contoh sususan skripsi

74
skripsi hubungan internasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan dengan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat. Di sekitar objek wisata berdaya tarik tinggi, penduduk setempat sibuk dalam berbagai kegiatan produktif seperti menyediakan penginapan, menjual produk kerajinan dan seni, menyewakan jasa transportasi, membuka rumah makan, dan banyak kegiatan ekonomi lokal yang lain. Dengan ciri di atas, industri pariwisata diandalkan untuk menyerap banyak tenaga kerja.Lagi pula, corak permintaan yang sangat beragam membuat industri ini terpecah-pecah (fragmented industry), dengan ragam pemain pasar yang sangat bervariasi. Kaitan wisata dengan ekonomi dan investasi sangat erat. Itu sebabnya promosi pariwisata harus dilakukan upaya menggenjot perdagangan dan investasi suatu negara. Persaingan industri pariwisata di Asia Tenggara dari waktu ke waktu semakin ketat. Kemerosotan kunjungan wisatawan ke Indonesia pasca rangkaian terorisme, dan berbagai bencana alam yang menimpa Indonesia telah dimanfaatkan negara-negara lain di Asia Tenggara untuk memasarkan pariwisata serta produk wisatanya secara agresif. Negara¬¬-negara di Asia Tenggara dengan gencarnya mempromosikan Pariwisatanya ke dunia Internasional seperti Malaysia the Truly Asia, Amazing Thailand dan Uniquely Singapore. Bahkan secara langsung maupun tidak ada upaya negara-negara tersebut menggeser pesona Bali sebagai salah satu andalan terbesar wisata Indonesia. Malaysia secara gencar memasarkan Langkawi, Vietnam mempercantik Holong Bay, Thailand memilih koridor Phuket-Pattaya sebagai Surga Asia, dan Singapura bergegas mengemas Sentosa Island. Dalam persaingan sebagai daerah tujuan wisata, Indonesia masih tertinggal. Jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia dalam tiga tahun terakhir masih berkisar di angka lima juta. Angka ini jauh di bawah Malaysia, Thailand, Singapura dan Hongkong. Negara- negara tersebut sudah mengembangkan produk wisata yang lebih bervariasi seperti wisata pendidikan, kesehatan, MICE (meeting, incentive, convention ,and exhibition), dan sebagainya. (http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html) Di tengah konstelasi persaingan wisata yang ketat ini, Pemerintah

Upload: markus-binse-banako-flintstones

Post on 24-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

semangat

TRANSCRIPT

skripsi hubungan internasionalBAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PenelitianPariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan dengan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat. Di sekitar objek wisata berdaya tarik tinggi, penduduk setempat sibuk dalam berbagai kegiatan produktif seperti menyediakan penginapan, menjual produk kerajinan dan seni, menyewakan jasa transportasi, membuka rumah makan, dan banyak kegiatan ekonomi lokal yang lain. Dengan ciri di atas, industri pariwisata diandalkan untuk menyerap banyak tenaga kerja.Lagi pula, corak permintaan yang sangat beragam membuat industri ini terpecah-pecah (fragmented industry), dengan ragam pemain pasar yang sangat bervariasi.Kaitan wisata dengan ekonomi dan investasi sangat erat. Itu sebabnya promosi pariwisata harus dilakukan upaya menggenjot perdagangan dan investasi suatu negara. Persaingan industri pariwisata di Asia Tenggara dari waktu ke waktu semakin ketat. Kemerosotan kunjungan wisatawan ke Indonesia pasca rangkaian terorisme, dan berbagai bencana alam yang menimpa Indonesia telah dimanfaatkan negara-negara lain di Asia Tenggara untuk memasarkan pariwisata serta produk wisatanya secara agresif.Negara-negara di Asia Tenggara dengan gencarnya mempromosikan Pariwisatanya ke dunia Internasional seperti Malaysia the Truly Asia, Amazing Thailand dan Uniquely Singapore.

Bahkan secara langsung maupun tidak ada upaya negara-negara tersebut menggeser pesona Bali sebagai salah satu andalan terbesar wisata Indonesia. Malaysia secara gencar memasarkan Langkawi, Vietnam mempercantik Holong Bay, Thailand memilih koridor Phuket-Pattaya sebagai Surga Asia, dan Singapura bergegas mengemas Sentosa Island. Dalam persaingan sebagai daerah tujuan wisata, Indonesia masih tertinggal. Jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia dalam tiga tahun terakhir masih berkisar di angka lima juta. Angka ini jauh di bawah Malaysia, Thailand, Singapura dan Hongkong. Negara-negara tersebut sudah mengembangkan produk wisata yang lebih bervariasi seperti wisata pendidikan, kesehatan, MICE (meeting, incentive, convention ,and exhibition), dan sebagainya.(http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html)

Di tengah konstelasi persaingan wisata yang ketat ini, Pemerintah Indonesia pada tahun 2008 ini membuat gebrakan. Yaitu sebuah program pariwisata yang bertajuk "Indonesia Visit Year 2008. Indonesia visit year 2008 merupakan program pemerintah Indonesia di tahun 2008 dimana program tersebut dicanangkan untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia Internasional yaitu tentang kekayaan kebudayaan yang ada di Indonesia dan untuk memperkenalkan tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk menyikapi maraknya anggapan negatif dari berbagai belahan dunia yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak aman.(http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html)

Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia melaksanakan program tersebut agar anggapan negatif mengenai Indonesia tidak ada lagi. Dengan adanya program tersebut, maka diharapkan Indonesia kembali menjadi salah satu negara yang diminati untuk dikunjungi oleh negara-negara Internasional baik itu hanya sekedar berlibur atau berinvestasi. Karena investasi pariwisata merupakan salah satu alternatif bijak untuk menutup defisit anggaran negara yang semakin membengkak. Dengan berbekal budaya ramah tamah dan keindahan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, maka Indonesia siap untuk mewujudkan program Indonesia Visit Year 2008.Pemerintah Indonesia mengharapkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam menyukseskan program Indonesia Visit Year 2008 ini. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan ikut serta dalam mempromosikan kebudayaan Indonesia dan ikut menjunjung tinggi kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.Program pariwisata semacam ini pernah diluncurkan di awal tahun 1990 yaitu program Sapta Pesona, meski hasilnya tidak maksimal tapi intinya tetap sama, mempromosikan Indonesia lewat kemasan pariwisata. Indonesia sebagai negeri yang sebenarnya kaya akan keindahan alam tampaknya tidak akan kesulitan dalam merealisasikannya.Belajar dari kegagalan program serupa di awal era 90-an, Indonesia dan seluruh elemen bangsa tentunya merindukan kesuksesan menghampiri program ini. terlepas dari polemik internal yang tak kunjung henti menghampiri bangsa ini, sesungguhnya masih ada harapan untuk bangkit karena program ini merupakan program yang terkonsep dengan rapi, ditambah dengan strategi pemasaran dan publisitas yang dikemas dengan matang.

Program ini akan efektif apabila berjalan maksimal, dan akan mampu membangun image positif di mata dunia internasional. Melalui program ini Indonesia membangun kembali image positifnya di mata internasional. Indonesia mencanangkan program Indonesia Visit Year 2008 dengan target tujuh juta wisatawan mancanegara (wisman) dan perolehan devisa sebesar USD6,4 miliar.(http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html)

Tahun 2007 merupakan tonggak kebangkitan pariwisata Indonesia khususnya Bali yang sejak tragedi bom Bali I terus terpuruk. Angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali tahun 2007 mengalami kenaikan sekitar 32,32 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 pariwisata Bali akan mengalami lonjakan fantastis. Total kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali tahun 2007 mencapai 1.667.655 orang. Jumlah ini naik sekitar 32,32 persen dari tahun sebelumnya, di mana tahun 2006 tercatat 1.260.317 orang.(http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html)

Optimisme ini juga terkait mulai tumbuhnya pasar baru pariwisata Bali. Untuk pertama kalinya tahun 2007, wisatawan dari negeri tirai bambu itu masuk dalam 10 besar (top ten) pasar utama pariwisata Bali. Cina menduduki urutan keenam, menggeser Inggris, Jerman, Prancis, Amerika Serikat dan Belanda. Sebagai gambaran pasar utama pariwisata Bali tahun 2007 berturut-turut: Jepang, Australia, Taiwan, Korea Selatan Malaysia, Cina (RRC), Inggris, Jerman, Prancis dan AS.

Sementara Belanda yang tahun 2006 menduduki posisi kesepuluh terpental dari top ten. Australia yang tahun 2006 menduduki posisi ketiga naik ke posisi kedua menggeser Taiwan yang turun ke posisi ketiga.(http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html)

Selama ini Bali memberi kontribusi besar dalam mendatangkan wisatawan mancanegara. Bahkan sering orang lebih tahu Bali dibanding Indonesia. Di sini memang muncul dilema, apakah promosi akan dilakukan per objek wisata, per-tema wisata, atau pada aras menyeluruh dalam payung Indonesia. Setiap pilihan tergantung pada analisis pasar, segmentasi, dan target pasar yang harus dibidik. Negara tetangga tampak lebih lincah, baik dalam membangun objek wisata baru atau membangun tema baru. Shenzhen China memperkenalkan Window of the World, Hongkong membangun Disneyland, Malaysia meluncur dengan Menara Petronas, Saigon membangun citra sebagai the most romantic city, dan Selandia Baru berkampanye dengan memanfaatkan popularitas film Lord of the Rings.(http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html)

