corporation-body-lotion.pdf
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
1/35
JURNAL PRAKTIKUM KOSMETIKA
Formulasi Sediaan Body Lotion
REYNA
Oleh:
Kelompok I
I Putu Bagus Mahaparadipa ( 0808505001 )
Ni Made Ary Sukmawati ( 0908505002 )
Pande Nyoman Handayani ( 0908505052 )
G.A.P. Candra Dewi ( 0908505054 )
Ni Made Asih Wiradewi ( 0908505068 )
Charli Chanjaya ( 0908505073 )
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
2/35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Lotion
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,
memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan
menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion
(losio tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al,
1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang
digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang
tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya
ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat
kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982
menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari
sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yangsehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion
dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah
menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada
permukaan kulit (Lachman et al., 1994).
1.2 Formulasi Lotion
Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi dan
humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak dari tanaman,
hewan maupun minyak mineral seperti minyak zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin
lebah dan sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun
nonionik. Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilen
glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
3/35
Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan adalah fungsi dari
lotion yang dlinginkan untuk dikembangkan. Fungsi dari lotion adalah untuk
mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan dan membersihkan, mencegah kehilangan
air, dan mempertahankan bahan aktif (Setyaningsih, dkk., 2007). Lotion juga dipakai untuk
menyejukkan, mengeringkan, anti pruritik dan efek protektif dalam pengobatan dermatosis
akut. Sebaiknya tidak digunakan pada luka yang berair sebab akan terjadi caking dan
runtuhan kulit serta bakteri dapat tetap tinggal di bawah lotion yang menjadi cake (Anief,
1984). Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab, pengemulsi, bahan
pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Setyaningsih, dkk., 2007).
Proses pembuatan lotion adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut
dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan
pengadukan (Schmitt, 1996). Bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan lotion
adalah sunscreen, humektan, thickening, mineral oil, setil alkohol, silikon dan preservatif.
Sun screen berfungsi sebagai ultra violet filter, yaitu melindungi kulit dari panas matahari
juga bahan dasar pembuatan krim/lotion. Gliserin sebagai humektan berfungsi menahan air di
bawah lapisan kulit agar tidak keluar sehingga mencegah kehilangan air yang berlebihan.
Mineral oildan silikon berfungsi sebagai pelembab (moisturizing) kulit. (Setyaningsih, dkk.,
2007).
Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emolient dan pelembab (Setyaningsih, dkk.,
2007). Selain itu, setil alkohol padasedian lotionberfungsi sebagai thickening agent (Rowe,
et al., 2003) dengan konsentrasi 2%, 6% dan 10%. Thickeningmerupakan pengental yang
berfungsi sebagai pengikat fasa minyak dan fasa air yang terkait dengan Hidrofil Lipofil
Balance (HLB). Thickening agent adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu
formula, yang berfungsi sebagai bahan pengental atau pengeras di dalam formula lotion.
Bahan pengental atau thickening agents digunakan untuk mengatur kekentalan produk
sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan kestabilan dari
produk tersebut (Mitsui, 1997). Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatan skin
lotion bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble
polymers digunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan sebagai polimer alami,
semi sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui, 1997). Menurut Schmitt (1996), bahan
pengental polimer seperti gum alami, derivat selulosa dan karbomer lebih sering digunakan
dalam sistem emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan bahan
pengental dalam pembuatanskin lotion biasanya digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu
dibawah 2,5% (Strianse, 1996).
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
4/35
1.3 Perbedaan Body Lotion, Body Creamdan Body Butter
Semua pelembap tubuh (moisturizer) dibuat dengan karakteristik tersendiri sehingga
memiliki kombinasi air, tipe minyak, dan emolien (pengencer) yang berbeda satu sama
lainnya. Untuk mendapatkan hasilyang terbaik pemilihan pelembap harus sesuai dengan
kondisi kulit. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memilih pelembab tubuh yang tepat
bagi antara lain : seberapa kering kulit tubuh, iklim tempat tinggal, dan bagian tubuh mana
yang paling membutuhkan pelembap (Aifen,2011).
Secara garis besar, ada tiga jenis pelembab tubuh yang dapat pilih, anrata lain :
1.3.1 Body Lotion
Body Lotion merupakan sediaan yang paling encer dibandingkan dengan pelembap
lainnya. Lotion yang baik adalah tidak terlalu greasy(berminyak) saat digunakan dan dapat
menyerap dengan cepat saat dioleskan di kulit. Lotion merupakan pilihan paling tepat jika
membutuhkan pelembap yang ringan atau bila digunakan untuk seluruh tubuh. Karena
bentuknya ringan dan tidak meninggalkan residu, lotion bisa digunakan di pagi hari tanpa
perlu khawatir bisa menempel di pakaian. Lotion baik digunakan apabila berada di iklim
yang lembap atau ketika cuaca mulai panas (Aifen,2011).
