crs bp,ab,diare akut
DESCRIPTION
caseTRANSCRIPT
BAB I
KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. R
• Tanggal lahir : 23-06-2014
• Usia : 9 bulan 16 hari
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
• Alamat : Caringin, Baros Kota Sukabumi
• Masuk RS : 6 April 2015
Tanggal Pemeriksaan : 9 April 2015
IDENTITAS ORANGTUA
Ayah Ibu
Nama : Tn. W Nama : Ny. I
Usia : 30 tahun Usia : 27 tahun
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Caringin, Baros Kota
Sukabumi
Alamat : Caringin, Baros Kota
Sukabumi
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMP
1
ANAMNESA
Keluhan utama: Sesak Napas
Ibu pasien mengatakan pasien terlihat sesak sejak 2 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Sesak nafas timbul secara tiba-tiba dan tidak membaik dengan
memperbaiki posisi pasien (baik berbaring maupun duduk). Sesak dirasakan
sepanjang hari dan semakin berat. Saat sesak nafas, pasien terlihat gelisah dan
rewel serta menjadi sulit menyusu dan tidur menjadi tidak nyenyak. Sesak disertai
bunyi mengi dan tarikan dinding dada. Pasien sering menderita sesak selama ini,
sesak pertama dirasakan saat usia 4 bulan.
Keluhan disertai demam 2 hari SMRS. Demam timbul secara mendadak.
Demam terus menerus & ibu pasien mengatakan panas badan dirasakan semakin
tinggi. Pasien terlihat rewel, namun ibu pasien tidak mengukur suhu badan dengan
termometer. Pasien sudah diberikan obat yang diketahui ibu pasien sebagai obat
penurun panas, panas turun namun 3 jam kemudian panas naik lagi. Pasien juga
menderita batuk berdahak sejak 2 hari SMRS yang sering dengan warna dahak
tidak diketahui karena pasien tidak dapat mengeluarkan dahak. Pasien juga
mengeluhkan diare sejak 2 hari SMRS, diare sebanyak 7x sehari dengan volume
sedikit berupa cair namun masih ada ampas, berwarna hijau, tidak ada lendir dan
darah. Selama diare, pasien terlihat rewel dan lemas.
Tidak ada riwayat kebiruan saat menyusui. Pasien tidak tersedak sebelum
keluhan terjadi. Pasien tidak pernah menderita batuk yang lama sebelumnya.
Keluarga tidak ada yang menderita atau sedang berobat penyakit TB. Selama
keluhan dirasakan, tidak ada penurunan kesadaran maupun kejang. Batuk tidak
terdengar seperti bunyi menggonggong. Pasien tidak menarik nafas panjang
2
terlebih dahulu sebelum batuk. Tidak ada riwayat tersedak atau memakan sesuatu.
Tidak ada ruam pada kulit. Pasien tidak mengalami perdarahan gusi ataupun
mimisan. Tidak ada muntah. Tidak ada keluhan nyeri pada telinga, pendengaran
tidak terganggu, dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga. Ibu pasien tidak
mengeluhkan adanya perubahan pada BAK, BAK tidak menjadi lebih sering
ataupun terlihat keruh. Menurut ibu pasien mata tidak terlihat cekung, saat
menangis masih mengeluarkan air mata, mulut tidak kering, pasien minum seperti
biasa tidak terlihat seperti kehausan.
Ibu pasien mengatakan bahwa sesak sering timbul saat cuaca dingin dan
debu. Rumah pasien berada di tepi jalan, sehingga banyak asap kendaraan.
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit asma, namun ibu pasien
memiliki alergi terhadap makanan laut. Tidak ada anggota keluarga yang
menderita batuk di Rumah. Ibu pasien mengaku mencuci tangan terlebih dahulu
saat menyiapkan makanan. Setelah membersihkan kotoran atau tinja pasien, ibu
mencuci tangan dan membuang tinja ke tempat yang tertutup. Ibu pasien
menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari & mengaku air dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sesak diderita sejak usia 4 bulan dan timbul 2 kali seminggu. Pasien telah
didiagnosis asma oleh dokter sebelumnya. Tidak ada alergi obat atau makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat asma di keluarga disangkal. Ibu pasien memiliki alergi makanan.
