa :Tajul Muluk als. H. Murtadha Tertanggal: 12 April 2012 Untuk dan atas nama Terdakwa Nama Lengkap : Tajul Muluk als. H. Murtadha Tempat Lahir : Sampang Tanggal Lahir : 22 Oktober 1973 Jenis Kelamin : Laki-laki

Upload: gita-sembiring

Post on 24-Nov-2015

753 views

Category:

Documents


99 download

DESCRIPTION

This document shows an example of pre-trial objection under Indonesian judiciary system

TRANSCRIPT

Sembiring, Susyanto and Associates

Advocates and Legal Consultans

Jalan Pahlawan No. 1 RT 01/RW 02 Kelurahan Bahagia, Kecamatan Apel Malang, Kabupaten Malang

Phone: (061)45678. E-mail: [email protected]

NOTA KEBERATAN

(EKSEPSI)

PENASIHAT HUKUM TERDAKWA

Dalam Perkara Pidana Nomor Register: PDM- 34/SAMPG/04/2012Atas Nama Terdakwa :Tajul Muluk als. H. Murtadha

Tertanggal: 12 April 2012

Untuk dan atas nama Terdakwa

Nama Lengkap: Tajul Muluk als. H. Murtadha

Tempat Lahir

: Sampang

Tanggal Lahir

: 22 Oktober 1973

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Kebangsaan

: Indonesia

Tempat Tinggal:Dusun Nangkrenang Desa Karang Gayam Kecamatan Omben Kabupateng Sampang.

Dusun Tetelan Desa Sumber Gentong Kecamatan Sumber Manjung Wetan Kabupaten Malang

Agama

: Islam

Pekerjaan: Wiraswasta

Pendidikan

: Madrasyah Alliyah (MA)Sesuai dengan hak asasi Terdakwa untuk mendapatkan hak membela diri dan hak yang diberikan oleh Undang-undang kepada Terdakwa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP dan Pasal 143 ayat (2) dan (3) KUHAP, bersama ini kami, Penasehat Hukum Terdakwa, Untuk dan atas nama Terdakwa mengajukan NOTA KEBERATAN terhadap Surat Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum dalam Persidangan yang mulia ini.

PENDAHULUAN

Majelis Hakim yang Mulia,

Sdr. Penuntut Umum yang Kami Hormati,

Sidang yang Mulia,

Perkenankanlah kami dari Tim Penasehat Hukum Terdakwa berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 18 April 2012, masing-masing bertindak sendiri-sendiri atau secara bersama-sama untuk dan atas nama terdakwa Tajul Muluk als. H. Ali Murtadha pada kesempatan ini memanjatkan segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga persidangan ini dapat berlangsung dengan aman dan tertib.

Sebagaimana tertuang dalam salah satu dalil Mr. Trapman dalam buku Prof. Mr. J.M. van Bemelen Straaf Voordering cetakan tahun 1950 halaman 90, disebutkan secara jelas bahwa:

Hakim, sebagai pejabat umum dengan sendirinya mempunyai posisi yang obyektif, karena menjalani fungsi mengadili terhadap masing-masing pendirian subjektif dari kedua belah pihak yang bertengkar di hadapannya, yaitu jaksa penuntut umum di salah satu pihak dan terdakwa/Penasehat Hukumnya di lain pihak, oleh karena itu dengan sendirinya wajib atau setidak-tidaknya diharapkan memegang teguh pendirian yang tidak memihak, atau menurut Mr. Trapman, Pendirian yang Obyektif.

Sejalan dengan dalil yang dikemukakan oleh Mr. Trapman tersebut, maka kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa, dengan tanpa mengurangi rasa hormat dan independensi Badan Peradilan ini, memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menegakkan supremasi hukum sesuai ketentuan perundang-undangan dengan hati nurani yang bersih, bebas dari segala unsur subjektifitas maupun tekanan, dan tetap berpegang teguh pada fakta serta menganut asas praduga tak bersalah (presumption of innocence)Majelis Hakim yang Mulia,

Sdr. Penuntut Umum yang Kami Hormati,

Sidang yang Mulia,

Adapun pengajuan eksepsi atau keberatan ini juga didasarkan pada hak Terdakwa sebagaimana diatur dalam pasal 156 ayat (1) KUHAP yang mengatur sebagai berikut:" Dalam hal Terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan oleh Jaksa Penuntut Umum untuk menyatakan pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan "Pengajuan eksepsi yang kami buat ini, sama sekali tidak mengurangi rasa hormat kami kepada Penuntut Umum yang sedang melaksanakan fungsi dan juga pekerjaanya, serta juga pengajuan eksepsi ini tidak semata mata mencari kesalahan dari dakwaan penuntut umum ataupun menyanggah secara apriori dari materi ataupun formal dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum. Namun ada hal yang sangat fundamental untuk dapat diketahui Majelis Hakim dan saudara Penuntut Umum demi tegaknya keadilan sebagaimana semboyan yang selalu kita elu elukan dan kita junjung bersama selaku penegak hukum yakni fiat justitia ruat caelum.