1.3.2 Body Cream
Body Creambentuknya lebih pekat dibanding lotiondan mengandung lebih banyak
minyak pelembap. Krim tubuh (body cream) ini paling baik digunakan di kulit yang paling
kering, seperti lengan dan kaki, yang tak memiliki banyak kelenjar minyak ketimbang dada
dan punggung. Jika terdapat jerawat di dada dan punggung artinya kulit memiliki minyak
alami yang cukup. Jadi, penggunaan krim dihindari di daerah ini. Krim digunakan jika
menemukan ada kulit yang mengelupas karena kering meski sudah menggunakan lotion.
Penggunaan krim yang lebih pekat diperlukan pada cuaca dingin atau sedang bepergian ke
daerah kering. Untuk mengunci kelembapan, krim tubuh digunakan segera setelah mandi
(Aifen,2011).
1.3.3. Body Butter
Body Butter memiliki proporsi minyak paling tinggi. Karena itu bentuknya sangat
kental mirip margarin atau mentega. Biasanya body butter memiliki kandungan shea butter,
cocoa butter, dan coconut butter. Bentuk pelembap seperti ini bisa jadi sangat berminyak dan
sulit dioleskan, maka akan sangat baik jika dioleskan di daerah yang amat kering dan
cenderung pecah misalnya sikut, lutut, dan tumit. Untuk menghindari ceceran residu yang
amat berminyak dan bisa menempel ke mana-mana, lebih baik gunakan body butterdi malam
hari (Aifen,2011).
http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/ -
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
5/35
BAB II
SIFAT FISIKO-KIMIA BAHAN
2.1 Minyak Zaitun
a. Pemeriaan : Minyak zaitun berupa cairan jernih, tidak berwarna atau
berwarna kuning transparan. Minyak zaitun murni diperoleh
minyak zaitun diperoleh dengan penyulingan minyak zaitun
mentah sehingga isi gliserida minyak tidak berubah. Suatu
antioksidan yang cocok dapat ditambahkan (Rowe et al, 2003).
b. Kandungan : Minyak zaitun mengandung asam lemak tak jenuh dalam kadar
yang tinggi (utamanya asam oleat dan polifenol), vitamin E dan
vitamin K (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Minyak zaitun banyak digunakan pada kosmetik dan sediaan
farmasi topikal. Telah digunakan dalam formulasi topikal
sebagai emolien dan untuk membuat kulit radang menjadi
mulus, untuk melembutkan kulit dan kerak di eksim; digunakan
untuk minyak pijat, dan untuk melunakkan kotoran telinga
(Rowe et al, 2003).
d.
Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%); larut dengan eter,
kloroform, light petroleum (50-70oC), dan karbon disulfida
(Rowe et al, 2003).
e. Stabilitas : Ketika didinginkan, minyak zaitun menjadi keruh sekitar 10oC,
dan menjadi massa seperti butter pada 0oC (Rowe et al, 2003).
f.
Penyimpanan : Minyak zaitun harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di
tempat sejuk dan kering (Rowe et al, 2003).
g.
Inkompatibilitas : Minyak zaitun dapat disaponifikasi oleh hidroksida alkali
karena mengandung asam lemak tak jenuh dalam kadar tinggi,
minyak zaitun rentan terhadap oksidasi dan tidak kompatibel
dengan agen oksidasi (Rowe et al, 2003).
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
6/35
2.2 Asam Stearat
a. Bobot molekul : 284.47 g/mol (Rowe et al, 2003).
b.
Pemeriaan : asam stearat berbentuk padat, berupa kristal padat atau serbuk
putih atau kekuningan, mengkilap, bau lemah (Rowe et al,
2003).
c.
Penggunaan : Pada penggunaan topikal, asam stearat digunakan sebagai agen
pengemulsi dan agen untuk meningkatkan kelarutan (Rowe et
al, 2003).
d. Titik lebur : 69-70oC (Rowe et al, 2003).
e. Koefisien partisi : Log (minyak : air) = 8,2 (Rowe et al, 2003).
f. Kelarutan : sangat larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan
eter; larut dalam etanol 95%, hexan, dan propilen glikol; praktis
tidak larut dalam air (Rowe et al, 2003).
g. Stabilitas : Asam stearat adalah material yang stabil, antioksidan juga dapat
ditambahkan pada asam stearat (Rowe et al, 2003).
h. Penyimpanan : Pada wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk dan kering
(Rowe et al, 2003).
i.
Inkompatibilitas : Asam stearat tidak tercampurkan dengan kebanyakan logam
hidroksida dan basa, agen pereduksi, dan agen pengoksidasi.
