contoh laporan praktikum kristalografi dan mineralogi
TRANSCRIPT
BAB I
PRAKTIKUM KRISTAL DAN MINERAL
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, demi pemenuhan akan kebutuhan hidup manusia dilakukan peningkatan
pembangunan dan pengembangan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah
peningkatan pengembangan dalam bidang pertambangan di mana bidang inilah yang
berperan penting dalam pengambilan mineral-mineral berharga untuk berbagai industry,
yang melalui tahap-tahap yaitu prospecting, eksplorasi dan kemudian eksploitasi mineral-
mineral. Pengetahuan yang spesifik mengenai mineral-mineral yang akan ditambang baik
itu mengenai ciri fisik mineral dan yang lebih penting lagi mengenai genesa dari mineral
tersebut harus dipahami dengan baik.
Mineral yang merupakan benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik dan mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral dapat kita jumpai di mana-
mana di sekitar kita, dapat bewujud sebagai batuan, tanah atau pasir yang diendapkan pada
dasar sungai.
Mineral, kecuali beberapa jenis memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mineral akan dibatasi oleh bidang-bidang rata dan diasumsikan sebagai
bentuk-bentuk yang teratur yang disebut sebagai “kristal”. Kristal merupakan bahan padat
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Study yang khusus
mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut
dinamakan kristalografi, sedangkan yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral
disebut mineralogi.
Mineralogi, di dalamnya mencakup pengetahuan tentang “kristal” yang merupakan
unsure utama dalam susunan mineral. Memahami struktur dari kristal sangat penting dalam
mengkarakterisasi suatu material (mineral) yang memiliki sifat teratur.
Untuk lebih memahami kristal dan mineral, selain dipelajari melalui perkuliahan juga
dilakukan praktikum di laboratorium yang merupakan pengenalan dan pembelajaran
dengan mengamati objek secara langsung.
1.1.2 Tujuan Praktikum Kristalografi dan Mineralogi
Tujuan diadakannya praktikum kristalografi dan mineralogi adalah :
a. Praktikum Kristalografi :
1. Untuk mengenal bentuk-bentuk kristal yang banyak corak dan
ragamnya serta dapat menggolongkannya dalam kelompok-
kelompok yang lazim disebut sebagai klasifikasi kristal.
2. Untuk menentukan sistem kristal dari berbagai macam bentuknya
atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada
setiap bentuk kristal.
3. Untuk menentukan kelas simetri atas dasar jumlah unsure simetri
setiap kristal.
4. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan
parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal serta bidang kristal
yang dimiliki oleh semua bentuk kristal baik dalam bentuk proyeksi
orthogonal maupun proyeksi stereografis.
b. Praktikum Mineralogi :
Dengan mempelajari sifat fisis mineral, kita dapat mengetahui serta mengerti
kegunaan dan genesa suatu mineral dalam segi teknik karena pemakaian mineral di
dalam dunia industri terutama tergantung pada sifat fisisnya.
1.1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum kristalografi dan mineralogi ini yaitu mahasiswa semakin
memahami mengenai kristal dan mineral. Dengan mempelajari sifat fisik mineral,
mahasiswa dapat membuat beberapa deduksi mengenai struktur kristal dan komposisi
kimianya.
1.2 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup laporan praktikum ini hanya meliputi penjelasan mengenai pengertian
kristalografi dan mineralogi, pengertian kristal dan mineral, sistem kristal serta cara
penggambaran dan contoh mineralnya dan juga deskripsi mengenai sifat fisis mineral serta
bagaimana cara terbentuknya (genesa pembentukan mineral).
1.3 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kristalografi dan mineralogi :
a) Praktikum kristalografi
Alat yang digunakan adalah :
a. Alat tulis, berupa pena,pensil mekanik dan drawing pen.
b. Busur derajat, digunakan untuk mengukur sudut antara sumbu kristal.
c. Penggaris segitiga (1set), untuk menggaris dan mengukur panjang setiap
sumbunya.
d. Pensil warna atau spidol warna, digunakan untuk mewarnai bidang-
bidang simetri baik horizontal, vertical maupun diagonal yang terbentuk
dalam setiap sistem kristal tersebut.
e. Lembar kerja (kertas HVS), untuk menggambar kristal serta menulis
deskripsi dari kristal tersebut.
b) Praktikum mineralogi
Alat yang digunakan adalah :
a. Skala kekerasan Mohs, berguna untuk menentukan kekerasan tiap
mineral yang diamati dengan cara menggoreskan pada mineral yang
diamati mulai dari skala yang paling keras sampai mineral tersebut dapat
tergores.
b. Loupe, alat ini merupakan lensa pembesar yang berguna untuk
memperbesar mineral yang diamati agar lebih jelas butiran-butiran atau
bentuk mineral yang akan diselidiki.
c. Keping porselin, berguna untuk menentukan warna cerat tiap mineral
yang diamati dengan cara menggoreskan mineral pada keping porselin
pada bagian yang kasar.
d. Keping magnet, alat ini berguna untuk menentukan apakah mineral yang
diamati mengandung gaya magnet atau tidak.
e. Alat tulis berupa pena, pensil mekanik dan drawing pen.
f. Pensil warna.
g. Lembar kerja (kertas HVS).
Adapun bahan yang digunakan adalah :
a. Larutan HCl
b. Contoh mineral (disediakan di laboratorium kristalografi dan
mineralogi).
BAB II
KRISTALOGRAFI
2.1 DASAR TEORI
2.1.1 Pengertian Kristal
Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion penyusunnya
terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum,
zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal,
hasilnya bisa berupa kristal tunggal yang semua atom dalam padatannya “terpasang” pada
kisi atau struktur kristal yang sama, namun secara umum kebanyakan kristal terbentuk
secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya kebanyakan logam
yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal akan terbentuk dari suatu
cairan tergantung pada cairan kimianya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan dan
tekanan ambient. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Kristal juga dapat didefenisikan sebagai zat padat homogen, biasanya anisotrop dan
tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Keteraturannya tercermin pada permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata
yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka
kristal. Dua bidang muka kristal yang berimpit selalu membentuk sudut yang besarnya
tetap pada suatu kristal (Hukum Steno).
Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang
menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang
yang disebut sebagai parameter.
Kristal tebentuk melalui dua cara yakni presipitasi (pengendapan) dan kristalisasi.
Kecepatan kristalisasi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran butir kristal. Semakin lama
proses kristalisasi berlangsung, maka ukuran butir kristal akan semakin besar dan
sebaliknya semakin cepat proses kristalisasinya maka ukuran butir kristal semakin kecil.
Contoh dari larutan yang mengalami presipitasi (pengendapan) yakni gypsum, halit, kalsit
dan belerang.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air mengandung pengertian :
- Tidak termasuk di dalamnya zat cair dan gas.
- Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-
proses fisika.
Mengikuti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum geometri
mengandung pengertian :
- Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.
- Macam bentuk dari kristal tetap.
- Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Gambar 2.1 Kristal merupakan suatu padatan yang atom, molekul atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi.
2.1.2 Pengertian Kristalografi
Kristalografi berasal dari kata bahasa Yunani “crystallon” yang berarti tetesan
dingin atau beku, dengan makna meluas pada semua padatan transparan pada derajat
tertentu dan “graphein” yang berarti menulis.
Kristalografi merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat geometri kristal terutama
mengenai perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar (morphological), struktur
dalam (internal) dan sifat-sifat fisisnya. Kristalografi mempelajari tentang penjabaran
kristal-kristal.
- Sifat geometri.
Memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang
membatasinya.
- Pertumbuhan dan perkembangan kenampakan bentuk luar.
Disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi
permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk kristal dengan bentuk
kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti
kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
- Struktur dalam.
Susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal, juga menghitung parameter dan
parameter rasio.
- Sifat fisik kristal.
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal
tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal
sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin.
2.1.3 Sumbu dan Sudut Kristalografi
Sumbu kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal mempunyai bentuk tiga dimensi yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi. Tetapi
dalam penggambarannya dibuat dua dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal.
Sudut kristalografi adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu
kristalografi pada pusat kristal.
Gambar 2.2 Sumbu dan sudut kristalografi.
Keterangan gambar :
1. Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas.
2. Sumbu b : sumbu yang horizontal pada bidang kertas.
3. Sumbu c : sumbu yang vertical pada bidang kertas.
4. α merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c.
5. β merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu c.
C-
C+
a+
b+ α
β a-
b-
b- γ
6. γ merupakan sudut yang dibentuk antara sumbu a dan sumbu b.
