crs diare.docx
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir
terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang
terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air
dan elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan-keadaan dengan gangguan
intestinal pada fungsi digesti, absorpsi, dan sekresi.1
Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali
atau lebih dalam satu hari. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur
lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali. Klasifikasi diare ke
dalam jenis akut dan kronis bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling
sedikit 14 hari untuk dapat dikatakan diare kronis. Jadi diare akut adalah diare
yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair
yang sering tanpa darah.1,2
1.2 Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang termasuk di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian
dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun.1,2 Selain itu
diare juga menjadi masalah kesehatan yang paling umum bagi para pelancong dari
negara-begara industri yang menguunjungi daerah-daerah berkembang, terutama
di daerah tropis. Perkiraan konservatif menempatkan angka kematian global dari
penyakit diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta-2,5 juta kematian),
merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit menular
di seluruh dunia.2
1
Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare
sedangkan di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding
pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare
25,2% dibanding pneumonia 15,5%.1 Dari daftar urutan penyebab kunjungan
Puskesmas/ Balai pengobatan, hamper selalu termasuk dalam kelompok 3
penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400
kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di
Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap
tahunya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5
tahun (+ 40 juta kematian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari
satu kalo kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh dalam
dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.3
1.3 Klasifikasi4
Secara klinis dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. Diare akut
Diare akut adalah buang air besar dengan konsistensi lebih encer dari
biasanya, dengan frekuensi lebih dari 3x/ hari, yang timbul secara
mendadak, berlangsung kurang dari 2 minggu dan tanpa darah.
2. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung lebih dari 2-4 minggu
3. Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung > 4 minggu.
1.4 Etiologi
Rotavirus merupakan penyebab tertinggi dari kejadian diare akut baik
dinegara berkembang maupun negara maju. Di Indonesia menurut penelitian
Soenarto yati dkk pada anak yang dirawat di rumah sakit karena diare 60%
persennya disebabkan oleh Rotavirus.4
2
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya
adalah golongan virus, bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh
karena infeksi adalah non-inflamatory dan inflammatory.1
Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatoyi
diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung
atau memproduksi sitotoksin.1,6
Tabel 1. Penyebab Diare Akut yang Dapat Menyebabkan Diare pada Manusia
GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASITAeromonas Astrovirus Balantidiom coliBacillus cereus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) Blastocystis homonisCanpilobacter jejuni Enteric adenovirus Crytosporidium parvumClostridium perfringens Corona virus Entamoeba histolyticaClostridium defficile Rotavirus Giardia lambliaEschercia coli Norwalk virus Isospora belliPlesiomonas shigeloides Herpes simplek virus Strongyloides stercoralisSalmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiuraShigellaStaphylococcus aureusVibrio choleraVibrio parahaemolyticusYersinia enterocolitica
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen Penyebab Diare pada Anak Usia <5 Tahun
Tabel 3. Tabel Enteropatogen Pathogen Penyebab Diare yang Tersering
Berdasarkan Umur 7
3
1.5 Patogenesis
1. Virus1
Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya
sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus
mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan
hilangnya enzim disakaridase, menyebabkan berkurangnya absorpsi disakarida
terutama laktosa. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.
1. Bakteri1,5
- Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk
menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan ini menyebabkan
pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.
- Toksin yang menyebabkan sekresi. Beberapa bakteri lain seperti V.cholerae
mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini
mengurangi absorpsi natrium melalui vili dan meningkatkan sekresi klorida
dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi
bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2 – 4 hari.
- Invasi mukosa. Shigella dapat menyebabkan diare berdarah (disenteri) melalui
invasi dan perusakan sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini
diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan
kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan juga sekresi air dan elektrolit
dari mukosa. Shigellosis menimbulkan tanda radang akut meliputi nyeri perut,
demam, kejang, letargis dan prolas rektum.