Basis ointment yang dibuat dari asam stearat dapat
menunjukkan pengeringan atau penggumpalan berkaitan
dengan reaksi ketika dicampurkan dengan garam zink atau
garam kalsium. Asam stearat tidak tercampurkan dengan obat
naproxen (Rowe et al, 2003).
2.3 Gliserin
a.
Bobot molekul : 92.09 g/mol (Rowe et al, 2003).
b. Pemeriaan : Gliserin tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan
higroskopis, rasa manis (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan terutama
sebagai humektan dan emolien. Gliserin digunakan sebagai
pelarut atau kosolven pada krim dan emulsi (Rowe et al, 2003).
d.
Titik lebur : 17,8o
C (Rowe et al, 2003).
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
7/35
e. Kelarutan : Larut dalam air, etanol dan metanol; sedikit larut dalam aseton;
praktis tidak larut dalam benzen, kloroform, dan minyak;
kelarutan dalam eter 1:500; kelarutan dalam etil asetat 1:11
(Rowe et al, 2003).
f. Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni tidak mudah
dioksidasi oleh atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa,
tapi akan terdekomposisi oleh panas dan akan berevolusi
menjadi zat yang toksik. Campuran gliserin dengan air, etanol
95%, dan propilen glikol stabil secara kimia. Gliserin
membentuk kristal jika disimpan pada temperatur rendah,
kristal tidak meleleh sampai penghangatan hingga 20oC (Rowe
et al, 2003).
g. Penyimpanan : Gliserin dapat disimpan pada wadah kedap udara, di tempat
sejuk dan kering (Rowe et al, 2003).
h.
Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak apabila dicampur dengan agen
pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida, atau potasium
permanganat. Dalam larutan cair, hasil reaksi pada kecepatan
lebih lambat dengan membentuk beberapa produk oksidasi.
Penghilangan warna hitam pada gliserin terjadi pada pemaparan
sinar, atau pada kontak dengan zink oksida atau bismut nitrat.
Adanya besi pada gliserin bertanggung jawab menjadikan
warna campuran yang mengandung fenol, salisilat, dan tanin
menjadi lebih gelap. Gliserin membentuk kompleks asam borat,
asam gliseroborik, yang lebih kuat daripada asam borat (Rowe
et al, 2003).
2.4 Trietanolamin
a. Bobot molekul : 149,19 (Rowe et al, 2003).
b. Pemeriaan : Trietanolamina tak berwarna, berwarna kuning pucat, cairan
kental, memiliki sedikit bau amoniak. Trietanolamina adalah
campuran basa terutama 2,20,200-nitrilotriethanol, meskipun
juga mengandung dietanolamina dan jumlah yang lebih kecil
dari monoetanolamina (Rowe et al, 2003).
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
8/35
c. Penggunaan : Trietanolamina banyak digunakan dalam formulasi farmasi
topikal, terutama dalam pembentukan emulsi. Ketika dicampur
dalam proporsi equimolar dengan asam lemak, seperti asam
stearat atau asam oleat, trietanolamina membentuk sabun
anionic dengan pH sekitar 8, yang dapat digunakan sebagai
agen pengemulsi untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air
yang halus, stabil. Konsentrasi yang biasanya digunakan untuk
emulsifikasi adalah 2- 4% v / v trietanolamina dan 2-5 kali dari
asam lemak. Dalam kasus minyak mineral, 5% v/v
trietanolamina akan diperlukan, dengan peningkatan yang tepat
dalam jumlah asam lemak yang digunakan. Persiapan
yang mengandung sabun trietanolamina cenderung gelap pada
penyimpanan. Namun, perubahan warna dapat dikurangi
dengan menghindari paparan cahaya dan kontak dengan logam
dan ion logam (Rowe et al, 2003).
d. pH : 10,5 (larutan 0,1N) (Rowe et al, 2003).
e. Titik lebur : 20-21oC (Rowe et al, 2003).
f.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, metanol, air, dan karbon
tetraklorida, kelarutan 1:24 dalam benzen, kelarutan 1:63 dalam
etil eter (Rowe et al, 2003).
g.
Penyimpanan : Trietanolamin dapat berubah menjadi coklat apabila terpapar
udara atau cahaya. 85% trietanolamin cenderung akan terbagi-
bagi pada suhu di bawah 15oC, Homogenitas trietanolamin
dapat dipulihkan dengan penghangatan dan pencampuran
sebelum digunakan. Trietanolamin disimpan pada wadah kedap
udara, terlindung dari cahaya dan ditempat kering (Rowe et al,
2003).
h. Inkompatibilitas : Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral dan
membentuk garam kristalin dan ester. Dengan asam lemak yang
lebih tinggi, trietanolamin akan membentuk garam yang larut
dalam air dan mempunyai karakteristik sabun. Trietanolamin
juga akan bereaksi dengan tembaga dan membentuk garam
kompleks. Penghilangan warna dan presipitasi dapat terjadi
karena adanya garam logam berat. Trietanolamin dapat bereaksi
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
9/35
dengan reagen seperti tionilklorda untuk menggantikan gugus
hidroksi dengan halogen, produk reaksi ini sangat toksik (Rowe
et al, 2003).