2.1.4 Kelas Simetri
Pengelompokkan dalam kelas simetri didasarkan pada :
1. Sumbu simetri
2. Bidang simetri
3. Titik Simetri atau pusat simetri
1. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh
(3600) akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri
dibedakan menjadi empat, yaitu: gyre, gyre polair, gyroide, dan sumbu inversi
putar. Keempatnya dibedakan berdasarkan cara mendapatkan nilai simetrinya.
a) Sumbu Simetri Gyre
Gyre, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya adalah
dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Sumbu
simetri Gyre berlaku bila kenampakan (konfigurasi) satu sama lain pada kedua
belah pihak atau kedua ujung sumbu sama. Dinotasikan dengan huruf L (linear)
atau g (gyre). Penulisan nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi. Contoh :
L2=L2=g2=g2. Bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre,
bila tiga kali kenampakan yang sama dinamakan trigyre, bila empat kali
kenampakan yang sama dinamakan tetragyre, bila enam kali kenampakan yang
sama dinamakan heksagyre dan seterusnya.
b) Sumbu Simetri Gyre Polair
Sumbu simetri dikatakan gyre polair, apabila kenampakan satu sama lain pada
kedua belah pihak atau kedua ujung sumbu tidak sama. Jika pada salah satu
sisinya berupa sudut atau “corner” maka pada sisi lainnya berupa bidang atau
“plane”. Dinotasikan dengan huruf L (linear) atau g (gyre). Contoh : L2=g2.
c) Sumbu Gyroide atau Sumbu Cermin Putar
Sumbu Cermin Putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai
simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya
pada bidang horisontal. Sumbu cermin putar dinotasikan dengan “S” (Spiegel
axe).Dalam gambar, nilai simetri disingkat seperti dygyroide (S2), trigyroide
(S3), tetragiroide (S4) dan heksagiroide(S6).
d) Sumbu Inversi Putar
Sumbu inversi putar merupakan hasil perputaran dengan sumbu tersebut sebagai
poros putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan melalui pusat simetri pada
sumbu tersebut. Cara penulisannya : 4
, 6
dan sering pula ditulis dengan huruf L
kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan sebelah kanan bawah
ditulis i. Contoh : L4i, L6
i dan sebagainya.
2. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan dapat
membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari yang lain.
Bidang Simetri dinotasikan dengan P (plane) atau m (mirror).
Bidang Simetri dikelompokan menjadi 2 yaitu :
1) Bidang Simetri utama ialah bidang yang di buat melalui dua sumbu simetri
utama kristal dan membagi dua bagian yang sama besar. Bidang simetri utama
di bagi menjadi 2 yaitu :
a) Bidang simetri utama horizontal yaitu bidang simetri utama yang melalui
sumbu horizontal, di notasikan dengan h.
b) Bidang simetri utama vertical yaitu bidang simetri utama yang melalui
sumbu vertical, di notasikan dengan v.
2) Bidang Simetri tambahan (intermediet/ diagonal) yaitu bidang simetri yang di
buat hanya melalui satu sumbu simetri utama Kristal. Bidang ini sering disebut
dengan diagonal, dinotasikan dengan d.
3. Pusat simetri
Pusat simetri adalah titik dalam Kristal, dimana melaluinya dapat di buat garis
lurus, sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan sisi yang lain dengan
jarak yang sama, di jumpai kenampakan yang sama (tepi, sudut, bidang).
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dapat di buat garis
bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama
terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut.
Pusat simetri selalu berhimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum
tentu merupakan pusat simetri.
2.1.5 Dasar Pembagian Kristal
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat di tentukan secara ilmu ukur,
dengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Untuk dapat membayangkan kristal hal ini
dapat dilakukan dengan menetapkan kedudukan bidang-bidang tersebut dengan
menggunakan sistem-sistem koordinat. Dalam ilmu kristalografi, geometri dipakai dengan
tujuh jenis sistem sumbu.
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada:
a. Perbandingan panjang sumbu kristalografi.
b. Letak atau posisi sumbu kristalografi.
c. Jumlah sumbu kristalografi.
d. Nilai sumbu c atau sumbu vertical.
okl
C
b
a
(100)
hko
hol
(001)
hkl
(010)
Gambar 2.3 Tujuh prinsip letak bidang terhadap susunan salib sumbu kristal.
2.1.6 Klasifikasi Kristal
Mineral yang terdapat di alam memiliki beragam ciri dan karakteristik, perbedaan ini
dapat tampak secara langsung ataupun tidak langsung, namun, bentuk dari kristal-kristal
mineral kadang memperlihatkan kesamaan pada berbagai mineral, sehingga muncul
klasifikasi umum dari system Kristal, yang saat ini mempunyai 7 sistem utama, dan tiap
system dibagi lagi menjadi beberapa kelas.
Pembagian sistem ini didasarkan kepada pembagian dari ruang kosong yang
berdasarkan simetri dari struktur dalam bentuk tiga dimensi dengan simetri translasi di tiga
arah, mempunyai mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap kelas. Sistem kristal terbagi
menjadi tujuh sistem kristal.
Berikut ini merupakan 7 sistem utama dari system kristal tersebut :
1. Sistem Isometric atau Reguler
Sistem kristal isometric adalah sistem kristal dimana setiap unit sel-nya berbentuk
kubus. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang paling sederhana yang dapat
ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem kristal ini mempunyai 5 buah kelas dan
ada tiga buah bravais lattice dari jenis kristal ini yaitu simple cubic, body centered
cubic, face centered cubic. Semua kristal yang mempunyai tiga buah sumbu yang
identik dan saling tegak lurus termasuk ke dalam golongan sistem kristal cubic. Sumbu
pertama terletak vertikal, sumbu kedua memanjang dari depan ke belakang dan sumbu
ketiga bergerak dari kiri ke kanan. Kelas-kelas dalam sistem kristal ini yaitu
hexoctahedral class, pentagonal icostetrahedral class, hextetrahedral class,
dyakisdodecahedral class, tetrahedral pentagonal dodecahedral class.
Mineral dengan system kristal isometric antara lain Almandine (Fe3Al2(SiO4)3),
Aluminium (Al), Bornite (Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4), Chromium (Cr), Cobalt (Co),
Copper (Cu), Galena (Pbs), Sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl), Halite (NaCl), Iron-Nickel (Fe-
Ni), Leucite (KAlSi2O6), Magnetite (Fe3O4), Manganese (Mn), Platinum (Pt), Pyrite
(FeS2), Pyrope (Mg3Al2(SiO4)3), Silicone (Si), native Silver (Ag), Sphalerite ((Zn,
Fe)S), Spinel (MgAl2O4, Magnesium Aluminium Oxide), Uraninite (UO2, Uranium
Oxide).
Gambar 2.4 Almandine dan Fluorite
2. Sistem Tetragonal
Dalam kristalografi, tetragonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tujuh buah kelas. Tetragonal merupakan hasil dari pemanjangan bentuk
dasar cubic sehingga bentuk dasar cubic tersebut menjadi prisma. Tetragonal
mempunyai dua buah bentuk bravais lattice yaitu simple tetragonal dan centered
tetragonal. sistem kristal ini terbagi menjadi tujuh kelas yaitu : ditetragonal bipyramidal
class, tetragonal trapezohedral class, ditetragonal pyramidal class, tetragonal
scalenohedral class, tetragonal bipyramidal class, tetragonal pyramidal class, tetragonal
bisphenoidal class. Contoh mineralnya : Chalcopyrite (CuFeS2), Rutile (TiO2) dan
Scheelite.
Gambar 2.5 Scheelite
3. Sistem Heksagonal
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama dengan
bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu untuk sistem
kristal hexagonal. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas yaitu : dihexagonal
bipyramidal class, hexagonal trapezohedral class, dihexagonal pyramidal class,
ditrigonal bipyramidal class, hexagonal bipyramidal class, hexagonal pyramidal class,
trigonal bipyramidal class. Contoh mineral : Apatite, Calcite, Titanium dan Vanadinit.
Gambar 2.6 Vanadinit
4. Sistem Trigonal
Dalam kritalografi, trigonal merupakan salah satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai lima buah kelas dan hanya satu buah bentuk bravais lattices. sistem kristal
ini mempunyai 5 kelas yaitu : ditrigonal scalenohedral class, trigonal trapezohedral
class, ditrigonal pyramidal class, trigonal rhombohedral class, trigonal pyramidal class.
Contoh mineral : Kuarsa (SiO2), Corundum (Al2O3), Calcite (CaCO3).
Gambar 2.7 Calcite
5. Sistem Orthorombik
Dalam kristalografi, orthorombik merupakan satu dari tujuh sistem kristal dan
mempunyai tiga buah kelas dan mempunyai empat buah bentuk bravais lattices yaitu
simple orthorhombic, base centered orthorhombic, body centered orthorhombic dan
face centered orthorombic. Sistem kelas ini terbagi menjadi 3 buah yaitu : orthorhombic
bipyramidal class, orthorhombic bisphenoidal class, orthorombic pyramidal class.
Contoh mineral : Aragonite (CaCO3), Sulfur (S), Barite (BaSO4).
Gambar 2.8 Sulfur
6. Sistem Monoklin
Dalam kristalografi, sistem monoklin merupakan sistem kristal yang mempunyai
tiga buah kelas dan dua buah bravais lattices yaitu simple monoclinic dan centered
monoclinic lattices. Sistem kristal ini terbagi menjadi tiga kelas yaitu : prismatic class,
sphenoidal class, domatic class. Contoh mineral : Hornblende, Orthoclase (KAlSi3O8),
Argentiite (Ag2S).
Gambar 2.9 Orthoclase
7. Sistem Triklin
Dalam kristalografi, triklin mempunyai dua buah kelas saja yang dibedakan
menurut ada atau tidaknya sumbu simetri selain itu triclinic merupakan satu – satunya
yang tidak mempunyai bidang cermin. Sistem kristal ini terbagi menjadi dua kelas yaitu
: pinacoidal class, pedial class. Contoh mineral : Microclin (KAlSi3O8), Rodokrosit,
Albite (NaAlSi3O8).
Gambar 2.10 Rodokrosit.