Dan juga pengajuan eksepsi ini bukan semata dilakukan untuk memperlambat jalannya proses peradilan, sebagaimana disebutkan dalam asas trilogi peradilan. Namun sebagaimana disebutkan diatas, bahwa pembuatan dari eksepsi ini mempunyai makna serta tujuan sebagai penyeimbang dari surat dakwaan yang disusun dan dibacakan secara panjang lebar dalam sidang. Kami selaku penasihat hukum terdakwa percaya bahwa majelis hakim akan mempertimbangkan dan mencermati segala masalah hukum tersebut, sehingga dalam keberatan ini mencoba untuk menggugah nurani majelis hakim agar tidak semata mata melihat permasalahan ini dari kacamata atau sudut pandang yuridis yang sempit atau hukum positif yang ada semata.

Majelis Hakim Yang Mulia,

Sdr. Penuntut Umum Yang Kami hormati,

Sidang Yang Mulia,

Pendahuluan yang kami sampaikan di atas dimaksudkan agar sekiranya Majelis Hakim yang mulia memahami perspektif kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa dalam pengajuan eksepsi ini. Besar pula harapan kami agar dalam menegakkan hukum dalam perkara ini, Majelis Hakim yang mulia dapat bersikap fair, objective and impartial karena adapun sidang ini tidak dimaksudkan untuk menguntungkan kepentingan seseorang atau sekelompok orang saja, melainkan untuk mengabdi kepada kepentingan hukum semata.TENTANG KEBERATAN (EKSEPSI) DAN SURAT DAKWAANMajelis Hakim Yang Mulia,

Sdr. Penuntut Umum Yang Kami hormati,

Sidang Yang Mulia,

M. Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan dan Penerapan KUHAP, halaman 663 664 menyebutkan bahwa:

Pada dasarnya alasan yang dapat dijadikan dasar hukum mengajukan keberatan agar surat dakwaan dibatalkan, apabila surat dakwaan tidak memenuhi ketentuan Pasal 143 atau melanggar ketentuan Pasal 144 Ayat (2) dan (3) KUHAP.

Penuntut Umum telah menghadapkan Terdakwa ke Pengadilan Negeri Sampang dengan Surat Dakwaan bernomor registrasi perkara PDM-34/SAMPG/04/2012 tertanggal 12 April 2012 yang dibuat dan ditandatangani oleh Sdr.Sucipto, S.H., M.H selaku Jaksa Penuntut UmumSetelah membaca dan mendalami Surat Dakwaan yang disusun oleh Penuntut Umum maka menurut hemat kami ada beberapa hal yang perlu ditanggapi secara saksama mengingat di dalam Surat dakwaan tersebut terdapat berbagai kejanggalan dan ketidakjelasan yang menyebabkan kami mengajukan keberatan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, Tahun 2001, halaman 465 mengartikan kata jelas sebagai berikut: terang, nyata atau gamblang, tegas, tidak ragu-ragu atau tidak bimbang.

Kejaksaan Agung Republik Indonesia dalam Pedoman Pembuatan Surat Dakwaan, terbitan Kejaksaan Agung Republik Indonesia tahun 1985 halaman 15 menyatakan:

Jelas adalah Jaksa Penuntut Umum harus mampu merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan sekaligus mempadukan dengan uraian perbuatan materiil (fakta) yang dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan. Dalam hal ini harus diperhatikan, jangan sekali-kali mempadukan dalam uraian dakwaan yang hanya menunjuk pada uraian dakwaan sebelumnya, sedangkan unsur-unsurnya berbeda.Kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa, menilai bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum, dengan Nomor Register : PDM-34/SAMPG/04/2012 telah gagal dalam memberikan kejelasan mengenai tindak pidana yang didakwakan.

Penuntut Umum tidak memberikan uraian yang jelas mengenai tindak pidana perkara dalam dakwaan terhadap Terdakwa di dalam Surat Dakwaannya. Padahal dalam Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : SE-004/J.A/11/1993 tentang Pembuatan Surat Dakwaan, terdapat ketentuan sebagai berikut:

Uraian secara cermat berarti menuntut ketelitian Penuntut Umum dalam mempersiapkan Surat Dakwaan yang akan diterapkan bagi Terdakwa. Uraian secara jelas berarti uraian kejadian atau fakta kejadian yang jelas dalam surat dakwaan sehingga Terdakwa dengan mudah memahami apa yang didakwakan terhadap dirinya dan dapat mempersiapkan pembelaan dengan sebaik-baiknya.

