critical review artikel pembiayaan pembangunan

2
CRITICAL REVIEW ARTIKEL “SULIT BANGUN KA SHINKANSEN JAKARTA- BANDUNG PADA 2015” Nama Media : Liputan 6.com, 13 Juli 2015 Bella Shintya Putri Ariyani 3613100074 Proyek pembangunan KA Shinkansen Jakarta-Bandung merupakan salah satu dari 25 proyek infrastruktur prioritas di pemerintahan Presiden Jokowi. Kereta ini merupakan bagian dari pengembangan High Speed Railway (HSR) Jakarta-Surabaya. Kereta ini akan menggunakan jalur khusus (terpisah dengan kereta api eksisting) yang dapat mengakomodasi kecepatan tinggi hingga 300 km/jam. Sehingga waktu tempuh Jakarta- Bandung hanya sekitar 37 menit. Namun dalam pelaksanaannya proyek bernilai 60 triliun rupiah ini tidak semulus yang dibayangkan. Proyek ini masih terkendala masalah anggaran, dikarenakan dalam proyek ini pemerintah tidak akan mengucurkan dana apapun. Anggaran Kemenhub sendiri diprioritaskan bagi proyek di luar pulau Jawa. Proyek pembangunan KA Shinkansen Jakarta-Bandung ini berada di bawah pengawasan Kementrian Perhubungan namun pembangunan dan pengelolaannya akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta. Dalam hal ini China dan Jepang telah menyelesaikan studi kelayakan (feasibility study/FS) KA Shinkansen Jakarta-Bandung. Tanpa adanya dana kucuran dari pemerintah, hal ini akan memberatkan pihak swasta. Untuk meraup keuntungan sendiri pihak swasta akan memasang tarif Shinkansen Jakarta-Bandung sebesar Rp 200.000 per orang dengan estimasi 100.000 orang per hari. Tarif tersebut merupakan hasil survei sejumlah responden dengan faktor utama yaitu willingness to pay atau kemauan untuk membayar. Apa yang telah dilakukan pemerintah untuk memberikan proyek ini kepada swasta merupakan langkah yang sangat tepat dan bijak. Pembiayaan pembangunan KA Shinkansen Jakarta-Bandung ini dapat memakai skema Kemitraan pemerintah-swasta (KPS) atau biasa dikenal dengan Public Private Partnership (PPP). Skema Kerjasama Pemerintah–Swasta (KPS) merupakan alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan beserta peningkatan kualitas dari produk dan pelayanan publik melalui

Upload: bella-shintya-ariyani

Post on 09-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

bla

TRANSCRIPT

Page 1: Critical Review Artikel Pembiayaan Pembangunan

CRITICAL REVIEW ARTIKEL “SULIT BANGUN KA SHINKANSEN JAKARTA-BANDUNG PADA 2015”

Nama Media : Liputan 6.com, 13 Juli 2015

Bella Shintya Putri Ariyani 3613100074

Proyek pembangunan KA Shinkansen Jakarta-Bandung merupakan salah satu dari 25 proyek infrastruktur prioritas di pemerintahan Presiden Jokowi. Kereta ini merupakan bagian dari pengembangan High Speed Railway (HSR) Jakarta-Surabaya. Kereta ini akan menggunakan jalur khusus (terpisah dengan kereta api eksisting) yang dapat mengakomodasi kecepatan tinggi hingga 300 km/jam. Sehingga waktu tempuh Jakarta-Bandung hanya sekitar 37 menit. Namun dalam pelaksanaannya proyek bernilai 60 triliun rupiah ini tidak semulus yang dibayangkan. Proyek ini masih terkendala masalah anggaran, dikarenakan dalam proyek ini pemerintah tidak akan mengucurkan dana apapun. Anggaran Kemenhub sendiri diprioritaskan bagi proyek di luar pulau Jawa.

Proyek pembangunan KA Shinkansen Jakarta-Bandung ini berada di bawah pengawasan Kementrian Perhubungan namun pembangunan dan pengelolaannya akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta. Dalam hal ini China dan Jepang telah menyelesaikan studi kelayakan (feasibility study/FS) KA Shinkansen Jakarta-Bandung. Tanpa adanya dana kucuran dari pemerintah, hal ini akan memberatkan pihak swasta. Untuk meraup keuntungan sendiri pihak swasta akan memasang tarif Shinkansen Jakarta-Bandung sebesar Rp 200.000 per orang dengan estimasi 100.000 orang per hari. Tarif tersebut merupakan hasil survei sejumlah responden dengan faktor utama yaitu willingness to pay atau kemauan untuk membayar.

Apa yang telah dilakukan pemerintah untuk memberikan proyek ini kepada swasta merupakan langkah yang sangat tepat dan bijak. Pembiayaan pembangunan KA Shinkansen Jakarta-Bandung ini dapat memakai skema Kemitraan pemerintah-swasta (KPS) atau biasa dikenal dengan Public Private Partnership (PPP). Skema Kerjasama Pemerintah–Swasta (KPS) merupakan alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan beserta peningkatan kualitas dari produk dan pelayanan publik melalui pembagian modal, risiko, dan kompetensi atau keahlian sumber daya manusia secara bersama-sama untuk menghasilkan value for money bagi pembangunan infrastruktur.

Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS) dalam proyek pembangunan KA Shinkansen Jakarta Bandung ini dapat membantu menjembatani sejumlah kesenjangan investasi dengan menyertakan pembiayaan dari pihak swasta, mengalihkan tanggung jawab pembiayaan, perancangan dan konstruksi aset, serta pengoperasian dan perawatan pasca proyek kepada mereka.

Namun pemerintah Indonesia membutuhkan pendekatan baru untuk menangkap peluang KPS sebesar 60 triliun rupiah ini. Agar kemitraan ini memberikan dampak nyata, pemerintahan baru perlu mendorong perubahan di semua instansi terkait, baik di tingkat nasional maupun daerah. Salah satunya dengan menjadikan KPS sebagai prioritas utama dan mempertegas dukungan terhadap keterlibatan sektor swasta dalam pengembangan infrastruktur. Kemudian, perlu dibentuk sebuah institusi yang kuat dan terpusat untuk menunjang pelaksanaan KPS.