Table 2.1 Klasifikasi kristal
Sistem kristal Class Bravais lattices Space group
Isometric 5 3 36
Tetragonal 7 2 68
Heksagonal 7 1 27
Trigonal 5 1 25
Orthorombik 3 4 59
Monoklin 3 2 13
Triklin 2 1 2
Total 32 14 230
2.2 CARA KERJA
2.2.1 Sistem Isometrik
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki tiga buah sumbu kristal yang
sama panjangnya dan membentuk sudut 900 atau saling tegak lurus yang satu dengan yang
lainnya. Sumbu-sumbu tersebut adalah a, b, dan c. Sudut = = = 90. Karena Sb a =
Sb b = Sb c, maka disebut juga Sb a. Penggambarannya: a+ / b- = 300. Dengan
perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3.
Cara penggambaran Isometrik :
1. Buatlah sumbu kristalografi sesuia dengan ukuran perbandingan yaitu a:b:c
= 1:3:3 dan besar sudut a+ dan b- = 30˚.
2. Beri tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1:3:3 pada sumbu
kristalografi.
3. Tarik garis sejajar pada dua titik di sumbu b dan c dengan ukuran yang
sama dengan sumbu a yang telah diberi tanda.
4. Buat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada dua tanda atau titik pada
sumbu a dan di sumbu c.
5. Buat atau tarik garis sejajar terhadap sumbu c dengan panjang sumbu c pada
dua titik pada sumbu b dan sumbu a.
6. Pada garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada garis sejajar b dengan
garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar pula dengan garis c.
7. Membuat perpotongan garis yang telah dihubungkan.
(a)
(b) (c)
(d)
Gambar 2.11 “Sistem Reguler” (a) Sumbu Sistem Kristal isometrik, (b) isometrik
asli, (c) isometrik modifikasi, (d) Contoh: mineral Halite (NaCl).
2.2.2 Sistem Tetragonal
Sama dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih
γ
C+
a+
b+ α β
30o
panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral, terdiri
dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; sumbu a = b c . Sudut = = =90; Karena Sb a = Sb
b disebut juga Sb a. Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a atau Sb b. Bila Sb
c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut bentuk Columnar. Bila Sb c lebih pendek dari Sb
a dan Sb b disebut bentuk Stout. penggambarannya: a+ / b- = 30o ; perbandingan sumbu a
: b : c = 1 : 3 : 6.
Cara penggambaran Tetragonal :
1. Buatlah perbandingan panjang sumbu a: b: c = 1:3:6
2. Membuat sudut a-/b+ = 30o
3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-
4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-
5. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
6. Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
7. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seprti langkah kedua tadi.
(a)
(b) (c)
C+
γ
α β
a+
b+ 30o
(d)
Gambar 2.12 “Sistem Tetragonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Tetragonal, (b)
Tetragonal asli, (c) tetragonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Hausmanite
(Mn3O4).
2.2.3 Sistem Heksagonal
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yaitu a,
b dan d yang saling membentuk sudut 1200 satu terhadap yang lain dan memiliki panjang
yang sama. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu
horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang,
disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk 60°.
Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: a+ / b-
= 17o ; a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan
panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d.
Cara penggambaran hexagonal :
1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6
2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170
3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390
4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-
5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a
6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong
sumbu b pada langkah 2
7. Buat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi enam
8. Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong sumbu b
pada langkah 2.
(a)
(b) (c)
(d)
Gambar 2.13 “Sistem Hexagonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Hexagonal, (b)
Hexagonal asli, (c) Hexagonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Kuarsa (SiO2).
2.2.4 Sistem Trigonal
Sumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang
sama panjangnya dan membentuk sudut tidak saling tegak lurus atau 900. sebuah sumbu
tegak yang di sebut sumbu c yang berbeda panjangnya.
Sumbu a = b = d ≠ c , Sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o;
penggambarannya: ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya
pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu c
bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem hexagonal.
C+
a+
b+
d+
17o 39o
Cara penggambaran Trigonal :
1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6
2. Membuat garis dengan sudut a+/ b- = 170
3. Membuat garis dengan sudut b+/ d- = 390
4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+, c-,
d+, & d-
5. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu a pada 3 bagian sumbu b-
6. Membuat garis yang sejajar dengan sumbu b- pada 1 bagian sumbu d-
7. Membuat garis yang sejajar sumbu d pada 3 bagian sumbu b+ sehingga
menampakan bentuk bidang segitiga
8. Menarik garis lurus yang sejajar sumbu c di tiap titik-titik perpotongan sepanjang 6
bagian
9. Tarik garis pada setiap ujung-ujung garis pada pengerjaan langkah sebelumnya
10. Tarik garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian tengah dengan enam
bagian dari sumbu c+ dan c-
(a)
(b) (c)
C+
a+
b+
d+
17o 39o
(d)
Gambar 2.14 “Sistem Trigonal” (a) Sumbu Sistem Kristal Trigonal, (b) Trigonal asli,
(c) Trigonal modifikasi, (d) Contoh:Mineral Dolomite (CaMg(CO3)2).
2.2.5 Sistem Orthorombik
Sumbu-sumbu kristalografi dari sistem ortorombik memiliki 3 sumbu, dimana
ketiga sumbu tersebut memiliki sudut 900 atau saling tegak lurus dengan lainnya. Sumbu a
adalah sumbu terpendek, sumbu b adalah sumbu menengah, dan sumbu c adalah sumbu
terpanjang. Penamaan dari kristal juga di tentukan oleh bentuk melintang dari sumbu-
sumbu tersebut, dan di letakan sebagai awalan seperti makro atau brachia sebagai contoh
makro pinacoid. Penggambarannya: a+ / b- = 30o; Dengan perbandingan sumbu a : b : c =
1 : 4 : 6.
Cara penggambaran Orthorombic :
1. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1:4:6
2. Membuat garis a-/ b+ = 30o
3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+,
dan c-
4. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+ dan a-
5. Menuju bagian keempat dari sumbu b+ dan b-
6. Menuju bagian keenam dari sumbu c+
7. Menuju bagian keenam dari sumbu c-
8. Tarik garis sejajar dengan sumbu b+ dan b- pada pencerminan 1 bagian a+ dan a-
9. Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a+, a- , b+ , b-, c+, dan
c-
C+
a+
b+
γ
α β
30o
(a)
(b) (c)
(d)
Gambar 2.15 “Sistem Orthorombic” (a) Sumbu Sistem Kristal Orthorombic, (b)
Orthorombic asli, (c) Orthorombic modifikasi, (d) Contoh:Mineral Barite (BaSO4).
2.2.6 Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu
c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut tidak sama panjang. Sumbu a
di sebut sumbu kino dan sumbu b di sebut sumbu orto. Penggambarannya: a+ / b- = 45o;
Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6.
Cara penggambaran Monoklin :
1. Membuat Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1:4:6
2. Membuat garis a-/ b+ = 45o
3. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-, c+,
dan c-
4. Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b- , a+ , dan b+ menjadi sebuah bidang
5. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-.
(a)
(b) (c) (d)
Gambar 2.16 “Sistem Monoklin” (a) Sumbu Sistem Kristal Monoklin, (b) Monoklin
asli, (c) Monoklin modifikasi, (d) Contoh:Mineral Gipsum (CaSO42H2O).
2.2.7 Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Salah satu dari sumbu-sumbu tersebut sebagai sumbu c yaitu sumbu vertikal, sumbu b di
sebut sumbu makro dan sumbu a di sebut sumbu bakhia atau terpendek. Penggambarannya:
a+ / c- = 45o; b+ / c- = 80o. Perbandingan sumbu: a : b : c = 1 : 4 : 6.
Cara penggambaran Triklin :
1. Membuat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1: 4 : 6
2. Membuat garis a+/ c- = 45o
3. Membuat garis b+/ c- = 80o
4. Memberi keterangan pada garis-garis sumbunya seperti tanda a+, a- , b+ , b-
γ
α β
45o
C+
a+
b+
5. Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b- , a+ , dan b+ menjadi sebuah bidang.
6. Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+ dan c-.
(a)
(b) (c)
(d)
Gambar 2.17 “Sistem Triklin” (a) Sumbu Sistem Kristal Triklin, (b) Triklin asli, (c)
Triklin modifikasi, (d) Contoh:Mineral Bytownite (CaNa) (Si,Al)4O8.
C+
a+
b+
45o 80o
2.3 DESKRIPSI KRISTAL
2.3.1 Penentuan Kelas Simetri
Penentuan kelas simetri didasarkan pada kandungan unsure-unsur simetri yang
dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan suatu bentuk
kristal, diantaranya yang umum digunakan adalah menurut Herman Maugin dan
Schoenflish.
a. Menurut Herman Maugin
1. Sistem Reguler
- Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernilai 4 atau 2 dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini
dinotasikan dengan 4
𝑚, 4,
4,
2
𝑚, 2. Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf “m”
menunjukkan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
- Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang
bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka bagian kedua selalu
ditulis : 3 atau 3
- Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal)
bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap
sumbu diagonal tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2
𝑚, 2, m.
2. Sistem Tetragonal
- Bagian I : menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c. Bagian ini dinotasikan
dengan : 4
𝑚,
4, 4.
- Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2
𝑚
, 2 atau tidak ada.
- Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut. Bagian ini
dinotasikan dengan : 2, 2
𝑚 , atau tidak ada.
3. Sistem Hexagonal dan Trigonal
- Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin bernilai 6, 6
, 3, 3
) ada tidaknya
bidang simetri horizontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini dinotasikan
dengan : 6
𝑚,
6, 6,
3, 3.
- Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang
simetri vertikal yang tegak lurus. Bagian ini dinotasikan dengan : 2
𝑚, 2, m, atau tidak
ada.
- Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut. Bagian ini
dinotasikan dengan : 2
𝑚, 2, m, atau tidak ada.
4. Sistem Orthorombic
- Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tidaknya bidang yang tegak lurus
terhadap sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2
𝑚, 2, m.
- Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2
𝑚, 2,
m.
- Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak
lurus terhadap sumbu tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : 2
𝑚, 2.
5. Sistem Monoklin
- Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.
6. Sistem Trinklin
Sistem ini hanya ada 2 kelas simetri, yaitu:
- Mempunyai titik simetri kelas pinacoidal 1
- Tidak mempunyai unsur simetri kelas assymetric 1
b. Menurut Schoenflish
1. Sistem Reguler
- Bagian I : Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c
bernilai 4 atau bernilai 2.
Bila sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder).
Bila sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder).
- Bagian II : Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut
mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
Bila mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bila mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan v
Bidang simetri vertikal (v)
Bila mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
2. Sistem Tetragonal, hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Triklin
- Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral
(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan:
Bila sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (diedrish).
Bila sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c (cyklich).
- Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi d atau c. Contoh : D2, C2 dan sebagainya.
- Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bidang simetri diagonal (d)
Bila mempunyai:
Bidang simetri horisontal (h)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Bila mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d)
Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Bila mempunyai :
Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
2.3.2 Laporan Kristal
Laporan Kristal ini berisi keseluruhan pendeskripsian dari ketujuh sistem kristal
(Isometrik, Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin dan Triklin) yang di
proyeksikan secara Orthogonal. Deskripsi Kristal sendiri meliputi :
- Sistem kristal : Ketujuh sistem kristal masing-masing penggolongan. Misalnya
Isometrik.
- Jumlah unsur Simetri : Jumlah nilai kenampakan yang sama pada tiap sumbu sistem
Kristal baik sumbu Simetri utama (sumbu c), Sumbu simetri lateral (sumbu a,
sumbu b ataupun sumbu d jika dalam sistem kristal terdapat sumbu d) maupun
sumbu simetri intermediet (sumbu-sumbu tambahan) lalu di akhiri dengan jumlah
nilai bidang simetri yang terbentuk dengan penotasian ”pc”. Misalnya 3L4, 4L32 ,
6L2, 9 Pc pada Sistem Isometrik.
- Kelas simetri : Ditentukan dari penentuan kelas simetri menurut Herman Mauguin
( Hm). Misalnya Hexoctahedral pada Sistem Isometrik.
- (Hm) : Penentuan Kelas simetri menurut Herman Mauguin.
- (Sc) : Penentuan Kelas Simetri menurut Schoenfilsh.
- Nama & Simbol : Misalnya Hexahedron {100}
- Contoh mineral : mineral- mineral yang digolongkan menurut sistem kristal masing-
masingnya.
Berikut Adalah Gambar dan Deskripsi Sistem Kristal
Dari Praktikum Kristalografi
Pada Laboratorium Krismin
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Skala a : b : c
1,5 :4,5 : 4,5 < a-/b+ =300
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Isometrik Proyeksi : Orthogonal
Jumlah unsur simetri : 3L4, 4L63 , 6L2 , 9 PC
Kelas Simetri : Hexoctahedral
( Hm ) : 4
m , 3 ,
2
m
( Sc ) : Oh
Nama & Simbol : Hexahedron {100}
Contoh Mineral : Pyrite(FeS2), Gold(Au), Chromium(Cr), Cobalt(Co), Aluminium(Al
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :
NIM : 1106101014 TTD :
Jurusan : Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Skala a : b : c
1 : 3 : 6
< a-/b=300
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Tetragonal Proyeksi : Orthogonal
Jumlah unsur simetri : L4, 4L2 , 5 PC
Kelas Simetri : Ditetragonal bipyramidal
( Hm ) : 4
m ,
2
m,
2
m
( Sc ) : D4h
Nama & Simbol : Tetragonal Prismatik {110}
Contoh Mineral : Chalcopyrite (CuFeS2), Pyrolucite (MnO2), Rutile (TiO2),
Crystobalite(SiO2), Hausmanite(Mn3O4)
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :
NIM : 1106101014 TTD :
Jurusan :Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Skala a : b : c
1 : 3 : 6 < a-/b+ =170
< b-/d+ = 390
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Hexagonal Proyeksi : Orthogonal
Jumlah unsur simetri : L6, 6L2 , 7 PC
Kelas Simetri : Dihexagonal bipyramidal
( Hm ) : 6
𝑚,
2
𝑚,
2
𝑚
( Sc ) : D6h
Nama & Simbol : Hexagonal Prisma {1010}
Contoh Mineral : Graphite (C), Titanium ( Ti ), Molybdenite (MoS2), Nepheline(Na,K(AlSiO4), Apatit(Ca5(po4)3(OH, F, Cl)
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :
NIM : 1106101014 TTD :
Jurusan : Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Skala a : b: c
1 : 3 : 6
< a-/b+ =170
<d+/b+ = 390
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Trigonal Proyeksi : Orthogonal
Jumlah unsur simetri : L63 , 3L2 , 4 PC
Kelas Simetri : Ditrigonal bipyramidal
( Hm ) : 6, m , 2
( Sc ) : D3h
Nama & Simbol : Trigonal Bipyramidal {1011}
Contoh Mineral : Calcite(CaCO3), Arsenic (As), Bismuth (Bi), Hematite(Fe2O3), Cinabar(HgS)
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :
NIM : 1106101014 TTD :
Jurusan :Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
LABORATORIUM KRISMIN
Skala a : b : c
1 : 4 : 6
< a-/b+ =300
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Orthorombic Proyeksi : Orthogonal
Jumlah unsur simetri : 3L2 , 3 PC
Kelas Simetri : Orthorombic bipyramidal
( Hm ) : 2
m ,
2
m ,
2
m
( Sc ) : D2h
Nama & Simbol : Orthorombic prismatik {011}
Contoh Mineral : Barite (BaSO4), Aragonite(CaCO3), Sulfur (S), Andalucite(Al2SiO5), Sillamanite(Al2SiO5)
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :
NIM : 1106101014 TTD :
Jurusan : Teknik Pertambangan
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Skala a : b : c
1 :4 : 6
< a-/b+ =450
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Monoklin Proyeksi : Orthogonal
Jumlah unsur simetri : L2 PC
Kelas Simetri : Prismatic
( Hm ) :
( Sc ) : C2h
Nama & Simbol : Monoklin Hemibypiramid {111}
Contoh Mineral : Argentite(Ag2S), Aegirine (NaFeSi2O6), Tridymite (SiO2), Orthoclase(KALSi3O8), Clorite(Fe,Mg, AL)6(Si AL)4
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :
NIM : 1106101014 TTD :
Jurusan : Teknik Pertambangan
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Skala a : b : c
1 : 4: 6
< a-/b+ =300 <b+/c- = 800
Deskripsi Kristal
Sistem Kristal : Triklin Proyeksi : Orthogonal
Jumlah unsur simetri : C
Kelas Simetri : Pinacoidal
( Hm ) : 1
( Sc ) : Ci
Nama & Simbol : Triklin Hemibipyramid {111}
Contoh Mineral : Kyanite (Al2SiO4), Albite (NaAlSi3O8), Anorthite (CaAl2 Si2 O8),Microline(KALSi3O8), Kaolinite(Al2SiO5)
Nama : ENOS NDAPAREDA Tanggal :
NIM : 1106101014 TTD :
Jurusan : Teknik Pertambangan
BAB III
MINERALOGI
3.1 DASAR TEORI
3.1.1 Pengertian Mineralogi
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari
tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan
kegunaannya.
Mineral ialah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
Benda padat homogen artinya bahwa mineral itu hanya terdiri dari satu fase
padat, hanya satu macam material, yang tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana oleh suatu proses fisika. Dengan adanya suatu
persyaratan mineral-mineral itu benda padat, maka cairan dan gas-gas tidak termasuk.
Es adalah mineral tetapi air bukan mineral.
Terbentuk secara anorganik artinya benda-benda padat homogen yang
dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk, maka dari itu kullit
tiram (dan mutiara di dalamnya) meskipun terdiri dari Calsium Carbonat yang tidak
dapat dibedakan secara kimia maupun fisika dari mineral aragonite, tidak dianggap
sebagai mineral.
Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu artinya bahwa mineral
itu merupakan senyawa kimia, dan senyawa kimia mempunyai komposisi pada batas-
batas tertentu yang dinyatakan dengan suatu rumus. Rumus kimia mineral dapat
sederhana maupun kompleks tergantung dari banyaknya unsur-unsur yang ada dan
proporsi kombinasinya.
Atom-atom yang tersusun secara teratur merupakan ukuran dari keadaan
kristalisasinya, cara ini untuk pembentukan, susunan atom yang teratur ini dapat
tergambar pada bentuk luar kristalnya, dari kenyataan bahwa adanya susunan atom-
atom yang teratur di dalam kristalin yang padat telah disimpulkan dari teraturnya
bentuk luar, lama sebelum sinar X ditemukan.