Pemerintah Indonesia sedang berusaha serius untuk memilih sejumlah daerah tujuan wisata lalu mengemasnya sebagai destinasi kelas dunia. Oleh karena itu pada tahun 2008 ini Pemerintah Indonesia mulai mempromosikan daerah-daerah wisata lain di Indonesia. Indonesia yang sedemikian kaya dengan aneka budaya, flora dan fauna, memiliki potensi yang besar. Dalam rangka mendorong akselerasi pengembangan destinasi periwisata di daerah, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah mencanangkan destinasi pariwisata unggulan baru untuk tahun 2008, provinsi yang ditetapkan sebagai destinasi pariwisata unggulan adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Kalmantan Timur, dan Papua Barat. Tantangan Indonesia adalah menciptakan objek-objek wisata yang lebih variatif dan sebagai suatu paket saling melengkapi, berdaya saing tinggi, memiliki keunikan yang sulit ditiru pesaing, dan melibatkan partisipasi luas masyarakat.Sebelum dicanangkan program Indonesia visit year 2008, pemerintah Indonesia sudah terlebih dahulu menjalin kerjasama dengan negara-negara yang tergabung dalam IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle) pada tahun 2007. IMT-GT atau kawasan segi tiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand sepakat meningkatkan kerjasama dalam upaya memberikan kemudahan aksesibilitas bagi wisatawan untuk berkunjung ke destinasi dalam kawasan segi tiga pertumbuhan IMT. kerjasama tersebut membahas tentang pembangunan fasilitas dermaga untuk penyeberangan kapal ferry yang menghubungkan Kantang Thailand, Belawan Indonesia dan Penang Malaysia.Program Indonesia Visit Year 2008 ini memperoleh dukungan dari UN-WTO(United Nations-World Tourism Organization). UN-WTO untuk sekian kalinya memberi bantuan teknis kepada Indonesia termasuk ketika muncul musibah bom Bali maupun gempa bumi Yogyakarta berupa strategi komunikasi dengan membuat media center yang menginformasikan kondisi teraktual mengenai suatu kejadian ke seluruh dunia.Media center ini dinilai cukup efektif dalam upaya mendukung program tersebut. komunikasi mempunyai peranan yang sentral dalam pariwisata, karena dengan informasi yang cepat dan akurat akan menjadi semacam guideline bagi wisatawan di seluruh dunia untuk datang ke destinasi. Dengan mendapatkan informasi yang cepat dan akurat, wisatawan segera menentukan untuk datang ke suatu negara (destinasi) yang akan dikunjungi.Strategi Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia adalah dengan menambah daftar negara yang memperoleh fasilitas VoA (Visa on Arrival) menjadi 63 Negara. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisata, sosial, kepentingan bisnis atau tugas kepemerintahan sebagai bentuk upaya meningkatkan arus kedatangan wisatawan mancanegara. Dengan adanya fasilitas VoA ini diharapkan hubungan antara Indonesia dengan beberapa negara tertentu dapat meningkat dengan mengusung azas manfaat dan saling menguntungkan.Selain fasilitas VoA, hubungan-hubungan diplomatik dengan negara-negara Internasional tengah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Indonesia di berbagai penjuru negara khususnya negara-negara di Eropa mulai mempromosikan pariwisata dengan gencar guna mensukseskan program Indonesia Visit Year 2008. Indonesia Visit Year 2008 diluncurkan di pameran terbesar pariwisata International Travel Fair (ITF) Slovakia tour 2008. Pemerintah Slovakia mendorong masyarakat Slovakia untuk mengunjungi Indonesia sebagai tujuan wisata unik dan eksotik, yang tidak dimiliki oleh tujuan wisata di negara lain. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Ukraina telah berpartisipasi dalam pameran pariwisata internasional XVII, International Exhibition: Crimea Resort Tourism 2008 dengan menampilkan berbagai brosur pariwisata Indonesia, film promosi, dan peragaan busana daerah Indonesia. KBRI untuk Swedia telah mencanangkan program promosi pariwisata Indonesia Visit Year 2008 di sebuah pameran pariwisata terbesar bertajuk Stockholm Travel Show 2008. KBRI di Melbourne Australia bersama dengan Depbudpar, telah meluncurkan program Indonesia Visit Year (VIY) 2008 dengan memanfaatkan momentum penyelenggaraan AIME ke-16 (Asia-Pacific Incentives and Meetings Expo) di Melbourne. Program Indonesia Visit Year 2008 juga sedang dipromosikan di Spanyol. Hal ini mengemuka pada acara Konferensi Pers yang digelar KBRI Madrid bersama Depbudpar, yang dihadiri sedikitnya 25 wartawan Spanyol dan kalangan Industri wisata serta peminat wisata.(http://deplu.co.id/berita_detail.php.htm)Indonesia begitu gencarnya mempromosikan program pariwisata ini ke berbagai negara di dunia, Indonesia diharapkan kembali menjadi salah satu negara yang diminati untuk dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara dan agar anggapan negatif mengenai Indonesia tidak ada lagi. Selain itu Indonesia akan memperoleh pendapatkan yang besar dari devisa negara sehingga diharapkan mampu menutup defisit keuangan negara.Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana strategi dan program Indonesia tersebut direalisasikan oleh pemerintah Indonesia, dalam konteks Studi Hubungan Internasional. Berdasarkan latar belakang diatas, maka sejumlah konsep dan teori yang dimaksud akan diambil dari beberapa mata kuliah inti yang dijadikan kurikulum pada jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, yaitu:1. Politik Luar Negeri, dalam kaitan dengan kebijakan luar negeri suatu negara terhadap negara lainnya.2. Analisis Politik Luar Negeri, digunakan penulis untuk menganalisis kebijakan-kebijakan yang dibuat, sikap dan perilaku ataupun aksi yang dilakukan oleh Indonesia dalam menyikapi masalah internal nya.3. Ekonomi Politik Internasional, yaitu berkaitan dengan konsep-konsep faktor ekonomi dan faktor politik sebagai perangkat analisis adanya interaksi ekonomi. dan politik diantara negara-negara yang satu sama lain saling mengadakan hubungan kerjasama secara timbal balik.4. Kerjasama Internasional muncul sebagai bentuk pola kerjasama yang ditimbulkan dari peranan pemerintah Indonesia dalam merealisasikan program Indonesia Visit Year 2008Berangkat dari fenomena diatas ditambah dengan konsep, pendekatan, dan teori-teori dalam Hubungan Internasional maka penulis memberikan judul untuk skripsi ini yaitu:STRATEGI INDONESIA DALAM MEMPROMOSIKAN PARIWISATA MELALUI PROGRAM INDONESIA VISIT YEAR 2008 (2005 2008)

1.2 Permasalahan1.2.1 Identifikasi MasalahIdentifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. Identifikasi masalah adanya upaya untuk menjelaskan suatu fenomena pada situasi tertentu. Untuk memudahkan dalam identifikasi masalah diperlukan adanya suatu penjelasan. (Suriasumantri,1993:309)Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai masalah-masalah yang rumit yang harus dihadapi bukan hanya dalam satu aspek kehidupan saja, tetapi didalam berbagai aspek kehidupan bernegaranya, seperti dalam bidang ekonomi yang sampai sekarang belum dapat bangkit dari keterpurukannya, masalah politik yang carut marut, serta citra negatif Indonesia di mata dunia Internasional akibat berbagai tragedi dan musibah yang terus menerus menimpa Indonesia pada tahun-tahun belakang ini mulai dari krisis ekonomi, bencana Tsunami, bom bali sampai masalah-masalah internal bangsa Indonesia. Keterpurukan Indonesia tersebut telah dimanfaatkan oleh negara-negara lain di Asia Tenggara untuk memasarkan pariwisata serta produk wisatanya secara agresif karena kaitan wisata dengan ekonomi maupun investasi sangat erat.Namun seiring berjalannya waktu citra Indonesia dimata dunia Internasional perlahan membaik itu terbukti dari banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung dan berinvestasi di Indonesia pada tahun 2007(depbudpar http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008 )Di tengah konstelasi persaingan ketat ini Pemerintah Indonesia membuat sebuah. program bertajuk "Indonesia Visit Year 2008. Indonesia visit year 2008 merupakan program pemerintah di tahun 2008 dimana program tersebut digunakan untuk memperkenalkan bangsa Indonesia kepada dunia luar yaitu tentang kekayaan kebudayaan yang ada di Indonesia dan untuk memperkenalkan tempat-tempat wisata yang ada di Indonesia. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah untuk menyikapi maraknya anggapan negatif dari berbagai belahan dunia yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak aman dan juga diharapkan dapat membantu menutupi defisit keuangan negara karena tidak dapat dipungkiri pariwisata merupakan sumber utama dari pemasukan devisa negara. Strategi promosi yang baik dan efektif diharapkan mampu menjadi solusi bagi pemerintah Indonesia dalam bidang pariwisata ini.

1.2.2 Pembatasan MasalahLuasnya permasalahan diatas, penulis membatasi masalah pada strategi Indonesia dalam mempromosikan pariwisatanya terhadap negara-negara Internasional dan pengaruhnya terhadap kepentingan nasional negara Indonesia pada periode 2005-2008. Tahun 2005 adalah tahun dimana tragedi bom Bali terjadi untuk yang kedua kalinya. Tragedi Bom Bali2 membuat citra Indonesia semakin buruk dimata dunia Internasional. Dampak tersebut mengakibatkan merosotnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Untuk menyikapi maraknya anggapan negatif terhadap Indonesia maka tahun 2008 ini Indonesia mencanangkan sebuah program promosi pariwisata yaitu Indonesia Visit Year 2008.Tahun 2008 merupakan tahun dimana pemerintah Indonesia mengangap sebagai awal kebangkitan pariwisata Indonesia, karena tahun 2008 bertepatan dengan moment 100 tahun kebangkitan nasional Indonesia. Selain itu persaingan wisata antara negara-negara di Asia Tenggara makin ketat, negara-negara tersebut dengan gencarnya mempromosikan pariwisatanya ke dunia Internasional seperti Malaysia (Malaysia the Truly Asia), Thailand (Amazing Thailand) dan Singapura (Uniquely Singapore). Alasan-alasan itulah yang membuat Indonesia harus membangkitkan kembali pariwisatanya pada tahun 2008 ini.

1.2.3 Perumusan MasalahPerumusan masalah merupakan pertanyaan tentang objek empiris yang jelas batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor yang terkait. Perumusan masalah upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan apa saja yang ingin dcarikan jawabannya. (Suriasumantri,1996:312).Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah maka dirumuskan research question sebagai berikut: Bagaimanakah strategi Indonesia dalam merealisasikan program promosi pariwisata Indonesia visit year 2008 ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian.1.3.1 Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Mengetahui latar belakang Indonesia mencanangkan program Indonesia Visit Year 2008.b. Mengetahui strategi yang dilakukan Indonesia dalam mempromosikan program Indonesia Visit Year 2008.c. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Indonesia dalam menjalankan program Indonesia Visit Year 2008.

1.3.2 Kegunaan PenelitianKegunaan penelitian merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang didapat dari penelitian. (Suriasumantri, 1996: 313).Adapun kegunaan penelitian ini adalah :Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menjadi referensi bagi para penstudi Hubungan Internasional yang menaruh minat terhadap masalah kebijakan politik luar negeri suatu negara terhadap negara lainnya. Penelitian ini juga melatih penulis dalam membuat karya ilmiah yang lebih baik lagi.

I.4 Kerangka PemikiranI.4.1 PendekatanDalam pengertian yang sederhana suatu pendekatan didefinisikan sebagai a way looking at and then explaining a particular phenomenon (Johari, 1985:91). Cara untuk melihat dan kemudian menjelaskan suatu fenomena dapat secara luas dan menyeluruh (holistik) atau bisa terbatas pada sebagian titik tertentu saja (analitik), dengan memunculkan kriteria-kriteria dalam menyeleksi masalah untuk memperoleh data yang relevan agar fenomena tersebut dapat dijelaskan.Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Rosenau, Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sistem yang berdasarkan pada Rosenau.Menurut Rosenau, faktor-faktor atau sumber-sumber kebijakan luar negeri melalui dua kontinum, yakni dengan cara menempatkan sumber-sumber itu pada kontinu waktu (time continu) dan kontinu agresi sistematik (systemic agregation continu) (Rosenau. 1976: 18).

Kontinu waktu meliputi sumber-sumber yang cenderung bersifat mantap dan berlaku terus-menerus dan tetap, dan sumber-sumber yang dapat dipengaruhi oleh fluktuasi jarak pendek, dan sumber-sumber yang dapat berubah (Moch. Yani. 2005: 56).