Dirumah tidak ada anggota keluarga dengan gejala yang sama
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
3
Pasien lahir dari ibu P2A2 yang merasa hamil cukup bulan. Ibu pasien
mengaku tidak mengkonsumsi obat-obatan tradisional saat hamil & menderita
penyakit yang berat saat kehamilan.
Pasien lahir spontan, letak kepala, air ketuban jernih, langsung menangis,
berat lahir 3200 g, panjang lahir 50 cm. Persalinan di tolong oleh bidan.
Riwayat Makanan
Pada usia 0 - 4 bulan : ASI + susu formula
Pada usia 4 bulan - 6 bulan : ASI berhenti. Hanya diberikan susu formula.
Pada usia 6 bulan - 7 bulan: bubur susu
Pada usia 7 bulan - 9 bulan : bubur nasi
Pada usia 9 bulan : Nasi sesuai menu keluarga.
Kesimpulan : pasien tidak mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan pola makan
yang salah.
Perkembangan dan kepandaian
Ibu pasien mengaku, pasien perkembangannya lebih cepat dari anak
usianya.
1. Motorik Kasar : Pasien sudah bisa duduk tanpa pegangan. Sudah bisa
bangkit terus duduk dan berdiri dengan pegangan.
2. Motorik Halus : Pasien sudah bisa memegang botol susu sendiri.
3. Bicara : Sudah bisa meniru bunyi kata-kata, mengoceh, dan mengucapkan
Papa/Mama.
4. Sosial : sudah bisa berusaha mencapai mainan, makan sendiri, tepuk
tangan, dan menyatakan keinginan
Riwayat Imunisasi :
4
Ibu pasien mengaku imunisasi pasien lengkap di posyandu, namun tidak
ingat secara detail waktu pemberian imunisasi. Skar BCG + .
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit ringan
Tanda vital :
Nadi : 108/menit, reguler, isi cukup.
Tekanan Darah : -
Suhu : 37,5 ‘c
RR : 36x/menit
Status Gizi :
• Berat Badan : 7,8 kg
• Panjang Badan : 72 cm
• Lingkar Kepala : 44 cm
5
• BB/U : Normal (0 s/d -2 SD)
• PB/U: Normal (0 s/d -2 SD)
• BB/PB : Normal (-2 SD)
• LK/U : Normal (0 s/d -1 SD)
Kesimpulan status gizi : Normal
6
• Kepala
– Bentuk : tidak ada kelainan bentuk, normochepal, simetris
– Mata : letak simetris, conjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
cekung -/-, air mata +/+, pupil isokor, reflek cahaya +/+, injeksi sklera -/-.
– Hidung : deviasi septum -, PCH -, sekret -/-, epistaksis -
– Telinga : simetris, sekret -/-
– Mulut : lembab. perioral sianosis -, stomatitis -, gusi berdarah -.
• Pharing : Hiperemis –, mukosa tenang.
• Tonsil : T1-T1, tenang, hiperemis -/-, kripta tidak melebar, detritus
-/-.
• Leher : Limfadenopati –, pembesaran tiroid -.
• Thorax : Pergerakan nafas simetris ka=ki, bentuk kanan = kiri. Retraksi
dinding dada -.
8
• Jantung : ictus kordis tidak terlihat, ICS 5 midclavicula. S1 dan S2 murni
reguler, murmur -, gallop-.
• Paru Paru : bentuk normal, simetris, VBS kanan=kiri
Depan kanan : ronchi +, wheezing +, sonor.
Depan kiri : ronchi + wheezing +, sonor.
Belakang kanan : ronchi +, wheezing +, sonor.
Belakang kiri : ronchi +, wheezing +, sonor.
• Abdomen :
– I : Datar.
– P : lembut, massa -, turgor kembali cepat.
– P : timpani, PS -, PP -, ascites -.
– A : bising usus + normal, thympanic sound +
• Hepar: hepar tidak teraba
• Limfa : spleen tidak teraba
• Anogenital : perianal rash -.
