cover bab 5.doc

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan desa secara yuridis formal diakui dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang desa. berdasarkan ketentuan ini desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik indonesia. pemahaman desa di atas menempatkan desa sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau komunitasnya. Posisi tersebut desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan pemerintahan nasional secara luas. desa menjadi garda terdepan

Upload: resti

Post on 08-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahKeberadaan desa secara yuridis formal diakui dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang desa. berdasarkan ketentuan ini desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik indonesia. pemahaman desa di atas menempatkan desa sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau komunitasnya. Posisi tersebut desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan pemerintahan nasional secara luas. desa menjadi garda terdepan dalam menggapai keberhasilan dari segala urusan dan program dari pemerintah. hal ini juga sejalan apabila dikaitkan dengan komposisi penduduk indonesia menurut sensus terakhir pada tahun 2000 bahwa sekitar 60% atau sebagian besar penduduk indonesia saat ini masih bertempat tinggal di kawasan permukiman pedesaan. Maka menjadi sangat logis apabila pembangunan desa menjadi prioritas utama bagi kesuksesan pembangunan nasional. agar dapat melaksanakan perannya dalam mengatur dan mengurus komunitasnya, desa berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005, diberikan kewenangan yang mencakup:

a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; dan

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup. Sadu Wasistiono ( 2006;107 ) menyatakan bahwa pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa, sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah. sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa autonomy indentik dengan auto money , maka untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri desa membutuhkan dana atau biaya yang memadai sebagai dukungan pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya.

Sumber pendapatan desa berdasarkan pasal 212 ayat (3) undang- undang nomor 32 tahun 2004 terdiri dari :

a. Pendapatan asli desa,

b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota;

d. Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Tujuan pemberian bantuan langsung alokasi dana desa antara lain meliputi:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secarapartisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa serta dalam rangka pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

d. Mendorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat di dalam pelaksanaan bantuan alokasi dana desa.

Sekian banyak desa yang ada di Indonesia, banyak yang belum begitu mengembangkan serta memanfaatkan Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai yang diharapkan masyarakat seperti yang terjadi di Desa Baran Melintang. Hal inilah yang jadi pengaruh besar bagi masyarakat dalam rangka menumbuhkan ekonomi yang baik untuk kesejahteraan hidup.

Dari alasan yang diterangkan diatas penulis menulis makalah yang berjudul Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa Mempengaruhi Keadaan Masyarakat di Wilayah Desa Baran Melintang.

B. Masalaha. Kurangnya kejelasan pada alokasi dana desa

b. Penyebab terjadinya implementasi kebijaksanaan dana desa

c. Akibat yang ditimbulkan oleh implementasi kebijaksanaan dana desa

d. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang dana desa

e. Kurangnnya perhatian kepala desa terhadap masyarakat

f. Pengalokasian dana desa yang tidak menyebar

g. Pengambilan keputusan yang tidak sesuai

h. Perekonomian masyarakat yang tidak stabil

i. Kekuasaan yang tergolong nepotisme

j. Pemerintahan yang kurang teratur

C. Batasan Masalaha. Kurangnya kejelasan aparat tentang dana desa kepada masyarakat

b. Akibat yang ditimbulkan oleh implementasi kebijaksanaan dana desa bagi masyarakat

D. Perumusan Masalaha. Apakah penyebab terjadinya implementasi kebijaksanaan alokasi dana desa?

b. Apakah akibat dari implementasi kebijaksanaan alokasi dana desa bagi masyarakat?

E. Tujuan Penulisana. Memberikan gambaran pelaksanaan alokasi dana desa di Desa Baran Melintang Kecamtan Pulau Merbau.

b. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijaksanaan alokasi dana desa di Desa Baran Melintang Kecamatan Pulau Merbau

F. Manfaat Penelitiana. Makalah ini akan memberikan gambaran kepada penulis, untuk menjadi bahan pembelajaran faktor-faktor penyebab dari implementasi kebijaksaan alokasi dana desa

b. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat dijadikan pembelajaran dalam proses pemahaman kebijaksanaan alokasi dana desa

c. Bagi pihak kampus diharapkan makalah ini diharapkan dapat menjadi media untuk mengaplikasikan berbagai teori yang dipelajari, sehingga akan berguna dalam pengembangan pemahaman, penalaran, dan pengalaman penulis, juga berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu sosial, khusunya ilmu pemerintahan, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian-penelitian berikutnya.

d. Bagi pihak pemerintah makalah ini diharapkan akan memberikan masukan pada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan dalam permasalahan alokasi dana desa serupa, sebagai bahan kajian bagi pihak yang terkait dengan kebijakan ini sehingga dapat mengoptimalkan keberhasilan kebijakan

BAB IIPEMBAHASANA. Landasan TeoriDewasa ini istilah kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan pemerintah serta perilaku negara pada umumnya, atau seringkali diberikan makna sebagai tindakan politik. hal ini semakin jelas dengan adanya konsep kebijakan dari:

Carl Freidrich yang mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan.