2.5 Metil Paraben
a.
Bobot molekul : 152,15 g/mol (Rowe et al, 2003).
b. Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Metilparaben dengan persentase 0,02 0,3% digunakan sebagai
bahan pengawet pada sediaan topikal. Metilparaben bersama
dengan metil paraben digunakan pada berbagai formulasi
sediaan farmasetika (Rowe et al, 2003).
d. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter terbakar
(Depkes RI, 1995).
e. Suhu lebur : 125 - 128 C (Rowe et al, 2003).
f.
Stabilitas : Larutan cair metal paraben pada pH 36 dapat disterilkan
dengan autoklaf pada suhu 120C selama 20 menit, tanpa
terdekomposisi. Larutan pH 36 stabil (kurang dari 10%
terdekomposisi) sekitar 4 tahun pada temperature ruangan.
Sementara larutan pH 8 atau lebih terhidrolisis dengan cepat
(10% atau lebih sekitar 60 hari pada temperatur ruangan)
(Rowe et al, 2003).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995).
h.
Inkompatibilitas : Aktivitas anti bakteri metal paraben dan paraben lainnya akan
menurun jika terdapat surfaktan ninionik, seperti polisorbat 80,
yang dapat menghasilkan misel. Walaupun propilenglikol
(10%) menunjukkan potensi pada aktivitas antibakteri paraben
dalam keberadaan surfaktan nonionik dan mencegah interaksi
antara metal paraben dan polisorbat 80. Inkompatibilitas
dilaporkan terjadi dengan substansi lain seperti bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginat, minyak
essensial, sorbitol, dan atropin. Metil paraben juga bereaksi
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
10/35
dengan beberapa gula dan gula alkohol. Absorpsi metal paraben
oleh plastik. Polietilen dengan berat jenis rendah dan tinggi
tidak menyerap metal paraben. Metil paraben kehilangan
warnanya dengan keberadaan tembaga dan terhidrolisis dengan
basa lemah dan asam kuat (Rowe et al, 2003).
2.6 Propil Paraben
a. Bobot molekul : 180,20 g/mol (Rowe et al, 2003).
b. Pemerian : Serbuk berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa (Rowe et
al, 2003).
c. Penggunaan : Propilparaben dengan persentase 0,01 0,6% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Propil paraben
bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai
formulasi sediaan farmasetika (Rowe et al, 2003).
d.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter, sukar larut dalam air mendidih (Depkes RI, 1995).
e. Suhu lebur : 95 - 98 C (Depkes RI, 1979).
f.
Stabilitas : Larutan propilparaben berair pada pH 3-6 dapat disterilisasi
dengan autoklaf tanpa terjadi dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan
berair stabil (terdekomposisi kurang dari 10%) untuk
penyimpanan pada suhu kamar selama 4 tahun, sementara pada
pH di atas 8 dapat cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah
penyimpanan selama 60 hari pada suhu kamar) (Rowe et al,
2003).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995).
h.
Inkompatibilitas : Aktivitas antibakteri propil paraben akan menurun jika terdapat
surfaktan ninionik yang dapat menghasilkan misel. Walaupun
propilenglikol (10%) menunjukkan potensi pada aktivitas
antibakteri paraben dalam keberadaan surfaktan nonionik dan
mencegah interaksi antara metal paraben dan polisorbat 80.
Inkompatibilitas dilaporkan terjadi dengan substansi lain seperti
magnesium aluminium silikat, magnesium trisilikat, tembaga
oksida, tragakan, dan ultramarin biru hingga mampu
mengurangi daya pengawet propilparaben. Absorpsi
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
11/35
propilparaben oleh plastik. Propilparaben kehilangan warnanya
dengan keberadaan tembaga dan terhidrolisis dengan basa
lemah dan asam kuat (Rowe et al, 2003).
2.7 Propilenglikol
a.
Bobot molekul : 76,09 g/mol (Rowe et al, 2003).
b. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, manis,
berasa sedikit tajam seperti gliserin (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 15% digunakan sebagai
humektan pada sediaan topikal; 15-30% digunakan sebagai
bahan pengawet pada sediaan larutan dan semisolida;
digunakan sebagai solven atau kosolven dengan konsentrasi 10-
30% pada sediaan larutan aerosol, 10-25% pada sediaan
larutan oral, 10-60% pada sediaan parenteral, dan 5-80% pada
sediaan topikal (Rowe et al, 2003).
d. Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%,
gliserin, dan air; larut 1:6 dalam eter; tidak dapat bercampur
dengan minyak mineral atau campuran minyak, tetapi dapat
dilarutkan oleh beberapa minyak essensial (Rowe et al, 2003).
e. Suhu lebur : -59C (Rowe et al, 2003).
f.