• Extremitas
– Kanan atas :bentuk normal, tidak ada deformitas, akral hangat,
CRT <2 detik.
– Kanan bawah: bentuk normal, tidak ada deformitas, akral hangat,
CRT <2 detik.
– Kiri atas : bentuk normal, tidak ada deformitas, akral hangat,
CRT <2 detik.
– Kiri bawah : bentuk normal, tidak ada deformitas, akral hangat,
CRT <2 detik.
9
• Gerakan : aktif
• Tonus : normal
STATUS NEUROLOGIS :
1. Reflex fisiologis : KPR +/+
2. Reflex patologis : Babinski -/-,
3. Saraf otak : tidak ada kelainan
RANGSANG MENINGEN
1. Kaku kuduk : -
2. Brudzinski I/II/III : -/-/-
3. Laseque test : -
4. Kernig : -
RESUME
Bayi R, 10 bulan, status gizi baik dengan keluhan sesak nafas, batuk, demam,
dan diare 2 hari SMRS. Sesak disertai suara mengi,sulit menyusui, tidur tidak
nyenyak. Sesak sering terjadi 2 kali seminggu dan pertama kali dikeluhkan saat
usia 4 bulan. Batuk berdahak, dengan warna dahak tidak diketahui. Demam
dengan panas tinggi, terlihat rewel. Diare sebanyak 7 kali sehari, masih ada
ampas, tidak ada lendir ataupun darah, dengan volume sedikit. Tidak ada tanda
dehidrasi.
• Pemeriksaan fisik :
Ronchi +/+, Wheezing +/+
10
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
• Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan + Asma Bronchial
persisten ringan + Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi.
• Bronkopneumonia berat e.c virus dalam perbaikan + Asma Bronchial
persisten ringan + Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi.
DIAGNOSA KERJA
• Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan + Asma Bronchial
persisten ringan + Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa dehidrasi.
USULAN PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan darah rutin:
( Hb, Ht, leukosit, trombosit)
• Kultur darah dan tes resistensi
• Pemeriksaan feses rutin
• Foto thorax
PENATALAKSANAAN
• UMUM
suportif : bed rest
Diit : Kalori pada usia 10 bulan (98kkal/kgBB) = 784 kkal/hari.
Pola makan : jangan diberikan nasi. Berikan bubur nasi dan makanan yang
berkuah seperti sup. Konsumsi pisang untuk menambah kalium.
• KHUSUS
02 1L/menit
Paracetamol syrup (sediaan 250mg/5mL). 3x1/4 cth, bila panas.
Ampisillin 4x400mg iv.
11
Oralit 50-100 mL tiap BAB.
Nebulisasi salbutamol + NaCL 3%
EDUKASI dan PENCEGAHAN
• Hindari faktor pencetus Asma (dingin dan debu).
• Mengatur pola makan dengan baik dan menjaga higienitas saat
menyiapkan makanan.
• Mencuci tangan dengan antiseptik
• Saat ada anggota keluarga yang batuk, menggunakan masker.
PROGNOSIS
• Ad vitam : ad bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA
Definisi
Pneumonia: infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus jaringan
interstitial.
Bronkopneumonia : Peradangan parenkim paru yang terlokalisir yang mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution)
Anatomi saluran pernapasan
13
• Saluran napas bagian atas terdiri atas hidung, faring, dan laring
• Saluran napas bagian bawah dimulai dari trakea pada batas bawah
kartilago krikoid, setinggi vertebra cervikal ke 6. Saluran tersebut
bercabang menjadi 2 bronkus utama (kanan-kiri). Bronkus utama kanan
lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal daripada bronkus utama kiri
(benda asing yg terinhalasi lebih mudah masuk ke bronkus kanan).