James E. Anderson mendefinisikan kebijaksanaan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu). sedangkan amara raksasataya menyebutkan bahwa kebijaksanaan adalah suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. oleh karena itu suatu kebijaksanaan harus memuat 3 (tiga) elemen, yaitu :

a. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.

b. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi. sedangkan pemahaman mengenai kebijakan publik sendiri masih terjadi adanya silang pendapat dari para ahli.

Oleh karena itu kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ditengah-tengah masyarakat untuk dicarikan jalan keluar baik melalui peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan pejabat birokrasi dan keputusan lainnya termasuk peraturan daerah, keputusan pejabat politik dan sebagainya.

Dalam perannya untuk pemecahan masalah tahap penting dalam pemecahan masalah publik melalui kebijakan adalah :

a. Penetapan agenda kebijakan

b. Formulasi kebijakan

c. Adopsi kebijakan

d. Implementasi kebijakan

e. Penilaian kebijakan

Setiap tahap dalam pengambilan kebijakan harus dilaksanakan dan dengan memperhatikan sisi ketergantungan masalah satu dengan yang lainnya

Sehingga benar adanya apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan pemerintah dapat saja dipandang sebagai sebuah pilihan kebijakan. sebagai tindak lanjut undang-undang nomor 32 tahun 2004 dan peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 khususnya dalam pengaturan alokasi dana desa pemerintah kabupaten grobogan telah membuat kebijakan alokasi dana desa melalui surat bupati grobogan nomor 412.6/302 perihal petunjuk teknis alokasi dana desa/kelurahan kabupaten grobogan tahun anggaran 2007 yang merupakan kebijakan publik yang berorientasi pada peningkatan pendapatan desa, sehingga desa dapat tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri, berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Kebijakan publik selalu mengandung setidak-tidaknya tiga komponen dasar, yaitu tujuan yang jelas, sasaran yang spesifik, dan cara mencapai sasaran tersebut. komponen yang ketiga biasanya belum dijelaskan secara rinci dan birokrasi yang harus menerjemahkannya sebagai program aksi dan proyek. komponen cara berkaitan siapa pelaksananya, berapa besar dan dari mana dana diperoleh, siapa kelompok sasarannya, bagaimana program dilaksanakan atau bagaimana system manajemennya dan bagaimana keberhasilan atau kinerja kebijakan diukur. komponen inilah yang disebut dengan implementasi. implementasi kebijakan, sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari pada itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan bahwa implementasi kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan. oleh sebab itu tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. bahkan udoji mengatakan pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplemantasikan

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan bahwa implementasi kebijakan publik yang dimaksud dalam makalah ini adalah implementasi alokasi dana desa baran melintang sedangkan fenomena yang digunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi dari perihal petunjuk alokasi dana desa baran melintang adalah :

a. Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

b. Meningkatnya kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki.

c. Meningkatnya pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa serta dalam rangka pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

d. Meningkatnya partisipasi swadaya gotong royong masyarakat.

Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secara sempurna maka diperlukan beberapa persyaratan, antara lain:

a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana;

b. Tersedia waktu dan sumber daya;

c. Keterpaduan sumber daya yang diperlukan;

d. Implementasi didasarkan pada hubungan kausalitas yang handal;

e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubung;

f. Hubungan ketergantungan harus dapat diminimalkan;

g. Kesamaan persepsi dan kesepakatan terhadap tujuan;

h. Tugas-tugas diperinci dan diurutkan secara sistematis;

i. Komunikasi dan koordinasi yang baik;

j. Pihak-pihak yang berwenang dapat menuntut kepatuhan pihak lain.