3.1.2 Defenisi Mineral Menurut Para Ahli
Defenisi mineral menurut para ahli :
L.G. Berry & B. Mason 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan
terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu serta
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
D.G.A. Whitten & J.R.V. Brooks 1972
Mineral adalah bahan padat dengan struktur homogen yang mempunyai
komposisi kimia tertentu dan dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter & H. Robinson 1977
Mineral adalah zat atau bahan homogen yang mempunyai komposisi kimia
tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu
kehidupan.
Kraus, dkk., 1959
Mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia
yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang
dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu.
3.2 CARA PEMBERIAN NAMA MINERAL
Sifat-Sifat Fisik Yang Diselidiki
Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik
mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini
sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau
tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat mendeterminasi mineral
lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di mana sampel tersebut ditemukan.
Sifat-sifat mineral tersebut meliputi: warna, perawakan kristal, kilap, kekerasan mineral,
goresan, belahan, pecahan, daya tahan terhadap pukulan, berat jenis, kemagnetan, rasa dan
bau serta derajat ketransparanan.
3.2.1 Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorpsi) dan
sebagian akan dipantulkan (refleksi). Warna ini penting untuk membedakan antara
warna yang disebabkan oleh campuran atau pengotoran dan warna asli elemen-
elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a. Idiokromatik : warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-
mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit = hitam, pirit =
kuning loyang, belerang = kuning, azurite = biru dan sebagainya.
Gambar 3.1 Warna idiokromatik pada Galena.
b. Allokromatik : warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya seperti
kuarsa, dan kalsit.
Gambar 3.2 Warna allokromatik pada kuarsa
3.2.2 Perawakan Kristal
Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita
perlu mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun
perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh: mika selalu
menunjukan perawakan kristal yang mendaun (foliated), amphibol, selalu
menunjukan perawakan kristal meniang (columnar). Perawakan kristal di bedakan
menjadi 3 golongan (Pearl, 1975) yaitu: elongated habits, flattened habits, dan
rounded habits.
1. Elongated habits (meniang/berserabut) yang terbagi atas :
a. Meniang (columnar) yaitu bentuk Kristal prismatic yang menyerupai bentuk
tiang.
(a) (b)
Gambar 3.3 Contoh mineral : (a) Pirolusit, (b) Tourmalin.
b. Menyerat (fibrous) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
(a) (b)
Gambar 3.4 Contoh mineral : (a)Asbestos, (b)Silimanite.
c. Menjarum (Acicular) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Gambar3.5 Contoh mineral : Natrolite
d. Menjaring (Reticulate) yaitu bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun
menyerupai jarring.
Gambar 3.6 Contoh mineral : Rutile
e. Membenang (Filliform) yaitu bentuk Kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Gambar 3.7 Contoh mineral : Perak
f. Menjari (Radiated) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Gambar 3.8 Contoh mineral : Markasit
2. Flattened habits (lembaran tipis) yang terbagi atas :
a. Membilah (bladed) yaitu bentuk Kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah
kayu dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Gambar 3.9 Contoh mineral : Kyanite
b. Memapan (tabular) yaitu bentuk Kristal yang pipih menyerupai bentuk papan,
dimana lebar dengan tidak terlalu jauh.
Gambar 3.10 Contoh mineral : Barit
c. Membata (Blocky) yaitu bentuk Kristal tebal menyerupai bentuk bata, dimana
perbandingan antara lebar dengan tebal hampir sama.
Gambar 3.11 Contoh mineral : Microcline
d. Mendaun (Foliated) yaitu bentuk Kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan
yang mudah dikupas atau dipisahkan.
Gambar 3.12 Contoh mineral : Mica
e. Memencar (divergent) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas
terbuka.
Gambar 3.13 Contoh mineral : Gipsum
f. Membulu (plumose) yaitu bentuk Kristal yang tersusun membentuk bulu.
Gambar 3.14 Contoh mineral : Gipsum
3. Rounded habits (membutir) yang terbagi atas :
a. Mendada (Mamillary) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai buah dada.
Gambar 3.15 Contoh mineral : Malakhit
b. Membulat (colloform) yaitu bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang
bulat-bulat.
Gambar 3.16 Contoh mineral : Goethile
c. Membulat jari (colloform radial) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan
struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari.
Gambar 3.17 Contoh mineral : Pyromorphite
d. Membutir (granular) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal kecil yang
berbentuk butiran.
Gambar 3.18 Contoh mineral : Sodalite
e. Memisolit (pisolitic) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal lonjong sebesar
kerikil seperti kacang tanah.
Gambar 3.19 Contoh mineral : Goethile
f. Stalaktit (stalactic) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan litologi gamping.
Gambar 3.20 Contoh mineral : Goethite
g. Mengginjal (Rentiform) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai bentuk ginjal.
Gambar 3.21 Contoh mineral : Hematit
3.2.3 Kilap (Luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.
Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan
logam (non metallic luster). Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila
terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti
emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan
kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-metallic
luster), yang terdapat pada mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-
3.
Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:
a) Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila
terkena cahaya. Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.
b) Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan.
c) Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes,
aktinolit, dan gipsum.
d) Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas.
e) Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau
seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral
transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit,
dan tremolit.
f) Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini
ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan
serpentin.
g) Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah.
Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit.
3.2.4 Kekerasan Mineral (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan
kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang
rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang
dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling
keras.
Tabel 3.1 Skala kekerasan relatif mineral (Mohs)
Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO4.2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6 Orthoclase KAlSi3O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsit (H=3) ternyata mineral itu
tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral
dengan memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya:
1. Kuku jari manusia H = 2,5
2. Kawat tembaga H = 3
3. Pecahan kaca H = 5,5
4. Pisau baja H = 5,5
5. Kikir baja H = 6,5
6. Lempeng baja H = 7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka
mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
3.2.5 Gores (Streak)
Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat
sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di
pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang
warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara
mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral
mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang
biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna
gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri.
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres
yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Ada beberapa mineral warna dan
gores sering menunjukan warna yang sama.
Gambar 3.22 Contoh goresan mineral cinnabar dan piryte.
3.2.6 Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah
melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya
sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dapat di bedakan
menjadi:
a. Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
b. Baik (good)
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang
rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
c. Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral
tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
d. Tidak jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar.
e. Tidak sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral
akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
3.2.7 Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
a. Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang
yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau
kulit bawang.
b. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan
kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit.
c. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan
permukaan bidang pecanya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet.
d. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup
halus. Contohnya mineral lempung.
e. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak
teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok
logam murni.
f. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya
mineral lempung.
3.2.8 Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Tenacity adalah suatu reaksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang
mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan,
pemukulan, penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi:
a. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
b. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan
tidak berkurang menjadi tepung.
c. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik
akan menjadi panang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula.
d. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan
menjadi pipih.
e. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti
semula bila dilepaskan.
f. Flexible ; apabila mineral dapat dilengkungkan dengan mudah.
3.2.9 Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral
dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat
jenis dipergunakan alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.
Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:
BJ =BERAT MINERAL
VOLUME MINERAL
3.2.10 Kemagnetan
Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah
sifat dari mineral yang diselidiki, apakah paramagnetik ataukah diamagnetik.
a. Paramagnetik (magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik terhadap
magnet.
b. Diamagnetik (non-magnetik): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak
terhadap magnet.
3.2.11 Rasa dan Bau
Disamping dari sifat-sifat yang telah dibahas sebelumnya, beberapa mineral
juga mempunyai bau dan rasa.
3.2.12 Derajat Ketransparanan
Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral
tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi
mineral dibedakan atas:
a. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya
meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral ini
permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas
hitam atau gelap.
b. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang
seperti kaca.
c. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi
tidak tembus pandang.
d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-
pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.
3.3 DESKRIPSI MINERAL
3.3.1 Klasifikasi Mineral
Klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari Dana yang
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana
membagi mineral dalam 9 golongan ( Klein & Hurlburt, 1993), yaitu :
3.3.1.1 Silicate Class
Silicate Class merupakan kelas terbesar, sering di sebut juga Silicon dioxide,
gabungan dari 2 unsur yang paling melimpah yaitu Silicon kerak bumi dan oksigen
(SiO2) dan dengan ion tambahan lainnya seperti aluminium, magnesium, besi dan
calcium. Masa kerak bumi adalah 59 % Silika, konstituen utama lebih dari 95 %
batuan diketahui. Contoh mineral kelas Silikat adalah Olivin (Mg,Fe)2 SiO4 , Kuarsa
(SiO2), Serpentine (Mg6Si4O10(OH)4), Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8).
3.3.1.2 Carbonate Class
Carbonate class merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan
termasuk Calcite dan aragonite (keduanya merupakan Calcium Carbonate), Dolomit
(Magnesium/Calcium Carbonate) dan Siderite (besi Carbonate).
Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Carbonate juga terbentuk pada daerah evaporit dan pada daerah karst yang
membentuk gua/caves, stalaktit, dan stalagmite. Carbonate Class juga termasuk
mineral Nitrate dan Borate. Contoh mineral Carbonate class adalah Dolomit
(CaMg(CO3)2), Aragonite (CaCO3), Siderit (FeCO3), Magnesit (MgCO3),
Smithsonite (ZnCO3).
3.3.1.3 Sulfate Class
Mineral kelas Sulfat terdiri dari anion Sulfate SO42- biasanya terbentuk di
daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan lahan menguap sehingga
formasi sulfat dan Halida berinteraksi. Contoh mineral kelas sulfat adalah Anhydrite
(CaSO4), Barite (BaSO4), dan Gypsum (CaSO42H2O). Termasuk juga Kromat,
Molybdat, Selenat, Sulfite, Tellurate, dan Tungstate.
