coordinated management of meaning theory

10
COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING THEORY Coordinated Management of Meaning (CMM) theory diciptakan oleh Barnett Pearce (The Fielding Graduate Institute) dan Vernon Cronen (University of Massachusetts). Dasar pemikiran yang membawa mereka kepada teori ini adalah bahwa mereka percaya kalau “kualitas kehidupan personal kita dan kualitas dunia sosial kita terhubung secara langsung dengan kualitas komunikasi di mana kita terlibat”. Mengapa demikian? Karena, konversasi (secara umum komunikasi) antara manusia adalah bahan dasar yang membentuk dunia sosial (social universe). Oleh sebab itu, mereka mengatakan (teori CMM juga dimulai dengan mengatakan): manusia dalam konversasi (persons-in-conversation) mengkonstruk bersama-sama (co-construct) realitas sosial (social reality) dan secara simultan juga dibentuk oleh dunia sosial yang mereka buat sendiri. Pearce dan Cronen, menciptakan CMM theory sebagai suatu teori praktis yang dapat menolong orang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan mampu berkonversasi dengan baik, orang bisa memperbaiki kualitas hidup personal dan kualitas dunia sosialnya (Griffin, 2003 :66). Bergerak sedikit lebih jauh dari pemikiran dasarnya, ajaran dasar dari CMM theory adalah ketika terlibat dalam konversasi, manusia (persons-in- conversation) menciptakan suatu ikatan relasi (bond of union) yang jika dijabarkan lebih jauh: 1) Pengalaman dari manusia dalam konversasi (person- in-conversation) adalah proses sosial yang utama dalam hidup manusia. Artinya, melalui konversasi (secara umum komunikasi) manusia membentuk siapa dirinya dan menciptakan relationshipnya. 2) Bagaimana seseorang berkomunikasi, seringkali, lebih penting dari isi komunikasi itu sendiri. Artinya, bagaimana seseorang menyampaikan pesan memegang peran lebih besar ketimbang isi pesan dalam proses konstruksi sosial. Contoh: berbeda

Upload: adde-oriza-rio

Post on 23-Jun-2015

1.959 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Suatu pengantar untuk memahami Coordinated Management of Meaning Theory. CMM Theory adalah salah satu Teori Komunikasi yang cukup populer.

TRANSCRIPT

Page 1: Coordinated Management of Meaning Theory

COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING THEORY

Coordinated Management of Meaning (CMM) theory diciptakan oleh Barnett Pearce (The Fielding Graduate Institute) dan Vernon Cronen (University of Massachusetts). Dasar pemikiran yang membawa mereka kepada teori ini adalah bahwa mereka percaya kalau “kualitas kehidupan personal kita dan kualitas dunia sosial kita terhubung secara langsung dengan kualitas komunikasi di mana kita terlibat”. Mengapa demikian? Karena, konversasi (secara umum komunikasi) antara manusia adalah bahan dasar yang membentuk dunia sosial (social universe). Oleh sebab itu, mereka mengatakan (teori CMM juga dimulai dengan mengatakan): manusia dalam konversasi (persons-in-conversation) mengkonstruk bersama-sama (co-construct) realitas sosial (social reality) dan secara simultan juga dibentuk oleh dunia sosial yang mereka buat sendiri. Pearce dan Cronen, menciptakan CMM theory sebagai suatu teori praktis yang dapat menolong orang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dengan mampu berkonversasi dengan baik, orang bisa memperbaiki kualitas hidup personal dan kualitas dunia sosialnya (Griffin, 2003 :66).

Bergerak sedikit lebih jauh dari pemikiran dasarnya, ajaran dasar dari CMM theory adalah ketika terlibat dalam konversasi, manusia (persons-in-conversation) menciptakan suatu ikatan relasi (bond of union) yang jika dijabarkan lebih jauh:

1) Pengalaman dari manusia dalam konversasi (person-in-conversation) adalah proses sosial yang utama dalam hidup manusia. Artinya, melalui konversasi (secara umum komunikasi) manusia membentuk siapa dirinya dan menciptakan relationshipnya.

2) Bagaimana seseorang berkomunikasi, seringkali, lebih penting dari isi komunikasi itu sendiri. Artinya, bagaimana seseorang menyampaikan pesan memegang peran lebih besar ketimbang isi pesan dalam proses konstruksi sosial. Contoh: berbeda antara mengatakan “keluargamu miskin” dengan mengatakan “keluargamu kurang mampu”.