4
Infeksi virus dan bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya
diare karena tubuh mempunyai mekanisme pertahanan tubuh. Jika bahan-bahan
yang berbahaya dapat menembus barier mekanisme daya tahan tubuh dan dapat
masuk ke dalam sirkulasi sistemik, maka akan terjadi berbagai reaksi.
1.6 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare
osmotik terjadi apabila ada bahan yang tidak dapat diserap oleh tubuh, sehingga
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma dan pada
akhirnya akan terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase.
Diare sekretorik terjadi apabila terdapat gangguan transpor elektrolit, baik
absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi
akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh
garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa
hormon intestinal seperti gastrin vasoaktif intestinal polypeptide (VIP) juga dapat
menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau bersifat non infeksi seperti inflamatory bowel disease (IBD) atau
akibat radiasi. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada
keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. Diare dapat
terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri, paling tidak
terdapat dua mekanisme yang bekerja, yaitu peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,
invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus.
Adhesi
5
Mekanisme adhesi yang pertama, yaitu terjadinya ikatan antara struktur
polimer fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada
permukaan sel epitel. Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksi
Enteropatogenic E.coli (EPEC), yang melibatkan gen EPEC adherence
factor (EAF), sehingga menyebabkan perubahan konsentrasi kalsium
intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah membran mikrovilus.
Invasi
Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel
usus. Di dalam sel akan terjadi multiplikasi dalam fagosom dan menyebar
ke sel epitel disekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler
menimbulkan reaksi inflamasi serta kematian sel epitel. Reaksi inflamasi
terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti leukotrien, interleukin, kinin,
dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga memproduksi toksin shiga
yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan menimbulkan
gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala disentri.
Sitotoksin
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh
Shigella yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan
sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC).
Enterotoksin
Toksin kolera secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus
halus. Toksin kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit
A1 akan merangsang aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi
cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi absorbsi Na dan klorida pada
sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3 pada sel kripta
mukosa usus.
1.7 Manifestasi Klinis
Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
6
cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi
kehijauan yang disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah
gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam
dehidrasi adalah rasa haus, elastisitas (turgor dan tonus) kulit menurun, bibir dan
mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar, ubun-ubun besar cekung,
oliguri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah, takikardia, kesadaran
menurun.1,6,7
Tabel 1.1. Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Gejala klinis
Masa
Tunas17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual,
muntahSering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut TenesmusTenesmus,
kramp
Tenesmus,
kolik-
Tenesmus
, krampKramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya
sakit5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering SeringTerus
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - + Kadang - + -
Bau Langu - Busuk - - Amis khas
WarnaKuning
hijau
Merah-
hijauKehijauan Tak berwarna
Merah-
hijau
Seperti air
cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi -
7
sistemik+
1.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tija, warna, bau, ada / tidak ada lendir dan darah.
Bila disertai muntah, tanyakan volume dan frekuensinya. Untuk urine, tanyakan
jumlahnya (biasa, berkurang, jarang, atau tidak kencing) dalam 6 – 8 jam terakhir.
Kemudian tanyakan makanan dan minuman yang diberikan selama diare, adakah
panas atau penyakit lain yang menyertai(batuk, pilek, otitis media, atau campak),
tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare (memberi oralit, membawa
ke puskesmas atau rumah sakit, dan obat-obatan yang telah diberikan).1,8
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah. Selain itu, perlu dicari tanda-tanda
utama dehidrasi, seperti kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen, serta
tanda-tanda tambahan lainnya, seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata
cowong, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau
basah.1 Diare yang diakibatkan oleh Rotavirus, pada pemeriksaan anus dapat
ditemukan lecet kemerahan pada inspeksi anus yang dikenal sebagai eritema
natum. Hal ini terjadi akibat darei feses yang asam sehingga menyebabkan iritasi
pada orifisium anal.
Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada jika terdapat hipokalemia. Pemeriksaan
ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refilling dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan
denan cara objektif, yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan
selama diare. Subjektif dengan menggunakan pnilaian MTBS
8
1. Laboratorium
9
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah
lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:1
darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
tinja:
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan.
Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh
enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointestinal. Tinja yanga mengandung darah atau mucus bias
disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri
enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus
seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya
bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah
sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella,
Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja,
bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak
terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua
berhubungan dengan adnya warna empedu akibat garam empedu yang
dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial overgrowth.
Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat
menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi
tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas
dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan
berkilat menunjukan adanya lemak dalam tinja. Lendir dalam tinja
10
menggambarkan kelainan di kolon , khususnya akibat infeksi bakteri.
Tinja yang sangat berbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri
anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat
dilakukan untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam dalam tinja
tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena
fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke
usus besar yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja<6
dapat dainggap sebagai malabsorbsi laktosa.8
b. Pemeriksaan mikroskopik
Leukosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang
menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja
menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin,
ayitu Shigella, Salmonella, C.Jejuni, EIEC. Leukosit yang ditemukan pada
umumnya adalah leukosit PMN.
Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang
berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau Nacl lalu dilihat dengan
mikroskop cahaya:5
bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negative
bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+
++)
bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (+++
+)
1.8 Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita, baik yang
dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu :1
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru.
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan.
11
4. Antibiotik selektif.
5. Nasihat kepada orang tua.
Rehidrasi dengan oralit baru
Berikan segera bila anak diare untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Oralit formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan
yang terutama disebabkan karena disentri yang menyebabkan berkurangnya lebih
banyak elektrolit tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang lebih banyak
terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik adalah disebabkan
oleh karena virus. Diare karena virus tidak menyebabkan kekurangan elektrolit
seberat pada disentri. Karena itu, para ahli mengembangkan formula baru oralit
dengan tingkat osmolaritas yang lebih rendah. Osmolaritas larutan baru lebih
mendekati osmolaritas plasma sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya
hipernatremia.1,2
Oralit baru merupakan oralit dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan
obat ini sama dengan oralit yang selama ini digunakan, tetapi efektivitasnya lebih
baik daripada oralit formula lama. Oralit baru dapat mengurang pengeluaran tinja
hingga 20% dan mengurang muntah hingga 30%.1
Tabel 1.4. Komposisi oralit baru
Oralit baru osmolaritas rendah
Mmol/liter
Natrium 75Klorida 65
Glukosa, anhydrous 75Kalium 20Sitrat 10
Total osmolaritas 245
Ketentuan pemberian oralit formula baru :1
- Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
- Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam.
12
- Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan
sebagai berikut :
Anak umur < 2 tahun : 50 – 100 ml / BAB encer.
Anak umur 2 tahun atau lebih : 100 – 200 ml / BAB encer.
- Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, sisa larutan
harus dibuang.
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan
nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal. Zinc berperan untuk pertumbuhan dan
pembelahan sel, anti oksidan, kekebalan seluler, dan nafsu makan. Zinc juga
berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut
didasarkan pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi
saluran cerna, serta terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare.
Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh
usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah
brush border apikal, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan patogen dari usus. Pemberian zinc juga dapat menurunkan frekuensi
dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi pada anak.10
Dosis zinc pada anak-anak :1
Anak usia < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari.
Anak usia > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10 – 14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuhh
dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau
oralit. Untuk anak-anak lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air
matang atau oralit.10
Pemberian zink bersamaan dengan probiotik tidak dapat mempercepat
durasi dari diare akut pada anak. Organisasi pangan dunia FAO dan WHO
mendefinisikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi
13
dalam jumlah yang adekuat sebagai bagian dari makanan akan memberikan
dampak menguntungkan pada kesehatan pejamu. Mekanisme kerja probiotik
adalah berkompetisi untuk berlekatan pada enterosit usus, sehingga enterosit yang
telah jenuh dengan probiotik tidak dapat lagi berlekatan dengan bakteri lain
sehingga menghambat pertumbuhan kuman patogen selain berkompetisi dengan
patogen untuk mendapatkan tempat dan nutrisi.5 Probiotik juga menghasilkan
substansi anti mikroba seperti asam organik (laktat dan asetat), bakteriosin,
reuterin, H2O2 dan enzim saluran cerna.6-8 Pengaruh probiotik terhadap sistem
imunitas non spesifik adalah meningkatkan produksi musin, aktivitas sel natural
killer (NK), aktivasi makrofag dan fagositosis. Probiotik juga mempengaruhi
imunitas spesifik dengan meningkatkan produksi sitokin, seperti IL-2, IL-6, TNF-
A, dan kadar sIgA.