3.3.1.4 Halide Class
Halide Class adalah kelas mineral yang membentuk garam alami dan juga
termasuk Fluorit (Calcium Fluoride), Halite (Sodium Chlorida), Sylvite (Potassium
Chlorida) dan Sal Ammoniac (Ammonium Chlorida). Sama halnya dengan Sulfat,
Halida juga di temukan di daerah evaporit seperti danau playa dan laut yang
terkurung daratan seperti laut mati dan danau garam besar. Contoh mineral kelas
Halida adalah Fluorit (CaF2), dan Halite (NaCl).
3.3.1.5 Oxide Class
Mineral kelas oksida biasanya terbentuk dekat permukaan bumi, teroksidasi
dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral pelengkap pada batuan beku
yang terdapat di kerak dan mantel bumi. Mineral-mineral kelas oksida sangat
penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-
mineral kelas oksida, kelas mineral ini pun juga mempengaruhi perubahan kutub
magnetic bumi. Contoh mineral kelas Oksida adalah Rutile (TiO2), Hematite
(Fe2O3), Spinel (MgAl2O4), Magnetite (Fe3O4), Korundum (Al2O3), Pyrolusit
(MnO2)
3.3.1.6 Sulfide Class
Mineral kelas Sulfide merupakan kelas mineral yang juga pembentuk bijih
(ores), juga merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang
(S). Contoh mineral kelas Sulfida adalah Pyrite (FeS2), Galena (PbS), Bornite
(Cu5FeS5), Sphalerite (Zn,Fe)S.
3.3.1.7 Phosphate Class
Mineral fosfat merupakan persenyawaan kimia antara unsur-unsur logam
dengan Phospate radical. Ribuan spesies dari golongan ini dapat dikenali, namun
keadaannya tidak berlimpah. Sifat dari golongan ini berubah-ubah tetapi umumnya
cenderung lunak, rapuh, sangat berwarna dan kristalisasinya baik.
Mineral kelas fosfat termasuk mineral dengan unit AO4, A berupa phosphorus,
antimony, arsenic atau vanadium. Contoh mineral fosfat adalah Apatit
(Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)), Zuenerite (Cu(UO2)2(AsO4)2-10-16H2O), Monasit ( (Ce, La,
Y, Th)PO4 ), termasuk juga mineral Arsenat, Vanadat dan mineral-mineral
Antimonit.
3.3.1.8 Native Elements Class
Native elements merupakan unsur-unsur bebas, bukan merupakan unsure-
unsur gabungan. Mineral kelas elemen terdiri dari metal dan elemen intermetalik
(emas, perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (Antimony, Bismuth, Grafit,
sulfur). Kelas ini juga termasuk campuran logam alam seperti electrum, fosfida,
silisida, nitride dan carbida. Contoh mineral kelas elemen adalah Perak (Ag),
Bismut (Bi), Intan (C), Grafit (C), Sulfur (S), Tembaga (Cu), Emas (Au).
3.3.1.9 Organic Class
Mineral kelas organic terdiri dari substansi biogenic; Oxalates, Mellitates,
Citrates, Cyanates, Acetates, Formats, Hydrocarbons, dan Sepsis Miscellaneous
lainnya. Contoh mineralnya adalah Fichtelite (C19H34), Abelsonite (NiC31H32N4).
3.3.2 Laporan Mineral
Dalam laporan mineral ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan
terutama mineral yang dimiliki nilai ekonomis saja. Mineral dalam laporan ini
hanya ada beberapa mineral saja. Deskripsi mineral-mineral ini meliputi beberapa
sifat fisik, seperti:
1. Deskripsi mineral : yang berupa penamaan mineral itu sendiri dengan
pengklasifikasiaannya yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia
dan struktur kristalnya pada golongannya masing-masing menurut Dana.
2. Warna : Warna daripada mineral itu sendiri (baik warna asli maupun warna
yang di sebabkan oleh mineral pengotornya).
3. Sistem dan Perawakan kristal : Sistem kristal (penampangnya secara
geometri, kenampakan bentuk luar maupun struktur dalamnya) dan bentuk
khas yang di timbulkan dari mineral tersebut. Misalnya Hexagonal dan
Meniang.
4. Kilap : Kilapan yang timbul oleh cahaya yang di pantulkan dari permukaan
mineral. Misalnya kilap logam (Metallic luster).
5. Kekerasan : Daya tahan mineral terhadap goresan ( Berdasarkan Skala
Mohs 1-10).
6. Goresan : Warna dalam bentuk serbuk halus.
7. Belahan dan pecahan : misalnya sempurna & choncoidal.
8. Tenacity : misalnya Brittle.
9. Berat Jenis : Dalam gram/cm2
10. Kemagnetan : untuk mengetahui sifat mineral apakah memiliki gaya tarik
terhadap magnet (Paramagnetik) atau tidak (Diamagnetik).
11. Derajat transparan : kemampuan mineral mentransmit sinar cahaya (berkas
sinar). Misalnya Transparant mineral.
12. Sifat khas : Sifat-sifat mineral yang dilihat setelah melihat dan
mendeskripsikan mineral secara keseluruhan.
13. Nama dan rumus kimia : Penamaan mineral yang telah di kenal berikut
rumus kimia rumus kimia. Misalnya Kuarsa (SiO2).
14. Kegunaan : manfaat dari mineral tersebut, baik dalam bentuk aslinya
maupun sesudah di proses dan menjadi bahan konsumsi.
15. Genesa : Peristiwa geologis yang menyebabkan terbentuknya mineral
tersebut.
DESKRIPSI BEBERAPA MINERAL PENTING
1. Emas, Au
Sistem Kristal : Isometrik
Warna : Kuning
Goresan : Kuning
Kilap : Metalik
Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan
ujung yang tajam ).
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Berat jenis : 19,3 gr/cm3
Genesis : Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa
yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan
sering bersama- sama pirit dan mineral-mineral
sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan
turmalin. Bila urat-urat mengandung emas
melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan
kemudian mengendap sebagai deposit aluvial,
atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di
suatu tempat sebagai deposit letakan (placer
deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal.
Manfaat : sumber logam emas; dipakai untuk membuat
perhiasan, instrumen-instrumen saintifik,
lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas
lantakan.
2. Perak, Ag
Sistem Kristal : Isometrik.
Warna : Putih – Perak
Goresan : Coklat, atau abu-abu sampai hitam.
Belahan dan Pecahan : Tak – ada
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Berat Jenis : 10,5 gr/cm3
Genesis : sejumlah kecil perak nativ dapat dijumpai dalam
zona oksidasi pada suatu deposit bijih, atau sebagai deposit yang mengendap
dari larutan hidrotermal primer. Ada 3 jenis deposit primer, yaitu: 1.
Barasosiasi dengan sulfida, zeolit, kalsit, barit, fluorit dan kuarsa, 2.
Berasosiasi dengan arsenide dan sulfida kobalt, nikel dan perak, dan bismuth
nativ, dan 3. Berasosiasi dengan uranit dan mineral- mineral nikel-kobalt.
Manfaat : sumber logam perak; dipakai untuk membuat
perhiasan, alat-alat makan-minum, barang-barang kerajinan tangan, alat-alat
elektronik, penyepuhan dan sebagai emulsi film fotografi.
3. Tembaga, Cu
Sistem kristal : Isometrik.
Warna : Merah-tembaga , atau merah-mawar terang.
Goresan : Merah metalik.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; hakli
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Berat Jenis : 8,94 gr/cm3
Genesis : sejumlah kecil tembaga native dijumpai pada zona
oksidasi dalam deposit tembaga yang berasosiasi dengan kuprit, malakit dan
azurit. Deposit primer umumnya berasosiasi dengan batuan beku basa ekstrutif,
dan tembaga native terbentuk dari pengendapan yang dihasilkan dari reaksi
antara larutan hidrotermal dan mineral-mineral oksidasi besi. Pada deposit tipe
ini, tembaga nativ berasosiasidengan khalkosit, bornit, epidot, kalsit,
prehnit,datolit, khlorit, zeolit dan sejumlah kecil perak
native
Manfaat : sumber minor bijih tembaga, banyak digunakan
dalam kelistrikan, umumnya sebagai kawat, dan untuk membuat logam-logam
campuran, seperti kuningan (campuran tembaga dan seng), perunggu
(campuran tembaga dan timah dengan sedikit seng) dan perak Jerman
(campuran tembaga seng dan nikel).
4.Sulfur,S
Sistem kristal : Ortorombik.
Warna : Kuning sampai coklat kekuningan.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rata.
Kekerasan : 1,5 – 2,5 Skala Mohs
Berat jenis : 2,07 gr/cm3
Genesis : Sulfur dapat terbentuk di daerah gunungapi aktif, di
sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari
sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat- urat yang
berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal. Dijumpai juga pada batuan- batuan
sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gypsum dan batugamping.
Manfaat : sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa
sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalampembuatan insektisida, pupuk
buatan, vulkanisasi karet, sabun; dalam industry tekstil, kulit, kertas, cat,
pencelupan dan penggilingan minyak.
5. Grafit, C
Sistem kristal : Hexagonal .
Warna : Hitam.