3) Tindakan dari manusia dalam konversasi (person-in-conversation) direproduksi secara reflektif sebagaimana interaksi itu berlanjut. Artinya, ketika kita terlibat dalam konversasi, kita ikut mengkonstruksi realitas sosial dan realitas sosial yang kita konstruksi ini akan berpengaruh terhadap tindakan kita berikutnya. Contoh: ketika hendak mengejar seorang gadis, seorang pria mencoba menginterpretasi realitas ”perasaan” si gadis. Apakah si gadis juga ”suka” pada dirinya? Setelah menginterpretasi (mengkonstruksi realitas) bahwa si gadis juga menyimpan perasaan suka, si pria menjadi terbuka dan menyatakan perasaannya.

4) Para peneliti CMM theory menganggap dirinya sebagai partisipan yang sangat penasaran dan selalu ingin tahu dalam satu dunia yang pluralistik (Griffin, 2003: 69-72).

Page 2: Coordinated Management of Meaning Theory

Ada tiga konsep dalam CMM Theory yaitu: Management, Meaning, dan Coordination.

MANAGEMENTManagement artinya orang memanfaatkan rules untuk me-manage bagaimana

menginterpretasi pesan sehingga menghasilkan meaning, dan berdasarkan meaning yang sudah dibuat, orang me-manage bagaimana selanjutnya ia akan bertindak/merespon pesan sehingga pantas/bisa dipahami orang lain.

Dalam proses management ini ada dua jenis rules yaitu constitutive rules dan regulative rules. Constitutive rules adalah aturan mengenai bagaimana menginterpretasi perilaku atau pesan dalam context tertentu sehingga mendapatkan meaning yang appropriate. Regulative rules adalah aturan mengenai bagaimana orang seharusnya merespon suatu perilaku atau pesan. Atau bagaimana bertindak dalam satu situasi.

MEANINGMeaning artinya makna. Makna didapat dari mengoperasikan rules untuk

menginterpretasi perilaku atau pesan. Rules selalu beroperasi/berkerja dalam context. Tidak semua rules berkerja dalam semua situasi dan berlaku bagi semua orang. Artinya, dalam context yang berbeda terdapat rules yang berbeda dan konsekuensi logisnya, meaning yang juga berbeda. Jadi, masing-masing context membuat rules-nya masing-masing.

Terdapat bermacam context namun context yang lebih kecil selalu menjadi bagian dari context yang lebih besar. Nah, susunan context-context inilah yang dinamakan hierarchy of context (dalam Littlejohn, 2002: 172) atau hierarchy of meaning (dalam West dan Turner, 2007: 115). Susunannya sebagai berikut:

Content: makna secara harfiah. Proses awal merubah data mentah (raw data) menjadi bermakna. Dapat dibayangkan sebagai pesan tanpa context. contoh: kata ”k-e-l-u-a-r”

Episodes

Relationship (contract)

Life scripts (autobiographies)

Speech act

Cultural patterns

content

Page 3: Coordinated Management of Meaning Theory

Speech Act: tindakan yang kita lakukan melalui berbicara. Misalnya: bertanya, mengejek, mengancam, memuji. Contohnya:berucap ”keluar !!!!”

Episodes: sebuah event (peristiwa) komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang dapat kita kenali/ketahui. Lugasnya, memiliki batasan. Dalam episodes, kita mulai melihat dengan lebih jelas pengaruh context terhadap meaning. Orang bisa memberi penekanan (punctuation) yang berbeda dalam menginterpretasi satu episode yang sama. Contohnya: dua bocah laki-laki berkelahi. Ketika dilerai, keduanya berdebat tentang siapa yang salah. Bocah A mengatakan ”dia duluan”, maksudnya duluan mengejek sehingga boleh dipukul sedangkan bocah B juga mengatakan ”dia duluan”, maksudnya duluan memukul sedangkan ejek harusnya dibalas cukup dengan ejekan pula.

Relationships: level meaning di mana orang sudah mengenali potensi dan batasan masing-masing sebagai rekan relasi. Seperti contract yang berisi kesepakatan dan pemahaman yang menjadi panduan dalam berkonversasi. Misalnya: bagaimana cara berbicara, apa topik yang tabu, dll.

Life Scripts: bisa dianggap sebagai otobiografi, yaitu sense of self/self concept (pemahaman tentang diri) yang terbangun secara menyejarah dalam kehidupan seseorang yaitu terbentuk dari sekelompok episode-episode masa lalu atau masa kini yang berpengaruh terhadap pola rules dan interaksi.