Menurut Rosenau sumber-sumber utama yang menjadi input dalam kebijakan luar negeri adalah, sumber sistemik yang bersal dari lingkuhgan eksternal dari suatu negara, sumber masyarakat merupakan sumber yang berasal dari lingkungan internal, sumber pemerintahan merupakan sumber internal yang menjelaskan tentang pertanggungjawaban politik dan struktur dalam pemerintahan dan sumber idiosinkratik yang merupakan sumber internal yang melihat pada pengalaman, nilai-nilai, bakat, serta kepribadian elit politik.Secara sederhana model sumber-sumber yang mempengaruhi kebjakan luarnegeri menurut Rosenau dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti di bawah ini. Model ini dikenal dengan nama model Adaptif karena model ini meneliti kebijakan luar negeri yang fokus pada bagaimana negara-negara memberikan respon terhadap kendala-kendala dan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh lingkungannya ( Moch. Yani. 2005: 66)

Gambar 1.1Model Adaptif Politik Luar Negeri(Sumber: James N. Rosenau, Comparing Foreign Policy: Theories, Findings, and Methods. New York: Sage Publications, 1974, hal 47.)

Model ini berupaya memisahkan beberapa pilihan politik luar negeri berdasarkan perkiraan kapabilitas yang dimiliki suatu negara dan posisi geopolitiknya. Menurut model ini politik luar negeri merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan lingkungan internal (perubahan struktural). Dengan kata lain, tindakan politik luar negeri suatu negara pada waktu tertentu merupakan penjumlahan dua variabel independen, yaitu perubahan eksternal dan perubahan struktural (internal). Dalam perspektif ini semua negara-bangsa dapat dipandang sebagai suatu entitas yang selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Maka analisis perpektif adaptif ini memusatkan perhatiannya pada proses tindakan adaptasi suatu negara sebagai satu respon terhadap lingkungan eksternal dan internalnya yang berubah dengan berpijak pada penilaian dari negara tersebut akan kapabilitas yang dimilikinya, posisi geografi dan sebagainya (Moch. Yani. 2005:67).Secara khusus, Rosenau menyatakan bahwa politik luar negeri pada hakekatnya merupakan suatu mekanisme untuk negara-negara beradaptasi terhadap perubahan-perubahan di lingkungannya. Maka itu, pemerintah dalam bertahan hidup dan mencapai tujuan nasionalnya harus menyeimbangkan tekanan internal dengan tuntutan eksternal dimana proses penyeimbangan ini mempunyai resiko tinggi dan bahkan kemungkinan disintegrasi. Perubahan-perubahan di dalam politik luar negeri sering terjadi ketika perkembangan-perkembangan di lingkup internal makin meningkatkan tuntutannya berkenaan dengan kondisi di lingkungan eksternal, atau ketika perkembangan di lingkungan eksternal dianggap mempunyai potensi ancaman bagi keberadaan negara-bangsa tesebut akhirnya kondisi tekanan dari kedua lingkungan tersebut diproses di dalam benak para pembuat keputusan yang bertindak untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan peluang-peluang berdasarkan pada persepsi para pembuat keputusan mengenai kondisi lingkungan di sekitar mereka (Moch. Yani. 2005: 68)Rosenau memunculkan empat kemungkinan pola adaptasi politik luar negeri dari suatu negara sebagai respon atau hambatan-hambatan dari lingkungan domestik dan internasional yang dihadapi oleh para pembua keputusan. Keempat pola adaptasi luar negeri tersebut adalah : preservation adaptation (responsive to both external and internal demands and changes), acquiescent adaptation (responsive to external demands and changes), intrasignent adaptation (responsive to internal demands and changes), promotive adaptation ( unresponsive to both internal and estenal demands and changes) (Moch yani. 2005:68).Pemerintah Indonesia dalam membuat keputusannya menggunakan salah satu pola adaptasi politik luar negeri dari Rosenau yaitu preservation adaptation dalam mengatasi dampak dari keamanan domestik pasca terjadinya bencana alam dan terorisme. Melalui program Indonesia Visit Year ini Indonesia meyakinkan publik dunia bahwa Indonesia merupakan negara yang aman baik dari musibah bencana alam maupun terorisme, Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya diplomasi seperti kunjungan ke negara-negara Internasional untuk mempromosikan kebudayaan dan pariwisata Indonesia sedangkan bukti kongkrit pemerintah Indonesia dalam mengatasi dampak keamanan domestik yaitu pemerintah Indonesia telah menangkap dan mengeksekusi para pelaku teror bom (bom bali1 dan bom bali2)

1.4.2 Kerangka KonseptualKerangka konseptual terdiri dari sejumlah konsep yang saling menjalin dan disusun secara sistematis untuk memberikan suatu kerangka pengorganisasian analisis yang penting bagi suatu rancangan penelitian atau karya ilmiah. Tidak ada pola atau kerangka konseptual yang dipakai secara universal, masing-masing harus dirancang untuk penelitian yang akan dilakukan. (Plano, 1999:9)

Hubungan internasional menurut K.J.Holsti dalam bukunya Politik Internasional suatu kerangka analisis yaitu:Hubungan internasional adalah segala bentuk interaksi antara masyarakat negara-negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah atau negara. Lebih lanjut dikatakan, termasuk di dalamnya pengkajian terhadap politik luar negeri atau politik internasional dan meliputi segala segi hubungan diantara berbagai negara di dunia meliputi kajian terhadap lembaga perdagangan internasional, transportasi, pariwisata, komunikasi, dan perkembangan niulai-nilai dan etika internasional.(Holsti, 1987: 26-27).Politik internasional merupakan kebijakan politik luar negeri, dimana kebijakan ini didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yagn merumuskan tujuan, menentukan preseden-preseden atau melakukan tindakan-tindakan yang diambil untuk memusatkan atau mengimplementasikan keputusan itu (Holsti 1987:28)

Adanya interaksi merupakan kunci dari politik internasional yaitu menerangkan hubungan antar negara-bangsa yang berusaha saling mempengaruhi demi memaksimalkan kepentingan dari masing-masing negara yang disebut juga dengan kepentingan nasional, seperti dipaparkan oleh A. Dahlan Nasution dalam bukunya Politik Internasional, Konsep dan Teori. Yaitu:Kepentingan nasional memberikan konstelasi yang diperlukan dalam kebijakan nasional. Suatu negara yang sadar memperhatikan kepentingan nasionalnya dalam situasi yang berubah cepat akan lebih cenderung untuk mempertahankan keseimbangan dan mewujudkan ke arah usaha tujuannya daripada merubah kepentingannya dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru. (Nasution 1983: 43).

Suatu negara yang selalu memperhatikan kepentingan nasionalnya dalam situasi apapun akan lebih cenderung untuk mempertahankan keseimbangan dan tujuannya daripada merubah kepentingannya. Keamanan domestik Indonesia pasca serangkaian terorisme, dan bencana alam telah memperburuk citra Indonesia dimata dunia Internasional.Menurut Buzan keamanan berkaitan dengan masalah kelangsungan hidup (Survival). Isu-isu yang yang mengancam kelangsungan hidup suatu unit kolektif atau prinsip-prinsip yang dimiliki oleh unit-unit kolektif tertentu akan dipandang sebagai ancaman yang eksistensial. Untuk itu diperlukan tindakan untuk memprioritaskan isu tersebut agar ditangani sesegera mungkin dan menggunakan sarana-sarana yang ada untuk menangani masalah tersebut. Berdasarkan kriteria isu keamanan, Buzan membagi keamanan kedalam lima dimensi, yaitu: politik, militer, ekonomi, sosial dan lingkungan. Tiap dimensi keamanan tersebut memiliki unit keamanan, nilai, dan karakteristik survival dan ancaman yang berbeda-beda..(Buzan 1991:21-23)

Kebijakan luar negeri pada hakekatnya merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap lingkungan eksternalnya. Tindakan tersebut tidaklah semata-mata bersifat acak (random) dan unik, melainkan mencerminkan adanya pola-pola (pattern) yang merujuk pada perilaku negara untuk merealisasikan tujuan-tujuannya(Lovell, 1970:69). Menurut Lovell, kebijakan luar negeri memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan sarana-sarana yang dimilikinya. Pemilihan dan penentuan atas tujuan sarana tersebut dipengaruhi oleh peluang dan kendala yang terdapat di lingkungan eksternal. (Ibid, hlm. 289-290).

Berdasarkan definisi tersebut bahwa dalam mencapai tujuannya suatu negara membutuhkan sarana, rencana yang matang, dan seperangkat instrumen politik luar negeri, yaitu dalam bentuk kebijakan-kebijakan sebagai alat interaksi yang bertujuan mencapai kepentingan baik yang bersifat nasional maupun internasional. Instrument politik tersebut berupa diplomasi, baik itu bersifat kooperatif, akomodatif maupun penentangan yang dipengaruhi oleh hubungan diplomatik yang berpengaruh terhadap penentuan sikap negara. S.L Roy dalam buku Diplomacy mempunyai definisi tentang diplomasi yang diterjemahkan oleh Harwanto dan Mirsawati, sebagai berikut:Diplomasi yang sangat erat hubungannya dengan hubungan antar negara, adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal dalam memperoleh tujuan yang diinginkan,diplomasi mengizinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata sebagai cara untuk mencapai tujuannya. Sehingga diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain. ( Roy,1991:15)

I.4.3 HipotesisBerdasarkan pemaparan pada perumusan masalah dan kerangka konseptual dan guna memudahkan dalam memberikan gambaran bagi penulis terhadap penelitian yang dilakukan, penulis mempunyai hipotesis sebagai berikut:Strategi Indonesia dalam mempromosikan pariwisata melalui program Indonesia Visit Year 2008 yang berupa Image promotion, Sales promotion, paduan jasa pelayanan pariwisata, dan pembinaan kerjasama pariwisata yang konsisten akan mempengaruhi pandangan dunia Internasional terhadap Indonesia

I.4.4 Definisi OperasionalDefinisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variable dengan cara memberikan arti, menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 1999:152)Untuk dapat memahami dan mengukur variable yang terdapat dalam hipotesis maka variable-variable tersebut akan didefinisikan secara operasional sebagai berikut:1. Program Indonesia Visit Year 2008 adalah sebuah program promosi pariwisata Indonesia dalam usaha untuk membangun citra positif Indonesia dimata dunia Internasional.2. Strategi promosi, pameran kebudayaan dan festival budaya nasional, destinasi pariwisata unggulan baru dan peningkatan keselamatan dan keamanan yang konsisten merupakan instrument-instrument penting dalam merealisasikan Program Indonesia Visit Year 20083. Kerjasama Internasional adalah kegiatan pendukung Program Indonesia Visit Year 2008 yang merupakan komitmen pemerintah Indonesia dalam memajukan pariwisata Indonesia

I.5 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan DataI.5.1 Metode PenelitianMetode adalah sebuah cara untuk mengelola suatu teori dengan cara mengaplikasikannya ke dalam data-data. (Johari, 1985:22). Dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian deskriptif-analitis. Metode deskriptif-analitis ini mengemukakan ciri-ciri dari sesuatu, secara garis besar metode deskriptif-analitis bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala atau masalah yang diteliti dalam suatu situasi untuk kemudian menganalisa mengapa gejala atau masalah tersebut terjadi. Penggambaran dalam metode deskriptif berhubungan dengan apa, siapa, bilamana dan bagaimana suatu gejala dan berusaha mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas, teliti dan lengkap tanpa banyak detail yang tidak penting. Metode deskriptif-analitis didefinisikan sebagai metode untuk menggambarkan kenyataan dan situasi berdasarkan teori dan konsep-konsep yang dipakai. (Silalahi, 1999:100)