Goresan : Hitam.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada ( 0001 ) ; tak ada
Kekerasan : 1 – 2 Skala Mohs
Berat jenis : 2,09 – 2,23 gr/cm3
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan metamorf,baik pada
metamorfisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping
kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca,
pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan
batupermata.
6. Intan, C
Sistem kristal : isometrik.
Warna : putih kebiruan, hitam
Goresan : putih
Belahan dan pecahan : sempurna pada ( 111 ) ; konkoidal.
Kekerasan : 10 Skala Mohs
Berat jenis : 3,50 gr/cm3
Genesis : intan terbentuk pada pembentukan batuan beku
ultrabasa, yaitu porfiri-olivin, atau porfiri kaya flogopit; batuan ini dikenal
sebagai kimberlit. Dapat dijumpai dalam deposit aluvial, baik di sungai-sungai
maupun di pantai.
Manfaat : digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca,
pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi;dan dijadikan batupermata.
7. Bornit , Cu5FeS5
Sistem kristal : Isometrik.
Warna : Merah-tembaga sampai kecoklatan
Goresan : Hitam keabuan.
Belahan dan pecahan : ( 111 ) tidak jelas ; konkoidal sampai tidak jelas.
Kekerasan : 3 Skala Mohs
Berat jenis : 5,06 – 5,08 gr/cm3
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan berasosiasi
dengan mineral-mineral sulfida yang lain ( Khalkosit,
Khalkopirit, kovelit, pirotit, dan pirit) dalam deposit
hidrogen. Bornit juga dijumpai dalam retas (dike),
tubuh intrusi batuan basa, tersebar dalam batuan basa,
deposit metamorfik kontak, dalam pegmatit dan urat
-urat kuarsa.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam tembaga.
8. Galena, PbS
Sistem kristal : Isometrik .
Warna : abu – abu timbal
Goresan : abu – abu timbal
Belahan dan pecahan : ( 001 ) Sempurna.
Kekerasan : 2,5 Skala Mohs
Berat jenis : 7,58 gr/cm3
Genesis : Terbentuk dalam batuan sedimen, urat-urat
hidrotermal dan juga pegmatit. Dalam urat-urat
hidrotermal berasosiasi dengan mineral-mineral
perak, sfalerit, pirit, markasit, khalkopirit, serusit,
anglesit, dolomit, kalsit, kuarsa, baris, dan fluorit.
Dapat pula ditemukan dalam deposit metamorfisme
kontak.
Manfaat : sumber logam timbal atau timah hitam ( Pb ).
9.Khalkopirit
Sistem kristal : Tetragonal .
Warna : kuning - kuningan
Goresan : hitam kehijauan
Belahan dan pecahan : {001} kadang-kadang jelas ; tak rata
Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs
Berat jenis : 4,1 – 4,3 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama
terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal.
Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat
bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai
juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam
deposit metamorfisme kontak.
Manfaat : mineral bijih sumber logam tembaga.
10. Khromit, ( Mg,Fe ) Cr2O4
Sistem kristal : isometrik .
Warna : hitam – besi sampai hitam - kecoklatan
Goresan : coklat gelap
Belahan dan pecahan : tak ada ; tidak rata
Kekerasan : 5,5 Skala Mohs
Berat jenis : 5,09 gr/cm3
Genesis : terbentuk pada lingkungan batuan beku ultra basa,
seperti peridotit dan serpentit. Dapat pula pada
lingkungan sedimen, yaitu terdapat dalam pasir
Manfaat : mineral bijih sumber logam khrom
11. Realgar, AsS
Sistem kristal : Monoklin.
Warna : Merah-ungu
Goresan : Merah sampai jingga
Belahan dan pecahan : {010}baik
Kekerasan : 1,5 – 2 Skala Mohs
Berat jenis : 3,56 gr/cm3
Genesis : Terbentuk secara proses hidrotermal, dan terdapat
dalam urat-urat sulfida bersama orpiment dan mineral
arsenic lainnya, juga dengan stibnit, bijih timbal,
perak, atau bijih emas. Kadang-kadang dijumpai pula
dalam batugamping, dolomit, atau batuan lempungan,
juga sebagai hasil sublimasi dari emanasi volkanik,
atau sebagai deposit mata air panas.
Manfaat : Sumber logam arsen.
12. Stibnit, Sb2S3
Sistem kristal : Ortorombik.
Warna : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Goresan : Abu-abu timbal sampai kehitaman
Belahan dan pecahan : {010} sempurna
Kekerasan : 2 Skala Mohs
Berat jenis : 4,52 – 4,63 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur
rendah, terdapat dalam urat-urat atau deposit pengganti ;
dapat juga terbentuk di lingkungan mata air panas. Sering
berasosiasi dengan realgar,orpiment, galena, markasit,
pirit, sinabar, kalsit, ankerit, barit, kalsedon, atau kuarsa
Manfaat : Sumber logam antimony
13. Arsenopirit, FeAsS
Sistem kristal : Monoklin .
Warna : Putih-perak sampai abu-abu baja
Goresan : Hitam keabuan
Belahan dan pecahan : {101} tidak sempurna ; tidak rata
Kekerasan : 5,5, - 6 Skala Mohs
Berat jenis : 6,07 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal bertemperatur
tinggi sampai menengah ; dan berasosiasi dengan bijih
timah dan tungsten (pada deposit hidrotermal
bertemperatur tinggi), bijih perak dan tembaga,
galena, sfalerit, pirit, dan khalkopirit.
Dijumpai juga dalam urat-urat
kuarsa-emas, urat-urat kasiterit, pada deposit
metamorfisme kontak, pegmatite, dan tersebar dalam
batugamping kristalin.
Manfaat : Sumber utama logam arsen
14. Hematit, Fe2O3
Tempat Ditemukan : Ciater, Jawa Barat
Sistem kristal : Hexagonal.
Warna : Abu-abu baja, atau coklat kemerahan sampai
hitam.
Goresan : Merah atau coklat kemerahan
Belahan dan pecahan : Tak ada; tidak rata.
Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs
Berat jenis : 5,26 gr/cm3
Genesis :Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku,
hidrotermal temperatur tinggi dan metamorfisme
kontak; juga dalam lingkungan sedimen.
Manfaat : sumber logam besi; juga digunakan sebagai
bubuk pigmen, oker merah dan bubuk pengilap.
Kristalnya yang berwarna hitam dapat dibuat
batupermata.
15. Psilomelan,( Ba, H2O )2Mn5O10
Tempat Ditemukan : Kliripan, Jawa Tengah
Sistem kristal : Monoklin.
Warna : Hitam besi sampai abu-abu baja gelap
Goresan : Hitam kecoklatan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : Tak-ada
Kekerasan : 5 – 6 Skala Mohs
Berat jenis : 4,71 gr/cm3
Genesis : Terbentuk pada lingkungan sedimen oksidat ;
sebagai mineral sekunder yang sering berasosiasi
dengan pirolusit, gutit, limonit, dan hausmanit.
Dapat pula sebagai deposit residu, dari hasil
pelapukan silikat atau karbonat mengandung
mangan ; juga sebagai massa konkresi dalam
lempung, dan dalam deposit danau atau rawa.
Manfaat : Sumber logam mangan.
16. Pirolusit, MnO2
Tempat Ditemukan : Tasik, Jawa Barat
Sistem kristal : Tetragonal.
Warna : abu-abu baja terang sampai gelap, sampai abu
baja, kadang-kadang kebiruan.
Goresan : hitam
Belahan dan pecahan : {110} sempurna ; tidak rata.
Kekerasan : 6-6,5 (cristal-kristal), 2-6 (material masiv)
Berat jenis : 4,75 gr/cm3
Genesis : terbentuk pada lingkungan sedimen oksida; sering
ditemukan sebagai deposit rawa(bog), danau, atau
deposit laut dangkal.
Manfaat : sumber logam mangan
17. Kasiterit, SnO2
Tempat Ditemukan : Bangka
Sistem kristal : Tetragonal .
Warna : Kuning, atau coklat, kemerahan sampai hitam
kecoklatan, dapat juga putih (jarang).
Goresan : Putih, keabuan, atau kecoklatan.
Belahan dan pecahan : {100} sempurna, {110} tidak sempurna ;
konkoidal.
Kekerasan : 6 – 7 Skala Mohs
Berat jenis : 6,8 – 7,1 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature
tinggi dan terdapat dalam urat-urat, atau proses
metamorfisme yang secara genetic berhubungan
dengan batuan silica. Kasiterit sering berasosiasi
dengan wolframit, turmalin, topas, kuarsa, fluorit,
arsenopirit, muskovit, mika-Li,bismulinit, bismut
dan molibdenit. Dapat juga terbentuk pada retas
pegmatit, dan pada lingkungan sedimen sebagai
mineral alluvial.
Manfaat : sumber logam timah ( putih )
18. Manganit, MnO(OH)
Tempat Ditemukan : Padang, Sumatera Barat
Sistem kristal : Monoklin.
Warna : Abu-abu baja gelap sampai hitam-besi.
Goresan : Coklat kemerahan sampai hitam.
Belahan dan pecahan : {010} sangat sempurna, {110} dan {001} kurang
sempurna
Kekerasan : 4 Skala Mohs
Berat jenis : 4,33 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature
rendah, terdapat dalam urat-urat, dan berasosiasi
dengan barit, kalsit, siderit, dan hausmanit.