Cultural Patterns: suatu gambaran dunia yang umum tentang tatanan dunia dan hubungan seseorang dengannya. Diciptakan oleh kelompok sosial dan masyarakat. Ada dua yaitu individualism dan collectivism. Individualism menekankan pada kepentingan/kebutuhan/nilai-nilai individu di atas kepentingan/kebutuhan/nilai-nilai kelompok. Individualism fokus pada kemandirian dan inisiatif. Contoh individualism adalah kebudayaan USA. Collectivism menekanan pada kepentingan/kebutuhan/nilai-nilai kelompok di atas kepentingan/kebutuhan/nilai-nilai pribadi. Contoh Collectivism adalah budaya Republik Taiwan. Individualism----I IdentityCollectivism---- We Identity

Dalam hierarchy of context/meaning, terdapat loops. Loops artinya proses pencerminan/refleksi kembali makna dari level context yang lebih rendah kepada level context yang lebih tinggi dan mempengaruhi makna yang ada pada level context yang lebih tinggi. Istilah loops dipergunakan untuk mendukung pandangan bahwa komunikasi adalah proses yang terus berlangsung (ongoing), dinamis, dan terus berubah (ever-changing). Loops terbentuk melalui komunikasi INTRA-personal.

Ada dua jenis loops yaitu charmed loops dan strange loops. Charmed loops: adalah ketika makna yang ada di masing-masing level context selalu konsisten. Antara satu bagian dengan bagian yang lain saling mengkonfirmasi. Strange loops: adalah ketika

Page 4: Coordinated Management of Meaning Theory

makna yang ada di masing-masing level context berubah, menjadi tidak konsisten. Antara satu bagian dengan bagian yang lain saling menegasikan sehingga menciptakan kebingungan.

COORDINATIONCoordination menurut Pearce, “lebih mudah ditunjukkan ketimbang

dideskripsikan”. Oleh sebab itu sesungguhnya cara paling mudah untuk memahami coordination adalah dengan memperhatikan interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Coordination terjadi ketika, orang yang berinteraksi (interaktan) sama-sama berupaya mencari pemahaman atas pesan-pesan yang berurutan (sequencing message) dalam konversasi yang mereka jalani. Menurut Gery Philipsen ada tiga hasil yang mungkin yaitu berhasil dicapai coordination, gagal dicapai coordination, berhasil mencapai sebagian coordination. Kemungkinan yang terbesar adalah berhasil mencapai sebagian coordination, karena social reality juga tidak mungkin dikoordinasikan secara sempurna.

Coordination juga dipengaruhi oleh beberapa isu, diantaranya adalah soal moralitas dan soal sumber daya (resources). Soal moralitas, terkait pada peran yang dibawa oleh interactan dalam konversasi. Setiap peran itu membawa obligasi moralnya masing-masing, yang jika tidak dijalani sesuai dengan yang semustinya, bisa menggagalkan coordination. Soal sumber daya (resources) artinya adalah soal cerita-cerita, simbol-simbol, gambaran-gambaran, dan lain-lain yang dipakai orang untuk memahami/memaknai dunia mereka. Contohnya adalah, seseorang merasa lebih pantas menjadi caleg partai politik ketimbang juniornya karena dia sudah berjuang dari bawah sejak partai itu baru didirikan. Cerita perjuangannya itulah contoh sumberdaya (resources).

Perpaduan antara konsep-konsepSebagaimana sudah dipelajari sebelumnya bahwa teori adalah sistem abstrak

atas konsep-konsep dan hubungan yang terjalin antara konsep-konsep itu sehingga mampu menjelaskan fenomena (West dan Turner, 2007:48). Maka, dipertegas di sini bahwa konsep-konsep dalam CMM Theory adalah management, meaning, dan coordination. Bagaimana ketiga konsep ini terhubung adalah: orang bisa me-manage meaning dan me-manage action sebagai respon atas pesan. Proses management itu dilakukan dengan memanfaatkan rules sesuai dengan contextnya. Tujuannya adalah demi mencapai coordination dalam berkomunikasi.

Pemetaan teoritik dan paradigmatik CMM Theory CMM theory tergolong mid-range theory (teori jangka menengah) yaitu teori yang

hanya berupaya untuk fokus pada satu aspek tertentu dari fenomena. Aspek yang coba dijelaskan oleh CMM Theory adalah terutama tentang peran rules dalam komunikasi. Littlejohn sendiri menyebut teori ini sebagai rule theory (Littlejohn, 2002: 171).

Page 5: Coordinated Management of Meaning Theory

Dari ajaran-ajaran CMM theory di atas, kita juga dapat membuat suatu pemetaan bahwa CMM theory adalah teori yang memiliki paradigm constructionism. Sulit mengartikan paradigm secara sederhana. Mungkin arti sederhana yang terbaik adalah pandangan dunia (worldview) yang menjadi broad theoretical orientation yaitu orientasi umum yang menjadi panduan kita ketika kita hendak berteori sehingga runut dan utuh.

CONSTRUCTIONISMOntology (tentang realitas) Epistemology (tentang

pengetahuan dan cara sahih perolehannya)

Axiology (tentang nilai dalam pengetahuan/proses pencarian pengetahuan)

Dunia/realitas objective (yang universal bisa diterima semua orang) tidaklah exist.