1.5.2 Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data serta informasi di dalam penulisan skripsi ini, penulis kumpulkan melalui dua cara yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Di bawah ini diuraikan tentang teknik pengumpulan data tersebut.1. Penelitian kepustakaan atau library research, yaitu penelitan yang dilakukan dengan kategorisasi dan klasisfikasi bahan-bahan tertulis dengan cara membaca dan mempelajari yang bersumber dari buku referensi, hasil-hasil penelitian, jurnal-jurnal, surat kabar dan majalah serta sumber resmi maupun dokumen-dokumen yang dapat menunjang penelitian ini sebagai data sekunder sebagai landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dibahas dalam penyajian skripsi ini.2. Penelitian lapangan atau field research, yaitu penelitan yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dari objek yang akan diteliti dengan menggunakan cara:a) Observasi, pengamatan dilokasi penelitian data yang dibutuhkan.b) Wawancara dilakukan melalui tanya jawab dengan pihak yang berwenangmengenai masalah yang sedang diteliti.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian1.6.1 Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan dibeberapa perpustakaan dan instansi terkait guna mencari literatur atau bahan yang relevan dengan penelitian, yaitu:1. Perpustakaan Pusat Universitas PadjadjaranJl. Dipatiukur No. 46 Bandung2. Perpustakaan Jurusan Hubungan InternasionalJl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang.3. Perpustakaan FISIP UNPAD, Bandung.JL. Bukit Dago Utara No. 25 tlp. 2509216-Bandung 401355. Perpustakaan UNPARJl. Ciumbuleuit. No. 94, Bandung

1.6.2 Waktu PenelitianPenyusunan waktu penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai waktu yang dibutuhkan dalam proses penulisan karya ilmiah ini. Penulis membuat time schedule untuk rencana kegiatan penelitian ini.

Tabel 1.1Rencana Jadwal KegiatanNo Aktifitas WaktuDes Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul1 Pra Riseta) Pencarian Datab) Pengajuan Judulc) Penunjukan dosenpembimbing2 Riseta) Pencarian Datab) Pembuatan UsulanPenelitian3 Bimbingan Usulan Penelitian4 Seminar Usulan Penelitian5 Bimbingan Skripsi6 Seminar Draft7 Sidang Sarjana

1.7 Sistematika PenulisanBab I Bab Pendahuluan,Yang didalamnya terdapat usulan penelitian yang menjadi dasar penelitian ini. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, formulasi kerangka pemikiran yang terdiri atas pendekatan, kerangka konseptual, hipotesis, dan definisi operasional, metode penelitian, teknik pengumpulan data, waktu dan lokasi penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.BAB II Tinjauan PustakaMerupakan bab yang mencakup serangkaian teori dan pendekatan yang relevan dengan obyek penelitian yang akan dijelaskan lebih lanjut. Teori, konsep dan pendekatan ini berasal dari studi Hubungan Internasional, terutama yang berhubungan dengan Kebijakan Luar Negeri sutu negara, Ekonomi Internasional, dan Kerjasama InternasionalBAB III Obyek PenelitianMerupakan Obyek Penelitian, yang memuat informasi-informasi, baik yang umum maupun yang khusus, meliputi gambaran umum mengenai kondisi Indonesia, pariwisata Indonesia, kebijakan Politik Luar Negerinya sampai dengan diluncurkannya program pariwisata Indonesia Visit Year 2008.BAB IV Hasil Penelitian dan PembahasanBab ini akan menganalisis obyek penelitian dalam upaya menguji hipotesis yang diajukan atau juga disebut sebagai bagian inti. Di sini akan dipaparkan hasil penelitian terhadap variabel-variabel yang ada, dan juga akan disajikan analisa mengenai keterhubungan variabel penjelas dan variabel yang dijelaskan.BAB V Kesimpulan dan SaranMerupakan bab penutup yang akan memaparkan resume dari beberapa bab sebelumnya, kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang telah diteliti dan dianalisa. Kesimpulan akan memuat pembuktian hipotesis, apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak. Sementara saran-saran yang diberikan berkaitan dengan pelaksanaan penelitian baik saran metodologi maupun substansial yang direkomendasikan diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka untuk lebih memahami tindakan-tindakan yang dilakukan oleh aktor-aktor dalam studi Hubungan Internasional.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Berikut ini akan dipaparkan berbagai teori dan konsep yang dapat menunjang dan dinilai relevan dengan masalah yang menjadi objek penelitian ini:

2.1 Hubungan InternasionalHubungan internasional adalah segala bentuk interaksi antara masyarakat negara-negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah atau negara. Lebih lanjut dikatakan, termasuk di dalamnya pengkajian terhadap politik luar negeri atau politik internasional dan meliputi segala segi hubungan diantara berbagai negara di dunia meliputi kajian terhadap lembaga perdagangan internasional, transportasi, pariwisata, komunikasi, dan perkembangan niulai-nilai dan etika internasional.(Holsti, 1987: 26-27). Politik internasional merupakan kebijakan politik luar negeri, dimana kebijakan ini didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yagn merumuskan tujuan, menentukan preseden-preseden atau melakukan tindakan-tindakan yang diambil untuk memusatkan atau mengimplementasikan keputusan itu (Holsti 1987:28)

Dari beberapa pengertian istilah Hubungan Internasional diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan Internasional dapat ditinjau sebagai fenomena sosial maupun disiplin ilmu.(Bakry 1999:4). Sebagai disiplin ilmu atau bidang studi, Hubungan Internasional adalah ilmu yang mempelajari segala macam bentuk hubungan antar negara, antar bangsa atau antar pemerintah atau perorangan yang melintasi batas negara.Sebagai suatu fenomena sosial, Hubungan Internasional merupakan kenyataan sosial yang meliputi semua interaksi yang melibatkan fenomena sosial yang melintasi batasan nasional sutu negara, baik menyangkut aspek ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Hubungan Internasional tidak hanya melibatkan kontak fisik secara langsung, tetapi juga meliputi transaksi ekonomi, penggunaan militer, dan diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah atau non pemerintah. Sehingga pada perkembangannya Hubungan Internasional mengarah pada kegiatan-kegiatan seperti perdagangan Internasional dan investasi, turisme, bantuan kemanusiaan, perang dan juga olimpiade.(Lopez & Stohl 1989:3)

Definisi yang luas ini menunjukan adanya huungan timbal balik yang melibatkan sedikitnya dua pihak dalam sebuah hubungan. Dengan demikian telaah atas Hubungan Internasional mengacu kepada segala bentuk interaksi antara aktor-aktor baik negara ataupun bukan negara dimana satu pihak mempengaruhi pihak lainnya.

2.2 Kebijakan Luar negeriKebijakan luar negeri pada hakekatnya merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap lingkungan eksternalnya. Tindakan tersebut tidaklah semata-mata bersifat acak (random) dan unik, melainkan mencerminkan adanya pola-pola (pattern) yang merujuk pada perilaku negara untuk merealisasikan tujuan-tujuannya(Lovell, 1970:69). Menurut Lovell, kebijakan luar negeri memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan sarana-sarana yang dimilikinya. Pemilihan dan penentuan atas tujuan sarana tersebut dipengaruhi oleh peluang dan kendala yang terdapat di lingkungan eksternal.(Ibid, hlm. 289-290).

Kebijakan luar negeri merupakan sebuah sarana bagi negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya di lingkungan eksternal. Kebijakan luar negeri adalah semua sikap dan aktifitas yang melalui itu masyarakat nasional yang terorganisasi berusaha untuk menguasai dan mengambil keuntungan dari lingkungan internasional (all the attitude and activities through which organized nation society seeks to cope with and benefit from international environment) (Rosenau, 1976:27).Kebijakan luar negeri (foreign policy) merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam kepentingan nasional.Kepentingan nasional pada intinya melukiskan suatu aspirasi yang dipakai secara operasional dalam perumusan kebijakan politik, dimana kebijakan tersebut menjadi sarana perantara dalam mencapai tujuan nasional dan sasaran dalam wujud yang nyata, yaitu melalui konsep kebijakan luar negeri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, bahwa politik luar negeri merupakan alat suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional dan harus sesuai dengan tujuan nasional serta sasaran-sasarannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Kusumaatmadja, 1983 : 152).Kepentingan nasional terbagi kedalam beberapa jenis yaitu:1. Kepentingan Nasional Inti, merupakan kepentingan nasional yang mendorong pemerintah dan bangsa melakukan eksistensinya dalam mepertahankan atau memperluas tujuan sepanjang waktu (untuk mencapai nilai atau kepentingan ini bisa dilakukan dengan atau tanpa menekan negara lain)2. Kepentingan Nasional Jangka Menengah, kepentingan nasional ini biasanya menekankan tuntutannya pada negara lain (komitmen untuk mencapai tujuan ini bersifat serius dan biasanya tujuan ini memiliki beberapa pembatasan).3. Kepentingan Nasional Jangka Panjang, kepentingan nasional ini jarang memiliki batasan waktu dalam pencapaiannya. Dalam kenyataan para negarawan jarang sekali menempatkan nilai tertinggi dalam kepentingan jangka panjang dan mereka tidak akan menggunakan kemampuan nasional atau kebijaksanaan nasional untuk mencapainya, kecuali jika sasaran yang hendak dicapai penting sekali sifatnya bagi ideologi (Plano. 1999:5) Menurut Howard H. Lentner, ada dua faktor yang mempengaruhi atau determinan dalam perumusan kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu:1. Internal/domestik determinan, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam negara itu sendiri yang menjadi bagian dari kepentingan nasional dan harus diperhitungkan dalam upaya pencapaian tujuan nasional keluar.2. Eksternal determinan, yaitu faktor-faktor yang terdapat diluar batas teritorial suatu negara atau didalam suatu lingkungan internasional (Lentner, 1974: 105-170).Kebijakan luar negeri yang telah diputuskan oleh suatu negara dapat dijalankan atau dilaksanakan melalui beberapa sarana kebijakan luar negeri. Sarana-sarana yang dapat digunakan oleh negara dalam melakukan aksi kebijakan luar negerinya, secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu:1. Political means, yaitu tindakan dari suatu negara yang dilakukan dengan cara mengirimkan orangnya ke negara-negara lain untuk mempegaruhi tokoh-tokoh politik di negara itu demi untuk kepentingan dari negara yang mengirimnya tersebut.2. Diplomatic means, yaitu cara-cara diplomasi yang digunakan sebagai sarana utama dalam politik luar negerinya.3. Informatical means, yaitu aksi yang dilakukan oleh suatu negara dengan menggunakan media komunikasi sebagai sarana politik luar negerinya, yang diarahkan kepada masyarakat negara lain atau dunia internasional demi untuk mencapai kepentingan dari negara yang melakukan aksi tersebut.4. Military means, yaitu penggunaan kekuatan militer sebagai sarana untuk mencapai kepentingan politik suatu negara ke negara lain (Lentner, 1974: 113-7).