Dijumpai juga dalam deposit yang terbentuk oleh
aktivitas air meteorik, dan terdapat bersama
pirolusit, gutit, psilomelan, dan mineral-mineral
mangan yang lain.
Manfaat : Mineral bijih sumber logam mangan.
19. Fluorit, CaF2
Tempat Ditemukan : Garut, Jawa Barat
Sistem Cristal : Isometrik.
Warna : Sangat bervariasi, dapat tak-berwarna, kuning
anggur, hijau, biru kehijauan, biru lembayung,
putih, abu-abu, biru-langit, hitam kebiruan, atau
coklat.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {111} sempurna , subkonkoidal
Kekerasan : 4 Skala Mohs
Berat jenis : 3,18 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan
dijumpai dalam urat-urat, baik sebagai mineral
utama maupun sebagai mineral yang bersama
mineral-mineral bijih metalik, khususnya timbal
dan perak. Umumnya dalam dolomit dan
batugamping ; dan dapat pula terbentuk pada
lingkungan batuan beku dan pegmatit.
Berasosiasi dengan beberapa mineral, antara lain
kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa,
galena, sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan
apatit.
Manfaat : Dipakai dalam industri kimia, peleburan besi baja,
gelas, Kaca-serat (fiberglass ) dan tembikar.
20. Dolomit, CaMg(CO3)2
Tempat Ditemukan : Sumatera Utara, Papua
Sistem kristal : Trigonal.
Warna : Tak-berwarna, putih, abu-abu, atau kehijauan, yang
menjadi coklat kekuningan, atau coklat, dapat juga
merah muda, atau merah-mawar
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Sempurna pada {10 11}
Kekerasan : 3,5 – 4 Skala mohs
Berat jenis : 2,85 gr/cm3
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan sedimen, melalui
proses hidrotermal dan terdapat dalam urat-urat, serta
berasosiasi dengan fluorit, barit, kalsit, siderit, kuarsa
dan mineral-mineral bijih metalik.Dapat juga
terbentuksecara metamorfisme.
Manfaat : Sumber logam magnesium, atau kalsium, dan
senyawa magnesium oksida yang digunakan untuk
membuat batubara tahan api.dapat juga dibuat batu
hias.
21. Malakhit, Cu2(CO3)(OH)2
Tempat Ditemukan : Broken Hill, New South Wales, Australia
Sistem Cristal : Monoklin.
Warna : Hijau cemerlang.
Goresan : Hijau pucat.
Belahan dan pecahan : {201} sempurna, {010}baik ; tak-rata
Kekerasan : 3,5 – 4 Skala Mohs
Berat jenis : 3,9 – 4,03 gr/cm3
Genesis : Malakhit adalah mineral tembaga sekunder,
umumnya terdapat dalam mintakat oksidasi atas
pada suatu deposit bijih tembaga, khususnya pada
daerah yang berbatugamping, dan sering berasosiasi
dengan azurite, limonit, kalsit, kalsedon, khrisokola,
dan mineral-mineral sekunder tembaga, timbal, atau
seng, dan lainnya.
Manfaat : Mineral bijih sumber minor logam tembaga,
digunakan juga sebagai batu-hias, dan batupermata
22. Barit, BaSO4
Tempat Ditemukan : Kalimantan Barat
Sistem kristal : Ortorombik.
Warna : Tak-berwarna sampai putih ; dapat pula kuning,
coklat, kemerahan, abu-abu, kehijauan, atau biru.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {001} dan {210} sempurna.
Kekerasan : 3 – 3,5 Skala Mohs
Berat jenis : 4,5 gr/cm3
Genesis : Terbentuk melalui proses hidrotermal temperature
rendah sampai menengah, dan terdapat dalam urat
-urat bersama bijih perak, timbal, tembaga, kobalt,
mangan, antimon. Dapat juga berasosiasi dengan
fluorit, kalsit, siderit, dolomit dan kuarsa
Manfaat : Digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor
( drilling mud ) yang dipakai pada pemboran minyak
bumi dan gas.
23. Gipsum, CaSO42H2O
Tempat Ditemukan : Besuku, Jawa Timur
Sistem kristal : Monoklin.
Warna : Tak-berwarna dan transparan, dapat pula putih, abu
-abu,dan kekuningan bila masiv.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {010} sempurna ; {100} dengan permukaan
konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus.
Kekerasan : 2 Skala Mohs
Berat jenis : 2,32 gr/cm3
Genesis : Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering
berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir,
lempung dan garam batuan.
Manfaat : Digunakan dalam industri konstruksi, sebagai
pembenah tanah dan pupuk.
24. Kuarsa, SiO2
Tempat Ditemukan : Sampit, Kalimantan Tengah
Sistem Cristal : Hexagonal
Warna : Tak-berwarna sampai putih, kadang-kadang berwarna
karena pengotoran.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.
Kekerasan : 7 Skala Mohs
Berat jenis : 2,65 gr/cm3
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku,
pegmatit, hidrotermal, metamorfik dan sedimen.
Manfaat : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux
dalam industri metalurgi, pembuatan gelas,
keramik, refraktori, amplas, filter, batupermata dan
optik.
25. Opal, SiO2.nH2O
Tempat Ditemukan : Kebumen, Jawa Tengah
Sistem kristal : Tak-ada.
Warna : Tak-berwarna, atau putih ; ada juga abu-abu, coklat,
atau merah, yang biasanya disebabkan oleh kotoran
berbutir halus.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : Tak-ada ; konkoidal.
Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs
Berat jenis : 2,0 – 2,2 gr/cm3
Genesis : Terbentuk sebagai deposit mata air panas pada
kedalaman yang dangkal, deposit air meteorik, atau
deposit larutan hipogen temperatur rendah. Sering
mengisi rekah-rekah atau rongga-rongga pada
batuan, dan mengganti sel-sel kayu. Dapat juga dihasilkan
oleh bunga-karang. (sponge), radiolaria dan diatomea
dari sekresinya yang berupa silica.
Manfaat : Dibuat batu permata, sedangkan diatomit digunakan
untuk membuat amplas, filler, bubuk filtrasi dan
isolator.
26. Muskovit, KAl2(AlSi3O10)(OH)2
Tempat Ditemukan : Sulawesi Selatan
Sistem kristal : Monoklin .
Warna : tak berwarna, atau hijau pucat, abu-abu, atau coklat
pada lembaran tipis.
Goresan : Putih.
Belahan dan pecahan : {001} sempurna.
Kekerasan : 2-2,5 Skala Mohs
Berat jenis : 2,8-2,9 gr/cm3
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku,
pegmatite ( dalam pegmatit granit ), lingkungan
metamorfik berderajat rendah dan menengah ( dalam
sekis dan genes ), atau pada lingkungan sedimen.
Manfaat : Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, bahan isian
(filter), minyak pelumas dan material tahan panas.
27. Turmalin, Na(Mg,Fe)3Al6(BO3)3(Si6O18)(OH)4
Tempat Ditemukan : Bengkayang, Kalimantan Barat.
Sistem kristal : Trigonal.
Warna : Biasanya hitam, dapat juga coklat, biru gelap,tak
berwarna (jenis yang bebas Fe), merah muda, hijau,
dan biru untuk varitas yang mengandung litium.
Goresan : Putih
Belahan dan pecahan : {11 20} dan {10 11} jelek ; konkoidal.
Kekerasan : 7-7,5 Skala Mohs
Berat jenis : 3,0-3,2 gr/cm3
Genesis : Terbentuk pada pegmatit, dan terdapat dalam
pegmatite granit.dijumpai juga sebagai mineral
asesori dalam batuan metamorf, khususnya pada
sekis dan genes.Turmalin coklat kaya –Mg dapat
dijumpai dalam batugamping termetamorfisme dan
dalam urat-urat metaliferus bertemperatur tinggi.
Manfaat : Dibuat batupermata dan dipakai dalam industry
sehubungan dengan sifat piezoelektriknya.
Berikut Adalah Gambar Kristal
Perawakan Dan Deskripsi Dari Beberapa Mineral
Dari Praktikum Mineralogi
Pada Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :
LABORATURIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS NUSA CENDAN
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :
LABORATURIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :
LABORATORIUM KRISMIN
JURUSAN T. PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Sistem Kristal Perawakan mineral
31. Deskripsi mineral Silikat : Kuarsa 32. Warna : Tak berwarna
33. Sistem & Perawakan Kristal : Hexagonal & meniang 34. Kilap : Kilap kaca 35. Kekerasan : 7 Skala Mohs
36. Goresan : Putih 37. Belahan & pecahan : baik dan choncoidal
38. Tenacity : Brittle 39. Berat jenis : 2,65 gr/cm3 40. Kemagnetan : Diamagnetik
41. Derajat transparan : Translucent mineral (adanya mineral pengotor) 42. Sifat khas : Tidak berwarna, mengkilap kaca, menjadi
mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus pandang dikarenakan mineral pengotornya, dapat hancur menjadi tepung halus kekerasannya 7 Skala
Mohs 43. Nama dan rumus kimia : Kuarsa (SiO2)
44. Kegunaan : Dipakai dalam industri konstruksi, sebagai flux dalam industri metalurgi
45. Genesa : Terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatite,
hidrotermal, metamorfik dan sedimen
Nama : Juan Julio Wicaksono Tanggal :
Nim : 0906102639 TTD :
Jurusan : Teknik Pertambangan
Deskripsi Kriistem Kristal :
Proyeksi: Orthogona
Jumlah unsur kristal :