Realitas tidak bersifat absolute melainkan relative.

Dunia/realitas bukanlah sesuatu yang berada di luar diri kita melainkan sesuatu yang kita kreasi melalui interaksi dengan orang lain.

Dunia/realitas adalah bagaimana “kita” memandang/memahaminya.

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang “sudah ada” di luar sana dan hanya tinggal perlu kita cari.

Tetapi, pengetahuan adalah sesuatu yang kita kreasi sendiri melalui interaksi dengan orang lain.

Pengetahuan adalah sebuah produk sosial ketika masing-masing orang melalui komunikasi saling berbagi pandangan tentang realitas.

Tidak ada kebenaran/pengetahuan absolute melainkan kebenaran/pengetahuan bersifat relative.

Untuk mendapatkan pengetahuan, peneliti (knower) dan subjek penelitian (known) musti berinteraksi

Pengetahuan tidaklah bersifat bebas nilai.

Para peneliti dipengaruhi oleh nilai-nilai. Walaupun mereka misalnya menyatakan dirinya objective tetapi mereka sesungguhnya tidak objective. Ketika memilih untuk bersikap objecitive mereka sesungguhnya dipengaruhi nilai bahwa pengetahuan yang baik dan benar adalah yang objective.

Contoh CMM Theory dalam Cerita (diadaptasi dari contoh Littlejohn)

Page 6: Coordinated Management of Meaning Theory

Sekelompok anak bermain bola di lapangan. Tanpa sengaja bola menghantam jendela rumah seorang paman sehingga kacanya pecah. Si anak yang punya bola ingin mengambil kembali bolanya. Ia menghampiri rumah yang kaca jendelanya pecah dan berkonversasi dengan paman pemilik rumah.

(1) Paman pemilik rumahConstitutive rules: apabila saya bertanya, “apakah ini bolamu?” dengan cara yang kasar maka akan dimaknai sebagai kemarahan, ancaman dan pemaksaan untuk mengaku.Regulative rules: jika saya bersikap tetap demikian, maka anak itu akan menangis dan saya akan kasihan sehingga saya mengembalikan bolanya.

(2) Anak Cr: apabila Paman bertanya apakah itu bolaku, sebenarnya dia cuma ingin tahu saja. Saya akan jawab, “ya, punya saya, kembalikan”. Itu akan dimaknai sebagai pemberitahuan dan permintaan.Rr: apabila ia beranya “apakah ini bolamu?” akan segera saya jawab dengan “punya saya,kembalikan”.

Percakapannya(1) Paman : apakah ini bolamu?(2) Anak : ya, punya saya, kembalikan.

Selanjutnya(3) Paman pemilik rumah

Cr: anak ini tidak merasa bersalah sudah memecahkan kaca jendelaku. Anak ini kurang ajar.Rr: saya akan jelaskan bahwa dia sudah berbuat salah.

(4) Anak (dengan koordinasi makna)Cr: saya sudah memecahkan kaca jendelanya, saya berbuat salah. Rr: saya harus minta maaf dan meminta bola saya dikembalikan dengan sopan.

(5) Anak (tanpa koordinasi makna)Cr: dia marah dan tidak mau mengembalikan bola saya.Rr: saya harus memaksanya mengembalikan bola saya.

(6) paman (dengan koordinasi makna)Cr: dia paham sudah berbuat salah dan tidak sengaja. Saya akan mengembalikan bolanya yang bermakna saya memaafkannya.Rr: saya akan bilang ”ok, gak pa pa, lain kali hati-hati”

(7) paman (tanpa koordinasi makna) Cr: anak ini memang kurang ajar. Tidak merasa bersalah dan menantang.

Page 7: Coordinated Management of Meaning Theory

Rr: saya akan bentak dan usir dia serta tidak mengembalikan bolanya supaya dia tahu saya marah.

Percakapannya (dengan koordinasi makna)

(3) Paman : mengembalikannya? bola ini sudah memecahkan kaca jendela rumah saya. Ngerti?

(4) Anak: Ya, saya tahu. Kami sedang bermain dan tidak sengaja. Maafkan saya, saya berjanji akan lebih hati-hati kalau main bola lagi.

(6) Paman : ok, gak pa pa, lain kali hati-hati

Percakapannya (tanpa koordinasi makna)(3) Paman : mengembalikannya? bola ini sudah memecahkan kaca jendela rumah

saya. Ngerti?(5) Anak : pokoknya kembalikan, kalau enggak aku bilangin papaku!(7) Paman: pergi dan bilang sama papamu sana!

DAFTAR PUSTAKAGriffin, Em. 2003. A First Look at Communication Theory. New York: McGraw-Hill.Littlejohn, Stephen. 2002. Theories of Human Communication. West, Richard dan Lynn H Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analysis and Application. New York: McGraw-Hill.