Bronkus utama – bronkus lobaris – bronkus segmental (lempeng
kartilago iregular & otot polos membentuk pita heliks)
Bronkiolus tidak memiliki kartilago, melekat dalam jaringan paru
agar tetap terbuka
Bronkiolus terminal – bronkiolus respiratorius – duktus alveolaris
& sakus alveolaris
Alveoli dilapisi epitel tidak bersilia
14
o Pneumosit alveolar tipe I : epitel skuamos, membentuk
pertukaran gas dg endotel kapiler (membran alveolar-
kapiler)
o Pneumosit tipe II : surfaktan yang mengurangi teganan
permukaan dan mencegah kolaps alveolar
Etiologi
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza tipe B
Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus
Virus Neisseria meningitides
Adenovirus Virus
Rinovirus Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
Faktor Resiko Bronkopneumonia
Beberapa hal yang dapat menyebabkan faktor resiko untuk bronkopneumonia,
yaitu : Malnutrisi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapatkan ASI
eksklusif, tidak mendapat imunisasi campak, polusi udara dalam rumah, dan
kepadatan hunian.
Derajat Pneumonia
Derajat Berat Pneumonia pada Anak Usia 2 Bulan – 5 Tahun (WHO,2009)
15
Gambaran Klinis Beratnya Penyakit
Tidak dapat makan, atau distres pernapasan berat atau sianosis sentral, atau kesadaran �, atau kejang
Pneumonia sangat berat
Tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada tanda pneumonia sangat berat
Pneumonia berat
Napas cepat dan tidak ada tanda pneumonia berat atau sangat berat
Bukan pneumonia berat
Tidak ada tanda pneumonia atau pneumonia sangat berat
Bukan pneumonia; batuk atau “flu”
Hubungan antara Diagnosis Klinis dan Klasifikasi-Pneumonia (MTBS)
DIAGNOSIS (KLINIS) KLASIFIKASI (MTBS)
Pneumonia berat (Rawat Inap): Tanpa gejala hipoksemia Dengan gejala hipoksemia Dengan komplikasi
Penyakit sangat berat (Pneumonia berat)
Pneumonia ringan (rawat jalan) Pneumonia
Infeksi respiratorik akut atas Batuk: bukan pneumonia
Pneumonia Ringan
• Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
Napas cepat :
anak umur 2 bulan – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
anak umur 1 tahun – 5 tahun: ≥ 40 kali/menit
• Tatalaksana
– Anak di rawat jalan
16
– Beri antibiotik : kotrimoksasol (4 mg /kgBB/kali) 2 x sehari selama
3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kgBB/kali ) 2 x sehari selama 3
hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.
• Tindak Lanjut
– Anjurkan ibu untuk memberi makan anak, nasihati ibu untuk
membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau
keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.
Ketika anak kembali:
• Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu
makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.
Pneumonia Berat
• Batuk atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
– Kepala terangguk-angguk
– Pernapasan cuping hidung
– Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
– Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas,
konsolidasi,dll)
• Selain itu didapatkan juga tanda berikut ini:
– Napas cepat :
• Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 x/menit
• Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 x/menit
• Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 x/menit
• Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 x/menit
– Suara merintih (grunting) pada bayi
17
– Pada auskultasi terdengar: Crackles (ronki), suara pernapasan
menurun, suara pernapasan bronkial
• Dalam keadaan sangat berat dapat disertai adanya :
– Tidak dapat menyusui atau minum/makan, atau memuntahkan
semuanya
– kejang, letargis atau tidak sadar.
– Sianosis
– Distres pernapasan berat
Diagnosis
• Anamnesis
– Demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak napas
– Bayi : gejala tidak khas, sering kali tanpa demam & batuk
– Anak : kadang mengeluh sakit kepala, nyeri abdomen, serta
muntah.
• Pemeriksaan fisik
- Neonatus : takipnea, grunting, pernapasan cuping hidung, retraksi
dinding dada, sianosis, dan malas menetek.
- Bayi yang lebih tua : jarang ditemukan adanya grunting yang lebih
sering adanya batuk, panas dan iritabel.
- Anak prasekolah : batuk produktif/non produktif, panas, iritabel,
dispnea.
- Anak sekolah dan remaja : nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi,
batuk dan letargi.
- Takipnea berdasarkan WHO :
18
Usia < 2bulan : ≥ 60x/menit
Usia 2-< 12 bulan : ≥ 50x/menit
Usia 1-5 tahun : ≥ 40x/menit
Analisis kasus bronchopneumonia
• Mengapa bronchopneumonia?