BAB IIIPENUTUPA. Simpulana. Implementasi kebijaksanaan alokasi dana desa di Desa Baran Melintang sangat berpengaruh keadaan masyarakat karena kurang meratanya pembangunan membuat ekonomi masyarakat tidak stabil, kebijakan lebih sering dan secara luas dipergunakan dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan pemerintah serta perilaku aparat desa pada umumnya, atau seringkali diberikan makna sebagai tindakan politik.

b. Faktor-faktor penyebab implementasi kebijaksanaan alokasi dana desa yaitu Kondisi yang tidak eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana, tidak tersedia waktu dan sumber daya, kurangnya keterpaduan sumber daya yang diperlukan, implementasi tidak didasarkan pada hubungan kausalitas yang handal, hubungan kausalitas tidak bersifat langsung dan banyak mata rantai penghubung, hubungan ketergantungan tidak dapat diminimalkan; kurangnya kesamaan persepsi dan kesepakatan terhadap tujuan, tugas-tugas tidak diperinci dan diurutkan secara sistematis, kurangnya komunikasi dan koordinasi yang baik dan pihak-pihak yang berwenang tidak dapat menuntut kepatuhan pihak lain.

Di Era Otonomi Daerah seperti sekarang ini setiap Negara dituntut untuk menjadikan kondisi kehidupan ekonominya menjadi semakin efektif, efisien, dan kompetitif (sujamto,1983:13). Indonesia merupakan Negara berkembang yang terus mengupayakan pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menciptakan inovasi di dalam masyarakat tersebut (Awang, 2010:59)

Berdasarkan kalkulasi statistik,lebih dari 60 persen penduduk Indonesia adalah penghuni desa,sebagaian dari mereka hidup dalam kemiskinan structural yang tidak pernah berakhir(Rozaki, 2005:1). wilayah pedesaan selalu dicirikan dengan rendahnya tingkat produktivitas kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas hidup dan pemukiman. Pedesaan dianggap sebagai daerah yang tertinggal, miskin, dan pembangunannya lambat karena jauh dari pusat pemerintahan. Padahal sebenarnya kawasan pedesaan memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, hanya saja belum dimanfaatkan dengan maksimal (Awang, 2010:45) .

Masyarakat desa masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian, dan bergantung pada alam (musim). Pengembangan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya masih sangat minim. Hal tersebut dilatar belakangi oleh faktor pendidikan yang rendah, minimnya modal untuk pengembangan, dan anggapan bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang miskin yang hidup dengan sederhana dan kemiskinan tersebut merupakan warisan dari nenek moyangnya (Roziki, 2005:2).

Indonesia merupakan Negara agraris, dan pedesaan merupakan pusat perekonomian rakyat. Saat ini Indonesia dalam fase berkembang, untuk itu potensi-potensi yang dimiliki harus terus dikembangkan. Terutama potensi yang ada di desa yang selama ini masih belum optimal pengembangannya. Desa memiliki dua potensi yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangannya, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kedua sumber daya tersebut harus saling mendukung dan melengkapi, pengembangan sumber daya alam harus dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusianya (Roziki, 2005:107)

Dengan Implementasi kebijakan bagian dari dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan (Solichin, 1990:6). sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.Impelmentasi kebijakan pemberdayaan pemerintahn desa kiranya sangat urgen untuk dilakukan (Awang, 2010:38) .Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada didaerahnya, dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan atau kemiskinan,pemberdayaan juga sebagai memberian atau meningkatkan kekuasaan keberdayaan kepada masyarakat yang lemah (Awang, 2010:47) .

Setiap desa memiliki potensi, kondisi daerah, dan karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Intinya bahwa masing-masing desa memiliki ciri khas yang berbeda dengan desa lainnya. Untuk itu dalam upaya pemberdayaan, masyarakat desa setempat harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan tersebut. Karena masyarakatnya lebih mengetahui potensi dan kondisi desanya. Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendukung program pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, karena yang menjadi subyek dari pemberdayaan adalah masyarakat desa itu sendiri (Awang, 2010:49).

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan dipusat,provinsi,dan kabupaten atau kota dalam rangka penataan kembali desa dengan Kebijakan ini dapat membangun otonomi daerah yang membuat setiap daerah memiliki kewenangan yang cukup besar dalam mengambil keputusan yang dianggap sesuai (Awang, 2010:39). Pelaksanaan otonomi daerah yang telah dimulai sejak 2001 mengandung konsekuensi yang cukup menantang bagi daerah. Di satu sisi, kebebasan berkreasi membangun daerah benar-benar terbuka lebar bagi daerah (Sujamto, 1983:21) .

Namun demikian, di sisi yang lain telah menghadang setumpuk masalah yang harus diselesaikan. Masalah yang sangat mendasar adalah perubahan pola pengelolaan daerah dari sentralistik menjadi desentralisasi, misalnya sumber dana untuk membiayai pembangunan, sumber daya manusia sebagai aparat pelaksana seluruh aktivitas pembangunan, dan masih banyak yang lain (Roziki, 2005:11) .

a. Pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi.