Stabilitas : Propilenglikol stabil pada suhu kamar jika disimpan pada
wadah tertutup baik, tetapi pada keadaan terbuka dan
temperatur tinggi akan teroksidasi dan menghasilkan produk
seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam
asetat. Propilenglikol stabil ketika dicampur dengan etanol
95%, gliserin, atau air. Propilenglikol bersifat higroskopis
(Rowe et al, 2003).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk dan kering (Rowe et al, 2003).
h. Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak tercampurkan dengan reagen pengoksidasi
seperti potasium permanganat (Rowe et al, 2003).
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
12/35
2.8 Setil Alkohol
a. Bobot molekul : 242,44 g/mol (Rowe et al, 2003).
b.
Pemerian : Berupa lilin, berwarna putih, berbentuk serpihan, granul, kubus,
bau dan rasa lemah (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 2-5% digunakan sebagai
emolien; 2-5% digunakan sebagai agen pengemulsi; digunakan
sebagai agen pengeras (Stiffening agent) pada konsentrasi 2-
10%; dan sebagai pengabsorpsi air pada konsentrasi 5% (Rowe
et al, 2003).
d. Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan
peningkatan temperatur, praktis tidak larut dalam air. Ketika
dilelehkan dapat bercampur dengan lemak, parafin padat atau
cair, dan isoprpil miristat (Rowe et al, 2003).
e. Suhu lebur : 49C (Rowe et al, 2003).
f.
Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan asam, alkali, cahaya, serta udara, dan
tidak menjadi tengik (Rowe et al, 2003).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering (Rowe
et al, 2003).
h.
Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak tercampurkan dengan agen pengoksidasi
kuat (Rowe et al, 2003).
2.9 Aqua Purificata
a. Bobot molekul : 18,02 g/mol (Depkes RI, 1995).
b.
Definisi : Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan
destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik,
atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi
persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain
(catatan: Air murni digunakan untuk pembuatan sediaan-
sediaan). Bila digunakan untuk sediaan steril, selain untuk
sediaan parenteral, air harus memenuhi persyaratan uji sterilitas
atau gunakan air murni steril yang dilindungi terhadap
kontaminasi mikroba. Tidak boleh menggunakan air murni
untuk sediaan parenteral. Untuk keperluan ini digunakan air
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
13/35
untuk injeksi, air untuk injeksi bakteriostatik atau air steril
untuk injeksi (Depkes RI, 1995).
c.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau (Depkes RI, 1995).
d. pH : Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan secara potensiometrik
pada larutan yang ditambahkan 0,30 mL larutan kalium klorida
P jenuh pada 100 mL zatuji (Depkes RI, 1995).
e. Kemurnian bakteriologi :Memenuhi syarat air minum (Depkes RI, 1995).
f. Wadah dan penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
14/35
BAB III
MACAM-MACAM FORMULA
3.1 Formula Utama (Pustaka)
White oil 20%
Asam stearat 7%
Gliserin 10%
Trietanolamin 2%
Setil Alkohol 2%
Metil Paraben 0.1%
Akuades 58.9%
(Tano,1999)
3.2 Formula Alternatif
a.
Formula Alternatif 1
Zaitun 42.5%
Setaric Acid 10.3%
Trietanolamin 2%
Gliserin 8,5%
Metil Paraben 0.2%
Propil Paraben 0.5%
Propilenglikol 2%
Setil Alkohol 1%
Essential oil qs
Destilled Water to 100%
b.
Formula Alternatif 2
VCO 42.%
Setaric Acid 10.3%
Trietanolamin 2%
Gliserin 8,5%
Metil Paraben 0.2%
Propil Paraben 0.5%
Propilenglikol 2%
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
15/35
Setil Alkohol 1%
Vitamin E 0.5%
Essential oil qs
Destilled Water to 100%
c.
Formula Alternatif 3
VCO 42%
Setaric Acid 11%
Trietanolamin 2%
Gliserin 8,5%
Metil Paraben 0.2%
Propil Paraben 0.5%
Propilenglikol 2%
Vitamin E 0.5%
Essential oil qs
Destilled Water to 100%
d.
Formula Alternatif 4
VCO 42%
Setaric Acid 11%
Trietanolamin 2%
Gliserin 8,5%
Metil Paraben 0.2%
Propil Paraben 0.5%
Propilenglikol 2%
Essential oil qs
Destilled Water to 100%
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
16/35
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1 Bahan
a. Zaitun
b.