Pada pasien terdapat gejala sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada, adanya panas badan dan dari pemeriksaan fisik adanya (crackles) dan foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat dan peningkatan corakan bronkhovaskular tersebar di lapang paru dan terdapat pula leukositosis
• Mengapa derajat berat?
Derajat berat di tunjukan dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada pneumnonia sangat berat
Tatalaksana
Indikasi Perawatan di RS pada Bayi
Indikasi perawatan bayi yang mengalami bronkopneumoni adalah sebagai
berikut: SaO2 ≤ 92%, sianosis, frekuensi napas > 70x/menit, kesukaran bernapas,
apnea intermitten, grunting, tidak dapat makan/minum, dan keluarga tidak mampu
memantau anaknya dengan baik.
Indikasi Perawatan di RS pada Anak
Indikasi perawatan di RS pada anak dengan bronkopneumonia yaitu: SaO2
≤ 92%, sianosis, frekuensi napas > 50x/menit, kesukaran bernapas, grunting,
tanda dehidrasi, dan keluarga tidak mampu memantau anaknya dengan baik.
Tatalaksana
Umum :
bedrest
02 : 1-2L
19
diet : selama sesak dipuasakan, jika dibutuhkan NGT
infus : Jaga 4-6 tpm (untuk memasukan obat)
Khusus:
1. Antibiotik
ampisilin :15-25mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam
kloramfenikol :25mgmg/kgBB/kali
2. Antipiretik
parasetamol : 10-15 mg/kgBB/kali setiap 8 jam bila panas.
Asma Bronkial
Definisi
• Asma : kondisi inflamasi kronis pada paru paru dikarenakan adanya episodik obstruksi pernafasan, menyebabkan airways hyperresponsiveness (AHR) (nelson:18th)
• Asma : inflamasi kronik saluran respiratorik yg berhubungan dgn hipersensitivitas, episode malam dan dini hari, berhubungan dgn penyempitan saluran respiratorik yang luas, bervariasi, bersifat reversible, baik secara spontan/obat. (GINA)
• Asma : inflamasi kronik saluran respiratorik yang mengakibatkan obstruksi aliran udara secara episodik. (Pedoman diagnosis dan terapi)
Diagnosis asma
ANAMNESA
Riwayat sesak Riwayat mengi Riwayat batuk Riwayat dada tertekan Riwayat batuk malam hari Riwayat batuk/mengi /sesak sesudah aktifitas Riwayat batuk/mengi / sesak sesudah terpapar alergen riwayat asma atau atopi pada anggota keluarga
20
PEMERIKSAAN FISIK
Perlu dinilai mengenai status nutrisi, tumbuh kembang , pada keadaan tidak ada eksaserbasi mungkin tidak ditemukan ada kelainan, terkadang terdapat suara lendir atau crackle yang berubah seiring dengan perubahan posisi atau batuk. Dapat juga ditemukan adanya wheezing, hyperinflasi dada, sianosis, takikardi, sulit bicara, retraksi dinding dada
Klasifikasi asma
Gejala Intermitten Persisten Ringan Persisten Sedang
Persisten Berat
Serangan harian
< 1x / minggu
>1x / minggu, <1x /hari
Setiap hari Setiap hari
Intensitas serangan
Singkat Mengganggu tidur/aktivitas
Mengganggu tidur/aktivitas
Sering
Serangan di malam hari
≤ 2x / bulan >2x / bulan >1x / minggu Sering
Uji faal paru
≥ 80% ≥ 80% 60-80% <60%
PEF / FEV1 variabilitas
<20% 20-30% >30% >30%
GINA 2011
Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru
Asma episodik jarang
Asma episodik sering Asma persisten
Frekuensi serangan < 1x/bulan > 1x/bulan Sering
Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi
Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam
Tidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Pemeriksaan fisis diluar serangan
Normal (tidak ditemukan kelainan)
Mungkin terganggu (ditemukan kelainan)
Tidak pernah normal
21
Obat pengendali Tidak perlu Perlu Perlu
Uji faal paru PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60%
Variabilitas faal Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%
KLASIFIKASI DERAJAT PENYAKIT (PNAA)
Analisis kasus
• Mengapa di diagnosis asma?