Usaha untuk menggalakkan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga pihak, yaitu pemerintah, swasta dan warga desa. Dalam prakteknya, peran dan prakarsa pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan desa. Berbagai teori mengatakan, bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa. Sedangkan untuk menumbuhkan kesadaran warga desa akan pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana untuk memperbaiki kondisi sosial dan dalam meningkatkan partisipasi warga desa dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemimpin

b. Pembinaan masyarakat desa pada bidang hukum. Pembinaan di bidang hukum dilakukan oleh pemerintah desa dengan bekerjasama dengan dinas terkait dan pihak kepolisian yang dimaksudkan agar pemuda dapat memberikan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak di lembaga-lembaga pemasyarakatan anak negara. Contoh pemuda berkumpul untuk mendiskusikan bahaya akibat narkotika, diberi penyuluhan akibat adanya perkelahian pelajar.

c. Pembinaan masyarakat pada bidang agama Pembinaan ini untuk meningkatkan kehidupan beragama dikalangan pemuda. Contohnya mengadakan pengajian setiap minggu serta kerja bakti untuk membangun tempat ibadah.

2. Pembinaan masyarakat pada bidang Kesehatan Pembinaan ini ditujukan untuk pembentukan generasi muda yang sehat, baik fisik maupun mental serta mampu berperan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Dalam rangka pembinaan, pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan pemerintah daerah. Yang dimaksud dengan memfasilitasi adalah upaya memberdayakan daerah otonomi melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi.

Pemerintah Desa Sederhana Kecamatan Khusus Kabupaten Umum dalam melaksanakan pembinaan terhadap masyarakat dengan cara mengumpulkan masyarakat untuk memberikan pengertian tentang apa-apa yang perlu dilaksanakan suatu kegiatan dan bagaimana pelaksanaannya nanti di lapangan. Apabila masyarakat telah memahami dan mengerti tentang hal tersebut maka pemerintah desa tinggal mengarahkan dan memberikan bimbingan bagaimana system pengelolaan suatu program baik program pemberdayaan masyarkat di bidang pendidikan, kesehatan, sosial budaya dan ekonomi maupun program pemberdayaan masyarakat di bidang pertanian dan perkebunan(Rozaki, 2005:93).

Pembinaan yang paling giat dilakukan oleh Pemerintah Desa Sederhana adalah pembinaan dalam kegiatan keagamaan, sosial budaya dan pembinaan kepada ibu-ibu pkk. Fasilitasi kegiatan ditindaklanjuti dengan pemberian bantuan alat-alat seni dan ceramah agama yang biasanya didatangkan dari luar desa, sebagaimana yang disampaikan oleh H.Tansi, seorang tokoh agama di Desa Sederhana.

Kegiatan yang telah disusun oleh pemerintah desa untuk melakukan kegiatan pembersihan secara bergotong-royong di tempat ibadah setiap dua minggu sekali merupakan bentuk kepedulian yang ditanamkan untuk memupuk semangat tali silaturrahim dengan sesama warga, dan pengajian yang rutin diadakan setiap minggu yang disertai dengan ceramah agama biasanya banyak dihadiri oleh anak-anak muda. Mungkin tujuan dari pemerintah desa adalah menanamkan pemahaman agama sejak dini kepada generasi muda (27 Maret 2012) (Rozaki, 2005:94-98).Awang,Azam.2010.ImpelementasiPemberdayaanPemerintahDesa.Yogyakarta:

PustakaPelajar.

Indiahono,Dwiyanto.2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta:GavaMedia.

Mudrajat.2004.Otonomi dan Pembangunan Daerah. Surabaya : Erlangga.

Muin Fahmal.Januari 2006. Peran Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Layak Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih . Jakarta : UII Press Yogyakarta.

Solichin,Abdul Wahab.maret 1990.Pengantar Analisis Kebijakasanaan Negara. Jakarta :RINEKA CIPTA.

Solichin ,Abdul Wahab.2008.Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta :Bumi Aksara.

Sujatmo.NoerdinAchmad.Sumarno.1997.Pokok-PokokPemerintahanDi Daerah.Jakarta:Rineka Cipta.

Sujamto.1983.Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab.Jakarta:Ghalia Indonesia.

Rozaki, Abdur.Maret 2005.Prakarsa Desentralisasi dan otonomi Desa,Yogyakarta : IRE PRESS.

Widarta.2001. Cara Mudah Memahami Otonomi Daerah. Jakarta : Larela Pustaka Utama.