ASI dan makanan tetap diteruskan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang
sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta
pengganti nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah, nafsu makan akan berkurang.
Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.2
Antibiotik selektif
Antibiotik jangan diberikan kecuali jika ada indikasi, misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan
memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus
dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit
disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional akan
mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.2
Nasihat kepada ibu atau pengasuh
Nasihati ibu atau pengasuh untuk segera kembali jika demam, tinja
berdarah, berulang, makan atau minim sedikit, sangat haus, diare makin sering,
atau belum membaik dalam 3 hari.1
Infeksi usus pada umumnya self limited, tetapi terapi non spesifik dapat
membantu penyembuhan pada sebagian pasien dan terapi spesifik dapat
memperpendek lamanya sakit dan memberantas mikroorganisme penyebabnya.
14
Dalam merawat penderita dengan diare dan dehidrasi terdapat beberapa
pertimbangan terapi :1,4
1. Terapi cairan dan elektrolit.
2. Terapi diet.
3. Terapi non spesifik dengan antidiare.
4. Terapi spesifik dengan antimikroba.
15
Terapi Cairan
16
17
Terapi Diet
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan
setelah sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak
anak meminta sehingga mempercepat kembalinya fungsi usus normal agar dapat
mencegah terjadinya gizi buruk. Makanan yang diberikan pada anak diare
tergantung kepada umur, makanan yang disukai, dan pola makan sebelum sakit.
Bayi yang diberi ASI harus diteruskan minum ASI sesering mungkin dan selama
anak mau. Bayi yang tidak mau minum ASI harus diberi susu yang biasa diminum
paling tidak setiap 3 jam. Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan telah
mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Pada anak
yang lebih besar dapat diberikan makanan pokok.3
Terapi Nonspesifik dengan Antidiare
Obat-obat antidiare meskipun sering digunakan, tetapi tidak memiliki
keuntungan praktis dan tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada
anak.1,3,4
- Adsorben
Contoh : kaolin, attapulgite, dan cholestyramine. Obat-obat ini digunakan
untuk pengobatan diare atas dasar kemampuannya utuk mengikat dan
manginaktifasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare.
Walaupun demikian, tidak ada bukti keuntungan praktis dari penggunaan obat
ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.
- Antimotilitas
Contoh : loperamide, hydrocloride. Obat-obat ini dapat mengurangi frekuensi
diare pada orang dewasa, tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Obat
ini juga dapat menyebabkan ileus paralitik yang berat sehingga dapat
memperpanjang infeksi dengan memperlambat eliminasi dari organisme
penyebab.
- Bismuth subsalicylate
Jika diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada
anak dengan diare akut sebanyak 30%, tetapi cara ini jarang digunakan.
18
Terapi Spesifik dengan Antimikroba
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik
hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare, misalnya cholera, shigella,
salmonella, dan sebagainya karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah
virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam
sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gejala yang berat
serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas
atau segala sepsis. Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain :1,8
Tabel 1.5. Antibiotik pada diare
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline : 12,5 mg/kgBB, 4x sehari
selama 3 hari
Erythromycin : 12,5 mg/kgBB, 4x sehari
selama 3 hari
Shigella dysentry
Ciprofloxacin : 15 mg/ kgBB, 2x sehari selama 3
hari
Ceftriaxone : 50 – 100 mg/kgBB, 1x sehari IM
selama 2 – 5 hari
Amoebiasis
Metronidazole : 10 mg/kgBB, 3x sehari
selama 5 hari (10 hari pada kasus yang berat)
Giardiasis Metronidazole : 5
mg/kgBB, 3x sehari selama 5 hari
1.10. Komplikasi
1. Gangguan elektrolit1
- Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium
19
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat
berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan
0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan
menggunakan berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma
setelah 8jam. Bila normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya
lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam.
Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24
jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah
pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai
diberikan. lanjutkan pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare
berhenti.1
- Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L).
Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari
hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum
yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.1
- Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitor detak jantung.1
- Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut
kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr
dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak
20
boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx
BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam
berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB).
Hipokalemia dapat menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan
fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan
kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan makanan yang
kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.1
2. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay
basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang
ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit
yang cukup mengadung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.3
3. Acute kidney injury
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam
setelah hidrasi cukup.3,4
21
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
I. Identitas Pasien
Nama : Fadil
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Jl. Bahari nomor 7, RT 1, RW XX
No.MR : 011161
II. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Saudara : anak pertama dari 2 bersaudara
Status Ekonomi Keluarga : kurang mampu, penghasilan ayah pasien
Rp. 1.000.000,-/bulan sebagai tukang ojek
Kondisi Rumah :
22
- Rumah permanen, pekarangan sempit
- Listrik ada
- Sumber air : air sumur
- Jamban ada 1 buah, di luar rumah
- Sampah di buang ke tempat pembuangan sampah dan dibakar.
Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 4 orang : pasien, ayah, ibu dan 1 orang saudara.
III. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan saudara, orang tua, tetangga dan lingkungan
sosial baik
- Pasien mempunyai teman bermain di lingkungan tempat tinggal
IV. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
- Adik kandung pasien pernah sakit seperti ini 1 bulan yang lalu
V. Riwayat Kehamilan:
Selama kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan, tidak ada kebiasaan merokok dan
minum alkohol, kontrol ke puskesmas teratur.
VI. Riwayat kelahiran
Lahir spontan, ditolong bidan, cukup bulan, saat lahir langsung menangis
kuat, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir 47 cm.
VII. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x, usia 1 bulan, scar (+) di lengan kanan
DPT : 3x, usia 2, 3, 4 bulan
Polio : 4x, usia 1,2,3,4 bulan
Hepatitis B : 4x, usia 0, 2, 3, 4 bulan
Campak : 1x, usia 9 bulan
Kesan: imunisasi dasar lengkap menurut umur di puskesmas
VIII. Riwayat makanan dan minuman
umur 0-6 bulan : hanya diberikan ASI
23
umur 6-8 bulan : ASI dan bubur susu
umur 9-11 bulan : ASI, bubur nasi/nasi tim
umur 12 – 18 bulan :ASI, nasi biasa, lauk pauk seperti
ikan/daging/ayam/telur ½-1 potong/kali makan,
kadang-kadang diberikan sayur-sayuran dan buah
buahan.
19 bulan- sekarang : nasi biasa, lauk pauk seperti
ikan/daging/ayam/telur ½-1 potong/kali makan,
kadang-kadang diberikan sayur-sayuran dan buah
buahan.
IX. Keluhan Utama
Berak-berak encer sejak 2 hari yang lalu.
X. Riwayat Penyakit Sekarang
Berak-berak encer sejak 2 hari yang lalu, frekuensi 3-4x/hari,
banyak ± ½ gelas/kali, tidak berlendir dan tidak berdarah, tidak
berbau amis, dan warnanya kuning.
Deman tidak ada.
Mual tidak ada, muntah tidak ada.
Nafsu makan berkurang.
Sesak nafas tidak ada.
Buang air kecil jumlah dan warna biasa.
Riwayat buang air besar keluar cacing tidak ada
Anak masih mau minum seperti biasanya. Anak belum diberikan
oralit
Riwayat berat badan sebelumnya 18 kg, ditimbang 1 bulan yang
lalu.
Riwayat makan makanan yang pedas, asam, dan berbumbu tajam
tidak ada. Pasien biasa jajan di warung dan tidak mencuci tangan
sebelum makan.