Pada pasien didiagnosis asma karena dari anamnesa didapatkan adanya sesak yang diperberat dengan faktor cuaca dingin dan debu, sesak diikuti dengan suara mengi, dan juga dipengaruhi adanya infeksi/batuk terlebih dahulu, setelah itu batuk dan flu nya juga terkadang bisa diperberat karena cuaca, riwayat keluarga yang memiliki riwayat alergi terhadap makanan, riwayat sesak berulang dan membaik ketika diberikan nebu dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya wheezing,
• mengapa persisten ringan?
Karena terjadinya >1x/minggu yaitu 2 kali dalam seminggu, pasien sesak pertama kali saat usia 4 bulan.
Tatalaksana asma
• Umum
Bedrest
O 2 : 2-4 L / menit
Infus : 4-6 tetes per menit
Diet : selama sesak dipuasakan, NGT
• Khusus:
Nebu kombinasi b2 agonist dan antikolinergik 1-2 jam. Diberikam Salbutamol : 0,1-0,15mg/kgBB/tiap 6 jam
Steroid IV deksamethason : 0,5-1,0 mg/kgBB/hari dengan cara bolus setiap 6-8 jam.
Aminofilin diberikan 6-8mg/kgBB dilarutkan dengan dekstrosa atau NACL 20mL dalam wakti 20-30 menit apabila belum pernah mendapatkan aminophillin. Bila
22
sudah mendapat aminophillin (<8 jam) dosis diberikan separuhnya. Untuk rumatan diberikan 0,5-1 mg/kgBB/jam.
Diare Akut
Definisi
Diare akut adalah buang air besar (BAB) dengan konsistensi yang lebih
lunak atau cair yang terjadi dengan frekuensi ≥3x dalam 24 jam dan berlangsung
dalam waktu <14 hari.
Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya diare akut, yaitu:
A. Infeksi:
1. Virus
Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare akut, antara
lain Rotavirus, Norwalk virus dan Adenovirus. Rotavirus merupakan
penyebab utama diare pada anak usia di bawah 5 tahun, terutama usia
di bawah 2 tahun. Pada kasus ini diare disebabkan oleh rotavirus
karena diare pada rotavirus biasanya diawali dengan gejala ISPA
seperti batuk maupun pilek.
2. Bakteri
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan diare akut pada anak,
yaitu : E. Coli spp, Shigella spp, Campylobacter spp, Yersinia spp,
Salmonella spp dan Vibrio spp.
E. coli
23
Ada 5 subtipe E.coli yang menimbulkan diare akut. E. Coli
merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus. Subtipe
E.coli tersebut adalah :
Enteropatogenic E.coli (EPEC)
Enterotoxigenic E.coli (ETEC)
Enteroinvasive E.coli (EIEC) dapat menimbulkan diare berdarah
(dysentriform diarrhea)
Enteroheamorrhagic E.coli (EHEC)
Enteroadheren E.coli (EAEC)
3. Parasit
Beberapa parasit yang dapat menyebabkan diare akut, yaitu:
Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia dan Cryptosporidium parvum.
B. Alergi
Misalnya alergi terhadap susu sapi atau Cows Milk Protein
Sensitive Enteropathy (CMPSE) atau alergi karena makanan lain.
C. Intoleransi Laktat
Biasanya pada keadaan ini, diakibatkan oleh kurang atau tidak
adanya ezim laktase yang mengubah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa.
D. Malabsorpsi
Biasanya terjadi karena malabsorpsi karbohidrat, jarang sekali
diare akut yang terjadi karena malabsorpsi lemak ataupun protein.
E. Keracunan makanan
F. Zat kimia beracun
24
G. Toksin mikroorganisme : makanan yang mengandung mikroorganisme
yang mengeluarkan toksin, misalnya: Clostridium perfringens,
Staphylococcus aureus
H. Imunodefisiensi
I. Lain – lain
Misalnya oleh karena defek anatomis, seperti malrotasi,
hirschsprungs disease dan short bowel syndrome.
Patomekanisme
Berdasarkan patomekanismenya dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: diare
sekretorik, diare invasif dan diare osmotik. Pada kasus ini berdasarkan
patomekanismenya merupakan diare invasif.