Setaric Acid
c. Trietanolamin
d. Gliserin
e. Metil Paraben
f. Propil Paraben
g. Propilenglikol
h.
Setil Alkohol
i. Essential oil
j. Destilled Water
4.2 Alat
a. Timbangan elektrik
b.
Penangas air
c.
Batang pengaduk
d. Cawan porselin
e.
Penjepit kayu
f. Termometer
g. Beaker glass
h.
Kertas perkamen
i. Sendok tanduk
j.
Pipet tetes
k.
Gelas arloji
l. Mortir
m. Stamper
n. Wadah lotion
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
17/35
4.3 Perhitungan
a. Formula Pustaka
1.
White oil
White oil 20%=
2. Asam stearat
Asam stearat 7%=
3. Trietanolamin
Trietanolamin 2%=
4. Gliserin
Gliserin 10%=
5. Metil Paraben
Metil Paraben 0.1%=
6. Setil alkohol
Setil alkohol 2%=
7.
Akuades
Akuades 58,9%=
b. Formula Alternatif 1
1. Minyak Zaitun
Minyak zaitun 42,5%=
2. Asam stearat
Asam stearat 10,3%=
3. Trietanolamin
Trietanolamin 2%=
4. Gliserin
Gliserin 8,5%=
5.
Metil Paraben
Metil Paraben 0.2%=
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
18/35
6. Propil Paraben
Propil Paraben 0.5%=
7. Propilenglikol
Propilenglikol 2%=
8. Setil alkohol
Setil alkohol 1%=
9.
Essential oil = q.s
10.Destilled Water
Destilled Water 33%=
c. Formula Alternatif 2
1. VCO
VCO 42%=
2.
Asam stearat
Asam stearat 10,3%=
3. Trietanolamin
Trietanolamin 2%=
4. Gliserin
Gliserin 8,5%=
5. Metil Paraben
Metil Paraben 0.2%=
6. Propil Paraben
Propil Paraben 0.5%=
7. Propilenglikol
Propilenglikol 2%=
8. Setil alkohol
Setil alkohol 1%=
9. Vitamin E
Vitamin E 0,5%=
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
19/35
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
20/35
2. Asam stearat
Asam stearat 11%=
3.
Trietanolamin
Trietanolamin 2%=
4. Gliserin
Gliserin 8,5%=
5.
Metil Paraben
Metil Paraben 0.2%=
6. Propil Paraben
Propil Paraben 0.5%=
7. Propilenglikol
Propilenglikol 2%=
8.
Essential oil = q.s
9. Akuades
Akuades 34%=
4.4 Tabel Penimbangan
a. Formula Pustaka
Nama Bahan
Rentang
pada
pustaka
Persen
yang
digunakan
50 gram
sediaan
150
gram
sediaan
Penambahan
bobot
15%
Fungsi
White oil 20 10 30 34.5 fase minyak
Asam Stearat 1-20% 7 3.5 10.5 12.075
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
Gliserin
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
21/35
b. Formula Alternatif 1
Nama Bahan
Rentang
pada
pustaka
Persen
yang
digunakan
50 gram
sediaan
(gram)
150
gram
sediaan
(gram)
Penambahan
bobot
15%
(gram)
Fungsi
Olive oil 42.5 21.25 63.75 73.3125 fase minyak
Asam stearat 1-20% 10.3 5.15 15.45 17.7675
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
TEA 2-4% 2 1 3 3.45
agen
pengemulsi
(stabilizer in
water)
Gliserin
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
22/35
c. Formula Alternatif 2
Nama Bahan
Rentang
pada
pustaka
Persen
yang
digunakan
50 gram
sediaan
(gram)
150
gram
sediaan
(gram)
Penambahan
bobot
15%
(gram)
Fungsi
VCO 42 21 63 72.45 fase minyak
Asam stearat 1-20% 10.3 5.15 15.45 17.7675
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
TEA 2-4% 2 1 3 3.45
agen
pengemulsi
(stabilizer in
water)
Gliserin
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
23/35
d. Formula Alternatif 3
Nama Bahan
Rentang
pada
pustaka
Persen
yang
digunakan
50 gram
sediaan
(gram)
150
gram
sediaan
(gram)
Penambahan
bobot
15%
(gram)
Fungsi
VCO 42 21 63 72.45 fase minyak
Asam stearat 1-20% 11 5.5 16.5 18.975
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
TEA 2-4% 2 1 3 3.45
agen
pengemulsi
(stabilizer in
water)
Gliserin
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
24/35
4.5 CARA KERJA
a. Formula Pustaka
1.
Diawali dengan pemanasan asam stearat, white oil, dan setil alkohol dalam beker
gelas hingga suhu 70oC disertai dengan pengadukan.