Tidak ada tetangga di sekitar lingkungan rumah pasien yang
mengalami mencret- mencret saat ini. Di sekitar rumah, tidak
24
terdapat sungai yang dijadikan sebagai tempat untuk membuang
hajat.
XI. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah: 100/60 mmHg
Frekuensi nadi : 82 x/menit
Frekuensi Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,8 °C
Berat badan : 18 kg (tidak terjadi penurunan berat badan)
Kulit : teraba hangat, turgor baik
Mata : tidak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,diameter 2mm, reflek
cahaya +/+
Mulut : lidah dan mulut sedikit kering
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring tidak
hiperemis
Leher : kelenjer getah bening tidak membesar
Thoraks
-Paru :
Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan baik statis
maupun dinamis, retraksi tidak ada
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Jantung :
25
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
batas jantung kanan : LSD
batas jantung atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada
Abdomen: Inspeksi : distensi tidak ada
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, turgor normal.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) ↑
Punggung : tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis +/+,
reflek patologis -/-
XII. Laboratorium
Darah rutin : tidak dilakukan
Feses rutin : tidak dilakukan
XIII. Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi
XIV. Manajemen
a. Preventif :
Tidak membeli makanan disembarang tempat yang tidak terjamin
kebersihannya.
Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 tidak’,
yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk
mematikan sebagian besar kuman penyakit.
Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan,
setelah makan, dan setelah buang air besar.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang
bergizi.
26
b. Promotif :
Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai penyebab diare
dan faktor penyebab penyakit. Mencret biasanya diakibatkan
karena makan atau minum yang tidak terjaga kebersihannya,
makan dengan tangan yang tidak bersih, dan makan minum yang
tidak dimasak dengan matang.
Memberikan pengetahun dan pemahaman kepada keluarga
tentang menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar tempat
tinggal sehingga anak terhindar dari penyakit yang timbul karena
lingkungan yang tidak bersih seperti diare.
Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada keluarga
tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah makan, setelah buang air besar dan buang bair kecil, dan
saat menyiapkan makanan untuk keluarga, dan setelah anak
bermain.
Memberikan pengetahun dan pemahaman kepada keluarga
tentang makan makanan yang bersih dan gizi seimbnag yang
dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.
Memberikan pengetahun dan pemahaman kepada keluarga
tentang memantau tumbuh kembang anak dengan cara
menimbang berat badan anak tiap bulan di posyandu atau
puskesmas dan deteksi dini tumbuh kembang hingga usia 6 tahun.
Memberikan pengetahun dan pemahaman kepada keluarga
tentang kriteria rumah sehat terutama tentang jarak sumber bersih
dengan septi tang pada rumah seharusnya minimal ± 10 meter.
Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.
c. Kuratif :
Oralit setiap BAB encer untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Ibu diajari cara menyiapkan larutan oralit dimana 1 bungkus
oralit dilarutkan dalam 200 ml air (± 1 gelas air). Anak diberi
minum sedikit demi sedikit dengan menggunakan gelas. Jika
27
naka muntah tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan
lebih lambat. Ibu harus terus menerus memberikan cairan
pengganti hingga diare anak berhenti.
zink diberikan 1x 20 mg selama 10 hari.
d. Rehabilitatif :
Makan makanan yang lunak dan tidak terlalu keras untuk
mencegah bertambah beratnya kerja saluran cerna.
Balita harus dibawa kembali ke petugas
kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 5 hari.
28
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Ulak karang
Dokter : Dian Insana Fitri
Tanggal : 30 Juli 2015
R/ Oralit sach. No. X
S ₰
R/ Zink tab 20 mg No. X
S 1 dd tab 1 ₰
R/ Itakur syr fls No. I
S 2 dd cth 1 ₰
DISKUSI
Seorang pasien anak laki-laki umur 5 tahun datang ke Puskesmas Ulak
karangt dengan keluhan berak-berak encer sejak 2 hari yang lalu. Setelah
dilakukan anamnesia dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis dengan diare
tanap dehidrasi.