Diare Invasif
Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke
dalam mukosa usus sehingga terjadi kerusakan mukosa usus. Disebabkan oleh
virus (Rotavirus), bakteri (Shigella, Salmonela, Campylobacter, Enteroinvasive
Eschericia coli/EIEC dan Yersinia) atau parasit (Amoeba).
Rotavirus masuk ke dalam saluran cerna
Virus berkembang biak dan masuk ke dalam apikal usus halus
Kerusakan pada bagian apikal dari villi
Bagian apikal dari villi diganti oleh bagian kripta yang belum matang(imatur, kuboid atau gepeng)
Sel yang imatur tidak dapat berfungsi normal
Kehilangan fungsi absorpsi � produksi laktaseair dan natrium
25
tidak dapat memecah laktosa Diare Cair
Penegakan Diagnosis
Anamnesa
- Lama diare, frekuensi diare sehari, volume, warna, bau, konsentrasi tinja,
lendir dan/darah dalam tinja.
- Muntah : volume dan fekuensi.
- Gejala lain: rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, jumlah atau
frekuensi BAK, demam, sesak, kejang, kembung, panas badan, atau penyakit
lain yang menyertai seperti batuk, pilek, dan campak.
- Jumlah cairan yang masuk selama diare.
- Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi
makanan yang tidak biasa.
- Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.
- Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen.
- Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut dan lidah.
- Berat Badan
26
- Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti napas cepat
dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
- Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Tanda dan Gejala Klinis Dehidrasi
Gejala & tanda A B CKeadaan umum Baik, sadar *gelisah, rewel *Letargik, lemah,
kesadaran Ubun-ubun Normal Cekung Sangat CekungMata Normal Cekung Sangat CekungAir mata Basah Kering Sangat KeringMulut/lidah Basah Kering Sangat KeringRasa Haus Minum normal, tidak
haus*Tampak Kehausan
*Sulit, tidak dapat minum
Kulit Turgor kembali cepat *Turgor kembali lambat
*Turgor kembali sangat lambat
Akral Hangat Hangat DinginDerajat dehidrasi Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedangBila ada 1 tanda utama * ditambah 1 atau lebih tanda lain.
Dehidrasi berat Bila didapatkan 2 tanda utama * ditambah 2 atau lebih tanda tambahan
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi CDefisit Cairan <5% atau <50
mL/kgBB5-10% atau 50-100 mL/kgBB
>10% atau >100 ml/kgBB
Pada kasus ini pasien mengalami diare dengan tanpa disertai dehidrasi,
terdapat dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak menunjuk ke arah
dehidrasi.
Pemeriksaan Penunjang
Feses rutin :
1. Makroskopik : warna, konsistensi, darah, lendir
2. Mikroskopik : eritrosit, leukosit, telur cacing, amoeba, lemak
Pada dehidrasi berat : darah rutin, elektrolit dan analisis gas darah.
27
Analisis Kasus
Diagnosis pada pasien ini yaitu Diare akut non disentri e.c rotavirus tanpa
dehidrasi. Diagnosis diare akut didapatkan karena lamanya diare tidak
berlangsung lebih dari 2 minggu, pada pasien ini diare terjadi selama 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Dan mengalami perbaikan ketika dilakukan
pemeriksaan pada tanggal 9 april 2015. Sedangkan non disentri e.c rotavirus,
karena pada pasien ini diare didahului atau disertai dengan gejala ISPA seperti
batuk dan pilek yang mengarah kepada etiologi Rotavirus dan tidak ditemukan
adanya lendir maupun darah pada feses. Pada kasus ini diare tidak disertai dengan
tanda-tanda dehidrasi.
Tatalaksana
Terapi diare akut pada pasien ini adalah dengan rencana terapi A karena
ditemukan diare tanpa tanda-tanda dehidrasi. Terapi yang diberikan yaitu:
- Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10
mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <1 tahun
sebanyak 50 – 100 mL, umur 1 – 5 tahun sebanyak 100-200 mL dan umur di
atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan
anak. ASI harus terus diberikan.
- Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak
mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
28
Follow up
Kamis, 9 April 2015
Subjektif: Pasien masih mengeluhkan sesak, batuk +, tadi subuh muntah dan
batuk karena diberikan susu, mencret -, perut yang membuncit.
Objektif:
TTV : S: 37,7°C, RR : 66x/menit, N: 132x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB –
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi –
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops –
Paru : VBS kanan = kiri, wh (+/+), Ronki (+/+)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/-
Hasil pemeriksaan Laboratorium 06/04/2015
Hb: 10,8 g/dL
Leukosit: 15.900/µL ↑
Ht: 31% �
Trombosit : 325.000/µL (N)
Hasil pemeriksaan Rontgen 08/04/2015
29
Cor : tidak membesar
Sinuses dan diafragama normal
Pulmo:
Hilus kanan melebar, kiri normal
Corakan bronkovaskuler normal
Tampak bayangan opak lobulaid di perihiler kanan.
Tampak perbercakan di lapang bawah paru kanan
Kesan : Suspek bronkopneumonia kanan, pembesaran KGB perihiler kanan e: TB
paru aktif?, tidak tampak kardiomegali.
A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan + Asma Bronchial
persisten ringan
P:
- terapi lanjut
- ranitidine 2 x 8 mg IV
- ceftriaxone IV 2 x 500 mg
- kalmethasone IV 4 x 2
- Combivent nebu + NaCl 3% 4x1 setiap 6 jam
- Puyer Batuk P.O 3 x 1
- Aminophillin + DS 5 tpm/12 jam, bila SpO2 >95% turunkan menjadi 4 tpm
Jumat, 10 April 2015
Subjektif: masih batuk berdahak, suara masih serak, masih ada muntah 1 kali
kemarin sore
Objektif:
30
TTV: S: 37,1°C , RR: 48 x/menit, N : 124 x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB –
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi –
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops –
Paru : VBS sonor kanan = kiri, wh (-/-), Ronki (+/+)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/-
A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan
P:
Ceftriaxone IV 2 x 500 mg
Kalmetason IV 4 x 2 mg
Ranitidine IV 2 x 8 mg
Combivent nebu + NaCl 3% 4x1 setiap 6 jam
Puyer batuk P.O 3 x 1
Sabtu, 11 April 2015
Subjektif: Batuk masih ada namun sudah berkurang, suara sudah tidak serak,
sesak -, muntah -, BAB lancar sudah 2 kali.
Objektif:
TTV : S: 36°C, N:145 x/menit, RR: 32 x/menit
31
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB –
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi –
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops –
Paru : VBS sonor kanan = kiri, wh (-/-), Ronki (+/+)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/-
A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan
P:
Combivent Nebu + NaCl 3% 3x1
Puyer Batuk P.O 3x1
Ceftriaxone IV 2x500
Kalmetasone IV 3x2
Ranitidine 2x8
Aminophillin stop
Senin, 13 April 2015
Subjektif : pasien mengalami mencret dari sejak sabtu malam pukul 24.00 hingga
minggu sore pukul 18.00 sebanyak 8-10x, mencret cair namun masih sedikit ada
ampasnya, mencret dirasakan setelah pemasangan infusan, kemudian pada hari
32
minggu infusan dilepas sehingga keluhan mencret tidak muncul kembali. Sudah
tidak demam, batuk sudah berkurang.
Objektif :
TTV : S: 36,5°C, N : 120x/menit, RR: 35x/menit
Kepala: normocephal
Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+/+), mata cekung (-/-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : deviasi trakea -, pembesaran KGB –
Toraks : simetris kanan = kiri, retraksi –
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur -, S3 gallops –
Paru : VBS sonor kanan = kiri, wh (-/-), Ronki (-/-)
Abdomen : membuncit, keras, cembung, BU + normal, tymphanic sound.
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT <2s, pucat -/-
A: Bronkopneumonia berat e.c bakteri dalam perbaikan
P:
Ceftriaxone IV 2 x 500
Dexamethasone IV 3 x 0,5 mg
Ranitidine 2 x 8
Combivent nebu + NaCL 3% 2 x 1 setiap 12 jam
33