2.3 Pendekatan Sistem dalam Analisis Kebijakan Luar Negeri.Negara sebagai sebuah sistem atau unit tersendiri dalam interaksinya dengan aktor-aktor internasional lainnya mendapat pengaruh-pengaruh yang datang baik dari lingkungan luar (eksternal) maupun lingkungan dalam (internal). Menggunakan pendekatan yang melihat negara sebagai sebuah sistem kita bisa mengidentifikasikan apa saja yang menjadi pengaruh atau faktor bagi negara dalam mengambil suatu tindakan atau kebijakan yang menentukan posisinya ketika berinteraksi dengan aktor-aktor lainnya.Penerapan pendekatan sistem dalam usaha untuk memahami kebijakan luar negeri harus disertai karakteristik-karakteristik sebagai berikut :1. Komponen-komponen yang ada dalam sistem harus dispesifikasikan dengan jelas hingga terlihat arti penting dan pengaruhnya dalam pembuatan kebijakan.2. Sistem itu sendiri harus dijelaskan sebagai suatu kesatuan.3. Konsepsi kebijakan luar negeri adalah sesuatu yang dinamis dan sistem selalu bereksi terhadap perubahan dan selalu beradaptasi.4. Sistem kebijakan luar negeri selalu berhubungan dengan lingkungannya.5. Variabel yang ada dalam sistem saling berhubungan dan tergantung satu sama lain (Clarke, 1989: 31).Pendekatan sistem dalam kebijakan luar negeri merujuk pada tiga hal, pertama sistem terdiri dari beberapa bagian yang bekerja sama untuk melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan bersama dan kebijakan luar negeri sendiri dibuat untuk menentukan tujuan dan sikap suatu negara terhadap lingkungan eksternalnya. Kedua, sistem terdiri dari kesalingterhubungan antar komponen-komponen utamanya dimana tugas utama dari komponen-komponen itu adalah untuk mempertahankan keberlangsungan sistem tersebut. Ketiga, sistem akan selalu berhubungan dengan lingkungannya. Interaksi suatu negara sebagai suatu sistem dilakukan melalui penerimaan input-input yng datang dari lingkungan internal dan eksternal untuk kemudian menghasilkan output berupa kebijakan luar negeri yang juga interaksi negara dengan lingkungannya (Lovell, 1970: 214-216).Perubahan dari input terjadi melalui suatu proses dimana pemerintah menginterpretasikan semua input yang masuk agar bisa menghasilkan output yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kepentingan yang dimiliki oleh negara tersebut. Secara garis besar karakteristik proses untuk mengubah input menjadi output adalah sebagai berikut :1. Input-input diinterpretasikan menjadi fakta.2. Setelah melalui interpretasi, input tersebut diubah menjadi suatu isu yang lalu dikomunikasikan kepada seluruh sistem.3. Isu-isu yang telah berada dalam sistem lalu disaring dan diadaptasikan sesuai dengan visi dari orang-orang yang berurusan dengan isu tersebut sehingga dihasilkan beberapa pilihan tindakan politis yang diambil (Calarke, 1989 :35-36).Tindakan atau kebijakan apapun yang diambil oleh suatu negara akan selalu sejalan dengan kepentingan nasionalnya. Kebijakan yang diambil oleh suatu negara juga memperlihatkan pendirian suatu negara terhadap suatu isu internasional. Respon terhadap isu tersebut akan menghasilkan feedback yang nantinya akan kembali input bagi negara untuk membuat dan memutuskan kebijakan berikutnya

2.4 Strategi dan Diplomasi sebagai Instrument Politik Luar Negeri2.4.1 Pengertian StrategiMenurut Lovell, istilah strategi seringkali diartikan sebgai rancangan operasi militer dalam perang, namun istilah tersebut dapat pula diaplikasikan ke dalam pengertian yang lebih luas.Strategi dapat diartikan sebagai pra desain dari seperangkat tindakan, serangkaian keputusan, dalam situasi kompetitif di mana hasil akhirnya tidak hanya bergantung pada keberuntungan. Dalam pengertian yang luas strategi kebijakan luar negeri adalah rencana-rencana suatu negara untuk memajukan atau mencapai kepentingan nasionalnya dan mencegah negara-negara lain yang menghalangi pencapaian kepentingan nasional tersebut. (Lovell, 1970:68).

Suatu negara harus memiliki strategi dalam merencanakan kebijakan politik luar negeri untuk memajukan atau mencapai kepentingan nasionalnya. Menurut lovell Perspektif strategi adalah pola yang luas dari kesinambungan dan perubahan dalam kebijakan luar negeri yang dijelaskan dalam kepentingan yang dimunculkan para pembuat kebijakan. Sehingga perspektif ini menitikberatkan dalam keputusan-keputusan tertentu atau runtutan-runtutan dari keputusan-keputusan yang diinterpretasikan dalam pemikiran taktis. Dalam pengertian yang lebih luas, perspektif strategi ini adalah pola-pola yang terjadi dari sebuah rencana yang dilakukan oleh sekelompok pembuat keputusan suatu negara untuk memajukan kepentingan-kepentingan nasional negaranya tersebut sambil mencegah pihak lawan untuk menimpa mereka. .

Perspektif strategi menurut Lovell dibagi dalam dua kompoenen strategi, yaitu:1. Komponen Ofensif (offensive component), yaitu desain untuk mencapai hasil. Komponen ofensif bukan hanya harus mengingatkan akan keuntungan yang mungkin bisa diraih dari aksi tertentu, tapi juga keberhasilan dan kerugian yang telah diperhitungkan sebelumnya.2. Komponen Defensif (defensive component), yaitu suatu rencana untuk aksi pencegahan suatu negara, karena kepentingan terancam oleh negara lain, juga suatu rencana untuk merespon ancaman pada saat aksi pencegahan tersebut gagal. (Lovell, 1970:99)

Ada dua kemungkinan dari perspektif strategi. Kemungkinan pertama adalah ketika pembuat kebijakan melihat bahwa strategi atau kebijakan negara lain mendukung kepentingan nasionalnya maka negara perespon melakukan leadership jika kapabilitas negara nya lebih baik atau superior dari negara yang mendukung kebijakannya tadi, atau negara perespon tadi akan melakukan strategi concordance jika kapabilitas nasionalnya lebih buruk atau inferior daripada negara yang mendukung kebijakannya tadi.Kemungkinan kedua adalah ketika pembuat kebijakan melihat bahwa strategi negara lain mengancam kepentingan nasional negaranya, maka negara perespon akan melakukan strategi confrontative jika pembuat kebijakan tersebut merasa bahwa kapabilitas negaranya lebih baik atau superior dari negara yang mengancam tersebut, atau melakukan strategi accommodation jika pembuat kebijakan tersebut merasa bahwa kapailitas negaranya lebih buruk dari negara yang mengancam tersebut.

2.4.2 Pengertian DiplomasiDefinisi diplomasi berdasarkan Oxford English Dictionary: diplomasi adalah (1) amanajemen dari hubungan internasional dengan jalan negosiasi, (2) suatu metode dimana hubungan diplomasi dilakukan dan di manajerial oleh duta besar dan yang berwenang,(3) adalah ketajaman berfikir atau seni dari seorang diplomat, (4) suatu subyek studi, (5) karir diplomatic.Menurut Satow diplomasi adalah aplikasi dari kecerdasan dan taktik dari seorang diplomat yang ditunjuk oleh suatu negara yang merdeka kepada negara lain, atau keahlian dalam mengatasi permasalahan negara dengan jalan damai.(Satow, Pusdiklat Pegawai Departemen Luar negeri, Peran PBB dalam Pemeliharaan Perdamaian dan keamanan Internasional (disampaikan pada penyelenggaraan Diklat Diplomasi Ekonomi angkatan ke III Dep. Keu RI, Jakarta, 2004,Pg 2.)Diplomasi adalah sebuah instrument politik luar negeri, baik itu bersifat kooperatif, akomodatif maupun penentangan yang dipengaruhi oleh hubungan diplomatik yang berpengaruh terhadap penentuan sikap negara. S.L Roy dalam buku Diplomacy mempunyai definisi tentang diplomasi yang diterjemahkan oleh Harwanto dan Mirsawati, sebagai berikut:Diplomasi yang sangat erat hubungannya dengan hubungan antar negara, adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal dalam memperoleh tujuan yang diinginkan,diplomasi mengizinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata sebagai cara untuk mencapai tujuannya. Sehingga diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain.. ( Roy,1991:15)

Dari berbagai definisi tentang diplomasi tersebut diatas, menyangkut interaksi antar negara dalam menyelaraskan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan nasional yang terkait, maka tidak salah juga jika dikatakan bahwa pada hakekatnya hubungan-hubungan tersebut bersifat bargaining relationships karena semua isu yang muncul dalam interaksi tersebut mengandung unsure-unsur common interest dan unsure-unsur conflict. Dalam banyak hal, porsi unsure konflik justru lebih besar atau dianggap lebih besar oleh yang terlibat. Karena itu diplomasi dapat juga disebut sebagai seni berdialog untuk mencapai tujuan bersama dan menghindari terjadinya perselisihan, sengketa, kritis atau peperangan. Atau mencarikan penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak jika semua itu telah terlampau terjadi, dengan kata lain negosiasi adalah sarana utamadiplomasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.Dengan demikian, peran negosiasi menjadi sangat penting dalam politik luar negeri dan diplomasi karena negosiasi memang berfungsi mencarikan win-win solution bagi suatu masalah antar negara baik sengketa, kritis atau peperangan atau yang dipersepsikan sebagai suatu sengketa, dari sudut pandang ini dapat dibuat catatan sebagai berikut:1. Negosiasi merupakan instrument utama dalam pelaksanaan diplomasi dalam berbagai forum (dan karena itu tentunya juga merupakan alat penting untuk pelaksanaan politik luar negeri ) baik dalam forum bilateral maupun multilateral, baik diforum nasional maupun regional dan internasional.2. Karena itu setiap aktor dalam hubungan luar negeri haruslah juga seorang negosiator yang baik yang menguasai teknik negosiasi yang ampuh.Penggunaan metode diplomasi sebagai instrument politik luar negeri seiring harus didukung oleh tawaran pemberian keuntungan tertentu kepada pihak lawan ataupun oleh suatu ancaman yang merugikan pihak lawan (negosiasi/bargaining)Sebagai pengetahuan dan keterampilan, negosiasi terkait erat dengan komunikasi yaitu berkenaan dengan bagaimana hubungan inter personal dapat dilakukan secara efektif. Oleh sebab itu negosiasi dirujuk juga sebagai inter personal skil, kemampuan tampil. Melalui sarana negosiasi, dengan cara persuasi diusahakan untuk mendapatkan dari pihak lain apa yang kita inginkan. Karena menyangkut interaksi antar manusia, maka komunikasi dan negosiasi memuat kabar psikologi tinggi. Keberhasilan berprilaku dalam kedua bidang ini bergantung pada kemampuan memperhitungkan dan memanfaatkan faktor-faktor psikologis yang terkait serta kemampuan mengatasi hambatan psikologi, jika ada.Negosiasi perlu direncanakan dengan baik dan perlu mempergunakan teknik-teknik negosiasi yang tepat supaya berhasil meyakinkan lawan berunding dan supaya dapat mengatasi hambatan psikologi seperti, personality conflicts atau rasa marah yang kadang-kadang timbul pada saat proses berjalannya suatu perundingan..Diplomasi memiliki banyak definisi dalam kajian hubungan internasional tergantung pada penerapan akan subyek yang menjadi kajiannya. Beberapa menyebutkan bahwa diplomasi adalah seni dalam bernegosiasi dalam proses pengimplementasian suatu kebijakan luarnegeri, atau sebagian pihak berpendapat bahwa diplomasi merupakan proses atau metode yang dilakukan oleh suatu pemerintahan dalam kebijakan luar negerinya. (Tahoma & Gorman, 1991: 158)