2. Suhu diturunkan hingga 65oC, dimasukkan trietanolamin secara perlahan-lahan dan
terus diaduk sampai adonan tercampur rata dalam beker gelas diatas magnetic
stirer (Adonan 1)
3. Gliserin dan air dipanaskan hingga suhu 80oC dalam wadah yang berbeda. Lalu
dilakukan pendinginan hingga suhu 65oC (Adonan 2).
4. Adonan 1 dan 2 dicampur sambil terus diaduk dengan magnetic stirerpada putaran
penuh. Pengadukan dilakukan sampai terbentuk emulsi yang halus. Kemudian
pengadukan dilanjutkan secara manual terus dilakukan sampai adonan
mengembang (Adonan 3).
Adonan 3 dibiarkan hingga suhu turun menjadi 40oC. Metil paraben ditambahkan
sambil terus dilakukan pengadukan sampai terbentuk emulsi yang halus. Setelah
dingin dimasukkan dalam kemasan botol plastik. (Tano,1999)
b. Formula Alternatif 1
1.
Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan minyak zaitun, setil alkohol dan asam stearat ke dalam cawan porselen
lalu lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam Propilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C)
5.
Panaskan campuran C suhu 80oC.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7.
Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10.Sediaan diberi etiket.
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
25/35
c. Formula Alternatif 2
1.
Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan virgin coconut oil, setil alkohol dan asam stearat ke dalam cawan
porselen lalu lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3.
Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam Propilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C)
5. Panaskan campuran C suhu 80oC.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10.
Sediaan diberi etiket
d. Formula Alternatif 3
1.
Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2.
Masukkan virgin coconut oil, dan asam stearat ke dalam cawan porselen lalu
lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3.
Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam Propilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C)
5. Panaskan campuran C suhu 80oC.
6.
Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7.
Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10.Sediaan diberi etiket
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
26/35
e. Formula Alternatif 4
1.
Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan virgin coconut oil, dan asam stearat ke dalam cawan porselen lalu
lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3.
Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam Propilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C)
5. Panaskan campuran C suhu 80oC.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10.
Sediaan diberi etiket
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
27/35
BAB V
EVALUASI SEDIAAN
5.1 Evaluasi Fisika
5.1. 1 Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati
secara visual.
5.1. 2 Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan
diuji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen (Depkes RI, 1979).
5.1. 3
Uji Daya Sebar
Sebanyak 0,5 gram krim diletakkan dengan hati-hati di atas kertas
grafik yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan
luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi
dengan plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 1, 2, dan 5 g dan
dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan
dapat dihitung (Voigt, 1994).
Sediaan lotion yang memiliki nilai daya sebar yang baik berkisar antara
7-16cm
5.1. 4
Uji Daya Lekat
Sampel 0,25 gram diletakan diatas 2 gelas obyek yang telah ditentukan.
Kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu beban
diangkat dari gelas obyek kemudian gelas obyek dipasang pada alat uji.Alat
uji diberi beban 80 gram dan kemudian dicatat waktu pelepasannya krim dari
gelas obyek (Miranti, 2009). Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
5.1. 5
Pemisahan Fase
Formula yang telah dibuat dituang ke dalam wadah sebanyak 10 ml.
Pemisahannya diamati pada hari ke 0,1,3,7 selama 4 minggu. Cara pengukuran
persen pemisahan dapat dilihat pada :
http://1.bp.blogspot.com/_L6xZpL8-F_Y/SKDndaeV8LI/AAAAAAAAAIA/sH13BpMHEEY/s1600-h/rumus.jpg -
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
28/35
Keterangan:
F = Persen pemisahan (%)
Hu = Tinggi endapan air
Ho = Tinggi mula-mula
5.1. 6
Uji Viskositas
Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga akan
mengikuti sifat aliran tiksotropik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan
menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat
mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton. Prinsip
kerjanya adalah dengan dengan menggunakan spindel dan motor. Setelah
motor dihidupkan maka spindel akan berputar dan diamati angka yang
ditunjukkan oleh jarum merah, dicatat. Untuk menghitung viskositasnya maka
angka yang ditunjukkan oleh jarum merah dikalikan dengan suatu faktor yang
terdapat pada brosur alat.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan cara menempatkan sediaan
krim yang akan diperiksa dalam gelas bermulut lebar 100 mL, kemudian
spindel yang sesuai (spindel No. 1) dimasukkan ke dalam sediaan sampai
terbenam. Klep pengunci dibuka dan rotor dinyalakan hingga diperoleh angka
yang stabil yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk. Pengukuran viskositas
dilakukan pada hari ke 1, 3, 7 selama 1 minggu (Gozali ,2009)
Sediaan lotion yang memiliki nilai viskositas yang baik berkisar antara
20-60 dpas serta pergeseran viskositas tidak kurang dari 30%
5.2 Evaluasi Kimia
5.2.1 Pengukuran pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4.
Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling
hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang
diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi
tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Depkes RI, 1995).