Dari anamnesis didapatkan Berak-berak encer sejak 2 hari yang lalu,
frekuensi 3-4x/hari, banyak ± ½ gelas/kali, tidak berlendir dan tidak berdarah,
tidak berbau amis, dan warnanya kuning. Keluhan ini tanpa demam dan sesak
nafas, sehingga dapat disimpulkan pasien mengalami diare yang dapat disebabkan
oleh virus, bakteri.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran
komposmentis cooperatif, dan vital sign dalam batas normal. Dari pemeriksaan
mata tidak tampak cekung dan tidak anemis, pemeriksaan kulit didapatkan turgor
kulit kembali cepat , dari pemeriksaan anggota gerak didapatkan akral hangat,
refilling kapiller baik, refleks fisiologi ++/++, refleks patologis -/-. Dari
pemeriksaan abdomern didapatkan bising usus meningkat yang menandakan
gangguan pada saluran cerna. Disimpulkan bahwa pasien tidak mengalami
dehidrasi. Pemeriksaan anus perlu dilakukan untuk menentukan apakah terdapat
eritema natum yang diakibatkan oleh rotavirus.
Pemeriksaan labor rutin yang seharusnya dilakukan adalah pemeriksaan
feses yang diperiksa di bawah mikroskop dan pemeriksaan darah rutin.
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan
diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan
29
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Ulak karang
Dokter : Dian Insana Fitri
Tanggal : 30 Juli 2015
R/ Oralit sach. No. X
S ₰
R/ Zink tab 20 mg No. X
S 1 dd tab 1 ₰
R/ Itakur syr fls No. I
S 2 dd cth 1 ₰
tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa,
atau disebabkan oleh infeksi di luar saluran gastrointestinal. Tinja yang
mengandung darah atau mukus dapat disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan
mukosa atau parasit usus, seperti E.histolytica, B.coli, dan T.trichiura. Tinja yang
berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporodium, dan Strongyloides.
Pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan leukosit dalam tinja diproduksi
sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang
positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman
yang memproduksi sitotoksin, ayitu Shigella, Salmonella, C.Jejuni, EIEC.
Leukosit yang ditemukan pada umumnya adalah leukosit PMN. Namun, pada
diare akibat rotavirus tidak akan ditemukan leukosit dalam tinjanya.
Terapi yang diberikan pada pasien adalah komprehensif yang terdiri dari
terapi umumdan khusus. Terapi umum bertujuan untuk mencegah timbulnya
penyakit atau agar penyakit yang telah ada tidak menjadi tambah parah dengan
mencuci tangan dengan sabun saat sebelum dan setelah makan, setelah bermain,
memotong kuku, memakan makanan yang bergizi, dan tidak membeli makanan
yang tidak terjamin kebersihannya. Makanan gizi seimbang diberikan dengan
mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 3-4 kali sehari (nasi/lontong/roti), protein
(ikan/ayam/dsaging sebanyak 1 potong tiap makan), sayur dab buah.
Keluarga dan pasien diajarkan untuk menggunakan air bersih untuk
minum dan MCK, memasak air hingga mendidih sehingga kuman yang ada
menjadi mati, menjaga kebersihan lingkungan, istirahat yang cukup ± 8 jam/hari,
dan ajarkan anak untuk menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah.
Terapi khusus yang diberikan adalah memberikan larutan oralit setiap anak
mencret, Oralit setiap BAB encer untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Ibu diajari
cara menyiapkan larutan oralit dimana 1 bungkus oralit dilarutkan dalam 200 ml
air (± 1 gelas air). Anak diberi minum sedikit demi sedikit dengan menggunakan
gelas. Jika anak muntah tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih
lambat. Pemberian oralit bertujuan untuk mengganti eektrolit yang hilang,
30
kemjudian tablet zink untuk mempercepat proses epitelisasi dari villi usus yang
rusak sehingga gangguan pencernaan dapat berhenti. Sirup vitamin diberikan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan meningkatkan nafsu makan
karena rasanya yang manis.
31