2.5 Konsep KeamananDalam studi hubungan internasional dan politik internasional, keamanan merupakan konsep penting yang selalu dipergunakan dan dipandang sebagai ciri eksklusif yang konstan dari hubungan internasional (Buzan, 19991: 2,12). Karena konsepsi keamanan nasional ini senantiasa memiliki hubungan erat dengan pengupayaan, pertahanan dan pengembangan kekuatan atau kekuasaan sepanjang kaitannya dengan analisis hubungan internasional dan politik luar negeri, maka dalam pengaplikasiannya tidak selalu berjalan seiring. Power atau kekuasaan itu sendiri secara simplistik merupakan kemampuan satu unit politik (negara) dalam mencegah konflik dan mengatasi rintangan-rintangan (Deutsch dalam Rosenau, 1976: 157). Secara implisit hal ini menyimpulkan tentang terdapatnya faktor keamanan sebagai unsur yang menstimulasi pengupayaan pencapaian dari power itu sendiri.Menarik kesimpulan dari Buzan yang menyebutkan bahwa aspek keamanan ini telah menjadi satu pendekatan dalam Studi Hubungan Internasional kontemporer dengan menunjuk kepada motif utama perilaku suatu negara, yang memiliki perbedaannya sendiri dengan power sebagai kondisi yang dibutuhkan untuk tercipatanya perdamaian (Buzan, 1991:2).Menurut Barry Buzan dalam People, States and Fear: an Agenda for International Security Studies in the Post Cold War Era bahwa penerapan strategi keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek-aspek threat (ancaman) dan vulnerability (kerentanan) negara tersebut.Ancaman dan kerentanan adalah dua konsep yang berbeda namun mempunyai keterkaitan erat di dalam perwujudan keamanan nasional. Suatu ancaman terhadap keamanan nasional yang dapat dicegah akan mengurangi derajat kerentanan suatu negara pada keamanan nasionalnya. Kedua aspek dari keamanan nasional tersebut sangat ditentukan oleh kapabilitas yang dimiliki negara tersebut. (Buzan, 1991: 112-114).

Weak states umumnya adalah weak power, dimana kerentanannya mencapai tingkatan tertinggi. Secara kontras dikotomi negara diatas juga menimbulkan dikotomi negara lainnya dengan kriteria strong atau kuat baik kapabilitas power-nya maupun kapabilitas ekonominya (Buzan, 1991:112-114).

Tidak seperti kerentanan, aspek ancaman sulit untuk diidentifikasikan. Hal ini itu disebabkan Karena bentuk ancaman seringkali lahir dari persepsi aktor pembuat kebijakan dan belum tentu secara substantif adalah nyata (Buzan, 1991: 112).Ada lima tipe dari ancaman yang terbagi atas aspek-aspek militer, politik, sosietal, ekonomi dan ekologi (Buzan, 1991: 116-134)Keamanan domestik negara Indonesia pasca serangkaian terorisme, dan bencana alam telah memperburuk citra Indonesia dimata dunia Internasional.Menurut Buzan keamanan berkaitan dengan masalah kelangsungan hidup (Survival). Isu-isu yang yang mengancam kelangsungan hidup suatu unit kolektif atau prinsip-prinsip yang dimiliki oleh unit-unit kolektif tertentu akan dipandang sebagai ancaman yang eksistensial. Untuk itu diperlukan tindakan untuk memprioritaskan isu tersebut agar ditangani sesegera mungkin dan menggunakan sarana-sarana yang ada untuk menangani masalah tersebut. Berdasarkan kriteria isu keamanan, Buzan membagi keamanan kedalam lima dimensi, yaitu: politik, militer, ekonomi, sosial dan lingkungan. Tiap dimensi keamanan tersebut memiliki unit keamanan, nilai, dan karakteristik survival dan ancaman yang berbeda-beda..(Buzan 1991:21-23)

2.6 Ekonomi Politik InternasionalEkonomi Politik Internasional adalah suatu hubungan antara politik dan ekonomi hal tersebut berdampak pada politik global dan domestik, pasar, dan aktivitas produksi. Itu berhubungan dengan peran dari perusahaan multi nasional dan dampaknya pada ekonomi dan politik negara tuan rumah dan negara di sekitarnya. Ekonomi politik Internasional dipandang sebagai bagian tak terpisahkan, dan dilahirkan kembali oleh studi Hubungan Internasional. (Ikbar 2002:2)Menurut lord Robbin, dalam bukunya yang berjudul Political Economy : Post and Present : A review of leading Theories of Economy PolicyDikatakan, bahwa yang dimaksud Ekonomi Politik dapat mengandung dua versi. Pertama ialah Ekonomi Politik Klasik : adalah studi Ekonomi Politik sebagai suatu kesatuan menyeluruh dari suatu pembahasan, sejak dari Ilmu Ekonomi (murni, teori) itu sendiri sampai dengan teori-teori tentatng Kebijakan Ekonomi yang meliputi analisis dari bekerjanya ekonomi pasar, alternatif sistem kebijakan, dan prinsip-prinsip keuangan Negara. Kedua, Ekonomi Politik Modern : adalah Ekonomi Politik yang membahas bagaimana sistem ekonomi itu bekerja, dapat bekerja, harus dibuat bekerja dan memungkinkan dirinya bekerja.. (Robbin. 1977:3)

Adapun kaitannya dengan pariwisata yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan, faktor kebudayaan merupakan unsur yang mendahului timbulnya pemikiran-pemikiran ekonomis, karena konsep kebudayaan berwujud suatu hal yang kompleks dari idea-idea, gagasan-gagasan, norma-norma, dan peraturan-peraturan. Kebudayaan secara filosofis melahirkan sistem ekonomi dan karya-karya besar perubahan dalam tatanan kehidupan manusia dalam mencapai kesejahteraannya. (Ikbar, 2002: 189)

Studi Ekonomi kontemporer telah berkembang luas dimana dimensi ekonomi dan politik telah melibatkan analisis faktor internal dan eksternal dalam perumusan politik luar negeri negara-negara di dunia. Hal demikian dipahami karena studi mengenai politik luar negeri pun telah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada politik dan ekonomi Internasional. Dengan tradisi analisis politik luar negeri yang melibatkan teori-teori Ekonomi Politik akan memaparkan situasi integrasi komprehensif maksimalisasi perjuangan yang dikejar oleh politik luar negeri suatu negara. .

Dengan adanya program Indonesia Visit Year 2008, Indonesia mengharapkan supaya kembali menjadi salah satu negara yang diminati untuk dikunjungi oleh negara lain. Kebijakan-kebijakan ekonomi Indonesia dalam menyukseskan program tersebut diharapkan mampu memberikan konstribusi yang positif guna memperbaiki perekonomian nasional Indonesia.Kebijakan ekonomi domestik merupakan faktor yang sangat penting yang menentukan tingkat dan pertumbuhan penghasilan ekonomi negara-negara sedang berkembang. Kemampuan atau daya beli yang tinggi negara-negara maju dapat memberikan peluang dan pendapatan bagi devisa negara. (Ikbar, 2002: 233)

2.7 Kerjasama InternasionalMenurut keohane, kerjasama didefinisikan sebagai penyesuaian sukarela para aktor Internasional terhadap kebijakan mereka sehingga mereka dapat mengatur perbedaan-perbedaan mereka demi mencapai keuntungan bersama. Kerjasama yang dilakukan terus-menerus akan mengarah kepada terjadinya proses integrasi pada tingkatan regional dan global (Keohane dalam Masoed.,1994:39)

Kerjasama itu tidak muncul secara tiba-tiba namun membutuhkan perencanaan dan negosiasi (Keohane, 1989:11)Negara-negara melakukan kerjasama Internasional untuk menyelesaikan permasalahan ploitik, ekonomi, dan sosial dalam dua kondisi. Pertama, kondisi dalam lingkungan Internasional, yang apabila dibiarkan akan merugikan Negara. Contoh: dalam tahap bilateral adalah patroli di perairan bersama atau membantu menangkap penjahat yang telah melarikan diri menyebrangi perbatasan. Di tingkat multilateral, adanya lintas narkotik dunia yang sulit dikendalikan hanya lewat kebijakan nasional dan kerjasama bilateral. Kedua, kondisi-kondisi politik, sosial, ekonomi domestik tertentu yang dianggap berakibat luas sehingga dipandang sebagai permasalahan Internasional. Kondisi sosial sebagai contoh: adalah tingginya tingkat buta huruf atau kesehatan. Kondisi ekonomi, contohnya: kurangnya dana pembangunan dan kondisi politik misalnya hak azasi manusia (coplin, 1992:259)

BAB IIIOBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Mengenai IndonesiaNegara Kesatuan Republik Indonesia ialah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara, melintang di khatulistiwa antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Indonesia berbatasan dengan Malaysia di pulau Kalimantan, berbatasan dengan Papua Nugini di pulau Papua dan berbatasan dengan Timor Leste di pulau Timor. Kata Indonesia berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu Indos yang berarti India dan nesos yang berarti pulau. Jadi kata Indonesia berarti kepulauan India, atau kepulauan yang berada di wilayah India.Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi1.9 juta mil persegi. Lima pulau besar di Indonesia adalah : Sumatera dengan luas 473.606 km persegi, Jawa dengan luas 132.107 km persegi, Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas 539.460 km persegi, Sulawesi dengan luas 189.216 km persegi, dan Papua dengan luas 421.981 km persegi.Lokasi Indonesia juga terletak di lempeng tektonik yang berarti Indonesia sering terkena gempa bumi dan juga menimbulkan tsunami. Indonesia juga banyak memiliki gunung berapi, salah satu yang sangat terkenal adalah gunung Krakatau, terletak antara pulau Sumatra dan Jawa.(http://www.rri-online.com/modules.php?name=Artikel&sid=23851)

3.1.1 Demografi IndonesiaIndonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah terpadat di dunia, dengan lebih dari 107 juta jiwa.Penduduk Indonesia dapat dibagi secara garis besar dalam dua kelompok. Di bagian barat Indonesia penduduknya kebanyakan adalah suku Melayu sementara di timur adalah suku Papua, yang mempunyai akar di kepulauan Melanesia. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda atau Batak.Asal mula terbentuknya suku-suku pendatang di Indonesia ialah melalui migrasi penduduk besar-besaran ke wilayah Indonesia dari Hindia Belakang diyakini setidak-tidaknya terjadi atas 2 gelombang migrasi. Migrasi besar-besaran pertama, beberapa abad sebelum Masehi, saat ini dikenal sebagai rumpun Proto-Melayu yang hidup di daerah pedalaman dan pegunungan diwilayah Nusantara; dan migrasi besar-besaran kedua menjelang abad Masehi, saat ini hidup didaerah pesisir dan dataran rendah dikenal sebagai rumpun Deutro-Melayu Ras di Indonesia sebagian besar adalah ras Sinida dari rumpun bangsa Mongoloid mendiami Daratan Indonesia bagian Barat dan Daratan Indonesia Bagian Tengah; sebagian kecil, terutama di Daratan Indonesia Bagian Timur didiami oleh ras Melanesia dari rumpun bangsa Australoid.Imigran ke Indonesia terutama dari China tenggara, merupakan penduduk keturunan asing yang terbanyak, menyebar hampir di semua kota besar di Indonesia. Demikian pula pendatang dari Arab, Hadramaut-Yaman merupakan kelompok pendatang kedua terbanyak dan disusul oleh pendatang dari India dan sekelompok kecil dari Eropa.Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%).(http://www.abc.net.au/4corners/content/2003/20030210_bali_confessions/default.htm)Indonesia memiliki budaya dan bahasa yang berhubungan namun berbeda. Sejak kemerdekaannya Bahasa Indonesia (sejenis dengan Bahasa Melayu) menyebar ke seluruh penjuru Indonesia dan menjadi bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi, pendidikan, pemerintahan, dan bisnis. Namun bahasa daerah juga masih tetap banyak dipergunakan.