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
29/35
BAB VI
KEMASAN DAN ETIKET
6.1 KEMASAN PRIMER
Kemasan primer sediaan berupa tube plastik dengan kapasitas 50 gram.
6.2 KEMASAN SEKUNDER
Terlampir
6.3 ETIKET
Terlampir
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
30/35
BAB VII
LEMBAR PENGAMATAN
7.1 Uji Organoleptis
PengujianHari ke-
1 2 3 4 5 6 7
Bentuk
Bau
Warna
7.2 Uji Homogenitas
Hari ke- Hasil
1
2
3
4
5
6
7
7.3 Uji Daya Lekat
Uji ke- Waktu
1
2
3
xrata-rata
7.4 Uji Daya Sebar
Berat beban Diameter lingkaran
Tanpa beban
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
31/35
1 gram
2 gram
5 gram
7.5 Uji Pemisahan FaseHari ke- Hasil
1
2
3
4
5
67
7.6 Uji Viskositas (Brookfield)
Pengukuran bobot jenis
Piknometer kosong
Piknometer + krim
Volume
Uji Viskositas
Hari
ke-No. Speed (rpm) 1
(cP)2
(cP)
3
(cP)rata-rata
(cP)
1
1
2
3
2
1
2
3
3
1
2
3
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
32/35
7.7 Pengukuran pH
Hari ke- Hasil
1
2
3
4
5
6
7
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
33/35
DAFTAR PUSTAKA
Aifen,Liena. 2011.Perbedaan Body Lotion, Body Cream dan Body Butter.
Available at : http://www.sekarjagatbali.com/ perbedaan-body-lotion-body-cream-
dan- body-butter/
Opened on : 2012-03-14
Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Depkes RI, 1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: Departemen Kesehatan RepublikIndonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Gazali,dolih,dkk.2009. Formulasi dan Uji Stabilitas Mikroemulsi Ketokonazole sebagai Anti
Jamur. Farmaka Vol 7.
Jellineck, S. (1970).Formulation and Function of Cosmetics. New York : Wiley Interscience.
Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Jilid II, Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia.
Miranti, L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga)
dengan Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat Bakteri
Staphylococcus aureus secara In Vitro. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiyah.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Amsterdam Netherlands : 191-198,
335-338.
Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipients.
London: Pharmaceutical Press.
Schmitt, W.H. 1996. Skin Care Products. In : Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed).
London: Cosmetics And Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academy and
Profesional.
Setyaningsih, Owi, Erliza Hambali, dan Muharamia Nasution. 2007. Aplikasi Minyak Sereh
Wangi (Citronella Oil) dan Geraniol Dalam Pembuatan Skin LotionpenolakNyamuk.
Jurnal Teknologi Indonesi Vol 17(3) : 97-103.
http://www.lienaaifen.com/author/liena/http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/http://www.sekarjagatbali.com/%20perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-%20body-butter/http://www.sekarjagatbali.com/%20perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-%20body-butter/http://www.sekarjagatbali.com/%20perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-%20body-butter/http://www.sekarjagatbali.com/%20perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-%20body-butter/http://www.sekarjagatbali.com/%20perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-%20body-butter/http://www.lienaaifen.com/umum/perbedaan-body-lotion-body-cream-dan-body-butter/http://www.lienaaifen.com/author/liena/ -
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
34/35
Strianse, S. J. 1996.Hands Creams and Lotion in Cosmetics Science and Technology Vol.1.
2nd Ed.New York : Willy Interscience, a Division of John Wiley and Sons, Inc.
Sularto, S. A. dkk. 1995. Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Penstubtitusi Gliserin dalam
Beberapa Jenis Krim Terhadap Kestabilan Fisiknya. Laporan Penelitian, LP Unpad.
Bandung: Universitas Padjajaran.
Tano, E. 1999. Teknik Membuat Kosmetik dan Tip Kecantikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wilkinson, J.B and Moore, R.J. 1982.Harrys Cosmeticology. London : George Godwin.
-
7/24/2019 Corporation-Body-Lotion.pdf
35/35
TABEL PENIMBANGAN
Nama Bahan
50 gram
sediaan
(gram)
150 gram
sediaan
(gram)
Penambahan
bobot
15%
(gram)
Penimbangan
Olive oil 21.25 63.75 73.3125
Asam stearat 5.15 15.45 17.7675
TEA 1 3 3.45
Gliserin 4.25 12.75 14.6625
Propilenglikol 1 3 3.45
Metil Paraben 0.1 0.3 0.345
Propilparaben 0.25 0.75 0.8625
Setil alkohol 0.5 1.5 1.725
Esensial oil qs qs qs
Aqua Destilata 16.5 49.5 56.925