Uraian secara lengkap berarti surat dakwaan harus memuat semua unsur (elemen) tindak pidana yang didakwakan.Adapun Saudara Penuntut Umum seakan telah mengesampingkan semua ketentuan di atas, khususnya dalam hal uraian secara jelas mengenai tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa. Adapun ketidakjelasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:- Pada dakwaan kesatu, diuraikan bahwa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama [] Dalam penguraian fakta, Penuntut Umum tidak menjelaskan atau memisahkan secara jelas tindakan terdakwa yang mana yang termasuk dalam kategori permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama. Penuntut Umum pun sudah gagal dalam menunjukkan apakah tindakan terdakwa ini dikategorikan sebagai permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap agama Islam.

- Pada dakwaan alternative yang diajukan, Penuntut Umum juga tidak memberi korelasi yang jelas antara pasal yang didakwakan dengan fakta yang ada. Apakah yang dilakukan Terdakwa terhadap santrinya tersebut merupakan perbuatan untuk melakukan, tidak melakukan, atau membiarkan dengan perbuatan yang tidak menyenangkan ayai ancaman akan perbuatan yang tidak menyenangkan.

- Selanjutnya, Saudara Penuntut Umum juga tidak dapat menguraikan unsur-unsur pidana dan mengkorelasikannya dengan fakta yang ada. Adapun, Saudara Penuntut Umum semata menguraikan kejadian tanpa mengaitkannya dengan usnur-unsur pidana yang tertuang dalam pasal yang didakwakan yaitu pasal 156a dan 335 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mana hal ini mengakibatkan kekaburan dalam surat dakwaan.

- Selanjutnya, Saudara Penuntut Umum tidak menguraikan tempus delicti secara jelas, dengan semata-mata menyebutkan pada hari dan tanggal yang tidak dapat ditentukan dengan pasti antara tahun 2003 sampai dengan 29 Desember 201, atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain antara tahun 2003 sampai dengan tahun 2011. Penguraian tempus delicti yang sedemikan luas dan karet semacam ini tentu sangat merugikan Terdakwa dalam membela dirinya.

Majelis Hakim Yang Mulia,

Sdr. Penuntut Umum Yang Kami hormati,

Sidang Yang Mulia,Pada dasarnya ketidak-cermatan, ketidak-jelasan, maupun ketidak-lengkapan uraian perbuatan pidana pada Surat Dakwaan ialah buah dari keragu-raguan Penuntut Umum bahwa apakah telah terjadi perbuatan pidana atau belum.

Bila mengutip sebuah adagium yakni :

Hakim lebih baik melepaskan 1000 orang bersalah daripada menghukum 1 orang yang tidak bersalah

Adagium di atas menunjukan bahwa Hakim harus benar-benar yakin bila ingin menghukum seseorang, dan sungguh aneh bila Penuntut Umum yang seharusnya meyakinkan Majelis Hakim melalui Surat Dakwaannya namun masih mengalami keraguan dengan ketidakcermatan, ketidakjelasan, dan ketidaklengkapanya uraian dalam Surat Dakwaan.

Kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa berdasarkan uraian-uraian sebelumnya memohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia, apabila Majelis Hakim pemeriksa perkara ini memang ragu bahwa telah ada perbuatan pidana karena Surat Dakwaan yang tidak cermat, jelas, dan lengkap, maka berdasarkan asas in dubio pro reo Majelis memutusakan untuk tidak melanjutkan perkara dengan menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum BATAL DEMI HUKUM.

Penutup dan Permohonan

Majelis Hakim Yang Mulia,

Sdr. Penuntut Umum Yang Kami hormati,

Sidang Yang Mulia,

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas maka jelaslah bahwa secara hukum Surat Dakwaan, Penuntut Umum dalam perkara ini merupakan dakwaan yang tidak dapat diterima serta dakwaan yang kabur (Obscuur Libel), Tidak jelas, tidak cermat dan tidak lengkap. Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan pasal 143 ayat (3) KUHAP Dakwaan Penuntut Umum harus dinyatakan batal demi hukum atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

Maka, berdasarkan atas hal-hal yang telah diuraikan di atas, bersama ini Kami mengajukan permohonan agar Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Yogyakarta yang memeriksa dan mengadili perkara ini, berkenan untuk memberikan Putusan Sela dengan amar sebgai berikut:

1. Menerima seluruh keberatan/Eksepsi yang diajukan oleh Penasehat Hukum Terdakwa dalam perkara tersebut di atas;2. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum BATAL DEMI HUKUM, atau setidak-tidaknya menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum TIDAK DAPAT DITERIMA;3. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Yogyakarta tidak berwenang mengadili perkara secara relatif, melainkan Pengadilan Negeri Bantul yang berwenang mengadili perkara ini;4. Membebankan biaya perkara untuk seluruhnya kepada Negara.

Demikian Nota Keberatan (Eksepsi) ini Kami sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada Majelis Hakim Yang Mulia sehingga dapat memutus perkara ini dengan seadil - adilnya.

Hormat Kami,

Gita Armarosa Putri Sembiring, S.H., LL.M

Ashriza Noor Hikmah, S.H., LL.M