3.2 Politik Luar Negeri IndonesiaKebijakan umum pemerintah menegaskan bahwa penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri merupakan salah satu komponen utama dalam memperjuangkan NKRI. Penegasan itu mencerminkan kebutuhan pengembangan wawasan ke-Indonesiaan, baik dalam konteks kewilayahan maupun kebangsaan. Pada tingkat pelaksanaan, efektifitas penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri memerlukan sinergi dan keterlibatan di antara seluruh stake holders yang berwujud pada diplomasi totalInteraksi yang diciptakan Indonesia dengan negara-negara tetangga dan negara-negara sahabat harus bersifat kondusif agar tetap dapat memajukan sikap saling pengertian dan menghormati di antara masyarakat Internasional. Dalam kaitan ini, masyarakat dunia harus dapat menerima realitas kemajemukan dan kompleksitas Indonesia sebagai daya tarik tersendiri.(Ringkasan Politik Luar Negeri, http://www.deplu.go.id).

3.2.1 Tujuan Politik Luar Negeri IndonesiaDalam rangka mewujudkan pencapaian pengelolaan kebijakan politik luar negeri secara efisien dan efektif, maka akan dijabarkan dalam beberapa tujuan strategik sebagai berikut :1. Mewujudkan dukungan masyarakat internasional terhadap keutuhan dan kedaulatan wilayah NKRI;2. Meningkatkan penyelesaian masalah perbatasan wilayah Indonesia dengan negara tetangga secara diplomatis;3. Mengembangkan kerjasama ekonomi, perdagangan, investasi, alih teknologi dan bantuan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia;4. Meningkatkan fasilitasi bagi perluasan kesempatan kerja di luar negeri;5. Mewujudkan kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN Community dan penanganan kejahatan lintas negara di kawasan;6. Memperkuat hubungan dan kerjasama Indonesia dengan negara-negara kawasan Asia Pasifik;7. Mewujudkan kemitraan strategis baru Asia Afrika;8. Memantapkan dan memperluas hubungan dan kerjasama bilateral;9. Memperkuat kerjasama di forum regional dan multilateral;10. Meningkatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia yang demokratis, aman, damai adil dan sejahtera;11. Meningkatkan komitmen terhadap perdamaian dunia;12. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia di luar negeri;13. Meningkatkan upaya diplomasi kemanusiaan dalam menangani bencana alam, khususnya rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatera Utara;14. Mewujudkan organisasi Departemen Luar Negeri yang profesional, efektif dan efisien;15. Meningkatkan koordinasi dan sinergi dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri.(Ringkasan Politik Luar Negeri, http://www.deplu.go.id).3.2.2 Sasaran Politik Luar Negeri IndonesiaSasaran strategik adalah penjabaran dari misi dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategik yang diupayakan dapat direalisasikan sepanjang 5 (lima) tahun masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sasaran strategik ini secara khusus memang merupakan gambaran keberhasilan yang dapat dicapai dalam periode 5 (lima) tahun, namun dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui serangkaian kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam kebijakan, program dan kegiatan. Perumusan Sasaran Strategik tersebut diperlukan dalam rangka memberikan arahan dan fokus dalam penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi setiap tahun sepanjang kurun waktu 5 (lima) tahun tersebut.Secara umum Sasaran Strategik Departemen Luar Negeri Indonesia yang hendak dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:1. Terciptanya dukungan solid dan konsisten masyarakat internasional terhadap keutuhan dan kesatuan wilayah negara Republik Indonesia;2. Meningkatnya penyelesaian masalah perbatasan dengan negara-negara tetangga secara diplomatis;3. Meningkatnya kerjasama ekonomi Indonesia di tingkat bilateral, regional dan internasional;4. Meningkatnya kerjasama teknik dan alih teknologi di tingkat bilateral, regional dan internasional;5. Meningkatnya kerjasama ketenagakerjaan dengan negara pengguna Tenaga Kerja Indonesia (TKI);6. Menguatnya dukungan terhadap kepemimpinan Indonesia di ASEAN Community;7. Meningkatnya peran Indonesia dalam penanganan masalah kejahatan lintas batas di kawasan;8. Meningkatnya peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik;9. Terbentuknya kerjasama strategis antara negara-negara Asia dan Afrika;10. Meningkatnya kerjasama politik dengan negara-negara sahabat;11. Meningkatnya kerjasama sosial budaya;12. Meningkatnya peran Indonesia dalam penguatan multilateralisme;13. Meningkatnya peran Indonesia dalam forum regional dan multilateral;14. Meningkatnya telaahan hukum dan perjanjian internasional yang akomodatif terhadap kepentingan nasional;15. Meningkatnya peran Indonesia dalam penanganan masalah kejahatan internasional dalam forum multilateral;16. Menurunnya pandangan negatif tentang Indonesia;17. Meningkatnya peran informasi dan diplomasi publik dalam memajukan citra Indonesia;18. Meningkatnya prakarsa dan kontribusi Indonesia terhadap keamanan dan perdamaian dunia;19. Menurunnya masalah yang dihadapi WNI/BHI di luar negeri;20. Menjamin keberhasilan koordinasi bantuan masyarakat internasional dalam rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatera Utara;21. Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia;22. Meningkatnya kualitas diplomasi dan kebijakan politik luar negeri;23. Meningkatnya kualitas keamanan diplomatik di Deplu dan Perwakilan RI;24. Meningkatnya dukungan sarana dan prasarana bagi pelaksanaan politik luar negeri;25. Terwujudnya peran Departemen Luar Negeri sebagai koordinator dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri;26. Terwujudnya dukungan dan kepercayaan masyarakat luas terhadap Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar negeri;27. Meningkatnya kualitas pelayan keprotokolan, fasilitas diplomatik dan kekonsuleran.

3.3 Kepentingan Nasional IndonesiaPada hakekatnya kepentingan nasional Indonesia adalah menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang berada di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pencapaian kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional tidak terlepas dari perubahan lingkungan strategis balik dalam tataran global maupun regional yang memberikan tantangan sekaligus kesempatan bagi proses pencapaian kepentingan tersebut. Dan dalam rangka menghadapi tatanan dunia yang semakin berubah dengan cepatnya, semakin disadari perlunya untuk mengembangkan kelenturan dan keluwesan dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri agar dapat memanfaatkan berbagai tantangan dan peluang yang muncul dari perubahan lingkungan strategis secara optimal(Ringkasan Politik Luar Negeri, http://www.deplu.go.id).3.4 Ekonomi IndonesiaIndonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting. Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok, termasuk bahan bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada pertengahan 1997, pemerintah menjaga banyak porsi dari aset sektor swasta melalui pengambilalihan pinjaman bank tak berjalan dan asset perusahaan melalui proses penstrukturan hutang Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita $70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil dan dapat diterka, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran berimbang. Banyak dari anggaran pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor eksternal dan finansial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997, dan banyak analisis mengakui Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang.Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997 menutupi beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada cara efektif untuk menjalankan kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan. Aktivitas bank sangat sederhana, dengan peminjaman berdasarkan-"collateral" menyebabkan perluasan dan pelanggaran peraturan, termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif, penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke perdagangan domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya menciptakan gangguan ekonomi.Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik. Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Pada Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian memperpanjang program tersebut.Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an, yang memiliki andil atas jatuhnya rezim Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan publik Indonesia telah mengalami transformasi besar. Krisis keuangan tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan penurunan yang sejalan dalam pengeluaran publik. Tidak mengherankan utang dan subsidi meningkat secara drastis, sementara belanja pembangunan dikurangi secara tajam.Saat ini, satu dekade kemudian, Indonesia telah keluar dari krisis dan berada dalam situasi dimana sekali lagi negara ini mempunyai sumber daya keuangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Perubahan ini terjadi karena kebijakan makroekonomi yang berhati-hati, dan yang paling penting defisit anggaran yang sangat rendah. Juga cara pemerintah membelanjakan dana telah mengalami transformasi melalui "perubahan besar" desentralisasi tahun 2001 yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari keseluruhan anggaran belanja pemerintah beralih ke pemerintah daerah pada tahun 2006. Hal lain yang sama pentingnya, pada tahun 2005, harga minyak internasional yang terus meningkat menyebabkan subsidi minyak domestik Indonesia tidak bisa dikontrol, mengancam stabilitas makroekonomi yang telah susah payah dicapai. Walaupun terdapat resiko politik bahwa kenaikan harga minyak yang tinggi akan mendorong tingkat inflasi menjadi lebih besar, pemerintah mengambil keputusan yang berani untuk memotong subsidi minyak.Keputusan tersebut memberikan US$10 milyar tambahan untuk pengeluaran bagi program pembangunan. Sementara itu, pada tahun 2006 tambahan US$5 milyar telah tersedia berkat kombinasi dari peningkatan pendapatan yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil secara keseluruhan dan penurunan pembayaran utang, sisa dari krisis ekonomi. Ini berarti pada tahun 2006 pemerintah mempunyai US$15 milyar ekstra untuk dibelanjakan pada program pembangunan. Negara ini belum mengalami 'ruang fiskal' yang demikian besar sejak peningkatan pendapatan yang dialami ketika terjadi lonjakan minyak pada pertengahan tahun 1970an.Akan tetapi, perbedaan yang utama adalah peningkatan pendapatan yang besar dari minyak tahun 1970-an semata-mata hanya merupakan keberuntungan keuangan yang tak terduga. Sebaliknya, ruang fiskal saat ini tercapai sebagai hasil langsung dari keputusan kebijakan pemerintah yang hati hati dan tepat.Walaupun demikian, sementara Indonesia telah mendapatkan kemajuan yang luar biasa dalam menyediakan sumber keuangan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan, dan situasi ini dipersiapkan untuk terus berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi tetap merupakan beban besar pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat pengurangan subsidi pada tahun 2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 milyar dari belanja pemerintah tahun 2006 atau sebesar 15 persen dari anggaran total. Berkat keputusan pemerintahan Habibie (Mei 1998 - Agustus 2001) untuk mendesentralisasikan wewenang pada pemerintah daerah pada tahun 2001, bagian besar dari belanja pemerintah yang meningkat disalurkan melalui pemerintah daerah. Hasilnya pemerintah propinsi dan kabupaten di Indonesia sekarang membelanjakan 37 persen dari total dana publik, yang mencerminkan tingkat desentralisasi fiskal yang bahkan lebih tinggi daripada rata-rata OECD.Dengan tingkat desentralisasi di Indonesia saat ini dan ruang fiskal yang kini tersedia, pemerintah Indonesia mempunyai kesempatan unik untuk memperbaiki pelayanan publiknya yang terabaikan. Jika dikelola dengan hati-hati, hal tersebut memungkinkan daerah-daerah tertinggal di bagian timur Indonesia untuk mengejar daerah-daerah lain di Indonesia yang lebih maju dalam hal indikator sosial. Hal ini juga memungkinkan masyarakat Indonesia untuk fokus ke generasi berikutnya dalam melakukan perubahan, seperti meningkatkan kualitas layanan publik dan penyediaan infrastruktur seperti yang ditargetkan. Karena itu, alokasi dana publik yang tepat dan pengelolaan yang hati-hati dari dana tersebut pada saat mereka dialokasikan telah menjadi isu utama untuk belanja publik di Indonesia kedepannya.Sebagai contoh, sementara anggaran pendidikan telah mencapai 17.2 persen dari total belanja publik- mendapatkan alokasi tertinggi dibandingkan sektor lain dan mengambil sekitar 3.9 persen dari PDB pada tahun 2006, dibandingkan dengan hanya 2.0 persen dari PDB pada tahun 2001 sebaliknya total belanja kesehatan publik masih dibawah 1.0 persen dari PDBSementara itu, investasi infrastruktur publik masih belum sepenuhnya pulih dari titik terendah pasca krisis dan masih pada tingkat 3.4 persen dari PDB . Satu bidang lain yang menjadi perhatian saat ini adalah tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi. Mencapai sebesar 15 persen pada tahun 2006 menunjukkan suatu penghamburan yang signifikan atas sumber daya public.http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia

3.5 Keparawisataan IndonesiaDunia kepariwisataan sangat rentan terhadap isu keamanan dan penyakit menular. Karena itulah para pelaku bisnis dibidang keparawisataan ini merasa gerah ketika harus berhadapan dengan kondisi keamanan yang tidak kondusif, seperti ancaman terjadinya kerusuhan atau aksi demonstrasi disertai tindakan anarkis di sejumlah negara yang potensial pariwisatanya. Belum lagi, terkait isu wabah penyakit menular yang berpengaruh besar terhadap perkembangan industri pariwisata internasional.

Kasus Bom Bali II, misalnya, hingga sekarang pengaruhnya masih dirasakan oleh para pelaku bisnis pariwisata, khususnya di Bali. Banyak turis Eropa yang tadinya hendak berlibur ke Bali langsung berbelok ke Fiji. Bagaimana pun Fiji merupakan salah satu negara alternatif tujuan turisme dunia. Karena itu, beberapa waktu lalu, Menlu RI Hassan Wirajuda dan Menlu Fiji Kaliopate Tavola di sela-sela Sidang ke-62 Komisi Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP) sepakat menjalin kerja sama di bidang pariwisata. Nota kesepahaman (MoU) pun pun telah diformalkan dengan ditandatangani oleh kedua belah pihak.Bentuk-bentuk kerja sama yang dikembangkan, antara lain meliputi upaya meningkatkan intensitas kunjungan wisatawan antara kedua negara, investasi dan perdagangan di sektor pariwisata serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) bidang pariwisata masing-masing.Semua negara yang memiliki potensi objek wisata dunia, kini memang berusaha keras untuk menarik para calon wisatawan agar berbondong-bondong datang ke negera mereka. Termasuk di antaranya telah dilakukan Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Fiji tersebut. Ada penyataan optimis bahwa prospek pariwisata Indonesia diprediksi tetap membaik, khususnya jika dikaitkan dengan kecenderungan pariwisata dunia yang mampu memberikan harapan positif dan menjanjikan bagi perkembangan pariwisata nasional.Menurut Pusat Perdagangan dan Pariwisata Dunia (WTTC) sektor pariwisata saat ini merupakan sektor industri terbesar di dunia. (WTTC) berkeyakinan sektor pariwisata bahkan menjadi salah satu penggerak utama perekonomian abad ke-21 bersama industri telekomunikasi dan teknologi informasi.Perkembangan industri pariwisata sangat dinamis dan terus diperkuat oleh kemajuan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, sehingga mampu mengambil peran penting bagi pertumbuhan ekonomi. Sektor ini mencatat angka lebih dari 715 juta perjalanan internasional hingga menghasilkan lebih dari 475 miliar dolar AS dari pengeluaran wisatawan selama tahun 2004.Pertumbuhan pariwisata global kini tercatat rata-rata empat persen per tahun. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pun memperkirakan mobilitas wisatawan dunia akan mencapai angka satu miliar pada 2010. Berdasarkan prediksi tersebut, distribusi pasar wisatawan internasional, khususnya di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia akan menjadi kawasan tujuan wisata utama yang mengalami pertumbuhan paling tinggi di antara kawasan-kawasan lain di dunia.Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pariwisata Indonesia saat ini merupakan sektor kegiatan berorientasi ekspor terbesar kedua setelah minyak gas (migas) yang menghasilkan penerimaan devisa tertinggi yang pernah dicapai sebesar 6,7 miliar dolar AS. (BPS 1998). Kondisi ini merupakan perbaikan yang terjadi setelah krisis ekonomi dan politik tahun 1998 di mana saat itu perkembangan pariwisata sempat mengalami penurunan.Sektor pariwisata dalam tahun 2004 menghasilkan devisa 4,8 miliar dolar AS dari kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 5,3 juta orang. Namun dalam tahun 2005 hanya menerima kunjungan wisatawan asing sebanyak lima juta orang dengan memperoleh devisa 4,5 miliar dolar AS. Sedangkan perkembangan wisatawan Nusantara (wisnu) tahun 2005 mencapai 109,9 juta orang dengan pembelanjaan mencapai Rp 86,6 triliun. Kunjungan wisatawan nusantara tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 108,3 juta orang dengan pembelanjaan Rp 77,9 triliun.Tahun 2005 adalah tahun dimana tragedi bom Bali terjadi untuk yang kedua kalinya. Tragedi Bom Bali2 membuat citra Indonesia semakin buruk dimata dunia Internasional. Dampak tersebut mengakibatkan merosotnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Untuk menyikapi maraknya anggapan negatif terhadap Indonesia maka tahun 2008 ini Indonesia mencanangkan sebuah program promosi pariwisata yaitu Indonesia Visit Year 2008.Tahun 2008 merupakan tahun dimana pemerintah Indonesia mengangap sebagai awal kebangkitan pariwisata Indonesia, karena tahun 2008 bertepatan dengan moment 100 tahun kebangkitan nasional Indonesia. Selain itu persaingan wisata antara negara-negara di Asia Tenggara makin ketat, negara-negara tersebut dengan gencarnya mempromosikan pariwisatanya ke dunia Internasional seperti Malaysia (Malaysia the Truly Asia), Thailand (Amazing Thailand) dan Singapura (Uniquely Singapore). Alasan-alasan itulah yang membuat Indonesia harus membangkitkan kembali pariwisatanya pada tahun 2008 ini.Tahun 2007 merupakan tonggak kebangkitan pariwisata Indonesia khususnya Bali yang sejak tragedi bom Bali I terus terpuruk. Angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali tahun 2007 mengalami kenaikan sekitar 32,32 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2008 pariwisata Bali akan mengalami lonjakan fantastis. Total kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali tahun 2007 mencapai 1.667.655 orang. Jumlah ini naik sekitar 32,32 persen dari tahun sebelumnya, di mana tahun 2006 tercatat 1.260.317 orang.(http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html)Optimisme ini juga terkait mulai tumbuhnya pasar baru pariwisata Bali. Untuk pertama kalinya tahun 2007, wisatawan dari negeri tirai bambu itu masuk dalam 10 besar (top ten) pasar utama pariwisata Bali. Cina menduduki urutan keenam, menggeser Inggris, Jerman, Prancis, Amerika Serikat dan Belanda. Sebagai gambaran pasar utama pariwisata Bali tahun 2007 berturut-turut: Jepang, Australia, Taiwan, Korea Selatan Malaysia, Cina (RRC), Inggris, Jerman, Prancis dan AS.Sementara Belanda yang tahun 2006 menduduki posisi kesepuluh terpental dari top ten. Australia yang tahun 2006 menduduki posisi ketiga naik ke posisi kedua menggeser Taiwan yang turun ke posisi ketiga.(http://id.depbudpar.co.id/visit_indonesia_year_2008html)Selama ini Bali memberi kontribusi besar dalam mendatangkan wisatawan mancanegara. Bahkan sering orang lebih tahu Bali dibanding Indonesia. Di sini memang muncul dilema, apakah promosi akan dilakukan per objek wisata, per-tema wisata, atau pada aras menyeluruh dalam payung Indonesia. Setiap pilihan tergantung pada analisis pasar, segmentasi, dan target pasar yang harus dibidik.Pemerintah Indonesia sedang berusaha serius untuk memilih sejumlah daerah tujuan wisata lalu mengemasnya sebagai destinasi kelas dunia. Oleh karena itu pada tahun 2008 ini Pemerintah Indonesia mulai mempromosikan daerah-daerah wisata lain di Indonesia. Indonesia yang sedemikian kaya dengan aneka budaya, flora dan fauna, memiliki potensi yang besar. Dalam rangka mendorong akselerasi pengembangan destinasi periwisata di daerah, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah mencanangkan destinasi pariwisata unggulan baru untuk tahun 2008, provinsi yang ditetapkan sebagai destinasi pariwisata unggulan adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Kalmantan Timur, dan Papua Barat. Tantangan Indonesia adalah menciptakan objek-objek wisata yang lebih variatif dan sebagai suatu paket saling melengkapi, berdaya saing tinggi, memiliki keunikan yang sulit ditiru pesaing, dan melibatkan partisipasi luas masyarakat.

3.6 Tragedi Bom Bali 2

Gambar 3.2

(Sumber: http://www.emptybottle.org/glass/cat_emergency.php)Tragedi bom Bali 2005 adalah sebuah seri pengeboman yang terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka. Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan telah mendapat peringatan mulai bulan Juli 2005 akan adanya serangan terorisme di Indonesia. Namun aparat mungkin menjadi lalai karena pengawasan adanya kenaikan harga BBM, dan berbagai masalah internal dalam negeri.

Gambar 3.3Rekaman video amatir pada saat pengeboman.(Sumber: http://www.emptybottle.org/glass/cat_emergency.php)

3.6.1 Tempat-tempat yang dibom1. Kaf Nyoman2. Kaf Menega3. Restoran R.AJAs, Kuta Square

Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.) Ansyaad Mbai, bukti awal menandakan bahwa serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga pengebom bunuh diri dalam model yang mirip dengan pengeboman tahun 2002. Serpihan ransel dan badan yang hancur berlebihan dianggap sebagai bukti pengeboman bunuh diri. Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel tersebut disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa bom yang digunakan tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat kebanyakan korban meninggal dan terluka diakibatkan oleh shrapnel (serpihan tajam), dan bukan ledakan kimia. Pejabat medis menunjukan hasil sinar-x bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam badan korban dan seorang korban melaporkan bah